Anda di halaman 1dari 19

Nama: Herdyawan

NIM: 115180558
Kelas: Perilaku Konsumen/AX

JAWABAN:
SOAL 1
Pada pelaksanaan G20 yang diselenggarakan di Bali waktu lalu dan mampu
menarik masyarakat dunia untuk menyaksikannya melalui media dan menjadi
sorotan semua negara yang mengirimkan wakilnya baik presiden maupun perdana
mentrinya, ada hal yang bisa digaris bawahi bahwa acara tersebut banyak
mengangkat nilai budaya seluruh dunia. Coba anda analisis mengenai beberapa
hal berikut ini:
a. Enkulturasi dan Akulturasi yang diterapkan dalam acara tersebut?
b. Green Marketing
c. Analisis isi (Content analysis)

Bahasan singkat mengenai pelaksanaan G20: Pertemuan Tingkat Menteri


Pendidikan G20 bidang Kebudayaan atau G20 Culture Ministers Meeting (CMM)
dalam Presidensi Indonesia mengangkat tema “Kebudayaan untuk Bumi
Lestari”. Direktur Kebudayaan Hilmar Farid, selaku Koordinator G20 CMM,
mengatakan salah satu masalah besar dalam pemulihan kebudayaan adalah isu
lingkungan hidup, seperti degradasi lingkungan, perubahan iklim, serta praktik
kehidupan manusia saat ini yang tidak selaras dengan pelestarian bumi sehingga
yang membuat masyarakat di dunia sulit untuk pulih.

S.W. Septiarti dkk dalam buku berjudul Sosiologi dan Antropologi


Pendidikan (2017) menyebutkan menurut M.J. Herskovits enkulturasi
adalah suatu proses bagi seseorang baik secara sadar maupun tidak sadar
mempelajari seluruh kebudayaan masyarakat. Setelah mempelajari budaya,
orang tersebut akan menyesuaikan alam pikirannya dengan kebudayaan
lingkungannya.
a. Enkulturasi yang diterapkan pada acara G20
Enkulturasi yang diterapkan adalah “KEBUDAYAAN UNTUK BUMI
LESTARI” yang membuat masyarakat pada awalnya menyadari bahwa
pentingnya melestarikan lingkungan hidup agar dapat memperbaiki dan
mempertahankan ekosistem bumi tetap asri dan dalam keadaan yang sangat baik
dan terjaga kelestariannya yang kemudian masyarakat menginternalisasi budaya
tersebut, seperti: Tidak membuang sampah sembarangan, tidak mengambil
sumber daya alam secara berlebihan, tidak mengalirkan limbah kotor ke sungai
sebelum dilakukan pengolahan limbah, menekan limbah yang berbentuk
pencemaran udara dan selalu memperhatikan kehidupan sosial secara
berkesinambungan.

Berry (2005) menyatakan bahwa akulturasi adalah sebuah proses yang


merangkap dari perubahan budaya dan psikologis yang berlangsung sebagai
hasil kontak antara dua atau lebih kelompok budaya dan anggotanya.

Inkulturasi yang diterapkan pada acara G20


Inkulturasi yang diterapkan adalah ketika ajakan untuk untuk melestarikan
bumi yang disosialisasikan dari G20, maka secara langsung masyarakat akan
menerapkan hal tersebut dimulai dari sekelompok kecil orang yang menyadari
pentingnya kelestarian bumi, dan pada akhirnya menyebar dan diinternalisasi oleh
masyarakat luas terkait pelestarian bumi tersebut, sehingga pada akhirnya
menciptakan masyarakat seutuhnya yang sadar akan pentingnya kelestarian
lingkungan dengan menjaga lingkungan itu sendiri untuk tetap keadaan prima.

b. Green Marketing
Lozada (2000) mendefinisikan pemasaran ramah lingkungan (green marketing)
sebagai “aplikasi dari alat pemasaran untuk memfasilitasi perubahan yang
memberikan kepuasan organisasi dan tujuan individual dalam melakukan
pemeliharaan, perlindungan, dan konservasi pada lingkungan fisik”.
Para pengusaha dengan adanya G20 tersebut akan semakin menyadari bahwa
kelestarian bumi perlu dijaga dan dipertahankan. Industri akan melakukan hal-hal
sebagai berikut:
1. Membuat kemasan (khususnya yang berbahan plastik) yang degradable
(rusak dalam waktu tertentu)
2. Menanam banyak tumbuhan di sekitar industri yang menghasilkan asap
yang dapat mencemar udara, sehingga dengan adanya tumbuhan seperti
pohon dapat menyerap sebagian besar polusi yang dihasilkan oleh industri
tersebut.
3. Contoh kasus: Salah satu contoh green marketing yang berhasil
adalah perusahaan Tirta Investama melalui produk Aqua. Produk
Aqua memiliki kemasan yang bisa didaur ulang sehingga meminimalkan
limbah. Selain itu, Tirta Investama juga memakai energi secara efisien dan
mengelola limbah secara higienis.

c. Analisis Isi (Content)


Pertemuan Tingkat Menteri Pendidikan G20 bidang Kebudayaan atau G20
Culture Ministers Meeting (CMM) dalam Presidensi Indonesia mengangkat tema
“Kebudayaan untuk Bumi Lestari”. Direktur Kebudayaan Hilmar Farid, selaku
Koordinator G20 CMM, mengatakan salah satu masalah besar dalam pemulihan
kebudayaan adalah isu lingkungan hidup, seperti degradasi lingkungan, perubahan
iklim, serta praktik kehidupan manusia saat ini yang tidak selaras dengan
pelestarian bumi sehingga yang membuat masyarakat di dunia sulit untuk pulih.

Pada acara G20, Pemulihan konteksnya lebih besar dari pandemi. Meninjau secara
keseluruhan. Ketika melihat ada problem dengan bumi, ternyata praktik
kehidupan masyarakat tidak selaras dengan pelestarian bumi. Sebenarnya
kebudayaan memiliki banyak sekali sumber daya, kearifan lokal, praktik budaya,
dan filosofis yang sangat penting dalam upaya kita memulihkan bumi dan
menjaga kelestarian bumi.
Pertemuan Tingkat Menteri G20 bidang Kebudayaan berlangsung pada 12
September 2022 setelah digelarnya ada pertemuan pejabat tinggi bidang
kebudayaan dari negara anggota G20 dalam G20 Senior Officials Meeting (G20
SOM). Ada dua hal yang akan menjadi fokus pembahasan dalam G20 SOM
maupun CMM. Pertama, mengenai kebudayaan untuk bumi lestari, dan
kedua mengenai gagasan Indonesia untuk membentuk dana global di sektor
kebudayaan.

Dari hal tersebut, analisis konten G20 menjelaskan bahwa: Indonesia ingin
menegaskan bahwa pembangunan mendatang harus mempertimbangkan unsur
kebudayaan dalam pembangunan yang berkelanjutan. Kemudian terkait skema
dana global, di beberapa negara sudah ada skema tersebut di masa pandemi yang
khusus ditujukan untuk seniman pascapandemi. Di Indonesia, Kemendikbudristek
pun telah menggagas dana abadi kebudayaan dalam skema Dana Indonesiana.

Saat ini, Indonesia belum ada skema dana di tingkat global, karena tidak semua
negara punya skema ini. Inisiatif ini sangat perlu karena sektor kebudayaan kalau
tidak didukung secara afirmatif akan sulit untuk pulih dan bangkit. Yang rugi
adalah masyarakat secara keseluruhan. Kemudian sumber daya di bidang
kebudayaan akan sulit untuk sembuh atau pulih.

Kehadiran pejabat setingkat menteri dari negara anggota G20 yang akan hadir
dalam G20 CMM, baik secara luring maupun daring. “Ada Brazil, Jerman, India,
Indonesia, Korea, Saudi Arabia, Afrika Selatan, Inggris, Amerika Serikat,
Kamboja, Singapura, dan Uni Emirat Arab. Nanti akan ada pernyataan bersama
dari para menteri mengenai rangkuman pembahasan dari dua hal tadi, yaitu jalan
kebudayaan untuk pemulihan bumi dan dana global.
SOAL 2
Pada pola perilaku konsumen berdasarkan sub budaya dibedakan oleh usia dan
generasi yang berbeda-beda. Menurut anda generasi mana yang akan anda pilih
untuk memasarkan destininasi pariwisata Indonesia khususnya Bali, anda diminta
menganalisis berikut ini:
a. Mengapa memilih generasi tersebut
b. Langkah apa saja yang bisa dilakukan untuk mendukung agar berhasil
c. Kendala apa saja yang terjadi untuk generesi tersebut
d. Apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut

Schifman & Kanuk (2008 : 358) budaya adalah keseluruhan kepercayaan, nilai –
nilai, dan kebiasaan yang mempelajari yang membantu mengarahkan perilaku
konsumen para anggota masyarakat tertentu. Budaya memperlengkapi orang
dengan rasa identitas dan pengertian akan perilaku yang dapat diterima di dalam
masyarakat. Kotler (2005: 203) menjelaskan makna sub-budaya meliputi:
Geografis, usia, etnis, jenis kelamin dan pendapatan atau kelas sosial yang
meliputi: kelas atas, menengah dan kelas bawah.

a. Mengapa memilih generasi tersebut


Menurut saya generasi dewasa muda dengan usia 18-34 cocok untuk memasarkan
destinasi pariwisata di Indonesia. Survei yang diselenggarakan oleh MarkPlus
Industry Roundtable Tourism and Hospitality Perspective mengungkapkan pada
usia tersebut, yang pertama diinginkan adalah wisata petualangan (adventure),
baru kemudian pilihannya wisata kuliner dan budaya. Survei tersbut melibatkan
620 peserta dengan 68% diikuti oleh kaum pria dan sisanya 32% adalah wanita.
Survei tersebut mengungkapkan bahwa: “Mereka yang mau traveling yang
tertinggi adalah kelompok umur 18-24 tahun mewakili 44% responden dan usia
25-34 tahun yang tertinggi mencapai 73%.” Hal tersebut yang membuat saya
memilih rentang usia 18-34 (atau generasi Z) (Sabri, 2020) pada
https://bisniswisata.co.id/siapa-yang-paling-siap-untuk-berwisata-kembali-tahun-
ini/. Kemudian alasan memilih generasi Z dikarenakan generasi tersebut sangat
identik dengan teknologi. Generasi yang lahir setelah tahun 1996 ini sangat
familiar dengan internet dan memiliki sifat yang spontan, kompetitif,
keingintahuan yang tinggi, serta jiwa bertualang (Huda, 2021) yang melaporkan
pada https://mediakeuangan.kemenkeu.go.id/article/show/gen-z-dan-dunia-kerja-
di-masa-pandemi.

b. Langkah apa saja yang bisa dilakukan untuk mendukung agar berhasil
1. Membuat dan mengoptimalkan Google My Business (GMB)
Google My Business atau Google Bisnisku merupakan aplikasi gratis yang
disediakan oleh Google untuk mengatur keberadaan sebuah objek wisata/layanan
bisnis kita. Google Bisnisku juga dapat digunakan untuk meningkatkan hubungan
antara tuan rumah (host) dengan calon wisatawan potensial secara online. Adapun
manfaat penggunaan Google Bisnisku di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Membuat objek wisata semakin terkenal dan mudah diakses oleh calon
wisatawan
b. Memudahkan wisatawan untuk menemukan dan menuju lokasi objek
wisata, karena pada Google Bisnisku akan tercantum jam buka kunjungan,
produk yang dijual, nomor telepon, dan lokasi objek wisata
c. Memudahkan wisatawan untuk menilai dan memberikan penilaian atau
masukan terhadap objek wisata yang kita kelola. Dalam hal ini, Google
Bisnisku juga dapat menjadi buku tamu digital
d. Memudahkan pengelola destinasi wisata dalam menganalisa tren
perjalanan
e. Meningkatkan penjualan dan kunjungan wisatawan
2. Membuat dan mengoptimalkan konten di website
Website bukan saja harus responsif dan cepat diakses, tetapi harus memiliki
literasi maupun cerita yang informatif, kaya, dan kuat. Dalam beberapa kasus di
lapangan, banyak destinasi maupun objek wisata yang telah mengembangkan
website. Masalahnya, hal-hal kecil seperti informasi dan konten masih sering
diabaikan. Padahal, website kerap menjadi rujukan utama wisatawan sebelum
mengambil keputusan.
Untuk dapat mengembangkan sebuah website, penting untuk menentukan siapa
saja yang nantinya akan dilibatkan menjadi kontributor untuk mengisi
website tetap eksis. Banyak hal yang dapat diceritakan dan dituliskan melalui
website. Misalnya saja mengenai keindahan alam, keunikan arsitektur sebuah
bangunan atau homestay, daya tarik budaya, cerita rakyat atau sejarah, kearifan
lokal di destinasi, maupun kuliner khas yang hanya bisa ditemukan di destinasi.  

Di era yang serba digital ini, isi informasi sangatlah penting. Selain wujud fisik
dari destinasi atau daya tarik wisata yang dipromosikan, perlu juga dikembangkan
mengenai bagaimana cara penyampaian informasinya karena setiap orang lebih
menyukai cerita yang kuat. Untuk itu, perkuat narasi melalui penceritaan
atau storytelling yang mendalam.

Storytelling merupakan salah satu bentuk komunikasi yang menekankan pada


cerita dan sangat efektif digunakan dalam mempromosikan destinasi wisata.
Tujuan yang dapat dicapai melalui storytelling adalah untuk menyampaikan
identitas, mengapresiasi seseorang atau kelompok, memberi energi perubahan,
berbagai pembelajaran, dan meningkatkan interaksi dua arah (engagement).

3. Optimalkan penggunaan sosial media


Mungkin sudah banyak destinasi maupun objek wisata yang telah menggunakan
sosial media sebagai media promosi. Namun, sudah sejauh mana pengemasannya?

Beberapa platform sosial media yang efektif digunakan dalam berpromosi dan


memiliki pengguna cukup banyak di antaranya adalah Facebook, Instagram,
Twitter, dan yang sedang berkembang yaitu TikTok. Untuk itu, pengelola
destinasi wisata perlu beradaptasi dan membuat inovasi konten pemasaran dengan
menggabungkan platform media sosial yang telah disebutkan di atas.

4. Menjalin kemitraan
Perlu dipahami bersama, sektor pariwisata tidak pernah bisa berdiri dan berjalan
sendiri. Pariwisata sangat membutuhkan kolaborasi antar dan lintas sektor agar
keberlanjutan usahanya tetap berjalan. Untuk itu, maksimalkan jaringan yang
Anda miliki dengan turut melibatkan mitra-mitra potensial seperti komunitas
fotografer, travel blogger, travel vlogger, instagrammer, maupun mitra dengan
konsep B2B (Business to Business). Misalnya seperti layanan tiketing online,
transaksi digital (e-money), maupun model kerja sama marketplace.

Kesimpulan: Dalam menghadapi era industri 4.0, keterampilan SDM pariwisata


harus terus ditingkatkan, utamanya yang menyentuh ranah digital. Jika
memungkinkan, peningkatan kapasitas kemampuan berbasis digital ini dapat
diterjemahkan ke dalam program sertifikasi pemasaran digital destinasi wisata
(Andy, 2017).

c. Kendala apa saja yang terjadi untuk generesi tersebut


1. Fokus Pada Audiens yang Salah
Masalah paling umum dalam pemasaran adalah salah menargetkan audiens. Hal
ini membuat pesan yang tersampaikan tidak sampai ke mereka. Selain itu, juga
akan kesulitan dalam membangun persona buyer atau gagal dalam memahami
kebutuhan pelanggan.

2. Keselahan Pemilihan Waktu


Pemilihan waktu sangat penting menentukan keberhasilan pemasaran.
Gunakan customer data untuk menentukan waktu kapan yang tepat membagikan
konten marketing. Jika tidak akan sia-sia usaha dalam melakukan kampanye
pemasaran. Misalnya ketika menjual produk saat pelanggan sedang tidak minat
membeli produk.

3. Metode Promosi yang Kurang Tepat


Saat ini banyak sekali jenis metode marketing yang digunakan bisnis untuk
memasarkan produknya. Misalnya dengan menerapkan bundling product,
giveaway, pemberian voucher,  diskon, dan lainnya. Sayangnya tidak semua
metode promosi tersebut berhasil menarik pelanggan.

4. Hanya Mengandalkan Satu Media untuk Beriklan


Di era digital saat ini, banyak media yang bisa digunakan untuk memasarkan
produk. Sayangnya tidak sedikit mereka yang belum menyadari hal ini. Mereka
masih fokus melakukan pemasaran secara konvensional dengan menggandalkan
satu media saja.

5. Tidak Mengukur Efektivitas Promosi


Kebiasaan lainnya yang sering dilakukan generasi Z ini adalah melakukan
promosi tanpa mengukur keefektivitasannya. Akibanya kesalahan dalam
marketing terjadi berulang. Padahal dengan mengukurnya, Anda dapat
mengidentifikasi sumber permasalahan marketing dan memperbaikinya.

6. Kurang Berinteraksi dengan Pelanggan


Perilaku pelanggan saat ini lebih meyukai untuk terlibat langsung dengan sebuah
bisnis. Mereka berharap dapat berkomunikasi langsung dengan bisnis. Sayangnya
sebagian bisnis masih membatasi interaksi dengan pelanggan. Misalnya tidak
menyediakan live chat atau tidak membalas pesan dari pelanggan.

d. Apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut


1. Lakukan Inovasi
Hal pertama untuk mengatasi masalah pemasaran adalah perlu melakukan
inovasi. Dimana inovasi ini bisa dimulai dengan cara merias konten semenarik
mungkin pada destiasi yang dipasarkan. Misalnya dengan memberikan sesuatu
yang unik untuk menjadi ciri khas baru dari destinasi tersebut.

2. Mencari Target yang sesuai dengan Destinasi


Bisa saja target pasar yang dituju tidak tepat. Oleh karena itu, cara mengatasi
masalah pemasaran ini, bisa melakukan riset target baru. Buatlah segmentasi
pasar baru sesuai dengan destinasi yang ditawarkan, seperti Bali, maka perlu
mencari target pelanggan yang suka permandangan pantai dan berjemur.
Manfaatkan database customer yang dimiliki untuk mempermudah
menemukan target pelanggan baru.

3. Membuat Strategi Baru


Tidak ada salahnya untuk membuat strategi pemasaran yang baru dengan
memodifikasi strategi pemasaran yang menggunakan strategi yang tepat akan
membuahkan hasil yang memuaskan. Namun, Pemasar destinasi perlu
mengidentifikasi masalah marketing pada strategi sebelumnya, kemudian
memperbaikinya di strategi baru.

4. Uji Coba Strategi Baru Tersebut


Setelah membuat strategi baru, langkah selanjutnya yang paling tepat adalah
dengan mengujinya. Coba jalankan tes terkait strategi A/B untuk melihat
mana yang berkinerja lebih baik. Pengujian strategi baru tersebut dapat
dilakukan di berbagai media pemasaran sekaligus untuk mendapatkan hasil
lebih spesifik.

5. Memaksimalkan Penggunaan Media Sosial


Konten yang baik tidak hanya untuk dibawa ke dunia sosial media dan
diinformasikan begitu saja kepada para target customer, namun konten yang
baik di dalam media sosial haruslah dapat menimbulkan interaksi dengan
orang-orang di media sosial. Sebagai tips marketing, maka lakukan
banyak share informasi bermanfaat terkait destinasi yang dipasarkan dan
berkomunikasilah secara responsif dengan orang-orang yang sudah
menyukai page atau mem-follow media sosial. Dalam hal mengatasi kesulitan
ini, pemasar harus menemukan media sosial yang tempat di mana target
customer banyak berkumpul dan lakukan interaksi sesering mungkin dengan
mengeposkan sesuatu. Tetaplah menjadi aktif agar tidak kehilangan
kesempatan menemui customer baru.

6. Berikan Lebih Banyak Waktu


Jangan cepat mengambil berkesimpulan bahwa pemasaran yang akan
dijalankan gagal. Setiap metode pemasaran membutuhkan waktu untuk
mencapai keberhasilan. Pemasar perlu untuk menentukan tenggang waktu 
yang tepat agar bisa dievaluasi.

7. Melibatkan Pelanggan
Meminta feedback dari pelanggan adalah suatu hal yang sangat penting.
Pelanggan yang dapat menceritakan keluhan yang mereka rasakan saat
pengalaman pertama pada destinasi yang ditawarkan, sangat berarti untuk
masukkan para pemasar untuk dapat memperbaiki layanan yang lebih baik
lagi. Meminta saran dari pelanggan pun sangat penting, hal ini untuk sebagai
bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan strategi pemasaran. Dengan
begitu, pemasar akan memiliki strategi pemasaran sesuai dengan kebutuhan
pelanggan. Selain itu, pelanggan juga merasa dihargai karena saran mereka
bermanfaat.

SOAL 3
Pada Model Pengambilan Keputusan Konsumen meliputi input, proses dan
output. Anda diminta melengkapi setiap tahapannya, untuk produk bisa anda pilih
antara mobil atau pakaian.
(jawaban minimal adalah 1 atau 2 lembar)

Perilaku konsumen sangat penting untuk dikaji. Supaya pemasar dapat


merumuskan strategi yang tepat untuk memengaruhi keputusan pembelian
konsumen. Kajian ini dibahas lebih detail dalam teori perilaku konsumen. Salah
satunya, yakni input-process-output model (Putri, 2022) yang melaporkan pada
https://www.kompas.com/skola/read/2022/07/15/090000969/input-process-
output-model-dalam-teori-perilaku-konsumen?page=all.

Apa itu input-process-output model? Dilansir dari situs Wisdom Jobs,


model input-process-output memberi gambaran yang paling sederhana mengenai
perilaku konsumen. Ada tiga hal yang menjadi fokus utama dalam model ini,
yaitu produk yang dipasarkan, pengaruh lingkungan sekitar, dan latar belakang
keluarga konsumen. Model ini menyebutkan dua faktor yang memengaruhi
perilaku konsumen terutama dalam pengambilan keputusan, yakni upaya
pemasaran dan lingkungan sosial. Upaya pemasaran mencakup promosi, tempat,
produk, dan harga. Sementara lingkungan sosial, meliputi keluarga, kelompok
referensi, budaya, dan kelas sosial (Putri, 2022) pada kompas.com.

Adapun tahapan pada input-proses-output pada pakaian yang saya kuasai yang
berupa tiga produksi pakaian yang berbeda, yakni sebagai berikut:
input-proses-output (Pakaian berupa Kaos)
Input: Kain polyster, benang, alat bordir, mesih jahit, gunting, penjahit, kapas
Proses:
1. Spinning yaitu proses mengolah kapas atau polyster menjadi benang, benang
hasil pementalan akan masuk ke proses Soft Winder yaitu proses
penggulungan benang hasil dari pementalan.benang yang masuk kedalam
pemrosesan soft winder akan masuk ke pencelupan benang.
2. Weaving yaitu penenunan prosesnya dengan mesin tenun mempersiapkan
benang hingga terbentuk anyaman benang yang siap masuk ke mesin tenun
setelah itu masuk ke proses Weaving maka hasilnya adalah lembaran-
lembaran kain.
3. Shiage  adalah proses pemilihan dan pengecekan kain, proses ini untuk
mengklasifikasi kain.Lulus dari proses Shiage kain akan masuk ke proses
pemolesan terhadap warna, yang disebut Dyeing proses ini disebut proses
akhir.
Output: Pakaian Kaos

Proses produksi membuat pakaian wanita hamil


Input : Bahan Baju, Benang  Jahit,Mesin Jahit, Alat Ukur Badan,gunting.
Proses :
1. Sesuaikan bahan pakaian terhadap ibu hamil, ukur kan bahan pada ibu hamil,
2. Gunting bahan pakaian yang telah di sesuaikan .
3. Masukan benang jahit ke dalam mesin jahit.
4. Setelah di gunting dan sesuai dengan ukuran , maka jahit bahan menggunakan
mesin jahit yang telah di masukkan benang jahit .
Output : setelah di jahit akan menghasilkan baju ibu hamil .

Proses produksi sepatu


 Input
Bahan-bahan: kulit, sol luar, texon, spon ati, vinil, paper tape, benang jahit, kain
lapis, amplas, kertas manila/karton, lem sintetis/fox.
Alat-alat :  acuan, palu, tang, pisau seset, paku, uncek, cutter, tinta perak, pensil,
mesin amplas, kaki tiga, gunting.

 Proses
1. Cuttting Process
Cutting process adalah proses pemotongan bahan baku sebelum dibentuk
menjadiupper sepatu. Bahan baku yang berupa kain atau pun kulit
(leather ) dipotong membentuk pola-pola yang telah ditentukan
sebelumnya menggunakan mesin potong (cutting machine ).
2. Stitching/Sewing Process
Pada proses ini pola-pola bahan baku yang telah dipotong dicutting
process kemudian dijahit yang kemudian dibentuk menjadi upper sepatu.
Potongan pola dijahit satu persatu sehingga membentuk upper sepatu yang
selanjutnya disatukandi proses perakitan.
3. Stockfit Process
Proses ini adalah merupakan proses kerja yang menggabungkan bagian-
bagian dari bottom sepatu, yaitu antara midsole dan outsole sampai
terbentuk menjadi bottom  sepatu. Midsole yang berbahan dasar phylon
akan digabungkan dengan outsole yang berbahan dasar karet (rubbersole)
dengan cara mengelem.
4. Assembling Process
Pada bagian  inilah perakitan sepatu dikerjakan. Bagian-bagian sepatu
yang masih berupa upper  dan bottom  digabungkan hingga menjadi
bentuk sepatu. Bagian upper yang diproduksi dari divisi stitching process
sebelumnya dan bagian bottom yang diproduksi di divisi stockfit dirakit
dalam proses ini sampai membentuk sepasang sepatu.
5. Finishing
Divisi ini adalah ujung akhir dari semua proses produksi yang dikerjakan.

 Output
Sepatu yangsudah berhasil diproduksi dan telah melewati pemeriksaan
quality kemudian akan di-packing ke dalam dus karton sepatu yang kemudian
disimpan di gudang (warehouse) yang pada akhirnya siap dikirimkan untuk
dipasarkan.

SOAL 4
Anda diminta untuk mencari dan menganalisis 3 iklan yang termasuk:
a. iklan deskriptif
b. iklan korektif

a. iklan deskriptif
1. Analisis Deskriptif Iklan Coca-Cola Indonesia Versi Together Tastes
Better
Abstrak: Kemajuan dan perkembangan teknologi di era digital merupakan sesuatu
yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan ini, salah satu dampak dalam bidang
ekonomi yaitu menciptakan kebudayaan baru dalam kegiatan promosi. Promosi
dalam kegiatan periklanan menjadi salah satu strategi pemasaran yang menjadi
andil besar dalam beriklan, salah satu promosi iklan yang telah dikenal adalah
iklan daribrand Coca-Cola yang telah dipublikasikan diberbagai media salah
satunya di YouTube dan televisi. Salah satunya adalah iklan Coca-Cola Indonesia
dalam versi Together Tastes Better yang mengangkat fenomena pandemiCovid-
19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui elemen visual, pesan iklan
sertameneliti keberhasilan penyampaian pesan iklan kepada khalayak pada iklan
Coca-Cola Indonesia dalam versi Together Tastes Better. Tinjauan Desain
dengan tahapan: Deskriptif, Analisis formal, Interpretasi dan Evaluasi. Hasil
dari penelitian ini menunjukkanbahwa bentuk elemen visual yang disampaikan
dalam iklanCoca-Cola Indonesia versiTogether Tastes Better mudah dipahami,
dikemas dengan kreatif dan efektif secara emosional dan tidak berbelit sehingga
iklan ini mampu menarik perhatian khalayak dan berhasil dalam
mengkomunikasikan produknya.

Iklan Coca-Cola Indonesia versi Together Tastes Better


Iklan komersial Coca-Cola sering mengangkat fenomena-fenomena yang terjadi,
salah satunya adalah fenomena pandemi Covid-19 yang terjadi pada akhir tahun
2019 tepatnya pada bulan desember 2019. Dalam fenomena ini The Coca-Cola
Company merancang kampanyenya melalui iklan komersial yang bertajuk
Coca-Cola Indonesiaversi Together Tastes Better yang dipublikasikan pada17 Juli
2020 dengan durasi 30 detik di YouTube Tv CoMM dan Televisi Indonesia
(RCTI, SCTV, ANTV, dan Kompas TV). Dengan musik yang berjudul
Together Tastes Better, iklan ini menjadi lebih menarik, tak jarang khalayak
memberi komentar positif dan tanggapan dari iklan Coca-Cola Indonesia versi
Together Tastes Better tersebut. Kampanye ini menampilkan kegiatan yang dapat
dilakukan saat dirumah saja saat pandemi Covid-19, selain itu dalam kampanye
ini menunjukkan bahwa momen yang sederhana dalam keluarga adalah
momen yang sangat berharga.

Deskriptif dan Korektif Iklan


Pada akhir tahun 2019, dunia telah mengalami berbagai fenomena salah
satunya adalah adanya virus Covid-19 (coronavirus disease 2019). Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia menjelaskan pada situs WEB Pusat Analisis
Determinan Kesehatan Kemenkes RI bahwavirus Covid-19 ini disebabkan oleh
jenis coronavirus baru yaitu Sars-CoV-2 yang dilaporkan pertama kali di
Wuhan, Tiongkok pada 31 Desember 2019.
(http://www.padk.kemkes.go.id/article/read/2020/04/23/21/hindari-lansia-dari-
covid-19.html).

Fenomena ini dijadikan peluang oleh The Coca-Cola Company untuk


meluncurkan iklan dengan menggunakan konsep yang berbeda dan merupakan
bagian dari kampanye terbaru dari fenomena pandemi Covid-19 yang sedang
dilanda di seluruh dunia saat ini. The Coca-Cola Company merupakan perusahaan
multinasional asal Amerika Serikat yang bergerak pada bidang minuman. Iklan
dan kampanye yang diluncurkan bertajuk Coca-Cola Indonesia versi Together
Tastes Better mulai disiarkan pertelevisian Indonesia sejak Juli 2019 dengan
menggunakan backsound Together Tastes Better. Iklan TVC berdurasi 30 detik
ini ditujukan untuk masyarakat Indonesia yang sedang di rumah saja saat
mengalami pandemi Covid-19. Iklan tersebut mengangkat cerita tentang kegiatan
masyarakat yang sedang lockdown di rumah saja dengan keluarga tetap produktif.
Dimulai dengan seorang kakek yang sedang memasak di dapur dan bertuliskan
“Ada yang jadi lebih berbakat” yang disusun secara Align left.

Font menggunakan jenis font Sans Serif yang terkesan sederhana dan berwarna
putih. Setelah itu ganti dengan seorang Ibu yang sedang melakukan pekerjaan
kantor dirumah yang ditemani oleh sang anak dan bertuliskan “Ada yang
memadukan lebih banyak peran” disusun secara Align left, menggunakan font
Sans Serif berwarna putih.

Selanjutnya menampilkan seorang pria yang melakukan reparasi sepeda dibengkel


pada masa pandemi, dilengkapi teks “Ada yang lebih jernih berkarya” tersusun
Align left menggunakan font Sans Serif berwarna putih. Setelah itu menampilkan
sebuah keluarga yang sedang makan malam ditemani dengan Coca-Cola serta
bertuliskan “Banyak momen jadi lebih bermakna” disusun secara Align left. Font
menggunakan font Sans Serif berwarna putih. Di akhir scene, terdapat logo
perusahaan Coca-Cola Company serta berbagai produk dari perusahaan Coca-
Cola yang telah tersebar di Indonesia. Produk Coca-Cola tersebut antara lain
Coca-Cola, Fanta, Sprite, Minute Maid, Freastea, NutriBoost, Ades, Sprite
Waterlemon.

2. Analisis Deskriptif Iklan Indomie Versi Nicholas Saputra


Dalam penelitian analisis iklan media cetak Indomie versi Nicholas Saputra dibagi
menjadi dua aspek, yaitu aspek visual dan aspek verbal. Aspek visual merupakan
unsur-unsur desain yang tidak bisa dibaca secara langsung dan berupa gambar,
dalam iklan ini aspek visual yang ditampilkan adalah foto Nicholas Saputra
bersama dua temannya laki-laki dan perempuan, serta background pemandangan
alam dan bebatuan. Sedangkan aspek verbal dalam iklan ini adalah slogan iklan
yang bertuliskan “Bikin santai makin hangat” dan tulisan logotype “Indomie”
sebagai merek mie, serta “Indofood” sebagai logotype perusahaan makanan.

Deskriptif dan Korektif Iklan


Dalam tahap Deskriptif terdapat komponen apa saja yang telah dilihat oleh
peneliti dalam iklan billboard Indomie versi Nicholas Saputra. Gambar tiga orang
yaitu Nicholas Saputra dengan teman laki-laki dan perempuan, dengan ekspresi
tertawa dan duduk di atas batu. Nicholas Saputra dan teman laki-laki pandangan
ke arah teman perempuan. Ketiga orang tersebut sedang membawa garpu di
tangan kanan dan mangkok berisi makanan mie instan. Nicholas Saputra memakai
baju kemeja kotak-kotak berwarna merah muda dan rompi tebal berwarna merah
dengan bawahan celana berwarna coklat. Teman laki-laki memakai baju berupa
jaket berwarna hijau, dengan syal berwarna hijau di leher dan celana berwarna
hijau. Teman perempuan memakai sweater berwarna biru dengan syal berwarna
ungu dan celana legging hitam.

Foto produk Indomie Kuah terdiri dari lima rasa yaitu rasa “Kaldu Ayam”, “Soto
Mie”, “Ayam Spesial”, “Ayam Bawang”, dan “Kari Ayam”. Warna yang ada pada
kemasan adalah warna merah, kuning, hijau, dan jingga. Kelima produk terletak di
atas batu. Background pegunungan dan padang rumput yang hijau, terdapat
beberapa bebatuan, seperti dipakai duduk oleh Nicholas Saputra dan teman-teman.

Terdapat tulisan judul “Bikin Santai Makin Hangat” dan diatasnya terdapat
gambar vektor pegunungan berwarna biru kehijauan. Logo merek Indomie
berwarna biru dengan garis outline berwarna putih tercantum beserta background
logo bewarna merah dengan garis kuning dengan gradasi jingga dan garis hijau.
Logo perusahaan Indofood dengan slogan dibawahnya “Lambang Makanan
Bermutu” berwarna putih.

3. Analisis Iklan Produk Shampoo Pantene Menggunakan Teori Semiotika


Pierce

Deskriptif dan Korektif Iklan


Pantene memilih figur brand ambassador berdasarkan rekam jejak terlebih dahulu.
Anggun C. Sasmi adalah penyanyi yang bertaraf internasional. Raline Shah
dianggap berprestasi sebagai finalis Putri Indonesia tahun 2008. Sedangkan
Maudy Ayunda sebagai cerminan remaja yang sempurna, pemain film serta
berprestasi dibidang akademik. Ketiga public figure tersebut terkenal dengan
sikapnya yang tidak kontroversial atau mencari sensasi seperti public figure
lainnya. Image yang ditawarkan oleh public figure selalu dijadikan trendsetter
oleh masyarakat, khususnya di Indonesia. Masyarakat tak segan untuk mengikuti
apapun yang dipakai oleh public figure pujaannya, mulai dari fashion hingga
produk yang digunakannya. Ikon inilah yang mencerminkan produk Pantene
sebagai produk shampoo wanita muda yang smart dan anggun.

Mengkomunikasikan iklan merupakan suatu proses penyampaian pesan secara


sederhana dari produsen ke konsumen. Produsen dalam hal ini telah memberikan
kepercayaan dalam hal mengkomunikasikan produknya ke biro-iklan atau
desainer komunikasi visual. Bagi pengiklan pekerjaan ini bukanlah sebuah
pekerjaan yang sederhana. Seperti dibalik kalimat yang diucapkan oleh Raline
Shah, “umbar janji, semua bisa.. tapi yang bisa buktiin? Pantene bisa!” Kalimat
ini secara tidak langsung membandingkan Pantene dengan produk shampoo
kompetitornya, makna yang tersirat bahwa Raline Shah sudah mencoba semua
jenis shampoo, akan tetapi hanya Pantene yang bisa memperbaiki rambutnya.

Merawat rambut merupakan suatu aktifitas yang membosankan bagi wanita karir
yang tidak mempunyai waktu luang untuk bersantai dan merawat rambut. Pantene
melihat ini sebagai peluang untuk mempromosikan produknya. Dengan
menawarkan shampoo yang satu-satunya memiliki formula Pro-V hanya dengan
keramas setiap hari maka dapat melindungi rambut hingga 3 bulan. Hal ini
dibuktikan dengan ilustrasi uji tes jarum, rambut rusak yang bercabang
dibandingkan dengan rambut Pantene yang sehat, maka hasilnya rambut yang
memakai shampoo Pantene dapat dimasukkan ke lubang jarum yang sangat kecil.
Dengan ilustrasi tersebut semakin meyakinkan konsumen bahwa produk Pantene
dapat memperbaiki rambut yang rusak menjadi sehat kembali.

Dekonstruksi yang muncul dalam iklan tersebut adalah adanya visualisasi yang
menggambarkan bahwa rambut wanita yang sehat adalah rambut yang tidak rusak
ataupun bercabang. Bila seorang wanita ingin tampil mempesona, maka sosok
wanita seperti dalam iklan shampoo Pantene-lah yang dijadikan patokan. Ideologi
yang dibentuk tersebut tidak lepas dari ‘penghegemonian’ yang dilakukan oleh
pengiklan guna mempengaruhi pikiran khalayak, menganggap bahwa yang
ditampilkan dalam iklan tersebut adalah benar adanya.

Anda mungkin juga menyukai