(SHARED) Surat Edaran 19 - 2022 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Hak Kekayaan Intelektual Satu Pintu
(SHARED) Surat Edaran 19 - 2022 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Hak Kekayaan Intelektual Satu Pintu
Nomor : 199/SE/2022
Tanggal : 3 Oktober 2022
PETUNJUK PELAKSANAAN
SATU PINTU
i
b. Jangka Waktu Perlindungan Rahasia Dagang ........................................... 18
c. Pelanggaran Rahasia Dagang ................................................................... 19
BAB II PENGELOLAAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
A. Identifikasi dan Penilaian Terhadap Kekayaan Intelektual Perusahaan................ 20
B. Uji Tuntas Kekayaan Intelektual Perusahaan ...................................................... 20
C. Strategi HKI Perusahaan .................................................................................... 21
Dampak Ekspansi Bisnis Perusahaan di Luar Indonesia terhadap Aset HKI
D.
Perusahaan ........................................................................................................ 21
E. Perlindungan HKI Perusahaan ............................................................................. 21
ii
G. Penggunaan Literasi dan Panduan HKI .............................................................. 70
H. Penggunaan Slider ............................................................................................. 71
I. Penggunaan Notifikasi Status HKI ...................................................................... 72
J. Penggunaan Reminder dan Pengaturan Reminder ............................................. 73
K. Penggunaan Pengaturan Lampiran HKI .............................................................. 75
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak Kekayaan Intelektual (“HKI”) sebagai suatu karya kreativitas merupakan aset yang
dimiliki oleh Perusahaan memerlukan pengelolaan dan perlindungan yang tepat,
sebagaimana HKI berperan penting dalam menunjang kegiatan komersialisasi yang
dilakukan oleh Perusahaan. Selain itu, sangatlah krusial bagi Perusahaan untuk
memahami relevansi HKI yang terdiri dari Hak Cipta, Hak Merek, Hak Paten dan Hak
Kekayaan Intelektual lainnya dalam kegiatan usaha Perusahaan.
Pengelolaan yang tepat atas kepemilikan HKI dalam Perusahaan tentu akan secara
langsung memberikan dampak perlindungan yang maksimal dalam hal komersialisasi
HKI pada kegiatan usaha Perusahaan, serta untuk terus memberikan perlindungan usaha
secara berkelanjutan dari segi aset HKI dan oleh karenanya diperlukan Petunjuk
Pelaksanaan yang mengatur mengenai pengelolaan Hak Kekayaan Intelektual yang
dimiliki PT Pegadaian.
B. Maksud
Petunjuk Pelaksanaan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi umum mengenai
HKI, praktik-praktik terbaik (best practices) yang dapat dilakukan untuk mengelola dan
melindungi HKI dan perlindungan kepemilikan HKI di Perusahaan.
C. Tujuan
Adapun tujuan dari Petunjuk Pelaksanaan ini adalah sebagai berikut:
1. Petunjuk bagi pihak-pihak terkait di lingkup Perusahaan mengenai pentingnya
perlindungan HKI bagi Perusahaan.
2. Pemahaman atas objek HKI yang perlu dan dapat dilindungi Perusahaan.
3. Alur proses pengelolaan HKI sejak proses penelitian, pengembangan dan persiapan
peluncuran produk dan/atau jasa baru di lingkup Perusahaan.
4. Pengelolaan kepemilikan HKI oleh Perusahaan.
5. Standar praktik-praktik terbaik dalam perlindungan dan pengelolaan HKI di
Perusahaan.
6. Panduan dalam penggunaan Sistem Pengelolaan HKI satu pintu di Perusahaan atau
Layanan On Line Intelectual Property (Lay On IP) dalam rangka Perlindungan HKI
Perusahaan.
1
D. Ruang Lingkup
Petunjuk Pelaksanaan ini memuat:
1. Gambaran dan dasar perlindungan HKI yang dapat diterapkan oleh pihak-pihak
terkait di internal Perusahaan yang berhubungan dengan pembuatan atau kreasi dari
produk kekayaan Intelektual dan komersialisasi HKI di Perusahaan.
2. Pedoman khusus dan best practices yang relevan dan dapat diterapkan oleh pihak-
pihak terkait di internal Perusahaan.
3. Panduan penggunaan Sistem Pengelolaan HKI Satu Pintu (Lay On IP) dan pedoman
khusus serta best practices yang relevan untuk dapat diterapkan oleh pihak-pihak
terkait di Internal Perusahaan.
E. Definisi Umum
Dalam Petunjuk Pelaksanaan ini yang dimaksud dengan:
1. Perusahaan adalah PT Pegadaian.
2. Hak Kekayaan Intelektual selanjutnya disebut HKI adalah hak yang diberikan oleh
negara kepada kreator yang memiliki karya kreativitas berupa invensi; karya sastra,
seni dan ilmu pengetahuan; desain; dan simbol, nama dan gambar yang digunakan
dalam perdagangan.
3. World Intellectual Property Organization yang selanjutnya disebut WIPO adalah
lembaga di bawah PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) yang fokus pada masalah HKI.
4. World Trade Organization yang selanjutnya disebut WTO adalah merupakan
organisasi internasional yang mengatur perdagangan internasional.
5. Objek HKI adalah karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual
manusia seperti ciptaan, merek, invensi, dan desain industri sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
6. Perlindungan HKI mencakup proses pencatatan atau pendaftaran objek HKI.
7. Pengelolaan HKI mencakup keseluruhan Proses penelitian, pengembangan dan
persiapan atas Objek HKI dan perlindungan, pengawasan hingga komersialisasi atas
HKI.
8. Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo,
nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3
(tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut
untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan
hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.
2
9. Paten adalah hak eksklusif inventor atas invensi di bidang teknologi untuk selama
waktu tertentu melaksanakan sendiri atau memberikan persetujuan kepada pihak lain
untuk melaksanakan invensinya.
10. Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi atau komposisi garis
atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga
dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan
dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan
suatu produk, barang, komoditas industri atau kerajinan tangan.
11. Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi
dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan
dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.
12. Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan
masalah yang spesifik di bidang teknologi, dapat berupa produk atau proses atau
penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.
13. Konsultan adalah orang yang memiliki keahlian di bidang Hak Kekayaan Intelektual
dan secara khusus memberikan jasa di bidang pengajuan dan pengurusan
permohonan di bidang Hak Kekayaan Intelektual yang dikelola oleh Direktorat
Jenderal Kekayaan Intelektual dan terdaftar sebagai Konsultan HKI di Direktoral
Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia yang selanjutnya disebut Kemenkumham.
14. Perjanjian Kerahasiaan atau Non-disclosure Agreement (NDA) adalah perjanjian
untuk menjaga kerahasiaan informasi dan atau material tertentu.
15. Inisiator adalah karyawan, pejabat atau unit kerja dalam PT Pegadaian yang
mengusulkan ide atau konsep yang dituangkan dalam suatu produk atau jasa yang
akan digunakan dalam perdagangan PT Pegadaian.
16. Divisi Hukum adalah Unit kerja yang membidangi Hukum di PT Pegadaian.
17. Influencer adalah seseorang yang memiliki kekuatan untuk memengaruhi keputusan
orang lain karena otoritas, pengetahuan, atau posisinya.
18. Mitra adalah pihak yang memiliki hubungan hukum dengan
PT Pegadaian yang didasarkan atas perjanjian kemitraan, yaitu kerjasama dalam
keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling
memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan.
19. Kredensial adalah sertifikat, surat, atau pernyataan yang menerangkan bahwa
seseorang berhak atas sesuatu atau memiliki hak untuk melakukan sesuatu.
3
20. User Generated Content adalah berbagai bentuk konten baik tulisan, video, foto,
review, dan lainnya yang dibuat dan diunggah oleh seseorang seperti konsumen,
pelanggan, atau bahkan followers pada media sosial.
Definisi di atas menjelaskan bahwa HKI merupakan kreasi pemikiran yang meliputi:
invensi, sastra dan seni, simbol, nama, gambar dan desain yang digunakan dalam
perdagangan.
HKI sebagai hak ekonomis tentunya tidak terlepas dari bagiannya sebagai salah satu
bidang kajian dalam hukum ekonomi yang objeknya dianggap sebagai suatu benda
bergerak tidak berwujud (intangible movable asset). Sehingga, HKI sebagai suatu benda
tentunya memiliki konsep yang sama pada konsep harta kekayaan di Indonesia
sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUHPerdata”),
dimana yang dinamakan kebendaan merupakan tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak, yang
dapat dikuasai oleh hak milik (Pasal 499 KUHPerdata).
Merujuk kepada Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (“TRIPs”) yaitu
perjanjian yang mengatur ketentuan HKI dibawah WTO, terdapat 7 (tujuh) cabang pokok
perlindungan HKI, antara lain:
1. Hak Cipta (Copyrights)
2. Merek (Trademark)
3. Indikasi Geografis (Geographical Indications)
4. Paten (Patent)
5. Desain Industri (Industrial Design)
6. Desain Tata Letak Sirkuit Terpatu (Design of Integrated Circuit)
7. Rahasia Dagang
4
G. Hak Kekayaan Intelektual yang Relevan dengan Kegiatan Perusahaan
Berikut ini secara umum informasi mengenai cabang pokok perlindungan HKI
yang relevan dengan bisnis yang dilakukan oleh Perusahaan:
1. Hak Cipta
a. Lingkup perlindungan Hak Cipta di Indonesia
Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta ("UU Hak Cipta")
memberikan perlindungan terhadap berbagai karya sastra, seni, dan musik,
termasuk buku, film, rekaman suara, program komputer, dan basis data. Karya
lain yang berhak mendapat perlindungan antara lain pidato, pertunjukan, drama,
tari, siaran, rekaman video, komposisi musik, lukisan, gambar, patung, peta, karya
arsitektur dan batik.
Bentuk ciptaan di atas berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung
selama 70 (tujuh puluh) tahun setelah Pencipta meninggal dunia, terhitung mulai
tanggal 1 Januari tahun berikutnya.
Selanjutnya, ciptaan berikut hanya berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak
tanggal pertama kali dilakukan pengumuman, antara lain:
1) Karya fotografi;
2) Potret;
3) Karya sinematografi;
4) Permainan video;
5) Program komputer;
5
6) Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,
aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
7) Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional;
8) Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
program komputer atau media lainnya; dan
9) Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya yang asli.
Perlindungan Hak Cipta atas ciptaan yang merupakan karya seni terapan (jenis
karya seni rupa yang diciptakan dengan tujuan utama memberi nilai fungsi atau
nilai guna sebagai benda dibandingkan nilai estetisnya) berlaku selama 25 (dua
puluh lima) tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman. Contoh karya seni
terapan adalah kain batik dan ukiran.
Berikut ini adalah beberapa contoh Hak Cipta yang telah dilakukan pencatatan di
Daftar Umum Ciptaan Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (“DJKI”) oleh
Perusahaan:
− Seni Lukis Logo Perum Pegadaian
− Jingle Transformasi
− Buku Kemilau Emas
6
h) mengkomunikasikan ciptaan; dan i) menyewakan ciptaan. Hak-hak ini
dapat dialihkan kepada pihak ketiga.
Hak ekonomi atas kreasi, perlindungan Hak Cipta berlaku selama hidup
pencipta dan akan berlanjut selama 70 (tujuh puluh) tahun setelah pencipta
meninggal, terhitung mulai 1 Januari tahun berikutnya. Sedangkan, apabila
Hak Cipta dimiliki oleh badan hukum, dalam hal ini seperti Perusahaan,
perlindungan Hak Cipta berlaku selama 50 (lima puluh) tahun setelah
pengumuman.
c. Lisensi Hak Cipta dan Menggunakan Hak Cipta Milik Pihak Ketiga
Secara umum, setiap penggunaan hak cipta pihak ketiga harus didasarkan pada
lisensi. Berdasarkan UU Hak Cipta, lisensi adalah izin tertulis yang diberikan oleh
pemegang hak cipta atau pemilik hak terkait kepada pihak lain untuk
melaksanakan hak ekonomi atas ciptaannya atau produk hak terkait dengan
syarat tertentu. Kemudian, untuk mengikat pihak ketiga, lisensi harus dicatat di
Kantor Hak Cipta, dan perjanjian itu tidak boleh dicatat jika secara langsung atau
tidak langsung mengandung ketentuan yang dapat merugikan perekonomian
Indonesia.
UU Hak Cipta mengatur bahwa jangka waktu pemberian lisensi tidak boleh
melampaui masa berlaku dan masa perlindungan dari karya hak cipta yang
dilisensikan, dan bahwa penerima lisensi berhak menerima royalti dari pemberi
lisensi, kecuali jika diperjanjikan lain. Lisensi tersebut juga tidak boleh digunakan
sebagai jalan untuk mengurangi atau mengambil semua hak pencipta
sehubungan dengan hak ciptanya. Kecuali ditentukan lain dalam perjanjian
lisensi, lisensi hak cipta dapat dilakukan secara “non-eksklusif”, yaitu pemilik hak
cipta dapat memberikan lisensi lain kepada pihak lain. Pemilik hak cipta tetap
dapat memegang dan menggunakan haknya sebagai pemegang hak cipta asli.
7
3) Untuk pertunjukan atau pementasan non-komersial tanpa merusak
kepentingan wajar pemegang hak cipta;
4) Untuk memfasilitasi penyandang disabilitas (misalnya, braille atau buku
audio) untuk tujuan non-komersial; dan
5) Untuk mengubah karya arsitektur dengan pertimbangan teknis tertentu.
Terlepas dari hal di atas, untuk penggunaan hak cipta yang tidak sah oleh badan
usaha, penerapan pembelaan fair use ini dapat ditantang atau dilakukan
gugatan/keberatan, misalnya, jika Perusahaan tidak memperoleh manfaat
ekonomi langsung.
Secara khusus, UU Hak Cipta mengatur bahwa “Pencatatan ciptaan tidak dapat
dilakukan terhadap seni lukis yang berupa logo atau tanda pembeda yang
digunakan sebagai merek dalam perdagangan barang/jasa atau digunakan
sebagai lambang organisasi, badan usaha, atau badan hukum.” (Pasal 65 UU Hak
Cipta). Ketentuan ini dapat menimbulkan interpretasi bahwa logo yang digunakan
secara komersial untuk memperdagangkan barang atau jasa seharusnya hanya
dilindungi sebagai merek dagang dan bukan sebagai Hak Cipta.
8
3) Menggunakan musik dalam iklan atau promosi perusahaan tanpa
mendapatkan lisensi dari lembaga pengumpul royalti lokal, penerbit atau
pemilik hak;
4) Secara tidak sengaja menampilkan logo, gambar, atau karya audiovisual
pihak ketiga sebagai bagian dari materi kreatif perusahaan;
5) Menyalin karya audiovisual pihak ketiga untuk materi kreatif Perusahaan.
Tidak ada penjelasan tentang bagaimana suatu pihak menentukan bagian mana
dari suatu karya Hak Cipta yang merupakan inti dari orisinalitas karya tersebut
dan jumlah uang atau keuntungan yang merupakan standar minimum suatu
pelanggaran. Oleh karena itu, dalam praktiknya diperlukan suatu penegasan
pendapat ahli dari Kantor Hak Cipta untuk menentukan adanya suatu perbuatan
pelanggaran.
2. Merek
a. Lingkup perlindungan Merek di Indonesia
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis (“UU Merek”), Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis
berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2
(dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2
(dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang
diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang
dan/atau jasa.
9
Sebagai contoh, berikut ini logo dan nama milik Perusahaan yang dapat dianggap
sebagai merek:
Selain nama dan logo di atas, apa yang ditampilkan pada aplikasi Perusahaan
dan materi pemasaran yang dibuat yang memuat elemen kata atau
perangkat/logo apa pun yang digunakan dalam slogan atau kampanye pemasaran
juga dapat dilindungi sebagai merek.
b. Klasifikasi Jenis Barang dan/atau Jasa Untuk Merek yang relevan dengan
Kegitan Bisnis Perusahaan
Berikut ini jenis barang dan jasa yang relevan untuk menunjang kegiatan bisnis
Perusahaan:
10
Kelas Jenis Barang/Jasa
akses online ke platform perdagangan elektronik, pasar elektronik
dan keuangan elektronik dan pertukaran lintas.
41 Layanan pelaporan berita di bidang berita keuangan
42 Teknologi untuk melindungi informasi finansial, penyimpanan
elektronik untuk informasi finansial, komputasi untuk perlindungan
data finansial, pemantauan elektronik atas transaksi dan aktivitas
keuangan untuk mendeteksi transaksi dan aktivitas yang
mencurigakan, curang, atau melanggar hukum.
Jenis barang dan/atau jasa yang dapat dilindungi tentunya akan bertambah
seiring dengan berkembangnya kegiatan bisnis yang dilakukan oleh Perusahaan.
c. Jenis Merek
1) Coined and Fancyful trademark
Kata yang tidak memiliki arti. Merupakan hasil kreativitas, yang mana para
pelaku usaha pesaing yang menjual produk yang sama tidak memiliki
pembenaran untuk menggunakan merek dagang yang sama atau serupa.
Contoh: Merek “ASUS” untuk jenis barang komputer dan perangkat
komputer, dimana kata “ASUS” tersebut tidak memiliki arti khusus,
melainkan suatu penamaan.
2) Arbitrary Trademark
Kata atau tanda yang memiliki arti, namun tidak berkaitan dengan barang
dan/atau jasa yang diperdagangkan. Contoh: Kata CERAH atau gambar
matahari untuk pemasaran seluler telepon, kata GAJAH untuk produk
sarung, kata APPLE untuk produk komputer.
3) Suggestive Trademark
Merek yang menandakan bahan, sifat, kualitas atau tujuan produk, namun
tidak menggambarkan tujuan inti. Jenis ini membutuhkan imajinasi
konsumen untuk mengidentifikasi tujuan. Contoh: Merek “Le Minerale” untuk
jenis barang air minum dalam kemasan. Kata ini dapat dianggap suggestive
mark karena memiliki arti yang berkaitan dengan bahan yang digunakan
yakni mineral.
4) Descriptive Trademark
Merek yang serta merta hanya menggambarkan atau menandakan ciri
maupun sifat produk, namun tidak terbatas juga pada kualitas, jenis, khasiat,
kegunaan, bentuk, kuantitas, tujuan yang dimaksudkan, nilai, mentah
bahan, asal, tempat penjualan, lokasi untuk penyediaan layanan, waktu
11
produksi, dll. Istilah deskriptif dianggap tidak memiliki sedikit kekhasan dan
begitu juga tidak memenuhi syarat untuk perlindungan kecuali dapat
menunjukkan bahwa memiliki karakter khas yang telah ditetapkan dari
waktu ke waktu melalui penggunaan ekstensif di pasar. Contoh: Merek
dagang SWEET adalah cenderung ditolak untuk pemasaran cokelat sebagai
deskriptif. Akan dianggap tidak adil untuk memberikan satu eksklusivitas
terhadap produsen cokelat atas kata MANIS untuk pemasaran produk-
produknya. Demikian pula, kualitatif atau istilah pujian seperti TERBAIK,
KLASIK atau INOVATIF Hal ini kemungkinan akan menimbulkan keberatan
serupa.
5) Generic Trademark
Merek generik (generic trademark) merupakan merek yang menggunakan
nama yang karena popularitas atau penggunaannya secara masif telah
menjadi istilah umum.
Contoh: Tidak seorang pun dapat mengklaim hak eksklusif untuk
menggunakan kata “CHAIR” atau “BANGKU” untuk kursi.
Pihak ketiga yang memiliki merek terdaftar dapat mengajukan tuntutan perdata
untuk meminta ganti rugi dan juga perintah pengadilan terhadap Perusahaan
untuk berhenti menggunakan merek yang mirip.
12
3. Paten
a. Lingkup Perlindungan Paten di Indonesia
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten ("UU Paten"),
paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada penemu yang
memungkinkannya untuk melaksanakan secara eksklusif suatu invensi di bidang
teknologi untuk jangka waktu tertentu.
Paten dapat diberikan atas suatu penemuan baru yang melibatkan aspek baru
(novel) yang tidak jelas bagi seseorang yang memiliki keterampilan teknis biasa,
memiliki langkah inventif dan dapat diterapkan pada suatu industri.
Paten sederhana dapat diberikan untuk satu penemuan, yang berarti dapat
memiliki lebih dari satu klaim. Menurut UU Paten, ketentuan tentang tata cara
pendaftaran Paten biasa berlaku secara mutatis mutandis terhadap Paten
Sederhana, kecuali ditentukan sebaliknya.
Tidak ada lisensi wajib yang dapat diajukan untuk paten sederhana. UU Paten
mensyaratkan kebaruan di seluruh dunia, dalam hal publikasi, baik tertulis
maupun lisan.
13
− Sistem Transaksi Gadai Berbasis Layanan Digital
− Aplikasi “One Click” Untuk Proses Penyaluran Kredit Karyawan
14
b) Bentuk baru dari senyawa yang sudah ada yang tidak menghasilkan
peningkatan khasiat bermakna dan terdapat perbedaan struktur kimia
terkait yang sudah diketahui dari senyawa
6) Presentasi mengenai suatu informasi
15
dalam jangka waktu yang wajar untuk memperoleh lisensi secara normal dari
pemilik paten, namun upaya mereka tidak berhasil. Mereka juga harus
menunjukkan bahwa kebutuhan masyarakat akan produk sangat tinggi. Lisensi
wajib hanya dapat dialihkan melalui warisan.
Seorang pemilik paten juga dapat mengajukan lisensi wajib dari pemilik paten lain
dengan alasan bahwa eksploitasi patennya tidak mungkin dilakukan tanpa
melanggar paten pihak lain.
Lisensi wajib akan diberikan jika paten yang akan dilaksanakan benar-benar
mengandung unsur teknologi baru yang jelas-jelas lebih maju dari pada paten
yang ada.
Pihak ketiga yang memiliki proses atau produk yang dipatenkan dapat
mengajukan tuntutan perdata untuk meminta ganti rugi dan juga perintah
pengadilan terhadap Perusahaan untuk berhenti menggunakan paten.
16
sederhana, hukuman penjara maksimum dipersingkat menjadi 2 (dua) tahun, dan
denda maksimum dikurangi menjadi Rp 500.000.000 (Lima Ratus Juta Rupiah).
4. Desain Industri
a. Lingkup Perlindungan Desain Industri di Indonesia
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri
(“UU Desain Industri”), desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk
konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau
gabungan dari padanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang
memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau
dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang
komoditas industri, atau kerajinan tangan. Misalnya, mesin pemindai kode QR
dapat dilindungi di bawah desain industri.
Apabila suatu desain industri dibuat atas perintah suatu instansi pemerintah atau
pegawai perusahaan, maka keadaannya sama seperti di atas, dimana instansi
tersebut akan memegang hak dan perancang yang dipekerjakan oleh perusahaan
tersebut akan memegang hak tersebut, kecuali sebaliknya. disepakati dalam
kedua contoh kasus.
17
Pihak ketiga yang memiliki desain industri dapat mengajukan gugatan perdata
untuk meminta ganti rugi dan juga perintah pengadilan terhadap Perusahaan
untuk berhenti menggunakan desain industri.
5. Rahasia Dagang
a. Lingkup Rahasia Dagang di Indonesia
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang
(“UU Rahasia Dagang”), rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui
oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena
berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia
Dagang. Rahasia dagang dapat berupa cara penjualan, cara produksi dan cara
proses atau informasi lainnya di bidang teknologi dan/atau bisnis. Metode dan
informasi tersebut harus memiliki nilai ekonomis dan tidak diketahui oleh
masyarakat. Pemilik rahasia dagang memiliki hak eksklusif untuk menggunakan
rahasia dagang tentang dirinya dan/atau memberikan lisensi atau melarang orang
lain menggunakan rahasia dagang atau mengungkapkan rahasia dagang kepada
pihak ketiga untuk tujuan komersial.
18
c. Pelanggaran Rahasia Dagang
Perusahaan dapat menerima pengaduan atau tantangan dari pihak ketiga
berdasarkan pelanggaran rahasia dagang jika Perusahaan menggunakan
informasi rahasia yang dilindungi oleh rahasia dagang pihak ketiga.
Berdasarkan UU Rahasia Dagang, suatu pelanggaran terjadi jika salah satu pihak
dengan sengaja mengungkapkan rahasia dagang dengan cara yang bertentangan
dengan undang-undang.
Pihak ketiga yang memiliki rahasia dagang dapat mengajukan tuntutan perdata
untuk meminta ganti rugi dan juga perintah pengadilan terhadap Perusahaan
untuk berhenti menggunakan rahasia dagang.
19
BAB II
PENGELOLAAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
Perusahaan melalui Divisi Hukum harus dapat melakukan penilaian terhadap inovasi
(yaitu paten, merek, desain industri, hak cipta). Penilaian ini harus dilakukan pada tahap
awal yaitu ketika ide dan inovasi sedang dalam proses pembentukan menjadi aset HKI
serta tahap final dari aset, yaitu ketika aset terdaftar secara resmi.
Perusahaan melalui Divisi Hukum harus memiliki tim khusus dengan keahlian dan
pengetahuan HKI untuk mengidentifikasi dan melakukan penilaian terhadap aset HKI.
Proses identifikasi dan penilaian tersebut harus dilakukan secara berkelanjutan.
20
c) Melakukan Identifikasi terhadap Pembatasan dan Larangan yang ada pada Aset
HKI Perusahaan.
d) Melakukan Identifikasi terhadap Validitas dan Kekuatan Perlindungan Aset HKI.
e) Melakukan Identifikasi terhadap Potensi Pelanggaran HKI.
Berdasarkan UU Hak Cipta, jika suatu karya diciptakan dalam kerangka hubungan
kerja atau berdasarkan pesanan, orang yang menciptakan karya ciptaan
tersebutlah yang dianggap sebagai pencipta dan pemilik hak cipta, kecuali jika
diperjanjikan lain. Hal ini juga berlaku ketika sebuah karya cipta dibuat dalam
21
hubungan kerja di lembaga swasta atau berdasarkan pesanan (karya yang
ditugaskan).
Meskipun hak cipta dilindungi setelah suatu karya ditetapkan dalam bentuk nyata,
UU Hak Cipta mengatur sistem pendaftaran sukarela (voluntary registration).
Namun demikian, UU Hak Cipta menyebut mekanisme ini sebagai pencatatan hak
cipta, bukan pendaftaran hak cipta.
Kantor Hak Cipta akan memeriksa setiap permohonan pencatatan hak cipta dan,
jika perlu, meminta agar elemen yang perlu dilengkapi. Oleh karena itu, penting
bagi pemohon dalam hal ini Perusahaan untuk mendeskripsikan ciptaan dengan
benar karena deskripsi ini akan muncul pada notifikasi pencatatan dan akan
dipublikasikan di Berita Resmi Hak Cipta. Deskripsi yang diterbitkan dalam Berita
Resmi Hak Cipta hanya akan menyertakan kata-kata. Perangkat, desain, dan logo
tidak akan disertakan, sehingga sulit untuk melakukan pencarian yang memadai
di Kantor Hak Cipta.
Jika Kantor Hak Cipta meyakini bahwa suatu karya tidak asli, Kantor Hak Cipta
dapat meminta bukti yang membuktikan sebaliknya. Jika dalam waktu 3 (tiga)
bulan sejak tanggal pengiriman permintaan tersebut bukti tersebut tidak diberikan,
maka permohonan dianggap batal demi hukum.
Pada umumnya, untuk memohonkan pencatatan suatu hak cipta, pemegang hak
cipta harus menyerahkan dokumen-dokumen berikut di Kantor Hak Cipta:
1) Surat Kuasa asli yang ditandatangani, tanpa notaris atau legalisasi;
2) Perjanjian pengalihan hak yang diaktakan (jika penulis bukan pemegang
hak cipta);
3) Contoh karya berhak cipta;
4) Pernyataan kepemilikan hak cipta;
22
Proses pencatatan Hak Cipta yang ada di Lingkungan Perusahaan dapat diajukan
oleh inisiator melalui aplikasi LAY ON IP yang nantinya akan dilakukan verifikasi
oleh Divisi Hukum Perusahaan (Mohon merujuk kepada BAB VII Petunjuk
Pelaksanaan ini).
2. Paten
a. Memperoleh Perlindungan Paten di Indonesia.
Permohonan pendaftaran paten harus diajukan dengan menggunakan formulir
yang ditentukan. Meskipun pekerjaan dalam merancang spesifikasi sering
dilakukan di tempat lain karena Konsultan dan Advokat lokal masih belum terbiasa
dengan aspek teknis untuk mendeskripsikan sebuah penemuan, beberapa agen
permohonan paten lokal dan konsultan sekarang mulai menyediakan layanan ini.
Setelah semua persyaratan dipenuhi, permohonan diterbitkan dalam Berita Resmi
Paten dalam jangka waktu 6 (enam) bulan.
23
jangka waktu tersebut, Kantor Paten harus memutuskan apakah permohonan
tersebut akan disetujui atau tidak.
Apabila suatu permohonan paten dikabulkan, maka paten tersebut akan dicatat
dalam Daftar Umum Paten dan diterbitkan dalam Berita Resmi Paten. Tanggal
tersebut akan dianggap diberikan pada tanggal Sertifikat Paten didaftarkan dan
selanjutnya diumumkan dalam Daftar Umum Paten.
24
Berikut diagram Alur untuk Proses Permohonan Pendaftaran Paten di Indonesia:
25
Selanjutnya, berikut diagram Alur untuk Proses Permohonan Pendaftaran Paten
Sederhana di Indonesia:
26
b. Memperoleh Perlindungan Paten Di Negara Lain
Permohonan Perlindungan Paten dapat dilakukan melaui masing-masing negara.
Selain itu, Permohonan Perlindungan Paten dapat dilakukan melalui PCT system.
27
2) Permohonan kemudian dipublikasikan 18 (delapan belas) bulan setelah
tanggal prioritas (tanggal permohonan awal pengajuan) kecuali pemohon
meminta untuk dilakukan publikasi lebih awal. Dalam tahap publikasi ini akan
dirilis informasi tentang penemuan yang dimohonkan, sehingga dalam hal ini
permohonan tetap menjadi rahasia selama 18 (delapan belas) bulan sejak
tanggal prioritas.
3) Dalam waktu 30 (tiga puluh) bulan sejak tanggal prioritas, pemohon harus
memilih di negara mana saja (anggota Sistem PCT) yang menjadi tujuan
perlindungan paten-nya. Permohonan paten tersebut akan memasuki "fase
nasional" di negara-negara tersebut. Sehubungan dengan hal ini,
Perusahaan harus cermat dalam menentukan negara tujuan yang penting
untuk bisnisnya dan mengambil langkah-langkah untuk mendapatkan
perlindungan di dalamnya, karena keberhasilan dari segi komersialnya
mungkin tergantung pada apakah penemuannya dilindungi di negara tujuan
tersebut. Pada sisi lain, fase ini umumnya Perusahaan akan membutuhkan
untuk melakukan investasi besar karena biayanya akan meningkat sebanding
dengan jumlah negara yang dipilih untuk perlindungan paten. Di setiap
negara tujuan, Perusahaan juga memiliki tanggung jawab untuk biaya terkait
pengelolaan Paten.
4) Sistem PCT adalah sistem pengarsipan dan memproses permohonan paten.
Setiap paten nasional atau regional harus diupayakan dan diperoleh secara
individual. Setiap yurisdiksi memutuskan apakah akan memberikan paten
berdasarkan hukum nasionalnya.
Benefit yang didapatkan dengan menggunakan sistem PCT:
1) Satu permohonan melalui sistem PCT mendapatkan efek hukum di semua
Negara Peserta PCT.
2) Persyaratan formal yang diselaraskan.
3) Menerima informasi paten untuk mendukung pengambilan keputusan
strategis.
4) Mengurangi biaya yang signifikan untuk pemrosesan pendaftaran melalui rute
nasional sekitar 18 (delapan belas) bulan.
3. Merek
a. Pengajuan Permohonan Pendaftaran Merek di Indonesia
Berdasarkan UU Merek, dalam waktu 15 (lima belas) hari kerja sejak tanggal
pengajuan permohonan pendaftaran merek, permohonan merek akan dipublikasi
oleh Kantor Merek untuk jangka waktu 2 (dua) bulan dalam Berita Resmi Merek
28
untuk dapat diajukan keberatan oleh pihak ketiga. Setelah periode publikasi
selesai, apabila tidak terdapat keberatan yang diajukan oleh pihak ketiga mana
pun dalam periode ini, Kantor Merek akan memeriksa aplikasi merek selama
sekitar 7 (tujuh) bulan.
Secara teoritis, dalam hal proses pendaftaran lancar (misalnya, tidak ada
penolakan dari pihak ketiga dan/atau penolakan yang dikeluarkan oleh Kantor
Merek), hanya dibutuhkan waktu kurang dari 1 (satu) tahun dari tanggal
permohonan untuk mencapai keputusan pendaftaran. Namun demikian, dalam
praktiknya dapat saja memakan waktu lebih yang bergantung pada antrean
pemeriksaan di Kantor Merek. Selanjutnya, jika Kantor Merek mengeluarkan
penolakan, maka proses pendaftaran tersebut dapat memakan waktu hingga 2
(dua) tahun.
29
Berikut diagram Alur untuk Proses Permohonan Pendaftaran Merek di Indonesia:
30
1) Alasan absolut
Merek tidak dapat didaftar apabila:
a) Bertentangan dengan ideologi negara, peraturan, moralitas, agama,
kesusilaan atau ketertiban umum (misalnya, kata-kata yang
menyinggung kesusilaan atau agama).
b) Serupa dengan atau terkait dengan atau hanya menyebutkan barang
dan/atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya (misalnya,
mengusulkan merek dagang "kopi" atau "kopi" untuk produk kopi,
"komputer" atau "komputer" untuk produk komputer) di Indonesia.
c) Mengandung unsur-unsur yang dapat menyesatkan masyarakat
mengenai asal, mutu, jenis, ukuran, jenis, tujuan penggunaan barang
dan/atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya, atau merupakan
varietas tumbuhan yang harus dilindungi untuk barang dan/atau jasa
sejenis. atau layanan.
d) Berisi informasi yang tidak sesuai dengan kualitas, manfaat atau khasiat
barang dan/atau jasa yang dihasilkan (misalnya, kalimat menyesatkan
seperti "obat-obatan yang dapat menyembuhkan 1001 penyakit" atau
"rokok sehat").
e) Tidak memiliki daya pembeda (misalnya, mengusulkan titik atau garis
sederhana untuk merek dagang di Indonesia).
f) Merupakan nama publik dan/atau simbol publik (misalnya, mengusulkan
simbol rumah sakit sebagai merek dagang di Indonesia).
2) Alasan Relatif
Merek harus ditolak apabila memiliki persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan:
a) Merek terdaftar yang telah terdaftar maupun dimohonkan terlebih dahulu
oleh pihak lain untuk barang/dan atau jasa sejenis
b) Merek terkenal milik pihak lain untuk jenis barang dan/atau jasa sejenis
c) Merek terkenal milik pihak lain untuk jenis barang dan/atau jasa yang
tidak sejenis namun memenuhi kriteria tertentu
d) Indikasi geografis terdaftar
e) Nama perusahan, nama orang terkenal, bendera, nama negara.
f) Selanjutnya, merek harus ditolak apabila adanya itikad tidak baik dari
pemohon.
31
c. Pengajuan Permohonan Pendaftaran Merek di negara-negara lain
Untuk melindungi merek dagang di luar negeri, Perusahaan dapat memilih dari
tiga strategi pengarsipan yang berbeda, sesuai dengan target dan anggarannya:
1) Rute Nasional.
Mengajukan permohonan pendaftaran Merek ke Kantor Merek di setiap
negara yang menjadi tujuan Perusahaan untuk mendapatkan perlindungan
Merek. Hal ini dapat dilakukan melalui Konsultan dan/atau Advokat HKI serta
di Indonesia maupun di negara tujuan pendaftaran.
2) Rute regional.
Mengajukan permohonan pendaftaran melalui sistem pendaftaran merek
regional yang mempunyai kekuatan hukum di semua negara anggotanya.
Sistem yang relevan termasuk
− The African Intellectual Property Organization (OAPI),
− The African Regional Intellectual Property Organization (ARIPO),
− The Benelux Office for Intellectual Property (BOIP), and
− The European Union Intellectual Property Office (EUIPO).
3) Rute internasional.
Perusahaan dapat mengajukan permohonan pendaftaran merek
Internasional melalui Sistem Madrid. Sistem ini dikelola oleh WIPO. Sistem
ini merupakan solusi yang relatif praktis dan hemat biaya untuk mendaftarkan
dan mengelola merek dagang di seluruh dunia (Secara khusus, negara-
negara yang merupakan anggota Sistem Madrid).
32
Gambar 5. Diagram Alur Permohonan Pendaftaran Merek Melalui Sistem Madrid.
33
persyaratan formal, permohonan tersebut tercatat dalam Daftar Internasional
dan diterbitkan dalam WIPO Gazette. Kemudian akan disampaikan ke
wilayah yang menjadi tujuan perlindungan merek Perusahaan. Wilayah
(negara atau regional) memutuskan apakah akan menerima atau menolak
permohonan Merek tersebut.
4. Desain Industri
a. Pengajuan hak desain industri di Indonesia
Permohonan pendaftaran Desain Industri diajukan ke Kantor Desain Industri.
Sama dengan permohonan pendaftaran HKI lainnya, pemohon yang merupakan
badan hukum asing dan perorangan warga negara asing harus menunjuk
Konsultan di Indonesia sebagai kuasanya untuk mengajukan permohonan desain
industri.
Secara teoritis, jika tidak ada keberatan, aplikasi desain industri akan langsung
jatuh tempo menjadi pendaftaran. Proses pendaftaran (dari pengajuan awal
hingga penerbitan sertifikat pendaftaran) akan memakan waktu sekitar 7 (tujuh)
bulan untuk diselesaikan.
Namun, dalam praktiknya saat ini, meski tidak diatur dalam UU Desain Industri,
Kantor Desain Indonesia akan berinisiatif untuk melakukan pemeriksaan
substantif terhadap aplikasi desain industri. Setelah pemeriksaan selesai, Kantor
Desain Indonesia akan memberikan keputusannya dan kemudian mengeluarkan
pemberitahuan resmi mengenai keputusannya. Hal ini dapat memperpanjang
proses pendaftaran, yang rata-rata akan memakan waktu hingga 2 (dua) tahun.
34
Berikut diagram Alur untuk Proses Permohonan Pendaftaran Desain Industri di
Indonesia:
35
Benelux Office for Intellectual Property (BOIP), and the European Union
Intellectual Property Office (EUIPO).
3) Rute internasional.
Mengajukan permohonan internasional melalui Sistem Hague. Sistem
Hague dikelola oleh WIPO. Berikut diagram alur proses pendaftaran Desain
Industri melalui Sistem Hague
Gambar 7. Diagram Alur Permohonan Pendaftaran Desain Industri Melalui Sistem Hague.
36
Union atau memiliki domisili, tempat usaha atau tempat tinggal di wilayah
suatu pihak tersebut. Berbeda dengan Sistem Madrid, tidak ada
permohonan nasional atau regional sebelumnya. Permohonan internasional
diajukan ke WIPO secara langsung. Saat diterima, WIPO memeriksa
pemenuhan persyaratan formal. Jika persyaratan telah dipenuhi, maka
permohonan akan dicatatkan dalam Daftar Desain Internasional dan
dipublikasikan. Para Pihak yang menjadi tujuan pendaftaran dalam
permohonan akan memutuskan dalam jangka waktu tertentu apakah akan
menerima atau menolak desain yang diajukan, tentunya disesuaikan
dengan persyaratan substantif hukum mereka. Seperti yang disampaikan
sebelumnya, periode prioritas untuk hak desain adalah 6 (enam) bulan.
Apabila Perusahaan memiliki mengajukan aplikasi di satu negara atau
wilayah dan ingin memperluas perlindungannya, maka dapat melakukannya
dengan mengajukan permohonan internasional di bawah Sistem Hague
dalam waktu 6 (enam) bulan sejak permohonan pertama dan dapat
mengklaim prioritas sejak tanggal permohonan pertama diajukan. Selama
periode prioritas, pemohon didahulukan atas orang lain yang berlaku untuk
hal yang sama atau desain serupa setelah tanggal prioritas. Seperti halnya
paten, setelah periode ini telah kedaluwarsa dan permohonan pertama telah
diterbitkan, desainnya mungkin tidak lagi dianggap "baru" dan mungkin tidak
memenuhi syarat untuk perlindungan di wilayah lain.
Berikut adalah langkah-langkah yang dapat Perusahaan lakukan untuk mencegah dan
meminimalisir pelanggaran terhadap aset HKI-nya:
37
Perusahaan. Dalam hal ini, Perusahaan dapat menggunakan jasa Konsultan untuk
melakukan pemantauan Merek.
G. Perjanjian Kerahasian
Perjanjian Kerahasiaan atau Non-Disclosure Agreement (NDA) adalah kontrak yang
mengikat secara hukum yang mengatur kondisi di mana satu pihak mengungkapkan
informasi rahasia kepada pihak lain.
Perjanjian Kerahasiaan harus disusun selengkap mungkin karena ini akan menjadi dasar
hukum klaim dari Perusahaan jika terjadi pelanggaran kerahasiaan oleh pihak lain.
1. Hal-hal yang dapat dilindungi melalui Perjanjian Kerahasiaan:
a. Informasi yang tidak berada dalam domain publik;
b. Informasi yang masih belum diketahui oleh pihak lain;
38
c. Informasi yang tidak akan tersedia untuk umum selain melalui pelanggaran
kontrak.
2. Hal-hal utama yang perlu dituangkan dalam Perjanjian Kerahasiaan
a. Identitas para pihak;
b. Definisi dari apa yang dianggap sebagai informasi rahasia;
c. Penggunaan yang diizinkan oleh pihak penerima atas informasi tersebut;
d. Batas kemungkinan hal-hal yang dapat diungkap oleh para pihak;
e. Masa Berlaku Perjanjian.
39
Apabila ada Mitra yang berpartisipasi dalam pengembangan produk (barang dan/atau
jasa) maupun materi pemasaran, Perusahaan harus selalu memastikan bahwa ada
perjanjian dengan Mitra untuk melindungi HKI milik Perusahaan dan memastikan
kebebasan untuk menggunakan hasilnya. Perjanjian tersebut harus sedikitnya memuat
hal-hal berikut:
1. Perusahaan memegang kepemilikan atas seluruh Hak Cipta yang dikembangkan oleh
Mitra;
2. Mitra tidak melanggar HKI pihak ketiga dalam pengembangan produk;
3. Mitra telah memiliki seluruh lisensi yang relevan atau izin dari pihak ketiga yang
memiliki HKI yang digunakan dalam pengembangan serta pemasaran produk barang
dan/atau jasa milik Perusahaan;
4. Mitra tidak dapat memperoleh keuntungan ataupun mengklaim kepemilikan atas
seluruhnya maupun masing-masing bagian dari produk di masa yang akan datang.
Memastikan penguraian yang tepat terkait dengan kebijakan media sosial saat
melibatkan influencer. Khusus untuk masalah terkait HKI, Influencer harus menjamin
bahwa:
1. Konten-konten yang dibuat para Influencer merupakan pekerjaan untuk disewa (work-
for-hire), sehingga Hak Cipta akan dimiliki oleh Perusahaan;
2. Para influencer tidak dapat menampilkan merek, produk maupun HKI lainnya milik
pihak lain pada konten yang dibuat;
3. Para Influencer telah memperoleh seluruh kesepakatan (consent), lisensi atau
persetujuan dalam hal digunakannya HKI pihak ketiga dalam konten yang dibuat.
Perusahaan berhak untuk menghapus atau memerintahkan para Influencer untuk
menghapus konten apabila terdapat pihak ketiga yang mengajukan klaim
pelanggaran HKI;
4. Sebagai praktik terbaik, sebelum menggunakan konten yang dibuat oleh Kreator
Eksternal disarankan untuk mendapatkan persetujuan tertulis dengan menghubungi
pengguna yang mengunggah konten tersebut;
40
5. Apabila konten dibuat sebagai bagian dari acara/kompetisi promosi, harap sertakan
syarat dan pemberitahuan bahwa Perusahaan berhak menggunakan konten untuk
tujuan komersial;
6. Divisi Hukum diharapkan agar selalu menyertakan persyaratan dan ketentuan yang
relevan bahwa Perusahaan berhak menggunakan konten yang dipilih untuk
mendukung tujuan komersial;
7. Sebelum menggunakan potret/gambar untuk mendukung kegiatan komersial,
diharapkan untuk terlebih dahulu mendapatkan izin dari orang yang dipotret untuk
menghilangkan risiko menerima keluhan berdasarkan pelanggaran Hak Cipta;
8. Memburamkan wajah orang-orang yang disertakan dalam foto akan meminimalkan
risiko pelanggaran Hak Cipta, namun demikian hal ini masih bergantung pada
seberapa buram foto tersebut. Apabila orang tersebut masih dapat mengidentifikasi
diri, mereka masih dapat mengajukan keberatan.
Untuk menentukan Inventor untuk suatu produk paten dalam Perusahaan adalah dengan
mempertimbangkan setiap pihak yang berpartisipasi dalam konsepsi suatu invensi.
Dalam hal ini, siapa pun yang berkontribusi pada konsepsi invensi adalah seorang
Inventor. Dengan kata lain, siapa pun yang menyarankan atau menuangkan idenya pada
salah satu tahapan atau fitur yang tercantum dalam klaim adalah seorang Inventor.
Sebagai praktik terbaik (best practices), saat menangani cakupan informasi rahasia,
setiap karyawan harus:
1. Mempertimbangkan sifat dan klasifikasi informasi, memahami persyaratan
penanganan informasi, dan bertanggung jawab secara pribadi atas penggunaan,
peredaran, penyimpanan, perlindungan, dan pembuangan informasi Perusahaan
dengan benar;
2. Hanya mendistribusikan atau membagikan informasi Perusahaan berdasarkan
kebutuhan untuk mengetahui, memastikan bahwa hanya rekan kerja kita di
perusahaan atau orang lain yang bekerja untuk Perusahaan, atau pihak ketiga yang
berwenang dengan kebutuhan bisnis yang sebenarnya, yang memiliki akses ke
informasi tersebut;
3. Berhati-hati untuk tidak mengungkapkan informasi milik Perusahaan di tempat umum,
termasuk mengambil semua langkah yang diperlukan untuk melindungi dokumen dan
perangkat teknologi informasi jauh dari tempat kerja;
41
4. Menahan diri untuk tidak mengungkapkan informasi Perusahaan secara eksternal
kecuali sesuai dengan kebijakan internal Perusahaan;
5. Tidak menggunakan informasi untuk apa pun selain tujuan bisnis yang sah atau
sebagaimana diwajibkan oleh hukum;
6. Tidak memberikan informasi internal yang berkaitan dengan Perusahaan kepada
siapa pun di dalam Perusahaan (kecuali mereka berada dalam daftar orang dalam
yang relevan) atau di luar Perusahaan, termasuk anggota keluarga atau teman;
7. Tidak berusaha untuk mendapatkan informasi rahasia pesaing;
8. Membentuk suatu aturan perusahaan yang mencakup aturan-aturan pokok di atas
dan sanksi.
Untuk karyawan tingkat atas (top-level employees) dan pihak-pihak yang dapat
mengakses informasi rahasia, disarankan bagi mereka untuk menandatangani perjanjian
kerahasiaan dan non-kompetisi yang terpisah, yang menetapkan ketentuan lebih rinci
untuk memastikan bahwa informasi atau know-how perusahaan tidak akan diterapkan
oleh karyawan sekali pun mereka telah mengundurkan diri dari perusahaan.
Praktik berikut juga disarankan untuk memastikan bahwa kerahasiaan informasi rahasia
terjaga dengan baik:
1. Menetapkan aturan internal untuk menangani informasi rahasia, termasuk rute
pelaporan dan formulir pelaporan jika terjadi kebocoran didefinisikan dengan jelas;
2. Menunjuk top-level-employees yang mengelola dan mengawasi penyimpanan
informasi rahasia Perusahaan (seperti general supervisor);
3. Mengelola informasi rahasia di lokasi yang ditentukan (misalnya, ditempat terkunci di
kantor, dan dokumen kertas rahasia penting dikunci di tempat yang ditentukan);
4. Menggunakan Kredensial yang dialokasikan untuk setiap karyawan yang relevan
(pastikan bahwa akses masuk dapat diperiksa dengan mudah);
5. Menjaga seluruh kata sandi sebagai rahasia;
6. Menggunakan perangkat keras, perangkat lunak, jasa teknologi informasi lainnya,
dan platform program yang telah disetujui oleh Perusahaan;
7. Memastikan setiap tambahan perangkat lunak atau penyimpanan telah disetujui dan
memiliki lisensi yang semestinya.
Hindari penggunaan desain pihak ketiga dalam semua kegiatan komersial, termasuk
dengan tidak memproduksi dan mendistribusikan produk barang dagangan
menggunakan desain terkenal (misalnya, tas tangan dengan desain serupa dengan
produk terkenal) milik pihak ketiga tanpa memperoleh lisensi atau persetujuan yang
memadai.
42
Divisi Hukum bekerjasama dengan seluruh pihak dalam memonitor produk yang dicurigai
palsu atau produk, kemasan, komunikasi atau materi pemasaran apa pun yang diduga
melanggar hak cipta, merek dagang, paten, hak desain, dan kekayaan intelektual milik
Perusahaan.
43
2. Sumber Pangkalan Data Internal (internal database)
Mohon merujuk pada Layanan Online Intellectual Property (Lay On IP) yang telah
dimiliki oleh Perusahaan untuk petunjuk penggunaan dan akses terhadap sumber
pangkalan data internal.
44
BAB III
MANAJEMEN RISIKO HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
Risiko HKI secara umum dapat dikategorikan menjadi 2 (dua), yaitu risiko internal dan
eksternal.
45
b. Risiko karena kegagalan memenuhi tenggat waktu perpanjangan perlindungan
Di seluruh dunia, perlindungan HKI tidak berlaku selamanya. Pemilik HKI yang
gagal untuk memperbarui pendaftaran hak mereka atas perlindungan pada saat
jatuh tempo, dapat kehilangan perlindungannya.
Untuk Mengurangi risiko ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan:
1) Perusahaan membuat sistem manajemen Portofolio HKI yang baik,
khususnya dalam pencatatan jangka waktu perlindungan untuk setiap aset
HKI yang telah didaftarkan.
2) Perusahaan dapat menggunakan jasa dari Konsultan atau pihak ketiga lain
yang memberikan jasa Manajemen Portofolio HKI.
Jenis risiko ini dapat bersifat internal dan eksternal. Merupakan risiko internal
ketika pelanggar di Internal Perusahaan yang dengan sengaja/tidak sengaja dan
terselubung memanfaatkan HKI milik pihak lain.
Konsekuensi dari jenis pelanggaran ini termasuk hukuman yang telah ditentukan
oleh undang-undang, biaya yang besar untuk membela tindakan pelanggaran,
lisensi wajib, dan dalam kebanyakan kasus ekstrim kematian (baik dengan
pembubaran atau akuisisi wajib) dari perusahaan atau organisasi bisnis yang
melanggar karena efek melumpuhkan moneter. ganti rugi yang diberikan
terhadapnya.
Oleh karena itu, apabila Perusahaan tertarik untuk mengakuisisi atau mengambil
alih entitas lain harus memperhatikan tidak hanya keuangan tetapi juga uji tuntas
pada HKI dari entitas atau eksposur terhadap HKI milik pihak ketiga. Uji tuntas
46
HKI sangat penting untuk mengungkap dan memahami asumsi apa pun terkait
penilaian dan komersialitas akuisisi.
Pihak yang melanggar dalam hal ini memanfaatkan niat baik dari Perusahaan
selaku pemilik HKI untuk keuntungannya. Sementara itu, Perusahaan selaku
pemilik HKI dapat terkena penjualan yang rendah, kehilangan reputasi karena
menjamurnya produk atau jasa yang ditawarkan di bawah standar pasar.
Untuk mengurangi untuk jenis risiko ini adalah dengan litigasi anti-pelanggaran
agresif, atau dalam kasus situasi perizinan melalui proses arbitrase.
Subyek dari kolaborasi atau proyek ini mungkin melibatkan penggunaan atau
pengembangan HKI. Satu atau lebih dari Mitra tersebut mungkin telah
menggunakan HKI dari perusahaan lain dengan cara yang tidak sah sehingga
berpotensi mengekspos Perusahaan pada kewajiban atas pelanggaran yang
dilakukan Mitra tersebut.
Untuk mencegah paparan terhadap jenis risiko ini, disarankan untuk meninjau
dengan cermat setiap kontrak yang menjadi dasar perikatan dengan Mitra untuk
menetapkan bahwa kontrak tersebut berisi ketentuan yang memadai tentang
HKI, penggunaannya, kepemilikannya, dan bahkan ganti rugi terhadap paparan
tindakan pelanggaran yang tidak terduga.
47
kelembagaan HKI dalam yurisdiksi yang relevan dari kepentingan bisnis dapat
mengakibatkan paparan risiko HKI yang tidak dapat dihindari.
Oleh karena itu, sebelum melakukan transaksi lintas batas di yurisdiksi asing,
Perusahaan melakukan penelitian ekstensif untuk menetapkan efektivitas
kerangka kelembagaan untuk perlindungan HKI di yurisdiksi tersebut.
Kerangka Kerja Manajemen Risiko HKI membutuhkan metode yang memadai. Berikut ini
tabel yang memuat langkah-langkah umum metode Manajemen Risiko HKI:
Langkah Catatan
48
Langkah Catatan
49
Langkah Catatan
50
BAB IV
KOMERSIALISASI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
Adapun, aspek-aspek komersialisasi HKI yang dapat dilakukan oleh Perusahaan adalah
sebagai berikut:
Tujuan pencatatan perjanjian lisensi untuk mengikat pihak ketiga yang dimaksud yakni
memberikan kewenangan sepenuhnya sebagaimana ditentukan UU di bidang HKI
kepada penerima lisensi untuk mengambil langkah-langkah kepada pihak ketiga seperti
mengajukan gugatan pelanggaran merek dan membuat laporan kepolisian selaku
penerima lisensi. Lebih lanjut, pencatatan perjanjian lisensi juga bermanfaat untuk
menjustifikasi penggunaan merek di Indonesia oleh penerima lisensi dan menghindari
risiko gugatan berdasarkan merek yang tidak digunakan (non-use cancellation action).
Lebih lanjut, lisensi kekayaan intelektual secara teoritis terdiri atas:
51
1. Lisensi secara sukarela (voluntary licensing)
Lisensi secara sukarela ini didasarkan pada asas kebebasan berkontrak (freedom of
contract) dan dapat dilakukan untuk seluruh objek HKI. Lisensi secara sukarela pun
dibagi menjadi 2 (dua) varian, yakni:
a. Lisensi eksklusif (exclusive licensing)
Dalam hal para pihak setuju untuk mengadakan perjanjian lisensi sukarela
secara eksklusif, maka pihak pemberi lisensi setuju untuk tidak memberikan
lisensi pada pihak lain dengan hak yang sama sebagaimana telah diatur dalam
lisensi eksklusif dengan pihak penerima lisensi eksklusif. Lisensi varian ini tetap
dapat memberikan kebebasan bagi para pihak untuk tidak membuat klausul
kompetisi dengan lisensi lain maupun pemberi lisensi itu sendiri, memberi sub-
lisensi, ketentuan performa yang harus dipenuhi penerima lisensi dan/atau
batasan waktu.
b. Lisensi non-eksklusif (non-exclusive licensing)
Dalam lisensi varian ini, lisensi diberikan dengan hak yang sama terhadap
objek HKI kepada beberapa penerima lisensi dengan lingkup dan pasar yang
sama.
Lisensi wajib merupakan lisensi yang sudah ditetapkan secara khusus dalam Undang-
Undang, dalam hal ini UU Paten. Dalam hal ini, setiap orang yang dapat menunjukkan
bahwa mereka memiliki kemampuan untuk memanfaatkan paten sepenuhnya dan
bahwa mereka memiliki fasilitas sendiri untuk itu, dapat mengajukan permohonan
lisensi wajib paten kepada Kantor Paten dalam waktu 36 (tiga puluh enam) bulan
setelah paten diterbitkan, tentunya untuk kepentingan umum dan disertai pembayaran
kompensasi yang layak.
52
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Melakukan Lisensi:
1. Jenis lisensi: eksklusif atau non-eksklusif;
2. Durasi dan cakupan geografis lisensi;
3. Apakah penerima lisensi memiliki hak untuk mensublisensikan?;
4. Skema Penyerahaannya;
5. Setiap pertanyaan terkait pembayaran (jumlah, jenis dan syarat);
6. Garansi;
7. Apa yang seharusnya merupakan pelanggaran kontrak dan bagaimana konsekuensi
terhadap pelanggaran tersebut;
8. Peraturan pemerintah;
9. Penyelesaian sengketa (pengadilan yang kompeten atau Alternatif Penyelesaian
Sengketa);
B. Waralaba
Waralaba adalah perjanjian di mana individu atau kelompok ("penerima waralaba")
diberikan hak untuk menggunakan merek, model bisnis yang telah dijalankan dari
Perusahaan ("pemberi waralaba"), ditambah dengan HKI terkait, dan juga diberikan
pelatihan dan dukungan, dengan imbalan biaya. Waralaba dapat dianggap sebagai jenis
lisensi "khusus".
53
Dengan pengalihan ini diharapkan objek HKI dapat digunakan secara berkelanjutan dan
bermanfaat bagi masyarakat, serta perekonomian. Pengalihan hak dapat terjadi
berdasarkan hal-hal berikut:
1. Perjanjian;
2. Pewarisan;
3. Hibah;
4. Wasiat; atau
5. Sebab-sebab lain yang diperkenankan Undang-Undang.
D. Engagement / Partnership
Pertumbuhan dari global online marketplace telah memberikan dampak yang besar bagi
konsumen dan pemilik HKI, juga seiring dengan meningkatnya jumlah social media
influencers dan penggunaan user-generated contents (“UGC”). Online platforms
sebagaimana kita ketahui tidak hanya terbatas pada website yang berdiri sendiri, namun
juga terdapat social networks dan media, e-marketplace dan mobile applications.
Adanya keterlibatan antara Perusahaan dengan influencers, pemilik HKI, dan pihak
ketiga lainnya tentu memerlukan adanya pengaturan yang tepat, agar perlindungan bagi
perusahaan dapat terbentuk dan terhindar dari adanya klaim pihak ketiga atas dasar
pelanggaran HKI. Hal ini tentu memerlukan awareness dari setiap pihak yang terkait di
perusahaan untuk menjaga kepentingan perlindungan HKI di perusahaan.
Dalam melakukan pemasaran melalui media sosial, penggunaan UGC perlu diiringi
dengan penggunaan personalisasi yang baik, dalam artian perlu dibuat suatu standar
yang baku dalam tujuan untuk melibatkan konsumen. Kompetisi UGC seiring
berkembangnya zaman terus meningkat meningat kecilnya hambatan dalam melibatkan
konsumen melalui social media, yang tentunya juga sangat low cost.
Namun demikian, penggunaan UGC memiliki risiko dimana sangat erat kaitannya dengan
kemungkinan pelanggaran HKI maupun aturan lainnya, serta publisitas negatif yang
sangat perlu diperhatikan. Dengan demikian, maka strategi yang dapat dilakukan untuk
menggunakan UGC, antara lain:
1. Mendapatkan persetujuan yang cukup dari pemilik HKI untuk mendapatkan
persetujuan tertulis dengan cara menghubungi user;
2. Memberikan pemberitahuan bahwa penggunaan hashtag telah mencakup
persetujuan untuk dipublikasi;
3. Inklusi dalam hal promosi dan kompetisi sebagaimana masih relevan.
54
Kesalahan dalam hal tidak mendapatkan persetujuan yang cukup tentu akan menggiring
penggunaan UGC tersebut sebagai pelanggaran HKI dan hukum lainnya, yang juga dapat
mengarang pada publisitas negatif yang mana persetujuan tidak dimohonkan.
Sebagai standar praktik terbaik (best practices), maka hal-hal berikut dapat diperhatikan:
1. Suatu “like” dalam social media tidak berarti sama dengan memperoleh persetujuan;
2. Situs social media perusahaan harus mampu untuk menutup dengan mudah apabila
terdapat posting yang dimasukan secara salah (posted by mistake);
3. Sebagai best practices untuk menggunakan content milik pihak ketiga dapat merujuk
pada hal-hal sebagai berikut:
a. Membatasi penggunaan sumber milik pihak ketiga;
b. Memeriksa kepemilikan hak cipta (apabila memungkinkan);
c. Memeriksa apabila terdapat ketentuan lisensi;
d. Apabila diperlukan, usahakan untuk memperoleh lisensi atau waiver;
e. Memberikan kredit pada pencipta (credit the authors);
f. Perhatikan peraturan dan praktik internal perusahaan.
55
BAB V
VALUASI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
56
5. Analisis awal untuk mengidentifikasi potensi faktor jangka menengah hingga jangka
panjang yang memengaruhi aset HKI Perusahaan.
6. Mendukung materi untuk strategi internal Perusahaan mengenai posisi dan arah
masa depan HKI Perusahaan.
57
BAB VI
AUDIT HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
Berdasarkan poin-poin tersebut, perusahaan dapat menentukan tindakan apa yang harus
diambil sehubungan dengan setiap aset Hak Kekayaan Intelektual untuk menunjang
tujuan bisnis yang relevan dari Perusahaan.
58
sedang mempertimbangkan untuk menerapkan pendekatan atau arah
pemasaran baru, atau sedang merencanakan reorganisasi besar-besaran
perusahaan.
b. Ketika personel baru bertanggung jawab atas manajemen HKI.
c. Setelah audit HKI yang komprehensif telah dilakukan, selanjutnya upaya dan
biaya yang lebih kecil akan diperlukan secara berkala, seperti setiap tahun,
sehingga aset HKI ditinjau dan keputusan yang tepat diambil, tergantung pada
kebutuhan Perusahaan.
59
mengidentifikasi kebutuhan e-commerce dan pendaftaran yang sesuai untuk
nama domain dan hal terkait lainnya.
d. Perubahan signifikan dalam hukum dan praktik HKI
Apabila ada perubahan atau perkembangan yang signifikan dalam hukum
kasus HKI atau undang-undang perundang-undangan di pasar yang relevan,
hal itu mungkin memerlukan peninjauan produk yang ada untuk kemungkinan
pelanggaran hak HKI orang lain.
e. Prosedur Ruang Bersih
Prosedur ruang bersih adalah upaya untuk menghindari pelanggaran dengan
memastikan bahwa tidak ada "akses" ke materi hak cipta dari pihak yang tidak
terkait selama proyek pengembangan perangkat lunak. Dengan demikian,
audit mungkin diperlukan untuk melembagakan, atau meninjau kecukupan.
Prosedur ruang bersih yang digunakan dalam pengembangan produk
perangkat lunak untuk mengurangi risiko pelanggaran hak cipta pihak ketiga.
f. Mempersiapkan litigasi
Ketika mempertimbangkan atau akan menghadapi proses litigasi, Perusahaan
diharuskan untuk menunjukkan bukti kepemilikan atau Penggunaan terkait
aset HKI Perusahaan, dengan melakukan audit HKI, perusahaan dapat
menyampaikan hal-hal tersebut secara komprehensif dan nyata.
60
BAB VII
LAYANAN ONLINE INTELLECTUAL PROPERTY (LAY ON IP)
Layanan Online Intellectual Property (LAY ON IP) adalah sistem untuk mendukung insan
Perusahaan dalam meningkatkan brand-value Perusahaan dan untuk mengembangkan
bisnis serta terhindar dari kerugian materiil maupun immaterial yang mungkin akan timbul
akibat adanya penggunaan atau pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual oleh pihak lain. Ada
8 (delapan) sub modul menu HKI pada pengembangan ini yakni:
1. Merek
2. Paten
3. Desain Industri
4. Hak Cipta
5. Konfirmasi pendaftaran HKI
6. Database HKI
7. Literasi dan Panduan HKI.
8. Pengaturan
2. Backend – tipe merek, user dapat mengakses menu setelah diberikan privilege ke
menu LAY-ON IP > Master > Tipe merek seperti pada Gambar 99. Berikut keterangan
berdasarkan nomor:
Nomor 1 : Untuk menambah data baru.
Nomor 2 : Filter berbentuk free text untuk mencari data.
61
Nomor 3 : Untuk mengatur status aktif/non-aktif agar tidak digunakan
sementara waktu.
Nomor 4 : Untuk mengubah data.
Nomor 5 : Untuk memilih data yang akan di hapus.
Nomor 6 : Untuk menghapus data yang sudah dipilih pada keterangan
Nomor 5.
3. Backend – merek, user dapat mengelola semua data pengajuan merek seperti pada
Gambar 10. Berikut keterangan berdasarkan nomor:
Nomor 1 : Untuk menambah data baru.
Nomor 2 : Filter periode untuk mencari data berdasarkan tanggal
pengajuan dibuat.
Nomor 3 : Filter berbentuk free text untuk mencari data.
Nomor 4 : Untuk mengubah / menghapus / mengganti status pengajuan.
Nomor 5 : List attachment yang dapat di download
62
B. Penggunaan Pengajuan Paten
1. Frontend,
2. Backend – paten, user dapat mengelola semua data pengajuan paten seperti pada
Gambar 12. Berikut keterangan berdasarkan nomor:
Nomor 1 : Untuk menambah data baru.
Nomor 2 : Filter periode untuk mencari data berdasarkan tanggal
pengajuan dibuat.
Nomor 3 : Filter berbentuk free text untuk mencari data.
Nomor 4 : Untuk mengubah / menghapus / mengganti status pengajuan.
Nomor 5 : List attachment yang dapat di download
63
C. Penggunaan Pengajuan Hak Cipta
1. Frontend,
2. Backend – jenis ciptaan, user dapat mengakses menu setelah diberikan privilege ke
menu LAY-ON IP > Master > Jenis ciptaan seperti pada Gambar 14. berikan
keterangan berdasarkan nomor:
Nomor 1 : Untuk menambah data baru.
Nomor 2 : Filter berbentuk free text untuk mencari data.
Nomor 3 : Informasi sub jenis ciptaan, klik untuk mengelola sub jenis
ciptaan.
Nomor 4 : Untuk mengatur status aktif/non-aktif agar tidak digunakan
sementara waktu.
Nomor 5 : Untuk mengubah data.
Nomor 6 : Untuk memilih data yang akan di hapus.
Nomor 7 : Untuk menghapus data yang sudah dipilih pada keterangan
Nomor 6.
64
Gambar 14. Backend master jenis ciptaan.
3. Backend – hak cipta, user dapat mengelola semua data pengajuan hak cipta seperti
pada Gambar 15. Berikut keterangan berdasarkan nomor:
Nomor 1 : Untuk menambah data baru.
Nomor 2 : Filter periode untuk mencari data berdasarkan tanggal
pengajuan dibuat.
Nomor 3 : Filter berbentuk free text untuk mencari data.
Nomor 4 : Untuk mengubah / menghapus / mengganti status pengajuan.
Nomor 5 : List attachment yang dapat di download
65
D. Penggunaan Pengajuan Desain Industri
1. Frontend,
2. Backend – desain industri, user dapat mengelola semua data pengajuan desain
industri seperti pada Gambar 17. Berikut keterangan berdasarkan nomor:
Nomor 1 : Untuk menambah data baru.
Nomor 2 : Filter periode untuk mencari data berdasarkan tanggal
pengajuan dibuat.
Nomor 3 : Filter berbentuk free text untuk mencari data.
Nomor 4 : Untuk mengubah / menghapus / mengganti status pengajuan.
Nomor 5 : List attachment yang dapat di download
66
E. Penggunaan Konfirmasi Pengajuan HKI
User dapat melakukan monitoring perkembangan status pengajuan HKI yang dilakukan.
Selain itu juga dapat membatalakan atau mengubah data pengajuan HKI yang telah
dilakukan selama belum diverifikasi
67
Nomor 10 : Tombol ubah untuk menghapus data HKI selama belum
diverifikasi oleh administrator
Nomor 1 : Untuk mengatur jumlah data HKI yang tampil di tiap halaman
Nomor 2 : Filter status untuk menampilkan data HKI berdasarkan
statusnya
Nomor 3 : Filter kata kunci berbentuk free text untuk mencari data HKI
berdasarkan kata kunci pada judul/nama dan deskripsi.
Nomor 4 : Filter periode untuk mencari data HKI berdasarkan periode
permohonan, pengumuman, atau perlindungan.
Nomor 5 : Tombol reset untuk mereset filter dan hasil pencarian data HKI
Nomor 6 : Tombol cari untuk menampilkan data HKI bersarkan filter-filter
pencarian yang ditentukan
Nomor 7 : Filter jenis HKI untuk menampilkan data HKI berdasarkan jenis
HKI nya
Nomor 8 : List data HKI
2. Backend – data HKI, administrator dapat melihat semua data HKI dan progres
statusnya, baik yang masih dalam proses pengajuan maupun yang sudah terdaftar.
68
Selain itu juga dapat mencari berdasarkan filter yang tersedia, serta meng-ekspor data
HKI dalam format PDF ataupun excel
69
G. Penggunaan Literasi dan Panduan HKI
1) Frontend,
2) Backend – literasi dan panduan HKI, user dapat mengelola semua data literasi dan
panduan HKI seperti pada Gambar . Berikut keterangan berdasarkan nomor:
Nomor 1 : Untuk menambah data baru.
Nomor 2 : Filter periode untuk mencari data berdasarkan tanggal
pengajuan dibuat.
Nomor 3 : Filter berbentuk free text untuk mencari data.
Nomor 4 : List attachment yang dapat di download
Nomor 5 : Untuk mengatur status aktif/non-aktif agar tidak digunakan
sementara waktu.
Nomor 6 : Untuk mengatur status publish. Agar data dapat ditampilkan
pada frontend, status data harus aktif dan harus publish.
Nomor 7 : Untuk mengubah / menghapus.
70
Gambar 22. Backend literasi dan panduan HKI.
H. Penggunaan Slider
1) Frontend,
2) Backend – slider, user dapat mengelola semua data slider seperti pada Gambar .
Berikut keterangan berdasarkan nomor:
Nomor 1 : Untuk menambah data baru.
Nomor 2 : Filter berbentuk free text untuk mencari data.
Nomor 3 : Untuk mengatur status aktif/non-aktif agar tidak digunakan
sementara waktu.
Nomor 4 : Untuk mengubah data.
Nomor 5 : Untuk memilih data yang akan di hapus.
71
Nomor 6 : Untuk menghapus data yang sudah dipilih pada keterangan
Nomor 5.
72
Gambar 26. Tampilan list seluruh notifikasi.
73
Gambar 27. Reminder HKI.
2) Backend – pengaturan reminder, user dapat mengatur reminder HKI per waktu
maintenance atau menjelang dan setelah HKI kadaluarsa seperti pada Gambar .
Berikut keterangan berdasarkan nomor:
Nomor 1 : Reminder hari ke- X sebelum atau sesudah waktu
maintenance.
Nomor 2 : Reminder hari ke- X sebelum atau sesudah waktu expired.
Nomor 3 : Untuk menyimpan perubahan pengaturan.lihat semua untuk
menampilkan seluruh list notifikasi
74