Pengaruh Substitusi Nangka Muda (Artocarpus Heterophyllus) Terhadap Sifat Kimia Dan Sensoris Abon Ikan Gabus (Chanta Striatus)
Pengaruh Substitusi Nangka Muda (Artocarpus Heterophyllus) Terhadap Sifat Kimia Dan Sensoris Abon Ikan Gabus (Chanta Striatus)
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman, Jl. Tanah Grogot
Kampus Gunung Kelua, Samarinda 75119, *)Corresponding author
ABSTRACT
The purpose of this research was to determine the effect of the young Jackfruit
substitution for Catfish flesh on dried minced flesh. The research was arranged in non
factorial Completely Randomized Design with 4 treatments and 6 replications. The
treatments were formulation of young Jackfruit and Catfish flesh composition (young
jackfruit:catfish) i.e. control (100% Catfish), 20 % : 80%, 30 % : 70%, and 40 % : 60%. Data
were analyzed using ANOVA, continued by LSD test for treatments that showed
significantly different. The results showed that the addition of young jackfruit to catfish flesh
with formulation of minced dry meat catfish from 0-40% decreasing significantly the content
of protein, lipid, water, and ash. Hedonic sensory characteristics of this product for taste,
color, texture and flavor based on the correspondents results showed all the indicators were
considerably dislike, but in hedonic quality sensory test the result were varies; texture and
color were went up in trend but taste and flavor remain decreasing. The best composition of
young Jackfruit addition in minced dried minced catfish flesh was 20%:80%, with chemical
compotition of 40.40, 19.92, 5.83, and 5.67% for protein, lipid, water content, ash content,
respectively.
Key Words: Artocarpus heterophyllus, Shredded-fish
58
Prihandoko S, Marwati Pengaruh Substitusi Nangka Muda Terhadap Sifat Sensoris Abon Ikan Gabus
(Ophiocephalus striatus) segar, nangka muda Proses Pembuatan Abon Ikan Gabus
yang berumur 3-5 bulan, bumbu-bumbu Daging ikan gabus (telah bersih dari
(ketumbar, garam, gula pasir, santan kepala, ekor, kulit, dan isi perut) dicuci bersih
kelapa,bawang merah, bawang putih,laos, kemudian dikukus selama 20-40 menit.
sereh, dan daun salam) dan kantong plastik Setelah dingin dilakukan penyuwiran
polietilen diperoleh dari pasar di Samarinda. kemudian dicampurkan dengan bumbu-
Bahan kimia untuk analisis seperti H2SO4, bumbu yang ditumis terlebih dahulu. Kulit
NaOH, Na2S2O3, butiran zink, H3BO3, dalam nangka muda yang telah dipotong
indikator metil merah dan biru, HCl, kecil-kecil, dikukus, dan disuwir,
petroleum ether, NaOH, dan etanol 96% ditambahkan (dengan jumlah sesuai
diperoleh dari Riedel Haen. perlakuan) bersama-sama dengan
Kjeldahl dan soxhlet apparatus pencampuran bumbu. Campuran tersebut
digunakan untuk analisis protein dan lemak, dioseng sehingga menjadi abon yang
buret digunakan untuk analisis kadar gula homogen pada suhu 70oC selama 45 menit.
dengan metode titrimetri.
Assay
Rancangan Percobaan Analisis kadar protein diuji
Penelitian ini merupakan penelitian menggunakan metode Kjeldahl, kadar air
faktor tunggal yang disusun dalam Rancangan dengan metode oven, kadar abu dengan tanur,
Acak Lengkap dengan empat taraf perlakuan dan kadar lemak dengan metode soxhlet
dan diulang sebanyak enam kali. Faktor (Sudarmadji et al., 2003). Sifat sensoris
tersebut adalah banyaknya substitusi nangka hedonik dan mutu hedonik dilakukan dengan
muda terhadap ikan gabus dalam pembuatan menggunakan 15 orang panelis sehingga
abon ikan gabus dengan taraf 0, 20, 30, dan 40 diperoleh 90 data untuk setiap atribut
%. Parameter yang diamati pada penelitian ini (Soekarto, 1985).
adalah kadar protein, kadar lemak, kadar abu, HASIL DAN PEMBAHASAN
kadar air, dan sifat sensoris hedonik dan mutu
Sifat Kimia Abon Ikan Gabus
hedonik untuk rasa gurih, aroma, warna, dan
Subsitusi ikan gabus dengan nangka
tekstur. Data dianalisa menggunakan sidik
muda sampai dengan 40 % dalam pembuatan
ragam dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata
abon memberikan pengaruh terhadap semua
Terkecil pada a 5 % untuk perlakuan untuk
parameter sifat kimia yang diamati (kadar
setiap parameter yang menunjukkan
lemak, kadar protein, kadar air, dan kadar abu)
perbedaan nyata.
(Tabel 1.).
59
Jurnal Teknologi Pertanian Universitas Mulawarman 2015, 10(2):58-64 ISSN1858-2419
40/60. Sedangkan yg memiliki kandungan kandungan lemak abon yang dihasilkan. Hal
protein terendah diperoleh dari formulasi ini dapat dikarenakan kandungan lemak yang
40/60, yaitu sebesar 32,05%. ada pada ikan Gabus lebih besar dbandingkan
Kandungan protein yang dihasilkan dengan kandungan lemak yang ada pada
dari setiap perlakuan menunjukkan penurunan nangka muda. Sesuai dengan Disperikanan
seiring semakin menurunnya komposisi ikan (2009), bahwa ikan Gabus memiliki
Gabus yang digunakan dalam pembuatan kandungan lemak sekitar 1,5 g/100g atau
abon. Semakin rendah komposisi ikan Gabus sekitar 1,5 %, dan menurut Setijo Pitojo
yang diberikan maka semakin rendah (2005) kandungan lemak nangka muda hanya
kandungan protein abon yang dihasilkan. Hal sebesar 0,2 g/100g atau sekitar 0,2%.
ini dapat dikarenakan kandungan protein yang Selain itu penurunan kandungan lemak
ada pada ikan Gabus lebih besar dibandingkan juga terjadi karena proses pengikatan lemak
dengan kandungan protein yang ada pada oleh bahan nangka muda dalam proses
nangka. Sesuai dengan Disperikanan (2009), pengolahan. Menurut Elliyasami dan Hamzah
bahwa ikan Gabus merupakan salah satu (1997), menyatakan bahwa jaringan buah
sumber protein dan memiliki kandungan muda mempunyai jaringan kolenkim yang
protein cukup tinggi sekitar 20 g/100g, dan mengandung pektin dan air dalam jumlah
menurut Setijo Pitojo (2005) kandungan besar pada sehingga mampu mengikat lemak
protein nangka muda hanya sebesar 0,2 dan kolesterol yang ada.
g/100g. Berdasarkan SNI 01-3707-1995
Berdasarkan SNI 01-3707-1995 tentang Syarat Mutu Abon terlihat bahwa
tentang Syarat Mutu Abon terlihat bahwa semua perlakuan penambahan nangka muda
semua perlakuan penambahan nangka muda pada abon ikan Gabus sudah tepat, ini
pada abon ikan Gabus sudah tepat, ini dikarenakan kandungan lemak pada semua
dikarenakan kandungan protein pada semua perlakuan berada di bawah batas maksimal
perlakuan berada di atas batas minimal kandungan lemak abon yaitu di bawah 30%.
kandungan protein abon yaitu diatas 15%
Kadar Air
Lemak Air merupakan merupakan salah satu
Lemak dan minyak menurut unsur penting dalam bahan makanan. Air
Sudarmadji et al. (2003) merupakan salah satu yang terdapat dalam bentuk bebas pada bahan
kelompok yang termasuk golongan lipida. makanan dapat membantu terjadinya proses
Satu sifat yang khas dan mencirikan golongan kerusakan bahan makanan, misalnya proses
lipida (minyak dan lemak) adalah daya mikrobiologis, kimia, enzimatik (Sudarmadji
larutnya dalam pelarut organik (ether, dkk, 2003). Persentase kandungan air pada
benzene, khloroform) atau sebaliknya ketidak produk-produk olahan kering seperti abon
larutannya dalam pelarut air. sebaiknya harus di bawah 7% karena akan
Penambahan bahan nangka muda berpengaruh terhadap mutu abon.
memberikan pengaruh nyata bahwa terhadap Penambahan bahan nangka muda
kandungan lemak abon ikan Gabus. memberikan pengaruh nyata terhadap
Kandungan lemak tertinggi diperoleh pada kandungan air pada abon ikan Gabus.
formulasi kontrol 0/100, yaitu sebesar 21,9% Kandungan air tertinggi diperoleh pada
dan berbeda nyata dengan semua formulasi formulasi kontrol (tanpa penambahan), yaitu
lainya (20/80, 30/70, dan 40/60), yaitu sebesar sebesar 7,19%, dan berbeda nyata dengan
15,83%. Sedangkan kandungan lemak semua formulasi lainnya. Sedangkan
terendah diperoleh dari formulasi 40/60, yaitu kandungan air terendah diperoleh pada
sebesar 15,83%. formulasi 40/60 sebesar 2,75%.
Kandungan lemak yang dihasilkan dari Kandungan air yang dihasilkan dari
setiap perlakuan menunjukkan penurunan setiap perlakuan menunjukkan kenaikan
seiring semakin menurunnya komposisi ikan seiring semakin meningkatnya komposisi
Gabus yang digunakan dalam pembuatan nangka muda yang digunakan dalam
abon. Semakin rendah komposisi ikan Gabus pembuatan abon. Semakin tinggi komposisi
yang diberikan maka semakin rendah nangka muda yang diberikan maka semakin
60
Prihandoko S, Marwati Pengaruh Substitusi Nangka Muda Terhadap Sifat Sensoris Abon Ikan Gabus
rendah kandungan air abon yang dihasilkan. Sudarmadji dkk (2003), juga menyatakan
Hal ini dapat dikarenakan proses pemanasan bahwa makanan yang berasal dari hewani
yang ada mampu membuat bahan dari nangka mengandung kadar abu yang tinggi yang
muda menjadi sangat mudah menjadi kering. disebabkan oleh kandungan beberapa mineral
Hal ini sesuai dengan Wahyuni et al. (2005), seperti posfor, besi dan kalsium.
bahwa pada pengolahan abon dengan Berdasarkan SNI 01-3707-1995
penambahan nangka muda, keluwih dan tentang Syarat Mutu Abon terlihat bahwa
Sukun, semakin tinggi komposisi semua perlakuan penambahan nangka muda
penambahan bahan tersebut maka abon pada abon ikan Gabus sudah tepat, ini
semakin mudah kering selama proses dikarenakan kandungan abu pada semua
pemanasan. perlakuan berada di bawah batas maksimal
Berdasarkan SNI 01-3707-1995 kandungan air abon yaitu di bawah 7%.
tentang Syarat Mutu Abon terlihat bahwa
Sifat Sensoris Abon Ikan Gabus
semua perlakuan penambahan nangka muda
Pengujian organoleptik merupakan
pada abon ikan Gabus sudah tepat, ini
pengujian dengan menggunakan panca indera
dikarenakan kandungan air pada semua
manusia, seperti indera penglihatan, peraba,
perlakuan berada dalam batas maksimal
penciuman dan indera perasa untuk menilai
kandungan air abon yaitu maksimal 7%.
muu suatu produk (Soekarto, 1985).
Kadar Abu Penambahan bahan nangka muda
Menurut Sudarmadji dkk (2003), memberikan pengaruh nyata terhadap sifat
kandungan abu pada produk pangan hedonik untuk atribut rasa, warna, tekstur, dan
menunjukkan adanya mineral dalam suatu aroma (Tabel 2.)
bahan berupa garam organik (garam-garam
Sifat Gurih
asam mallat, oksalat, asetat, dan pektat) atau
Salah satu faktor penting dalam
garam non organik (garam fosfat, karbonat,
menentukan penerimaan panelis terhadap
klorida, sulfat, dan nitrat) atau dalam bentuk
suatu produk seperti abon yang akan di
senyawa kompleks yang berbentuk organik.
hasilkan adalah sifat gurih.
Penambahan bahan nangka muda
memberikan pengaruh nyata terhadap
Penambahan bahan nangka muda
kandungan abu abon ikan Gabus. Kandungan memberikan pengaruh nyata terhadap rasa
abu tertinggi diperoleh pada formulasi kontrol gurih abon ikan Gabus semua perlakuan.
(tanpa penambahan), yaitu sebesar 6,74 %, Nilai penerimaan tertinggi untuk
dan berbeda nyata semua perlakuan lainnya. penerimaan skala hedonik abon ikan terdapat
Kandungan abu terendah diperoleh dari pada formulasi kontrol (tanpa penambahan)
formulasi 40/60, yaitu sebesar 3,96 %. dengan nilai 3,13 (suka), sedangkan nilai
Kandungan abu yang dihasilkan dari terendah terdapat pada perlakuan 40/60
setiap perlakuan menunjukkan penurunan dengan nilai rata-rata 1,43 (tidak suka). Nilai
seiring semakin menurunnya komposisi ikan penerimaan tertinggi untuk mutu hedonik
Gabus yang digunakan dalam pembuatan abon ikan terdapat pada formulasi kontrol
abon. Semakin rendah komposisi ikan Gabus dengan nilai 3,59 (sangat gurih), sedangkan
yang diberikan maka semakin rendah pula nilai penerimaan terendah terdapat perlakuan
kandungan abu abon yang dihasilkan. Hal ini 40/60 dengan nilai 1,61 (tidak gurih).
dapat dikarenakan kandungan mineral yang Hal ini menunjukkan bahwa
paling dominan dari ikan Gabus dan nangka penambahan bahan nabati nangka muda pada
muda seperti fosfor lebih banyak terdapat pembuatan abon ikan Gabus memberikan
pada ikan Gabus dibanding dari nangka muda. pengaruh yang berbeda pada pengujian
Hal ini sesuai dengan Sediaoetama (1985), hedonik dan mutu hedonik sifat gurih. Nilai
bahwa kandungan posfor yang terdapat di tersebut dapat disebabkan pengaruh
ikan Gabus sekitar 176 mg/100 g dan ini lebih penambahan bumbu-bumbu pada saat
tinggi dibanding kandungan fosfor nangka pengolahan dan juga dikarenakan kandungan
muda yang menurut Depkes (1992) yaitu lemak yang terdapat dalam abon ikan Gabus.
hanya sekitar 29 mg/100 g. Selain itu Pengurangan komposisi ikan Gabus yang
61
Jurnal Teknologi Pertanian Universitas Mulawarman 2015, 10(2):58-64 ISSN1858-2419
memiliki kandungan lemak lebih tinggi bahan pangan berfungsi untuk memberikan
dibanding nangka muda akan menurunkan cita rasa bahan pangan karena dapat
sifat gurih dari abon ikan Gabus. Hal sesuai menimbulkan rasa gurih
menurut Winarno (1997) bahwa lemak dalam
62
Prihandoko S, Marwati Pengaruh Substitusi Nangka Muda Terhadap Sifat Sensoris Abon Ikan Gabus
yang di panaskan akan bereaksi dengan asam Gabus. Formulasi kontrol berbeda nyata
amino dan akan membentuk warna menjadi dengan formulasi 20/80), 30/70, dan 40/60,
coklat. namun formulasi 20/80 tidak berbeda nyata
dengan formulasi 30/70 dan 40/60. Sifat
Tekstur
sensoris hedonik terbaik untuk tekstur abon
Tekstur merupakan penginderaan
ikan Gabus terdapat pada fomulasi kontrol
sentuhan atau perabaan pada alat tubuh
dengan nilai 3,08 (suka), sedangkan nilai
khusus. Ketika ingin menilai tekstur suatu
terendah terdapat pada formulasi 40/60
bahan maka biasanya menggunakan ujung jari
dengan nilai rata-rata 2,94 (tidak suka).
tangan yang meliputi penilaian kebasahan,
Perbedaan sifat sensoris untuk atribut
kering, keras, halus, kasar dan berminyak
aroma ini dipengaruhi oleh penambahan
(Soekarto,1985).
bumbu-bumbu yang digunakan dan juga
Penambahan bahan nangka muda
disebabkan adanya penurunan kandungan
memberikan pengaruh nyata terhadap sifat
senyawa-senyawa asam amino dan lemak
hedonik untuk tekstur abon ikan gabus pada
yang ada dalam abon ikan. Menurut Rospiati
semua perlakuan. Nilai penerimaan tertinggi
(2006), senyawa seperti asam amino dan
untuk tekstur abon ikan Gabus terdapat pada
lemak sangat berkaitan erat dengan aroma dari
formulasi kontrol dengan nilai 3,48 (suka),
ikan.
sedangkan nilai terendah terdapat pada
Penambahan bahan nangka muda
formulasi 40/60 dengan nilai rata-rata 1,97
memberikan pengaruh nyata terhadap sifat
(tidak suka). Nilai sifat sensoris mutu hedonik
sensoris mutu hedonik untuk aroma abon ikan
untuk tekstur abon ikan Gabus terdapat pada
Gabus. Formulasi kontrol (tanpa
formulasi 40/60 dengan nilai 3,61 (sangat
penambahan) berbeda nyata dengan formulasi
berserat), sedangkan nilai terendah terdapat
20/80, 30/70, dan 40/60, namun formulasi
formulasi kontrol dengan nilai 3,08 (berserat).
20/80 tidak berbeda nyata dengan formulasi
Mutu hedonik tekstur pada abon ikan
30/70. Sifat sensoris mutu hedonik terbaik
Gabus sangat di pengaruhi oleh komposisi
untuk tekstur abon ikan Gabus terdapat pada
bahan nabati. Perlakuan yang mengandung
formulasi kontrol (tanpa penambahan) dengan
banyak nangka muda akan menghasilkan
nilai 3,40 (beraroma ikan), sedangkan nilai
tekstur yang sangat berserat. Nilai tersebut
penerimaan terendah terdapat formulasi 40/60
dapat dikarenakan karakteristik dari daging
dengan nilai 2,41 (tidak beraroma ikan).
buah nangka muda memiliki tekstur serat
Mutu hedonik aroma pada abon ikan
yang mirip dengan tekstur serat daging,
dikarenakan pengurangan komposisi ikan
sehingga tekstur abon ikan Gabus dengan
Gabus pada abon, dimana dari perlakuan yang
penambahan bahan nangka muda mampu
mengandung banyak ikan Gabus akan
menyamai tekstur dari abon abon daging pada
menghasilkan aroma yang sangat berbau ikan.
umumnya. Hal ini sesuai dengan Suharti
Nilai tersebut dapat dikarenakan karakteristik
(1993), bahwa nangka muda memiliki daging
aroma dari ikan yang memiliki aroma yang
yang cukup tebal dan memiliki tekstur serat
sangat khas yaitu bau amis. Hal ini sesuai
yang mirip dengan tekstur serat daging.
menurut Suseno et al. (2004), bahwa flavour
Aroma bau amis yang merupakan bau khas dari ikan
Aroma merupakan salah satu metode disebabkan oleh komponen nitrogen selain
uji organoleptik yang menggunakan indera protein ikan yaitu aroma, trimetil amin oksida
penciuman dengan cara menghirup/membaui (TMAO), guanidin dan turunan imidazol.
jenis makanan yang akan diuji. Menurut
Soekarto (1985), sebuah industri pangan KESIMPULAN
sangat penting melakukan uji aroma karena
Penambahan bahan nangka muda pada
dapat dengan cepat memberikan hasil
pembuatan abon ikan Gabus memberikan
penilaian produksinya disukai atau tidak
pengaruh nyata terhadap nilai gizi (kadar
disukai.
protein, kadar lemak, kadar air, kadar abu)
Penambahan bahan nangka muda
abon yang dihasilkan. Mutu abon ikan Gabus
memberikan pengaruh nyata terhdap sifat
dengan penambahan bahan nabati nangka
sensoris hedonik untuk aroma abon ikan
63
Jurnal Teknologi Pertanian Universitas Mulawarman 2015, 10(2):58-64 ISSN1858-2419
muda seperti protein, lemak, kadar air, kadar Pitojo, S (2005). Keluwih. Kanisius,
abu masih dalam batas syarat mutu Standar Yogyakarta.
Nasional Indonesia (SNI). Penambahan
Rospiati E (2006) Evaluasi Mutu dan Nilai
komposisi bahan nabati nangka muda pada
Gizi Nugget Daging Merah Ikan Tuna
pembuatan abon ikan Gabus berpengaruh
(Thunnus Sp) yang Diberi Perlakuan
terhadap nilai organoleptik hedonik dan mutu
Titanium Dioksida. Skripsi. Institut
hedonik (sifat gurih, aroma, tekstur dan
Pertanian Bogor, Bogor
aroma) abon yang dihasilkan. Formulasi
20/80 (nangka muda / daging ikan gabus) Sediaoetama A (1985) Ilmu Gizi untuk
merupakan penambahan yang paling tepat Mahasiswa dan Profesi Jilid 1. Dian
dalam proses pembuatan abon ikan Gabus. Rakyat, Jakarta.
Semakin tinggi penambahan bahan nangka Soekarto ST (1985) Penelitian Organoleptik
muda akan mengakibatkan penurunan nilai untuk Industri Pangan dan Hasil
sensoris abon ikan gabus yang dihasilkan. Pertanian. Bharata, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Sudarmadji S, Haryono B, Suhardi (2003)
Prosedur Analisa untuk Bahan
Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH, Wootton Makanan dan Pertanian. Liberty,
M (1987) Ilmu Pangan. UI-Press, Yogyakarta.
Jakarta.
Suharti (1993) Pedoman Teknis Tanaman
Depkes (1992) Komposisi Gizi Nangka dan Buah Nangka. Pusat Pengembangan
Cempedak. Direktorat Gizi Kehutanan dan Konservasi Alam,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Bogor.
Disperikanan (2009) Data Perikanan Kota Suseno S, Suptidjah P, Wahyuni DS (2004)
Samarinda Tahun 2009. Dinas Pengaruh Penambahan Daging Lumat
Perikanan Kota, Samarinda. Ikan Nilem (Ostheochilus hasselti)
Dispertan (2007) Peluang dan Potensi pada Pembuatan Simping sebagai
Tanaman Pangan dan Hortikultura Makanan Camilan. Jurnal Teknologi
Tahun 2007 . Dinas Pertanian Tanaman Hasil Perikanan 7:
Pangan Provinsi Kalimantan Timur, Winarno FG (1997) Kimia Pangan dan Gizi.
Samarinda. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Elliyasami R, Hamzah N (1997) Pemanfaatan
Keluwih dalam Pembuatan Abon
dengan Penambahan Ikan sebagai
Sumber Protein dalam Rangka
Diversifikasi Pangan. Fakultas
Pertanian Universitas Andalas, Padang.
64