hukum adat adalah hukum kebiasaan yang artinya aturan dibuat dari tingkah laku
masyarakat yang tumbuh dan berkembang sehingga menjadi sebuah hukum yang ditaati secara tidak tertulis. Hukum adat diakui oleh negara sebagai hukum yang sah. 2. Teori receptio a contrario ini dapat kita temukan dalam hubungan antara hukum agama dan hukum adat. Secara sederhana teori receptio a contrario dapat diartikan: hukum adat hanya berlaku bila tidak bertentangan dengan hukum agama yang dipeluk oleh masyarakat. 3. Yaitu – - hukum genealogis adalah suatu kesatuan masyarakat di mana para anggotanya terikat oleh suatu garis keturunan yang sama dari satu leluhur baik secara langsung karena hubungan darah atau tidak langsung karena pertalian perkawinan atau pertalian adat. - persekutuan hukum yang territorial adalah, masyarakat yang tetap teratur, yang anggota-anggota masyarakatnya terikat pada suatu daerah kediaman tertentu, baik dalam kaitan duniawi sebagai tempat kehidupan maupun dalam kaitan rohani sebagai tempat pemujaan terhadap roh-roh leluhur. - Masyarakat genealogis-teritorial adalah kesatuan masyarakat di mana para anggotanya tidak saja terikat pada tempat kediaman, tetapi juga terikat pada hubungan keturunan dalam ikatan pertalian darah dan atau kekerabatan. 4. Matrilineal merupakan sistem garis keturunan yang menempatkan ibu sebagai penentu garis keturunan, misalnya suku Minangkabau. Cirinya Yaitu - Keturunan dihitung menurut garis ibu. - Suku terbentuk menurut garis ibu - Tiap orang diharuskan kawin dengan orang luar sukunya (exogami) - Pembalasan dendam merupakan satu kewajiban bagi seluruh suku - Kekuasaan di dalam suku, menurut teori, terletak di tangan “ibu”, tetapi jarang sekali dipergunakan, sedangkan Sistem kekerabatan matrilineal adalah sistem keturunan yang ditarik menurut garis keturunan ibu. Dalam sistem kekerabatan matrilineal, kedudukan perempuan jauh lebih tinggi ketika menikah, sehingga suami akan mengikuti garis keturunan sang istri. 5. Sistem pewarisan dalam hukum adat dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam yaitu Sistem Pewarisan Individual, Sistem Pewarisan Kolektif dan Sistem Pewarisan Mayorat. - pewarisan individual yang umumnya digunakan dalam masyarakat kekerabatan parental/ bilateral. Sistem ini mengatur pembagian waris dengan menempatkan setiap ahli waris laki-laki dan/atau perempuan mendapat pembagian untuk dapat menguasai atau memiliki harta waris menurut bagia masing-masing. - istem Kewarisan Kolektif Ciri sistem kewarisan kolektif, ialah bahwa harta peninggalan itu diwarisi/dikuasai oleh sekelompok waris dalam keadaan tidak terbagi- bagi, yang seolah-olah merupakan suatu badan hukum keluarga kerabat (badan hukum adat). - sistem pewarisan mayorat yaitu sistem kewarisan dimana harta peninggalan pewaris hanya diwarisi oleh seorang anak tertua, sama dengan pewarisan kolektif namun diwaris oleh anak tertua. 6. Dalam hukum kewarisan anak angkat tidak termasuk ahli waris, karena secara biologis tidak ada hubungan kekeluargaan antara anak angkat dengan orangtua angkatnya kecuali anak angkat itu diambil dari keluarga orangtua angkatnya. Dalam hukum adat, ahli waris ditentukan berdasarkan dua garis pokok, yaitu garis pokok keutamaan dan garis pokok penggantian. Garis pokok keutamaan berasal dari keluarga pewaris di antaranya:
1. Kelompok keutamaan I: Keturunan pewaris.
2. Kelompok keutamaan II: Orang tua pewaris. 3. Kelompok keutamaan III: Saudara-saudara pewaris dan keturunannya. 4. Kelompok keutamaan IV: Kakek dan nenek pewaris dan seterusnya.
Garis pokok penggantian adalah garis hukum yang bertujuan menentukan siapa di antara orang-orang di dalam kelompok keutamaan tertentu. Mereka yang dipilih harus memiliki kriteria:
1. Orang yang tidak punya penghubung dengan pewaris.
2. Orang yang tidak ada lagi penghubungannya dengan pewaris.