Anda di halaman 1dari 2

Kasus Penyuapan Dana Bansos Covid-19: Penyelewengan Etika Usahawan Jasa

Selama masa pandemi Covid-19, pemerintah melakukan berbagai upaya guna membantu
perekonomian masyarakat yang terdampak. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah
adalah dengan memberikan bantuan sosial berupa sembako, dimana dalam pengadaan
bantuan sembako ini dikelola oleh Kementerian Sosial. Pemerintah secara bertahap telah
memberikan bantuan sosial bagi masyarakat dimana tiap-tiap tahapan tersebut pemerintah
bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan sebagai vendor yang akan menyediakan
kebutuhan yang diperlukan. Namun pada akhir tahun 2020, diketahui Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) mengidentifikasi adanya kasus suap dan korupsi yang
dilakukan perusahaan-perusahaan kepada Menteri Sosial pada saat itu yakni Juliari
Batubara. Setidaknya Ia menerima penyuapan dari 109 perusahaan yang totalnya
diperkirakan mencapai Rp 32,48 miliar, salah satu perusahaan yang diperiksa oleh KPK
adalah CV Bahtera Assa. Perusahaan tersebut mendapat proyek berupa 300.000
pengadaan paket baksos yang terdiri atas 270.000 paket sembako dan 30.000 tas untuk
bansos. Direktur CV Bahtera Assa, Rizki Riswandi diduga melakukan penyuapan sebesar
Rp1,6 miliar, hal ini diketahui dari hasil audit yang dilakukan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang diketahui adanya kelebihan pembayaran
terhadap paket paket yang ditawarkan. Terkuaknya kasus korupsi dan penyuapan
yang dilakukan oleh mantan Menteri Sosial Juliari Batubara, KPK melakukan
penyelidikan terhadap pihak-pihak yang terlibat didalamnya, termasuk dengan CV
Bahtera Assa, Rizki Riswandi diketahui memberikan dana sebesar RP1,6 miliar
kepada Juliari Batubara dan Rp140.000.000 kepada pejabat pembuat komitmen (PPK)
Bansos Kemensos Matheus Joko Santoso. Namun Ia hanya mengakui memberikan uang
sebesar Rp140.000.000 kepada Matheus Joko sebagai bentuk terima kasih. Melalui kasus
ini, Rizki selaku direktur mengembalikan dana sebesar Rp1,6 miliar yang digunakan
sebagai biaya pengadaan baksos kepada Bendahara Kementerian.  

Sumber:
https://www.merdeka.com/peristiwa/daftar-perusahaan-pemberi-suap-proyek-bansos-
kepada-juliari-batubara.html
https://www.medcom.id/nasional/hukum/yNLP0jPN-harga-bansos-dicurigai-kemahalan-
perusahaan-penyedia-kembalikan-rp1-6-miliar 

Pertanyaan!

1. Jelaskan penyelewengan etika usahawan jasa dari setiap aktor terlibat kasus
Pengelolaan Dana Bansos Covid-19 tersebut  (Bobot 20%)
2. Sesuai dengan ketentuan nasional dan internasional, Kode etik profesi apa
saja yang dilanggar dalam kasus Pengelolaan Dana Bansos Covid-19?
Jelaskan dengan dasar dan pedoman kode etik (Bobot 20%)
3. Apakah terdapat Standar Etika Akuntansi atau Standar Profesional Akuntan
Publik yang dilanggar dalam kasus Pengelolaan Dana Bansos Covid-19
tersebut? Kemukakan pendapat saudara (Bobot 20%)
4. Menurut Brooks & Dunn (2021), dalam menjaga iklim organisasi yang
berintegritas diperlukan penerapan hypernorm. Berdasarkan kasus
Pengelolaan Dana Bansos Covid-19, penyelewengan yang terjadi dapat
dikatakan muncul karena instansi terlibat tidak memiliki Value Management
yang baik. Untuk itu, coba uraikan Value Management/Hypernorm apa saja
yang tidak diterapkan dalam kasus tersebut! (Bobot 20%)

Agar dikemudian hari tidak terjadi permasalahan serupa, iklim etika dan integritas
organisasi seperti apa yang harus diterapkan dalam instansi tersebut (Kementerian
Sosial dan Perusahaan terlibat)? (Bobot 20%)       

Anda mungkin juga menyukai