Anda di halaman 1dari 415
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 1 Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan Pidana Pasal 113 (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). ii] Mhia Kolter Diectonary Loken Mhia Kolter Halaman: vii + 408 halaman Cetakan Pertama, Februari Hak Cipta © 2018 Mhia Kolter Penyunting dan Tata Letak: Yu Sandri Sampul: Lovrinz Publishing Diterbitkan Oleh: LovRinz Publishing Perum Panorama B2 nomor 23-24 Sindang Laut — Cirebon Jawa Barat 085933115757 lovrinzpublishing@gmail.com Hak cipta penulis dilindungi oleh undang-undang Dilarang keras mengopi atau menambahkan sebagian atau seluruh isi tanpa seizin penulis ISBN 978-602-5684-60-9 Isi buku di luar tanggung jawab percetakan Dictionary of Broken Heart | iii TERUNTUK SEMUA PEREMPUAN YANG PERNAH PATAH HATI. BANGKIT DAN SUSUN KAMUS PATAH HATIMU VAKINCAH BANWA ADA NAMA BARU YANG TERUKIR DI LEMBARAN TERAKHIR KAMUSMU. MENJADI PENUTUP MANIS KISAH CINTA PALITMU. fig FOR ALL WOMEN WHO HAVE BROKEN HEARTS. GéT UP AND ARRANGE YOUR BROKEN HEART DICTIONARY! ENGRAVED ON THE LAST SHEET OF YOUR DICTIONARY. BEING THE SWEET COVER OF YOUR BITTER LovE iv| Mhia Kolter Prolog A: Ancang-Ancang B: Berburu Cogan Ucul c: Cari Tempat Ndusel-Ndusel D: Daripada Merana, Mending Ikut Arus E: Eh, Insiden Sialan! F: Fuck, Gagal Lagi! G: Ga Mau Baper Lagi H: Hanya Perlu Coba Bilang ‘Ya’ Tkut Arus Saja Jangan Terlalu Tampak Kalau Tidak Bisa, Jangan Dipaksakan Lambaikan Tangan, Goodbye! Move On Tinggal Kenangan Neggak Perlu Terpengaruh, Tetap Fokus! Oh, My... Perlu Menghukum Balik Quit! Resapi Kekosongan Semu ewer OoOZEKr AT Saatnya Menata Hati Dictionary of Broken Heart | v The Real Broken Heart Ujung Patah Hati Verifikasi Hati essen Waktunya Menutup Kamus Patah Hati Sebelum Membubuhi Tanda Titik Tutup Kamus Kamus Hidup Baru Epilog vi| Mhia Kolter Stalking Sekealt Rusk Move On Sebulanan. Dictionary of Broken Heart | vii RETAK! Bukan, itu bukan bunyi ranting yang patah karena tidak senggaja diinjak sendal swallow. Itu juga bukan bunyi dengkuran perut anak-anak kost di penghujung bulan, apalagi bunyi alarm di handphone ibu-ibu sebagai pengingat waktu suntik KB bulanan. Itu bunyi ... hati! Dan, pemilik bunyi kretak-kretak itu adalah Arsila Salsabila. Gadis berkebaya hijau dengan dandanan minimalis. Hari ini, semesta sedang mengerjai Salsa habis-habisan; menyapiperahkan hatinya sedemikian rupa. Di depan sana, tepatnya di pelaminan, berdiri Jeysia Rianggita: rekan sejawat; teman seprofesi; mantan sahabat senasib yang baru saja melepaskan status jomlo menjadi seorang istri. Jika sebelum menikah dengan Koko, Gigi harus jomlo selama lima tahun, masa jomlo Salsa sendiri sudah hampir satu dekade. Seumuran dengan masa jabatan mantan Presiden SBY: dua periode. Sepuluh tahun! Sebenarnya, Salsa tidak akan sepatah hati ini. Masalahnya, Gigi adalah teman yang bikin Salsa tidak merasa sebatang kara memikul gelar senista jomlo tahunan. Karena setiap kali Salsa sedih, dia selalu menoleh ke Gigi dan mengirim sugesti ke pikiran bahwa masih ada orang lain yang bernasib sama dengannya. Kini, melihat Gigi dipatenkan sebagai hak milik orang lain, hati Salsa rasanya krenyes-krenyes. Varco, suami Gigi tuh ibarat kilat, datang-datang langsung nyambar. Tidak main-main, nyambarnya langsung sampai ke depan penghulu. Lalu Salsa? Jangankan diperjuangkan, dibiarkan hidup sama yang Maha Kuasa saja sudah sukur. Salsa bertanya dalam hati, kapan dia diberi lebel sebagai kepunyaan orang? Kapan jari- jarinya memakai cincin pemberian laki-laki yang dia cintai? Masa sekian tahun Salsa hanya memakai cincin yang dia dapat dari sabun mandi batangan berhadiah? Jika pemandangan di depan mampu menyilet hati Salsa, pemandangan di sampingnya lebih biadab lagi. Arkhan—sumber patah hati Salsa—sedang haha-hihi dengan seorang perempuan yang Salsa kenali sebagai Bilqis. Mereka pegangan tangan, dan pakai baju couple. Salsa rasanya ingin menangis, tapi, dia tahan sebisa mungkin karena tidak mau merusak maskaranya. Tidak tahan melahap semua hidangan menyakitkan itu, Salsa melipir, mencari tempat aman untuk bersembunyi. Ballroom hotel yang didominasi oleh suara berisik wedding singer pun tak lantas menghibur hatinya yang gundah gulana. Dia menerobos tamu-tamu yang berlalu lalang dan memilih berdiri di sudut ballroom itu; mengamati Gigi dan Varco di atas pelaminan yang terlihat bahagia. Tersenyum miris, Salsa mengeluarkan ponsel lalu memotret pasangan pengantin baru itu dengan hati yang pecah berhamburan. Kali ini, serius, Salsa bahagia tapi sedih. Air mata Salsa sudah menggenang, nyaris jatuh namun ditahannya sebisa mungkin. Ponsel yang bergetar menandakan notif WhatsApp. Dengan gerakan malas, Salsa masuk ke room chat. Razika:Baper? Huh? Dietenery of Broken Year t 2 Mata Salsa otomatis menggeledah isi Ballroom itu. Mencari sosok Rizaka di antara tamu-tamu yang datang. Namun, satu lagi getaran memutus aksinya. Cepat-cepat dia membuka chat. Razika: Udah pengen ngerasain berdiri di pelaminan? Sekali lagi Salsa mencari. Tapi gadis itu gagal menemukan Rizaka. Penasaran, ia mengetik balasan. Me: Kamu dmn Razika? Tidak ada balasan dari Rizaka, Salsa kembali celingukan namun lagi-lagi tidak berhasil menemukan pria itu. Baru akan mengirim lagi chat, rentetan pesan dari pria itu menyerangnya. Razika: kalau Razika: mau Razika: aku Razika: bisa Razika: jadi Razika: orang Razika: yang... Dahi Salsa berlipat-lipat membaca renteran chat itu. Dua menit dia menunggu kelanjutan. Tapi, tidak ada balasan lagi. Penasaran, Salsa membalas. Me: yang? Jeda hampir satu menit dia kembali mengulang pertanyaan yang sama. Me: yang? Me: yang? “Yang berdiri di samping kamu, di atas pelaminan.” 3 UMlia Celta Wajah Salsa terangkat otomatis, dia menoleh dan mendapati Rizaka berdiri di samping. Jantung Salsa jumpalitan saat melihat senyum yang terpahat lebar di wajah pria itu. Tampan sekali “Gimana, Sa? Mau nggak aku bawa kamu ke sana?” Rizaka menunjuk ke arah pelaminan. "Berdiri di sana, ngerasain jadi pusat perhatian, hanya kita berdua: aku dan kamu...” Oh... my! ‘ATA orang, hal pertama yang dilakukan pelaku-pelaku patah hati untuk memerdekakan diri dari penjajahan cinta tak kesampaian, ataupun juga cinta tak berbalas adalah ... move on! Yeah ... move-on. Hanya dua kata, terdengar mudah di kuping, but Salsa rasanya ingin menyambit batang leher orang- orang yang menyepelekan kata itu dan sok-sokan memberinya nasihat kampret seperti, “Udah, cowok masih banyak, Sa. Ngapain lu nangisin dia, lupain aja!” Lupain? Lalu, ada ada lagi yang muntahin komentar seperti, “Ya elahhh segala patah hati dipiara. Nangis, murung, ckck... kudu banget yah dirayain stripping? Move on, dong. Move on!” Move on pala lu meledak! Cibir Salsa setiap kali berhadapan dengan komentator sok tahu seperti ini. Menurut Salsa, perasaan tuh bukan lampu lalu lintas yang kerjaannya gunta-ganti berapa menit sekali. Tidak seperti pembalut yang dua jam sekali kudu 5 3 Tita Kote ditukar. Tidak bisa berpindah dengan mudah seperti lampu dispenser! Sembilan tahun bukan waktu yang singkat untuk bisa mengubur perasaan dalam sekali kedip lalu mengucapkan perpisahan lengkap dengan ritual a’la-al’a selebrasi kemenangan Miss Universe: dadah-dadah syantiek. No ... No ... tidak semudah itu! Mereka yang sok tahu bin songong hanya mampu berteori dan mendendangkan kalimat penenang yang tidak berfaedah. Hanya bisa mengembuskan nasihat bull to the shit alias bullshit. Mereka pikir hati yang korengan itu bisa sembuh hanya dengan kalimat “Jangan dipikirin, Say. Tuhan punya rencana indah di balik ini semua, senyum doooong". Salsa Murka! Mungkin, dia paham, zaman sekarang memang terlalu banyak kloningan Mario Teguh dan replika Mama Dedeh yang tersebar di mana-mana. Terutama di sosial media. Mereka-mereka ini sok bijaksana mengincar postingan- postingan patah hati seperti: “Ya Tuhan, cabutlah nyawa aing low memang nggak ada orang yg sayang sama aing lagibawa aing pergi dari dunia yang jahara ini. Aing tak sanggup Tuhan.” Baru satu detik diposting, penasihat dan para guru sprliritual mulai ancang-ancang menanam cingcongan. “Yang sabar, yah, Say. Kamu pasti kuat. Kamu pasti bisa lewatin cobaan yg diberikan yang maha kuasa, karena sejatinya tak ada cobaan yang diberikan Tuhan melewati batas kemampuan umatnya,” ujar Mamah Dedeh replika dalam komentar pertama. Mario Teguh karbitan menambahkan di komentar ke dua, “Sahabatku yang lagi iritasi hatinya. Lihatlah ke depan, jalan kamu masih panjang. Jangan mau diperbudak patah hati. Coba untuk menata diri Anda. Menyambut masa depan dengan senyum. Bijaksanalah meletakkan hati kamu.” Meh! Salsa pikir, mereka-mereka itu hanya belum terbidik giliran saja. Hari ini mereka semua boleh menasihati Salsa panjang lebar. Nanti, Kalau sudah tiba giliran, mereka berbondong-bondong bikin vlog dan curhat di sana panjang ‘Dietmar cb Crelen Ye t 6 lebar lengkap dengan aksi iris urat nadi. Lalu menelurkan kalimat-kalimat seperti, "Kalian suci, aku haram jaddah” dan pada akhirnya jadi viral di media sosial lalu terkenal dan dikontrak iklan sosis. Ckck! Jadi kesimpulannya, Salsa tidak butuh nasihat-nasihat sok tahu, karena dia paham bahwa perasaan tidak bisa ditendang keluar dengan cara kasar. Perlu taktik dan siasat untuk ‘mengusirnya’. Lagi pula yang namanya patah hati, mau disiasatin atau diimprov bagaimanapun, tetap ... nyelekit! Maka hal pertama yang dilakukan Arsila Salsabila adalah: menyusun kamus patah hatinya. Semacam kumpulan dari cara- caranya untuk keluar dari jeratan patah hati. So, Salsa memulai kamus patah hatinya dengan bab A: Ancang-ancang. Ancang-ancang berhenti stalking. Ancang-ancang berhenti ngintilin. Ancang-ancang berhenti memuat postingan yang berisi sindiran untuk Arkhan. Sebab, kata Fiersa Basari: ada cinta yang belum selesai di balik stalking timeline, ada perasaan yang belum kelar di balik status sindiran. So, dalam wacananya yang berjudul recovery hati ini, Salsa berpegang teguh pada pepatah lama: biar pelan asal selamat. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Im a woman in process, im just trying like everybody else. I try to take every conflict, every experience and learn from it" mantra ajaib dari Mami Oprah ini jadi penyemangat Salsa. Dia percaya bahwa setiap luka dari pengalaman kemarin akan membentuk dia menjadi seorang Salsa yang baru; Salsa yang lebih kuat. Sebab Tuyul dan Mbak Yul saja sudah reborn, masa perasaan salsa belum? “Sa.” Oh, Salsa sampai lupa! Ada Rizaka di sampingnya. Butuh waktu beberapa menit untuk Salsa me-reka ulang kejadian setengah jam belakangan. Jadi, tadi itu ... Rizaka mengajak Salsa main kucing-kucingan. Terus mengirim rentetan chat ambigu. Setelah itu, dia muncul tiba-tiba dan ajakin Salsa ke pelaminan. G 3 Mia Celia “Sa, mau nggak?” Lagi-lagi Rizaka menginterupsi Salsa. Gadis itu tidak menjawab, malah berkedip lambat sekali, berusaha mengurai rentetan paralel kata Rizaka yang mendesak masuk ke otak. Pandangan Salsa jalan-jalan di pernak-pernik wajah pria yang malam itu menolak mengenakan bestman wedding namun tetap tampan di balik kemeja putih polosnya. Belum sempat Salsa membalas, Rizaka berujar lagi, “Mikirnya jangan lama-lama, Sa. Kita udah terlalu tua untuk main tarik ulur.” Salsa berpikir, itu tadi Rizaka bilang apa? Berdiri berdua di atas pelaminan? Mau ngapain, yah? Ngunyah sound sistem? Membenahi rambutnya yang malam itu diikat tinggi, Salsa berujar tak acuh, “Trus setelah gue tanya mau ngapain, Ka, di atas pelaminan? Lo jawab: mo ajakin foto. Gitu? Ciih, nggak kemakan yah, Ka. Gue udah tamat ama yang begituan,” cibir Salsa, su'udzon. Rizaka tertawa kecil. “Kamu sangsi apa nantang aku, Sa?” tanyanya. “Aku kasih tahu, Sa. Aku nggak suka ditantang. Di mana alamat orangtua kamu? Aku datengin!” Salsa menanggapi dengan candaan. “Ya usaha, dong, Ka. Masa pake nanya ke aku. Payah kamu!” “Aku nggak lagi gertak sambal, Sa. Aku juga gak suka becandain hal beginian. Gimana kalau aku ketemu alamat orangtua kamu? jangan protes apa pun yang aku lakuin nanti yah?” Rizaka mengintimidasi, tak hanya dengan nada bicara yang menyeramkan di kuping Salsa, namun juga dengan gestur yang serius. Semua yang terbaca dari bahasa tubuhnya saat ini menyuarakan ancaman untuk Salsa. “Awas kamu, Sa. Jangan kabur!” Sekali lagi Salsa coba melempar candaan, “Napi kali kabur.” “Kalau kamu kabur, aku akan ikat kamu, Sa. Tapi pake tali buatan Tuhan. Ikatannya kuat tapi nggak nyakitin. Hanya bikin kamu nggak bisa ke mana-mana ajah. Awetnya juga seumur hidup.” Rizaka membungkuk dan berbisik, “Siap nggak, Sa?” Muke gile! Salsa miring tiba-tiba. Kombinasi antara tumbukan jantungnya yang bekerja gila-gilaan di dalam sana juga mendengarkan kalimat Rizaka yang disampaikan lewat embusan-embusan kecil di telinganya. Salsa jadi merinding Dictenay, ob Crcten Pfecrt t 8 kegelian. Tahu sendiri, Salsa kan satu ekosistem sama perempuan joms di luar sana yang suka lemah iman menghadapi keadaan syahdu. Disenyumin cowok ganteng saja batok lututnya jadi lembek, apa lagi dibisikin kata-kata sarat makna seperti itu? Ufh! bawaannya langsung minta diisi ulang. Menguasai diri, wajah Salsa terangkat, dilihatnya Rizaka tengah menatapnya sungguh-sungguh. Salsa tidak mau kalah, dia menuruti ajakan adu pandang Rizaka. Dalam diamnya Salsa membuat penilaian. Kalau dilihat-lihat, sebenarnya Rizaka ini lumayan ganteng. Rambutnya dipotong pendek, rapi, kulitnya cokelat, tidak terlalu gelap seperti Varco, hidungnya mancung, rahangnya tegas. Untuk wajah, 7 dari 10 lah dalam skala penilaian Salsa. Mata Salsa turun mengepel dada dan perut Rizaka. Dan dalam menit yang sama, napas gadis penghujung 25 tahun itu rasanya memberat. Masha Allah. Sejujurnya perut Rizaka terlihat begitu gurih di mata Salsa. Kapan Salsa halal untuk main perosotan di sana? Cetakan jelas otot dada Rizaka di balik kemeja putih itu bikin Salsa oleng. Salsa jadi sadar bahwa sebesar apa pun dada milik perempuan, mereka tetap membutuhkan dada seorang pria untuk rebahan dan sandaran. “Nanti ini juga jadi punya kamu kok, Sa. Bisa kamu apain aja. Pegang boleh, sandaran boleh, bahkan kamu jadiin sasaran tinju kalau lagi kesal juga boleh.” Rizaka menggoda. Dia bahkan sengaja mendorong lengan Salsa mengunakan lengannya. Mampus! Pipi Salsa memanas, bukan karena rayuan Rizaka yang menurut Salsa sangat jelata itu, tapi karena ketahuan sedang memperhatikan aset indah di balik kemeja Rizaka. “Ini...” Rizaka menunjuk dadanya, “mau dipatenkan jadi milik kamu nggak, Sa?” “Th, Kaaaa. Apaan sih.” Satu pukulan manja Salsa hadiahi di lengan Rizaka. Detik selanjutnya Salsa menyumpah serapah kelakuannya barusan. Apa-apaan itu tadi? Kenapa bisa dia bersikap seperti itu? Panggil apa tadi dia? Ka? Pukul-pukul manja sambil teriak iiih? Ya ampun, itu kan gaya Jeysia Rianggita yang paling Salsa benci. o 3 Mia Cella Tidak bisa Salsa bayangkan akan seperti apa wujudnya dalam mode manja seperti tadi. Kalau Gigi memang cocok karena lucu, imut, gemesin. Salsa? Manja-manjaan? Yang ada orang- orang jadi pengin banting kitab suci di ubun-ubunnya untuk mengusir roh jahat. Salsa berdehem untuk menormalkan dirinya. Gadis itu menyapu pandangan ke seluruh Ballroom untuk mengalihkan rasa malu. Lagi-lagi Rizaka menyenggol bahu Salsa, “Kalau aku berhasil dapat alamat orangtua kamu gimana?” tanya laki-laki itu, menantang. Salsa berpikir sebentar. “Uhmm... mau ngapain emang ketemu sama orang tua gue?” Mengedikan bahu, Rizaka menjawab, “Yaa nggak apa-apa, sih, aku mau...” Rizaka menggaruk-garuk ujung hidungnya dan Salsa menunggu dengan hati berdebar-debar. “Mau lihat aja. siapa yang turunin itu ke kamu,” Rizaka menunjuk Rambut Salsa. Detik selanjutnya tawa pria itu terurai. “Sial.” Salsa kesal merasa dipermainkan. Memang dia tak punya perasaan apa-apa ke RazikaiRazika. Tapi juga ingin ada seorang laki-laki yang mendongeng soal rencana melamar dirinya di depan orangtuanya. Yah, walaupun kalau itu terjadi, Salsa pastikan akan menolaknya. Tapi, lucu juga kalau ada yang meminta dia ke papanya, biar Salsa merasakan bagaimana enaknya diperjuangkan. Salsa meninggalkan Rizaka tanpa tedeng aling-aling. Sudah cukup ia habiskan berapa menit waktunya mengobrol dengan Rizaka. Gadis itu bergabung dengan kerumunan teman-teman kantornya. Walaupun berpura-pura tak acuh, tapi samar-samar Salsa bisa mendengar teriakan Rizaka di belakang punggungnya. “Nanti, Sa. Kalau sudah waktunya aku akan datang beneran ke orangtua kamu. Aku serius!" What? Lietenary of Crcken Pf t 70 = ELASA pagi ini Salsa memilih sarapan di food court gedung sebelah kantor. Jika biasanya dia hanya akan menghabiskan 15 Menit di pantry kantor dengan secangkir kopi instant dan beberapa lembar roti sobek yang dia bawa ataupun bertukar sarapan dengan teman-teman yang lain, pagi ini Salsa ingin suasana beda. Bukan tanpa maksud salsa sarapan di sini, dengar dari Mbak Vita, setiap paginya, food court diisi oleh populasi cowok- cowok pemicu tempurung lutut bergetaran yang nge-cofee ataupun juga melewati sarapan ganteng di sini. Untuk itu Salsa rela mengorbankan Rp 40.000 berharganya: memesan cofee dan dua potong cheese cake asalkan bisa cuci mata juga melancarkan aksi berburu cogan-cogan ucul. Masih ada sekitar 12 chapter lagi menuju ke Chapter M— Move on. Maka untuk sampai di situ, Salsa harus cari pengalihan indah, membentangkan jala cintanya; menjaring yang bening- oS Mia Cella bening dulu, siapa tahyu rejeki, ada yang nyangkut. Lumayan lah buat mendempul hati yang belubang. Food court pagi itu tidak terlalu ramai. Salsa memilih lapak penjajah kopi dan aneka cake yang di dalamnya sudah terisi beberapa orang—terutama cowok-cowok kantoran. Duduk di meja paling sentral dalam ruangan itu, Salsa menggulir pandangan ke sisi kanan. Seorang cowok berkaca mata terlihat melepas senyum padanya. Salsa membalas senyum itu sekali lalu menarik pandangan. Tidak, tidak. Salsa belum seputus asa itu menggoda laki-laki pesakitan. Bukan apa-apa, cowok itu kelihatan tidak sehat. Tidak perlu menoleh dua kali untuk mengetahui dia mengidap penyakit kronis, wajah dan tubuh ringkih kering kerontangnya sudah menjelaskan segalanya. Bibir laki-laki itu nyaris menyamai warna tembok Mesjid—putih. Belum lagi tulang-tulang selangka yang menonjol di bagian atas dadanya yang menurut Salsa sangat mengganggu pandangan. Okay, Salsa sebenarnya bukan tipe perempuan pemilih, dia hanya belajar untuk realistis. Lagi pula, mengecek daftar laki-laki yang pernah hilir-mudik di hati Salsa, rasanya tidak ada satu pun yang benar-benar 'wow' dan berpotensi melelehkan netra mata. Semuanya standar. Kecuali... Arkhan. lya, sejak hati bandel Salsa membidik Arkhan, laki-laki itu lantas menjadi barometer Salsa dalam memilih. Semuanya harus seperti Arkhan atau minimal miriplah. Gantengnya, perawakannya, pintarnya, konyolnya, penyayangnya, semuanya! Harus seperti Arkhan. Melenceng sedikit tidak masalah, yang penting, masih ada Arkhanino-Arkhanino-nya. Mutlak. Berpindah di sisi kiri, ada seorang cowok, terlihat rapi, rambutnya klimis, kulitnya putih, sampai-sampai Salsa hampir bisa melihat darahnya yang mengalir di dalam nadi. Oh Tidak! Cowok-cowok jenis ini keliatannya menyeramkan. Jenis cowok yang menjunjung tinggi kesehatan jasmani. Yang hobi merawat kulit, terkena sengatan matahari saja sudah panik, kuku kotor saja harus mandi. Lihat, berapa kali dia menggunakan hand Sanitizer untuk membersihkan tangan. Dia bahkan mencium semua alat makannya sebelum mengelap sendok dan gelasnya berkali-kali dengan tisu. Ckck Dudenary of Eocken Pfet t 7 Memindahkan pandangnya ke arah jarum jam 12, Salsa mendapati dua orang cowok duduk berdampingan dan tengah serius dengan laptop di hadapan mereka. Yang satu agak buncit, dan langsung masuk dalam blacklist Salsa. C'mon ... hidup Salsa sudah ribet. Mengurus rambut sendiri saja kerepotan, masa harus menambah list kerepotan mengurus lemak jenuh pasangan? No to the way! Nah, yang di sebeleh si gemuk lumayan ucul di pandangan Salsa. Yang pakai kemeja biru navy, liat dari visual menyamping saja keliatan oke punya, Salsa sengaja tidak melepaskan pandangannya sampai-sampai si gemuk yang sadar lebih dulu sedang ditatap Salsa, menyenggol temannya dan berbisik. Salsa belum berniat berpaling, dia sengaja menunggu sampai si kemeja biru bebalik dan ... buju buneng ... Salsa nyaris roboh mendapati tahi lalat cowok itu di cuping hidung kirinya. Belum lagi tiga butir bulu tertanam manis di puncak tahi lalatnya seolah-olah menyapa Salsa dalam lambaian manja. Oh... terima kasih banyak, lain kali saja, ya. Blip Bunyi notification menarik mata Salsa dari tahi lalat keramat itu. Mengambil ponselnya, Salsa memeriksa rentetan WA yang masuk. Paus putih: Sa, di mana? Paus putih: Sa, aku udah ngantor hari ini, masa kmu nggak masuk? Paus putih: Sa... Paus putih: Saa datang doong. Kangen. Buru-buru Salsa membalas chat Gigi. Seminggu tidak bertemu dengan si manja ini, Sedikit banyak, Salsa kangen. Padahal biasanya Salsa risih dengar rengekan Gigi yang dikit- dikit 'Kooo' itu. Salsa sampai harus pindah kubikel karena bosan, tapi ... alasan sebenarnya yah karena Salsa iri. lya, sahabat adalah orang yang paling berpotensi menciptakan rasa iri. Selalu saja ada hal dari sahabatmu yang kadang-kadang bikin kamu gigit jari. Seperti Salsa yang setengah gila melihat Gigi diperlakukan sebegitu istimewanya di mana saja si buntel itu berada. oh Mla Kellar Di rumah, di kantor, di pusat perbelanjaan ketika kebetulan Salsa menemani Gigi belanja. Pas ketemu ibu-ibu hamil, mereka langsung cubit-cubit Gigi, katanya Gigi lucu, imut- imut, gemesin. Giliran lihat Salsa? Mereka langsung usap perut sambil mengucap istighfar. Tapi, yang paling bikin Salsa mupeng karena lihat teman-teman kantornya yang manjain Gigi. Salsa kan pengen juga sekali-kali. Sekeras apa pun watak seorang perempuan, kadang-kadang dia juga pengen manja-manjaan lucu gitu kan? Tapi... sama siapa? Sama Deri? Itu nggak masuk akal, Deri saja memperlakukan Salsa seperti ‘Bro’ nya, dikit-dikit Salsa didorong kepalanya, sebentar-sebentar disentil jidatnya. Dirangkul kayak anak laki. Salsa ngomong dengan nada lembut saja langsung di-bully apalagi mau manja-manjaan? Deri .. nggak mungkin, Mas Tito? Sudah nikah. Ikbal? Hahahaha, yang benar saja, dimanja tidak, ditendang iya. Laki- laki minim gestur itu mana mau manjain perempuan? Ikbal itu manusia yang dilahirkan tanpa unsur kepekaan. Lihat Salsa menangis di pantry saja dia noleh dengan ekspresi datar dan nanya, “AC mati yah, Sa? Lo keringetan gitu?” Ckck. Dia bahkan tidak bisa membedakan mana air mata dan yang mana keringat. Bangke. Salsa juga pernah curhat tentang Arkhan ke dia dan responsnya? Cuman anggukan samar lalu ... beranjak ke Mushalla untuk tidur. Sudah. Me: Ngantor kok Me: Gue lagi ngopi di food court. Me: ke sini ae. Paus putih: Ok. Mengantongi ponsel, Salsa menyeruput kopinya yang suam-suam kuku. Dalam hati ia sibuk mengumpat. Duit 40ribu- nya raib tanpa ada keuntungan apa-apa. Cowok ganteng berhamburan katanya? Mana? Yang model begini banyak banget Salsa dapat di warung makan Mang Midun, lagi nyemilin ceker ayam kudisan tujuh ribuan. Ngapain juga Salsa gegayaan ke food court? Bukan pelit, tapi ... ini tanggal tua! Dan, si bos Janu-Janu itu tidak sudi memberikan bonus akhir tahun. Katanya Salsa pemalas! Lebih banyak curhat daripada kerja, bikin dia pusing a il Dietenary of Boeken Pfs t 14 setiap pagi gara-gara melihat Salsa mondar-mandir dengan rambut kurang ajarnya itu. “Sa” Tanpa melihat pun Salsa tahu itu suara siapa, hampir 10 tahun dia akrab dengan suara itu. Salsa melambai ringan sambil tersenyum, tapi detik selanjutnya dahinya mengernyit melihat cara berjalan Gigi yang aneh. Gadis itu berjalan lambat, terlalu lambat dan hati-hati. Antara kaki satu dan satunya lagi berjarak. Mengingatkan Salsa pada keponakannya yang baru selesai disunat. Belum sempat Gigi meletakan bokongnya di kursi, tawa Salsa pecah meninju-ninju ketenangan food court pagi itu. “Hahahaha, kenapa lo? Baru abis dikebiri?” Wajah Gigi memerah. Dia meletakkan tas ke meja pura- pura mengobrak-abrik isinya sebagai alternatif pengalihan. Namun bukan Salsa namanya kalau tidak jahil, melihat wajah Gigi yang memerah dia kembali menggempur sahabatnya dengan ledekan. “Cieee cieeeee yang dibantai Koko, hahaha.” Alis Salsa naik turun. “Gimana? Sakit, yah? Enak nggak? Berapa_ kali pengulangan? Hahaha.” Tanpa berpikir, Salsa mulai menghitung dalam hati, “Satu, dua, tig—” Belum sampai angka tiga, koor andalan Gigi menggema, “I hhh Saaaaaaa...!” Ya, ya, ya Salsa sudah hafal kalimat itu. Termasuk menerima cubitan-cubitan kecil di lengannya. “Hahaha malu, yah? Biasa aee, ama gue mah ga usah malu!” Setelah menghadiahi puluhan cubitan maut, Gigi duduk dengan wajah yang tertunduk malu. Dia pura-pura memainkan ponsel, tidak memedulikan Salsa yang masih memasang wajah jenaka. Gigi tahu, sebelum sakharatul maut menjemput, Si Kribo sialan ini tidak akan berhenti menggodanya. “Eh, tapi, udah lima hari, masa masih sakit sih, Gi?” tanya Salsa, penasaran. “Jangan bilang kalau kalian baru sempat ngelakuin tadi malam? Hahaha Pak Janu ganggu, yah?” tebaknya. “liiiihhh Saaaa.” Satu tamparan masuk di lengan Salsa. Gadis itu tergelak puas melihat wajah Gigi yang merah padam. 15 3 Mia Cellar “Udah gak imut lagi deh mukanya kalo sudah di utak-atik laki. Kata nyokap gue, perempuan kalau udah pernah ngerasain batangan, hilang sudah semua aura polos yang memahat wajahnya.” Gigi bertanya polos, “Bener, Sa?” Bukannya menjawab, mata Salsa malah menyipit dengan wajah comic menyebalkan yang bikin Gigi nyaris melempari ponsel ke mukanya. Dia bertanya jahil, “So? Gimana rasanya ‘dibegal'? Koko pelan-pelan nggak? Kamu nangis nggak sambil teriak 'Kooo sakiiit' macam di novel-novel itu? Hah? cerita dong! Please...” Gigi berdecak tidak suka. “Sa, ini tuh masalah rumah tangga. Bukan aktivitas pacaran yang sering kita dongengi ke teman-teman kita.” Tangan Gigi terlipat di depan dada. “Lagian Koko bilang, urusan kamar, nggak boleh diumumin ke orang- orang. Ama Mama yang rusuh nanyain aku tiap hari aja nggak aku ceritain karena dimarahin Koko, apalagi kamu, Sa? Udah gitu Koko pernah baca chat kamu yang iseng nanya-nanya soal malam pertama kita. Dia kan jadi marahain aku, Saaa... Mata Salsa terputar hiperbolis. “Yeee, kenapa dia marah? Gue kan nggak nanya punya dia bentuknya kek apa, warnanya bagaimana. Yang gue tanya, gimana rasanya.” Jeda satu menit, Salsa diam, berpikir. “Eh, omong-omong, Item yah punyanya si Koko? Mukanya aja gitu, gimana itunya—hahahaha. Aduh, aduh. lya, iya, sorry. Hahaha.” Salsa mengusap pundaknya yang ditampar Gigi berkali-kali. “Kamu tuh kalo penasaran, sana kawin! Biar—” Kalimat Gigi terputus karena ponselnya berbunyi. “lyah?” Dia mengangkatnya. “Gi di food court gedung kantor sebelah, di...,” Wanita itu membaca deretan huruf di stainless steel yang tergantung, “Di Kedai Arins, yah? Okay, Gi tunggu.” Menutup teleponnya, sekali lagi Gigi menghadiahi cubitan di tangan Salsa. “Kalau di atas jam sembilan malam, jangan chat yang aneh-aneh ke aku, yah, Sa! Nanti aku dimarahin Koko,” omelmya memperingati. “Gara-gara kamu, aku sama Koko udah berantem dua kali, Sa. Waktu kamu ngorek-ngorek informasi malam pertama dan waktu kemarin kamu ngirim meme pake foto Deri yang bilang a il Dietencry of Ervken Pf t 16 kangen aku karena empat hari nggak ngantor. Kamu kalo bercanda pikir-pikir dong, Sa! Kamu tahu, nggak, Koko itu kalo marah, nyeremin Sa! Aku ditatap tajam dalam diam aja udah keringatan! Jadi, tolong kalau kamu sayang sama aku, jangan becandain hal-hal kayak gitu.” “lyeee maap,” ujar Salsa, menyesal. Tersenyum, Gigi merapatkan kursinya dengan kursi Salsa. Dia memeluk Salsa sambil mencium-cium pipi gadis itu berkali- kali. “Aku kangeeeen, Saaa,” ujarnya, manja. Embusan napas kasar lolos dari paru-paru Salsa. “Gue juga sih. Gue pikir, nggak ada lo, kantor bisa adem dikit karena nggak ada teriakan 'Kooo'. Tapi ternyata sepi juga. Hmmm." Salsa menepuk-nepuk punggung tangan Gigi sembari menghirup aroma yang terkoar dari tubuh Gigi. Wangi Gigi sekarang sudah beda, lebih ... maskulin. Anjirrrr, Salsa rasanya seperti peluk cowok, bukan peluk Gigi. “Lo pake parfum cowok, yah?” Salsa menjauh. Dan Gigi malah nyengir lebar dan menggeleng polos. “Nggak pake parfum. Abis mandi langsung nyosor ke Koko biar wanginya nempel, supaya nggak kangen kalo lagi jauh- jauhan kek gin—“ “Najis!” potong Salsa cepat. Aksinya itu dihadiahi derai tawa Gigi. “Th, sirik!” Tak menjawab, Salsa bertanya, “Kok udah ngantor ajah, Gi? Nggak libur dulu? Honeymoon kek hanoman kek apa gitu?” Wajah Gigi berubah murung. “Mendekati musim UAS, Koko nggak bisa ke mana-mana, Sa. Dia sibuk," ujarnya. “Lagian, di rumah nggak ada siapa-siapa. Koko ngajar, yang laen kerja juga, jadi mending aku ngantor deh, Sa.” Salsa manggut-manggut. Tapi ada sesuatu yang mendobrak hatinya saat mendengar ucapan Gigi. Kata ‘yang lain’ yang Gigi sebut itu kan di dalamnya ada nama. “Gi,” panggil sebuah suara. Sialan! Belum sempat menyebut namanya, suaranya sudah lebih dulu menggelitik pendengaran Salsa. “Yeay, sarapan aku udah datang.” Di samping Salsa, Gigi berseru senang sambil tepuk-tepuk tangan. Salsa sontak 7é 3 Tilia Teter memutar tubuh dan menoleh ke belakang, detik selanjutnya dia nyaris salto melihat siapa yang tengah berjalan santai mendekati meja yang mereka tempati—Arkhanino! Arkhan meletakkan bungkusan yang dibawanya ke meja. “Gila yah, cuma bubur ayam aja Kakak harus nyetir jauh-jauh dari kantor ke sini,” cibir laki-laki itu. “Kalau nggak mikir adik perempuan yang cuma sebutir di dunia ini lagi ngidam, Kakak nggak mungkin nurutin.”. Arkhan merunduk, dengan menyebalkannya dia mengusap-usap perut Gigi. “Demi keponakan Kakak yang baru numbuh.” Mendengar celetukan Arkhan, mata Salsa membulat. “Eh, Gi, lu hamil di luar nikah?” tuduhnya lengkap dengan telunjuk yang menunjuk tegas di depan hidung Gigi. “liih, sapa yang hamil, sih.” Gigi bergidik ngeri. Dua tangannya terangkat memberi jambakan kecil di rambut Arkhan dan Salsa bersamaan. “Kalian tuh nyebelinnya sama yah! Kawin ajah sana berdua!” Salsa langsung malu-malu najis. Sementara Arkhan tergelak. Dia merapikan kembali rambutnya. “Ya, kalau hamil emang kenapa? Udah punya laki ini.” Menarik kursi di depan, Arkhan mencari dukungan atas komentarnya, “Bener nggak, Sa?” tanyanya seraya menatap Salsa lurus-lurus—sengaja. Dia ingin menguji iman Salsa. Arkhan bukannya tidak tahu usaha Salsa untuk melupakannya. Dia bisa melihat itu, kemarin, di pesta Gigi. Salsa terlihat menjaga jarak dengannya, juga Salsa yang langsung kabur ketika dia mendekat. Menyempurnakan aksi usilnya, Arkhan menyebut nama Salsa semerdu-merdunya. “Arsila ... Salsabila.” KEBANGKEAWN! Salsa menjerit dalam hati: kenapa Arkhan seperti ini, sih? Salsa kan jadi mendidih. Jantungnya jingkrak- jingkrak. Mana Arkhan pagi ini ganteng banget lagi. Kemeja biru gelap yang cocok membungkus kulitnya yang putih bersih. Wanginya itu .. ach! Bikin tulang belulang Salsa berkedut- kedutan. Tatapannya ... ugh! Syahdu sekali. Suaranya aduhai .. kanker pala Ninja Hatori. Ini. Yang begini yang seharusnya Salsa dapat di food court pagi-pagi, bukan yang Cees seperti tadi. Se Dictenay, ob Chen Pfet t 78 Berdehem, Salsa mengangguk menyepakati komentar Arkhan. Dalam otaknya dia berpikir, sudah berapa lama dia tidak mengobrol dengan lelaki itu? Tiga bulan lalu? Waktu di pesta pernikahan Mas Tito? “Tapi kan nggak secepat itu juga kali, Kak Arkhan,” omel Gigi sembari membuka dua bungkus plastik makanan. Gadis itu berpikir sebentar, “Eh, Kak Arkhan, ini ada dua, buat siapa?” “Tadinya Kakak mau sekalian sarapan sama kamu. Tapi...,” Arkhan melirik Salsa. Ada senyum usil yang terkulum tanggung di bibirnya. Dengan biadab, laki-laki kurang ajar itu menyentuh ujung jari Salsa yang tergolek lemas di atas meja, dia bertanya lembut, “Sa, udah sarapan?” Duh, Salsa sudah serong ke kiri, tapi buru-buru membenahi posisinya. Salsa kemudian mengangguk sok anggun. “Kopi sama cake ini sih,” jawabnya, jaim. “Minum kopi nggak bagus buat lambung, Sa. Nanti kamu sakit.” Arkhan menyodorkan bubur ayam miliknya ke hadapan Salsa. “Nih, buat kamu. Biar aku pesan teh sama cake saja. Dimakan, Sa!” Agh! Salsa megap-megap. Tuhan tolong. Adakah yang lebih biadab dari hari ini? Persentase move on Salsa turun lagi! Tadinya sudah hampir 15%, sekarang turun 10%. Melihat itu, Gigi mencubit paha Arkhan di bawah meja. Mengingatkan kakaknya agar tidak berlebihan mengerjai Salsa. Kasihan, anak rantau dibikin baper sepagi ini. Setelah menghabiskan sarapan dalam diam, Arkhan berniat pamit. “Kopi kamu biar aku yang bayar, Sa,” cetusnya sembari berdiri. Salsa mengangguk pasrah tapi hatinya mengumpat di dalam sana. Menyumpahi pendiriannya yang mudah rontok hanya gara-gara secuil kebaikan. Dari 10% tinggal 8%. “Pulang sama siapa, Gi? Ikbal sama Papa ke Bogor, kan?” “Uhhmm, Koko jemput, Kak.” Arkhan mengangguk. “Ya udah. Kakak balik kantor dulu.” Didekatinya Salsa, mengusap lembut rambut Salsa yang maha kasar itu. “Bye ... Arsila!” i 3 Mia Cellar Dalam detik yang sama, Salsa langsung mengantuk. Kenapa nikmat sekali diusap Arkhan? Setiap usapan Arkhan otomatis mengurangi persentase move on Salsa hingga tinggal 5%. Sebelum Arkhan benar-benar pergi, satu cubitan lagi ia daratkan di hidung gadis itu. Praktis, turun lagi persentase move on Salsa hingga 0% ... benar-benar NOL PERSEN! Fucking kampretlah! ; Dadenary ob Erker Pfc ft Salsabila: Test Test Test! ALSA sengaja memancing percakapan di grup WA untuk cewek-cewek kantor yang hanya berisi Mbak Vita, Gigi, Mbak Naomi dan dirinya. Setengah jam lalu, perempuan- perempuan itu janjian makan di food court gedung sebelah. Salsa sendiri menolak untuk ikut karena masih trauma dengan tempat yang menjadi saksi bisu kebiadaban Arkhan meruntuhkan usaha move on-nya itu. Melihat langsung TKP, sama saja mencungkil kembali memori Salsa pada kejadian seminggu lalu. Jadi, menghindar lebih baik daripada baper dan merana ujung- ujungnya. Untuk kesekian kalinya Salsa berkhianat terhadap misinya sendiri—membumihanguskan Arkhan dari hidupnya. Dia kembali melakukan hal yang sudah dia tulis panjang-panjang di agenda sebagai daftar poin yang harus dia jauhi dari pria itu. on 3 Thin Veto Salah satunya, yah, menolak apa pun yang berhubungan dengan Arkhan. Tapi ... praktiknya? NOL! Bekas sentuhan Arkhan saja sengaja Salsa abadikan. Salsa bahkan tidak keramas empat hari berturut-turut karena belum ikhlas menghilangkan jejak tangan pemilik hatinya itu dari rambutnya. Kalau boleh, Salsa betonin dah sekalian tuh rambut, biar awet. Iya, orang-orang boleh mencaci tingkah aneh Salsa, tapi mereka tidak pernah berada di posisinya. Susah! Kendati keinginan Salsa begitu kuat ingin menjauh, tapi pesona Arkhan seperti arus air, berputar membentuk pusaran dan mengisap Salsa sampai ke dasarnya. Setelah plan berburu cogan ucul gagal karena dikacaukan bedebah tampan itu, kemarin malam Salsa menghabiskan waktunya bersemedi, memikirkan ide-ide cemerlang untuk mengisi kamus patah hatinya. Salsa berpikir, apa yang harus dia lakukan untuk mengisi chapter C-nya? Naomi: Saya barusan telolet tadi pagi sama Taki Naomi nih rambut aja masih basah Naomi: Kamu kapan di-telolet, Sa? Vitito: Saya lagi libur Vitito: krn ada palang merah. Vitito: tapi kalo udah selesai, bisa telolet kapan ajah. Hahaha Vitito: siapa yg meneloletkan kamu, Sa? Naomi: hahahaha kalo Gigi ga usah ditanya lah yaaaaw. Pengantin balu inii Vitito: iyaa wkwkwk marathon yak. Vitito: aplgi baru seminggu gini:p Terpekur sendirian di dalam pantry kantor, Salsa menopang dagu, telunjuknya ia gunakan untuk men-scroll chat di grup WA yang mulai ramai. Semenjak Gigi menikah, obrolan di grup ini selalu berakhir dengan pem-bully-an! Tentu saja Salsa yang menjadi korban tunggalnya. isteey Bet Het t. Kalau dulu, Mbak Vita, Mbak Naomi, selalu meledek dirinya dan Gigi yang masih jomlo, sekarang Salsa sebatang kara di dalam grup karena semua ledekan bermuatan penistaan dan hinaan tertuju padanya. i: kek gue dulu, kerja pun mau cepet2 pulang ajah. : bangun pagi, isiiiiii. siang, isiiii, apalagi malam Naomi: siapa yg isi ulang kamu, sa? Vitito: hahahaha Vitito: ama adeknya Mas Tito, mau nggak, Saa? Paus putih: © Paus putih: Sabar, Sa. Naomi: Eh, Saaa. Tapi serius, telolet kan bim halal utk kamu Naomi: yah minimal kmu butuh tempat ndusel- ndusel Tah! Naomi: mau saya nyabungin sama adek ipar saya gak? Adeknya Mas Virgo? Paus putih: aku setuju Vitito: Hahahaha salsa udah kek ayam, yah! namanya Vino. Naomi: lagi nyari pacar dia, kemarin maksa2, minta saya nyariin Naomi: baru ngeh kalo Salsa jomz : saya kirimin kontak lo yah? Naomi: Fyi, orangnya ganteng parah Naomi: tau dong laki saya kek apa? aplg adeknya? Naomi: ini bkn dari Mas Tito atau Koko loh:P Seperti mendapatkan ide, mata Salsa berbinar-binar. Apalagi melihat foto Vino yang dikirimin Mbak Naomi. Yah, kalau ada kompetisi ketampanan para suami sekantor sih, Salsa yakin Mas Virgo—suami Mbak Naomi—yang akan jadi pemenang. Orangnya ganteng parah, badan proporsional, pintar, kerjaan bagus. Pokoknya the best lah. Tidak seperti Mas Tito dan Varco yang ala kadar. 8B Mia Cela Salsa berpikir, Mas Virgo saja se-ach itu. Jadi, tidak perlu meragukan adiknyalah, yah. Fotonya juga sudah menjawab semuanya. Sekarang Salsa tahu, poin untuk mengisi Chapter C dalam kamus patah hatinya adalah: cari tempat untuk ndusel-ndusel! ‘Tempat' di sini artinya kalau bukan dada bidang, yah ... pastinya punggung kokoh para wocok-wocok tampan. Sebab tak perlu menjadi seperti Adri—tokoh novel kesukaan Salsa—yang ingin menghapus patah hati dan melupakan pria yang disukainya dengan cara ML dengan pria lain. Salsa pikir itu terlalu berlebihan. Salsa hanya butuh tempat leyeh-leyeh. Tidak muluk- muluk, teman ngobrol yang bisa memegang tangan dia, elus-elus kepalanya dan yang bisa dia pelukin semalaman saja sudah cukup. Menegakkan punggung, Salsa mengetik balasan cepat. Salsabila: Maaaaaau Mbak Nao!!! Salsabila: dari kemaren emang lagi nyari pengalihan indah di FC Salsabila: tapi FC isinya wocok wocok penyakitan semua Salsabila: nyabungin ajah. Salsabila: otw ndusel-ndusel di dada adik iparmu wkwkwk Getaran ponsel mengalihkan Salsa dari Pak Pri—pemilik proyek—yang tengah cuap-cuap di ujung meja. Salsa menyandarkan punggung, sedikit memiringkan tubuh dan curi- curi kesempatan membuka ponsel yang sedari tadi bergoyang di atas pangkuan. Arkhanino: siang, Sa... Arkhanino: ... yang Arkhanino: :* Sialan! See Dietary cb Cooken He to, Salsa menggeleng pelan. Kenapa bisa singkron begini? Arkhan muncul saat Salsa tengah mengingatnya seharian ini. Masalahnya, Ikbal—yang lagi duduk di samping Salsa—hari ini pakai parfum yang sama persis dengan yang Arkhan pakai. Jadilah sepanjang mengikuti rapat konstruksi dan rapat kordinasi eksternal ini, konsentrasi Salsa berhamburan ke mana- mana. Ditambah lagi si Ikbal ini kalau lagi pakai kemeja rapi seperti sekarang, dia terlihat sangat mirip dengan kakaknya. Salsa jadi gagal fokus. Salsa hampir saja tersenyum, tapi .. ditendangnya keinginan itu kuat-kuat. Senyum artinya dia senang dengan perlakuan Arkhan bukan? Dan senang artinya masih cinta. Masih cinta artinya guoblok! Arkhanino: udah makan siang belum, Sa... Arkhanino: ... yang? Salsa memilih untuk mengabaikan, tapi getaran di pahanya lagi-lagi menggoda Salsa untuk mengintip sebentar. Setelah mengintip, gadis itu. tertawa tanpa sadar. Arkhan mengirimkannya meme absurd berisi seorang laki-laki dan bibir yang sudah diedit setebal mungkin seperti bantal guling. “Receh banget sumpah receeeeh!” Salsa berteriak gemas. Dia menggigit bibir berusaha menahan diri untuk tidak tertawa. Salsa tahu si Arkhan ini memang pangeran receh. Dari dulu, suka sekali membuat jokes angin-anginan. Tapi bodohnya Salsa malah terhibur. Seperti sekarang. Seberusaha apa pun Salsa menahan, pada akhirnya, tawanya pecah di detik ke 10. “Sa.” “Hum?” Wajah Salsa terangkat, detik selanjutnya gadis itu nyaris terjungkal dari kursinya. Semua mata tengah mengarah padanya. Ya Tuhan, bunuh saja Salsa saat ini, pikirnya. Bisa- bisanya dia berteriak di ruang rapat? Di depan pemilik proyek, konsultan manajemen konstruksi, juga ... yang paling penting. Si depan Januar, bosnya! Matilah Salsa. “Apanya yang receh, Kribo?” Pak Pri bertanya setengah tertawa. Selain Gigi, pria tua bersahaja itu suka sekali meledek Salsa. Itulah kenapa dia selalu meminta Januar untuk oh Mia Cela mengikutsertakan Salsa dan Gigi di setiap rapat. Katanya dia gemas melihat dua orang ini. Gigi yang diberi julukan onde-onde buntel dari Swiss, sementara Salsa onde-onde lonjong dari Afrika. Melihat kerlingan Januar yang seperti kapak baru gosok, Salsa merunduk takut sekaligus malu. “Maaf, Pak,” Ikbal menengahi. “Salsa ngatain saya receh soalnya saya cubitin paha dia barusan, maaf,” kata pria itu, tenang. Pak Pri dan beberapa staff konsultan tertawa, hanya Januar yang murka melihat dua orang ini. “Janu, anakmu ini mainnya langsung ke area paha, yah,” Pak Pri berkelakar. “Ibarat bangunan, dia langsung bikin atap tanpa pondasi.” Gelak tawa menggulung ruangan rapat itu, Salsa semakin merunduk sementara Ikbal mendelik ke arahnya dengan tatapan 'Makanya-kalau-lagi-rapat-jangan-main-ponsel!’ Pada akhirnya, Salsa pasrah saja_ ketika Ikbal mengambil hp-nya dan mengantongi di saku celana pria itu. week “Ini gara-gara kakak lo tahu nggak.” Salsa membanting mangkuk berisi mie ceker ke atas meja. Tidak peduli dengan padatnya pengunjung warung tenda itu, dia terus-terusan mem-bomb Ikbal dengan curhatan. Tentang Arkhan yang terus mengganggunya seminggu ini; tentang Arkhan yang iseng meneleponnya tengah malam, dan masih banyak curhatan yang intinya soal sikap Arkhan yang ngeselin. Ikbal cuek saja menanggapi. “Lo liat kakak lo, receh banget. Padahal gue nggak tanggepin loh.” Salsa mendorong ponselnya ke sisi Ikbal dan memperlihatkan sederet chat Arkhan. Gadis itu lalu kembali membaca chat itu dengan senyum samar yang tercetak. Sambil mengetik balasan, Salsa berujar, “Gue tuh kesel banget ama kakak lo. Masa, yah, seharian ini dia ngebom gue dengan chat-nya, padahal gue tau dia cuma main-main, dan—” Dietenary of Eicken Pf t 26 = “Lo nikmatin juga, kan?” sambung Ikbal sambil meneguk es tehnya. Salsa sempat diam beberapa saat sebelum berkilah, “Ih, nggaklah! Kakak lo tuh ganggu tahu nggak. Gue udah berusaha move on dari dia, tapi dia—” “Belum. Lu belum usaha,” potong Ikbal lagi lagi. “Udah, kok, gue—” “Kalo sudah, harusnya udah lo blokir dia dari kontak WA Lo.” Ikbal menatap Salsa, “Nggak berani, kan?” tantangnya. “Ngejahatin balik pun nggak bisa kan?” Sialan! Freezer satu itu kalau ngomong nggak pernah salah. Salsa mengunyah semua perkataan Ikbal dalam diam. Melihat Ikbal yang sudah berdiri, tanpa sadar tangan Salsa mengetik chat balasan untuk Arkhan. wee Hiburan: Kurang ajar banget lu jadi laki! Hiburan: Gue doain Ju jatuh cinta beneran ama gue! Sumpah! “Hahaha.” Arkhan tertawa sambil mengacak rambut. Ia membayangkan seperti apa visual Salsa saat sedang mengetikan chat balasan. Jelas lucu karena wajah eksotik itu disarung aura murka. Lesung pipitnya yang tercetak dalam setiap kali dia menggerakan pipi, dan mata cokelat terangnya yang terpelesat ke kiri lalu memutar perlahan-lahan. Okelah, sebut saja cute. Bagi Arkhan, Salsa jenis cewek gemesin. Tapi, bukan gemas yang konotasinya mengarah pada keinginan-keinginan untuk dicubit-cubit lucu. Bukan. Gemesinnya Salsa tuh lebih ke ... ngeselin. Katakanlah begitu. Hiburan: Kurang ajar banget lu jadi laki! Gue doa'in lu jatuh cinta beneran ama gue! Sumpah! Tiga kali Salsa mengirim chat yang sama. Puas tertawa, Arkhan pun mengetik balasan. 2¢ 3 Mia Celia Arkhanino: ketik 'Amin' kirim ke PO BOX di bawah ini Arkhanino: H471 Y4N6 R374K Lalu .. Arkhan kembali tertawa, kali ini dia sampai meletakkan jidat ke meja pantry, menyembunyikan wajahnya dengan suara yang sengaja dia pelankan. “Ar.” Bilqis bertanya dengan sepasang alis yang tertaut heran melihat tingkah Arkhan. Sedari 10 Menit lalu, pria itu sibuk dengan ponsel, Arkhan tidak memulai obrolan dan hanya menjawab pertanyaan Bilqis dengan konsentrasi yang pecah, dia bahkan mengabaikan kotak makan siang berisi sandwich tuna yang Bilqis bawa untuknya. Mendengar bunyi rentetan notification, Bilqis menduga Arkhan tengah berbalas chat di WA-nya. Bisa dia lihat bahu Arkhan yang terguncang menahan tawa juga bibir pria itu yang tergigit gemas. “Ar,” panggil Bilqis sekali lagi, kali ini dia sengaja menyentuh tangan Arkhan. “Eh, iya?” Berusaha tersenyum, Bilgis bertanya, “Aku uda selesai, kamu nggak habisin makan siang kamu?” “Nanti yah, Bi,” jawab Arkhan, dia melanjutkan dengan mata yang kembali menatap LCD ponsel, “nanti agak sorean dikit. Aku masih kenyang soalnya.” Senyum Bilqis menyurut perlahan. Ada helaan napas tak kentara menyambut sikap Arkhan siang ini. Bukan, Bukan siang ini saja, tapi .. seminggu belakangan ini. Arkhan seperti mempunyai 'mainan’ baru yang asyik di ponselnya. Sebentar- sebentar, cek hape. Laki-laki itu juga terlihat gelisah kalau baterai ponselnya mati. Waktu-waktu yang biasa mereka isi dengan mengobrol atau bercanda pun dilewati Arkhan dengan cekikikan tidak jelas bersama ponselnya. Seperti tadi pagi ketika mereka di dalam lift, atau ketika sarapan di kantin kantor. Dan, siang ini pun Arkhan mengulangnya. Detenay ob Bolen Pest 28 “Chat sama siapa, Ar?” Bilgis mengaburkan rasa penasaran dan curiganya yang kental dengan menyelipkan nada riang ke dalam pertanyaannya. Ditanya, Arkhan buru-buru mengantongi ponsel. “Uhm, nggak apa-apa, cuman lagi balasin WA-nya Gigi,” jelasnya. Lima detik setelahnya Arkhan diam, berpikir. Jadi, dia baru saja berbohong? Menyembunyikan kenyataan kalau sedang chat dengan Salsa? Tapi, kenapa harus bohong? Mengabaikan kebingungannya, Arkhan berdiri, “Yuk, Bi,” ujarnya sembari berlenggang ke luar dari pantry kantor. Meninggalkan Bilqis yang tengah menatap kotak makan siang yang diabaikan Arkhan. 480 Suka Salsabila Hitam itu identitas, Keriting itu spesial. Lihat semua n2 komentar @Pemutih Kulit Magic: Say, barangnya sudah kami kirim yah. @Derian: lo pesen pemutih? Hahaha. Apa kabar caption-nya yg cetar di atased @Dorkas: Woii, se apa kabar? Beta sms zeng balas! Pung sombong juaaa! @Muhammad.tkbal: (y) @PelurusRambut Herbal: Cek 1G kita, sist. Menyediakan ramuan magic pelurus rambut. 29 3 Ubia Klar @Giko Rianggita: iyaah, hitam-hitam itu maniis banget kok, Sa. Ehehe contohnya ini, si hitam yang lagi meluk meluk aku. @Derian: @Giko Rianggita haiti Gi @ZakaRizaka: @GikoRianggita pengantin baru emang ga kenal waktu yah, abis magrib langsung tancap ajah. @Salsabila kita kapan nyusul, Sa? @Arkhanino: memimpikan punya kulit putih mulus bersinar seperti keeramik mesjid? Mampir yuk ke 1G kita! @zakaRizaka: @Arkhanino skrg jualan produk pemutih, Bro?? Kasih satu lah buat suami kesayangan si @Giko Rianggita. @Arkhanino: Dulu rambutku kusam seperti kisah cintamu. Tapi semenjak memakai tongs white beauty, rambutku kembali bersinar dan lurus. Yuk Say, pakai tongs white beauty, solusi cepat untuk mengembalikan rambutmu ke jalan yang lurus. @Arkhanino: @zakaRizaka Hahaha gue ga ikutan yah kalo si @GikoRianggita ngamuk. Lagian koko gak butuh pemutih, kan pencerahnya udah ada. Yg msh gelap nan suram itu kisah cintanya yg punya postingan ini. @Giko Rianggita: Hai juga deeer @Derian. QB isteey etn Hat t @Giko Rianggita: @Arkhanino cie ciee Kak Arkhan, lagi pacaran tapi ketahuan nge-stalk 1G Salsa :P anggap ajah aku gak tau kok dan aku nggak akan bilang ke Mbak @Bilqis.!Humairaih @Giko Rianggita: @Zaka.Rizaka sirik ajah, Ka! Itema gitu juga udah laku. kamu? apa kabar? Siapa yg mau dipeluk? @Arkhanino: @GikoRianggita Jeysiaaaa! Hehe —_—sayang @Bilgis. Humairah aku cuman wisata ajah kok di sini, mengunjungi satwa langka yang dilindungi pemerintah. Yg tebar pesona itu Gigi. Var @Giko Varco coba cek kelakuan istri lo, masa dia bebalas komen ama mantan. @zaka Rizaka: HAHAHAHAHAHA Salsa mengabaikan komentar di Instagram juga mengabaikan chat di grup WA yang sudah mendekati ratusan. Beberapa kali, Mbak Naomi meneleponnya, Salsa tahu perempuan itu akan menanyakan bagaimana_ kelancaran ‘kencannya’ dengan Vino. Kalau tidak berpikir perasaan Mbak Naomi, ingin sekali Salsa mengungapkan kekesalan di grup WA. Mengatai Vino yang dipuji habis-habisan oleh Mbak Naomi ini. Dua jam lalu, Salsa janjian dengan Vino di sebuah restoran Jepang. Salsa menolak dijemput karena berpikir jarak kost- kostannya dan rumah Vino berjauhan, pada akhirnya mereka sepakat bertemu di restoran saja. Well, untuk kesan pertama, Salsa cukup tertarik dengan Vino-Vino ini. Orangnya jelas lebih ganteng dari fotonya. Murah senyum. Salsa sampai hafal berapa kali dia tersenyum dalam lima menit. Kalem juga, wangi apalagi. Untuk setengah jam pertama Salsa bisa menilai kalau dia pintar, terbukti dari obrolan dia yang 'berisi'. Cara dia bertanya mengingatkan Salsa pada 3 Tita Teter kelembutan seles obat herbal pelurus rambut dalam membujuk, dia bahkan bisa membuat Salsa tertawa dengan mudah, fix Salsa langsung terpesona. Yah, setidaknya semua kenyamanan itu bertahan sampai menit ke-40. Sebelum komentar Vino yang kontroversial itu menghancurkan semuanya, juga berhasil menjatuhkan mood Salsa malam ini. “Maaf yah, Sa. Tadinya aku pikir kamu orangnya putih gitu, soalnya di display picture emang putih kan kelihatannya mungkin filter kamera atau efek gitu. Ternyata ... well,” Vino mengangguk sambil menyuapi ramen, “kulit kamu_eksotik, hehe. Jujur, aku sukanya cewek putih, yang rambutnya lurus sebahu gitu, tapi pengecualian berlaku di kamu sih, soalnya muka kamu yah .. not bad lah, manis gitu. Coba deh, Sa, smoothing rambut kamu, trus kulit kamu nanti kan bisa disuntik vitamin C gitu biar lebih cerah. Kamu kalau putihan dikit, rambut lurus, kamu pasti cantik banget, Saa. Coba kamu—” Salsa langsung memotong ucapan Vino dengan berdiri, minta izin ke toilet. Niat awalnya sih memang ke toilet tapi ketika matanya melihat pintu samping yang berdekatan dengan jalan menuju ke toilet, Salsa langsung berbelok, pulang! Sebodoh iblislah dengan Vino itu, terserahlah mau dibilang tidak tahu malu, tidak sopan dan sebagainya tapi Salsa benar-benar muak dengan laki-laki jenis ini. Salsa ini penganut garis keras prinsip ‘apa adanya’. Jadi, Laki-laki seperti Vino yang sulit menerima kekurangan perempuan dan terobsesi mengubah-ubah pasangannya ini otomatis dimasukan ke dalam blacklist-nya. Setelah memposting sebuah foto dengan caption yang mewakili perasaannya malam ini, Salsa kabur dari restoran. Walaupun dipastikan dia gagal lagi menjalankan misi ketiganya ‘cari tempat untuk ndusel-ndusel' tapi ... Salsa tidak peduli! Persetan dengan laki-laki! Mereka itu hanya— “Saaaa...” Suara berat yang memanggil namanya mengalihkan Salsa dari acara mendumel, dia mengangkat wajah. Dilihatnya Rizaka yang baru ke luar dari mobil, setengah berlari ke arahnya. “Kamu ngapain di sini?” tanya pria itu excited. QB Dtey Bet Yet {2

Anda mungkin juga menyukai