MEMAKNAI PELAYANAN
******
1
NRSV: “Carry out your ministry fully”; Luther: “richte dein Amt redlich aus”.
Memaknai Pelayanan/ATj
******
Catatan di atas, kalaupun tidak menyajikan pemahaman baru mengenai tugas
pelayanan, setidaknya menyegarkan kembali pemahaman semua pelayan yang
terlibat dalam tubuh Kristus. Bagaimana menerjemahkan semangat “hamba”
dalam konteks keluarga Tuhan tetap merupakan sebuah tantangan yang sering
menentukan pertumbuhan tubuh Kristus.
(a) Dalam berbagai kesempatan, seperti tampak dari Filipi 2.1-11, Paulus
dengan sengaja mengingatkan berulang kali betapa pentingnya kebersamaan
dan kesatuan hati dengan meneladani Kristus yang “mengosongkan diri”
(kenosis). Apa yang ditegaskan Paulus dalam nats ini perlu dikontraskan dengan
pernyataannya yang keras dalam Flp 2.21: “semuanya mencari kepentingannya
sendiri, bukan kepentingan Kristus Yesus.” Pelayanan yang seyogianya
ditujukan kepada Allah dapat merosot menjadi pelayanan kepada diri sendiri
bila tidak terus-menerus kembali kepada semangat dasar ini!
(b) Dalam konteks hidup dan melayani bersama sebagai tubuh Kristus itulah
berbagai karunia pelayanan dianugerahkan “untuk kepentingan bersama” (1Kor
12.7). Aneka karunia dipercayakan Tuhan dalam jemaat untuk dikembangkan,
sama seperti perumpamaan tentang talenta yang harus
dipertanggungjawabkan kepada Tuan yang membagi-bagikannya, meskipun
jumlahnya berbeda-beda (Mat 25.14-30). Yang terpenting bukanlah jumlah atau
jenisnya (bdk. Rm 12.6-8) tetapi bagaimana semuanya itu dapat diabdikan bagi
pelayanan kepada Pemberinya demi kepentingan bersama.
(c) Tidak dapat tidak, ketika kita berbicara tentang pelayanan dalam konteks
jemaat, faktor keteladanan (role model) sangat krusial (1Ptr 5.3). Kristus Sang
Guru menegaskan, “sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu,
supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.”
(Yoh 13. 15). Rasul Paulus juga menegaskan hal yang sama: “ikutilah teladanku
dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi
teladanmu.” (Flp 3.17; bdk. 1Kor 4.16).
7
Niccolo Machiavelli adalah seorang bangsawan Itali yang hidup pada era reformasi (1469-1527). Dalam
pandangan ala Machiavelli, orang lain dianggap tak dapat dipercaya, lemah, mudah dimanipulasi dan terutama
dilihat sebagai objek yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan.
Memaknai Pelayanan/ATj
Bukanlah suatu kebetulan jika faktor ini ditekankan dalam kriteria untuk
memilih para pelayan Tuhan dalam jemaat (1Tim 3.1-13; Tit 1.6-9).
Menariknya, kriteria ini tidak hanya menggarisbawahi kemampuan atau
kecakapan pribadi tetapi juga keteladanan dalam hidup berkeluarga. Dalam hal
ini, istri-istri para pelayan pun diharapkan sebagai figur terhormat yang dapat
menahan diri dan dipercaya (mis. 1Tim 3.11).
Tugas pelayanan yang indah (1Tim 3.1) memang harus selaras dengan
“keindahan” tindak-tanduk atau sepak-terjang pengembannya. Kehormatan
seorang pelayan mudah diciderai oleh tutur kata, tingkah laku dan tindakan
yang tidak terhormat!
(d) Berhasil tidaknya suatu pelayanan tidak dapat diukur hanya berdasarkan
statistik. Dibutuhkan waktu bagi benih untuk bertumbuh hingga menghasilkan
buah yang diharapkan. Namun, yang lebih utama daripada parameter apa pun
yang dipakai untuk mengevaluasi gejala pertumbuhan ialah menyadari siapa
sesungguhnya yang memberi pertumbuhan (1Kor 3.6-7). Tugas para pelayan
adalah menanam dan menyiram. Masing-masing mendapat upah selayaknya
sesuai dengan pelayanan yang dikerjakan (3.8). Apa pun pekerjaan pelayanan
di atas dasar yang esa itu, Yesus Kristus, akan diuji kelak pada Akhir-Nya (1Kor
3.11-13). Sementara itu, yang Tuhan kehendaki ialah bahwa kita terus
mengerjakan tugas pelayanan yang dipercayakan-Nya dengan setia. Sebab, kita
tahu, dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payah kita tidak akan sia-sia (1Kor
15.58)!
******
Bacaan:
H. Conzelmann, History of Primitive
Christianity (Nashville, 1973).
H. Holze (ed.), Die Kirche als Gemeinschaft (Geneva, 1998).
S.M. Hutagalung, Identitas Kepemimpinan Pelayan Gereja (Jakarta, 1997).
A. Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak (Jakarta, 1996).
R.E. Schweizer, “Ministry in the Early Church”, ABD 4, 835-842.
O.Ch.Wuwungan (ed.), Kebersamaan Hidup (Jakarta, 2004).