AhmadShufyan 20518244013 Ergonomika
AhmadShufyan 20518244013 Ergonomika
DOSEN PENGAMPU
Disusun Oleh :
Ahmad Shufyan
F - 20518244013
FAKULTAS TEKNIK
2021
1
DAFTAR ISI
SAMPUL ....................................................................................................................1
i. Kesimpulan ...................................................................................................11
ii. Saran ............................................................................................................11
LAMPIRAN ..............................................................................................................13
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya tujukan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga diberikan kesempatan dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas dari mata kuliah Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup.
Ahmad Shufyan
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gotong royong sering kali terdengar di lingkungan masyarakat sejak dulu
hingga saat ini, maka sudahlah tidak asing dengan suasana gotong royong. Gotong
royong merupakan sikap atau kepribadian masyarakat Indonesia yaitu melakukan
suatu tujuan tertentu dengan bekerja secara bersama-sama sehingga bagaimana
hasilnya akan dirasakan bersama-sama juga.
Dalam melakukan gotong royong ini sering kali terjadi peristiwa kecelakaan
yang disebabkan oleh berbagai hal, kurangnya pemahaman dan penerapan
ergonomika salah satu contohnya. Ergonomika adalah ilmu yang mempelajari
tentang interaksi manusia dengan alat kerjanya, artinya bagaimana manusia
menggunakan alat, prosedur, dan cara kerja alat tersebut telah diatur sedemikian
rupa agar sesuai dengan kondisi fisik, psikis pengguna, lingkungan serta dapat
memperoleh hasil yang maksimal.
Oleh karena itu, solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ini yaitu
perlu adanya sosialisasi tentang kesehatan keselamatan kerja dan lingkungan hidup
terutama tentang ergonomika ini yang merupakan salah satu dari metode zerosicks.
Dengan adanya solusi, diharapkan dapat meminimalisasi berbagai kecelakaan kerja
dalam gotong royong yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang K3,
ergonomika salah satunya. Jika upaya ini bisa berjalan dengan optimal, maka dapat
mengoptimalkan sistem agar sesuai dengan kebutuhan, kelemahan, dan
keterampilan manusia.
B. Rumusan Masalah
a. Apa itu ergonomika dan gotong royong ?
b. Apakah peran dan manfaat ergonomika di dalam gotong royong ?
c. Apa itu ergonomi dalam lingkungan gotong royong ?
d. Aspek apa saja yang mempengaruhi ergonomi ?
e. Apa risiko dari tidak menerapkan ergonomi di dalam gotong royong ?
4
C. Tujuan
a. Mengetahui makna ergonomika dan gotong royong
b. Mengetahui peran dan manfaat ergonomika di dalam gotong royong
c. Mengetahui makna ergonomi dalam lingkungan gotong royong
d. Mengetahui macam-macam aspek yang mempengaruhi ergonomi
e. Mengetahui risiko dari tidak menerapkan ergonomi di dalam gotong royong
BAB II
ISI
5
hasilnya akan dirasakan bersama-sama juga. Ini karena gotong royong
berkaitan dengan solidaritas yang tentunya akan berdampak dalam
masyarakat, baik secara individu maupun kelompok.
Gambar 1. Ergonomi
6
c. Ergonomi dalam lingkungan gotong royong
7
sesuai dengan semestinya. Jika kegiatan seperti ini dilakukan secara
terus menerus maka dapat menyebabkan kelelahan dan cidera.
Beberapa standar ergonomi dalam lingkungan gotong royong adalah
sebagai berikut:
8
Gambar 3. Infografis Gangguan Akibat Mengangkat
1. Task
Dari tugas yang diberikan tersebut berbagai hal bisa terjadi yang
bisa menimbulkan risiko psikososial. Untuk memahami tugas
yang dihadapi para pekerja, selalu harus memperhatikan alat,
cara yang dipakai dalam melaksanakan tugas tersebut, yang
kemudian menunjukkan karakteristik tugas yang dihadapi,
seperti:
a. Beban kerja
Beban yang terlalu berat (overload), yang cepat
menimbulkan keluhan cepat lelah, keluhan muskuloskeletal,
kecelakaan, penyakit akibat kerja. Beban yang ringan
(underload) menimbulkan kebosanan, kurang waspada,
akan cepat menimbulkan stres, kecelakaan kerja.
2. Organisasi
a. Struktur Organisasi
Koordinasi antara komponen organisasi, komunikasi antara
pekerja dalam pelaksanaan organisasi. Ada bagian yang
sibuk sementara bagian lain santai, ada yang selalu
diberikan peringatan keras sementara yang lain tidak pernah
diperingatkanwalaupun berbuat salah, dsb. Demikian pula
9
dalam pengaturan giliran kerja. Para pekerja hidup
bermasyarakat setelah pulang kerja, sehingga penerapan
giliran atau jam kerja secara ketat sering menimbulkan
konflik dan mengarah pada risiko psikososial.
b. Hubungan interpersonal di tempat kerja (hubungan antara
pekerja, dengan supervisor, dengan pembantu) yang kurang
harmonis akibat dari pelaksanaan tugas.
c. Aspek temporal dari pekerjaan
Shift work, pengaturan shift work: dua shift (12 jam)
atau tiga shift (8 jam)
Cycle time, pengaturan giliran kerja, work and rest
period, berapa jam kerja dan berapa jam istirahat,
kapan istirahat.
3. Faktor Lingkungan
Lingkungan di tempat kerja berasal dari berbagai
faktorseperti lingkungan fisik, kimia, biologi, psikologi dan sosial
budaya. Dalam hal ini aspek ergonomi yang berkaitan dengan
faktor psikososial antara lain.
10
Di samping itu faktor lingkungan dari luar tempat kerja, juga
akan berpengaruh terhadap kondisi kerja, seperti:
Policy pemerintah maupun krisis global, seperti kebijakan
keuangan, batasan eksport produk ke negara tertentu yang
bermasalah dengan Indonesia, krisis keuangan global
seperti tahun 1998, hampir semua perusahaan kena
dampaknya, dan akan diikuti oleh kebijakan
perusahaan.Sudah jelas ini sangat menimbulkan masalah
psikososial.
Gangguan keamanan seperti peristiwa bom Bali tahun 2002
dan 2005 yang lalu, hampir semua perusahaan hotel dan
restoran, industri kecil ikut kena dampak, sehingga para
tenaga kerja yang sangat menderita dampak psikososial.
Penyakit menular yang menyerang masyarakat banyak.
Penyakit-penyakit menular yang mudah menular seperti
penyakit SARS, pengaruhnya lebih buruk dari akibat bom.
Persyaratan yang dituntut oleh konsumen, seperti produk
halal, pelaksanaan K3 di perusahaan, dsb. Bagi yang tidak
mampu memenuhi persyaratantersebut akan mengalami
kesulitan mulai dari penurunan pesanan, yang berarti
pekerjaan berkurang, penghasilan karyawan berkurang
sampai pemutusan hubungan kerja.
4. Faktor individu
Sebagai kondisi pekerja sendiri yang akan berinteraksi
dengan kedua faktor diatas memiliki kemampuan, kebolehan
dan batasan serta sistem nilai masing-masing. Faktor
iniberkaitan dengan individu masing-masing yang berbeda satu
dengan lainnya, seperti:
11
Disposisi (personality, pandangan hidup), masing-masing
tanaga kerja sering memiliki pandangan hidup masing-
masing. Ada yang ingin mencari pengalaman seluas-luasnya,
ada pula yang ingin mencari uang tidak memikirkan apapun
jenis pekerjaannya asal uangnya banyak. Ada pula yang
mempunyai pandangan asal di Bali walaupun gajinya kecil
dsb.
Gambar
12
Pergelangan Cangkul yang didesain tidak ergonomis sehingga tidak
4
tangan seimbang antara beban dan kuasa
13
BAB III
PENUTUP
i. Kesimpulan
Gotong royong sering kali terdengar di lingkungan masyarakat sejak dulu
hingga saat ini, maka sudahlah tidak asing dengan suasana gotong royong.
Gotong royong merupakan sikap atau kepribadian masyarakat Indonesia yaitu
melakukan suatu tujuan tertentu dengan bekerja secara bersama-sama sehingga
bagaimana hasilnya akan dirasakan bersama-sama juga.
Dalam melakukan gotong royong ini sering kali terjadi peristiwa kecelakaan
yang disebabkan oleh berbagai hal, kurangnya pemahaman dan penerapan
ergonomika salah satu contohnya. Ergonomika adalah ilmu yang mempelajari
tentang interaksi manusia dengan alat kerjanya, artinya bagaimana manusia
menggunakan alat, prosedur, dan cara kerja alat tersebut telah diatur sedemikian
rupa agar sesuai dengan kondisi fisik, psikis pengguna, lingkungan serta dapat
memperoleh hasil yang maksimal.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya disiplin ilmu
ergonomi dalam kegiatan masyarakat sekitar, contohnya gotong-royong. Apabila
ergonomi dapat diaplikasikan dan diterapkan dengan tepat, maka akan sangat
membantu kinerja serta memperkecil risiko yang akan diterima. Jadi masalah-
masalah yang bisa menimbulkan risiko psikososial yang ada kaitannya dengan
task, organisasi dan lingkungan kerja merupakan aspek ergonomi.
ii. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Makna Gotong Royong yang Telah Menjadi Karakter dan Kepribadian Bangsa
Indonesia
https://pauddikmasaceh.kemdikbud.go.id
Kesehatan Bekerja
https://promkes.kemkes.go.id
Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna
Widya.
Ergonomi Perkantoran
https://sardjito.co.id
15