Analisis Isu Kontemporer (Angkatan Xxii, Kelompok IV, Sub Kelompok II) - Finale
Analisis Isu Kontemporer (Angkatan Xxii, Kelompok IV, Sub Kelompok II) - Finale
Pra Analisis
Isu kontemporer merupakan permasalahan atau persoalan yang sedang hangat dibicarakan.
Masyarakat Indonesia saat ini diresahkan dengan adanya perpanjangan masa Permberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) merupakan salah satu upaya pemerintah dalam
mengurangi penyebaran Corona Virus Disease COVID-19. Tidak semua masyarakat mau menerima
keputusan pemerintah untuk memperpanjang masa PPKM, bahkan masih ada yang menganggap
COVID-19 hanyalah konspirasi semata, sehingga ada sebagian masyarakat yang masih abai terhadap
aturan-aturan yang ditetapkan pemerintah di masa PPKM.
Mengacu pada surat edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) nomor
40 Tahun 2020 tentang “Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona
Virus Disease (COVID-19)”, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim,
mengambil sejumlah kebijakan untuk menghadapi pandemi. Kebijakan tersebut diantaranya adalah
penghapusan Ujian Nasional (UN), perubahan sistem Ujian Sekolah (US), perubahan regulasi
Penerimaan Peserta Didik baru (PPDB) dan penerapan belajar dari rumah (pembelajaran daring). Dari
beberapa kebijakan tersebut, penetapan pembelajaran daring adalah kebijakan yang menuai pro kontra
di masyarakat. Awalnya kebijakan ini dirasa tepat di masa awal pandemi. Wali murid dan pegiat
pendidikan menilai bahwa ini adalah cara terbaik untuk melindungi para siswa dari paparan COVID-
19. Namun, kegelisahan mulai timbul selaras dengan diperpanjangnya waktu pembelajaran daring.
Kegelisahan pertama digadang oleh wali murid yang merasa kerepotan dengan tugas-tugas dari
pengajar. Khusussnya, untuk siswa TK dan SD, yang mana peran wali murid sangat dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas daring. Kegelisahan kedua datang dari pengajar yang merasa pembelajaran
daring tidak cukup efektif.
Efek dari PPKM tidak hanya di bidang pendidikan, bidang usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) juga terkena imbasnya. Daya beli masayarakat yang cenderung turun, membuat pelaku
usama UMKM harus memutar otak agar usaha tetap dapat berjalan. Pemerintah juga seperti masih
kurang memikirkan para pedagang kaki lima (terutama yang mulai berjuaan di sore hari), karena
mereka bisa dibilang tidak ada penghasilan karena kebijakan jam malam, belum lagi jika mereka
nekad buka akan ada satpol PP yang berpatroli dan siap menutup usaha mereka. Bukan hanya UMKM
yang terkena dampak perusahaan – perusahaan besar pun sudah banyak yang merumahkan
karyawannya karena permintaan produk menurun.
Efek lainnya adalah di bidang pelayanan pemerintahan, dengan adanya PPKM pelayan publik
menjadi kurang begitu efektif. Memang sudah banyak pelayanan yang daring, tetapi masih banyak
pula pelayanan publik yang harus langsung bertatap muka. Contoh pelayanan publik yang masih
harus bertatap muka adalah pelayanan rekomendasi pemasukan dan pengeluaran hewan maupun
produk hewan, karena pengguna layanan harus membawa hewannya kepada tim teknis untuk
dilakukan pemeriksaan kesehatan jika ingin masuk atau keluar wilayah kabupaten/kota. Begitu juga
pelayanan perizinan, meskipun sudah ada Online Single Submision (OSS), untuk perizina terkait
dengan produksi dan penyimpanan, tim teknis tetap harus melihat lokasi secara langsung lokasi
supaya bisa memberikan penilaian.
Menapis Isu
Dari isu-isu pada bagian Pra Analisi, dilakukan pemilihan isu dengan kriteria APKL, seperti
yang terlihat pada tabel di bawah ini
No Isu A P K L Total Nilai Ranking
1 Kegelisahan pembelajaran daring 5 5 5 5 20 I
2 Terancamnya bangkrutnya pelaku
4 5 4 4 17 III
usaha UMKM
3 Bertambahnya jumlah
4 4 4 4 16 IV
pengangguran
4 Pelayanan Publik yang tidak
4 5 4 5 18 II
optimal
Keterangan
A = Aktual (Benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat)
P = Problematik (Isu memiliki dimensi masalah yang komplek, sehingga perlu dicarikan segera
solusinya)
K = Kekhalayakan (Isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak)
L = Kelayakan (Isu yang masuk akal dan realistis serta relevan untuk dimunculkan inisiatif
pemecahan masalahnya)
1 = Tidak (Tidak Aktual/Tidak Probelmatik/Tidak Kekhalayakan/Tidak Kelayakan)
2 = Kurang (Kurang Aktual/Kurang Probelmatik/Kurang Kekhalayakan/Kurang Kelayakan)
3 = Cukup (Cukup Aktual/Cukup Probelmatik/Cukup Kekhalayakan/Cukup Kelayakan)
4 = Ya (Aktual/Probelmatik/Kekhalayakan/ Kelayakan)
5 = Sangat (Sangat Aktual/Sangat Probelmatik/Sangat Kekhalayakan/Sangat Kelayakan)
Berdasarkan Analisis Kualitas isu dengan kriteria APKL di atas, maka isu yang dipilih adalah
untuk dibahas lebih lanjut adalah “Kegelisahan Pembelajaran Daring”
Mendalami/Menganalisa Isu
Fishbone diagram
Untuk mengetahui penyebab-penyebab isu tersebut, selanjutnya kami analisis menggunakan teknik
analisis fishbone diagram.
Lingkungan SDM
USG
Selanjutnya penyebab yang didapat kami tapis lagi mengunakan kriteria USG dari mulai sangat USG
atau tidak sangat USG.
Urgency : seberapa mendesak isu harus dibahas, dianalisis, dan ditindak lanjuti
Seriousness : seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan
Growth : seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera.
Dari analisa dengan metode USG di atas didapatkan bahwa penyebab yang harus segera
ditangani dari kegelisahan pembelajaran daring adalah Kurang optimalnya penyampaian pendidikan
karakter.
Selanjutnya dari rekomendasi penyelesaian masalah ini akan dibuat pentapisan melalui tabel
Mc. Namara, supaya dapat terlihat rekomendasi mana yang sebaiknya segera dilakukan. Pentapisan
melalui Tabel Mc. Namara terlampir di bawah ini
Tapisan Mc.Namara
No Gagasan Pemecah Isu Total Ranking
Kontribusi Kelayakan Biaya
1. Pembelajaran Tatap Muka
4 5 4 13 I
dengan Cara terjadwal
2 Home Visit 4 3 4 11 III
3 Membuat pelatihan web
binar bagi guru untuk
3 5 4 12 II
melakukan pembimbingan
karakter secara daring
Berdasarkan pentapisan di atas dapat kita lihat, bahwa Pembelajaran Tatap Muka dengan Cara
terjadwal merupakan gagasan pemecah isu yang sebaiknya segera dilakukan untuk mengatasi masalah
kurang optimalnya penyampaian pendidikan karakter. Dengan sistem pengajaran tatap muka ini guru
dapat dengan lebih baik mengoptimalkan penyampaian pendidikan karakter pada anak didiknya.
Pembelajaran tatap muka dengan sistem bergiliran dan tetap mematuhi protokol kesehatan yang ketat,
kami rasa masih lebih baik dari pada gagasan pemecah isu lainnya dalam hal mengatasi kurang
optimalnya penyampaian pendidikan karakter.