Makalah Perilaku Organisasi - Kekuasaan Dan Politik 12
Makalah Perilaku Organisasi - Kekuasaan Dan Politik 12
Dosen Pengampu:
Fajriani Aziz, S.Pd., M.Si.
Oleh :
KELOMPOK 15
Tirsa 210901502099
Muh. Mulya Hamzah 210901502100
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Penulis kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Berkat Karunia-
Nyalah tulisan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini yang
berjudul “ Kekuasaan dan Politik ” ini dalam rangka menyelesaikan tugas dari salah satu
Mata Kuliah Perilaku Organisasi.
Penulis menyadari bahwa Tulisan ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Hal
ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan Penulis terima dengan senang hati demi
Perbaikan makalah ini lebih lanjut.
Tulisan ini dapat penulis selesaikan berkat adanya kerja sama antar individu dalam
kelompok. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan Terima Kasih kepada semua Pihak. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi tiap Pembacanya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 13
LAMPIRAN ..................................................................................................................... 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat :
Pada Bab ini dibahas tentang Gambaran Umum “Kekuasaan dan Politik", yang
dijelaskan masing-masing point yaitu : Pengertian Kekuasaan, Legitimasi Kekuasaan,
Sifat Kekuasaan, Sumber-sumber Kekuasaan, Pengertian Politik, Pengertian Politik dalam
Organisasi, Taktik Memainkan Politik dalam Organisasi, dan Etika dalam Politik
Keorganisasian. Adapun dalam Segi Teori, Kekuasaan adalah suatu kemampuan yang
dimiliki oleh individu atau kelompok untuk memengaruhi orang lain dan Politik merupakan
upaya untuk ikut berperan serta dalam mengurus dan mengendalikan urusan masyarakat.
Manfaat yang diharapkan setelah mempelajari Kekuasaan dan Politik adalah Pemahaman
Tentang . Pengertian Kekuasaan, Legitimasi Kekuasaan, Sifat Kekuasaan, Sumber-
sumber Kekuasaan, Pengertian Politik, Pengertian Politik dalam Organisasi, Taktik
Memainkan Politik dalam Organisasi, dan Etika dalam Politik Keorganisasian.
B. Relevansi :
Pada bagian ini dibahas apa saja yang mencakup dalam “Kekuasaan dan Politik".
Yang dimana Dengan dasar pemahaman ini akan menjadi landasan bagi Mahasiswa
untuk memahami lebih jauh Tentang Kekuasaan dan Politik itu dan bagian-bagian apa
yang mencakup di dalamnya. Adapun Bagian yang dimaksud didalamnya yaitu,
Pengertian Kekuasaan, Legitimasi Kekuasaan, Sifat Kekuasaan, Sumber-sumber
Kekuasaan, Pengertian Politik, Pengertian Politik dalam Organisasi, Taktik Memainkan
Politik dalam Organisasi, dan Etika dalam Politik Keorganisasian.
C. Indikator :
4
BAB II
PEMBAHASAN
KEKUASAAN DAN POLITIK
A. Pengertian Kekuasaan
5
Greenberg dan Baron (2000) menyatakan bahwa "A memiliki kekuasaan atas B
sehingga A dapat meminta B melakukan sesuatu yang tanpa kekuasaan A tersebut tidak
akan dilakukan B". Definisi ini menyempitkan konsep kekuasaan, juga menuntut
seseorang untuk mengenali jenis-jenis perilaku khusus.
Russel (1983) menyatakan bahwa power (kekuasaan) adalah konsep dasar dalam
ilmu sosial. Kekuasaan penting dalam kehidupan organisasi, dan bahwa kekuasaan dalam
organisasi terikat dengan status seseorang.
B. Legitimasi Kekuasaan
Jika berbicara tentang kekuasaan rasanya belum lengkap kalau tidak membahas
legitimasi kekuasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), legitimasi adalah
keterangan yang mengesahkan atau membenarkan bahwa pemegang keterangan adalah
betul-betul orang yang dimaksud atau kesahan. Sementara itu, legitimasi berasal dari
bahasa Latin, yaitu lex yang artinya hukum.
6
Pada dasarnya, pengertian legitimasi kekuasaan menurut para ahli berbeda-beda.
Meskipun pengertian legitimasi kekuasaan berbeda-beda, tetapi secara garis besar
legitimasi kekuasaan adalah suatu bentuk yang dibuat masyarakat dalam menerima dan
percaya terhadap pemerintahan, pemimpin, pejabat negara, dan kebijakan-kebijakan yang
telah dibuat. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa selama masyarakat merasa terlindungi
dan merasa sejahtera, maka mereka bisa menerima dan percaya terhadap kepemimpinan
suatu pemerintahan.
Namun, apabila ada anggota masyarakat yang merasa kalau dirinya atau
kelompoknya tidak terlindungi, maka legitimasi kekuasaan pemerintahan bisa saja hancur
atau tidak bisa dipertahankan. Tidak hanya itu, hal dapat terjadi karena para pemimpin
dan pejabat negara tidak dapat menunjukkan kinerja dengan baik, sehingga anggota
masyarakat banyak kecewa.
C. Sifat Kekuasaan
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, jika kekuasaan itu bisa dimiliki oleh
individu atau kelompok yang terdiri dari beberapa individu, sehingga dapat dikatakan
bahwa kekuasaan terdiri dari dua sifat, yaitu Position Power dan Personal Power.
1. Position Power
Sifat pertama dari kekuasaan adalah Position Power. Sifat Position Power adalah
kekuasaan yang sudah dimiliki oleh seseorang pada suatu organisasi. Sifat kekuasaan ini
biasanya ada pada seseorang yang memiliki jabatan di suatu organisasi. Dalam hal ini,
jabatan yang dimaksud, seperti ketua atau dewan pembina. Apabila seseorang sudah
memiliki jabatan ketua, maka ia sudah memiliki kewenangan untuk mengatur dan
mengarahkan anak buahnya.
7
Bagi seseorang yang sudah memiliki kuasa di suatu organisasi, tetapi tidak bisa
mengemban tanggung jawab dengan benar, maka kemungkinan besar organisasi yang
dipimpinnya akan sulit untuk berkembang. Oleh sebab itu, sudah seharusnya seseorang
yang memiliki jabatan di organisasi harus mempunyai wawasan yang luas supaya
organisasi yang dipimpin tidak mengalami kemunduran. Salah satu cara untuk
memperluas wawasan adalah membaca buku.
2. Personal Power
Sifat kedua dari kekuasaan adalah Personal Power. Sifat Personal Power adalah
kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang bukan di organisasi melainkan dalam hubungan
sosialnya. Dengan kata lain, seseorang itu sudah memiliki jabatan di lingkungan
masyarakat, seperti jabatan RT, RW, Kepala Desa, dan sebagainya. Biasanya seseorang
yang memiliki sifat Personal Power ini namanya sudah di lingkungan masyarakatnya.
Hampir sama dengan seseorang yang memiliki kuasa di suatu organisasi, individu
yang memiliki Personal Power juga harus bisa mengarahkan anggota masyarakatnya agar
menciptakan hubungan yang harmonis. Apabila pemegang kuasa tidak bisa menciptakan
hubungan yang harmonis antar anggota masyarakat, maka bisa memunculkan
kesalahpahaman antar anggota masyarakat. Oleh sebab itu, dalam sifat Personal Power
pemilik kuasa harus pandai menjaga komunikasi dengan baik kepada seluruh anggotanya.
D. Sumber-sumber Kekuasaan
1. Kedudukan
Sumber kekuasaan pertama ini bisa berupa jabatan saat ini. Misalnya, seseorang
memiliki jabatan sebagai ketua di sebuah organisasi, memiliki pangkat yang tinggi di
bidang kemiliteran, dan sebagainya. Sumber kekuasaan yang berasal dari kedudukan ini,
jika ada pada seseorang yang salah, maka akan memunculkan kerugian banyak orang.
8
2. Kekayaan
Kekayaan menjadi sumber kekuasaan kedua. Sudah menjadi hal umum, jika
kekayaan yang dimiliki oleh seseorang bisa menentukan apakah seseorang itu bisa
berkuasa atau tidak. Pada umumnya, seseorang yang kaya dapat menguasai seorang
politikus.
3. Kepercayaan
Sumber kekuasaan yang terakhir adalah kepercayaan atau agama. Dalam hal ini,
seseorang yang sudah memiliki ilmu yang cukup tinggi dalam suatu agama akan dianggap
bisa membimbing para umatnya.
E...Pengertian Politik
Politik berasal dari Bahasa Yunani "politeia" yang berarti kiat memimpin kota
(polis). Secara prinsip, politik merupakan upaya untuk ikut berperan serta dalam mengurus
dan mengendalikan urusan masyarakat.
Menurut Arsitoteles, politik adalah usaha warga negara dalam mencapai kebaikan
bersama atau kepentingan umum. Politik juga dapat diartikan sebagai proses
pembentukan kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan
keputusan, khususnya dalam negara. Dari definisi yang bermacam-macam tersebut,
konsep politik dapat dibatasi menjadi :
Politik merupakan suatu rangkaian asas (prinsip), keadaan dan jalan, cara, serta
alat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, atau suatu keadaan yang kita
kehendaki disertai dengan jalan, cara, dan alat yang akan kita gunakan untuk mencapai
keadaan yang kita inginkan. Politik dalam pengertian ini adalah tempat keseluruhan
individu atau kelompok bergerak dan masing-masing mempunyai kepentingan atau idenya
sendiri.
9
Politik dalam arti kebijaksanaan (policy) adalah penggunaan pertimbangan
pertimbangan tertentu yang dianggap lebih menjamin terlaksananya suatu usaha, cita-
cita, keinginan atau keadaan yang kita kehendaki.Kebijaksanaan adalah suatu kumpulan
keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha memilih
tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan itu.
Menurut Kacmar dan Baron (1999) yang dikutip dalam Andrews dan Kacmar
(2001) memberikan pengertian bahwa politik yang ada dalam suatu organisasi merupakan
tindakan individu yang dipengaruhi oleh tujuan pencapaian kepentingan pribadi tanpa
memperhatikan atau menghargai well-being orang lain atau organisasi.
1. Perilaku politik biasanya muncul pada saat ada ketidakpastian, sumber daya yang
langka, unit-unit (individual dan kelompok) memiliki kepentingan yang terkonflik
dan saat anggota-anggota organisasi memiliki kekuasaan (power) yang hampir
sama.
2. Perilaku politik yang muncul dalam bidang sumber daya manusia, seperti pada
saat penilaian kinerja, seleksi personel, dan keputusan kompensasi (Ferris dan
Kacmar, 1992). Hal ini kemungkinan karena adanya ambiguity. Lingkungan
organisasional bersifat ambiguous karena tidak adanya kriteria evaluasi yang jelas,
sehingga organisasi cenderung kurang bergantung pada hasil yang dapat diukur
dan lebih pada usaha pekerja, potensi yang dipersepsikan dan karakteristik, nilai,
dan sikap personal. Semua hal tersebut dapat diubah melalui manipulasi
pertimbangan (Ferris & King, 1991).
3. Aktivitas politik biasanya tidak sama pada tahap hidup organisasi yang berbeda.
Menurut Greenberg dan Baron (1997) ada tiga tahapan dalam organisasi yang
memiliki perilaku politik yang berbeda-beda. Tahap pertama, saat organisasi baru
10
berdiri, pendiri organisasi memperoleh kekuasaan politik dengan menunjukkan ide
mereka kepada para bawahannya. Kedua, tahap pertumbuhan organisasi, anggota
organisasi cenderung terpisah-pisah karena kekomplekan tugas sehingga
menciptakan adanya kepentingan yang berbeda- beda dan dapat menimbulkkan
konflik. Ketiga, saat pertumbuhan organisasi mengalami penurunan, anggota-
anggota merasa tidak aman akan pekerjaannya dan memerlukan tindakan politik
untuk mendapatkan kekuasaan dalam pengendalian organisasi.
Untuk memahami komponen politik dari organisasi, mengkaji taktik dan strategi
yang digunakan oleh seseorang atau subunit untuk meningkatkan peluangnya dalam
memenangkan permainan politik, individu atau subunit dapat menggunakan beberapa
taktik poltik untuk memperoleh kekuasaan dalam mencapai tujuan. Taktik memainkan
politik dalam organisasi adalah sebagai berikut:
11
H. Etika dalam Politik Keorganisasian
Etika adalah suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan kesediaan dan
kesanggupan seseorang secara sadar untuk mentaati ketentuan dan norma kehidupan
yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat atau suatu organisasi. Aristoteles
menyatakan bahwa manusia pada dasarnya adalah hewan yang berpolitik, maksudnya
didalam sebuah masyarakat yang berpolitik umat manusia dapat menjalani kehidupan
yang lebih baik. Dari sudut pandang inilah politik berarti sebuah aktifitas etis yang
berkenaan dengan usaha menciptakan sebuah masyarakat yang adil, inilah yang disebut
Aristoteles sebagai ilmu pengetahuan pokok Kekuasaan dan politik banyak digambarkan
sebagai sesuatu yang buruk.
Ferris et al. (1996) dan Sheard at al. (2011)16 bahwa perilaku mementingkan diri
sendiri yang tidak disetujui oleh organisasi adalah tema umum dalam definisi politik
organisasi. Meskipun konotasi negatif kata "politik" dan keniscayaan politik organisasi itu
tidak selalu tidak berfungsi. Dalam hal ini Morgan (1997 hal. 154) mengamati bahwa arti
aslinya ide politik berasal dari pandangan pada kepentingan masyarakat yang berbeda
untuk menyediakan sarana yang memungkinkan bagi individu untuk mendamaikan
perbedaan meskipun dengan konsultasi dan negosiasi.
Ammeter et al. (2002) melihat perilaku politik sebagai rancangan kegiatan untuk
meminimalkan jumlah besar ambiguitas yang terjadi dalam organisasi dan memberi
makna fenomena ketidakpastian organisasi.
Henisz dan Zelner (2010 p. 91) menawarkan perspektif yang saling melengkapi
bahwa "penguasaan politik dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif dan cara untuk
menghindari kerugian ".
12
lingkungan kerja yang berpolitik tidak adil, sehingga dapat menurunkan motivasi mereka.
Tidak mengejutkan ketika permainan politik menjadi terlalu banyak untuk ditangani, hal ini
dapat mengarahkan pekerja untuk mengundurkan diri.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada hakekatnya, kekuasaan merupakan kapasitas yang dimiliki seseorang untuk
mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku orang lain sesuai dengan yang
diinginkannya. Kekuasaan tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber yang dibedakan
menjadi kekuasaan formal dan kekuasaan personal. Kekuasaan biasanya identik dengan
politik. Politik sendiri diartikan sebagai upaya untuk ikut berperan serta dalam mengurus
dan mengendalikan urusan masyarakat. Penyalahgunaan kekuasaan pada dunia politik
yang kerap dilakukan oleh pelaku politik menimbulkan pandangan bahwa tujuan utama
berpartisipasi politik hanyalah untuk mendapatkan kekuasaan. Padahal, pada hakekatnya
penggunaan kekuasaan dalam politik bertujuan untuk mengatur kepentingan masyarakat
seluruhnya, bukan untuk kepentingan pribadi ataupun kelompok. Untuk itu, adanya
pembatasan kekuasaan sangat diperlukan agar tumbuh kepercayaan masyarakat
terhadap pemegang kekuasaan dan terciptanya keadilan serta kenyamanan dalam
kehidupan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Sumber-sumber Kekuasaan
http://amp.kompas.com/nasional/read/2022/02/16/00000091/sumber-sumber-kekuasaan
diakses pada 22 November 2022 pukul 21:19
15
LAMPIRAN
16