Anda di halaman 1dari 100

ANALISIS FRASA IDIOMATIK

PADA NOVEL “INTELIGENSI EMBUN PAGI” KARYA DEWI LESTARI

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu


syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan

oleh
HELMI ANWAR ALLAUDIN
NIM 14212006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU SOSIAL, BAHASA, DAN SASTRA
INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA
(IPI) GARUT
2018

1
2

ABSTRAK

Penulisan “Analisis Frasa Idiomatik dalam Novel „Inteligensi Embun Pagi


Karya Dewi Lestari” pada dasarnya dipengaruhi oleh minat penulis membaca
serial novel Supernova dan berkeinginan memiliki semua serial bukunya. Maka
timbul keinginan untuk menganalisis frasa idiomatik pada salah satu serial
novelnya yaitu Inteligensi Embun Pagi.
Permasalahan yang diangkat dalam judul ini adalah (1) apa saja frasa
idiomatik penuh yang terdapat pada novel “Intelegensi Embun Pagi” karya Dewi
Lestari? (2) apa saja frasa idiomatik sebagian yang terdapat pada novel
“Intelegensi Embun Pagi” karya Dewi Lestari? (3) apa makna dari frasa idiomatik
penuh yang terdapat pada novel “Intelegensi Embun Pagi” karya Dewi Lestari?
(4) apa makna dari frasa idiomatik sebagian yang terdapat pada novel “Intelegensi
Embun Pagi” karya Dewi Lestari?
Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti analisis ini
menggunakan metode analisis deskriptif untuk meneliti frasa idomatik secara
langsung. Selain membaca novel Inteligensi Embun Pagi, peneliti juga membaca
buku lain yang bersangkutan serta dibantu dengan pemahaman kehidupan nyata.
Peneliti menganalisis frasa idiomatik penuh dan idiomatik sebagian.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam novel Inteligensi Embun
Pagi ini terdapat banyak frasa idiomatik dengan frasa idiomatik sebagian yang
mendominasi. Manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan sumbangan pada
perkembangan ilmu sastra, memperkaya penggunaan teori-teori sastra secara
teknis analisis terhadap karya sastra, serta mampu menambah minat baca dalam
mengapresiasi karya sastra.

Kata kunci: Frasa Idiomatik, Novel, Dewi Lestari


3

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.,

Alhamdulilahirobilalamin, peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Frasa Idiomatik pada Novel

„Intelegensi Embun Pagi‟ Karya Dewi Lestari”. Tak lupa selawat serta salam

peneliti panjatkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.

Skripsi ini merupakan suatu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dari Institut Pendidikan

Indonesia (IPI) Garut.

Skripsi ini dapat diselesaikan berkat adanya bantuan dan kerja sama dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti juga ingin

menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan

sumbangan pikiran, waktu, dan tenaga serta bantuan moril dan materil, khususnya

kepada:

1. Dr. H. Nizar Alam Hamdani, MM., MT. sebagai Rektor Institut

Pendidikan Indonesia (IPI) Garut.

2. Dr. Hj. Lina Siti Nurwahidah, M.Pd. sebagai Dekan Fakultas

Pendidikan Ilmu Sosial, Bahasa dan Sastra.

3. Zoni Sulaiman, M.Pd., sebagai ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia.


4

4. Drs. Eddy Rosadi M, M. Pd., sebagai pembimbing I yang telah

mengorbankan waktu, tenaga, serta pikiran selama membimbing

penulisan skripsi sampai selesai.

5. Deasy Aditya Damayanti, M. Pd., sebagai pembimbing I yang telah

mengorbankan waktu, tenaga, serta pikiran selama membimbing

penulisan skripsi sampai selesai.

6. Ida Suhaemi, cinta pertama yang membesarkan seorang Helmi.

7. Wahyu Irawan, Ayah yang selalu menyiratkan pesan hidup menjadi

lelaki sejati.

8. Asy-syifa Nur Fauzi, perempuan yang kelak dan selalu menjadi

cerminan diri.

9. Keluarga besar dari Kakek-Nenek sampai sepupu paling bayi, yang

menjadi inspirasi.

10. Semua orang tua dari semua sahabat dan kerabat. PANGLIMA,

PANDAWA, PAMMUS, Kelas A PBSI, Banana Crispy, dan ratusan

kelompok lain. Terima kasih sudah melahirkan mereka yang silih

berganti menemani hidup di Bumi.

11. DROPOUT, ELBABO, Senjagurau, DUNIA, ARA, AZKA Studio,

dan seluruh musikus yang dikenali. Yang membuat fana menjadi nada

abadi.

12. Ayu Sakinah, yang menggantikan mereka.

13. Semua pemberi ilmu yang bertitel guru maupun semu. Terima kasih

atas sumbangan partikel yang di sengaja atau pun tidak.


5

Akhirnya peneliti hanya dapat mengharap semoga Allah SWT. membalas

semua kebaikan dan ketulusan yang telah diberikan. Amin.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa sebagai manusia dengan kelebihan

dan kekurangannya, masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan

skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat menjadi karya yang berguna

bagi semua pihak.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Garut, September 2018


6

DAFTAR ISI

Hlm.

ABSTRAK ....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Pembatasan Masalah ....................................................................... 6

C. Perumusan Masalah ........................................................................ 8

D. Tujuan Penelitian ............................................................................ 8

E. Manfaat Penelitian .......................................................................... 9

F. Metode Penelitian ........................................................................... 10

BAB II LANDASAN TEORETIS

A. Frasa ................................................................................................ 11

1. Pengertian Frasa ........................................................................ 11

2. Jenis Frasa ................................................................................. 11


7

3. Ciri-ciri Frasa ............................................................................ 16

B. Idiom ............................................................................................... 17

1. Pengertian Idiom ....................................................................... 17

2. Jenis Idiom ................................................................................ 19

3. Ciri-ciri Idiom ........................................................................... 23

C. Novel ............................................................................................... 27

1. Pengertian Novel ....................................................................... 27

2. Jenis Novel ................................................................................ 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ........................................................................... 29

B. Desain Penelitian ............................................................................ 31

C. Data dan Sumber Data .................................................................... 32

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ..................... 33

E. Teknik Analisis Data ....................................................................... 34

F. Prosedur Penelitian ......................................................................... 37

BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Data ................................................................................. 39


8

B. Analisis Data ................................................................................... 39

C. Pembahasan ..................................................................................... 71

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN .................................................................................... 73

B. SARAN ........................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 77

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................. 79

RIWAYAT HIDUP
9

DAFTAR TABEL

Tabel Klasifikasi: Tabel Analisis Frasa Idiomatik pada Novel “Inteligensi Embun
Pagi” Karya Dewi Lestari
10

DAFTAR LAMPIRAN

Hlm.

Lampiran 1 : Sampul novel SUPERNOVA Inteligensi Embun Pagi ................ 79

Lampiran 2 : Daftar subjudul novel SUPERNOVA Inteligensi Embun Pagi ... 80

Lampiran 3 : Surat Hasil Ujian Komprehensif .................................................. 90

Lampiran 4 : Surat Keterangan Berita Acara Seminar Proposal Penelitian ...... 91

Lampiran 5 : Kartu Bimbingan Skripsi ............................................................. 94

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia memiliki kodrat sebagai makhluk sosial, sehingga komunikasi

dengan sesama manusia pasti tidak terhindarkan setiap harinya. Salah satu

media komunikasi antar perorangan adalah bahasa. Dengan bahasa, manusia

mampu menyampaikan pesan, gagasan, kehendak, informasi ke manusia

lainnya. Bahasa memiliki berbagai satuan yang menyusunnya. Satuan terkecil

dalam bahasa merupakan frasa.

Secara umum, frasa dapat diartikan sebagai gabungan atau suatu

kesatuan kata yang terbentuk dari dua kata atau lebih yang memiiliki satu

makna gramatikal. Yang dimaksud makna gramatikal di sini adalah makna

yang berubah ubah sesuai dengan konteks dalam kalimatnya. Menurut

Ramlan (2001), frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau

lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan. Dalam pengertian lain
11

yang dikemukakan Chaer, frasa merupakan satuan yang terdiri dari dua atau

lebih yang membentuk atau menduduki satu fungsi kalimat (subjek / predikat

/ objek / keterangan / pelengkap) dan juga bersifat nonprediktif.

Idiom berasal dari bahasa yunani, yaitu idios yang berarti khas, mandiri,

khusus atau pribadi. Menurut Keraf (2005:109) yang disebut idiom adalah

pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang

umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak dapat diterangkan

secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada makna kata-kata

yang membentuknya.

Alwasilah (1993:165) menyebutkan bahwa idiom adalah grup kata-kata

yang mempunyai makna tersendiri yang berbeda dari makna tiap kata dalam

grup itu. Senada dengan pendapat di atas, Arifin (2009:53) menyatakan

ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang

salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatik

adalah kata-kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah

ekonomi bahasa. Menurut dua pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa

idiom merupakan susunan yang khas dalam sebuah bahasa dan mempunyai

makna tersendiri yang berbeda dari makna kata pembentuknya. Susunan kata

satu dan lainnya dalam idiom saling melengkapi, tidak dapat digantikan, dan

tidak dapat dihilangkan.

Kridalaksana (2008:90) menyatakan bahwa idiom adalah konstruksi dari

unsur-unsur yang saling memilih, masing-masing anggota mempunyai makna

yang ada hanya karena bersama yang lain, konstruksi yang maknanya tidak
12

sama dengan makna gabungan makna anggota-anggotanya. Contoh: kambing

hitam dalam kalimat dalam peristiwa kebakaran itu hansip menjadi

kambing hitam padahal mereka tidak tahu apa-apa. Di sini makna kambing

hitam secara keseluruhan tidak sama dengan kambing maupun hitam.

(dianjurkan untuk tidak dipakai) bahasa dan dialek yang khas menandai suatu

bangsa, suku, kelompok, dll.

Alasan mengapa frasa idiomatik perlu diteliti ialah untuk mengetahui

maksud yang ingin disampaikan dari penulis kepada pembacanya. Segala

karya sastra memiliki pesan yang terkandung di dalamnya, hanya saja para

penulis terkadang ingin membuat teka-teki untuk menyampaikan pesan dari

karyanya tersebut. Sehingga sebuah karya sastra memiliki pesan yang tersurat

dan tersirat. Seperti yang telah disebutkan oleh para ahli, frasa idiomatik ialah

kumpulan kata yang mempunyai makna yang berbeda dari makna aslinya.

Maka selain untuk memperindah tulisan, frasa idiom juga berfungsi untuk

menyampaikan pesan dari penulis kepada pembaca secara tersirat.

Waluyo (2002:68) berpendapat bahwa karya sastra hadir sebagai wujud

nyata imajinatif kreatif seorang sastrawan dengan proses yang berbeda antara

pengarang yang satu dengan pengarang yang lain, terutama dalam penciptaan

cerita fiksi. Proses tersebut bersifat individualis artinya cara yang digunakan

oleh tiap-tiap pengarang dapat berbeda. Perbedaan itu meliputi beberapa hal

diantaranya metode, munculnya proses kreatif dan cara mengekspresikan apa

yang ada dalam diri pengarang hingga bahasa penyampaian yang digunakan.
13

Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan

manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati

berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian

diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya.

Oleh karena itu, fiksi menurut Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro,

2000:2) dapat diartikan sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun

biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan

hubungan-hubungan antar manusia.

Ada berbagai bentuk karya sastra, salah satunya yaitu novel. Novel dapat

dikaji dari beberapa aspek, misalnya penokohan, isi, cerita, setting, alur dan

makna. Semua kajian itu dilakukan hanya untuk mengetahui sejauh mana

karya sastra dinikmati oleh pembaca. Tanggapan pembaca terhadap satu

novel yang sama tentu akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat pemahaman

dan daya imajinasi mereka, misal pada novel karya Dewi Lestari yang

berjudul Inteligensi Embun Pagi. Novel Inteligensi Embun Pagi karya Dewi

Lestari menggambarkan secara gamblang warna-warni kehidupan dan frasa

idiomatik yang tidak biasa dalam tulisannya.

Penelitian yang relevan pernah dilakukan oleh beberapa mahasiswa di

Indonesia sebagai skripsi atau tugas akhir bahkan untuk dijadikan tesis. Di

antaranya; Muh Abdul Khak pada tahun 2008 dalam penelitian dengan judul

“Idiom Dalam Bahasa Indonesia: Struktur Dan Makna 1” menghasilkan

bahwa berdasarkan struktur, idiom bahasa Indonesia dapat dibagi ke dalam

tiga jenis, yaitu idiom yang berbentuk kata kompleks, idiom frasa, dan
14

ungkapan idiomatik (contohnya adalah peribahasa); Kholifah Nurmawati

pada tahun 2012 dalam penelitian dengan judul “Studi Relasi dan

Perbandingan Antara Makna Idiomatik dan Makna Leksikal” menghasilkan

bahwa secara langsung, idiom memiliki makna yang berbeda dalam

pemaknaan secara leksikal; Indrarisky S. Langi mahasiswa Sastra Inggris

Universitas Sam Ratulangi Fakultas Ilmu Budaya Manado pada tahun 2016

menulis dalam jurnalnya yang berjudul “Idiom Dalam Film The Godfather”

menghasilkan bahwa idiom dapat dipahami sebagai ungkapan atau gabungan

kata yang jika diterjemahkan secara harafiah, akan mempunyai arti yang

berbeda dengan makna sebenarnya.

Nuruz Zaman Adi Setyawan Program Studi S-1 Seni Musik Jurusan

Musik Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada

tahun 2015 membua tugas akhir dengan judul “Analisis Idiomatik Post-Rock

pada Lagu Sing And Noise Karya A Slow In Dance” dan menghasilkan

bahwa hasil penelitian dapat digunakan untuk merepresentasikan idiomatik

dari genre musik post-rock. Siti Muslimatun Mutingah mahasiswa Program

Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2017 dalam penelitian

dengan judul “Analisis Makna Idiomatik Pada Kumpulan Puisi Perjalanan

Penyair Sajak-Sajak Kegelisahan Hidup Karya Putu Oka Sukanta Sebagai

Alternatif Pembelajaran SMA Kelas X” menghasilkan bahwa makna idiom

dan ungkapan mempunyai pengertian yang sama. Rincian bentuk dan proses

ungkapan yaitu: menurut jumlah kata dikelompokkan menjadi 2, yaitu ; dua


15

kata dan tiga kata, menurut zaman dikelompokkan menjadi 2, yaitu;

ungkapan lama dan ungkapan baru.

Muhammad Zulfadhli, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan

Indonesia pada tahun 2017 dalam penelitian “Makna Idiomatik Repetisi Pada

Kumpulan Puisi Perempuan Wali Kota Karya Suryatati A Manan”. Ghea Al

Bertha, Universitas Pendidikan Indonesia pada tahun 2014 dalam penelitian

dengan judul “Analisis Kontrastif Idiom Yang Menggunakan Kata Zunge

Und Mund Dalam Bahasa Jerman Dan Bahasa Indonesia”.

B. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi pada tulisan (novel) karya Dewi

Lestari yang berjudul “Inteligensi Embun Pagi”. Novel tersebut terdiri dari 55

subjudul yang merupakan lanjutan dari novel-novel Dewi Lestari yang ditulis

sebelumnya. Penulis membatasi kembali dalam 42 subjudul yang banyak

mengandung frasa idiomatik dalam “Inteligensi Embun Pagi” karya Dewi

Lestari. Yaitu:

1. Keping 45 Para Pembebas

2. Keping 46 Clavis

3. Keping 47 Sentuhan Petir

4. Keping 50 Benteng Batu

5. Keping 51 Di Luar Rencana

6. Keping 52 Warisan

7. Keping 53 Mata-mata
16

8. Keping 56 Mencerna Kemustahilan

9. Keping 57 Pertaruhan yang Sebenarnya

10. Keping 58 Kisi Penjara

11. Keping 59 Evolusi Kesadaran

12. Keping 60 Besok dan Kita

13. Keping 61 Segitiga Supernova

14. Keping 62 Di Ujung Tanduk

15. Keping 63 Rumah Suaka

16. Keping 64 Loncatan Karmik

17. Keping 65 Alarm yang Terpicu

18. Keping 66 Mendobrak Batasan

19. Keping 69 Pergeseran Kutub

20. Keping 70 Jin Dalam Cawan

21. Keping 71 Peretas Gerbang

22. Keping 72 Foniks

23. Keping 73 Menaklukkan Portal

24. Keping 74 Tato Kedua

25. Keping 75 Hiperentitas

26. Keping 76 Peti Mati

27. Keping 77 Kartu As Terakhir

28. Keping 78 Gugus Kandara

29. Keping 79 Menebus Dosa

30. Keping 81 Hancur dari Dalam


17

31. Keping 82 Portal Cermin

32. Keping 83 Momen yang Sempurna

33. Keping 84 Bukit yang Terbuang

34. Keping 85 Salam Perpisahan

35. Keping 86 Bumi yang Kembali

36. Keping 87 Hantu Masa Lalu

37. Keping 89 Berpencar

38. Keping 90 Nyanyian Murai

39. Keping 92 Alfa Omega

40. Keping 93 Rencana Gelombang

41. Keping 94 Konversi

42. Keping 96 Gloma Mutiara

43. Keping 98 Tanda Cinta

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah dan pembatasan masalah

yang dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dirumuskan

sebagai berikut:

1. Apa saja frasa idiomatik penuh yang terdapat pada novel “Inteligensi

Embun Pagi” karya Dewi Lestari?

2. Apa saja frasa idiomatik sebagian yang terdapat pada novel “Inteligensi

Embun Pagi” karya Dewi Lestari?


18

3. Apa frasa idiomatik yang sering muncul pada novel “Inteligensi Embun

Pagi” karya Dewi Lestari?

4. Mengapa frasa idiomatik tersebut sering kali muncul pada novel

“Inteligensi Embun Pagi” karya Dewi Lestari?

D. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan pembatasan dan perumusan masalah di atas, tujuan dari

penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa saja frasa idiomatik penuh yang terdapat pada

novel “Inteligensi Embun Pagi” karya Dewi Lestari.

2. Untuk mengetahui apa saja frasa idiomatik sebagian yang terdapat pada

novel “Inteligensi Embun Pagi” karya Dewi Lestari.

3. Untuk mengetahui frasa idiomatik yang sering muncul pada novel

“Inteligensi Embun Pagi” karya Dewi Lestari.

4. Untuk mengetahui mengapa frasa idiomatik tersebut sering muncul pada

novel “Inteligensi Embun Pagi” karya Dewi Lestari.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi para

pembaca, baik bersifat teoretis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

perkembangan ilmu sastra.


19

b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya

penggunaan teori-teori sastra secara teknik analisis terhadap karya

sastra.

c. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa/siswi/pelajar dalam

membaca karya sastra untuk lebih mengerti makna yang tersirat

dalam karya sastra.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pengarang penelitian ini dapat memberikan masukan untuk

dapat menciptakan karya sastra yang lebih baik.

b. Bagi pembaca penelitian ini dapat menambah minat baca dalam

mengapresiasikan karya sastra.

c. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memperkaya wawasan sastra dan

menambah khasanah penelitian sastra Indonesia sehingga

bermanfaat bagi perkembangan sastra Indonesia.

d. Bagi pelajar, penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran

mengenai makna dalam karya sastra.

F. Metode Penelitian

Penelitian deskriptif kualitatif merupakan salah satu dari jenis

penelitian yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Adapun tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengungkapkan kejadian atau fakta, keadaan,

fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung

dengan menyuguhkan apa yang sebenarnya terjadi. Penelitian ini menafsirkan


20

dan menguraikan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi,

sikap serta pandangan yang terjadi di dalam suatu masyarakat, pertentangan

antara dua keadaan atau lebih, hubungan antar variabel yang timbul,

perbedaan antar fakta yang ada serta pengaruhnya terhadap suatu kondisi, dan

sebagainya.

Dalam penelitian yang saya lakukan dengan judul “Analisis Frasa

Idiomatik pada Novel „Inteligensi Embun Pagi‟ Karya Dewi Lestari”

menggunakan metode penelitian kualitatif analisis deskriptif menekankan

pada fakta, keadaan, fenomena, variable dan keadaan dalam buku “Inteligensi

Embun Pagi” karya Dewi Lestari terutama dalam segi frasa idiomatik.
21

BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Frasa

1. Pengertian Frasa

Frasa dapat diartikan sebagai gabungan atau suatu kesatuan kata

yang terbentuk dari dua kata atau lebih yang memiiliki satu makna

gramatikal. Yang dimaksud makna gramatikal di sini adalah makna yang

berubah ubah sesuai dengan konteks dalam kalimatnya. Menurut Ramlan

(2001), frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas satu kata atau lebih

dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan.

Chaer (1994:22) frasa merupakan satuan yang terdiri dari dua atau

lebih yang membentuk atau menduduki satu fungsi kalimat (subjek /

predikat / objek / keterangan / pelengkap) dan juga bersifat nonprediktif.

Verhaar (1999:292) mendefinisikan frasa sebagai kelompok kata yang

merupakan bagian fungsional dari tuturan yang lebih panjang. Sementara

itu, menurut Koentjoro (dalam Baehaqie, 2008: 14), frasa adalah satuan

gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih dari dua kata yang tidak

berciri klausa dan pada umumnya menjadi pembentuk klausa.

2. Jenis Frasa

Frasa dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria berikut: (1) ada

tidaknya konstituen inti, (2) kompleksitas konstituen penyusunnya, dan (3)

maknanya. Berdasarkan ada tidaknya konstituen inti, frasa dibedakan atas

frasa endosentris dan frasa eksosentris. Berdasarkan kompleksitas


22

konstituen penyusunnya, frasa dibagi menjadi dua yaitu frasa dasar dan

frasa turunan. Sementara itu, dilihat dari segi maknanya, frasa dibedakan

menjadi dua kelompok, yaitu frasa lugas dan frasa idiomatis.

a. Frasa Endosentris

Frasa endosentris adalah frasa yang memiliki konstituen inti.

Berdasarkan kesetaraan dan hubungan antarkonstituen intinya frasa

endosentris dibedakan menjadi tiga, yaitu frasa endosentris atributif,

frasa endosentris koordinatif, dan frasa endosentris yang apostif

(Chaer, 1994:225-229).

1) Frasa Endosentris yang Atributif

Frasa endosentris yang atributif merupakan frasa

endometris yang terdiri atas konstituen-konstituen tidak setara. Di

dalamnya terdapat konstituen berstatus sebagai atribut,

disebabkan adanya konstituen yang berperan sebagai konstituen

inti. Konstituen-konstituen itu tidak dapat dihubungkan dengan

kata penghubung dan atau atau. Misalnya frasa mahasiswa ini,

dosen sintaksis, bahasa saya.

Dilihat dari segi konstituen atributnya, frasa endosentris

atributif dapat dipilah menjadi dua yaitu, frasa endosentris

atributif klitikal dan frasa endosentris atributif nonklitikal. Frasa

endosentris atributif klitikal adalah frasa endosentris atributif yang

konstituen atributnya berupa klitik, contohnya majalahku,

tabloidmu, artikelnya.
23

Dilihat dari kategori intinya, frasa endosentris yang atributif

dibedakan menjadi: (1) frasa nominal seperti kursi kayu jati, (2)

frasa verbal seperti sedang berpidato, (3) frasa pronominal seperti

kita berdua, (4) frasa numeralia seperti dua buah, (5) frasa

interogativa seperti apa dan siapa, (6) frasa demonstrative seperti

ini dan itu, (7) frasa adjektival seperti lancar sekali, dan (8) frasa

adverbial seperti tadi pagi (Ramlan 1987:154-157).

2) Frasa Endosentris yang Koordinatif

Frasa endosentris yang koordinatif adalah frasa enosentris

yang terdiri atas konstituen-konstituen yang setara. Konstituen-

konstituen tersebut adalah konstituen inti, jadi tidak ada

konstituen yang bukan inti. Kesetaraannya dapat dibuktikan

dengan adanya kemungkinan kokstituen itu dihubungkan dengan

penghubung dan atau atau. Misalnya frasa penelitian dan

pengembangan, Mustafa Bisti atau Gus Mus, ibu bapak, tua muda.

3) Frasa Endosentris yang Apositif

Frasa endosentris yang apositif merupakan frasa yang mirip

dengan frasa endosentris yang koordinatif dalam masing-masing

konstituennya dapat saling menggantikan, misalnya pada kalimat

Presiden Amerika Barack Obama datang di Auditorium Unnes.

Presiden Amerika Barack Obama merupakan frasa endosentrik

apositif. Unsur Presiden Amerika sebagai unsur pusatnya,

sedangkan Barack Obama sebagai apositif. Kedua unsur tersebut


24

bisa saling menggantikan dalam kalimat, dan mempunyai

informasi yang sama. Dapat disimpulkan, Presiden Amerika

datang di Auditorium Unnes dan Barack Obama datang di

Auditorium Unnes.

b. Frasa Eksosentris

Frasa eksosentrik adalah frasa yang komponennya tidak

mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.

Misalnya, frasa di rumah, yang terdiri atas komponen di dan

komponen rumah. Secara keseluruhan atau secara utuh frasa ini dapat

mengisi fungsi keterangan, misalnya dalam kalimat Dia belajar di

rumah. Baik komponen di maupun komponen rumah, tidak dapat

berfungsi sebagai keterangan seperti dalam kalimat (a), sebab

konstruksi (b) dan (c) tidak berterima.

(a) Dia belajar di rumah

(b) Dia belajar di

(c) Dia belajar rumah

Frasa eksosentris dibedakan atas frasa eksosentris direktif dan

frasa eksosentris nondirektif. Frasa eksosentris direktif komponen

pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan komponen

keduanya berupa kata atau kelompok kata yang biasanya berkategori

nomina. Oleh karena komponen pertama berupa preposisi, maka frasa

eksosentris direktif ini lazim juga disebut frasa preposisional.

Perhatikan contoh (d), (e), dan (f) berikut ini.


25

(d) dari batang kayu

(e) demi ketenteraman

(f) ke kota

Frasa eksosentis nondirektif adalah frasa eksosentris yang

konstituen perangkainya berupa artikula, sedangkan konstituen

sumbunya berupa kata atau kelompok kata yang berkategori nomina,

verba, atau adjektiva, misalnya: sang suami, para tamu.

c. Frasa Dasar dan Frasa Turunan

Frasa dasar ialah frasa yang konstituen pembentuknya

sederhana, yaitu apabila berkonstruksi endosentris atributif atau

eksosentris, frasa tersebut hanya terdiri atas dua patah kata; misalnya

buku sintaksis, bahasa Indonesia. Adapun apabila berkonstruksi

endosentris koordinatif dapat terdiri atas dua, tiga, atau lebih dari tiga

kata; misalnya: dosen, mahasiswa, dan karyawan.

Adapun frasa dikatakan sebagai frasa turunan jika frasa tersebut

sudah mengalami penurunan yang disebabkan adanya penambahan

kata atau frasa lain dalam frasa tersebut. Misalnya: Spidol dan kapur

tulis. Kalimat tersebut terdapat dua frasa yaitu frasa kapur tulis (frasa

endosentris atributif nominal), dan frasa spidol dan kapur tulis (frasa

endosentris koordinatif)

d. Frasa Lugas dan Frasa Idiomatik

Berdasarkan makna konstituen leksikal pembentuknya, frasa

dapat dibedakan menjadi frasa lugas dan frasa idiomatik. Frasa lugas
26

adalah frasa yang maknanya masih lugas sebagaimana konstituen

leksikal pembentuknya. Sedangkan frasa idiomatik adalah frasa yang

membentuk idiom tertentu sehingga maknanya pun bersifat idiomatik,

artinya makna yang terbentuk tidak bisa diuraikan berdasarkan

konstituen-konstituen leksikal pembentuknya. Misalnya:

(1) Kambing hitam itu milik siapa?

(2) Jangan suka mengambinghitamkan orang lain.

Konstruksi kambing hitam pada kalimat (1) merupakan frasa

lugas yang bermakna kambing yang berbulu hitam, sedangkan pada

kalimat (2) kambing hitam merupakan frasa idiomatik yang berarti

menuduh orang lain melakukan kesalahan.

Frasa idiomatik merupakan gabungan dua kata atau lebih yang

mengandung makna idiomatik dan contohnya. Makna idiomatik

sendiri merupakan makna tidak sebenarnya dari sebuah kata atau

frasa. Dengan demikian, frasa idiomatik merupakan gabungan dua

kata yang mengandung makna yang tidak sebenarnya. Karena

mengandung makna yang tidak sebenarnya, maka para pembaca pun

harus pandai-pandai dalam menafsirkan makna dibalik jenis frasa ini.

3. Ciri-Ciri Frasa

Untuk membedakan frasa dari satuan bahasa lain, berikut ini

merupakan ciri ciri atau sifat sifat yang dimiliki frasa, yaitu:

a. Frasa terdiri dari minimal dua kata atau lebih.


27

b. Frasa menduduki atau memiliki fungsi gramatikal dalam kalimat

(misal: subjek, predikat, objek, atau lain sebagainya).

c. Frasa memiliki satu makna gramatikal.

d. Frasa bersifat non predikatif (frasa dapat menduduki fungsi sebagai

predikat, namun bukan merupakan kumpulan kata yang memiliki

predikat seperti kalimat).

B. Idiom

1. Pengertian Idiom

Menurut Keraf (2005:109) Idiom berasal dari bahasa Yunani, idios

yang berarti khas, mandiri, husus atau pribadi. Menurut Keraf (2005:109)

yang dinamakan idiom merupakan pola-pola struktural yang menyimpang

dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frasa,

sedangkan artinya tak akan diterangkan dengan cara logis atau

gramatikal, bersama bertumpu kepada makna kata-kata yg

membutuhkannya.

Menurut Chear (2009:74), idiom adalah satuan-satuan bahasa dapat

berupa frase, dapat berupa kata, maupun kalimat yang maknanya tidak

dapat diramalkan dari mana leksikal unsur-unsurnya maupun makana

gramatikal satuan-satuan tersebut. Selanjutnya Chear menyebutkan

bahwa antara idiom, ungkapan dan metafora sebenarnya mencakup objek

pembicaraan yang kurang lebih sama, hanya segi pandangnya yang

berlainan. Menurut Chear dalam kamus ungkapannya (1997) perbedaan


28

antara idiom dan ungkapan yaitu ungkapan adalah istilah dalam retorika

sedangkan idiom adalah istilah dalam bidang semantik

Menurut Djajasudarma (2009:20), idiomatik adalah leksikal yang

berbentuk dari beberapa kata. Kata-kata yang disusun dengan kombinasi

kata lain dapat pula menghasilkan makna yang berlainan. Dengan kata

lain gabungan kata tersebut sudah memiliki makna tersendiri yang

berlainan dengan makna kata pembentuknya dan jika digabung dengan

kata lain maka maknanya akan berubah

Menurut Alwasilah (1993:165), idiom adalah grup kata-kata yang

mempunyai makna tersendiri yang berbeda dari makna tiap kata dalam

grup itu.

Arifin (2009:53) menyatakan ungkapan idiomatik adalah

konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak

dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatik adalah kata - kata

yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa.

Menurut dua pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa idiom merupakan

susunan yang khas dalam sebuah bahasa dan mempunyai makna

tersendiri yang berbeda dari makna kata pembentuknya susunan kata satu

dan lainnya dalam idiom saling melengkapi tidak dapat digantikan dan

tidak dapat dihilangkan.

Menurut Peaty (1983:3), idiom adalah bagian dari bahasa yang

tidak dapat dipisahkan. Idiom juga merupakan ekspresi kata atau frase
29

yang memi liki makna kiasan yang dapat dipahami dalam hal penggunaan

umum dari ekspresi yang terpisah dari arti harafiah. Spears (2007:12)

mengatakan bahwa idiom dapat dipahami sebagai kumpulan kata atau

frase, yang ketika diterjemahkan akan mempunyai kata yang berbeda dari

arti kata itu sendiri. Allshop dan Woods (1990:121) juga mengatakan

bahwa idiom adalah kelompok kata dengan arti yang berbeda dari semua

arti individu dan secara semantik berfungsi sebagai satu kesatuan.

Dalam setiap perkembangan bahasa, idiom-idiom baru muncul

secara terus-menerus, beberapa idiom hanya muncul satu atau dua kali

dan kemudian hilang, sedangkan yang lainnya bertahan. Ini menunjukkan

bahwa kita harus menentukan suatu batasan karena salah satu kata tidak

bisa didaftarkan dalam idio m yang diteliti. (Hockett 1958:303).

Idiom berfungsi untuk memperindah sebuah tulisan/karya sastra.

Dengan bentuk yang mampu menyesuaikan dengan keadaan dalam cerita

sehingga pembaca mendapatkan informasi yang lebih segar. Penulis pun

tidak akan hanya menggunakan kalimat yang regular untuk memberikan

kesan kepada para pembaca.

2. Jenis Idiom

Idiom terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya yaitu ungkapan,

peribahasa, dan pemeo (Sudaryat, 2009:89-91). Ketiga jenis idiom

tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.

a. Ungkapan
30

Ungkapan dapat didefinisikan sebagai (1) perkataan atau kelompok

kata yang khas untuk menyatakan sesuatu maksud dengan arti kiasan

(Poerwadarminta dalam Sudaryat, 2009: 89); (2) kelompok kata yang

berpadu yang mengandung satu pengertian (Zakaria dan Sofyan

dalam Sudaryat, 2009: 89); (3) gabungan kata yang maknanya tidak

sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya (KBBI dalam

Sudaryat 2009: 89).

Contoh:

berbadan dua (hamil) idiom ini termasuk dalam jenis ungkapan

karena memiliki ciri sebagai ungkapan. Ada sesuatu yang dikiaskan

dalam idiom ini yakni suatu keadaan seseorang yang lazimnya

memiliki satu badan namun dua badan yang dimaksud adalah badan

seorang ibu dan seorang anak yang dikandung oleh ibu tersebut,

sehingga seolah-olah badan sang ibu ada dua.

b. Peribahasa

Definisi peribahasa menurut para ahli, antara lain (1) kalimat atau

kelompok perkataan yang biasanya mengiaskan sesuatu maksud yang

tentu (Poerwadarminta dalam Sudaryat, 2009: 89); (2) kelompok kata

atau kalimat yang tetap susunannya dan biasanya mengisahkan

maksud tertentu; (3) ungkapan atau kalimat ringkas, padat yang berisi

perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, atau gambaran

tingkah laku (KBBI dalam Sudaryat, 2009: 89). Peribahasa ialah

salah satu bentuk idiom berupa kalimat yang susunannya tetap dan
31

menunjukkan perlambang kehidupan, peribahasa meliputi pepatah

dan perumpamaan.

1) Pepatah (Bidal)

Pepatah didefinisikan sebagai; (1) peribahasa yang mengandung

nasehat, peringatan, atau sindiran (KBBI, 2009: 90), (2) berupa

ajaran dari orang-orang tua (Poerwadarminta dalam Sudaryat,

2009: 90), (3) kadang-kadang merupakan undang-undang dalam

masyrakat (Zakaria dan Sofyan dalam Sudaryat, 2009: 90).

Contoh:

Berjalam peliharalah kaki, berkata peliharalah lidah yang

bermakna dalam bekerja selalu ingat Tuhan dan berhati-hati.

Idiom ini merupakan jenis peribahasa pepatah karena idiom ini

mengandung mengandung nasihat yang berlaku dalam kehidupan

masyarakat.

2) Perumpamaan

Perumpamaan adalah peribahasa yang berisi perbandingan dari

kehidupan manusia. Ciri utama dari perumpamaan ialah adanya

kata-kata bagai, laksana, seperti, dan sebagainya (Sudaryat, 2009:

91).

Contoh:

laksana burung dalam sangkar yang bermakna sesorang yang

terikat oleh keadaaan. Idiom ini termasuk dalam jenis peribahasa

perumpamaan. Salah satu ciri utama dari peribahasa yaitu adanya


32

kata laksana. Pada idiom ini juga terdapat perbandingan antara

burung dengan manusia, burung dibandingkan dengan orang

yang sama dalam keadaaan terkurung.

b. Pemeo

Pemeo ialah ungkapan atau peribahasa yang dijadikan semboyan

(Kridalaksana dalam Sudaryat, 2009: 91). Pada awalnya pemeo

merupakan ejekan (olok-olok, sindiran) yang menjadi buah mulut

orang; perkataan yang lucu untuk menyindir (KBBI dalam Sudaryat,

2009: 91).

Contoh:

Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Pemeo ini bermakna

selalu bersama-sama menghadapi kesusahan dan kesenangan, pemeo

ini cocok sekali dijadikan semboyan bagi sebuah perkumpulan.

Dalam bahasa Indonesia, ada dua macam bentuk idiom, yaitu

idiom penuh dan idiom sebagian (Sudaryat, 2009: 80). berikut penjabaran

rinci dari dua jenis idiom tersebut.

a. Idiom Penuh

Idiom penuh ialah idiom yang maknanya sama sekali tidak

tergambarkan lagi dari unsur-unsurnya secara berasingan. Dalam

idiom penuh maknanya sudah menyatu dan tidak dapat ditafsirkan

dengan makna pembentuknya.

contoh:
33

kepala angin, yang bermakna bodoh. Idiom ini termasuk idiom

penuh karena makna dari idiom ini tidak bisa ditelusuri berdasarkan

unsur pembentuknya. Baik dari makna kata kepala maupun dari

makna kata angin.

b. Idiom Sebagian

Idiom sebagian ialah idiom yang maknanya masih tergambarkan dari

salah satu unsur pembentuknya. Dalam idiom sebagian salah satu

unsur pembentuknya masih tetap memiliki makna leksikalnya.

contoh:

salah air, yang bermakna salah didikan. Makna dari idiom ini masih

bisa digambarkan dari salah satu unsur pembentuknya, yakni makna

kata salah, sehingga idiom ini masuk ke dalam jenis idiom sebagian

(Sudaryat, 2009: 80-81).

Boatner dan Gates (1975:148) membagi idiom dalam 4 bentuk,

yaitu:

c. Lexemic idioms yang berhubungan dengan kelas kata.

d. Idiom berbentuk frase yang digunakan oleh beberapa komunitas

untuk mengekspresikan ide mereka.

e. Idiom berbentuk beku, adalah idiom yang tidak bisa dipasifkan.

Peribahasa, bentuk, makna dan fungsinya telah membeku.

3. Ciri-ciri Idiom

Dari penjelasan sebelumnya, secara umum berikut adalah ciri-ciri idiom:

a. Umumnya merupakan gabungan dua kata atau lebih.


34

Idiom umumnya merupakan gabungan dua kata atau lebih.

contoh:

membanting tulang yang bermakna bekerja keras, dalam kalimat

Ayah

1) mambanting tulang untuk menghidupi keluarga.

2) keras kepala yang bermakna susah dinasihati, dalam kalimat Adi

adalah anak yang keras kepala, ia selalu membantah nasihat orang

tuanya.

3) sayang seribu kali sayang yang bermakna sangat disayangkan,

dalam kalimat Sayang seribu kali sayang gadis yang ia dikagumi

telah dilamar sahabat karibnya.

b. Memiliki bentuk yang tetap.

Unsur-unsur pembentuk idiom saling mengikat sehingga sehingga

masing-masing unsur tersebut tidak dapat diganti oleh kata lain.

contoh:

Idiom membanting tulang yang bermakna bekerja keras, idiom ini

terdiri dari dua unsur kata yaitu membanting dan tulang, kedua

unsur kata tersebut saling mengikat satu sama lain. Seandainya salah

satu unsur dalam idiom membanting tulang diganti, misalnya kata

tulang diganti dengan tengkorak, sehingga berubah menjadi

membanting tengkorak, maka kata tersebut maknanya akan berubah

bahkan tidak lagi berbentuk idiom. Misalnya dalam kalimat Ayah

membanting tulang untuk menghidupi keluarga.


35

c. Membentuk makna leksikal yang baru dari gabungan dua kata atau

lebih tersebut.

contoh:

Idiom meja hijau yang bermakna pengadilan. Idiom tersebut berasal

dari dua unsur kata yaitu meja yang bermakna perkakas (perabot)

rumah yang memunyai bidang datar sebagai daun mejanya dan

berkaki sebagai penyangga dan kata hijau yang bermakna warna

dasar yang serupa dengan warna daun. Dalam konteks idiom, meja

hijau tidak lagi bermakna meja yang berwarna hijau tetapi berubah

menjadi pengadilan. Misalnya dalam kalimat, Koruptor itu diseret ke

meja hijau untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

d. Pada idiom penuh maknanya tidak lagi tergambar dari unsur

pembentuknya.

Dalam idiom penuh maknanya sudah menyatu dan tidak dapat

ditafsirkan dengan makna pembentuknya.

Contoh:

Kepala angin, yang bermakna bodoh. Idiom ini termasuk idiom

penuh karena makna dari idiom ini tidak bisa ditelusuri berdasarkan

unsur pembentuknya. Baik dari makna kata kepala maupun dari

makna kata angin .

e. Pada idiom sebagian maknanya masih tergambar dari salah unsur

pembentuknya.
36

Dalam idiom sebagian salah satu unsur pembentuknya masih tetap

memiliki makna leksikalnya.

contoh:

Salah air, yang bermakna salah didikan. Makna dari idiom ini masih

bisa digambarkan dari salah satu unsur pembentuknya, yakni makna

kata salah, sehingga idiom ini masuk ke dalam jenis idiom sebagian.

f. Pada idiom berjenis peribahasa dan pemeo tidak mengalami

penambahan jumlah berbeda halnya dengan idiom berjenis ungkapan

yang terus berkembang dan mengalami penambahan.

g. Bisa berbetuk ungkapan, peribahasa, dan pemeo.

Idiom dapat berupa ungkapan, peribahasa, dan pemeo. Ungkapan,

peribahasa, dan pemeo adalah bentuk bahasa yang memiliki makna

kias.

1) Ungkapan

Berbadan dua (hamil) idiom ini termasuk dalam jenis ungkapan

karena memiliki ciri sebagai ungkapan. Ada sesuatu yang

dikiaskan dalam idiom ini yakni suatu keadaan seseorang yang

lazimnya memiliki satu badan namun, dua badan yang dimaksud

adalah badan seorang ibu dan seorang anak yang dikandung oleh

ibu tersebut, sehingga seolah-olah badan sang ibu ada dua.

2) Peribahasa

Laksana burung dalam sangkar, yang bermakna sesorang yang

terikat oleh keadaaan. Idiom ini termasuk dalam jenis peribahasa


37

perumpamaan. Salah satu ciri utama dari peribahasa yaitu

adanya kata laksana. Pada idiom ini juga terdapat perbandingan

antara burung dengan manusia, burung dibandingkan dengan

orang yang sama dalam keadaaan terkurung.

3) Pemeo

Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Pemeo ini bermakna

selalu bersama-sama menghadapi kesusahan dan kesenangan,

pemeo ini cocok sekali dijadikan semboyan bagi sebuah

perkumpulan.

h. Merupakan satuan bahasa “bisa berupa kata, frase, maupun

kalimat”.

i. Memiliki arti atau makna yang khusus atau khas, unsur-

unsurnya tidak dapat diganti atau dihilangkan dan

menyimpang dari makna lekiskal atau makna gramatikalnya.

C. Novel

1. Pengertian Novel

Nurgiyantoro (2000:18) mengungkapkan novel adalah suatu cerita

fiksi yang tidak selesai dibaca sekali duduk dan terdiri dari tema, alur,

plot, dan penokohan. Novel merupakan bagian dari karya sastra yang

berbentuk fiksi atau cerita rekaan, namun ada pula yang merupakan kisah

nyata.

2. Jenis Novel

Novel terdiri dari 2 jenis yaitu:


38

a. Novel Populer

Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan

banyak penggemarnya khususnya pembaca dikalangan remaja. Ia

menampilkan masalah-masalah yang actual dan selalu menzaman,

namun hanya sampai pada tingkat permukaan. Novel populer pada

umumnya bersifat artificial, hanya sementara, cepat ketinggalan zaman

dan tidak memaksa orang membacanya sekali lagi (Nurgiyantoro,

2000:18)

b. Novel Serius

Novel serius adalah novel yang membutuhkan ketenangan dan

konsentrasi tinggi dalam membacanya serta disertai kemauan untuk

melakukannya. Novel serius disamping memberikan hiburan yang

memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca, atau paling

tidak mengajaknya untuk meresapi dan merenungkan secara lebih

sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan

(Nurgiyantoro, 2000:18)
39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian menggunakan pendekatan kualitatif metode analisis

deskriptif. Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2010: 4) mengemukakan

bahwa penelitian kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati”. Sedangkan Kirk dan Miller (1986: 9)

mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu

pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan

pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-

orang tersebut dalam bahasannya dan peristilahannya.

Secara umum penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami

(understanding) dunia makna yang disimbolkan dalam perilaku masyarakat

menurut perspektif masyarakat itu sendiri. Penelitian kualitatif adalah salah

satu metode untuk mendapatkan kebenaran dan tergolong sebagai penelitian

ilmiah yang dibangun atas dasar teori-teori yang berkembang daripenelitian

dan terkontrol atas dasar empirik. Jadi dalam penelitian kualitatif ini bukan

hanya menyajikan data apa adanya melainkan juga berusaha

menginterpretasikan korelasi sebagai faktor yang ada yang berlaku meliputi

sudut pandang atau proses yang sedang berlangsung.

Sedangkan metode penelitian kualitatif menurut Lexy J. Moleong

berdasarkan pada pondasi penelitian, paradigma penelitian, perumusan


40

masalah, tahap-tahap penelitian, teknik penelitian, kriteria dan teknik

pemeriksaan data dan analisis dan penafsiran data.

Berpijak dari penelitian diatas penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui bentuk frasa idiomatik pada novel “Inteligensi Embun Pagi”

karya Dewi Lestari. Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk

mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya

mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi yang

sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain penelitian deskriptif kualitatif

ini bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan yang

ada.

Bahwasanya penelitian deskriptif kualitatif dirancang untuk

mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang yang

sementara berlangsung. Pada hakikatnya penelitian deskriptif kualitatif

adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek

dengan tujuan membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau fenomena yang diselidiki.

Penelitian kualitatif bertumpu pada latar belakang alamiah secara

holistik, memposisikan manusia sebagai alat penelitian, melakukan analisis

data secara induktif, lebih mementingkan proses daripada hasil penelitian

yang dilakukan disepakati oleh peneliti dan subjek penelitian.

Metode deskriptif dipilih karena penelitian yang dilakukan adalah

berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung dan


41

berkenaan dengan kondisi masa sekarang. Nazir (2011: 52) menjelaskan

metode deskriptif adalah sebagai berikut:

Metode deskriptif adalah satu metode dalam meneliti status kelompok


manusia, suatu subjek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau
pun kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian
deskriptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Sugiyono (2015: 15) menjelaskan tentang pengertian penelitian

kualitatif sebagai berikut:

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang


berlandaskan pada filsafat positifisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di
mana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel
sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik
penggabungan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada generalisasi.
Metode ini cocok dalam penelitian ini karena penelitian ini berusaha

mencari gambaran satu kelompok manusia untuk mencapai tujuan kelompok

tersebut, sehingga fenomena kelompok tersebut dapat terungkap secara jelas

dan akurat.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi deskriptif analisis maka dalam

memperoleh data yang sebanyak-banyaknya dilakukan melalui berbagai

teknik yang disusun secara sistematis untuk mencari pengumpulan data hasil

penelitian yang sempurna. Penulis melakukan penelitian dengan studi

deskriptif karena sesuai dengan sifat masalah serta tujuan penelitian yang

ingin diperoleh. Sugiyono (2015) metode deskriptif analisis merupakan

metode yang bertujuan mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap


42

suatu objek penelitian yang diteliti melalui sampel atau data yang telah

terkumpul dan membuat kesimpulan yang berlaku umum.

Ciri-ciri metode deskriptif analisis dapat disimpulkan berupa sifat

mengakumulasi data belaka, penelitian bergegas memberikan gambaran

terhadap fenomena-fenomena, kadang perlu pengujian terhadap hipotesis,

digunakan teknik membaca untuk mengumpulkan data, membuat prediksi

dan implikasi dari suatu masalah yang diteliti.

Untuk memudahkan penelitian maka peneliti membuat alur penelitian

yang akan dilakukan sebagai berikut.

Observasi

Pengelompokan data Pengolahan data Analisis data

Studi literatur

Laporan hasil penelitian/kesimpulan

Bagan 3.1: Desain penelitian

C. Data dan Sumber Data

1. Data

Menurut John J. Longkutoy (2012:2), Data adalah suatu istilah

majemuk yang berarti fakta atau bagian dari fakta yang mengandung arti

yang dihubungkan dengan kenyataan, simbol-simbol, gambar-gambar,

angka-angka, huruf-huruf, atau simbol-simbol yang menunjukkan suatu

ide, objek, kondisi atau situasi dan lain-lain. Menurut Arikunto (2002),

data merupakan segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk
43

menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan

data yang dipakai untuk suatu keperluan.

Data yang dijadikan bahan untuk menyusun skripsi ini adalah frasa

idiomatik yang terdapat pada 42 sub judul dalam novel “Inteligensi

Embun Pagi” karya Dewi Lestari.

2. Sumber Data

Menurut Arikunto (1998:144), sumber data adalah subjek darimana

suatu data dapat diperoleh. Menurut Sutopo (2006:56-57), sumber data

adalah tempat data diperoleh dengan menggunakan metode tertentu baik

berupa manusia, artefak, ataupun dokumen-dokumen. Menurut Moleong

(2001:112), pencatatan sumber data melalui wawancara atau pengamatan

merupakan hasil gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan

bertanya. Pada penelitian kualitatif, kegiatan-kegiatan ini dilakukan

secara sadar, terarah dan senantiasa bertujuan memperoleh suatu

informasi yang diperlukan. Sumber data dalam penelitian kualitatif ini

terdiri dari sebagai berikut:

a. Novel “Inteligensi Embun Pagi” karya Dewi Lestari

b. 42 sub-judul dalam novel “Inteligensi Embun Pagi” karya Dewi

Lestari.

c. Kamus Besar Bahasa Indonesia

D. Teknik Pengumpulan Data dan Intrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data


44

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai

setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya

data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting). Bila

dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan

sumber primer dan sumber sekunder. Selanjutnya bila dilihat dari segi

cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat

dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara),

dokumentasi dan gabungan keempatnya Sugiyono (2015: 137).

2. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, penelitian merupakan instrumen utama

(key instrumen) dalam pengumpulan data dan menginterpretasi data

dengan dibimbing oleh pedoman observasi. Senada dengan Moleong

(2000: 9) yang mengemukakan bahwa dalam peneliti kualitatif, peneliti

sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data

utama. Hal itu dilakukan karena jika memanfaatkan alat bantu bukan

manusia dan mempersiapkan dirinya terlebih dahulu sebagai yang lazim

digunakan dalam penelitian klasik, maka sangat tidak mungkin untuk

mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataaan.

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai macam

sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-


45

macam, dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya penuh. Analisis

data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data

yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau

menjadi hipotesis.

Analasis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Pada

hal ini Nasution dalam Sugiyono (1988: 245) menyatakan “Analisis telah

mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke

lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Namun

dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di

lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.”

Analisis data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian,

karena dapat memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh

peneliti. Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari responden melalui hasil

observasi, studi literatur dan dokumentasi di lapangan untuk selanjutnya

dideskripsikan dalam bentuk laporan.

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga kegiatan yang

terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan atau verifikasi. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2015:

246), analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan

menerus. Masalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan

merupakan rangkaian kegiatan analisis yang saling susul menyusul.


46

Tiga jenis kegiatan utama analisis data merupakan proses siklus dan

interaktif. Peneliti harus siap bergerak di antara empat “sumbu” kumparan itu

selama pengumpulan data, selanjutnya bergerak bolak-balik di antara

kegiatan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan untuk lebih

memperjelas alur kegiatan analisis data penelitian tersebut, akan dijelaskan

pada bagan berikut.

Pengumpulan data Penyajian data

Reduksi data Kesimpulan: Penarikan/Verifikasi

Bagan 3.2: Komponen-komponen Analisis Data

Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2015: 247)

1. Reduksi data

Reduksi data adalah proses analisis data yang dilakukan untuk

mereduksi dan merangkum hasil-hasil penelitian dengan menitikberatkan

pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti. Reduksi data bertujuan

untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul

sehingga data yang direduksi memberikan gambaran lebih rinci.

2. Display data

Display data adalah data-data hasil penelitian yang sudah tersusun

secara terperinci untuk memberikan gambaran penelitian secara utuh.

Data yang terkumpul secara terperinci dan menyeluruh selanjutnya dicari


47

pola hubungannya untuk mengambil kesimpulan yang tepat. Penyajian

data selanjutnya disusun dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan

hasil penelitian diperoleh.

3. Kesimpulan/varifikasi

Kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses penelitian untuk

memberikan makna terhadap data yang telah dianalisis. Proses

pengolahan data dimulai dengan penataan data lapangan (data mentah),

kemudian direduksi dalam bentuk unifikasi dan kategorisasi data.

Demikian prosedur pengolahan data yang dilakukan penulis dalam

melakukan penelitian ini, dengan tahap-tahap ini diharapkan penelitian

yang dilakukan penulis dapat memperoleh data yang memenuhi kriteria

keabsahan suatu penelitian.

F. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian ini antara lain secara umum, yaitu

diantaranya sebagai berikut.

1. Tahapan Persiapan Penelitian

a. Identifikasi dan pemilihan masalah penelitian.

b. Memilih prosedur dan teknik sampling yang digunakan.

c. Pengumpulan data.

d. Melakukan analisis data.

e. Membuat laporan hasil penelitian.

f. Membuat Kesimpulan.

2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian


48

a. Tahap Perencanaan

Peneliti membaca novel Intelegensi Embun Pagi karya Dewi Lestari

secara menyeluruh kemudian memilih sub-judul dengan frasa idiom

terbanyak. (observasi).

b. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah membaca novel dan memilih sub-judul, peneliti segera

melakukan penelitian di antaranya sebagai berikut.

1) Membaca isi sub-judul yang telah dipilih.

2) Mengumpulkan data dari frasa idiom yang bersangkutan.

3) Memilah frasa idiom penuh dan sebagian

4) Mereduksi data.

5) Mengelola data yang telah didapat.

c. Tahap Akhir

Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir yaitu:

1) Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari

pengolahan data.

2) Memberikan saran terhadap aspek-aspek yang perlu diperbaiki

kembali.
49

BAB IV

DATA DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Data

Dalam suatu penelitian, keberadaan data merupakan hal yang paling penting.

Permasalahan yang akan diungkapkan dan dicari solusinya tidak mungkin

terselesaikan tanpa adanya data sebagai sumber keterangan dan informasi yang

diperlukan dalam suatu penelitian.

Data dalam penelitian ini sebagaimana diungkapkan pada bagian sebelumnya

adalah frasa idiomatik pada novel Serial Supernova karya Dewi Lestari yang

terdapat dalam novelnya yang berjudul “Inteligensi Embun Pagi”. Novel tersebut

diterbitkan oleh Penerbit Bentang (PT Bentang Pustaka) pada tahun 2016. Novel

9tersebut terdiri dari 55 subjudul dari mulai Keping 45 “Para Pembebas” sampai

Keping 99 “Segala Sesuatunya Tepat Waktu”. Karena novel yang peneliti teliti

merupakan novel keenam (terakhir) lanjutan dari serial Supernova sebelumnya,

maka penomoran subjudul dimulai dari keping 45.

B. Analisis Data

1. Pembagian Jenis dan Pengertiannya

Jenis idiomatik dalam penelitian ini akan dianalisis berdasarkan

jenis dan pengertiannya dan mengambil pengertian dari Sudaryat (2009:

80) yang mengemukakan idiom dibagi menjadi idiom penuh dan idiom

sebagian. Untuk lebih lanjut, peneliti menganalisis frasa idiomatik dalam

novel tersebut.
50

Analisis frasa idiomatik dalam novel “Inteligensi Embun Pagi”

karya Dewi Lestari akan diuraikan sebagai berikut:

Tabel Analisis Frasa Idiomatik pada Novel

“Inteligensi Embun Pagi” Karya Dewi Lestari

Klasifikasi Frasa
Idiomatik
No. Frasa Novel Arti per-kata Makna
(3)
(1) (2) (6) (7)
Penuh Sebagian
(4) (5)
Di mulut terminal, Mulut: rongga di muka, Gerbang Terminal
Gio tempat gigi dan lidah, untuk
mengencangkan tali memasukkan makanan (pada
ranselnya sambil manusia atau binatang)
1. menengok ke arah  Terminal: perhentian
langit. penghabisan (bus, kereta api,
(Inteligensi Embun dan sebagainya); stasiun
Pagi: Hlm. 2 /
Keping 45)
Meski demikian, ia Bulan: benda langit yang Bulan yang bersinar
masih bias melihat mengitari bumi, bersinar setengahnya/seperd
hamparan langit pada malam hari karena uanya
luas yang kini pantulan sinar matahari;
2. jernih, berbintang,  masa ⁄ tahun; 29-30 hari
dan berhiaskan Paruh: moncong atau mulut
bulan lewat paruh. (burung, ayam, itik); cotok
(IEP: Hlm. 8 /
Keping 45)
Gio berdeham Adu: pertemukan; sentuh; Bertatapan
pendek, memecah benturkan; sabung; hasut;
adu matanya tandingkasn, sampaikan;
dengan Luca yang timbang; lomba
terasa terlalu intens. Mata: indra untuk melihat;
(IEP: Hlm. 15 / indra penglihat
3. Keping 45) 
51

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
Sibuk dengan Kaki: anggota badan yang Dasar laut
kecamuk dalam menopang tubuh dan dopakai
pikirannya sendiri, untuk berjalan (dari pangkal
dinginnya udara di paha ke bawah)
dataran tinggi Laut: kumpulan air asin
4. 
ribuan meter di atas (dalam jumlah yang banyak
kaki laut tidak dan luas) yang menggenangi
menggetarkannya. dan membagi daratan atas
(IEP: Hlm. 26 / benua atau pulau
Keping 46)
Misi kalian bubar Bubar: bercerai-berai; ke Berpisah dari
jalan. mana-mana (tentang orang barisan
(IEP: Hlm. 28 / ramai yang berkumpul);
Keping 46) berserak-serak ke sana
5. 
kemari
Jalan: tempat untuk lalu
lintas orang (kendaran dan
sebagainya)
Ekor mata Bodhi Ekor: bagian tubuh binatang Ujung jangkauan
bergerak, melirik dan sebagainya yang paling pandangan
perempuan mungil belakang, baik berupa
di sampingnya. sambungan dari tulang
6. (IEP: Hlm. 32 /  punggung maupun sebagai
Keping 47) lekatan; kata penggolong
untuk binatang
Mata: indra untuk melihat;
indra penglihat
Kini, Bodhi merasa Muka: bagian depan kepala, Bentuk planet
Elektra lebih tahu dari dahi atas sampai ke dagu bumi; bagian liar
banyak tentang dan antara telinga yang satu bumi
dirinya dibanding dan telinga yang lain; wajah (kepulauan, lautan,
siap pun di muka Bumi: planet tempat gunung, dll)
Bumi hanya dalam manusia hidup; dunia; jagat
beberapa saat
7. tangan mereka 
bersentuhan.
(IEP: Hlm. 32 /
Keping 47)
52

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
Hanya daun pintu Daun: bagian tanaman yang Wujud pintu yang
dan sebidang tumbuh berhelai-helai pada dipasang sebagai
dinding yang ranting (biasanya hijau) penutup akses
8. membatasi mereka  sebagai alat bernafas dan keluar- masuk
sejak tadi,… mengelola zat makanan sebuah rumah.
(IEP: Hlm. 37 / Pintu: tempat untuk masuk
Keping 47) dan keluar
…, Elektra kembali Empat: bilangan yang Dua pasang mata
meminta berbicara dilambangkan dengan angka yang bertemu untuk
empat mata dengan 4 (Arab) atau IV (Romawi) berbicara
9. 
Bodhi. Mata: indra untuk melihat;
(IEP: Hlm. 40 / indra penglihat
Keping 47)
Alfa merasa seperti Tertangkap: (sudah) Kedapatan waktu
pencuru tertangkap ditangkap (terpegang dan melakukan
tangan, pipinya sebagainya) kejahatan atau
10. menghangat.  Tangan: anggota badan dari perbuatan yang
(IEP: Hlm. 75 / siku sampai ke ujung jari tidak boleh
Keping 50) atau dari pergelangan sampai dilakukan;
ujung jari tertangkap basah
Terdengar suara Tawa: ungkapan rasa Tertawa ringan
tawa renyah. gembira, senang, geli, dan
(IEP: Hlm. 76 / sebagainya dengan
Keping 50) mengeluarkan suara (pelan,
sedang, keras) melalui alat
11. 
ucap
Renyah: gelisah; tidak
senang; mudah di pahami
(tentang bahasa); kering,
rapuh, dan mudah remuk
…,memamerkan Tulang: rangka atau bagian Pinggiran/rangka
barisan tulang buku rangka tubuh manusia atau buku
berwarna- warni binatang
12. 
beraneka ukuran. Buku: lembar kertas yang
(IEP: Hlm. 79 / berjilid, berisi tulisan atau
Keping 51) kosong; kitab
Rumah itu Rumah: bangunan untuk Rumah yang dihuni
mengesankan tempat tinggal; bangunan oleh satu orang saja
rumah lajang. pada umumnya (seperti
13. 
(IEP: Hlm. 79 / gedung)
Keping 51) Lajang: sendirian (belum
kawin); bujangan
53

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
Segala kode tubuh Kode: tanda (kata-kata, Bahasa tubuh
dari Dimas tidak tulisan) yang disepakati (isyarat)
terbaca olehnya. untuk maksud tertentu (untuk
(IEP: Hlm. 80 / menjamin kerahasiaan berita,
14. Keping 51)  pemerintah, dan sebagainya)
Tubuh: keseluruhan jasad
manusia atau binatang yang
kelihatan dari ujung kaki
sampai ujung rambut
Gio, kamu adalah Hari: waktu dari pagi Waktu peringatan;
kado hari jadi kami sampai pagi lagi (yaitu satu hari kelahiran; saat
yang terlambat edaran bumi pada sumbunya, pertama kali
15. beberapa bulan.  24 jam) digunakan atau
(IEP: Hlm. 88 / Jadi: langsung berlaku selesai dibuat atau
Keping 51) (dilakukan, dikerjakan); diresmikan
tidak batal; selesai dibuat
Sudah dari tadi Jatuh: (terlepas dan) turun Menaruh kasihan
Dimas jatuh iba atau meluncur ke bawah
kepada Gio yang dengan cepat karena
harus menghadapi gravitasi bumi
16. Reuben dalam  Iba: berbelas kasihan;
kondisi terharu dan kasihan
“kesurupan”.
(IEP: Hlm. 88 /
Keping 51)
Buntut percakapan Buntut: (bagian) yang di Ujung percakapan
itu masih terus belakang sekali; ekor
17. terngiang.  Percakapan: pembicaraan;
(IEP: Hlm. 92 / perbincangan; perundingan
Keping 51)
Toni harus senam Senam: gerak badan dengan Kegiatan
otak untuk gerakan tertentu, seperti menyeimbangkan
menghafal nomor menggeliat, menggerakkan, pikiran (berfikir
baru setiap dan meregangkan anggota keras)
minggunya. badan; gimnastik
(IEP: Hlm. 93 / Otak: benda putih yang
18. 
Keping 51) lunak terdapat di dalam
rongga tengkorak yang
menjadi pusat saraf; benak;
alat berpikir; pikiran
54

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
Jangan suruh aku Kata: unsure bahasa yang Intuisi/naluri
pakai kata hati. diucapkan atau dituliskan
(IEP: Hlm. 93 / yang merupakan perwujudan
Keping 51) kesatuan persaan dan pikiran
yang dapat digunakan dalam
berbahasa
19.  Hati: organ badan yang
berwarna kemerah-merahan
di bagian kanan atas rongga
perut, berguna untuk
mengambil sari-sari
makanan di dalam darah dan
menghasilkan empedu
Jendela dan daun Daun: bagian tanaman yang Wujud pintu yang
pintu bercat oker. tumbuh berhelai-helai pada dipasang sebagai
(IEP: Hlm. 94 / ranting (biasanya hijau) penutup akses
20. Keping 52)  sebagai alat bernafas dan keluar- masuk
mengelola zat makanan sebuah rumah.
Pintu: tempat untuk masuk
dan keluar
Tempat-tempat Hati: organ badan yang Ikhlas / menerima
yang biasanya berwarna kemerah-merahan dengan
memberatkan, di bagian kanan atas rongga sungguh
termasuk rumah perut, berguna untuk
Abah, kini bias ia mengambil sari-sari
pandang denagn makanan di dalam darah dan
21. 
hati lapang. menghasilkan empedu
(IEP: Hlm. 95 / Lapang: lebar (tentang
Keping 52) ruangan, kamar, dan
sebagainya); luas; lega;
senang; tidak sibuk; tidak
repot; senggang; longgar
Ekor matanya Ekor: bagian tubuh binatang Ujung jangkauan
menangkap kaki dan sebagainya yang paling pandangan
Ibu, kaki Pak belakang, baik berupa
Ridwan. sambungan dari tulang
(IEP: Hlm. 96 / punggung maupun sebagai
22. 
Keping 52) lekatan; kata penggolong
untuk binatang
Mata: indra untuk melihat;
indra penglihat
55

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
Ekor matanya Ekor: bagian tubuh binatang Ujung jangkauan
menangkap dan sebagainya yang paling pandangan
seseorang yang belakang, baik berupa
berjalan mendekat. sambungan dari tulang
23. (IEP: Hlm. 102 /  punggung maupun sebagai
Keping 52) lekatan; kata penggolong
untuk binatang
Mata: indra untuk melihat;
indra penglihat
Sambil membawa Bahasa: sistem lambung Gerakan tubuh
baki, dengan bunyi yang arbitrer, yang untuk memberi
bahasa tubuhnya, digunakan oleh anggota isyarat
Sati member kode suatu masyarakat untuk
kepada Bodhi untuk bekerja sama, berinteraksi,
24. ikut keluar kamar.  dan mengidentifiksikan diri
(IEP: Hlm. 119 / Tubuh: keseluruhan jasad
Keping 53) manusia atau binatang yang
kelihatan dari bagian ujung
kaki sampai ujung rambut;
diri
Dalam jendela Jendela: lubang yang dapat waktu yang
waktu singkat diberi tutup dan berfungsi diperkirakan
sebelum sebagai tempat keluar masuk (rentan waktu)
kepergiannya udara; tingkap; lubang angin
25. membuat Bodhi  Waktu: seluruh rangkaian
curiga, Sati saat ketika proses, perbuatan,
menyelinap… atau keadaan berada atau
(IEP: Hlm. 121 / berlangsung; lamanya;
Keping 53) tempo; peluang
Kata hati atau Kata: unsur bahasa yang Intuisi/naluri
bukan, gimana diucapkan atau dituliskan
nanti. yang merupakan perwujudan
(IEP: Hlm. 123 / kesatuan persaan dan pikiran
Keping 53) yang dapat digunakan dalam
berbahasa
26.  Hati: organ badan yang
berwarna kemerah-merahan
di bagian kanan atas rongga
perut, berguna untuk
mengambil sari-sari
makanan di dalam darah dan
menghasilkan empedu
56

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
Alfa langsung Membuang: melepaskan Memalingkan muka
membuang muka (melemparkan) sesuatu yang
kea rah jendela, tidak berguna lagi dengan
berharap Bodhi sengaja dari tangan;
tidak lanjut melemparkan;
27. 
bertanya. mencampakkan
(IEP: Hlm. 149 / Muka: bagian depan kepala,
Keping 56) dari dahi atas sampai ke dagu
dan antara telinga yang satu
dan telinga yang lain; wajah
Terdengar serentet Daun: bagian tanaman yang Wujud pintu yang
ketukan, dan tumbuh berhelai-helai pada dipasang sebagai
sebelum ada yang ranting (biasanya hijau) penutup akses
sempat bergerak sebagai alat bernafas dan keluar- masuk
28. membuka, daun  mengelola zat makanan sebuah rumah.
pintu sudah Pintu: tempat untuk masuk
terdorong. dan keluar
(IEP: Hlm. 152 /
Keping 56)
Ia melempar Melempar: membuang jauh- Memberikan
senyum ramah. jauh; melontari (dengan) senyuman
(IEP: Hlm. 157 / Senyum: gerak tawa
Keping 57) ekspresif yang tidak bersuara
29.  untuk menunjukan rasa
senang, gembira, suka, dan
sebagainya dengan
mengembangkan bibir
sedikit
…,bukit satu itu Hutan: tanah luas yang Hutan yang belum
megah berhias ditumbuhi pohon-pohon tersentuh oleh
pohon-pohon besar (biasanya tidak dipelihara tangan manusia
30. yang rapat bak  orang)
hutan perawan. Perawan: anak perempuan
(IEP: Hlm. 159 / yang sudah patut kawin;
Keping 57) anak dara; gadis
“Bisa makan orang, Makan: memasukan Memakan korban
Den,” katanya makanan pokok ke dalam orang
sambil menunjuk mulut serta mengunyah dan
31. bukit.  menelannya
(IEP: Hlm. 160 / Orang: manusia (dalam arti
Keping 57) khusus); kata penggolong
untuk manusia
57

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
Bagaimana cara Lorong: jalan kecil Ingatan akan waktu
petani itu berkata (terutama yang ada rumah yang telah lampau.
terasa bagai jejak kiri-kanannya)
yang masih segar Memori: kesadaran akan
32. 
dalam lorong pengalaman masa lampau
memori. yang hidup kembali; ingatan
(IEP: Hlm. 160 /
Keping 57)
Hanya bola mata di Bola: benda bulat yang Bentuk mata
balik kelopaknya dibuat dari karet dan
yang bergerak cepat sebagainya untuk bermain-
seperti orang main; barang yang
33. 
sedang mimpi. bentuknya menyerupai
(IEP: Hlm. 189 / bulatan
Keping 59) Mata: indra untuk melihat;
indra penglihat
…, tapi ia bias Senyum: gerak tawa Senyum yang
melihat usaha Hara ekspresif yang tidak bersuara menunjukan
menahan senyum untuk menunjukan rasa kesenangan.
simpul. senang, gembira, suka, dan Kesanyangan, dan
34. (IEP: Hlm. 206 /  sebagainya dengan kegembiraan hati;
Keping 60) mengembangkan bibir tersenyum sedikit
sedikit
Simpul: ikatan pada tali atau
benang
Sebotol air minum Buah: bagian tumbuhan Hasil pekerjaan;
utuh kembali yang berasal dari bunga atau barang yang dibawa
menjadi buah putik (biasanya berbiji); kata dari
tangan kunjungan penggolong bermacam benda bepergian; oleh-
35. 
Gio. Tangan: anggota badan dari oleh
(IEP: Hlm. 206 / siku hingga ke ujung jari
Keping 60) atau dari pergelangan sampai
ujung jari.
…, sementara ekor Ekor: bagian tubuh binatang Ujung
matanya masih dan sebagainya yang paling jangkauan
menangkap satu belakang, baik berupa pandangan
orang asing lagi. sambungan dari tulang
36. (IEP: Hlm. 218 /  punggung maupun sebagai
Keping 61) lekatan; kata penggolong
untuk binatang
Mata: indra untuk melihat;
indra penglihat
58

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
…, menjadikannya Boneka: tiruan anak untuk Boneka yang
macam boneka tali permainan; anak-anakan digerakkan oleh tali
yang bisa dia setir. Tali: baarang yang berutas-
(IEP: Hlm. 238 / utas panjang, dibuat dari
Keping 62) bermacam-macam bahan
(sabut kelapa, ijuk, plastic,
37.  dan sebagainya) ada yang
dipintal ada yang tidak,
gunanya untuk mengikat,
mengebat, menghela,
menarik, dan sebagainya

Aku juru kunci di Juru: orang yang pandai Penjaga dan


sini. dalam suatu pekerjaan ang pengurus tempat
(IEP: Hlm. 244 / memerlukan latihan, keramat, makam,
Keping 63) kecakapan, dan kecermatan dan sebagainya;
(keterampilan) peserta
38.  Kunci: alat untuk pertandingan yang
mengancing pintu, peti, dan menduduki nomor
sebagainya, terdiri atas anak terakhir
kunci dan induk kunci

Alfa yang berada di Buntut: (bagian) yang di Ujung barisan


buntut barisan belakang sekali; ekor
terlonjak kaget.  Barisan: deretan; banjaran;
39.
(IEP: Hlm. 247 / jajaran
Keping 63)

Kamar-kamar itu Perut: bagian perut di Bukit bagian dalam


ternyata dibangun bawah rongga dada; alat
menembus perut pencernaan makanan di
bukit. dalam rongga, di bawah
(IEP: Hlm. 248 / rongga dada
Keping 63) Bukit: tumpukan tanah yang
40.  lebih tinggi daripada tempat
sekelilingnya, lebih rendah
daripada gunung
59

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
Suam-suam udara Murah: lebih rendah Suka (mudah)
Jakarta terbantu daripada harga yang member; tidak pelit;
oleh semilir angin dianggap berlaku di pasaran penyayang dan
yang berembus Hati: organ badan yang pengasih; suka
murah hati. berwarna kemerah-merahan menolong; baik hati
41. 
(IEP: Hlm. 249 / di bagian kanan atas rongga
Keping 63) perut, berguna untuk
mengambil sari-sari
makanan di dalam darah dan
menghasilkan empedu
Tinggal satu Ibu: wanita yang telah Jari yang paling
gerakan ibu jari melahirkan seseorang; mak; besar; terletak di
untuk berbicara kata sapaan untuk wanita bagian dalam kalau
42. dengannya.  Jari: ujung tangan atau kai kedua tangan atau
(IEP: Hlm. 249 / yang beruas-ruas, limakaki dijajarkan
Keping 63) banyaknya tertelungkip; empu
jari; jempol
Kan katanya Kata: unsur bahasa yang Intuisi/naluri
disuruh ikut kata diucapkan atau dituliskan
hati. yang merupakan perwujudan
(IEP: Hlm. 251 / kesatuan persaan dan pikiran
Keping 63) yang dapat digunakan dalam
berbahasa
43.  Hati: organ badan yang
berwarna kemerah-merahan
di bagian kanan atas rongga
perut, berguna untuk
mengambil sari-sari
makanan di dalam darah dan
menghasilkan empedu
Dia bakal jadi sinse Sinse: tabib;dukun Dukun berkualitas
jempolan, sekaligus Jempolan: sangat hebat; super; dukun
44. jadi kacing calang.  bagus sekali terbaik
(IEP: Hlm. 252 /
Keping 63)
Aku semata-mata Mata: indra untuk melihat; Hanya; melulu;
menggunakan indra penglihat Cuma; belaka; sama
bahasa yang bisa sekali;
45. kamu mengerti. 
(IEP: Hlm. 252 /
Keping 63)
60

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
… dua batu kecil Tahi: ampas makanan dari Bintil hitam pada
mereka melekat dalam perut yang keluar kulit; noda hitam
bagai tahi lalat di melalui dubur; tinja pada kulit;
bongkahan batu Lalat: serangga kecil berasal andeng-andeng
besar di tengah dari bernga, dapat terbang,
46. 
ruangan. berwarna hitam, suka
(IEP: Hlm. 255 / hinggap pada barang yang
Keping 63) busuk (bangkai, kotoran, dan
sebagainya) dan dapat
menyebarkan penyakit
Kekecewaan dan Kecewa karena
patah hati. Patah: putus tentang barang putus percintaan;
(IEP: Hlm. 266 / yang keras atau kaku kecewa karena
Keping 64) (biasanya tidak sampai harapannya gagal
bercerai atau lepas sama
sekali)
47.  Hati: organ badan yang
berwarna kemerah-merahan
di bagian kanan atas rongga
perut, berguna untuk
mengambil sari-sari
makanan di dalam darah dan
menghasilkan empedu
Pekerjaan paruh Paruh: moncong atau mulut Seperdua waktu;
waktunya (burung, ayam, itik); cotok sebagian waktu
mengasyikkan Waktu: seluruh rangkaian
48. sekaligus menyita  saat ketika proses, perbuatan,
waktu istirahat. atau keadaan berada atau
(IEP: Hlm. 267 / berlangsung; lamanya;
Keping 64) tempo; peluang
Zarah menatap Gio Membuang: melepaskan Membuang mata;
lekat sebelum (melemparkan) sesuatu yang menatap ke arah
akhirnya tidak berguna lagi dengan lain (bukan kepada
membuang sengaja dari tangan; lawan bicara)
pandangan ke arah melemparkan;
lain. mencampakkan
49. (IEP: Hlm. 270 /  Pandangan: hasil perbuatan
Keping 64) memandang
(memperhatikan, melihat,
dan sebagianya)
61

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
Hanya logika yang Membuka: menjadikan Bersifat tebuka
menahan Zarah tidak tertutup atau tidak kepada orang lain;
untuk membuka diri bertutup (seperti menyingkap tidak tertutup soal
sepenuhnya. penutupnya, tudungnya, kehidupan pribadi
50. (IEP: Hlm. 270 /  pagarnya); menanggalkan;
Keping 64) mengangkat
Diri: orang seorang (terpisah
dari yang lain); badan

Selain kata hati. Kata: unsur bahasa yang Intuisi/naluri


(IEP: Hlm. 277 / diucapkan atau dituliskan
Keping 65) yang merupakan perwujudan
kesatuan persaan dan pikiran
yang dapat digunakan dalam
berbahasa
Hati: organ badan yang
51.  berwarna kemerah-merahan
di bagian kanan atas rongga
perut, berguna untuk
mengambil sari-sari
makanan di dalam darah dan
menghasilkan empedu

Hanya sekejap ia Adu: pertemukan; sentuh; Bertatapan


bisa beradu mata benturkan; sabung; hasut;
dengan Liong. tandingkasn, sampaikan;
52. (IEP: Hlm. 283 /  timbang; lomba
Keping 65) Mata: indra untuk melihat;
indra penglihat

Karabiner merah Cendera: nyenyak (tentang Pemberian (sebagai


itulah satu-satunya tidur); bentuk tidak baku dari kenang-kenangan,
barang dalam ransel candra (bulan) sebagai pertanda
Diva yang Mata: indra untuk melihat; ingat, dan
berukuran cukup indra penglihat sebagainya); tanda
kecil untik ia mata
53. 
pajang layaknya
cendera mata.
(IEP: Hlm. 292 /
Keping 66)
62

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
Aku juga cuma Tidur: dalam keadaan Tidur, tetapi belum
tidur-tidur ayam. berhenti (mengaso) badan nyenyak benar
(IEP: Hlm. 294 / dan kesadarannya (biasanya
Keping 66) dengan memejamkan mata;
mengistirahatkan badan dan
kesadarannya
Ayam: unggas yang pada
54.  umumnya tidak dapat
terbang, dapat dijinakkan
dan dipelihara, berjengger,
yang jantan berkokok dan
bertaji, sedangkan yang
betina berkotek dan tidak
bertaji

…, sesekali Zarah Mencuri: mengambil milik Secara diam-diam


mencuri pandang orang lain tanpa izin atau melihat/memperhati
ke hamparan dengan tidak sah, biasanya kan orang lain
sleeping bag tempat dengan sembunyi-sembunyi
Gio berbaring di Pandang: penglihatan yang
sebelah lampu tetap dan agak lama
darurat yang
55. 
tersambung ke
colokan listrik,…
(IEP: Hlm. 295 /
Keping 66)

Halus dan singkat, Putri: anak perempuan raja; Sikejut; mimosa


bagai hendak khusus (untuk) wanita pudica
mengusik daun Malu: merasa sangat tidak
putri malu. enak hati (hina, rendah, dan
(IEP: Hlm. 296 / sebagainya) karena berbuat
Keping 66) sesuatu yang kurang baik
56.  (kurang benar, berbeda
dengan kebiasaan,
mempunyai cacat atau
kekurangan, dan sebagainya)
63

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
Panggilannya pun Kotak: peti kecil tempat Fitur pengalihan
terlempar ke kotak barang perhiasan, barang telepon dalam
suara. kecil, dan sebagainya; petak kondisi tertentu
(IEP: Hlm. 297 / Suara: bunyi yang
Keping 66) dikeluarkan dari mulut
manusia (seperti pada waktu
57.  bercakap-cakap, menyanyi,
dan menangis); bunyi
binatang, alat perkakas, dan
sebagainya

Laju mobil kini Polisi: badan pemerintah Bagian permukaan


dihambat oleh yang bertugas memelihara jalan yang
lubang-lubang dan keamanan dan ketertiban ditinggikan secara
polisi tidur. umum (menangkap orang melintang untuk
(IEP: Hlm. 328 / yang melanggar undang- menghambat laju
Keping 69) undang dan sebagainya) kendaraan
58. 
Tidur: dalam keadaan
berhenti (mengaso) badan
dan kesadarannya (biasanya
dengan memejamkan mata;
mengistirahatkan badan dan
kesadarannya
Simon menaiki Anak: generasi kedua atau Bagian tangga
anak tangga. keturunan pertama; manusia tempat berpijak
(IEP: Hlm. 329 / yang masih kecil; binatang
Keping 69) yang masih kecil
Tangga: tumpuan untuk naik
59.  turun dibuat dari kayu
(papan, batu, dan
sebagainya) bersusun
berlenggek-lenggek

Zarah mengikuti Mulut: rongga di muka, Membungkam;


Simon dengan tempat gigi dan lidah, untuk tidak berkata
mulut terkunci. memasukkan makanan (pada apapun; tidak dapat
60. (IEP: Hlm. 329 /  manusia atau binatang) berkata apapun
Keping 69) Terkunci: terkancing
(tertutup) dengan kunci
64

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
Zarah menebak Isapan: yang telah diisap; Kabar yang tidak
nebak bagian mana hasil mengisap benar; kabar
yang cuma isapan Jempol: ibu jari (tangan dan bohong
61. 
jempol,… kaki)
(IEP: Hlm. 330 /
Keping 69)
Naik-turun tangga Membabi: bertingkah laku Melakukan sesuatu
perpustakaan seperti babi secara nekat, tidak
dengan membabi- Buta: tidak dapat melihat peduli apa-apa lagi;
buta sudah payah karena rusak matanya; merawak rambang
62. dilakukan dengan  tunanetra; ablepsia; tidak
ukuran tubuhnya tahu (mengerti) sedikitpun
sekarang. tentang sesuatu
(IEP: Hlm. 334 /
Keping 69)
Mana pun itu, Benang: tali halus yang Sesuatu yang
benang merah dipintal dari kapas (sutra dan menghubungkan
keduanya sama,… sebagainya) dipakai untuk beberapa hal
63. (IEP: Hlm. 335 /  menjahit atau menenun (factor) sehingga
Keping 69) Merah: warna dasar yang menjadi satu
serupa dengan warna darah kesatuan

Ada yang bilang, Cincin: perhiasan berupa Daerah yang sering


pergeseran kutub lingkaran kecil yang dipakai mengalami gempa
ditandai mulai di jari, ada yang berpermata, bumi dan letusan
aktifnya cincin ada yang tidak; segala gunung berapi yang
gunung berapi di sesuatu yang berbentuk mengelilingi
64. dunia,…  lingkaran (seperti gelang- cekungan Samudra
(IEP: Hlm. 336 / gelang kecil pada tombak Pasifik.
Keping 69) atau mata rantai
Gunung berapi: gunung api

Sampai sekarang Sepak: gerakan memukul Sikap dan langkah


mereka mengawasi sesuatu dengan kaki, dengan (tindakan, kegiatan,
ketat segala sepak cara mengayunkan kaki (ke dan sebagainya);
terjang Supernova. muka atau ke sisi); tending; tingkah laku;
(IEP: Hlm. 337 / depak perbuatan; gerak-
65. 
Keping 69) Terjang: tending; sepak gerik
(terutama ke depan atau ke
bawah denagn tapak kaki);
serang
65

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
Mengais-ngais Mengais-ngais: mencakar- Menghirup udara
udara demi cakar atau menggaruk-garuk dengan cepat
bertahan hidup. tanah (sampah dan
(IEP: Hlm. 352 / sebagainya) untuk mencari
Keping 70) makanan (tentang ayam dan
sebagainya)
66. 
Udara: campuran berbagai
gas yang tidak berwarna dan
tidak berbau (seperti oksigen
dan nitrogen) yang
memenuhi ruang atas bumi
seperti yang kita hirup
…, garis mukanya Garis: parut bekas digaruk Bentuk muka:
membentuk dan sebagainya; garit;gores; sudut-sudut pada
lengkung mirip coretan panjang (lurus, wajah yang
hati,… bengkong, atau menggambarkan
67. (IEP: Hlm. 355 /  melengkung); setrip perbedaan dengan
Keping 71) Muka: bagian depan kepala, wajah lain
dari dahi atas sampai ke dagu
dan antara telinga yang satu
dan telinga yang lain; wajah
Ia terputus dari Batang: bagian tumbuhan Diri (wujud
segala informasidan yang berada di atas tanah, orangnya); sosok
tak seorang pun tempat tumbuhnya cabang
makhluk bertitel dan ranting (pada tumbuhan
Infiltran berkeping satu tempat
68. 
menunjukan batang melekatnya pelepah daun)
hidung. Hidung; alat pencium,
(IEP: Hlm. 360 / penghirup, penghidu
Keping 71) (letaknya di sebelah atas
bibir
Aku nggak akan Patah: putus tentang barang Kecewa karena
secetek itu yang keras atau kaku putus percintaan;
menyerah cuma (biasanya tidak sampai kecewa karena
gara-gara patah bercerai atau lepas sama harapannya gagal
hati. sekali)
(IEP: Hlm. 363 / Hati: organ badan yang
69. 
Keping 71) berwarna kemerah-merahan
di bagian kanan atas rongga
perut, berguna untuk
mengambil sari-sari
makanan di dalam darah dan
menghasilkan empedu
66

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
Manusia sebatang Sebatang: satu batang Tidak mempunyai
kara bakal lebih Kara: tumbuhan berbuah sanak saudara
gampang polongan, pohonnya
mengadopsi konsep merambat, buahnya
70. imortalitas yang  sepanjang 5-7 cm, lebar dan
dibualkan Kell dan berdaging tipis, kalau sudah
para Infiltran,… tua berwarna hijau keputih-
(IEP: Hlm. 363 / putihan
Keping 71)
Aku tulang Tulang: rangka atau bagian Sesorang atau
punggung keluarga, rangka tubuh manusia atau sesuatu yang
Bodhi. binatang; duri ikan menjadi pokok
71. (IEP: Hlm. 363 /  Punggung: bagian belakang kekuatan (yang
Keping 71) tubuh (manusia atau hewan) membantu dan
dari leher sampai ke tulang sebagainya)
ekor
Semua yang kamu Memori: kesadaran akan Ingatan yang
lihat berasal dari pengalaman masa lampau tersendat/terhambat
memori dormanmu. yang hidup kembali; ingatan karena lupa
72. (IEP: Hlm. 372 /  Dorman: berkenaan dengan meskipun keadaan
Keping 72) terhambatnya pertumbuhan lingkungan bersifat
(perkembangan untuk menunjang untuk
sementara waktu mengingatnya
Garis wajahnya Garis: parut bekas digaruk Bentuk muka:
mengeras. dan sebagainya; garit;gores; sudut-sudut pada
(IEP: Hlm. 374 / coretan panjang (lurus, wajah yang
Keping 72) bengkong, atau menggambarkan
melengkung); setrip perbedaan dengan
73. 
Muka: bagian depan kepala, wajah lain
dari dahi atas sampai ke dagu
dan antara telinga yang satu
dan telinga yang lain; wajah

Mungkin ayahnya Kepala: bagian tubuh yang Orang yang


sudah memprediksi di atas leher (pada manusia bertanggung jawab
bahwa aka nada dan beberapa jenis hewan terhadap suatu
yang menggantikan merupakan tempat otak, keluarga (biasanya
74. posisinya sebagai  pusat jaringan saraf, dan bapak)
kepala keluarga. beberapa pusat indra)
(IEP: Hlm. 376 / Keluarga: ibu dan bapak
Keping 72) beserta anak-anaknya; seisi
rumah; batih
67

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
…, kamu pikir Kucing: binatang mamalia Barlaku (bersifat)
kenapa sampai hari pemakan daging termasuk seperti kucing (satu
ini kami masih suku Felidae, berukuran pihak mengejar,
harus kucing- kecil sampai sedang, cakar pihak lain
kucingan dengan berbentuk arit, dapat keluar bersembunyi,
kalian dan Infilran? masuk kantong jari-jarinya, apabila si pengejar
(IEP: Hlm. 377 / bermata sangat tajam, sedang lengah,
75. Keping 72)  mempunyai perilaku yang dikejar
kewilayahan yang sangat muncul dan
kuat berkeliaran untuk
kemudian
bersembunyi
kembali); main
sembunyi-
sembunyian
Terdengar suara Anak: generasi kedua atau Alat untuk
anak kunci keturunan pertama; manusia membuka kunci;
berputar. yang masih kecil; binatang sosi
(IEP: Hlm. 385 / yang masih kecil
76. 
Keping 73) Kunci: alat untuk
mengancing pintu, peti, dan
sebagainya, terdiri atas anak
kunci dan induk kunci
Sama-sama ditarik Memalingkan: memutarkan Menolehkan muka
oleh keinginan sesuatu (ke kiri atau ke (ke kiri, ke kanan,
yang sama kuat kanan); membelokkan atau ke belakang);
antara memalingkan (haluan, pandangan, dan tidak setia; tidak
77. muka dan melototi  sebagainya) suka
lekat-lekat. Muka: bagian depan kepala,
(IEP: Hlm. 388 / dari dahi atas sampai ke dagu
Keping 73) dan antara telinga yang satu
dan telinga yang lain; wajah
Air muka Bodhi Air: cairan jernih tidak Rupa muka
berubah drastis. berwarna, tidak berasa, dan (ekspresi)
(IEP: Hlm. 394 / tidak berbau yang diperlukan
Keping 74) dalam kehidupan manusia,
hewan dan tumbuhan yang
78.  secara kimiawi mengandung
hydrogen dan oksigen
Muka: bagian depan kepala,
dari dahi atas sampai ke dagu
dan antara telinga yang satu
dan telinga yang lain; wajah
68

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
Buatku, mimpi Bunga: bagian tumbuhan Mimpi; hal yang
bukan bunga tidur. yang akan menjadi buah, terjadi ketika
(IEP: Hlm. 395 / biasanya elok warnanya dan tertidur;
Keping 74) harum baunya; kembang menentukan
79. 
Tidur: dalam keadaan kualitas tidur
berhenti (mengaso) badan
dan kesadarannya (biasanya
dengan memejamkan mata)
Toni memalingkan Memalingkan: memutarkan Menolehkan muka
muka, menatap sesuatu (ke kiri atau ke (ke kiri, ke kanan,
gunung kapur di kanan); membelokkan atau ke belakang);
kejauhan. (haluan, pandangan, dan tidak setia; tidak
80. (IEP: Hlm. 398 /  sebagainya) suka
Keping 74) Muka: bagian depan kepala,
dari dahi atas sampai ke dagu
dan antara telinga yang satu
dan telinga yang lain; wajah
Meninggalkan Toni Mulut: rongga di muka, Gerbang jalan kecil;
di mulut gang yang tempat gigi dan lidah, untuk pintu masuk jalan
cuma muat dilewati memasukkan makanan (pada kecil
kendaraan roda dua manusia atau binatang)
81. dan pejalan kaki.  Gang: jalan kecil (di
(IEP: Hlm. 403 / kampong-kampung dalam
Keping 74) kota); lorong

Seakan Harta: barang (uang dan Harta benda yang


mengantisipasi sebagainya) yang menjadi tidak diketahui
gelimang harta kekayaan; barang milik pemiliknya; harta
82. karun dari sebuah  seseorang benda yang didapat
peti keramat,… Karun: tidak diketahui asal- dengan tidak sah
(IEP: Hlm. 418 / usulnya
Keping 75)
…, Gio yakin Anak: generasi kedua atau Bagian tangga
pendakiannya tak keturunan pertama; manusia tempat berpijak
ubah menaiki anak yang masih kecil; binatang
tangga sebuah yang masih kecil
piramida. Tangga: tumpuan untuk naik
83. 
(IEP: Hlm. 430 / turun dibuat dari kayu
Keping 76) (papan, batu, dan
sebagainya) bersusun
berlenggek-lenggek
69

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
Sinar bulan Murah: lebih rendah Suka (mudah)
membanjur murah daripada harga yang member; tidak pelit;
hati ke atas puncak dianggap berlaku di pasaran penyayang
yang berupa Hati: organ badan yang danpengasih; suka
lapangan kosong. berwarna kemerah-merahan menolong; baik hati
84. (IEP: Hlm. 430 /  di bagian kanan atas rongga
Keping 76) perut, berguna untuk
mengambil sari-sari
makanan di dalam darah dan
menghasilkan empedu

Ekor matanya Ekor: bagian tubuh binatang Ujung jangkauan


menangkap sesuatu. dan sebagainya yang paling pandangan
(IEP: Hlm. 432 / belakang, baik berupa
Keping 76) sambungan dari tulang
punggung maupun sebagai
85.  lekatan; kata penggolong
untuk binatang
Mata: indra untuk melihat;
indra penglihat

Motor bebek Motor: mesin yang menjadi Kendaraan roda dua


mereka berputar. tenaga penggerak bermesin dengan
(IEP: Hlm. 436 / Bebek: itik jenis yang tidak
Keping 77) memiliki kopling.
86.  Memiliki leher
jenjang untuk
menopang stang.
Popular dari tahun
70„an
Air muka Toni Air: cairan jernih tidak Rupa muka
berubah pias. berwarna, tidak berasa, dan (ekspresi)
(IEP: Hlm. 445 / tidak berbau yang diperlukan
Keping 77) dalam kehidupan manusia,
hewan dan tumbuhan yang
secara kimiawi mengandung
87.  hydrogen dan oksigen
Muka: bagian depan kepala,
dari dahi atas sampai ke dagu
dan antara telinga yang satu
dan telinga yang lain; wajah
70

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
Cuaca hati Toni Cuaca: keadaan udara Suasana hati (cerah
kelihatannya (tentang suhu, cahaya diartikan ceria,
sedang buruk dan matahari kelembapan, mendung diartikan
tidak kondusif. kecepatan angin, dan berduka, panas
(IEP: Hlm. 451 / sebagainya) pada saat satu diartikan marah dan
Keping 78) tempat tertentu dengan sebagainya)
jangka waktu terbatas
88. 
Hati: organ badan yang
berwarna kemerah-merahan
di bagian kanan atas rongga
perut, berguna untuk
mengambil sari-sari
makanan di dalam darah dan
menghasilkan empedu
Toni memang Lidah: bagian tubuh dalam Berkata-kata tajam;
dikenal berlidah mulut yang dapat bergerak- berkata yang
samurai dan gerak dengan mudah, membuat lawan
Elektra sudah gunanya untuk menjilat, bicaranya merasa
89. terbiasa bertoleransi  mengecap, dan berkata-kata sakit hati
dengan ceplas- Samurai: aristocrat Jepang
ceplos. dari golongan kesatria
(IEP: Hlm. 453 / (prajurit); pedang khas
Keping 78) Jepang agak melengkung
Beberapa waria Melemparkan: membuang Mengucapkan kata-
berbaju minim jauh-jauh; melontarkan; kata spontan
berjalan melewati melantingkan (biasanya untuk
Bong sambil Celetukan: hasil menggoda,
90. melemparkan  menceletuk; ucapan spontan memarahi, dan
celetukan sebagainya)
menggoda.
(IEP: Hlm. 459 /
Keping 79)
…, Saya bisa Kata: unsur bahasa yang Intuisi/naluri
percaya bukan diucapkan atau dituliskan
karena yang merupakan perwujudan
intelektualitas saya. kesatuan persaan dan pikiran
Tapi, kata hati. yang dapat digunakan dalam
91. (IEP: Hlm. 461 /  berbahasa
Keping 79) Hati: organ badan yang
berwarna kemerah-merahan
di bagian kanan atas rongga
perut, berguna untuk
mengambil sari-sari
71

makanan di dalam darah dan


menghasilkan empedu
(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
Gugusmu sudah di Ujung: bagian penghabisan Keadaan yang
ujung tanduk. dari suatu benda (yang membahayakan
(IEP: Hlm. 463 / panjang) (mengkhawatirkan,
92. Keping 79)  Tanduk: cula dua yang gawat)
tumbuh di kepala (pada
lembu, kerbau, kambing, dan
sebagainya)
Kaca film yang Kaca: benda yang keras, Kaca buram yang
gelap menyamarkan biasanya bening dan mudah kebanyakan bersifat
wujud pecah(untuk jendela, botol satu arah. Berguna
penumpangnya. dan sebagainya) untuk
(IEP: Hlm. 463 / Film: selaput tipis yang menggelapkan
Keping 79) dibuat seluloid untuk tempat objek di balik kaca
93. 
gambar negative (yang akan tersebut
dibuat potret) atau untuk
tempat gambar positif (yang
akan dimainkan dalam
bioskop); lakon (cerita)
gambar hidup
Air muka liong Air: cairan jernih tidak Rupa muka
tidak manunjukan berwarna, tidak berasa, dan (ekspresi)
gejolak dan tidak berbau yang diperlukan
tangannya tetap dalam kehidupan manusia,
gesit hewan dan tumbuhan yang
94. mengendalikan setir  secara kimiawi mengandung
dari tikungan ke hydrogen dan oksigen
tikungan dengan Muka: bagian depan kepala,
kecepatan tinggi. dari dahi atas sampai ke dagu
(IEP: Hlm. 468 / dan antara telinga yang satu
Keping 79) dan telinga yang lain; wajah
Ekor mata Simon Ekor: bagian tubuh binatang Ujung jangkauan
melihat perubahan dan sebagainya yang paling pandangan
di lengannya. belakang, baik berupa
(IEP: Hlm. 469 / sambungan dari tulang
Keping 79) punggung maupun sebagai
95. 
lekatan; kata penggolong
untuk binatang
Mata: indra untuk melihat;
indra penglihat
72

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
Sekilas, Zarah Membuang: melepaskan Memalingkan muka
melihat benda yang (melemparkan) sesuatu yang
mencuat adari tidak berguna lagi dengan
tangan Gio dan sengaja dari tangan;
spontan membuang melemparkan;
96. muka.  mencampakkan
(IEP: Hlm. 486 / Muka: bagian depan kepala,
Keping 81) dari dahi atas sampai ke dagu
dan antara telinga yang satu
dan telinga yang lain; wajah

Namun, hati Hati: organ badan yang Perasaan hati


kecilnya tak berwarna kemerah-merahan sebenarnya
sanggup di bagian kanan atas rongga
menyangkal. perut, berguna untuk
(IEP: Hlm. 486 / mengambil sari-sari
97. Keping 81)  makanan di dalam darah dan
menghasilkan empedu
Kecil: kurang besar
(keadaannya dan sebagainya)
daripada yang biasa; tidak
besar; muda; sedikit
Jendela waktu kita Jendela: lubang yang dapat waktu yang
terlalu sempit. diberi tutup dan berfungsi diperkirakan
(IEP: Hlm. 498 / sebagai tempat keluar masuk (rentan waktu)
Keping 82) udara; tingkap; lubang angin
Waktu: seluruh rangkaian
98. 
saat ketika proses, perbuatan,
atau keadaan berada atau
berlangsung; lamanya;
tempo; peluang

Gio satu-satunya Anak: generasi kedua atau Bagian tangga


Peretas yang masih keturunan pertama; manusia tempat berpijak
tersisa di teras, yang masih kecil; binatang
tegak berdiri di yang masih kecil
anak tangga. Tangga: tumpuan untuk naik
99. (IEP: Hlm. 504 /  turun dibuat dari kayu
Keping 83) (papan, batu, dan
sebagainya) bersusun
berlenggek-lenggek
73

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
aku jatuh cinta. Jatuh: (terlepas dan) turun Menaruh cinta
(IEP: Hlm. 507 / atau meluncur ke bawah kepada
Keping 83) dengan cepat karena
gravitasi bumi (baik ketika
masih dalam gerakan turun
100.  maupun sesudah sampai ke
tanah dan sebagainya)
Cinta: suka sekali; sayang
benar; kasih sekali; terpikat
(antara laki-laki dan
perempuan)
…, tandas Zarah Membuang: melepaskan Memalingkan muka
sambil tergesa (melemparkan) sesuatu yang
menghapus air tidak berguna lagi dengan
mata, membuang sengaja dari tangan;
mukanya ke arah melemparkan;
101. 
lain. mencampakkan
(IEP: Hlm. 508 / Muka: bagian depan kepala,
Keping 83) dari dahi atas sampai ke dagu
dan antara telinga yang satu
dan telinga yang lain; wajah
Zarah, berdiri di Mulut: rongga di muka, Gerbang untuk
mulut pintu. tempat gigi dan lidah, untuk masuk (biasanya
(IEP: Hlm. 509 / memasukkan makanan (pada terdapat daun pintu)
102. 
Keping 83) manusia atau binatang)
Pintu: tempat untuk masuk
dan keluar
Dengan ekor Ekor: bagian tubuh binatang Ujung jangkauan
matanya, Zarah dan sebagainya yang paling pandangan
mencuri pandang. belakang, baik berupa
(IEP: Hlm. 510 / sambungan dari tulang
Keping 83)  punggung maupun sebagai
103.
lekatan; kata penggolong
untuk binatang
Mata: indra untuk melihat;
indra penglihat

Bukan semata-mata Mata: indra untuk melihat; Hanya; melulu;


oleh batu yang bisa indra penglihat cuma; belaka; sama
104. mencelat sendiri.  sekali
(IEP: Hlm. 513 /
Keping 83)
74

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
Untuk setiap Kambing: Binatang Orang yang dalam
fenomena di luar pemamah biak dan pemakan suatu peristiwa
nalar, selalu ada rumput (daun-daunan), sebenarnya tidak
kambing hitam berkuku genap, tanduknya bersalah, tetapi
hasil konsensus bergeronggang, biasanya dipersalahkan atau
105. orang-orang yang  dipelihara sebagai hewan dijadikan tumpuan
gagal merumuskan ternak untuk diambil daging, kesalahan
penjelasan masuk susu, kadang-kadang
akal. bulunya
(IEP: Hlm. 520 / Hitam: warna dasar yang
Keping 84) serupa dengan warna arang
Kamu berhak atas Lembaran: helai (daun, Kehidupan baru;
lembaran baru. kertas, dan sebagainya); melupakan
(IEP: Hlm. 525 / catatan kehidupan
106. 
Keping 84) Baru: belum pernah ada sebelumnya untuk
(dilihat, didengar, dan menuju sesuatu
sebagainya) sebelumnya yang lebih baik
Zarah menerima Setengah: seperdua;separuh; Segan-segan; malu-
dengan setengah sebagian; sejumlah malu; acuh tak
hati. Hati: organ badan yang acuh; tidak
(IEP: Hlm. 526 / berwarna kemerah-merahan menaruh perhatian
107. Keping 84)  di bagian kanan atas rongga
perut, berguna untuk
mengambil sari-sari
makanan di dalam darah dan
menghasilkan empedu
Liong menatap Melemparkan: membuang Mengalihkan
Bodhi sejenak jauh-jauh; melontarkan; penglihatan ke arah
sebelum melempar melantingkan lain untuk
108. pandangannya ke  Pandangan: hasil perbuatan menghindari
jembatan. memandang intimidasi dari
(IEP: Hlm. 528 / (memperhatikan, melihat, lawan bicara
Keping 84) dan sebagianya)
Jendela waktumu Jendela: lubang yang dapat waktu yang
hampir menutup. diberi tutup dan berfungsi diperkirakan
(IEP: Hlm. 530 / sebagai tempat keluar masuk (rentan waktu)
Keping 84) udara; tingkap; lubang angin
109.  Waktu: seluruh rangkaian
saat ketika proses, perbuatan,
atau keadaan berada atau
berlangsung; lamanya;
tempo; peluang
75

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
Elektra Bahu: pundak (antara leher Bagian tepi jalan
membanting setir dan pangkal lengan) raya (pada
110. ke bahu jalan.  Jalan: tempat untuk lalu umumnya tidak
(IEP: Hlm. 535 / lintas orang (kendaran dan dilindasi
Keping 85) sebagainya) kendaraan)
Kamu lebih Patah: putus tentang barang Kecewa karena
memilih patah yang keras atau kaku putus percintaan;
tulang daripada (biasanya tidak sampai kecewa karena
patah hati. bercerai atau lepas sama harapannya gagal
(IEP: Hlm. 544 / sekali)
Keping 86) Hati: organ badan yang
111. 
berwarna kemerah-merahan
di bagian kanan atas rongga
perut, berguna untuk
mengambil sari-sari
makanan di dalam darah dan
menghasilkan empedu
Saling jatuh cinta. Jatuh: (terlepas dan) turun Menaruh cinta
Bahkan, atau meluncur ke bawah kepada
bereproduksi? dengan cepat karena
(IEP: Hlm. 545 / gravitasi bumi (baik ketika
Keping 86) masih dalam gerakan turun
112.  maupun sesudah sampai ke
tanah dan sebagainya)
Cinta: suka sekali; sayang
benar; kasih sekali; terpikat
(antara laki-laki dan
perempuan)
Zarah tersenyum Mata: indra untuk melihat; Di selidiki secara
lagi, menyadari indra penglihat diam-diam
bahwa ternyata ia
113. dimata-matai teman 
sebangkunya.
(IEP: Hlm. 548 /
Keping 86)
Elektra tersenyum Senyum: gerak tawa Senyum namun
pahit. ekspresif yang tidak bersuara merasa terluka;
(IEP: Hlm. 550 / untuk menunjukan rasa tersenyum untuk
Keping 86) senang, gembira, suka, dan menutupi luka yang
114. 
sebagainya dengan dirasakan
mengembangkan bibir
sedikit
Pahit: rasa tidak sedap
76

seperti rasa empedu; tidak


menyenangkan hati;
menyusahkan hati
(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
Alfa tak Senjata: alat yang dipakai Sesuatu yang
menyangka senjata untuk berkelahi atau direncanakan untuk
rahasianya akan berperang (tentang keris, mencelakakan
berbalik begitu tombak, dan senapan) orang lain, tetapi
cepat menjadi Makan: memasukkan berbalik mengenai
senjata makan tuan. makanan pokok ke dalam diri sendiri
(IEP: Hlm. 569 / mulut serta mengunyahnya
Keping 87) dan menelannya
115.  Tuan: orang tempat
mengabdi, sebagai lawan
kata hamba, abdi, budak;
orang yang memberi
pekerjaan; majikan; kepala
(perusahaan dan
sebagainya); pemilik atau
yang empunya (toto dan
sebagainya)
Alfa bersiap Telanjang: tidak berpakaian Tidak beralas kaki;
menyusul Ronggur Kaki: anggota badan yang tidak memakai alas
yang berjalan menopang tubuh dan dipakai kaki (sandal,
telanjang kaki kira- untuk berjalan (dari pangkal sepatu,dan
116. 
kira dua puluh paha ke bawah) sebagainya)
meter di depan.
(IEP: Hlm. 583 /
Keping 89)
Bodhi harus susah Kuda: binatang menyusui, Sikap siaga (dalam
payah menjaga berkukusatu, biasa dipiara bela diri) dengan
kuda-kudanya tetap orang sebagai kendaraan posisi kaki dan
117. siaga.  (tunggangan, angkutan) atau tubuh yang siap
(IEP: Hlm. 588 / penarik kendaraan dan menerima serangan
Keping 89) sebagainya

Hanya cinta sejati Jurang: lembah yang dalam Batas yang


yang bisa dan sempit, serta curam membedakan
melampaui segala dindingnya (misalnya tentang si
118. jurang perbedaan.  Perbedaan: beda: selisih; kaya dengan si
(IEP: Hlm. 589 / perihal yang berbeda; perihal miskin dan
Keping 89) yang membuat berbeda sebagainya)
77

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
Ishtar tertawa Tertawa: melahirkan rasa Tertawa terbahak-
lepas, gembira, senang, geli, dan bahak (seakan tidak
memperlihatkan sebagainya dengan suara memiliki beban);
barisan giginya berderai tertawa dengan
119. yang putih  Lepas: dapat bergerak (lari) mengekspresikan
sempurna. ke mana-mana; tidak segalanya
(IEP: Hlm. 590 / tertambat; bebas dari ikatan;
Keping 89) tidak terikat lagi

Bodhi menghilang Punggung: bagian belakang Bukit bagian


dari pandangan, tubuh (manusia atau hewan) belakang;
lenyap di balik dari leher sampai ke tulang berdasarkan sudut
punggung bukit. ekor pandang penduduk
120. (IEP: Hlm. 590 /  Bukit: tumpukan tanah yang yang menempati
Keping 89) lebih tinggi daripada tempat sekitar bukit
sekelilingnya, lebih rendah
daripada gunung

Ishtar melempar Melempar: membuang jauh- Memberikan


senyum manisnya jauh; melontari (dengan) senyuman
kepada Sati yang Senyum: gerak tawa
hanya dibalas ekspresif yang tidak bersuara
lirikan sinis. untuk menunjukan rasa
121. (IEP: Hlm. 591 /  senang, gembira, suka, dan
Keping 89) sebagainya dengan
mengembangkan bibir
sedikit

Air muka Sati Air: cairan jernih tidak Rupa muka


menegang. berwarna, tidak berasa, dan (ekspresi)
(IEP: Hlm. 591 / tidak berbau yang diperlukan
Keping 89) dalam kehidupan manusia,
hewan dan tumbuhan yang
secara kimiawi mengandung
122.  hydrogen dan oksigen
Muka: bagian depan kepala,
dari dahi atas sampai ke dagu
dan antara telinga yang satu
dan telinga yang lain; wajah
78

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
…, dan bagaimana Terjun: melompat turun Olah raga udara
kain jaketnya Bebas: lepas sama sekali beregu atau
adalah satu-satunya (tidak terhalang, terganggu,perseorangan
yang menahan dan sebagainya sehingga dengan cara terjun
tubuhnya dari dapat bergerak, berbicara, dari pesawat
123. 
terjun bebas ke berbuat, dan sebagianya terbang pada
dasar jurang. dengan leluasa) ketinggian sedang
(IEP: Hlm. 594 / dan melakukan
Keping 90) gerakan akrobatik
di udara
Dari ekor matanya, Ekor: bagian tubuh binatang Ujung jangkauan
Zarah melihat Gio dan sebagainya yang paling pandangan
mulai bergerak,… belakang, baik berupa
(IEP: Hlm. 594 / sambungan dari tulang
Keping 90) punggung maupun sebagai
124.  lekatan; kata penggolong
untuk binatang
Mata: indra untuk melihat;
indra penglihat

Sebentar lagi akan Bingkai: bilah (papan, rotan) Batas jangkauan


keluar dari bingkai yang dipasang di sekeliling pandangan dalam
matanya. suatu benda supaya kuat; satu titik fokus
(IEP: Hlm. 594 / simpai (roda); lis (pigura dan
125. Keping 90)  sebagainya); rangka
(kacamata)
Mata: indra untuk melihat;
indra penglihat

Berat hati, Toni Berat: besar ukurannya (di Kurang suka


menggeleng. antara jenisnya atau benda- (enggan)
(IEP: Hlm. 622 / benda yang serupa); besar melakukan; tidak
Keping 92) tekanannya (timbangannya) sampai hati (tidak
Hati: organ badan yang tega) melakukan;
berwarna kemerah-merahan cenderung (hati)
126.  di bagian kanan atas rongga kepada
perut, berguna untuk
mengambil sari-sari
makanan di dalam darah dan
menghasilkan empedu
79

(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
Terlihat perubahan Air: cairan jernih tidak Rupa muka
drastis pada air berwarna, tidak berasa, dan (ekspresi)
muka Elektra. tidak berbau yang diperlukan
(IEP: Hlm. 634 / dalam kehidupan manusia,
Keping 93) hewan dan tumbuhan yang
127.  secara kimiawi mengandung
hydrogen dan oksigen
Muka: bagian depan kepala,
dari dahi atas sampai ke dagu
dan antara telinga yang satu
dan telinga yang lain; wajah
…, desis Bodhi Kuda: binatang menyusui, Sikap siaga (dalam
dengan kuda-kuda berkukusatu, biasa dipiara bela diri) dengan
siaga. orang sebagai kendaraan posisi kaki dan
128. 
(IEP: Hlm. 636 / (tunggangan, angkutan) atau tubuh yang siap
Keping 94) penarik kendaraan dan menerima serangan
sebagainya
…, bunyi tempias Gendang: alat bunyi- Organ pada telinga
hujan bagai hujan bunyian berupa kayu bulat yang berfungsi
jarum yang panjang, di dalamnya ada untuk menangkap
menusuki gendang rongga dan salah satu getaran dan
telinga. lubangnya atau kedua- menyalurkannya ke
(IEP: Hlm. 640 / duanya di beri kulit (untuk otak sebagai bunyi
129. 
Keping 94) dipukul) dan informasi
Telinga: organ tubuh untuk
mendengar; alat pendengaran
yang terletak di kanan kiri
kepala (manusia atau
binatang); kuping
Sementara itu, Kuda: binatang menyusui, Sikap siaga (dalam
kuda-kuda para berkukusatu, biasa dipiara bela diri) dengan
Peretas di atas orang sebagai kendaraan posisi kaki dan
130. tanah tidak bisa lagi  (tunggangan, angkutan) atau tubuh yang siap
bertahan. penarik kendaraan dan menerima serangan
(IEP: Hlm. 640 / sebagainya
Keping 94)
Sebuah simpul Mata: indra untuk melihat; Melihat dengan
merah ada di atas indra penglihat mata tanpa
sana meski yang Telanjang: tidak berpakaian menggunakan alat
131. tampak dari mata  bantu lain
telanjang hanyalah
segunduk awan
tebal.
80

(IEP: Hlm. 641 /


Keping 94)
(3)
(1) (2) (6) (7)
(4) (5)
Lapisan simpul Bibir: tepi (pinggir) mulut Tepian gunung
perak yang (sebelah bawah dan atas) seperti dinding
mengelilingi bibir Tebing: tepi sungai (jurang) terjal
tebing terempas yang tinggi dan terjal
132. lenyap.  (hamper tegak); lereng
(IEP: Hlm. 648 / gunung (bukit) seperti
Keping 96) dinding terjal

Baik Gio maupun Air: cairan jernih tidak Rupa muka


Zarah dapat melihat berwarna, tidak berasa, dan (ekspresi)
perubahan besar tidak berbau yang diperlukan
pada air muka dalam kehidupan manusia,
Bodhi. hewan dan tumbuhan yang
(IEP: Hlm. 650 / secara kimiawi mengandung
133. Keping 96)  hydrogen dan oksigen
Muka: bagian depan kepala,
dari dahi atas sampai ke dagu
dan antara telinga yang satu
dan telinga yang lain; wajah

…, penyesuaian Sebatang: satu batang Tidak mempunyai


ekstremnya dari Kara: tumbuhan berbuah sanak saudara
anak sebatang kara polongan, pohonnya
menjadi anak merambat, buahnya
134. komunitas.  sepanjang 5-7 cm, lebar dan
(IEP: Hlm. 670 / berdaging tipis, kalau sudah
Keping 98) tua berwarna hijau keputih-
putihan

Air mukanya Air: cairan jernih tidak Rupa muka


menunjukan proses berwarna, tidak berasa, dan (ekspresi)
berpikir yang keras. tidak berbau yang diperlukan
(IEP: Hlm. 674 / dalam kehidupan manusia,
Keping 98) hewan dan tumbuhan yang
135.  secara kimiawi mengandung
hydrogen dan oksigen
Muka: bagian depan kepala,
dari dahi atas sampai ke dagu
dan antara telinga yang satu
dan telinga yang lain; wajah
81

C. Pembahasan

Penggunaan frasa idiomatik dalam sebuah novel merupakan bagian dari

diksi yang bertalian dengan ungkapan-ungkapan individual yang memiliki

nilai artistik yang tinggi. Selain itu, penggunaan frasa idiomatik juga

merupakan salah satu upaya untuk memberikan kualitas kebahasaan yang baik

terhadap novel tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti

menganalisis frasa idiomatik yang terdapat dalam novel berjudul “Inteligensi

Embun Pagi” karya Dewi Lestari sebagaimana peneliti ungkapkan pada

bagian sebelumnya.

Dalam novel berjudul “Inteligensi Embun Pagi” karya Dewi Lestari ini

dapat dikatakan memiliki cukup banyak frasa idiom, hal ini terdapat dalam 42

subjudul dari 55 subjudul (keping) yang diperoleh peneliti setelah membaca

dan mencari. Setiap keping atau subjudul memiliki jumlah frasa idiom yang

bervariatif. Bila di uraikan, jumlah keseluruhan frasa idiomatik yang terdapat

dalam novel karya Dewi Lestari ini adalah 135 frasa yang terbagi ke dalam

dua kategori. Kategori pertama adalah frasa idiom penuh yang berjumlah 44

frasa. Kategori kedua adalah frasa idiom sebagian yang berjumlah 91 frasa.

Dengan demikian apabila dipersentasekan penggunaan frasa idiom dalam

novel “Inteligensi Embun Pagi” karya Dewi Lestari adalah 32,59% frasa

idiom penuh dan 64,40% frasa idiom sebagian.

Berdasarkan uraian di atas, dapat peneliti ungkapkan bahwa secara umum

dalam novel “Inteligensi Embun Pagi” karya Dewi Lestari ini senantiasa

menggunakan frasa idiomatik sebagai ungkapan pernyataan. Dari kedua


82

kategori frasa idiomatik yang ada, penulis novel tersebut lebih banyak

menggunakan frasa idiomatik sebagian. Hal ini menunjukan bahwa dalam

menulis novel Inteligensi Embun Pagi, penulis banyak menggunakan makna

leksikal guna mempermudah bagi pembaca memahami apa yang ingin penulis

sampaikan.
83

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyimpulkan bahwa frasa

idiomatik yang terdapat dalam novel “Inteligensi Embun Pagi” karya Dewi

Lestari, khususnya pada 42 sub judul yang telah diteliti adalah sebagai berikut:

1. Terdapat 44 frasa idiomatik penuh pada novel “Inteligensi Embun

Pagi” karya Dewi Lestari yaitu tertangkap tangan, senam otak, hati

lapang, kata hati, lorong memori, buah tangan, juru kunci, murah hati,

kata hati, sinse jempolan, semata-mata, tahi lalat, kata hati, cendera

mata, putri malu, polisi tidur, isapan jempol, membabi buta, benang

merah, sepak terjang, batang hidung, patah hati, sebatang kara, tulang

punggung, kepala keluarga, kucing-kucingan, bunga tidur, murah hati,

berlidah samurai, kata hati, ujung tanduk, jatuh cinta, semata-mata,

kambing hitam, setengah hati, patah hati, jatuh cinta, dimata-matai,

senjata makan tuan, kuda-kuda, berat hati, kuda-kuda, kuda-kuda, dan

sebatang kara.

2. Terdapat 91 frasa idiomatik sebagian pada novel “Inteligensi Embun

Pagi” karya Dewi Lestari yaitu mulut terminal, bulan lewat paruh, adu

mata, kaki laut, bubar jalan, ekor mata, muka bumi, daun pintu, ekor

mata, tawa renyah, tulang buku, rumah lajang, kode tubuh, hari jadi,

jatuh iba, buntut percakapan, kata hati, daun pintu, ekor mata, bahasa

tubuh, jendela waktu, membuang muka, daun pintu, melempar


84

senyum, hutan perawan, makan orang, bola mata, senyum simpul, ekor

mata, boneka tali, buntut barisan, perut bukit, ibu jari, patah hati, paruh

waktu, membuang pandangan, membuka diri, adu mata, tidur-tidur

ayam, mencuri pandang, kotak suara, anak tangga, mulut terkunci,

cincin gunung berapi, mengais-ngais udara, garis muka, memori

dorman, garis wajah, anak kunci, memalingkan muka, air muka,

memalingkan muka, mulut gang, harta karun, anak tangga, ekor mata,

motor bebek, air muka, cuaca hati, melemparkan celetukan, kaca film,

air muka, ekor mata, membuang muka, hati kecil, jendela waktu,

membuang muka, mulut pintu, ekor mata, lembaran baru, melempar

pandangan, jendela waktu, bahu jalan, tersenyum pahit, telanjang kaki,

jurang perbedaan, tertawa lepas, punggung bukit, melempar senyum,

air muka, terjun bebas, ekor mata, ekor mata, bingkai mata, air muka,

gendang telinga, mata telanjang, bibir tebing, air muka, dan air muka.

3. Jumlah frasa idiomatik dalam serial SUPERNOVA “Inteligensi

Embun Pagi” karya Dewi Lestari adalah 135 frasa idiomatik yang

tersebar dalam 42 sub judul. Di mana terdapat 44 frasa idiomatik

penuh dan 91 frasa idiomatik sebagian. Persentasi bagi kedua frasa

tersebut adalah 32,59% frasa idiom penuh dan 64,40% frasa idiom

sebagian.

4. Frasa idiomatik yang sering muncul pada novel “Inteligensi Embun

Pagi” karya Dewi Lestari yaitu ekor mata, air muka, dan daun pintu.
85

5. Alasan mengapa frasa idiomatik tersebut sering muncul karena penulis

bercerita tentang kehidupan pribadi setiap tokohnya. Sehingga setiap

tokoh yang diceritakan mampu menunjukan ekspresinya secara

terperinci. Penulis juga lebih memilih bahasa kiasan atau frasa

idiomatik tersebut agar pemilihan katanya lebih bervariatif.

B. Saran

Beberapa saran yang dapat peneliti ajukan berkaitan dengan hasil

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Di luar dari peristilahan yang memang asing ataupun spesifik, masih

banyak istilah yang cukup dikenal namun belum tercantum dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia. Besar harapan saya agar KBBI ke depannya

dapat lebih cepat menyerap perkembangan bahasa yang terjadi, khususnya

istilah-istilah teknis yang masih sulit dicari padanan resminya walaupun

sudah popular digunakan.

2. Peneliti menyarankan peneliti lain untuk meneruskan penelitian tentang

frasa idiomatik terlebih dalam novel “SUPERNOVA” sebelumnya karya

Dewi Lestari atau dalam objek penelitian yang lain.

3. Peneliti menyarankan frasa idiomatik untuk dijadikan sebagai bahan ajar

yang lebih spesifik karena dapat membantu guru dalam memilih dan

memberikan ilmu baru tentang pilihan kata/diksi.

4. Frasa idiomatik juga dapat meningkatkan kualitas bahan bacaan. Jadi,

peneliti berharap agar penerbit dapat menyisipkan lebih banyak lagi frasa

idiomatik ke dalam karya sastra yang diterbitkan.


86

5. Peneliti menyarankan kepada penulis karya sastra baik prosa maupun puisi

agar lebih banyak lagi menggunakan frasa idiomatik. Selain menambah

kualitas, penggunaan frasa idiomatik juga dapat menambah kosa kata baru

bagi pembaca dan pihak yang bersangkutan di dalamnya.


87

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. (1993). Beberapa Madzhab dan Dikotomi Teori


Linguistik. Bandung: Angkasa. Print.

Aminuddin. (2008). Semantik (Pengantar Studi Tentang Makna). Bandung.


Penerbit Sinar Baru Algensindo Bandung.

Chaer, Abdul. (1984). Kamus Idiom Bahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa


Indah.

Chaer, Abdul. (1997). Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia. Jakarta. PT. Rineka
Cipta.

Chaer, Abdul. (2009). Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta. PT. Rineka Cipta.

Convelo G. Cevilla, dkk. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta:


Universitas Indonesia.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2005). Kamus Besar Bahasa


Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

De Saussure, F. (1916). Pengantar Linguistik Umum. Diterjemahkan oleh Rahayu


Hidayat, dari buku Cours de Linguistique Generale. 1988. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.

Imam Suprayogo, Tobroni. (2001). Metode Penelitian Sosial Agamacet. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Kridalaksana, Harimurti. (2008). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Kutha, Nyoman. (2004). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.


Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Lestari, Dewi . (2016). Intelegensi Embun Pagi. Jakarta. PT. Bentang Pustaka.

M, Ramlan. (2001). Sintaksis. Yogyakarta. CV. Karyono.


88

Mardalis. (1999). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi


Aksara.

Sudarto. (1995). Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sudaryat, Yayat. (2009). Makna Dalam Wacana. Bandung. CV. Yrama Widya.

Suwandi, Sarwiji. (2003). Semantik: Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta:


Media Perkasa.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Sampul Novel SUPERNOVA “Inteligensi Embun Pagi” Karya Dewi Lestari


89

Daftar Subjudul Novel SUPERNOVA

“Inteligensi Embun Pagi” Karya Dewi Lestari

Keping 45 Para Pembebas


90

Keping 46 Clavis

Keping 47 Sentuhan Petir

Keping 48 Mencari Asko

Keping 49 Tongkat Estafet Berikut

Keping 50 Benteng Batu

Keping 51 Di Luar Rencana

Keping 52 Warisan

Keping 53 Mata-mata

Keping 54 Permainan Catur

Keping 55 Dunia yang Berbeda

Keping 56 Mencerna Kemustahilan

Keping 57 Pertaruhan yang Sebenarnya

Keping 58 Kisi Penjara

Keping 59 Evolusi Kesadaran

Keping 60 Besok dan Kita

Keping 61 Segitiga Supernova

Keping 62 Di Ujung Tanduk

Keping 63 Rumah Suaka

Keping 64 Loncatan Karmik

Keping 65 Alarm yang Terpicu

Keping 66 Mendobrak Batasan

Keping 67 Harus Pergi

Keping 68 Dimensi Lain

Keping 69 Pergeseran Kutub

Keping 70 Jin Dalam Cawan


91

Keping 71 Peretas Gerbang

Keping 72 Foniks

Keping 73 Menaklukkan Portal

Keping 74 Tato Kedua

Keping 75 Hiperentitas

Keping 76 Peti Mati

Keping 77 Kartu As Terakhir

Keping 78 Gugus Kandara

Keping 79 Menebus Dosa

Keping 80 Transaksi Bukit Jambul

Keping 81 Hancur dari Dalam

Keping 82 Portal Cermin

Keping 83 Momen yang Sempurna

Keping 84 Bukit yang Terbuang

Keping 85 Salam Perpisahan

Keping 86 Bumi yang Kembali

Keping 87 Hantu Masa Lalu

Keping 88 Rekrutmen Baru

Keping 89 Berpencar

Keping 90 Nyanyian Murai

Keping 91 Menyeberang

Keping 92 Alfa Omega

Keping 93 Rencana Gelombang

Keping 94 Konversi

Keping 95 Perang
92

Keping 96 Gloma Mutiara

Keping 97 Awal Kebersamaan

Keping 98 Tanda Cinta

Keping 99 Segala Sesuatunya Tepat Waktu


93
94
95
96
97
98
99
100

RIWAYAT HIDUP

Nama : Helmi Anwar Allaudin

Alamat : Jalan Raya Kadungora, Kampung Cigunung Agung

RT/RW 03/03, Desa Karangmulya, Kecamatan

Kadungora, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat

Tempat, tanggal lahir : Garut, 6 Juli 1994

Pendidikan

1. SD : SDN Karangmulya II
2. SMP : SMP Negeri 1 Kadungora
3. SMA : SMA Negeri 2 Garut
4. Perguruan Tinggi : Institut Pendidikan Indonesia (IPI)

Anda mungkin juga menyukai