Anda di halaman 1dari 15

Analisis Penerapan Ergonomika di Dalam Budaya Gotong Royong

Masyarakat Masa Kini Dengan Metode Zerosicks

DOSEN PENGAMPU

DR. Ketut Ima Ismara M.Pd.,M.Kes.

Disusun Oleh :

Ahmad Shufyan

F - 20518244013

PENDIDIKAN TEKNIK MEKATRONIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2021

1
DAFTAR ISI

SAMPUL ....................................................................................................................1

DAFTAR ISI ...............................................................................................................2

KATA PENGANTAR .................................................................................................3

BAB I . PENDAHULUAN ..........................................................................................4

A. Latar Belakang ................................................................................................4


B. Rumusan Masalah ..........................................................................................4
C. Tujuan .............................................................................................................4

BAB II. ISI .................................................................................................................5

i. Ergonomika di dalam gotong royong ..............................................................5


ii. Peran dan manfaat ergonomika ......................................................................6
iii. Lingkungan ergonomi ......................................................................................7
iv. Aspek yang mempengaruhi ergonomi .............................................................8
v. Risiko tidak menerapkan ergonomi ..................................................................9

BAB III . PENUTUP .................................................................................................11

i. Kesimpulan ...................................................................................................11
ii. Saran ............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................12

LAMPIRAN ..............................................................................................................13

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya tujukan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga diberikan kesempatan dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas dari mata kuliah Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup.

Makalah ini membahas tentang seberapa penting peran dari ergonomika


dalam kegiatan masyarakat seperti gotong royong yang telah menjadi dasar filsafat
Indonesia. Semoga makalah ini dapat berguna sesuai dengan harapan dan
memberikan tambahan wawasan sehingga bisa mengurangi angka kecelakaan yang
disebabkan dari kelalaian dalam penerapan ergonomika. Mengingat gotong royong
telah menjadi dasar filsafat Indonesia dan sudah dianggap sebagai budaya yang
harus dilestarikan hingga kelak, maka penting agar tetap sehat dan selamat dalam
menjalankan aktivitas tersebut sehingga terhindarkan dari segala macam perkara
yang tidak diinginkan dan diharapkan dikemudian hari.

Mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah masih terdapat banyak


kekurangan karena keterbatasan saya. Oleh karena itu, kritik dan saran akan sangat
diperlukan untuk menjadikan makalah ini terus lebih baik. Demikian yang dapat saya
sampaikan jika terdapat banyak kekurangan saya ucapkan mohon maaf dan
semoga bermanfaat, terima kasih.

Yogyakarta, 14 Maret 2021

Ahmad Shufyan

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gotong royong sering kali terdengar di lingkungan masyarakat sejak dulu
hingga saat ini, maka sudahlah tidak asing dengan suasana gotong royong. Gotong
royong merupakan sikap atau kepribadian masyarakat Indonesia yaitu melakukan
suatu tujuan tertentu dengan bekerja secara bersama-sama sehingga bagaimana
hasilnya akan dirasakan bersama-sama juga.

Dalam melakukan gotong royong ini sering kali terjadi peristiwa kecelakaan
yang disebabkan oleh berbagai hal, kurangnya pemahaman dan penerapan
ergonomika salah satu contohnya. Ergonomika adalah ilmu yang mempelajari
tentang interaksi manusia dengan alat kerjanya, artinya bagaimana manusia
menggunakan alat, prosedur, dan cara kerja alat tersebut telah diatur sedemikian
rupa agar sesuai dengan kondisi fisik, psikis pengguna, lingkungan serta dapat
memperoleh hasil yang maksimal.

Dampak dari kesalahan dalam beraktivitas gotong royong pun banyak


macamnya, ada keseleo yang disebabkan oleh posisi yang salah dalam melakukan
suatu kegiatan atau menggunakan suatu alat, tersayat benda tajam akibat dari
ketidaktahuan menggunakan perlengkapan, sakit punggung akibat salah posisi
dalam beraktivitas, dan masih banyak lagi. Ini semua berawal dari minimnya
pengetahuan tentang ergonomika yang mengakibatkan tidak adanya penerapan
ergonomi itu sendiri. Ini sudah pasti memberikan dampak kurang bagus bagi diri
sendiri serta pada hasil, baik dari segi kesehatan, keamanan, dan kenyamanan
bersama.

Oleh karena itu, solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ini yaitu
perlu adanya sosialisasi tentang kesehatan keselamatan kerja dan lingkungan hidup
terutama tentang ergonomika ini yang merupakan salah satu dari metode zerosicks.
Dengan adanya solusi, diharapkan dapat meminimalisasi berbagai kecelakaan kerja
dalam gotong royong yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang K3,
ergonomika salah satunya. Jika upaya ini bisa berjalan dengan optimal, maka dapat
mengoptimalkan sistem agar sesuai dengan kebutuhan, kelemahan, dan
keterampilan manusia.

B. Rumusan Masalah
a. Apa itu ergonomika dan gotong royong ?
b. Apakah peran dan manfaat ergonomika di dalam gotong royong ?
c. Apa itu ergonomi dalam lingkungan gotong royong ?
d. Aspek apa saja yang mempengaruhi ergonomi ?
e. Apa risiko dari tidak menerapkan ergonomi di dalam gotong royong ?

4
C. Tujuan
a. Mengetahui makna ergonomika dan gotong royong
b. Mengetahui peran dan manfaat ergonomika di dalam gotong royong
c. Mengetahui makna ergonomi dalam lingkungan gotong royong
d. Mengetahui macam-macam aspek yang mempengaruhi ergonomi
e. Mengetahui risiko dari tidak menerapkan ergonomi di dalam gotong royong

BAB II

ISI

a. Ergonomika dan gotong royong


Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu terdiri atas
kata dasar “Ergos” yang berarti bekerja, dan “Nomos” yang artinya
hukum alam, sehingga dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-
aspek manusia dan lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,
fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/ perancangan
(Nurmianto, 1996:1)

Secara sederhana ergonomika adalah ilmu yang mempelajari


tentang interaksi manusia dengan alat kerjanya, artinya bagaimana
manusia menggunakan alat, prosedur, dan cara kerja alat tersebut telah
diatur sedemikian rupa agar sesuai dengan kondisi fisik, psikis
pengguna, lingkungan serta dapat memperoleh hasil yang maksimal.

Mc Cormick, dalam buku “Human Factor in Engineering and


Design” memberikan pengertian ergonomi kedalam bagian-bagian
berikut ini:

a) Hal yang paling utama dari ergonomi adalah keterkaitan pemikiran


manusia dalam mendesain alat, fasilitas, dan lingkungan yang
digunakan dalam berbagai aspek kehidupannya.
b) Tujuan dari ergonomi dalam mendesain peralatan, fasilitas dan
lingkungan yang dibuat manusia ada dua hal :
1. Meningkatkan efektifitas fungsi dari pengguna alat
2. Meningkatkan human value
c) Pendekatan utama dari ergonomi adalah penerapan yang sistematis
dari informasi yang relevan mengenai karakteristik dan tingkah laku
manusia untuk mendesain peralatan fasilitas dan lingkungan yang
dibuat oleh manusia. (Mc Cormick, 1982:4)

Gotong royong sudah tidak asing bagi lingkungan masyarakat


sejak dulu hingga saat ini. Gotong royong merupakan sikap atau
kepribadian masyarakat Indonesia yaitu melakukan suatu tujuan
tertentu dengan bekerja secara bersama-sama sehingga bagaimana

5
hasilnya akan dirasakan bersama-sama juga. Ini karena gotong royong
berkaitan dengan solidaritas yang tentunya akan berdampak dalam
masyarakat, baik secara individu maupun kelompok.

Gambar 1. Ergonomi

Ergonomika dalam gotong royong sering kali dilupakan,


penerapan ergonomi di tempat kerja bertujuan agar bekerja saat
bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif, dan
sejahtera. Beberapa kasus disebabkan karena ketidaktahuan tentang
ergonomi ini, seperti keseleo, sakit punggung, pegal-pegal karena posisi
tubuh atau ketidaksesuaian alat yang digunakan dengan penggunanya.
Selain itu, kurangnya pemahaman tentang akibat dari suatu aktivitas (di
dalam gotong royong) bagi dirinya, potensi bagi fisik pekerja, dan
kondisi lingkungannya.

b. Peran dan manfaat ergonomika


Ergonomi adalah salah satu ilmu yang penting dalam semua
aspek aktivitas manusia. Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa
prinsip ergonomi berusaha memberikan penyesuaian terhadap
aktivitas di dalam pekerjaan manusia dengan segala keterbatasannya.
Penerapan prinsip ergonomi di dalam gotong royong warga diharapkan
dapat menghasilkan beberapa manfaat sebagai berikut :

a. Memberikan pengertian tentang dampak dari suatu pekerjaan


bagi diri sendiri
b. Memberikan pengertian dari pengaruh suatu pekerjaan terhadap
kinerja seseorang
c. Memberikan peningkatan dalam produktivitas
d. Memberikan kesesuaian antara pekerja terhadap alat dan suatu
pekerjaan yang dilakukan
e. Memberikan pengetahuan dasar yang digunakan dalam
meningkatkan nilai produktivitas
f. Memberikan peningkatan keuntungan, kesehatan,
kesejahteraan

6
c. Ergonomi dalam lingkungan gotong royong

Gambar 2. Kelurahan Sumerta dan masyarakat banjar dalam rangka


menyambut Bulan Bakti Gotong Royong ke-XIV

Ergonomi pada lingkungan penting untuk diperhatikan karena


merupakan salah satu potensi bahaya dan resiko yang mengancam
pekerja saat melakukan suatu aktivitas. Bahaya ergonomi
(Biomechanical hazards) dapat berasal dari desain kerja, layout,
maupun aktivitas yang buruk. Lebih lanjut dijelaskan bahwa bahaya
ergonomi dibagi menjadi 3:

a. Bahaya terkait pekerjaan, terdiri dari durasi, frekuensi, beban,


urutan pekerjaan, prioritas pekerjaan, dan postur kerja.
b. Bahaya terkait peralatan, terdiri dari dimensi, bentuk, desain,
dan penempatan dari fasilitas yang digunakan untuk
mendukung pekerjaan.
c. Bahaya terkait lingkungan atau tempat kerja, terdiri dari dimensi,
luas, dan layout tempat kerja.

Jika pekerjaan, peralatan, dan lingkungan kerja tidak didesain


dengan baik, maka dapat timbul berbagai akibat terhadap pekerja
seperti keseleo, kram, sakit punggung, kapalan, iritasi, dan berbagai
hal lainnya. Faktor pekerjaan yang seringkali tidak sesuai porsi dan
alat yang tidak sesuai standar menjadi hal yang sering dijumpai. Ini
disebabkan oleh masyarakat yang majemuk tetapi alat yang tersedia
hanya satu ukuran, belum lagi kondisi fisik yang tidak terbiasa. Selain
itu posisi bekerja yang salah, contoh dalam mengangkat beban yang
dilakukan dengan posisi menunduk, lalu hal tersebut dilakukan dalam
durasi yang lama, maka dapat mengakibatkan dampak gangguan otot
dan tulang rangka (musculoskeletal disorder) karena posisi yang tidak

7
sesuai dengan semestinya. Jika kegiatan seperti ini dilakukan secara
terus menerus maka dapat menyebabkan kelelahan dan cidera.
Beberapa standar ergonomi dalam lingkungan gotong royong adalah
sebagai berikut:

a. Ukuran alat harus sesuai dengan pengguna


b. Alat yang digunakan harus memenuhi standar
c. Memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik
d. Secara teknis, dimana teknologi yang akan dipakai agar
memberikan hasil yang lebih baik, namun dapatdipahami,
dimengerti dan dikerjakan oleh pemakai,
e. Secara ekonomis, hasilnya lebih menguntungkan dari yang
dipakai sebelumnya, dan terjangkau oleh pemakai,
f. Dari sudut kesehatan, keselamatan maupun ergonomi dapat
dipertanggung jawabkan, yang berarti tidak mudah
menimbulkan keluhan, gangguan kesehatan dan keselamatan,
serta mampu memberikan kenyamanan dalam melakukan
pekerjaan,
g. Tidak merusak lingkungan maupun menimbulkan polusi yang
dapat merusak lingkungan kerja maupun lingkungan
masyarakat,
h. Irit dalam pemakaian energi, karena sumber energi makin lama
makin mahal dan makin sulit dicari,
i. Dapat diterima oleh budaya setempat, bukan bahkan merusak
budaya masyarakat setempat maupun masyarakat luas,
j. Trendi, yang berarti sesuai dengan perkembangan zaman,
maupun kebutuhan global.

d. Aspek yang mempengaruhi ergonomi


Dalam penerapan prinsip ergonomi di tempat kerja dilihat tiga
aspek yaitu task, organisasi dan lingkungan diserasikan dengan
kemampuan, kebolehan dan batasan manusia sebagai tenaga kerja
(Bridger, 2003; Manuaba, 2004). Berdasarkan penjelasan tersebut
maka aspek yang mempengaruhi egronomi bisa dijelaskan sebagai
berikut :

8
Gambar 3. Infografis Gangguan Akibat Mengangkat

1. Task
Dari tugas yang diberikan tersebut berbagai hal bisa terjadi yang
bisa menimbulkan risiko psikososial. Untuk memahami tugas
yang dihadapi para pekerja, selalu harus memperhatikan alat,
cara yang dipakai dalam melaksanakan tugas tersebut, yang
kemudian menunjukkan karakteristik tugas yang dihadapi,
seperti:

a. Beban kerja
Beban yang terlalu berat (overload), yang cepat
menimbulkan keluhan cepat lelah, keluhan muskuloskeletal,
kecelakaan, penyakit akibat kerja. Beban yang ringan
(underload) menimbulkan kebosanan, kurang waspada,
akan cepat menimbulkan stres, kecelakaan kerja.

b. Pekerjaan dengan repetisi, cepat menimbulkan rasa lelah,


keluhan otot, ketegangan.
c. Membutuhkan tanggung jawab yang tinggi (beban mental).

2. Organisasi
a. Struktur Organisasi
Koordinasi antara komponen organisasi, komunikasi antara
pekerja dalam pelaksanaan organisasi. Ada bagian yang
sibuk sementara bagian lain santai, ada yang selalu
diberikan peringatan keras sementara yang lain tidak pernah
diperingatkanwalaupun berbuat salah, dsb. Demikian pula

9
dalam pengaturan giliran kerja. Para pekerja hidup
bermasyarakat setelah pulang kerja, sehingga penerapan
giliran atau jam kerja secara ketat sering menimbulkan
konflik dan mengarah pada risiko psikososial.
b. Hubungan interpersonal di tempat kerja (hubungan antara
pekerja, dengan supervisor, dengan pembantu) yang kurang
harmonis akibat dari pelaksanaan tugas.
c. Aspek temporal dari pekerjaan
 Shift work, pengaturan shift work: dua shift (12 jam)
atau tiga shift (8 jam)
 Cycle time, pengaturan giliran kerja, work and rest
period, berapa jam kerja dan berapa jam istirahat,
kapan istirahat.

d. Financial dan aspek ekonomi


 perbedaan upah (salary) dengan tugas yang sama
akan menimbulkan iri hati,sakit hati dan diikuti
ketegangan mental, berkurangannya kenyamanan
kerja.
 benefit, pembagian keuntungan yang tidak serasi
dengan perjanjian
 reward and punishmentyang lemah, sering
menimbulkan stres mental.

e. Sistem nilai di masyarakat


 Prestige sebagai pekerja kasar seperti pedagang
acung, sales keliling kurang prestige-nya, dibandingkan
dengan PNS yang memiliki prestige yang tinggi.
 Status kepegawaian, tenaga kontrak dibandingkan
dengan tenaga tetap.

3. Faktor Lingkungan
Lingkungan di tempat kerja berasal dari berbagai
faktorseperti lingkungan fisik, kimia, biologi, psikologi dan sosial
budaya. Dalam hal ini aspek ergonomi yang berkaitan dengan
faktor psikososial antara lain.

 Hubungan sesama pekerja baik dengan atasan, bawahan.


 Perbedaan perlakuan dengan perbedaan ras atau etnis
pada jenis pekerjaan yang sama, akan menimbulkan
gangguan dalam pelaksanaan tugas, dengan berbagai
akibatnya.
 Adanya perbedaan kesempatan promosi atau peningkatan
karier, pemberian sanksi dan penghargaan.

10
Di samping itu faktor lingkungan dari luar tempat kerja, juga
akan berpengaruh terhadap kondisi kerja, seperti:
 Policy pemerintah maupun krisis global, seperti kebijakan
keuangan, batasan eksport produk ke negara tertentu yang
bermasalah dengan Indonesia, krisis keuangan global
seperti tahun 1998, hampir semua perusahaan kena
dampaknya, dan akan diikuti oleh kebijakan
perusahaan.Sudah jelas ini sangat menimbulkan masalah
psikososial.
 Gangguan keamanan seperti peristiwa bom Bali tahun 2002
dan 2005 yang lalu, hampir semua perusahaan hotel dan
restoran, industri kecil ikut kena dampak, sehingga para
tenaga kerja yang sangat menderita dampak psikososial.
 Penyakit menular yang menyerang masyarakat banyak.
Penyakit-penyakit menular yang mudah menular seperti
penyakit SARS, pengaruhnya lebih buruk dari akibat bom.
 Persyaratan yang dituntut oleh konsumen, seperti produk
halal, pelaksanaan K3 di perusahaan, dsb. Bagi yang tidak
mampu memenuhi persyaratantersebut akan mengalami
kesulitan mulai dari penurunan pesanan, yang berarti
pekerjaan berkurang, penghasilan karyawan berkurang
sampai pemutusan hubungan kerja.

4. Faktor individu
Sebagai kondisi pekerja sendiri yang akan berinteraksi
dengan kedua faktor diatas memiliki kemampuan, kebolehan
dan batasan serta sistem nilai masing-masing. Faktor
iniberkaitan dengan individu masing-masing yang berbeda satu
dengan lainnya, seperti:

 Genetik (gender, intelejensi, kepercayaan). Memang setiap


orang berbeda baik kemampuan fisik maupun kemampuan
mental. Juga dari sudut kecerdasan dan kepercayaan yang
diyakininya. Oleh karena itu semua faktor tersebut harus
diperhatikan jangan sampai menimbulkan friksi.
 Ecquired (kelas sosial, budaya, pendidikan, keterampilan,
pengalaman). Kondisi tenaga kerja harus selalu diperhatikan
seperti klan, (dari golongan brahmana, ksatria) sering sangat
berpengaruh. Demikian juga budaya setempat, pendidikan,
keterampilan maupun pengalaman penting sekali
mendapatkan perhatian. Paling tidak dipakai dalam
menentukan kenaikan jabatan maupun dalam penilaian
lainnya.

11
 Disposisi (personality, pandangan hidup), masing-masing
tanaga kerja sering memiliki pandangan hidup masing-
masing. Ada yang ingin mencari pengalaman seluas-luasnya,
ada pula yang ingin mencari uang tidak memikirkan apapun
jenis pekerjaannya asal uangnya banyak. Ada pula yang
mempunyai pandangan asal di Bali walaupun gajinya kecil
dsb.

e. Risiko tidak menerapkan ergonomi

Gambar

Di dalam kajian ergonomi terdapat risiko ergonomi, dimana


risiko tersebut meliputi ketidaknyamanan, cedera, gangguan otot, sakit,
bahkan cacat yang disebabkan cara kerja dan tempat kerja yang tidak
ergonomis. Risiko ergonomi ini disebabkan oleh kesalahan postur
manusia saat bekerja (gotong royong). Penanganan yang tanggap dan
tepat terhadap risiko ergonomi yang muncul harus dilakukan untuk
menghindari dampak negatif yang dialami pekerja.

Tabel 1. Ringkasan Penyebab Keluhan Masyarakat (Gotong Royong)

No Bagian tubuh Penyebab

Sarung tangan yang digunakan tidak memenuhi prinsip


1 Telapak Tangan
ergonomis sehingga mudah robek

Posisi yang salah dalam mengangkat benda (sak semen)


2 Bahu
dan dilakukan secara berulang

Posisi yang membungkuk karena sedang mencangkul


3 Punggung
dalam waktu yang lama dan cara yang tidak tepat

12
Pergelangan Cangkul yang didesain tidak ergonomis sehingga tidak
4
tangan seimbang antara beban dan kuasa

Mengangkat beban yang terlalu berat mengakibatkan


5 Lutut
beban berlebih pada sendi lutut

Nyeri yang diakibatkan oleh kesalahan dalam


6 Siku
menggunakan gerobak yang melampaui batas beban

13
BAB III

PENUTUP

i. Kesimpulan
Gotong royong sering kali terdengar di lingkungan masyarakat sejak dulu
hingga saat ini, maka sudahlah tidak asing dengan suasana gotong royong.
Gotong royong merupakan sikap atau kepribadian masyarakat Indonesia yaitu
melakukan suatu tujuan tertentu dengan bekerja secara bersama-sama sehingga
bagaimana hasilnya akan dirasakan bersama-sama juga.

Dalam melakukan gotong royong ini sering kali terjadi peristiwa kecelakaan
yang disebabkan oleh berbagai hal, kurangnya pemahaman dan penerapan
ergonomika salah satu contohnya. Ergonomika adalah ilmu yang mempelajari
tentang interaksi manusia dengan alat kerjanya, artinya bagaimana manusia
menggunakan alat, prosedur, dan cara kerja alat tersebut telah diatur sedemikian
rupa agar sesuai dengan kondisi fisik, psikis pengguna, lingkungan serta dapat
memperoleh hasil yang maksimal.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya disiplin ilmu
ergonomi dalam kegiatan masyarakat sekitar, contohnya gotong-royong. Apabila
ergonomi dapat diaplikasikan dan diterapkan dengan tepat, maka akan sangat
membantu kinerja serta memperkecil risiko yang akan diterima. Jadi masalah-
masalah yang bisa menimbulkan risiko psikososial yang ada kaitannya dengan
task, organisasi dan lingkungan kerja merupakan aspek ergonomi.

ii. Saran

14
DAFTAR PUSTAKA

Makna Gotong Royong yang Telah Menjadi Karakter dan Kepribadian Bangsa
Indonesia
https://pauddikmasaceh.kemdikbud.go.id

Kesehatan Bekerja
https://promkes.kemkes.go.id

Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna
Widya.

Anggawisastra, R., Sutalaksana, I. Z, dan Tjakraatmadja, J. H, (1979). Teknik Tata


Cara Kerja. Departemen Teknik Industri ITB : Bandung

Ergonomi Perkantoran
https://sardjito.co.id

IDENTIFIKASI RISIKO ERGONOMI DENGAN METODE QUICK EXPOSURE


CHECK DAN NORDICBODY MAP
https://media.neliti.com/media/publications/182858-ID-identifikasi-risiko-ergonomi-
dengan-meto

15

Anda mungkin juga menyukai