Makalah AON F4
Makalah AON F4
Disusun Oleh :
1. Aisyah (4201714079)
2. Dian Febrianti (4201714087)
3. Mikhyanul Ahmad (4201714101)
4. Nur Adiah Dwiasih (4201714095)
5. Stefani Esfrance (4201714100)
4C (ASP)
JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah berkaitan dengan “Lembaga Swadaya Masyarakat” ini tepat pada waktu yang
telah ditentukan, yang akan digunakan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Organisasi
Nirlaba, dan kami berterima kasih kepada Bapak Oscar Rynandi Andjioe, SE, M.Si, Ak,CA. selaku dosen mata
kuliah Akuntansi Organisasi Nirlaba yang telah memberikan tugas kepada kami.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya. Namun makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, segala kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk masa yang akan datang.
Sebagai rasa hormat atas bantuan dan bimbingan serta dorongan dari semua pihak, kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ;
Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala budi kebaikan mereka dan selalu memberikan berkah-
Nya. Semoga paper ini dapat bermanfaat. Jika ada salah kata kami mohon maaf. Kritik dan sarannya perlu penulis
dapatkan demi membenai kekurangan yang ada.
Kelompok LSM
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................................................... 2
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................................................... 5
1.3. Tujuan ........................................................................................................................................................ 6
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V KESIMPULAN
Kesimpulan
Daftar Pustaka
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Sedangkan sistem akuntansi akan terdiri dari empat unsur utama yaitu:
3
suatu proses computerized accounting system, bukti transaksi perlu diubah dulu untuk menyesuaikan
dengan kebutuhan komputer. Proses perubahan ini disebut data transcription.
Akuntansi organisasi nirlaba memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran kembali
atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.
- Menghasilkan barang atau jasa tanpa bertujuan mengambil laba, dan jika suatu entitas menghasilkan
laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut.
- Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam
organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak
mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuidasi atau pembubaran entitas.
Peranan akuntansi sebagai alat pembantu dalam pengambilan keputusan – keputusan ekonomi dan
keuangan semakin didasari oleh semua pihak dari segala aspek, baik dalam perusahaan yang bertujuan
mencari laba maupun dalam organisasi-organisasi yang tidak mencari laba atau organisasi nirlaba. (PSAK
nomor 45 : 16 ) Organisasi Nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok
untuk mendukung suatu isu atau perihal dalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak
komersil tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang tersifat mencari laba (moneter). Organisasi nirlaba meliputi
gereja, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat
dalam hal perundang-undangan, organisasi jasa sukarelawan, serikat buruh, asosiasi profesional, institute riset,
museum, dan beberapa para petugas pemerintah, banyak hal yang membedakan antara organisasi nirlaba
dengan organisasi lainnya, misalnya kepemilikan tidak jelas siapa sesungguhnya pemilik organisasi nirlaba
apakah anggota, klien atau donatur. Pada organisasi laba pemilik harus memperoleh untung dari hasil usaha
organisasinya dalam hal donatur dan organisasi membutuhkannya. Di dalam PSAK Nomor 45 mengenai
organisasi nirlaba atau non profit bahwa laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi laporan posisi keuangan
pada akhir periode pelaporan, laporan aktivitas, serta laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan dan
catatan atas laporan keuangan. Karakteristik organisasi nirlaba berbeda dengan organisasi bisnis. Perbedaan
utama yang mendasar terletak pada cara organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dibutuhkan untuk
melakukan berbagai aktivitas operasinya. organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para
anggota dan para Penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut.sebagai
akibat dari karakteristik tersebut, dalam organisasi nirlaba timbul transaksi tertentu yang jarang bahkan tidak
pernah terjadi dalam organisasi bisnis misalnya penerimaan sumbangan. Namun demikian dalam praktis
organisasi nirlaba sering tampil dalam berbagai bentuk sehingga seringkali sulit dibedakan dari organisasi
bisnis pada umumnya. Pada beberapa organisasi nirlaba meskipun tidak ada kepemilikan, organisasi nirlaba
tersebut mendanai kebutuhan modalnya dari hutang dan kebutuhan operasinya dari pendapatan atas jasa yang
diberikan kepada publik. Akibatnya, pengukuran jumlah aset, dan kepastian aliran pemasukan kas menjadi
ukuran kinerja penting bagi para pengguna laporan keuangan organisasi tersebut, seperti krreditur dan
pemasok dana lainnya. Organisasi semacam ini memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan bisnis
pada umumnya. Organisasi nirlaba secara mudah dapat dikatakan sebagai suatu lembaga yang didirikan bukan
untuk untuk mencari laba semata (nirlaba). Walaupun dalam perjalanannya ia membutuhkan dana yang
diperoleh dari kegiatan bisnis, hal ini tetap berarti bahwa kegiatan bisnis hanya untuk perolehan dana saja
bukan kegiatan utama yayasan.
Perbedaan Organisasi Nirlaba dengan Organisasi Laba Terdapat beberapa hal yang membedakan antara
organisasi nirlaba dengan organisasi laba lainnya. Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya
pemilik organisasi nirlaba, apakah anggota, klien, atau donatur. Pada organisasi laba, pemilik jelas
memperoleh untung dari hasil usaha organisasinya. Dalam hal donatur, organisasi nirlaba membutuhkannya
sebagai sumber pendanaan. Berbeda dengan organisasi laba yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas,
yakni dari keuntungan usahanya. Dalam hal tanggung jawab, pada organisasi laba telah jelas siapa yang
menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur Pelaksana. Sedangkan pada organisasi
nirlaba hal ini tidak mudah dilakukan.
Organisasi nirlaba memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
a. Sumber daya entitas. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang
diberikan.
b. Menghasilkan barang atau jasa tanpa bertujuan menumpuk laba. Menghasilkan barang atau jasa tanpa
bertujuan menumpuk laba, kalau suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah
dibagikan kepada para atau pemilik entitas tersebut.
c. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam artian bahwa kepemilikan
dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan atau ditebus kembali atau kepemilikan tersebut
tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada suatu likuidasi atau pembubaran
entitas (Hasana, 2011).
Lembaga swadaya masyarakat adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun
sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa
bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya. LSM adalah salah satu bagian yang memiliki
peranan didalam struktur kemasyarakatan, dimana jika salah satu struktur itu tidak berjalan maka akan
menggangu jalannya struktur secara keseluruhan. Sehingga LSM sebagai organisasi yang menjalankan fungsi-
fungsinya. Harus mampu berperan dengan baik guna berjalannya struktur kemasyarakatan itu secara
keseluruhan. Maka dengan berjalannya fungsi dari LSM yakni dalam hal ini perberdayaan dalam masyarakat
akan memberikan pengaruh terhadap pencapaian tujuan kesejahteraan masyarakat.
Di Indonesia kelahiran dari beberapa masyarakat,oleh masyarakat dan untuk masyaakat atau yang popular
di sebut LSM pada tahun 1970-an dilihat dari krisis yang terjadi pada Negara Indonesia, kemiskinan,
4
kerusakan lingkungan, pelarian politik, kekerasan oleh Negara, pada dasaranya tidak berbeda dengan kelahiran
LSM inernasonal. Sejak awal kelahirannya pada hakikatnya para aktivis LSM Indonesia sepakat bahwa LSM
adalah suatu wadah/media/alat, untuk memperjuangkan suatu perubahan yang mendasar bagi masyarakat.
LSM bukan suatu tujuan, berada dalam suatu LSM adalah suatu pilihan, bukan karna terjerembab apalagi
karna mencari nafkah. Suara LSM diniatkan merupakan hentakan dan gaung dari “silent majority” yang telah
dibisukan dan distigmegasi pada masa krisis kemanusiaan terbesar di Indonesia tahun 1065.
Kehadiran LSM semakin diperlukan sebagai bagian dari masyarakat. Pandangan atau aspirasinya serta
program yang dilaksanakannya, membuat lembaga masyarakat ini tampil sebagai salah satu organisasi yang
menyuarakan hati nurani masyarakat. Salah satu tujuan utamanya adalah menagih rasa tanggung jawab para
penyelenggara Negara dalam menggambil dan menjalankan keputusan. Sehingga tidak ada lagi kesewenangan
dalam mengambil dan menjalankan keputusan.
Kemunculan LSM merupakan reaksi atas melemahnya peran control lembaga-lembaga Negara, termasuk
partai politik, dalam menjalankan fungsi pengawasan ditengah dominasi pemerintah terhadap masyarakat.
Sehingga pada awal sejarah perkembangan lahirnya LSM, terutama yang bergerak dibidang sosial politik,
tujuan utama pembentukan LSM adalah bagaimana mengontrol kekuasaan negara, tuntutan pers yang bebas,
tuntutan kebebasan berorganisasi, advokasi terhadap kekerasan negara dan kebijakan-kebijakan yang
merugikan rakyat. Pada masa orde baru LSM menjadi sebuah kelompok kritis yang memberikan tekanan pada
pemerintah. Meuthia Ganie-rochman menyebut pola hubungan LSM pada masa ini sebagai pola hubungan
yang konfliktual, dimana dari sisi pemerintah juga berupaya mencampuri dan mempengaruhi organisasi, cara
kerja dan orientasi LSM.
Namun dalam sistem politik yang demokratis, LSM dan pemerintah dapat bersama-sama memberikan
sumbangan penting dalam hal peningkatan hak-hak rakyat. Perubahan yang dibawa era reformasi
menyebabkan wajah menjadi tidak sesolid dulu, sehingga masyarakat mempunyai kesempatan yang lebih
besar untuk mengungkapkan pikiran dan tuntutannya. Dengan kehidupan politik yang lebih demokratis saat
ini, membuat banyak LSM mulai meninggalkan strategi konfrontatif dengan pemerintah, dengan cara berusaha
menjalin kerjasama dengan pemerintah ketika peluang politik tersedia. LSM saat ini tidak lagi memandang
pemerintah setajam dulu, meskipun demikian masih terdapat kesadaran luas dikalangan LSM bahwa
pemerintah tetap potensial menjadi pengekang rakyat.
Lembaga swadaya masyarakat mempunyai peran yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat.
Termasuk perannya dalam membantu melindungi hak-hak masyarakat yang tidak terlindungi atau mendapat
perlindungan yang tidak maksimal dari pemerintah. Hak-hak masyarakat sangat dekat kaitannya dengan
perlindungan yang diberikan oleh pemerintah. Bentuk perlindungan yang diberikan dapat berupa peraturan
perundangundangan yang memiliki kekuatan hukum pasti. Namun pada kenyataannya tidak semua orang
mampu memperjuangkan haknya,maka LSM disini dapat berperan penting sebagai lembaga yang dekat
dengan masyarakat untuk membantu memperjuangkan haknya.
LSM sebagai lembaga yang bergerak untuk masyarakat SDM yang dimiliki juga berasal dari masyarakat
itu sendiri yang bertugas melayani masyarakat tanpa meminta atau memperoleh keuntungan dari hasil kerja
yang di lakukan oleh LSM, untuk itu kami akan membahas tentang bagaimana sumber keuangan serta
bagaimana isi dari laporan keuangan LSM.
LSM adalah salah satu bagian yang memiliki peranan didalam struktur kemasyarakatan, dimana jika salah
satu struktur itu tidak berjalan maka akan menggangu jalannya struktur secara keseluruhan. Sehingga LSM
sebagai organisasi yang menjalankan fungsi-fungsinya. Harus mampu berperan dengan baik guna berjalannya
struktur kemasyarakatan itu secara keseluruhan. Maka dengan berjalannya fungsi dari LSM yakni dalam hal
ini perberdayaan dalam masyarakat akan memberikan pengaruh terhadap pencapaian tujuan kesejahteraan
masyarakat. Berbagai kelompok dalam masyarakat, termasuk LSM, telah memainkan peranan yang sangat
penting dalam memobilisasi anggapan umum tentang isu-isu penting tentang perempuan, dengan tujuan akhir
memberdayakan perempuan. Kemunculan berbagai LSM yang memobilisasikan isu-isu perempuan
menunjukan bahwa besarnya perhatian dari masyarakat.
Lembaga Swadaya Masyarat (LSM) adalah sebuah lembaga non Pemerintah yang mempunyai peranan
sebagai jembatan dari masyarakat terhadap Pemerintah. Sehingga dari hal tersebut lembaga ini mempunyai
peranan yang sangat kuat sebagai kekuatan politik di Indonesia yang dapat melakukan pengawasan sehingga
menciptakan check and balances, dan juga memiliki peranan untuk memonitoring segala kegiatan Pemerintah
dan berhak melakukan protes bila hal tersebut dinilai tidak baik dan tidak sejalan dengan tujuan masyarakat.
Pemberdayaan adalah suatu yang muncul dalam pendekatan pembangunan ketika masyarakat marginal
memerlukan bantuan proses kegiatan ekonomi dan sosial dalam konteks kesejahteraan kehidupan masyarakat.
Istilah pemberdayaan saat ini sudah sangat popular sebagai suatu pendekatan yang dilakukan pemerintah
maupun LSM. Di Indonesia istilah pemberdayaan atau empeworment pada mulanya dilakukan LSM untuk
memperkuat masyarakat baik secara sosial, ekonomi dan politik agar dapat merubah dan memperbaki posisi
mereka.
Berdasarkan sistem akuntansi organisasi nirlaba yang di terapkan di Lembaga Swadaya Masyarakat serta
sistem dalam penyusunan laporan keuangan.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
LSM, sebagai salah satu aktor yang sangat berperan dalam proses penyelenggaraan pembangunan atau
dalam pemberian pelayanan publik, telah berkiprah sejak lama. Sepanjang perjalanan sampai saat ini, peran
LSM tidak sedikit dalam menangani permasalahan yang timbul dalam masyarakat, mulai dari kepedulian
pada kelompok lemah dan rentan untuk ikut serta menikmati pembangunan lew pemberdayaan atau melalui
pengembangan inovasi dan teknologi tepat guna.
LSM yang kuat, terutama yang bekerja pada level bidang, mempunyai kemampuan untuk membentuk
jalinan yang erat dengan pemerintah daerah, melahirkan kepemilikan komunitas, serta partisipasi pada usaha
pembangunan. LSM sering kali dapat menangkap secara cepat keadaan baru dan mencobanya dengan
pendekatan inovatif. LSM dapat mengidentifikasi isu yang timbul dan, melalui penasihat, menggunakan
pendekatan partisipasinya untuk mengidentifikasi dan mengekspresikan pandangan penerima manfaat yang
tidak didengarkan oleh pihak lain. LSM sering kali berhasil menjadi perantara di antara para pelaku pada
arena pembangunan, menjembatani orang dan komunitas pada satu sisi, dengan pemerintah, lembaga
pengembangan, donor, serta agen pembangunan di sisi yang lain. Dalam peran advokasi, LSM sering
mewakili isu-isu dan pandangan yang penting dalam proses pembangunan yang program dinamis.
Pada saat yang sama, keterbatasan kapasitas teknis dan sumber daya yang kecil menjadi dasar karakteristik
beberapa LSM. LSM, kadang-kadang, mempunyai perspektif strategi yang terbatas dan jaringan yang lemah
dengan pelaku pembangunan lainnya LSM juga mempunyai keterbatasan dalam hal pengelola organis
organisasi. Di beberapa negara, hubungan antara LSM dan pemerintah dapat terlibar secara politis, sah,
ideologi, dan batasan administratif. Oleh karena itu, dengan sifat dasarnya yang sukarela, beberapa
pertanyaan muncul terkait dengan legitimasi akuntabilitas, dan kredibilitas serta tuntutan LSM sebagai
amanat dan wakil konstituennya. Motivasi, tujuan, serta derajat akuntabilitas LSM selalu menjadi patokan
dalam dampak akhir sebuah kebijakan dan posisi yang diadvokasi.
Mengutip Salamon dan Anheier, Hadiwinata (Kompas, 17 April 2004) mendefinisikan LSM sebagai
berikut: (1) Formal, yaitu secara sional dan pasitas organisasi bersifat permanen serta mempunyai kantor
dengan seperangkat Swasta, yaitu kelembagaan yang berada di luar atau aturan dan prosedur; (2) terpisah dari
pemerintah; (3) Tidak mencari keuntungan, yaitu tidak memberikan keuntungan (profit) kepada direktur atau
pengurusnya; (4) Menjalankan organisasinya sendiri (self-governing), yaitu tidak dikontrol oleh pihak luar;
(5) Sukarela (voluntary), yaitu menjalankan derajat kesukarelaan tertentu; (6) Nonreligius, yaitu tidak
mempromosikan ajaran agama; dan (7) Nonpolitik, yaitu tidak ikut dalam pencalonan di pemilu.
2.2.7. Pertemuan Konsultatif tentang Peran LSM (Consultative Status NGO Conferences)
Beberapa LSM yang mempunyai hubungan dengan lembaga khusus (seperti kasus ECOSOC atau
UNESCO), dapat melakukan konsultasi reguler komite. Pertemuan tersebut dapat memiliki satuan tugas
semi-permanen dan kelompok kerja. Setiap pertemuan mempunyai karakter tertentu yang sesuai dengan
sifat dasar LSM. Dengan melakukan pertemuan konsultatif tersebut. keterikatan antaranggota dengan
tujuan pertemuan itu, yaitu mengefektifkan lembaga sesuai dengan karakter dasar LSM, menjadi semakin
kuat.
2.2.22. Kelompok Teroris dan Pergerakan Kebebasan (Terrorist Groups and Liberation Movement)
Kelompok teroris dapat juga didefinisikan sebagai LSM secara internasional dengan keanggotaan,
pendanaan, dan dukungan internasional. Seperti kebanyakan LSM, organisasi ini menerima dukungan
khusus dari pemerintah dan IGO. Sebagai ketidak legalannya dapat memiliki interpretasi tertentu,
tergantung pada yurisdiksi di mana pertanyaan tersebut muncul. Hubungan antara lembaga dengan
partai politik dan organisasi intergovernmental dapat memunculkan pertanyaan. Kebingungan dalam
menginterpretasikan antara gerakan pembebasan (liberation movement) dan kelompok teroris
tergantung pada perspektifnya. Banyak gerakan pembebasan menolak label kelompok teroris pada
tingkat keberadaan yang sama. Ironinya, beberapa gerakan pembebasan telah didanai oleh LSM dan
IGOS, sehingga mendorong berbagai pihak menafsirkannya sebagai teroris di negara-negara di mana
aktivitasnya dilakukan. Organisasi intergovernmental kadang-kadang mengadopsi kebijakan yang
mendukung pergerakan pembebasan seperti PLO (Palestine Liberal Organization).
10
2.2.25. Organisasi Elektronik: Internet (Electronic Organization: Internet)
Sejak akhir tahun 1970-an, electronic mail dan sistem konferensi terkomputerisasi telah
dikembangkan oleh kalangan interuniversity dan militer di Amerika Serikat, yang pada saat itu
diperkirakan memiliki 35 pelanggan di seluruh dunia melalui pengelompokan sistem yang bebas di
Internet. Pada dasarnya, dalam sebuah komunikasi terkomputerisasi, urutannya mengikuti sistem
komputer untuk menghubungkan fasilitas komunikasi Internet tersebut. Dalam jaringan sistem yang
canggih dan kompleks itu ribuan "pertemuan dan kelompok diskusi secara fungsional hanya berbeda
sedikit dengan keanggotaan organisasi konvensional, kecuali komunikasi dapat lebih cepat dan
kebutuhan akan struktur formal dapat dikurangi. Struktur yang sangat formal dapat disediakan olch
protokol software.
Banyak dari organisasi atau jaringan elektronik ini mempunyai peserta internasional. Kebanyakan
fokus tertuju pada isu yang sama seperti dalam organisasi voluntary konvensional. Beberapa di
antaranya bahkan terlibat langsung dalam pengoordinasian tanggapan atas bencana, baik di dalam
negeri maupun dunia, dan dalam persiapan konferensi PBB (banyak dokumentasi persiapan untuk
beberapa konferensi saat ini telah disirkulasikan, dikonsultasikan, dan diulaskan melalui beberapa
organisasi elektronik). Beberapa pengguna akan memperoleh manfaat dari bentuk komunikasi yang
sangat lengkap bila dibandingkan dengan organisasi konvensional.
Meskipun beberapa jaringan governmental ini biasanya diatur secara namun kebanyakan
kegunaannya dapat dinikmati bila berbentuk sebagai LSM. Untuk meningkatkan jumlah badan
nonpemerintah konvensional, salah satu isu strategisnya adalah bekerja di luar (tidak semua) prosedur
komunikasi tradisional dan administrasi dalam lingkungan elektronik, mengingat tingkatan pengawasan
elektronik pada kebanyakan komunikasi. prosedural,
Di Indonesia, keberadaan LSM mudah diterima oleh masyarakat karena sifatnya yang luwes, birokrasi yang
sederhana, dan komunikatif. Oleh karena itu, LSM lebih leluasa bergerak dalam masyarakat, apalagi sekarang
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga yang dibentuk pemerintah sangat rendah.
Di era reformasi ini, peran LSM semakin diperlukan sebagai salah satu aktor pelaksana program
pemerintah, khususnya yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan masyarakat luas. Dalam
hal ini pihak LSM sendiri tidak begitu banyak mengalami kesulitan, bahkan sejauh ini peran LSM tersebut
telah berjalan baik; walaupun sempat pula muncul istilah LSM "kagetan" atau LSM "Plat Merah" yang
bermotivasi mencari kesempatan pada program pemerintah dengan harapan menjadi mitra dan dapat
"memanfaatkan" dana yang ada. Namun, terlepas dari itu semua, LSM mempunyai tujuan menumbuhkan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan secara mandiri. Dalam melaksanakan programnya, LSM
mempunyai peran sebagai berikut:
(a) Motivator
Dalam hal ini, LSM bertugas memberikan motivasi, menggali potensi, menumbuhkan dan
mengembangkan kesadaran anggota masyarakat akan masalah-masalah yang dihadapi dirinya maupun
lingkungannya, akan potensi-potensi sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam
yang dimiliki, dalam rangka memperbaiki nasib dan membangun masa depan yang lebih baik atas potensi
dan swadaya masyarakat itu sendiri.
(b) Komunikator
Sebagai komunikator, tugas LSM antara lain:
(1) Mengamati, merekam, serta menyalurkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat agar dijadikan bahan
rumusan kebijakan dan perencanaan program pembangunan.
(2) Memonitor/mengawasi pelaksanaan program pembangunan masyarakat.
(3) Memberi penyuluhan dan menjelaskan program-program pembangunan dengan bahasa yang akrab
dan kerangka berpikir yang mudah dipahami masyarakat sasaran
(4) Membantu melancarkan hubungan dan kerja sama antar LSM yang mempunyai kepentingan dan
tujuan yang sama dalam masyarakat.
(c) Dinamisator
LSM bertugas merintis strategi, mengembangkan metode program, dan memperkenalkan inovasi di
bidang teknologi dikenal ke lingkungan masyarakat setempat untuk pengembangan dan kemajuan
masyarakat lokal.
(d) Fasilitator
Di sini LSM bertugas memberikan bantuan teknis dalam pelaksanaan program seperti menyediakan
bantuan dana, modal kerja, peralatan, bahan-bahan baku, saluran pemasaran, dan sebagainya bagi
kelompok-kelompok membutuhkannya (Ismid Hadad, 1983:18-20).
Berdasarkan peran-peran tersebut, LSM turut berperan dalam pelaksanaan program pembangunan atau,
lebih tepat lagi, disebut sebagai mitra pemerintah dalam merealisasikan program pembangunan. Ini berarti
bahwa LSM telah menjadi bagian dari sistem pemerintahan yang utuh dalam sistem demokrasi. Dengan
kata lain, dalam setiap proses pengambilan keputusan, sektor nonpemerintah (LSM) ini seharusnya
dilibatkan. Bahkan di negara-negara Eropa Barat dan Amerika, LSM disebut-sebut sebagai pilar ke-4
demokrasi di samping tiga pilar lainnya, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif (Zaim Zaidi, 1995:10).
Sedangkan di Indonesia, perjalanan LSM belum sampai pada tahap tersebut.
12
LSM Sebagai Sektor Ketiga
Pada Zaman Orde Baru, LSM identik dengan kelompok anti-pemerintah atau oposan atau bahkan dituduh
sebagai “agen asing”. Masa Orde Baru adalah masa yang gelap Dagi dunia demokrasi, di mana ketika irm
akrivis LSM selalu merasakan kehadiran militer dan intel di mana-mana. Pertemuan atau seminar denga
Banyak orang merasa takut atau khawatir "diciduk" setiap saat atau dituduh PKI. Rasus-kasus penindasan
dalam isu pertanahan, perburuhan, kehutanan, dan lingkungan sangat banyak. LSM pada saat itu dianggap
sebagai musuh penguasa. Dan, akibatnya yang positif, semua aktivis LSM yang berbeda secara ideologi dan
posisi merasa menjadi satu dan mempunyai satu musuh. Baru pada masa reformasi, di mana ada kebebasan
politik, LSM dianggap sebagai salah satu bagian kelembagaan politik yang penting dan diakui. Oleh karena
itu, LSM telah menjadi "Sektor Ketiga", yaitu sektor publik yang mengedepankan kepedulian sosial atau
personal. Sektor Pertama adalah negara atau pemerintah yang berkewajiban menjamin pelayanan bagi warga
negaranya dan menyediakan kebutuhan sosial dasar, sedangkan Sektor Kedua adalah sektor swasta yang
terdiri dari kalangan bisnis dan industrial yang bertujuan mencari penghidupan dan menciptakan kekayaan.
Sebagai Sektor Ketiga, LSM beroperasi di luar pemerintah dan pasar.
Pengertian LSM sebagai bagian dari "organisasi masyarakat sipil" dan "gerakan sosial baru", membuat
dimensi analisisnya juga menjadi berbeda sama sekali. Dari sinilah, LSM menjadi bagian penting dari sistem
politik yang berubah di negara- negara berkembang, termasuk Indonesia. Hadiwinata, mengutip studi
Eldridge, mencatat bahwa LSM telah bekerja dibawah tekanan yang terus-menerus di masa Orba, sehingga
harus sering mengubah strategi dan pendekatannya. Eldridge telah membuat tiga model paradigma LSM
dalam hubungannya dengan negara, yaitu: (1) kerja sama tingkat tinggi-pembangunan akar rumput
(grassroot); (2) politik tingkat tinggi-mobilisasi akar rumput; dan (3) pemberdayaan dari bawah. Charles
Elliot juga mengemukakan tentang tiga jenis strategi LSM yang tidak jauh berbeda, yaitu kesejahteraan,
pembangunan, dan pemberdayaan.
LSM pasca-Soeharto
Apa yang dikerjakan LSM setelah jatuhnya Soeharto? Ini adalah pertanyaan yang mengemuka setelah
berubahnya konstelasi politik di Indonesia. Jatuhnya rezim Soeharto menandai proses transisi ke demokrasi,
yang populer disebut sebagai reformasi. Hanya dalam jangka waktu tiga tahun sejak 1998, ada tiga presiden
Indonesia silih berganti. Ini merupakan transisi politik dengan dinamika politik yang luar biasa, terutama bila
dibandingkan dengan kekuasaan Presiden Soeharto selama 32 tahun. Sejak reformasi itu, berbagai macam
parpol dan ormas lahir serta jumlah LSM meningkat.
Menurut Hadiwinata, kehadiran LSM, baik yang bersifat pembangunan maupun gerakan, masih diperlukan
karena dua alasan. Pertama, meningkatnya kemiskinan, baik di kota maupun desa, sebagai konsekuensi dari
pelaksanaan kebijakan penyesuaian struktural yang mengakibatkan pengangguran, penghapusan subsidi
pemerintah, dan ambruknya sistem jaminan sosial. Meningkatnya kemiskinan membuat LSM pembangunan
dalam membantu masyarakat menjadi relevan.
Kedua, meningkatnya konflik dan ketidakteraturan publik di seluruh Indonesia selama periode transisi ke
demokrasi membuat relevansi LSM gerakan. Dengan demikian, menurut Hadiwinata, peran LSM pada era
pasca-Socharto bisa dirumuskan scbagai "memfasilitasi transisi ke demokrasi". LSM adalah lembaga yang
mempunyai akses ke organisasi akar-rumput dan mempunyai komitmen kepada kelompok- kelompok
marjinal.
Meskipun demikian, banyak juga tantangan yang harus dihadapi LSM dalam era transisi ke demokrasi,
sebagaimana terjadi dalam kasus Brasil dan Uruguay. Di negara- negara tersebut, masyarakatnya menoleh
partai-partai politik yang dapat memberikan simbol dan identitas ideologis yang kuat. Hal seperti itu juga
terjadi dalam derajat tertentu di Indonesia. Oleh karena itu, LSM perlu meredefinisikan perannya saat ini dan
perlu terlibat dalam konteks politik yang lebih besar.
13
baik pemerintah maupun badan asing.Meskipun demikian, LSM bukanlah wadah profesi dan politik, tetapi
merupakan gerakan sosial.Meskipun jumlahnya semakin besar, LSM adalah komunitas yang kecil karena
adanya komunitas inti catatan aktivis lainnya.Dalam masa atau "keluar" dari etika LSM, dan Masing-masing
aktivis mengetahui dan mengikuti reformasi, banyak aktivis yang "menyimpang" segera namanya dicoret
secara "otomatis" dari keanggotaan komunitas LSM.Oleh karena itu, di balik membesarnya LSM, nilai-nilai
"puritan" perjuangan LSM masih menjadi alam bawah sadar para aktivisnya serta menjadi ukuran dalam
menilai gerakansendiri (Bonnie Setiawan, Kompas, 17 April 2004).
Dewasa ini, diperlukan LSM yang dibentuk oleh sekelompok orang atau sejumlab kelompok swadaya
yang dibutuhkan sebagai aktor pembangunan yang menyertai pemerintah. Kenyataan ini dilakukan untuk
LSM, yaitu mampukah hal dilakukan? Untuk mengembangkan misi tersebut, dengan tidak meninggalkan
idealisme yang disusunnya, setiap LSM mau tidak mau harus merekayasa setiap program yang disusun dalam
pengorganisasian yang lebih efektif dan efisien. Dengan eksistensi LSM yang berkehendak untuk
mendampingi dan melayani kelompok sasaran (masyarakar) meningkatkan keswadayaan, dan memiliki
karakteristik yang khas, maka agar tujuan dan sasarannya dapat ditingkatkan. - teori organisasi dapat
digunakan.
Peranan menampakkan sisi yang hidup dari suatu organisasi. Dari peran yang dimainkan oleh sctiap
petugas atau pengurus organisasi, komplekskan dan sederhananya organisasi tersebut dapat dipahami;
demikian juga, jalinan kerja di antara orang-orang di dalam organisasi. Jadi, aneka konflik yang dapat terjadi
di dalam organisasi dapat dibahas (Miftah Thoha, 1989: 92).
Organisasi sebagai suatu sistem yang terbuka (Open System) dipengaruhi oleh dan mempengaruhi
lingkungannya sehingga mudah dipahami. Melalui pendekatan sistem ini, faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan suatu organisasi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Kedua
faktor tersebut saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Model sistem ini juga berguna untuk
menganalisis organisasi sebagai suatu kesatuan serta Bagian-bagiannya.
Menurut model ini, organisasi menerima dan menggunakarn sumber daya serta lingkungannya, kemudian
mengelola dan menyalurkan "hasil"nya ke lingkungan lagi. Organisasi sebagai sistem mempunyai tiga
subsistem vital, yaitu subsistem pengelola organisasi, subsistem sosial, dan subsistem tugas. Pengelola
organisasi merupakan sub sistern yang menentukan misi, tujuan, strategi, kebijakan, praktek-praktek
pelaksanaan prosedur, tugas, dan ukuran hasil yang dicapai oleh organisasi bersangkutan. Sub- sistem ini
dengan sendirinya menentukan cara organisasi berinteraksi dengan lingkungannya dan bagaimana kedua
subsistem yang lain berkaitan dengannya. Untuk subsistem sosial, organisasi membutuhkan orang untuk
menjalankan fungsi tersebut melakukan usaha untuk menarik orang-orang, menempatkannya segera sebelum
memutuskan untuk bergabung. mengarahkan untuk tampil dalam sikap yang wajar, dapat dipercaya dan taat
azas, serta menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi yang terjadi. Sementara itu, subsistem ketiga
bertugas mengubah masukan sumber daya utama yang digunakan oleh organisasi menjadi suatu hasil (barang
atau jasa) yang dapat dilayankan ke dan digunakan oleh seseorang, masyarakat, atau organisasi lain.
Di mana pun dan kapan pun, suatu kegiatan dan beberapa orang harus diarahkan agar mencapai tujuan
dan, pada saat itulah, dibutuhkan keberadaan pengelola organisasi. Pengelola organisasi dalam pengertian ini
dapat diartikan sebagai proses mengatur dan menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan. Secara
umum, pengelolaa organisasi bertanggung jawab atas berhasil tidaknya sebuah proyek. Tanggung jawab itu
adalah melihat apakah sumber daya yang tersedia digunakan sebaik mungkin. Sumber daya yang dimaksud
dikenal dengan 4M, yaitu Menlmanusia, Moneyldana, Materiallbahan, dan Machineslperalatan. Sumber daya
ini merupakan faktor yang penting dalam memenuhi misi, tujuan, dan hasil dari organisasi karena tanpa
adanya sumber daya, proses yang ada dalam organisasi tidak dapat dijalankan. Keberadaan sumber daya
sangat vital bagi suatu organisasi karena merupakan faktor penentu kualitas dan sebagian aktivitas-kegiatan
organisasi, termasuk LSM.
14
Thoha juga mengungkapkan bahwa kemampuan seseorang dalam organisasi dapat ditempuh dengan
pengalaman. Pengalaman adalah keseluruhan pelajaran yang dapat dipetik dari segenap peristiwa atau hal
yang dilalui dalam perjalanan hidup seseorang. Dari pengalaman, seseorang akan mendapat pengetahuan
yang membuat individu tersebut lebih menguasai bidang kerja yang ditekuninya.
(2) Bahan / Bahan Keberadaan sumber daya bahan ini jelas harus ada. Apa arti proses jika sesuatu yang
dibutuhkan tidak ada?
(3) Dana Suatu organisasi tidak boleh mencapai kesepakatan jika tidak memiliki sumber daya berbentuk dana.
Dana ini sangat diperlukan untuk membelanjai operasi-operasinya. Pada dasarnya, LSM merupakan
organisasi nirlaba atau nirlaba yang tidak terlibat dalam kegiatan mencari keuntungan, sehingga pelaksaan
program suatu LSM sering bergantung pada dana para donatur.
(4) Peralatan / Teknologi Dalam konteks perkembangannya, teknologi yang semakin canggih dengan
konsumsi energi yang besar dan merusak ekologi. Peralatan-peralatan canggih yang digunakan
masyarakat, khusus untuk keperluan industri, sering terkait dengan dara dan dikeluarkan Namun tidak
semua teknologi seperti itu, tergantung pada masa yang memilihnya.
Menurut Mansur Fakih (2000), ada 3 kategori LSM; yaitu Konfermisme, yang terdiri atas aktivis LSM yang
melakukan pendekatan berdasarkan paradigm bantuan karitatif, (2) Reformasi, yang didasarkan pada ideologi
modernism-developmentalis, dan (3) Transformatif, yang dicirikan dengan mempertanyakan paradigm
mainstream yang ada di balik ideologi tersembunyi.
Istilah LSM sangat dan meliputi banyak tipe organisasi yang berbeda-beda. Di bidang pembangunan, LSM
terbentang luas, seperti LSM Utara yang berbasis amal, missal CARE, Oxfam, dan World Vision yang
membuat masyarakat berbasis kelompok mandiri, termasuk lembaga penelitian, gereja, asosaisi professional,
dan kelompok lobi. Kecenderungan lembaga internasioal berinteraksi dengan dua kategori utama:
(i) Operational NGOs (LSM Operasional), yang mempunyai tujuan utama merancang dan
megimplementasikan proyek pembangunan;
(ii) Advocacy NGOs (LSM Advokasi), yang mempunyai tujuan utama untuk mempertahankan atau
mempromosikan sebuah sebeb khusus dan siapa yang mau mempertahuri kebijakanya.
(i) Community-based oranizations (CBOs), yang malayani masyarkat khusus di dalam sera geografis
yang sempit;
(iii) International Organizations, yang mempunyai kantor pusat di Negara maju dan melaksanakan
operasinya di lebih dari satu Negara berkembang
Efektivitas biaya.
Kelemahan:
15
Keterbatasan biaya dan keahlian pengelola organisasi;
Sebuah organisasi yang memiliki cakupan yang luas dapat disimpulkan sebagai LSM pembangunan.
Kelompok ini bisa berubah signifikan terkait dengan filosofi, tujuan, keahlian, pendekatan program, dan
lingkup kegiatan. Perbedaan pentingnya dapat digambarkan sebagai (i) Peran fungsional dari perbedaan
tipe LSM, () Perbedaan peran LSM pada rangkaian kesatuan LSM dari tingkat lokal sampai tingkat
nasional, dan pada tingkat regional serta internasional, dan (ii) Orientasi Operasional dan pendekatan dari
jenis LSM yang berbeda.
2. Tingkat Operasi
Di antara LSM operasional, sangat mungkin untuk membedakan antara LSM tingkat internasional,
yang kantor pusatnya seringkali ada di negara maju, dan LSM tingkat nasional, yang berorientasi
pada isu dan kepentingan negara di mana Sedangkan LSM tingkat lokal atau LSM berbasis komunitas
secara umum ada untuk menunjuk perhatian berpijak. secara relatif pada lokasi geografisnya. Tingkat
operasional telah sesuai dengan jenis kerja sama atau kolaborasi yang dapat dibuat antara organisasi
internasional dan LSM. LSM yang beroperasi pada ingkat masyarakat atau komunitas sering kali
mencerminkan keanggotaan individual yang bersama-sama mencapai kepentingan masyarakat.
Meskipun LSM di tingkat masyarakat memiliki keterbatasan kapasitas teknis dan pelaksanaan, LSM
ini secara khusus dapat signifikan dalam proyek yang membutuhkan identifikasi kebutuhan lokal atau
memperoleh manfaat partisipasi operasional yang lebih besar dapat memainkan aturan yang lebih
besar, seperti dalam identifikasi, perancangan, dan implementasi proyek memimpin konsultansi
terhadap kebijakan dan pengembangan program.
LSM yang beroperasi pada tingkat nasional dan internasional sering kali mempunyai kapasitas
teknis dan organisasi. Dalam beberapa kasus, LSM yang lebih besar dan lebih berkapasitas dapat
berfungsi sebagai intermediaries antara agen pembangunan, dan LSM lain, di samping dapat
memberikan hubungan informasi, sumber daya, dan dukungan teknis. Beberapa LSM internasional
dan nasional dapat lebih berkualitas pada sejumlah langsung. LSM dengan kapasitas secara
komponen proyek, atau dalam atau pemerintah, aturan, termasuk penyediaan dukungan kepada LSM
yang lebih kecil.
3. Orientasi Kegiatan
Antar LSM terdapat perbedaan filosofi, tujuan, spesialisasi, dan pendekatan operasional Menurut
rujuan operasional, LSM dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristik seperti (i) tujuan, misalnya
religius versus sekuler; (ii) orientasi operasional, misalnva orientasi pembebasan dan kesejahteraan
versus orientasi pembangunan; (iii) pendekatan, misalnya pemberian layanan versus aktivitas
partisipasi; dan (iv) derajat keterbukaan, misalnya derajat keterbukaan yang besar dan penmbukaan
publik versus lebih tertutup karakter swasta, atau keinginan untuk bekerja sama dengan lembaga
seperti bank.
Para ahli mungkin akan berselisih mengenai pertanyaan, keahlian-keahlian dan praktek-praktek apa yang
diperlukan dalam mengelola organisasi untuk tingkat dasar? Namun keahlian-keahlian dan praktek-praktek
sebagaimana akan dibahas berikut ini terjadi di workshop dan seminar yang difokuskan pada keahlian
pengelola organisasi tingkat dasar.
16
2.6.1. Pemecahan Masalah dan Pengembalian Keputusan
Sudah berapa banyak yang dilakukan oleh para pengelola organisasi dan supervisor dalam
memecahkan masalah dan membuat keputusan? Para pengelola organisasi dan supervisor yang baru
sering kali memecahkan masalah dan membuat keputusan dengan memeberikan reaksi, sehingga para
pengelola organisasi seperti “di bawah todongan senjata”, tertekan, dan hanya memiliki sedikit waktyu.
Akibatnya, ketika menghadapi suatu masalah atau keputusan baru, para pengelola organisasi harus
memberikan reaksi dengan membuat keputusan yang nampaknya sudah diatur sebelumnya. Oleh
karena itu, seorang pengelola organisasi atau supervisor baru dapat menggunakan pendekatan yang
teratur untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Tidak semua masalah dan keputusan
yang dibuat bisa dipecahkan dengan pendekatan rasional. Namun, garis pedoman dasar berikut ini
dapat dipertimbangkan sebangkai langkah awal yang baik. Jangan terintimidasi dengan panjangnya
daftar pedoman. Setelah mempraktekkannya selama beberapa waktu, apa yang ada dalam garis
pedoman tersebut akan menjadi sifat dasar kedua, yang cukup bagiseseorang untuk mendalami dan
memperkarya nilai-nilai yang terdapat di dalamnya guna menyesuaikannya dengan sifat dasar dan
kebutuhan sendiri.(Catatan: Mungkin lebih banyak sifat dasar orang untuk memandang “masalah”
sebagai suatu “kesempatan”. Oleh karena itu, seseorang dapat menggantikan kata “kesempatan” untuk
“masalah” pada garis pedoman berikut ini).
1. Mendefinisikan Masalah
Hal ini sering kali berbicara mengenai dimana orang akan berjuang. Seseorang akan
bereaksi pada apa yang dipikirkan sebagai masalah. Mereka akan mencoba untuk memahami
lebih banyak mengenai mengapa mereka berpikir bahwa disana ada masalah. Mendefinisikan
masalah ( dengan input dari dalam diri sendiri dan orang lain) mencakup:
a. Apa yang dapat dilihat yang menyebabkan berpikir disana ada masalah?
b. Dimana hal itu terjadi?
c. Bagaimana hal itu terjadi?
d. Kapan hal itu terjadi?
e. Kepada siapa hal ituterjadi?
PETUNJUK: Jangan melompat pada “Siapa yang menyebabkan masalah tersebut?” Ketika
tertekan, ledakan kemarahan sering kali merupakan satu dari reaksi yang pertama. Untuk
menjadi seorang pengelola organisasi yang efektif, perlu mengarahkan persoalan-persoalan
tersebut kepada lebih banyak orang).
f. Mengapa hal itu terjadi?
g. Tuliskan lima kalimat yang mengambarkan masalah tersebut. Sebisa mungkin gambarkan
msasalah tersebut seacara lebih spesifik.
Memprioritaskan masalah-masalah
Jika sudah menemukan apa yang dicari pada beberapa masalah terkait, prioritaskan mana yang
pertama kali akan dipecahkan.
Bedakan antara masalah-masalah “penting” dan “mendesak”. Seringkali apa yang
dipertimbangkan sebagai masalah penting sebenarnya adalah masalah-masalah mendesak.
Masalah-masalah penting memerlukan lebih banyak perhatian. Sebagai contoh, jika menjawab
secara terus-menerus telepon “mendesak”, tetapi kemudian timbul masalah yang lebih “penting”,
maka hal tersebut akan mendorong perancangan suatu sistem yang dapat menyaring dan
memprioritaskan panggilan telepon.
17
d. Dengan mempertimbangkan apa yang dipikir mungkin maslaah tersebut berkaitan dengan
staf lainnya, hal itu sering kali berguna untuk mencoba memberikan saran darai seorang
teman atau supervisor untuk menguji kesan akan masalah tersebut.
Persiapan perencanaan
Akhir dari suatu proses perencanaan adalah pendefinisian arah dan aktivitas organisasi dimana
tahap ini membutuhkan kebranian pengambilan keputusan. Meskipun sifat dasar suatu proses besar
sekali, manfaat perencanaan jauh lebih besar dibandingkan kesulitannya. Manfaat yang didapatkan dari
proses perencanaan bersifat aktual, yaitu dokumen perencanaan akhir. Selain itu, dokumen perencanaan
akhir juga menjadi suatu sarana yang dapat digunakan secara efektif dan efisien untuk mengelola
organisasi.
Berikut tahapan yang diperlukan dalam mempersiapkan dokumen perencanaan:
1. Mengembangkan suatu rencana kerja dalam sketsa siapa yang bertanggung jawab atas setiap hasil
dan kerangka waktu.
2. Mempertimbangkan tingkat sumber daya yang memadai (uang dan waktu) dan diperlukan untuk
melakukan suatu proses perencanaan yang tepat.
“ Perencanaan baru dirasa cukup” apabila personelorganisasi memahami dan mempunyai
kesepakatan umum mengenai arah organisasi yang jelas.
Dokumen Perencanaan Organisasi LSM
Dokumen perencanaan organisasi LSM ada 2 macam, yakni perencanaan program dan perencanaan
keuangan.
Setelah mengembangkan proyeksi anggaran yang baik, perbandingkan keuangan dan strategi-
strategi pembiayaannya. Bisa jadi anggaran tersebut sangat berbeda dengan pembiayaan yang ada,
yang mencerminkan adanya jeda pembiayaan. Organisasi mungkin harus mengembangkan
anggaran atau skenario pembiayaan untuk membantu menilai tujuan-tujuan program yang berbeda,
strategi-strategi pembiayaan, dan sumber-sumber pendanaan. Ini akan membantu memilih rencana
yang paling realistis.
Pengalaman masa lalu dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menyusun anggaran bagi
laporan aktual, dan untuk menentukan beberapa informasi ini untuk melanjutkan program.
20
d. Buatlah tabel rancangan anggaran biaya secara sistematis (lebih baik dalam format
Excel), yang berisi kolom deskripsi komponen biaya, berapa unit, periode pelaksanaan
proyek, dan total perhitungan.
1. Sudahkah semua staf memberikan laporan tentang keadaan secara tertulis tiap minggu
kepada supervisor. Tugas apa yang telah dilakukan minggu kemarin. Tugas apa yang
direncanakan minggu ini, serta adakah persoalan-persoalan dan waktu pelaporan yang
tertunda. Laporan-laporan ini nampak menjadi suatu tugas yang membosankan, tetapi
berharga untuk memastikan bahwa staf dan supervisor memiliki saling pengertian mengenai
apa yang sedang terjadi dengan tujuan perencanaan.
2. Usahakan rapat bulanan dengan seluruh staf secara bersama-sama. Tinjaulah seluruh
kondisi organisasi dan keberhasilannya. Pertimbangkan untuk melakukan pelatihan “in
service" di mana para staf akan kembali menggambarkan peranannya. Untuk kejelasan, fokus,
dan dukungan moril, pastikan unruk menggunakan agenda- agenda dan tindak lanjutnya.
Pertimbangkan pendapat-pendapat dari para klien mengenai seberapa besar organisasi telah
membantu. Rapat ini tetap berjalan untuk membangun kerja tim di antara staf.
21
3. Usahakan rapat mingguan atau dwi-minguan dengan seluruh staf secara bersama-sama jika
organisasi tersebut berukuran kecil (misalnya, di bawah 10 orang), dan juga dengan seluruh
pengelola organisasi. Jika dalam rapat ini tidak ada masalah spesifik yang harus dipecahkan,
rapat cukup dibuat singkat saja. (Lakukan rapat hanya ketika ada masalah-masalah yang perlu
dipecahkan). Gunakan rapat ini untuk memberikan kesempatan kepada masing-masing orang
agar secara singkat meninjau apa yang telah dilakukan tiap minggu. Permudahlah rapat
dengan membuat pertukaran ide dan pertanyaan-pertanyaan. Sekali lagi, untuk kejelasan,
fokus, dan dukungan moril, pastikan untuk menggunakan agenda-agenda, batasan waktu yang
jelas, dan tindak lanjut tiap menitnya. Sudahkah masing-masing orang membuat kalender
untuk memastikan penjadwalan rapat yang akan datang dengan mengakomodasi jadwal tiap-
tiap orang.
4. Sudahkah supervisor memeriksa laporan-laporan secara langsung dari para staf pada rapat
yang dilakukan tiap bulannya. Hal ini pada akhirnya akan menghasilkan pengelola organisasi
dan pengawasan yang lebih efisien. Tinjaulah seluruh status aktivitas kerja, dengarkan
bagaimana hal itu berjalan, di mana supervisor dan staf saling bertukar umpan balik dan
pertanyaan mengenai hasil-hasil serta jasa-jasa terbaru, membahas rencana karier, dan
sebagainya. Pertimbangkan rapat ini sebagai rapat interim (sementara) di antara rapat-rapat
kinerja tahunan yang lebih formal.
Pengembangan Agenda
a. Kembangkan agenda bersama-sama dengan para peserta kunci dalam rapat. Pikirkan apa yang
menjadi keseluruhan hasil yang diinginkan dari rapat dan aktivitas apa yang perlu dilakukan
untuk mencapai hasil tersebut. Agenda tersebut harus dikelola sehingga aktivitas ini dapat
dilakukan selama rapat. Dalam agenda ini, keseluruhan hasil yang diinginkan dari rapat dapat
ditetapkan.
b. Rancanglah agenda sehingga para peserta dapat terlibat lebih awal karena memiliki sesuatu yang
akan dilakukan dengan cara yang benar dan datang tepat waktu.
c. Untuk masing-masing topik utama, masukan jenis tindakan yang diperlukan, jenis output yang
diharapkan (keputusan, suara, tindakan, yang ditetapkan untuk seseorang), dan waktu yang
diperkirakan untuk masing-masing topik.
d. Pertahankan agenda yang telah ditetapkan disetiap waktu.
e. Jangan terlalu merancang rapat, sudilah ntuk beradaptasi dengan agenda rapat, jika para anggota
membuat kemajuan dalam proses perencanaan.
f. Pkirkan bagaimana menamai suatu kejadian , sehingga orang datang dengan pemikiran tersebut.
Hal itu barangkali akan menjadi dialog singkat seputar namakejadian terssebut untuk
mengembangkan pemikiran bersama diantara para anggota, khsusnya jika termasuk sebagai
perwakilan dari berbagai budaya.
Membuka Rapat
a. Usahakan selalu tepatv waktu
b. Ucapkan selamat datang kepada paa anggota dan ucapkan terima kasih atas kehadirannya.
c. Tinjaulah kembali agenda pada awal setiap rapat, berikan para peserta rapat kesempatam untuk
memahami seluruh topik utama yang diusulkan , bahlah, dan terimalah.
d. Jika dalam rapat digunakan alat perekam yang memakan waktu beberapa menit berikan kembali
waktu secara singkat setelah rapat.
e. Model jenis energi dan peserta diperlukan oleh para peserta rapat.
f. Jelaskan peranan masing-masing peserta dalam rapat.
22
Menetapkan Aturan Dasar Rapat
Tidak perlu mnegembangkan aturan dasar baru disetiap waktu yang dimiliki, karena sudah
tersedia beberapa aturan dasar yang dapat digunakan untuk sebagian besar rapat. Aturan dasar ini
mengusahakan bahan dasar yang diprlukan untuk keberhasilan rapat.
a. Empat atran dasar yang kauat adalah pertisipasi , fokus, mempeertahankan momentum, dan
mencapai akhir.
b. Buatlah daftaraturan dasar primer dalam agenda .
c. Jika ada peserta baru yang tidak diinginkan dalam rapat barangkali perlu meninjau ulang setiap
aturan dasar itu.
d. Peratahankan aturan dasar setiap saat.
a. Setiap jam, luangkan waktu 5-10 menit untuk cek kepuasan. Apakah para peserta rapat puas dengan
rapat yang sedang berjalan. ?
b. Dengan pendekatan meja bundar , secara cepat masing-masing peserta akan menunjukan bagaimana
mereka berpikir dalam rapat yang sedang berjalan.
Menutup rapat
a. Selalu diakhiri rapat tepat pada waktunya dan mencoba untuk mengakhiri dengan catatn yang positif.
b. Diakhir rapat, tinjau kembali tindakan serta keputusan, dan sesuaikan waktu untuk rapat berikutnya
dan mintalah masing-masing orang apakah mereka dapat membuat atau tidak dapat membuat
komitmen.
c. Jelaskan bahwa setiap menit rapat dan/atau tindakan dalam rapat akan dilaporkan kembali pada
anggota setiap minggu (hal ini untuk membantu mempertahankan momentum tetap berlangsung).
Evaluasi Program
Beberapa Mitos mengenai Evaluasi Program
23
1. Banyak orang percaya bahwa evaluasi merupakan aktivitas yang tidak berguna yang
memunculkan banyak data yang membosankan dengan kesimpulan yang ridak bermanfat. Hal ini
merupakan suatu masalah bagi evaluasi masa lalu, ctika metode evaluasi program banyak dipilih
berdasarkan pencapaian akurasi, itas ilmiah yang lengkap. Pendekatan sering kali me- munculkan
data yang luas dari kesimpulan yang dipilih dengan sangat hati-hati generaliasi dan rekomendasi
dihindarkan. Olch karena iru, laporan evaluasi erung mengulangi pertanyan yang sudah jelas dan
meninggalkan kekecewaarn serta sikap skeptis administrator program mengenai nilai evaluasi.
Yang lebth terbaru (terutama hasil dari pengembangan evaluasi yang difokuskan oleh
MichaelPatton), evaluasi difokuskan pada kegunaan, relevansi, dan kepraktisan minimal sebanyak
validitas ilmiah.
2. Banyak orang yang percaya bahwa evaluasi adalah mengenai pembuktian keberhasilan atau
kegagalan suatu program. Mitos ini mengasumsikan bahwa keberhasilan adalah
mengimplementasikan program yang sempurna dan tidak pernah mendengar dari staf organisasi,
kelompok sasaran, atau klien lagi program tersebut sekarang akan berjalan sempurna dengan
sendirinya. Namun hal ini tidak terjadi pada kehidupan nyata. Keberhasilan akan tetap terbuka
untuk melanjutkan umpan balik dan menyesuaikan program yang tepat. Evaluasi dapat
memberikan umpan balik yang berkelanjutan ini
3. Banyak orang percaya bahwa evaluasi adalah proses yang sangat kompleks dan unik yang terjadi
dalam waktu tertentu dan juga dalam cara tertentu, yang sebagian besar selalu melibatkan ahli dari
luar. Banyak orang yang percaya bahwa dalam memahami hal tersebut harus secara lengkap,
seperti validitas dan reliabilitas Namun banyak juga orang tidak memiliki pertimbangan informasi
apa yang dibutuhkan untuk membuat keputusan terbaru mengenai persoalan-persoalan atau
kebutuhan-kebutuhan program, serta berkomitmen untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi.
Catatan ada banyak orang yang secara reguler mengambil beberapa sifat dasar evaluasi program
jangan melakukan hal itu dalam bentuk formal sehingga tidak mendapatkan sebagian besar hal di
luar upaya atau membuat kesimpulan-kesimpulan yang tidak akurat (beberapa evaluator akan
berselisih bahwa hal ini merupakan evaluasi program jika tidak dilakukan secara metodologis).
Oleh karena itu, manfaatkanlah kesempatan yang berharga untuk membuat lebih banyak
perbedaan bagi klien dan kelompok sasaran atau untuk mendapatkan tembakan yang lebih besar.
Evaluasi Program
Pertama, pikirkanlah "Apakah suatu program itu?" Secara khusus, organisasi bekerja berdasarkan
misi untuk mengidentifikasi beberapa tujuan yang harus dicapai untuk menyelesaikan misi tersebut.
Dalam organisasi nonprofit, masing-masing tujuan ini sering kali menjadi suatu program. Program
nonprofit adalah program yang dikelola untuk memberikan jasa-jasa tertentu yang berhubungan dengan
konstituen, misalnya klien, kelompok sasaran, dan pasien. Program-program tersebut harus dievaluasi
untuk menetapkan apakah program itu berguna bagi konstituen. Dalam organisasi profit, suatu program
sering kali menjadi usaha sekali waktu untuk menghasilkan berbagai produk baru.
Dengan demikian, apa yang dimaksud dengan evaluasi program? Evaluasi pro- gram adalah
pengumpulan informasi secara hati-hati mengenai suatu program atau beberapa aspek program untuk
membuat keputusan yang perlu mengenai program Evaluasi program dapat memasukkan beberapa jenis
evaluasi, minimal 35 jenis evaluasi yang berbeda, seperti untuk penilaian kebutuhan, akreditasi, analisis
biaya/ manfaat, efektivitas, efisiensi, formatif, sumatif, tujuan, proses, hasil, dan sebagainya. Jenis
evaluasi yang dijalankan untuk memperbaiki program tergantung pada apa yang dibutuhkan untuk
mempelajari program tersebut. Jangan khawatir mengenai jenis evaluasi apa yang dibutuhkan atau
dilakukan, jangan khawatir mengenai apa yang dibutuhkan untuk membuar keputusan program, dan
jangan khawatir hagaimana mengumpulkan dan memahami informasi tersebut secara akurat.
24
Untuk memulai evaluasi program dengan sumber daya yang sangat terbatas, para pengelola
organisasi menggunakan berbagai metode untuk mendapatkan campuran yang baik dari kedalaman dan
keluasan informasi, dan memahami lebih baik bidang bidang tertentu dari program sehingga tidak
menyebabkan kebangkrutan.
Pertimbangan Pokok
1. Untuk rujuan apa evaluasi dilakukan, yaitu apa yang dibutuhkan untuk dapar memutuskan suatu
hasil evaluasi?
2. Siapa yang menjadi anggota informasi evaluasi, misalnya kelompok sasaran, bankir pendonor,
dewan pengurus, pengelola organisasi, staf, dan klien.
3. Jenis informasi apa yang diperlukan dalam membuat keputusan yang dinginkan untuk membuat
dan/atau menguraikan hadiran yang dimaksudkan, misalnya informasi yang benar-benar
memahami proses produk atau program (input. aktivitas, dan output), kelompok sasaran atau klien
yang mempunyai pengalaman dengan produk atau program, kekuatan dan kelemahan produk atau
program, keuntungan bagi kelompok sasaran atau klien (hasil), bagaimana produk atau program
gagal, dan mengapa.
4. Dari sumber apa informasi tersebut dikumpulkan, misalnya volunter, kelompo sasaran, dan
dokumentasi program k LSM dan Partai Politk.
5. Bagaimana informasi tersebut dapat dikumpulkan dalam mode yang tepati misalnya kuesioner,
wawancara, menguji dokumentasi, mengamati kelompu sasaran atau staf organisasi, dan
melakukan kelompok fokus di antara kelompok sasaran dan staf organisasi.
6. Kapan informasi tersebut dibutuhkan?
7. Sumber daya apa yang tersedia untuk mengumpulkan informasi tersebut?
Evaluasi Berdasarkan Tujuan (Apakah Program Mencapai Keseluruhan Tujuan atau Sasaran
yang Ditetapkan Sebelumnya?)
Program sering kali dibuat untuk memenuhi satu atau lebih tujuan spesifik. Tujuan ini sering kali
digambarkan dalam rencana program yang asli. Evaluasi berbasis tujuarn adalah mengevaluasi tingkat
program mana yang memenuhi tujuan atau sasaran yang sebelumnya telah ditetapkan. Berbagai
pertanyaan akan muncul ketika merancang suatu evaluasi untuk melihat apakah dapat mencapai tujuan
1. Bagaimana tujuan-tujuan program tersebut (dan sasaran, jika ada) dibuat? Apakah proses tersebut
efektif?
2. Apakah yang menjadi status peningkatan program terhadap pencapaian tujuan?
3. Akankah tujuan tersebut dicapai secara tepat wakru dalam pelaksanaan program atau rencana
operasional? Jika tidak, mengapa?
4. Apakah personalia memiliki sumber daya yang memadai (uang, peralatan, fasilitas- fasilitas, dan
pelatihan) untuk mencapai tujuan tersebut?
5. Bagaimana prioritas-prioritas akan diubah untuk menempatkan hal yang lebih fokus pada
pencapaian tujuan? (Tergantung pada konteks tersebut, pertanyaan ini mungkin dipandang seagai
suatu keputusan pengelola organisasi program, dan bukan pertanyaan evaluasi).
6. Bagaimana kerepatan waktu akan diubah (hati-hati mengenai pembuatan peru- bahan ini, mengapa
upaya-upaya tersebut dibalik sebelum batas wakru diubah)?
7. Bagaimana tujuan akan diubah (hati-hati mengenai pembuatan perubahan ini, mengapa upaya-
upaya tersebut tidak mencapai tujuan sebelum perubahan tujuar tersebut)? Akankah beberapa
tujuan ditambahkan atau dihilangkan? Mengapa?
8. Bagaimana tujuan dibuat di masa yang akan datang
Evaluasi Berbasis Proses (Memahami Bagaimana Program Benar-benar Berjalan dan Apa
Kelemahan serta Kekuatannya)
Evaluasi berbasis proses harus disesuaikan untuk memahami sepenuhnya bagaimana suatu
program berjalan. Evaluasi ini akan bermanfaat jika program bertahan lama dan telah diubah pada
tahun berjalan, staf organisasi atau kelompok sasaran melaporkan sejumlah besar komplain mengenai
program, am-program tersebut dan akan terjadi ketidakefisien besar dalam penyampaian jasa program,
selain juga bermanfaat untuk menggambarkan secara akurat bagi pihak luar bagaimana suatu program
benar dapat dijalankan (misalnya, untuk replikasi di tempat lain).
Ada banyak pertanyaan yang mungkin diajukan dalam suatu evaluasi nyaan-pertanyaan ini dapat
diseleksi secara hati-hati dengan mempertimbangkan pa pentingnya mengetahui program tersebut.
Contoh pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab ketika merancang suatu evaluasi untuk memahami
dan/atau menguj rtan lebih dekat proses-proses dalam program, antara lain:
1. Pada basis apa staf organisasi dan/atau kelompok sasaran memutuskan bahwa produk dan jasa-jasa
tersebut dibutuhkan?
2. Apa yang dibutuhkan staf organisasi untuk menyampaikan produk atau jasa jasa.
25
3. Bagaimana para staf organisasi dilatih mengenai cara menyampaikan produk atau jasa-jasa
tersebut?
4. Bagaimana kelompok sasaran atau klien berpartisipasi dalam program?
5. Apa yang dibutuhkan kelompok sasaran atau klien?
6. Bagaimana staf organisasi menyeleksi produk atau jasa mana yang akan diberikan kepada
kelompok sasaran atau klien?
7. Apa yang merupakan proses umum bahwa para kelompok sasaran atau klien sejalan dengan
produk atau program?
8. Apa yang dilakukan kelompok sasaran atau klien untuk memperkuat program tersebut?
9. Apa yang harus dilakukan staf untuk memperkuat produk atau program.
10. Komplain khusus apa yang terlontar dari para staf organisasi dan/atau kelompok sasaran?
11. Apa yang direkomendasikan para staf organisasi dan/atau kelompok sasaran untuk memperbaiki
produk atau program tersebut?
12. Pada basis apa staf organisasi dan/atau kelompok sasaran memutuskan bahwa produk atau jasa
tidak dibutuhkan lagi?
1. Mengidentifikasi hasil-hasil utama yang dibutuhkan untuk menguji atau membuktikan program
tersebut berdasarkan evaluasi. Dengan menggabarkan misi (keseluruhan tujuan organisasi),
tanyakan pengaruh apa yang dirasakan oleh klien bila bekerja dengan misi itu. Sebagai contoh, jika
keseluruhan misi memberikan perlindungan dan sumber daya kepada perempuan korban kekerasan,
efektif memberikan tempat penampungan dan jasa atau sumber daya lainnya? Sebagaimana
sebelumnya, timbul pertanyaan “Aktivitas utama apa yang dilakukan sekarang?” Kemudian untuk
masing-masing aktivitas, tanyakan “Mengapa melakukan hal itu?” jawaban atas pertanyaan ini
biasanya merupakan suatu hasil. Namun pendekatan “usaha terakhir” ini bisa berakhir pada
menyesuaikan aktivitas yang tidak efektif yang dilakukan sekarang daripada menguji apa yang
harus dilakukan di tempat pertama.
2. Pilihlah hasil yang dibutuhkan untuk menguji, memprioritaskan hasil, dan jika waktu dan sumber
daya terbatas, pilihlah dua hingga empat hasil penting diatas untuk mengujinya sekarang.
3. Untuk masing-masing hasil, tentukan ukuran dan indikator apa yang dapat diamati dalam mencapai
hasil kunci tersebut dengan klien. Hal ini seringkali menjadi bagian yang penting yang
menguraikan langkah-langkah evaluasi berbasis hasil. Namun terdapat tantangan besar dan bahkan
membingungkan, karna secara tiba-tiba menuju ke konsep yang tidak jelas seperti peningkatan
kepercayaan diri, sesi ke aktivitas spesifik seperti mendukung klien agar tetap bekerja dan
mengkonsumsi obat dan alkohol. Hal yang dapat membantu dalam upaya mendapatkan “saran tak
terduga” selama fase mengidentifikasi indokator tersebut adalah bertanya mengapa seseorang dapat
mengasumsikan bahwa hasil yang sudah dicapai disebabkan karena indikator tertentu yang
berhubungan telah diperoleh.
4. Namun “sasaran” klien, yaitu angka atau persentase apa yang digunakan klien untuk mencapai hasil
spesifik dengan, misalnya “peningkatan kepercayaan diri (suatu hasil) bagi 70% orang dewasa,
yaitu perempuan Amerika Afrika yang tinggal di pedalaman kota Minneapolis sebagai bukti
penukuran (indikator) berikut.”
5. Mengidentifikasi informasi apa yang dibutuhkan untuk memperlihatkan inikator ini, seperti
mengetahui berapa banyak klien dalam kelompok sasaran yang menggunakan program tersebut,
dan berapa banyak ang dapat dipercaya menjalankan transportasi untuk bekerja. (Michael Patton,
seorang peneliti terkemuka, penulis, dan konsultan evaluasi, menyarankan agar sebagian besar jenis
evaluasi yang penting ini digunakan untuk menguji apakah program telah dilaksanakan
sebagaimana rencana awalnya).
6. Memutuskan bagaimana informasi tersebut dapat secara efisien dan realistis didapatkan.
Pertimbangkan dokumentasi program, observasi personalia dan klien dalam program tersebut,
kuesioner dan wawancara mengenai manfaat yang diraskan klien dari program tersebut, studi kasus
tentang kegagalan serta keberhasilan program, dan sebagainya.
7. Menganalisis dan melaaporkan semua penemuan tersebut.
26
1. Tingkat dan ruang lingkup isi tergantung pada siapa laporan tersebut dimaksudkan, misalnya untuk
bankir, donatur, staf organisasi, keompok sasaran, klien, publik, dan sebagainya.
2. Pastikan bahwa staf organisasi memilikikesempatan untuk meninjau ulang dan membahas laporan
secara hati-hati. Terjemahkan rekomendasi ke rencana tindakan, termasuk siapa yang akan
melakukannya, program tersebut tentang apa, dan kapan.
3. Bankir atau para donatur mungkin akan emerlukan suatu laporan yang berisi ringkasan eksekutif
(yang merupakan suatu ringkasan kesimpulan dan rekomendasi, bukan daftar bagian informasi
dalam laporan, seperti daftar isi); deskripsi tentang organisasi dan program menurut evaluasi,
penjelasan tujuan evaluasi, metode dan prosedur analisis; daftar kesimpulan dan rekomendasi, serta
beberapa lampiran yang relevan, seperti kuesioner evaluasi, pedoman wawancara dan sebagainya.
Bankir atau donatur membutuhkan laporan yang disusun sebagai suatu penyajian yang disertai
dengan tinjauan laporan. Bankir dan donatur mungkin perlu unjtuk meninjaunulang laporan itu
sendiri.
4. Pastikan untuk mencatat rencana evaluasi dan aktifitas dalam rencana evaluasi yang dapat
direferensikan ketika evaluasi program yang serupa dibutuhkan untuk masa datang.
1. Judul halaman (nama organisasi yang ada, atau yang memiliki produk/jasa/program, dievaluasi;
tanggal).
2. Daftar isi.
3. Ringkasan (satu halaman, tinjauan penemuan, dan rekomendasi singkat).
4. Tujuan laporan (jenis evaluasi apa yang dilakukan, keputusan apa yang dibantu dengan penemuan-
penemuan evaluasi, siapa yang membuat keputusan tersebut dan sebagainya).
5. Latar belakang mengenai organisasi dan produk/jasa/program yang sedang di evaluasi.
a. Deskripsi/sejarah organisasi.
b. Deskripsi program/jasa/produk (yang sedang dievaluasi).
(i) Pernyataan masalah (dalam kasus organisasi nonprofit, deskripsi kebutuhan masyarakat
yang sedang dipenuhi oleh program/jasa/produk organisasi).
(ii) Keseluruhan tujuan program/jasa/produk.
(iii) Hasil (atau pengaruh kelompok sasaran/klien) dan ukuran-ukuran pelaksanaan (yang dapat
diukur sebagai indikator terhadap hasil).
(iv) Aktivitas/teknologi program/jasa/produk (deskripsi umu bagaimana prrogram/jasa/produk
tersebut dikembangkan dan disampaikan).
(v) Kepengurusan (deskripsi jumlah personil dan peranannya dalam organisasi yang relevan
untuk mengembangkan dan menyampaikan program/produk/jasa).
6. Keseluruhan tujuan evaluasi (misalnya, pertanyaan apa yang dijawab oleh evaluasi).
7. Metodologi
a. Jenis informasi/data yang dikumpulkan.
b. Bagaimana data/informasi dikumpulkan (instrumen apa yang digunakan dan sebagainya).
c. Bagaimana data/informasi dianalisis.
d. Batasan evaluasi (misalnya, penyebab penemuan/kesimpulan serta bagaimana menggunakan
penemuan/kesimpulan tersebut dan sebagainya).
8. Interprestasi dan kesimpulan (dari analisis data/informasi).
9. Rekomendasi (mempertimbangkan keputusan yang harus dibuat mengenai produk/jasa/program).
Lampiran: isi lampiran tergantung pada tujuan laporan evaluasi, misalnya:
a. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data/informasi.
b. Data, misalnya, dalam format tabel dan sebagainya.
c. Kesaksian dan komentar yang dibuat oleh para pengguna produk/jasa/program.
d. Studi kasus pengguna produk/jasa/program.
e. Beberapa literatur terkait.
“akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi
(keuangan)dari suatu organisasi yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan
ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan. Pengertian ini juga dapat melingkupi penganalisisan atas
laporan yang dihasilkan oleh akuntansi tersebut.” (American Accounting Association, 1966).
“akuntansi adalah suatu kegiatan jasa, yang berfungsi menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang
bersifat keuangan, yaitu tentang ekonomi organisasi yang dimaksudkan agar berguna dalam
27
pengambilan keputusan ekonomis dalam membuat pilihan-pilihan yang nalar diantara berbagai
alternatif arah tindakan.”
Dari pengertian diatas, akuntansi berperan menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat
keuangan. Informasi yang dihasilkan akuntansi merupakan input yang dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan ekonomi yang rasional.
Globalisasi perekonomian dunia telah menyebabkab peningkatan perkembangan dunia usaha di
indonesia. Selain itu, era reformasi juga menuntut adanya peningkatan transparansi informasi akuntansi
kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan masyarakat. Umtuk mengantisipasi hal tersebut, akuntansi
keuangan yang mutakhir dan selalu sesuai dengan perkembangan lingkungan mutlak diperlukan bagi
keseluruhan organisasi, baik Lembaga Swadaya Masyarakat ataupun sektor swasta.
Karakter Lembaga Swadaya Masyarakat dapat dikupas melalui arti “Lembaga Swadaya
Masyarakat”. Seperti telah dijelaskan pada bab terdahulu, LSM dapat diartikan sebagai organisasi swasta
yang kegiatannya adalah untuk membebaskan penderitaan, memajukan kepentingan kaum miskin,
melindungi lingkungan, menyediakan pelayanan dasar masyarakat, atau menangani pengembangan
masyarakat. Atau, organisasi yang berbasis nilai tergantung, dalam keseluruhan ataupun bagian, pada
lembaga donor dan pelayanan sukarela.
Benarkah ilmu akuntansi bisa diterapkan di LSM? Di pandang dari organisasinya, LSM dapat
dikategorikan kedalam organisasi nirlaba. Hal ini disebabkan oleh gerak dan orientasi organisasi LSM
seirama dengan organisasi berjenis nirlaba. Kebanyakan organisasi nirlaba menggunakan beberapa
parameter tunggal sebagai ukuran keberhasilannya, seperti jumlah alokasi dana yang diperolah,
pertumbuhan daerah pendamping, jumlah orang yang dilayani, dan biaya overhead yang mampu
diminimalisasikannya.
Layaknya organisasi atau lembaga publik lainnya, organisasi LSM juga tengah mengalami tekanan
untuk lebih efesien, memperhitungkan biaya ekonomi dan biaya sosial, serta nampak negatif atas aktivitas
yang dilakukannya. Berbagai tuntutan tersebut menyebabkan akuntansi dapat dengan cepat diterima
sebagai ilmu yang dibutuhkan untuk mengelola urusan-urusan pubik, termasuk lembaga dan organisasi
dilingkup LSM. Akuntansi LSM merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dalam rangkaian
pengelolaan kegiatan, baik itu dalam bentuk yang lengkap maupun akuntansi secara sederhana sekalipun.
Akuntansi yang diterapkan pada LSM memiliki kaitan erat dengan penerapan dan perlakuan
akuntansi pada domain publik. Domain publik yang dimaksud adalah masyarakat yang didampingi oleh
LSM terkait.
Tidak dapat dipungkiri bahwa LSM mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan
bermasyarakat di indonesia. Selama ini, aktivitas LSM lebih banyak berupa program-program bantuan dan
layanan sosial, terutama bagi kelompok masyarakat lemah. Sebagai konsekuensi dari pemberian layanan
sosial itu, LSm menggalangkan program-programnya bagi proses pemberdayaan, dan dengan upaya
menciptakan swadaya, kemandirian, dan otonomi, sehingga kelompok masyarakat menjadi sasaran layanan
sosial dapat diberdayakan. Dalam proses pemberdayaan ini, program-program layanan sosial LSM memang
mencakup upaya penyadaran kelompok sasarannya agar memahami hak-haknya, selain kewajibannya
sebagai warga negara.
LSM pasti mempunyai tujuan atau sasaran, agenda kegiatan, maupun program bagi masyarakat yang
dituju. Dengan demikian, timbul implikasi berupa kebutuhan akan pengelolaan organisasi LSM
tersebut.beberapa tugas dan fungsi LSM menjadi salah satu agent of change bagi perkembangan sebuah
masyarakat.
Pengelolaan LSM ini sangat erat kaitannya dengan perenxcanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pelaporan seluruh kegiatan didalam LSM. Dan, setelah itu, mekanisme pertanggungjawaban menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dan tidak akan pernah ditinggalkan dalam pelaksanaan seluruh aktivitas LSM
tersebut. Dalam konteks idealita, secara umum tidak ada satu LSM un yang bertujuan tidak jujur, melanggar
amanah, mau lari dari tanggungjawab. Apabila program sudak dijalankan, maka pelaksanaannya harus diikuti
dengan pertanggungjawaban. Jadi, seluruh aspek dalam pengelolaan LSM menjadi bahan yang harus
dipertanggungjawabkan oleh penanggung jawab program atau pelaku organisasi.
Akuntansi merupakan suatu kegiatan yang akan mengarah pada pencapaian hasil dalam tingkat tertentu
dan bermanfaat bagi kehidupan LSM tersebut. Diantara lembaga republik lainnya seperti lemaga pendidikan,
lembaga kesehatan, dan lain-lain, penerapan akuntansi dalam LSM sedikit berbeda. Perbedaan tersebut
muncul lingkungan yang mempengaruhi LSM berbeda.
Perbedaan sifat dan karakteristik organisasi LSm yang tergolong ke dalam organisasi nirlaba serta
organisasi lainnya yang profit oriented dapat dilihat dengan membandingkan tujuan organisasi, sumber
pendanaan, pola pertanggungjawaban, struktur keorganisasian dan anggarannya.
Setiap organisasi memiliki tujuan spesifik yang hendak dicapai. Terlepas dari konsep idealita dan
realitanya, organisasi LSM tidak bertujuan memperoleh laba tetapi memberikan pelayanan dan
menyelenggarakan seluruh aktivitas yang terkait dengan pemberian dana oleh sebuah lembaga donor, yang
dibutuhkan maupun yang telah menjadi kegiatan rutin dalam LSM bersangkutan. Meskirpun tujuan utama
LSM adalah pemberdayaan masyarakat, namun tidak berarti LSm sama sekali tidak memiliki tujuan
keuangan. Dal ini tergantung pada kondisi organisasi bersangkutan. Misalnya, apabila organisasi tidak
28
mempunyai sumber dana yang jelas dan pasti, maka kebutuhan akan daya dukung untuk melakukan
pemberdayaan berkembang selaras dengan target keuangan. Secara kebetulan, keuangan menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi pemberdayaan organisasi. Tujuan keuangan organisasi LSM ini berbeda secara
filosofis, konseptual, dan oparasionalnya ddengan organisasi profit swasta.
Dari segi sumber pendanaan atau lebih konkretnya struktur modal dan struktur pembiayaan, organisasi
LSM sangat berbeda dalam hal bentuk dan jenisnya. Sumber pendanaan organisasi LSM berasal dari
lembaga dnor dan sumbangan pihak tertentu.
Dalam konteks pola pertanggungjawaban, organisasi swasta bertanggungjawab kepada pemilik usaha dan
kreditornya, sementara pada organisasi LSM, pertanggungjawaban dilakukan kepada lembaga atau pihak
pemberi dana. Pertanggungjawaban organisasi LSM merupakan bagian terpenting dalam menciptakan
kredibilitas pengelolaan yang dijalankan. Apabila elemen pertanggungjawaban ini tidak dapat dipenuhi,
maka dampaknya akan luas, seperti ketidakpercayaan, ketidakpuasan, atau bahkan buruknya citra organisasi.
Secara kelembagaan, organisasi LSM juga berbeda dengan organisasi lainnya, walaupun sama-sama
organisasi publik. Struktur organisasi ini tidak terlalu formal, namun biasanya ada seseorang atau aktivis
senior yang memimpin. Pihak yang berpengaruh ini biasanya berpeluang sangat besar dalam mengarahkan
kebijakan dann pengelolaan organisasi. Tipologi pemimpin atau tokoh termasuk pilihan dan orientasi
kebijakannya, akan sangat berpengaruh dalam memilih struktur organisasi.
Seperti halnya dengan akuntansi organisasi publik lainnya, akuntansi LSM terkait dengan tiga hal
pokok, yakni penyediaan informasi, pengendalian pengelolaan dan akuntabilitas. Akuntansi LSM
merupakan sarana informasi mengenai pengelolaan nagi lembaga pemberi maupun publik. Bagi LSM
yang bersangkutan, informasi akuntansi akan digunakan dalam proses pengendalian pengelolaan mulai
dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, hingga pertanggungjawaban.
a. Memberikan informasi yang diperlukan dalam mengelola secara tepat, efisien, dan ekonomis atas
suatu kegiatan serta alokasi sumber dana yang dipercayakan kepada organisasi. Tujuan ini terkait
dengan pengendalian pengelolaan.
b. Memberi informasi yang memungkinkan pengelola organisasi untuk melaporkan pelaksanaan
tanggungjawabannya mengelola secara tepat, efisien, dan efektif ptogram beserta penggunaan sumber
daya yang menajdi weenangnya, disamping untuk melaporkan kepada publik atau lembaga pemberi
dana hasil operasi organisasi. Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas.
Informasi akuntansi bermanfaat sebagai salah satu pedoman dalam pengambilan keputusan, terutama
untuk membantu pemgurus organisasi dalam melakukan alokasi sumber daya. Informasi akuntansi juga
dapat digunakan menentukan biaya suatu program atau kegiatan beserta kelayakannya, baik secara
ekonomis maupyn teknis.
Dengan informasi akuntansi, pengurus organisasi dapat menentukan biaya operasional yang akan
diberikan kepada masyarakat sasrannya, menetapkan biaya standar, dan harga yang akan dibedakan
kepada LSM bersangkutan.
Selain itu, informasi akuntansi LSM akan dapat digunakan untuk membantu pemilihan kegiatan yang
efektif dan efisien, yang pada akhirnya akan sangat membantu pada saat penganggaran. Pada akhir proses
pengendalian LSm, akuntansi diperlukan dalam pembuatan laporan keuangan yang merupakan bagian
terpenting dari proses akuntabilitas pada lembaga donor dan publik.
Prinsip good governance atau tata pemerintahan yang baik pada umumnya diterapkan pada
organisasi sektor publik, khususnya pemerintahan. Prinsip ini sangat baik diterapkan kerena cocok dengan
tuntutan zaman dan agenda reformasi yang sedang berjalan di indonesia. Namun, dalam hal ini, penulis
berpendapat bahwa good governance juga terkait dengan penyelenggaraan organisasi publik lainnya,
termasuk LSM.
Pelaksanaan good governance memiliki beberapa prinsip, diantaranya akuntabilitas, transparansi,
pastisipasi, penegakan hukum, responsivitas/daya tanggap, kesetaraan, efesiensi, efektivitas,
profesionalisme, dan pengawasan. Dari kesepuluh prinsip tersebut, kesemuanya dapat diperankan oleh
akuntansi LSM.
Seperti dalam kehidupan sehari-hari, timbul sebuah fenomena mengenai semakiin menguatnya
tuntutan pelaksanaan akuntabilitas oleh organisasi serta keseluruhan, termasuk organisasi LSM. Tuntutan
akuntabilitas pada LSM ini terkait dengan perlunya dilakukan transparansi dan pemberian informasi
dalam rangka pemenuhan hak-hak masyarakat.
Untuk menciptakan good public (masyarakat) maupun good corparate hovernance di LSM
diperlukan perubahan pada organisasi penyelenggaranya. Bentuk perubahan ini bukan hanya identik
dengan format organisasi, tetapi pada alat-alat yang digunakan untuk mendukung berjalannya organisasi
secara efisien, efektif, transparan, dan akuntabel.
29
2.12. SISTEM AKUTANSI KEUANGAN PADA LSM
Dasar tuntutan akuntabilitas, yang dalam hal ini pertanggungjawaban keuangan terhadap segala aktivitas
pada semua organisasi LSM, adalah PSAK No. 45 mengenai pelaporan keuangan organisasi nirlaba.
Karakteristik organisasi nirlaba berbeda dengan organisasi bisnis, dimana perbedaan utama yang
mendasar adalah cara organisasi itu memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai
aktivitas operasionalnya. Organisasi itu memperoleh sumber daya dari lembaga donor dan dari
penyumbang lainnya. Jadi dalam organisasi nirlaba, transaksi yang jarang atau akan pernah terjadi dalam
organisasi bisnis manapun akan muncul. Namun, dalam praktek organisasi nirlaba, berbagai bentuknya
sulit dibedakan dengan organisasi bisnis pada umumnya.
Pada beberapa bentuk organisasi nirlaba, meskipun tidak ada kepemiikan, organisasi tersebut mendanai
kebutuhan modalnya dari utang dan kebutuhan operasinya dari pendapatan atas jasa yang diberikan
kepada publik. Akibatnya, pengukuran jumlah, saat, dan kepastian arus kas untuk menjadi ukuran kinerja
penting bagi para pengguna laporan keuangan organisasi tersebut.
Para pengguna laporan keuangan organisasi nirlaba, dalam hal ini LSM, memiliki kepentingan bersama
yang tidak berbeda dengan organisasi bisnis, yakni untuk menilai:
1) Jasa yang diberikan oleh LSM dn kemampuannya untuk terus memberikan jasa tersebut.
2) Cara pengelola dan pelaksanaan pertanggungjawabannya.
3) Aspek kinerja pengelola.
Kemampuan organisasi untuk terus memberikan jasa dikomunikasikan melalui laporan keuangan yang
menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, aktiva bersih, dan informasi mengenai hubungan
diantara unsur-unsur tersebut. Laporan ini harus menyajikan secara terpisah aktiva bersih baik yang
terikat maupun yang tidak terikat penggunaannya. Pertanggungjawaban pengelola mengenai
kemampuannya melalui laporan aktivitas dan laporan arus kas. Laporan aktivitas harus menyajikan
informasi mengenai perubahan yang terjadi dalam kelompok aktiva bersih. Pernyataan ini adalah
organisasi LSM. Dengan adanya standar pelapran, laporan keuangan organisasi tersebut diharapkan dapat
lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi.
Tujuan dari pelaporan keuangan LSM adalah menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan, disamping untuk menunjukkan akuntabulitas organisasi terhadap sumber daya terpercaya
dengan:
a. Menyediakan informasi mengenai sumber-sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya keuangan,
b. Menyediakan informasi mengenai bagaimana organisasi LSM mendanai aktivitasnya dan memenuhi
persyaratan kasnya,
c. Menyediakan informasi yang berguna dalam mengevaluasi kemampuan organisasi LSM untuk
mendanai aktivitasnya dan untuk memenuhi kewajibanserta komitmennya,
d. Menyediakan informasi mengenai kondisi keuangan suatu organisasi LSM dan perubahan
didalamnya, dan
e. Menyediakan informasi menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja organisasi LSM dari
segi biaya jasa, efisiensi, dan pencapaian tujuan.
Laporan keuangan LSM juga memainkan peranan pediktif dan prospektif yang menyediakan informasi
yang berguna dalam memprediksi banyaknya sumber daya yang disyaratkan untuk operasi berkelanjutan,
sumber daya yang dapat dihasilkan pleh operasi berkelanjutan, dan resiko berasosiasi serta
ketidakpastian. Laporan keuangan dapat juga menyediakan informasi kepada pemakainya, seperti:
a. Mengidentifikasikan apakah sumber daya telah didapatkan dan digunakan sesuai dengan anggaran
yang ditetapkan, dan
b. Mengidentifikasikan apakah sumber daya telah didapatkan dan digunakan sesuai dengan persyaratan,
termasuk batas keuangan yang ditetapkan oleh pengambil kebijakan di masing-masing LSM.
Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan LSm harus disusun atas dasar akrual. Dengan dasar ini,
pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat terjadinya (dan bukan pada saat kas atau setara kas
dibayar atau diterima) serta dicatat dalam catatan akuntansi serta dolaporkan dalam laporan keuangan
periode bersangkutan. Laporan keuangan LSM yang disusun atas dasar akrual akan memberikan
informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masalalu yang melibatka penerimaan dan pembayaran
kas, tetapi juga kewajiban pembayaran kas dimasadepan serta sumber daya yang merepresentasikan kas
yang akan diterima dimasa depan. Oleh karena itu, laporan keuangan LSM menyediakan jenis transaksi
masalalu dan peristiwa lainnya yang paling berguna bagi pemakai dalam pengambilan keputusan.
Laporan keuagan LSM biasanya disusun atas dasar kelangsungan usaha organisasi LSM dan dalam
melanjutkan usahanya dimasa depan. Oleh karena itu, organisasi ini diasumsikan tidak bermaksud atau
berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala pelayanannya.
30
Laporan Keuangan yang Dihasilkan
Laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi laporan posisi keuangan pada akhir periode laporan,
laporan aktivitas, serta laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan.
Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban dan
aktiva bersih, serta informasi mengenai hubungan diantara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu.
Informasi dalam laporan posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan dan informasi dalam
laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditor, dan pihak-
pihak lain untuk menilai:
Laporan posisi keuangan mencakup organisasisecara keseluruhan dan harus menyajikan total aktiva,
kewajiban, dan aktiva bersih.
Laporan posisi keuangan menyediakan informasi yang relevan mengenai likuiditas, fleksibilitas
keuangan, dan hubungan antar aktiva serta kewajiban. Informasi tersebut pada umunya, disajikan dengan
mencantumkan aktiva dan kewajiban yang memiliki karakteristik serupa dalam suatu kelompok yang
relatif homogen. Sebagai contoh, organisasi biasanya melaporkan masing-masing unsur aktiva dalam
kelompok yang homogen, misalnya:
(1) Menyajikan aktiva berdasarkan urutan likuidasi dan kewajiban berdasarkan jatuh tempo.
(2) Mengelompokkan aktiva kedalam lancar dan tidak lancar serta kewajiban kedalam jangka pendek
dan jangka panjang.
(3) Mengungkapkan informasi mengenai likuidasi aktiva atau saat jatuh tempo kewajiban termasuk
pembatasan pengguna aktiva, pada pencatatan atas lapran keuangan.
Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok aktiva bersih berdasarkan ada
atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu terikat secara permanen, terikat secara temporer, dan
tidak terikat. Informasi mengenai sifat dan jumlah pembatasan permanen atau temporer diunggkapkan
dengan cara menyajikan jumlah tersebut dalam laporan keuangan, atau dalam pencatatan atas laporan
keuangan.
Pembatasan permanen terhadap (1) aktiva, seperti tanah atau karya seni yang disumbangkan dengan
tujuan tertentu, untuk dirawat, dan tidak untuk dijual, atau (2) aktiva yang disumbangkan untuk investasi
yang mendatangkan pendapatan secara permanen dpat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok
aktiva bersih yang penggunaannya dibatasi secara permanen, atau disajikan dalam catatan atas laporan
keuangan. Pembatasan permanen atas kelompok kedua tersebut berasal dari hibah atau wakaf dan
warisan yang menjadi dana abadi.
Pembatasan temporer terhadap (1) sumbangan berupa aktivitas operasi tertentu, (2) investasi untuk
jangka waktu tertentu, (3) penggunaan selama periode tertentu di masa depan, atau (4) perolehan aktiva
tetap, dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aktiva bersih tang penggunaannya dibatasi
secara temporer, atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Pembatasan temporer oleh
penyumbang dapat berbentuk pembatasan waktu atau pembatasan penggunaan atau keduanya.
Aktiva tidak terikat umunya meliputi pendapatan dari jasa, penjualan barang, sumbangan, dan deviden
atau hasil investasi, dikurangi beban untuk memperoleh pendapatan tersebut. Batasan terhadap
penggunaan aktiva bersih tidak terikat dapat berasal dari sifat organisasi, lingkungan operasi, dan tujuan
organisasi yang tercantum dalam akte pendirian, dan dari perjanjian kontraktual dengan pemasok,
kreditor, serta pihak lain yang berhubungan dengan organisasi. Informasi mengenai batasan-batasan
tersebut umumnya disajikan dalam catatan aatas laporan keuangan.
Laporan Aktivitas
(1) Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah serta sifat aktiva bersih.
(2) Hubungan antara tansaksi dan peristiwa lain.
(3) Bagaiman sumber daya digunakan dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa.
31
Informasi dalam laporan aktivitas yang digunakan bersama dengan pengungkapan informasi dalam
laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, dan pihak lainnya
untuk mengevaluai kinerja selama satu periode, menilai upaya serta kemampuan dan kesinambungan
organisasi dalam memberikan jasa, dan menilai pelaksanaan tanggungjawab serta kinerja pengelola.
Laporan aktiva mencakup organisasi secara keseluruhan dan menyajikan perubahan jumlahn aktiva
bersih selama satu periode. Perubahan aktiva bersih dalam laporan aktivitas tercermin pada aktiva bersih
atau ekuitas dalam laporan posisi keuangan.
Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih terikat permanen, terikat temporer, dan
tidak terikat selama suatu periode
Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, kecuali
penggunaannya dibatasi oleh penyumbang dan menyajikan beban sebagai pengurang aktiva bersih
tidak terikat,.
Sumbangan disajikan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, terikat permanen, atau terikat
temporer, tergantung pada ada tidaknya pembatasan. Dalam hal ini, sumbangan terikat yang
pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode yang sama, dapat disajikan sebagai sumbangan tidak
terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.
Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan aktiva lain
(atau kewajiban) sebagai penambah atau pengurang aktiva bersih tidak terikat, kecuali jika
penggunaannya dibatasi.
Klasifikasi pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian dalam kelompok aktiva bersih tidak
menutup peluang adanya klasifikasi tambahan dalam laporan aktivitas. Misalnya, dalam suatu
kelompok atau beberapa kelompok perubahan aktiva bersih, organisasi dapat mengklasifikasikan
unsur-unsurnya menurut kelompok operasi atau nonoperasi, dapat dibelanjakan atau tidak dapat
dibelanjakan, telah direalisasi atau belum direalisasi, berulang atau tidak berulang, atau dengan cara
lain.
Laporan akitivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban secara bruto. Namun demikian,
pendapatan investasi dapat disajikan secara neto dengan syarat beban terkait, seperti beban penitipan
dan beban penasehat investasi, diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Laporan aktivitas menyajikan jumlah neto keuntungan dan kerugian yang berasal dari transaksi
incidental atau peristiwa lain yang berada di luar kendali organisasi dan pengelolaan. Misalnya,
keuntungan atau kerugian penjualan tanah dan gedung yang tidak digunakan lagi.
Laporan aktivitas atau catatan atas laporan keuangan harus menyajikan informasi mengenai beban
menurut klasifikasi fungsional, seperti kelompok program jasa utama dan aktivitas pendukung.
Klasifikasi secara fungsional bermanfaat untuk membantu para penyumbang, kreditor, dan pihak lain
dalam menilai pemberian jasa serta penggunaan sumber daya. Di samping penyajian klasifikasi beban
secara fungsional, organisasi nirlaba juga dianjurkan untuk menyajikan informasi tambahan mengenai
beban menurut sifatnya. Misalnya berdasarkan gaji, sewa, listrik, bunga, dan penyusutan.
Program pemberian jasa merupakan aktivitas untuk menyediakan barang dan jasa kepada penerima
manfaat, kelompok sasaran, atau anggota dalam rangka mencapai tujuan atau mis organisasi.
Pemberian jasa tersebut merupakan tujuan dan hasil utama yang dilaksanakan melalui berbagai
program utama.
Aktivitas pendukung meliputi semua aktivitas selain program-program pemberian jasa. Aktivitas
pendukung umumnya meliputi aktivitas pengelolaan dan umum, pencairan dana, dan pengembangan
anggota. Aktivitas pengelolaan dan umum meliputi pengawasan, pengelolaan bisnis, pembukuan,
penganggaran, pendanaan, aktivitas administrative lainnya, serta semua aktivitas pengelolaan dan
administrasi, kecuali program pemberian jasa atau pencairan dana, pengadaan daftar alamat
penyumbang, pelaksanaan acara khusus, pembuatan dan penyebaran manual, petunjuk dan bahan
lainnya, serta pelaksanaan aktivitas lain dalam rangka pencairan dana dari individu, yayasan, dan
pemerintah. Aktivitas pengembangan anggota meliputi penyeruan atau dakwah anggota baru dan
pengumpulan iuran anggota, hubungan, dan aktivitas sejenis.
Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas
selama suatu periode.
32
Klasifikasi Penerimaan dan Pengeluaran Kas
Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2 tentang Laporan Arus Kas dengan tambahan berikut ini:
1. Aktiva pendanaan
a) Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka panjang.
b) Penerimaan kas dari sumbangan dan pengembalian investasi yang penggunaannya dibatasi untuk
perolehan, pembangunan, dan pemeliharaan aktiva tetap, atau peningkatan dana abadi
(endowment).
c) Bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang.
2. Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan nonkas, sumbangan berupa
bangunan atau aktiva investasi.
Pemegang Kas berfungsi menerima dan mengeluarkan aliran kas dari dan ke Kas organisasi LSM.
a. Aktivitas Investasi
Meliputi pemberian dan penagihan pinjaman, pembelian, atau pewakafan tanah, gedung, dan
peralatannya, yakni aktiva yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan bagi masyarakat.
Pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas investasi perlu dilakukan agar dapat
menyajikan seberapa besar arus kas telah dikeluarkan untuk memperoleh sumber daya yang
dimaksudkan guna meningkatkan pelayanan jasa masa depan LSM.
Pembayaran kas untuk mendapatkan gedung dan peralatan, aktiva tidak berwujud, dan aktiva
jangka panjang. Pembayaran ini termasuk juga pembayaran yang berkaitan dengan dana
pengembangan gedung dan peralatan yang dibuat sendiri.
Kas dibayar di muka dan pinjaman yang dibuat untuk pihak-pihak lain.
Penerimaan kas dari pembayaran kembali kas dibayar di muka dan pinjaman yang diberikan
kepada pihak-pihak lain.
Pembayaran kas untuk kontrak future, kontrak forward, kontrak option, dan kontrak swap, kecuali
kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan bisnis, atau pembayaran yang diklasifikasikan sebagai
aktivitas pendanaan.
Penerimaan kas untuk kontrak future, kontrak forward, kontrak option, dan kontrak swap, kecuali
kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan bisnis, atau pembayaran yang diklasifikasikan sebagai
aktivitas pendanaan.
b. Aktivitas Pembiayaan/Pendanaan
Aktivitas ini meliputi perolehan sumber daya, pemberian layanan kepada masyarakat, peminjaman
uang atau membantu masyarakat yang memerlukan dan membayar kembali jumlah yang dipinjam,
perolehan, dan pembayaran sumber-sumber lainnya.
Aktivitas pendanaan merupakan pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas
pendanaan, yang perlu dilakukan agar arus kas ini berguna dalam memprediksi klaim-klaim dalam
arus kas masa depan yang tersedia untuk LSM.
c. Aktivitas Operasi
Aktivitas ini meliputi seluruh transaksi dan peristiwa lain yang tidak termasuk dalam aktivitas
investasi dan pembelanjaan. Aktivitas operasi umumnya meliputi penyediaan layanan. Arus kas dari
aktivitas operasi adalah dampak kas dari transaksi dan peristiwa lain yang diperhitungkan.
Jumlah arus kas bersih yang timbul dari aktivitas operasi merupakan indicator utama seberapa
besar operasi suatu LSM tersebut didanai oleh:
a) Hibah
b) Dana dari donor yang dilayani oleh LSM.
Arus kas dari aktivitas operasi terutama didapatkan dari aktivitas utama penghasil kas LSM
Penerimaan kas dari hibah (grants) atau transfer dan apropiasi lainnya atau otoritas anggaran
lainnya yang dibuat oleh pimpinan LSM atau organisasi-organisasi LSM lainnya.
Pembayaran kas kepada organisasi LSM lainnya untuk mendanai operasional (termasuk
pinjaman).
Penerimaan kas dan pembayaran kas, khususnya asuransi untuk premi dan klaim, apabila LSM
diasuransikan.
Pembayaran kas untuk pajak bumi dan bangunan atau pajak lainnya yang berkaitan dengan
aktivitas operasi.
33
Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak-kontrak yang dimiliki untuk tujuan dealing atau
kerja sama lainnya. Misalnya, kegiatan pelatihan untuk petani dan workshop perempuan.
Penerimaan atau pembayaran kas dalam kaitannya dengan penyelesaian masalah-masalah hokum
(litigasi, apabila ada).
Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang
diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya, yang merupakan
unsur laporan keuangan. Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan
adalah aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Sedangkan yang terkait dengan kinerja secara umum adalah
pendapatan (penghasilan) dan pengeluaran (beban).
Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan akan didefinisikan sebagai
berikut:
a) Aktiva adalah sumber daya yang dimiliki oleh organisasi LSM sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan manfaatnya di masa depan bagi penyelenggaran LSM.
b) Kewahiban adalah utang organisasi LSM masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, dan
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya organisasi LSM yang
bermanfaat.
c) Ekuitas adalah hak residual atas aktiva organisasi LSM setelah dikurangi semua kewajiban.
Dalam penilaian apakah suatu pos memenuhi definisi aktiva, kewajiban, atau ekuitas, perhatian
perlu ditujukan pada substansi yang mendasari serta realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk
hukumnya.
AKTIVA
Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aktiva adalah potensi dari aktiva tersebut
untuk memberikan sumbangan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dan arus kas pada
organisasi LSM. Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu seperti produktivitas layanan dan
merupakan bagian dari aktivitas operasional LSM, atau mungkin pula berbentuk sesuatu yang dapat
diubah menjadi kas atau setara kas atau berbentuk kemampuan untuk mengurangi pengeluaran kas
organisasi.
Organisasi LSM biasanya menggunakan aktiva dalam menyelenggarakan kegiatan rutin
masyarakat. Jadi, masyarakat dalam hal ini juga memberikan sumbangannya kepada arus kas
organisasi LSM.
Aktiva LSM berasal dari sumbangan masyarakat atau donator lainnya atau peristiwa lain yang
terjadi di masa lalu. Organisasi LSM memperoleh aktiva melalui pembelian atau produksi sendiri,
tetapi transaksi atau perisriwa lain juga dapat menghasilkan aktiva, seperti property yang diterima
LSM dari pemerintah sebagai bagian dari program untuk merangsang perkembangan LSM dalam
suatu wilayah. Transaksi atau peristiwa yang diharapkan terjadi di masa depan tidak dengan
sendirinya memunculkan aktiva, sehingga maksud untuk membeli persediaan tidak dengan sendirinya
memenuhi definisi aktiva.
Terdapat hubungan yang erat antara terjadinya pengeluaran dan timbulnya aktiva, tetapi kedua
peristiwa ini tidak harus terjadi bersamaan. Apabila organisasi LSM melakukan pengeluaran, maka
peristiwa ini memberikan bukti bahwa organisasi tersebut mengejar manfaat ekonomi tetapi belum
tentu memperoleh aktiva.
KEWAJIBAN
Karakteristik esensial kewajiban (liabilities) adalah bahwa organisasi LSM mempunyai kewajiban
(obligation) masa kini. Kewajiban adalah suatu tugas atau tanggung jawab untuk bertindak atau
melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat dipaksakan, menurut hukum, sebagai
konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundangan.
Suatu perbedaan perlu dilakukan antara kewajiban sekarang dan komitmen di masa depan.
Keputusan pengelolaan organisasi dalam meningkatkan aktiva di masa depan tidak dengan sendirinya
menimbulkan kewajiban sekarang. Kewajiban terjadi, apabila aktiva telah diserahkan. Penyelesaian
kewajiban masa kini biasanya mengharuskan organisasi untuk mengorbankan sumber daya yang
memiliki manfaat masa depan demi memenuhi tuntunan masyarakat sekitarnya atau masyarakat
pengikutnya. Penyelesaian kewajiban yang ada sekarang dapat dilakukan dengan pembayaran kas,
penyerahan aktiva lain, pemberian layanan bagi masyarakat dan siapa pun yang datang, penggantian
kewajiban tersebut dengan kewajiban lain, serta konversi kewajiban menjadi ekuitas.
Kewajiban muncul dari transaksi atau peristiwa di masa lalu, misalnya pemberian sumangan
masyarakat kepada organisasi LSM. Beberapa jenis kewajiban hanya dapat diukur dengan
menggunakan prakiraan dalam derajat yang substansial. Beberapa orgaisasi menyebut kewajiban ini
sebagai penyisihan. Dalam pengertian sempit, penyisihan ini tidak dipandang sebagai kewajiban,
sehingga hanya mencakup jumlah yang dapat ditentukan tanpa perlu membuat prakiraan.
EKUITAS
Meskipun dalam definisi sebelumnya ekuitas disebut sebagai residual, namun ekutas dapat juga
disubklasifikasikan daam neraca. Klasifikasi semacam ini dapat menjadi relevan untuk kebutuhan
34
pengambilan keputusan serta dapat merefleksikan fakta bahwa pihak-pihak dengan hak
kepemilikannya masing-masing mempunyai hak yang berbeda dalam pelayanan masyarakat.
Pembentukan cadangan terkadang diharuskan oleh suatu peraturan yang berlaku untuk
memberikan perlindungan tambahan kepada organisasi LSM. Eksistensi serta besarnya cadangan itu
merupakan informasi yang relevan untuk kebutuhan pengambilan keputusan. Jumlah ekuitas yang
disampaikan dalam neraca tergantung pada pengukuran aktiva dan kewajiban.
KINERJA
Pendapatan/penghasilan bersih ditambah dengan pelayanan sering kali digunakan sebagai ukuran
kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran lain, seperti investasi. Unsur yang secara langsung berkaitan
dengan pengukuran pendapatan/penghasilan bersih adalah penghasilan dan beban.
Unsur penghasilan (income) didefinisikan sebagai kenaikan manfaat LSM selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukkan atau penambahan aktiva, atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas. Sedangkan beban (expenses) adalah penurunan manfaat LSM
selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas.
PENGHASILAN
Definisi penghasilan (income) meliputi seluruh pendapatan (revenues), yang timbul dalam
pelaksanaan aktivitas organisasi LSM yang biasa dan dikenal dengan sebutan fundraising. Berbagai
jenis aktiva dapat diterima atau bertambah karena penghasilan, misalnya kas dan jasa yang diterima
sebagai penukar produk yang dihasilkan oleh organisasi seperti buku, buletin, artikel, atau bentuk
lainnya.
BEBAN
Definisi beban mencakup kerugian maupun beban yag timbul dalam pelaksanaan aktivitas
organisasi LSM yang biasa. Beban-beban tersebut meliputi beban pokok pelayanan dan penyusunan.
Beban biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas (dan serta kas),
persediaan, dan aktiva tetap.
Kerugian yang mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban mungkin timbul atau
mungkin tidak timbul dari aktivitas organisasi LSM. Kerugian tersebut mencerminkan berkurangnya
manfaat, dan pada hakikatnya, tidak berbeda dari beban lain. Kerugian dapat ditimbul dari bencana
kebakaran, banjir, serta dari pelaporan aktiva tidak lancar.
Dapat Dipahami
Kualtas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan LSM adalah kemudahannya
untuk segera dipahami oleh pemakainya. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki
pengetahuan yang memadai tentang aktivitas, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi
dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan
dalam laporan keuangan LSM, tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi
tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.
Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses
pengambilan keputusan. Informasi dianggap memliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau
masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi hasil evaluasi di masa lalu.
Peran informasi dalam peramalan (predictive) dan penegasan (confirmity) berkaitan satu sama lain.
Misalnya, informasi mengenai struktur dan besarnya aktiva yang dimiliki akan bermanfaat bagi
pemakai, ketika berusaha meramalkan kemampuan organisasi dalam memanfaatkan peluang dan
beraksi terhadap situasi yang mendefinisikan. Informasi yang sama juga berperan dalam memberikan
penegasan (cofirmity role) terhadap prediksi yang lalu, misalnya, tentang bagaimana struktur keuangan
organisasi LSM diharapkan tersusun atau tentang hasil dari operasi yang direncanakan.
Informasi mengenai posisi keuangan dan kinerja di masa lalu sering kali digunakan sebagai dasar
untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan, serta hal-hal lain yang langsung
menarik perhatian pemakai, pergerakan pemasukan sumber daya, dan kemampuan organisasi LSM
untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak harus dalam bentuk
ramalan eksplisit. Namun demikian, kemampuan laporan keuangan untuk membuat prediksi dapat
ditingkatkan dengan menampilkan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu. Misalnya, nilai
prediktif laporan kinerja keuangan dapat ditingkatkan kalau pos-pos pendapatan atau biaya yang tidak
biasa, abnormal, dan jarang terjadi diungkapkan secara terpisah.
Materialitas
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Dalam beberapa kasus, hakikat
informasi saja sudah cukup untuk menentukan relevansinya. Misalnya, pelaporan suatu segmen baru
35
dapat mempengaruhi penilaian risiko dan peluang yang dihadapi organisasi LSM, tanpa
mempertimbangkan materialitas hasil yang dicapai segmen baru tersebut dalam periode pelaporan.
Dalam kasus lain, baik hakikat maupun materialitas dipandang penting, seperti jumlah serta kategori
persediaan yang sesuai dengan kebutuhan organisasi LSM.
Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat
informasi tersebut dapat mempengaruhi pengambilan keputusan ekonomi pemakai berdasarkan laporan
keuangan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi
khusus dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencari (misstatement).
Oleh karenanya, materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah daripada suatu
karakteristik kualitatif pokok, yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna.
Keandalan/Reliabilitas
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas yang andal jika
bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan oleh pemakainya
sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan, atau
yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
Informasi mungkin relevan tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan, maka
penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Misalnya, jika keabsahan dan
jumlah tuntutan atas kedefisitan dalam suatu tindakan hukum masih dipersengketakan, mungkin tidak
tepat bagi organisasi LSM untuk mengakui seluruh jumlah tuntutan tersebut dalam laporan posisi
keuangan, meskipun mungkin tepat untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan dari tuntutan tersebut.
Penyajian Jujur
Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa
lainnya yang akan disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. Jadi, misalnya,
laporan posisi keuangan harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya dalam
bentuk aktiva, kewajiban, dan ekuitas organisasi LSM, pada tanggal pelaporan yang memenuhi kriteria
pengakuan.
Pada umumnya, informasi keuangan tidak luput dari risiko penyajian yang dianggap kurang jujur
dari apa yang seharusnya digambarkan. Hal tersebut bukan disebabkan oleh kesengajaan untuk
menyesuaikan, tetapi lebih karena kesulitan yang melekat dalam mengidentifikasikan transaksi serta
peristiwa lainnya yang dilaporkan, atau dalam menyusun atau menerapkan ukuran dan teknik penyajian
yang sesuai dengan makna transaksi serta persitiwa tersebut. Dalam kasus tertentu, pengukuran dampak
keuangan dari suatu pos sangat tidak pasti, sehingga organisasi LSM pada umumnya tidak
mengakuinya dalam laporan keuangan. Misalnya, meskipun dalam melakukan kegiatannya organisasi
LSM dapat menghasilkan goodwill, lazimnya sulit untuk mengidentifikasi atau mengukur goodwill
secara andal. Namun, dalam kasus lain, pengakuan suatu pos tertentu tetap dianggap relevan dengan
mengungkapkan risiko kesalahan sehubungan dengan pengakuan dan pengukurannya.
Netralitas
Informasi harus dapat diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada
kebutuhan serta keinginan pihak tertentu. Penyajian informasi tidak boleh ditujukan untuk
menguntungkan beberapa pihak dan mendefinisikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang
berlawanan.
Pertimbangan Sehat
Penyusun laporan keuangan adakalanya menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu,
seperti ketertagihan piutang yang diragukan dan pratikum masa manfaat LSM serta peralatan.
Ketidakpastian semacam ini diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya, dan dengan
menggunakan pertimbangan sehat (prudence) dalam menyusun laporan keuangan LSM. Pertimbangan
sehat mengandung unsur-unsur kehati-hatian saat melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian,
sehingga aktiva atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban atau biaya tidak
dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian, penggunaan perimbangan sehat tidak memperkenankan
pembentukan cadangan tersembunyi atau provisi (provision) yang berlebihan, dan sengaja menetapkan
aktiva atau pendapatan yang lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau biaya yang lebih tinggi,
sehingga laporan keuangan LSM menjadi tidak netral, yang akhirnya tidak memiliki kualitas andal.
36
Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas
dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission) akan mengakibatkan penyesatan
informasi, sehingga laporan keuangan tidak dapat diandalkan menrut kualitas kelengkapannya.
Dapat Dibandingkan
Pemakai baru dapat memperbandingkan laporan keuangan organisasi LSM selama beberapa periode
untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi keuangan dan kinerja keuangan. Pemakai juga
harus dapat memperbandingkan laporan keuangan organisasi LSM untuk mengevaluasi posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan
penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa, harus dilakukan secara
konsisten antarperiode organisasi LSM yang sama atau yang berbeda.
Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan adalah bahwa pemakai harus
mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dlaam penyusunan laporan keuangan
LSM dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut.
Para pemakai harus dapat mengidentifikasi perbedaan kebijakan akuntansi yang diberlakukan atau
transaksi serta peristiwa lain yang sama dalam sebuah organisasi LSM dari satu periode ke periode
lainnya. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang
digunakan oleh organisasi LSM, akan membantu pencapaian daya banding.
Kebutuhan akan daya banding jangan dikacaukan dengan keseragaman semata, dan, tidak
seharusnya menjadi hambatan dalam memperkenalkan standar akuntansi LSM yang lebih baik. Karena
pemakai ingin membandingkan posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan antarperiode,
maka organisasi LSM perlu menyajikan informasi periode sebelumnya.
Pada hakikatnya, orang belum dapat dikatakan paham dalam menyusun laporan keuangan jika belum
memahami siklus akuntansi. Akuntansi, pada dasarnya, merupakan suatu proses pengolahan informasi
yang akan menghasilkan keluaran berupa informasi akuntansi yang salah satunya adalah laporan
keuangan.
Laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu proses akuntansi, yaitu aktivitas pengumpulan dan
pengolahan data keuangan untuk disajikan dalam bentuk laporan keuangan, atau ikhtisar-ikhtisar lainnya
yang dapat digunakan untuk membantu para pemakainya dalam membuat atau mengambil keputusan.
Untuk menyusun laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan dan dapat diterima secara umum,
prinsip-prinsip akuntansi, prosedur, metode, serta teknik-teknik dari segala sesuatu yang dicakup dalam
ruang lingkup akuntansi telah dikenal. Terlepas dari aturan itu semua, dalam menyusun laporan keuangan
ada suatu susunan yang dinamakan siklus akuntansi.
Siklus akuntansi adalah suatu proses penyediaan laporan keuangan organisasi selama suatu
periode tertentu. Siklus akuntansi dapat dibagi menjadi pekerjaan yang dilakukan selama periode tersebut,
yaitu penjurnalan transaksi dan pemindahbukuan ke dalam buku besar, serta penyiapan laporan keuangan
pada akhir periode. Pekerjaan yang dilakukan pada akhir periode adalah mempersiapkan akun untuk
mencatat transaksi-transaksi pada periode selanjutnya. Banyaknya langkah yang harus dilakukan pada
akhir periode secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan dilakukan pada bagian
akhir. Walaupun demikian, pencatatan dan pemindahbukuan selama periode tersebut membutuhkan waktu
lebih banyak dibandingkan dengan pekerjaan di akhir periode.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, siklus akuntansi merupakan serangkaian prosedur kegiatan
akuntansi dalam suatu periode, mulai dari pencatatan transaksi pertama sampai dengan penyusunan
laporan keuangan dan penutupan pembukuan secara keseluruhan, serta siap untuk pencatatan transaksi
periode selanjutnya.
Proses Akuntansi
37
Tahapan Siklus Akuntansi LSM
Transaksi adalah suatu pertemuan antara 2 belah pihak (penjual dan pembeli) yang saling
menguntungkan dengan adanya data/bukti/dokumen pendukung yang dimasukkan ke dalam jurnal, setelah
melalui pencatatan. Dalam istilah akuntansi, transaksi dapat dikatakan sebagai kejadian yang dapat
mempengaruhi posisi keuangan suatu badan usaha, serta sebagai hal yang wajar untuk dicatat. Banyak
kejadian yang dapat mempengaruhi suatu organisasi LSM dan semua kejadian tersebut tidak dapat
seluruhnya dicatat sebagai transaksi, tergantung pada jenis kejadian tersebut apakah bisa diukur ataupun
tidak. Kejadian yang dapat dicatat sebagai suatu transaksi adalah:
Pembelian barang.
Penjualan barang.
Pembayaran sewa.
Penerimaan uang kas.
Bukti Transaksi
Bukti transaksi adalah dokumen sumber atau instrumen yang menandai bahwa transaksi yang sah
telah terjadi. Jenis-jenis bukti transaksi yang biasanya digunakan dalam suatu transaksi adalah kwitansi,
nota penjualan, daftar gaji, dan faktur.
2.13.4. Jurnal
Pengertian Jurnal
Jurnal adalah sarana untuk mencatat transaksi organisasi LSM yang dilakukan secara kronologis
atau berdasarkan urut waktu terjadinya, dengan menunjukkan akun yang harus didebet atau dikredit
berserta jumlah nilai uangnya masing-masing. Dalam jurnal ini, data transaksi keuangan untuk pertama
kalinya diklasifikasikan menurut jenisnya yang sesuai dengan informasi yang akan disajikan dalam
laporan keuangan.
Setiap transaksi yang terjadi dalam organisasi LSM, sebelum dibukukan ke dalam buku besar,
harus dicatat dahulu dalam jurnal. Oleh karena itu, jurnal selain dibuat untuk suatu transaksi disebut ayat
jurnal, dimana antara ayat jurnal yang satu dengan yang lainnya harus diberi jarak satu baris, sehingga
jelas terlihat batas antara yang satu dengan yang lainnya.
Manfaat Jurnal
Manfaat pemakaian jurnal adalah:
a. Jurnal merupakan sarana pencatatan yang dapat menggambarkan pos-pos nyang terpengaruh oleh
suatu transaksi. Jurnal akan sangat berguna ketika suatu transaksi mengakibatkan beberapa
pendebetan dan pengkreditan. Pengaruh transaksi ini terliha jelas dalam jurnal.
b. Jurnal mearupakan sarana pencatatan yang memberi gambaran secara kronologis sehingga gambaran
lengkap tentang seluruh transaksi organisasi berdasarkan urur-urutan kejadiannya dapat diberikan.
c. Jurnal dapata dipecah-pecah menjadi beberapa jurnal yang dapat dikerjakan oleh beberapa orang
secara bersamaan. Hal ini lebih mempermudah karena langsung mencatat pada buku besar sulit
dilaksanakan, terutama dalam organisasi yang besar, karena pencatatan seluruh transaksi dalam buku
besar hanya dilakukan oleh satu orang saja.
d. Jurnal menyediakan ruang yang cukup untuk keterangan transaksi bila dibandingkan dengan ruang
yang ada pada buku besar.
e. Apabila transaksi langsung dicatat ke dalam buku besar dan terjadi kesalahan dalam mencatatnya,
maka letak kesalahan tersebut dalam buku besar sulit ditemukan.
39
Contoh Jurnal
Transaksi
Analisis Transaksi
Analisis Transaksi Kredit
Mencatat Jurnal
2.13.5. Buku Besar
Buku Besar merupakan suatu buku yang berisi kesimpulan akun atau perkiraan yang telah dicatat
dalam jurnal. Akun-akun tersebut digunakan untuk mencatat secara terpisah aktiva, kewajiban atau utang,
dan ekuitas.
TAHUN ANGGARAN...
40
Contoh Buku Besar bentuk panjang:
Sebelum membuat laporan keuangan, jurnal, dan membukukan ayat jurnal penyesuaian, terlebih dulu
perlu ditentukan dan dikumpulkan data yang relevan; misalnya, perlu ditentukan nilai perlengkapan yang
masih ada dan gaji yang terhutang pada akhir periode itu. Kumpulan data, naskah laporan keuangan, dan
analisis-analisis lain yang bermanfaat yang disiapkan oleh akuntan, umumnya disebut kertas kerja
(working paper).
41
Kertas kerja merupakan kolom yang digunakan dalam proses akuntansi keuangan manual. Di dalam
format kertas kerja, Neraca Saldo merupakan daftar akun-akun beserta saldo yang menyertainya selama
suatu periode tertentu.
Laporan keuangan adalah hasil akhir dari peroses akuntansi, yang menyajikan informasi yang
berguna unttuk pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan
menggambarkan tentang pencapaian kinerja program dan kegiatan, kemajuan realisasi pencapaian target
pendapatan, relisasi penyerapan belanja, dan realisasi pembiayaan. Perlu diperhatikan bahwa ada beberapa
komponen laporan keuangan yang sering tampil di surat kabar, yaitu Neraca, Laporan Laba-Rugi, Laporan
perubahan Modal, dan Laporan arus Kas yang dilengkapi oleh Catatan atas Laporan Keuangan, seperti
pada laporan tahunan dan prospektus.
Laporan Keuangan-Neraca
Pengertian Neraca
Neraca ibarat sebuah foto, yaitu hanya menampilkan gambarant entang organisasi LSM pada saat
tanggal neraca saja. Sebagai perbandingan, laporan ini juga menampilkan „foto‟ pada periode yang sama
tahun lalu. Di dalamnya terdapat „gambaran‟ posisi keuangan (financial position) lembaga.
Jadi, neraca merupakan laporan yang memberikan gambaran untuh tentang entitas pada suatu titik
waktu. Dalam neraca,unsur-unsuryang menyusun entitas tersebut akan tergambar, sehingga neraca
sering juga disebut potret posisi keuangan suatu entitas.
(2) Utang/Kewajiban
Kewajiban merupakan utang masa kini yang timbaul dari pristiwa masa lalu, dan penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sember daya entitas/lembaga yang mengandung manfaat
ekonomi.
(3) Modal
Modal adalah hak residual atas aktiva entitas/lembaga setelah dikurangi semua kewajiban
a. Setoran modal dari entitas/lembaga.
b. Saldo laba dan Cadangan.
42
Laporan Surplus Defisit
Pengertian Laporan Surplus Defisit
Laporan Surplus Defisit adalah laporan yang menggambarkan kinerja keuangan entitas (dalam satu
periode akuntansi). Kinerja dalam hal ini digambarkan sebagai kemampuan suatu entitas dalam
menciptakan pendaoatan. Laporan keuangan jenis ini memuat entitas selama satu tahun itu, berikut biaya
yang harus dikeluarkan, juga dimuat di sini.
Dalam akuntansi, surplus atau defisit merupakan selisih dari seluruh pendapatan dan seluruh biaya.
Ketika total pendapatan lebih besar daripada total biaya, maka terjadi surplus. Ketika total biaya lebih
bessr daripada total pendapatan, maka yang terjadi adalah defisit.
43
Deskripsi Biaya dalam Laporan Surplus Defisit:
…………….
Laporan Surplus Defisit
Periode 1 Januari – 31 Desember 2005
Pendapatan :
Pendapatan ….. ᴿᵖ
Pendapatan …..
Bunga Bank
Biaya
Gaji dan Honorarium ᴿᵖ
Telekomunikasi
Pemakaian Bahan Habis Pakai
Depresiasi perlengkapan…..
Depresiasi Perlengkapan Kantor
Sewa Komputer
Asuransi
Macam-macam
Surplus (Defisit) ᴿᵖ
Surplus sebelum pajak ᴿᵖ
Pajak Penghasilan Taksiran
Surplus (defisit) bersih ᴿᵖ
Berdasarkan ilustrasi di atas, yang termasuk dalam komponen biaya LSM adalah (1) gaji dan
honorarim, (2) telekomunikasi, (3) pemakaian bahan habis pakai, (4) depresiasi perlengkapan dari
berbagai aset yang ada (5) depresiasi perlengkapan kantor, (6) sewa komputer, (7) asuransi, (8) biaya
lainnya.
Berdasarkan proses pencatatan dan penyajiannya, biaya-biaya di atas dikeluarkan sesuai dengan
mekanisme dalam siklus akuntansi keuangan. Oleh karena itu, siklus akuntansi biaya terkait erat dengan
siklus akuntansi keuangan.
Siklus akuntansi biaya LSM sangat dipengaruhi oleh siklus kegiatan LSM tersebut. Siklus kegiatan
LSM dimulai dengan pembelian barang atau peralatan dan jasa berdasarkan kegiatan program yang telah
digunakan untuk membeli barang atas jasa peralatan serta perlaksanaan program LSM tersebut.
Seperti telah diungkapkan di muka, akuntansi biaya sangat terkait dengan akuntansi keuangan
lembaga. Alur proses pencatatannya hampir sama dalam siklus akuntansi keuangan. Hal yang
membedakannya adalah dalam siklus akuntansi keuangan tidak ada proses klasifikasi dan analisis biaya.
44
Skema siklus akuntansi biaya:
Perhitungan
Anggaran
Klasifikasi
Analisis
Keterangan:
Agar keputusan pengelola lembaga terarah, harus diketahui terlebih dahulu berapa banyak biaya yang
diperlukan (misalnya, produk, mesin, layanan, atau proses). Perhitungan dengan sistem pembiayaan
biasanya dilakukan dalam 2 tingkatan dasar, yakni pengumpulan dan penetapan. Pengumpulan biaya (cost
accumulation) adalah pengumpulan data biaya dengan berbagai cara dan menggunakan sarana sistem
akuntansi. Setelah pengumpulan biaya, pengelola lembaga menentukan biaya untuk menunjuk objek biaya
sebagai alat bantu pembuatan keputusan. Sementara itu penetapan biaya (cost assigment) merupakan
sebuah istilah umum yang meliputi (1) penelusuran atau tracing pengumpulan biaya pada objek biaya dan
(2) pengalokasian kupulan biaya, di mana ada biaya objek.
Dari sudut pandang perencanaan dan pengendalian, cara yang mungkin paling berguna untuk
mengklasifikasikan biaya adalah berdasarkan perilaku biaya. Perilaku biaya (cost behavior) berarti
bagaimana biaya akan bereaksi atau menanggapi perubahan tingkat aktivitas lembaga. Ketika tingkat
aktivitas naik-turun, biaya tertentu dapat harus mampu mengantisipasi kemungkinan mana yang akan
terjadi, dan apabila suatu biaya dapat diharapkan berubah, maka besaran perubahannya harus diketahui.
Untuk memberikan informasi ini, biaya diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu tetap dan variabel.
Biaya Tetap
Apa yang dimaksud dengan biaya tetap? Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak dipengaruhi
oleh perubahan kegiatan organisasi. Biaya tetap mempunyai sifat sebagai berikut:
a. Jumlah totalnya tidak berubah walaupun kegiatan berubah.
b. Biaya per unit semakin kecil apabila kegiatan semakin besar
Pada dasarnya , biaya tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tidak berubah dalam jangka waktu
tertentu, sedangkan dalam jangka panjang, jumlah totalnya dapat berubah. Selain itu, jumlah total biaya
45
tetapnjuga akan sama pada tingkat kapasitas tertentu, dan apabila kegiatan yang telah ditetapkan
mencukupi, maka biaya tetap akan berubah jumlahnya.
Apa Saja Contoh dari Biaya Tetap?
Yang termasuk ke dala, biaya tetap adalah biaya gaji direktur, biaya gaji bulanan atau tahunan, dan
lain lain. Biaya tetap itu sendiri terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu:
a. Baiaya yang tidak dipengaruhi oleh kebijakan manajemen (Committed Fixed Cost).
b. Biaya yang dipengaruhi oleh kebijakan manajemen (Discretionary Fixed Cost)
Biaya yang tidak dipengaruhi oleh kebijakan manajemen (Committed Fixed Cost) adalah biaya tertap
yang dikeluarkan karena keputusan yang lalu dan berhubungan dengan ramalan pengoperasian jangka
panjang, atau untuk menjaga kapasitas yang dibutuhkan dalam jangka panjang; contohnya adalah biaya
penyusutan aktiva tetap, pajak bumi dan bangunan, bbiaya asuransi, sewa, dan gaji karyawan utama.
Biaya yang dipengaruhi oleh kebijakan manajemen (Discretionary Fixed Cost) merupakan biaya yang
timbul dari keputusan penyediaan anggaran secara berkala (biasanya tahunan), yang secara langsung
mencerminkan kebijakan manajemen puncak mengenai jumlah maksimum biaya yang diizinkan untuk
dikeluarkan. Biaya ini tidak dapat menggambarkan hubungan yang optimum antara masukan biaya yang
diizinkan untuk dikeluarkan. Biaya ini tidak dapat menggambarkan hubungan yang optimum antara
masukan dan keluaran (yang diukur dengan volume penjualan jasa atau produk). Contohnya adalah biaya
riset dan pengembangan, biaya iklan, biaya promosi, biaya program latihan kasryawan, dan biaya
konsultan. Pengeluaran biaya ini dapat menggambarkan hubungan yang optimum antara masukan dan
keluaran (yang diukur dengan volome penjualan jasa atau produk). Contohnya adalah biaya riset dan
pengembangan, biaya iklan, biaya promosi, biaya program latihan karyawan, dan biaya konsultan.
Pengeluaran biaya ini dapat dihentikan atas kebijakan manajemen.
Biaya Variabel
Biaya variabel merupakan biaya yang jumlah totalnya dipengaruhi oleh perubahan kegiatan. Biaya
variabel mempunyai sifat:
a. Jumlah totalnya ikut berubah secara proposional ketika kegiatan organisasi berubah, yang
artinya:apabila kegiatan bertambah, maka biaya totalnya ikut bertambah dalam persentase yang sama
dengan penambahan kegiatan, dan sebaliknya, jika kegiatan berkurang, maka jumlah biaya akan
berkurang sebesar persentase turunnya kegiatan.
b. Biaya per unit tidak berubah walaupun kegiatan berubah.
Apa saja contoh biaya yang termasuk ke dalam biaya variabel? Contoh biaya variabel pada organisasi
manufaktur adalah biaya bahan baku dan biaya upah tenaga kerja langsung. Sedangkan contoh biaya
variabel untuk organisasi jasa adalah biaya administrasi dan biaya komisi.
Biaya Langsung
Biaya langsung adalah biaya yang dipengaruhi secara langsung oleh adanya program atau kegiatan
yang direncanakan. Jenis biaya langsung dapat berupa biaya staf dan relawan serta biaya peralatan.
Keberadaan anggaran biaya langsung merupakan konsekuensi dari program atau kegiatan yang ditetapkan.
Karakteristik biaya langsung adalah bahwa input (alokasi biaya) yang ditetapkan dapat diukur dan
diperbandingkan dengan output yang dihasilkan. Variabelitas jumlah komponen biaya langsung sebagian
besar dipengaruhi oleh target kinerja atau tingkat pencapaian program atau kegiatan yang diharapkan.
Anggaran LSM
Anggaran dapat diinterpretasikan sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran
yang diharapkan akan terjadi selama satu atau beberapa periode mendatang. Dalam tampilan anggaran,
data penerimaan dan pengeluaran yang terjadi di masa lalu selalu disertakan. Pada dasarnya, ada 3 jenis
anggaran: (1) Anggaran modal (capital budget) yang menggambarkan perencanaan pengelolaan modal, (2)
Anggaran kas (cash budget), yang menggambarkan rencana penerimaan dan pengeluaran kas, dan (3)
Anggaran operasi (operating budget) yang menggambarkan perencanaan pendanaan aktivitas. Pada
46
umumnya, karakter anggaran organsisasi sektor publik yang nonoprofit hampir sama dengan organisasi
profit.
Anggaran modal (capital budget) berisi daftar kebutuhan modalproyek yang diajukan untuk tahun
yang akan datang. Pada sisi dampak, anggaran tersebut mencakup seluruh pengeluaran aset yang terencana
selama satu tahun. Pada kebanyakan organisasi, komponen anggaran modal muncul dari keputusan yang
dibuat pada saat proses perencanaan strategis. Apabila seluruh penerimaan modal yang disetujui lebih
besar dari yang seharusnya didanai, maka pimpinan manajemen harus mengurangi anggaran modal.Jika
modal proyek tersebut berdampak terhadap pelaksanaan program tahun depan, maka beberapa
pengurangan harus dipertimbangkan dengan hati-hati.
Pembelanjaan modal secara menyeluruh berdampak terhadap pengoperasian biaya. Oleh karena itu,
kaitan yang penting antara anggaran modal dan anggaran pelaksanaan atau operasi dapat dirasakan.
Anggaran operasi selalu diperuntukkan selama periode tertentu, biasanya satu tahun, meskipun beberapa
organisasi menggunakan kerangka waktu yang berbeda-beda. Anggaran ini terkait dengan keputusan akhir
menyangkut jumlah pembelanjaan di setiap program, dan mengkhususkan unit organisasi yang
bertanggung jawab atas masing-masing program. Pengajuan anggaran didasarkan atas perkiraan
pengeluaran dan penerimaan dengan menggunakan infromasi aktual mengenai harag input maupun output.
Anggaran berfungsi sebagai berikut:
1. Anggaran merupakan hasil akhir dari proses dari penyusunan rencana kerja.
2. Anggaran merupakan cetak birub aktivitas yang dilaksanakan di masa mendatang.
3. Anggaran sebagai alat komunikasi internal yang menghubungkan berbagai unit kerja lembaga dan
mekanisme kerja kerja antarmanajemendan pelaksana program.
4. Anggaran sebagai alat pengendalian unit kerja lembaga.
5. Anggaran sebagai alat motivasi serta persuasi tindakan efektif dan efisien dalam pencapaian visi
organisasi.
Biaya Standar
Dalam menentukan besar pengeluaran untuk menandai kegiatan yang akan diajukan pihak donor,
bagian keuangan sebaiknya mengacu pada biaya standar yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Biaya
standar ini akan menjadi pedoman dan akan memudahkan dalam penyusunan anggaran.
Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yaitu jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan
untuk membiayai kegiatan tertentu dengan asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lainnya
dipenuhi.
47
Manfaat Biaya Standar
Biaya standar akan membantu penyususnan anggaran belanja program atau kegiatan bagi lembaga
yang bersangkuta. Ini berarti biaya standar sangat berpengaruh terhadap proses pengambilan kebijakan
pengelola lembaga, khususnya dalam proses penganggaran.
Pengembangan biaya standar harus dilakukan secara teru- menerus sesuai dengan perubahan harga
yang berlaku pada masing-masing daerah. Dalam prakteknya, biaya standar ini mengacu pada realitas
harga yang berlaku di pasaran daerah bersangkutan; jadi, kemungkinan besar standar harga yang berlaku
antar daerah berbeda-beda. Biaya standar dapat digolongkan atas dasar tingkat ketaatan atau kelonggaran
sebagai berikut:
a. Standar teoretis.
b. Rata-rata biaya waktu yang lalu.
c. Standar normal.
d. Pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai,
Standar teoretis adalah standar ideal yang dalam pelaksanaannya sulit dicapai. Asumsi yang
mendasari standar Teoretis ini adalah bahwa standar tersebut merupakan tingkat yang paling efisien dan
dapat dicapai oleh parapelaksana. Kebijakan standar teoretis adalah dapat digunakan dalam jangka waktu
yang relatif lama. Akanm tetapi, pelaksanaan yang sempurna yang dapat dicapai oleh orang atau mesin
sangat jarang dalam prakteknya. Akibatnya, standar ini jarang dipakai.
Rata-rata biaya waktu yang lalu ditentukan dengan menghitung rata-rata biaya periode yang
telah lampau. Jenis standar ini berguna pada awal organisasi menerapkan sistem biaya standar. Rata-rata
biaya waktu yang lalu dapat mengandung biaya yang tidak efisien, di mana unsur tersebut seharusnya
tidak boleh dimasukkan sebagai unsur biaya standar. Selanjutnya, jenis biaya standar ini secara berangsur-
angsur diganti dengan biaya yang benar-benar menunjukkan efisiensi.
Standar normal didasarkan pada rata-rata biaya di masa yang lalu dan disesuaikan dengan
taksiran biaya di masa yang akan datang, dengan asumsi keadaan ekonomi sedang normal. Standar ini
berguna untuk keperluan perencanaan dan pengambilan keputusan jangka panjang.
Pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai didasarkan pada tingkat pelaksanaan terbaik dengan
memperhitungkan ketidakefisenan kegiatan yang tidak dapat dihindari terjadinya.
Ada dua jenis LSM di Indonesia, yaitu pertama, LSM yang melakukan fungsi kontrol masyarakat, di
mana LSM ini mengambil jarak terhadap penguasa ataupun lembaga yang dikontrolnya. Kedua, LSM
yang melaksanakan program cntitas. Menjamurnya LSM ini terutama dipicu oleh persyaratan-persyaratan
yang dikeluarkan oleh lembaga lembaga keuangan internasional. Sebagai contoh, Bank Dunia
mensyaratkan agar entitas yang meminta dana proyek untuk bekerja dengan LSM dalam melaksanakan
proyek itu sebelum bank mengucurkan dananya. Namun persyaratan ini justru menimbulkan dampak
negatif, yaitu munculnya LSM jadi-jadian".
Fenomena lain yang terjadi adalah munculnya LSM-LSM tandingan. LSM tandingan ini berfungsi
melawan isu-isu yang dilontarkan olch LSM tertentu yang sclama ini vokal mengkritik entitas, legislatif,
ataupun lembaga tertentu. Semua contoh ini telah menggeser dan merusak citra LSM. Salah satu
contohnya adalah pada saat cairnya dana Jaring Pengaman Sosial, bermunculan LSM pelat kuning yang
tiba-tiba mengatasnamakan diri sebagai LSM pemerhati masyarakat. Inilah yang merusak citra LSM.
Audit kinerja atau operasional adalah audit yang menelaah secara sistematik kegiatan organisasi,
atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit kinerja itu sendiri
adalah untuk mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan, dan memberikan
rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.
49
waktu tertentu. Dua pendekatan ini juga diadopsi oleh auditor eksternal. Di lain pihak, auditor internal
memiliki pandangan objek yang lebih luas daripada sekedar pengujian akun sifatnya dan layak.
a. Segmen laporan keuangan (seperti laporan pendapatan dan biaya, laporan penerimaan dan
pengeluaran kas, dan laporan akiva tetap), dokumen permintaan anggaran, dan perbedaan antara
realisasi kinerja keuangan dan yang direncanakan.
b. Pengendalian internal atas ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti
ketentuan yang mengatur tentang penawaran, akuntansi, pelaporan bantuan, dan kontrak
pemborongan pekerjaan (termasuk usulan proyek, jumlah yang ditagih, dan jumlah yang telah jatuh
tempo).
c. Pengendalian atau pengawasan internal atas penyusunan laporan keuangan dan atas pengamanan
aktiva, termasuk pengendalian atau pengawasan atas penggunaan sistem berbasis komputer.
d. Ketaatan terhadal peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dugaan kecurangan.
(1) Materialitas
Auditor harus memberikan pendapat pendahuluan atas tingkat materialitas laporan keuangan.Karena
tingkat materialitas dan kuantitas bukti audit memiliki hubungan terbalik, maka semakin rendah
tingkat materialitas, semakin banyak kuantitas bukti yang diperlukan.Sebaliknya, jika tingkat
materialitas tinggi, maka kuantitas bukti yang diperlukan semakin sedikit.
51
(4) Ukuran dan Karakteristik Populasi
Ukuran populasi dan jumlah sampling bukti audit memiliki hubungan yang searah. Semakin besar
populasi, semakin besar jumlah sampel bukti audit yang harus diambil dari populasi. Sebaliknya,
semakin kecil ukuran populasi, semakin kecil pula jumlah sampel bukti audit yang diambil dari
populasi. Karakteristik populasi berkaitan dengan homogenitas atau variabilitas unsur individu yang
menjadi anggota populasi. Auditor memerlukan lebih banyak sampel bukti audit dan informasi yang
lebih kuat atau mendukung tentang populasi yang bervariasi anggotanya daripada populasi yang
seragam.
(4) Objektivitas
Bukti audit yang bersifat objektif lebih dapat dipercaya atau reliable dan kompeten daripada bukti
audit yang bersifat subjektif.
52
Terdapat empat prosedur atau tindakan yang dapat dilakukan untuk menghimpun bukti audit, yaitu:
1. Inspeksi
2. Pengamatan/Observasi.
3. Pengajuan pertanyaan.
4. Konfirmasi.
Di samping prosedur atau tindakan di atas, terdapat beberapa hal lain yang perlu diketahui berkaitan
dengan keputusan auditor dalam proses pengurmpulan bukti audit yaitu:
(3) Penentuan unsur tertentu yang harus dipilih sebagai sampel bukti.
53
dalam menentukan kualitas aktiva yang bersangkutan. Oleh cara yang p karena itu, bukti fisik
merupakan jenis bukti yang paling dapat dipercaya.
b. Bukti Konfirmasi
bukti yang sangat tinggi tingkat reliabilitasnya. Hal ini kan bukti konfirmasi berisi informasi yang
berasal dari pihak ketiga secara Bukti konfirmasi merupakan langsung. Konfirmasi yang dilakukan,
seperti pemeriksan kas di bank dikonfirmasikan ke bank klien dan pemeriksaan piutang pajak
dikonfirmasikan ke wajlb pajak.
c. Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter merupakan bukti yang paling penting dalam audit. Bukti ini meliputi notulen
rapat, faktur pembelian, dan kontrak proyek. Bukti dokumenter dapat dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok, yaitu bukti dokumenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor secara
langsung, bukti dokumenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor melalui klien, serta
bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan oleh klien.
d. Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi, seperti jurnal dan buku besar, merupakan sumber data yang digunakan untuk
membuat laporan keuangan. Oleh karena itu, bukti yang berupa catatan akuntansi merupakan objek
yang harus diperiksa dalam audit laporan keuangan. Namun, bukan berarti catatan akuntansi adalah
objek audit, karena objek audit adalah laporan keuangan.
f. Bukti Matematis
Bukti matematis dipcroleh auditor melalui pengulangan pekerjan klerikal yang telah dilakukan
klien. Bukti matematis merupakan bukti audit yang bensifat kuantitatif. Bukti ini dapat digunakan
unruk membuktikan ketelitian catatan akuntansi klien.
g. Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan pihak-pihak berkepentingan
dengan pekerjaan auditor, sehingga auditor berkesempatan mengajukan pertanyan secara lisan.
Jawaban atas pertanyaan yang diajukan merupakan bukti lisan.
(1) Entitas telah memperoleh, melindungi, dan menggunakan sumber dayanya (seperti karyawan, gedung,
ruang, dan peralatan kantor) secara hemat dan efisien
(2) Penyebab timbulnya ketidakhematan dan ketidakefisienan.
Entitas tersebut telah mematuhi peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kehematan dan
efisiensi. Audit ekonomi dan efisiensi dapat mempertimbangkan apakah entitas yang diaudit telah:
55
h. Mematuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perolehan,
pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya organisasi.
i. Memiliki suatu sitem pengendalian manajemen yang memadai untuk mengukur, melaporkan, dan
memantau kehematan serta efisiensi pelaksanaan program; dan melaporkan ukuran yang sah serta
dapat mempertanggungjawabkan kehematan dan efisiensi.
Parameter lain untuk mengukur pertanggungjawaban public LSM adalah nilai-nilai:
Audit kinerja nonkeuangan LSM dimaksudkan untuk dapat meningkatkan tingkat akuntabilitas
organisasi dan memudahkan pengambilan keputusan oleh pihak yang bertanggung jawab mengawasi atau
memprakarsai tindakan koreksi. Audit kinerja nonkeuangan mencakup audit tentang ekonomi, efisiensi,
dan program. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing jenis audit kinerja nonkeuangan tersebut.
a. Standar umum
(1) Staf yang ditugasi untuk melaksanakan audit harus secara kolektif memiliki kecakapan profesional
yang memadai atas tugas yang disyaratkan.
(2) Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit, organisasi atau lembaga audit dan auditor,
baik entitas maupun akuntan public, harus independen (secara organisasi maupun secara pribadi),
bebas dari gangguan independensi yang bersifat pribadi dan yang dari luar pribadinya), yang dapat
mempengaruhi independensinya, serta harus dapat mempertahankan sikap dan penampilan yang
independen.
(3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya secara cermat dan seksama.
(4) Setiap organisais atau lembaga audit yang melaksanakan audit harus memiliki sistem pengendalian
internal yang memadai, dan sistem pengendalian mutu tersebut harus direview oleh pihak lain yang
kompeten (pengendalian mutu eksternal).
Laporan audit harus menyatakan bahwa audit telah dilakukan sesuai dengan Prinsip Akuntansi
Berterima Umum.
Unsur-unsur Temuan
Bentuk temuan yang efektif terdiri atas lima unsur:
1. Kondisi.
2. Kriteria.
3. Sebab.
4. Akibat.
5. Rekomendasi.
Keterangan:
56
Kondisi
Kondisi menunjukkan suatu kesimpulan, masalah, atau kesempatan yang dicatat selama review audit.
Kondisi ini mengarahkan secara langsung tujuan yang dikendalikan (control objective) atau beberapa
standar kinerja lainnya.
Pertanyaan- pertanyaan yang dapat dikaitkan dengan kondisi antara lain adalah:
Sebab
Pernyataan sebab menerangkan mengapa masalah-masalah yang diidentifikasikan terjadi. Sebab
mungkin merupakan atribut paling kritis dari pembentukan temuan. Tanpa penentuan mengapa kondisi
tersebut terjadi, situasi tadi tidak dapat diperbaiki dengan semestinya.
Dalam mendokumentasikan sebab, auditor harus mengidentifikasikan alasan-alasan mendasar yang
ada di dalam masalah tersebut. Penjelasan dangkal yang gagal untuk mengungkap sebab dasar (root cause)
tidak akan mengarahkan ke rekomendasi yang efektif.
Akibat
Pernyataan akibat menggambarkan risiko-risiko tertentu yang muncul sebagai akibat dari kondisi atau
masalah. Pada intinya, akibat adalah menjawab pertanyaan “so what?” (lalu apa?). Pernyataan akibat
sering memperbincangkan potensi kerugian, ketidaktaatan, atau ketidakpuasan kelompok masyarakat yang
ditimbulkan oleh masalah tersebut.
Jenis-jenis akibat:
Kekurangan pelatihan;
Kurangnya komunikasi
Ketidakjujuran
Kecerobohan atau kurang perhatian;
Keputusan, prosedur, aturan, atau standar yang ada tidak berjalan atau ketinggalan jaman/usang;
Ketidakpahaman atas peraturan-peraturan;
Keputusan atau instruksi yang hati-hati untuk menyimpang dari instruksi;
Kekurangan sumber-sumber;
Kegagalan untuk menggunakan pertimbangan atas logika yang baik;
Ketidakhati-hatian bahwa suatu masalah (kondisi) ada/terjadi;
Perhatian atau usaha yang tidak cukup;
Kurangnya pengwasan yang efektif atau yang cukup atau kurangnya review pengawasan;
Ketidakmauan untuk berubah;
Kekurangan perencanaan
Penyusunan organisasi atau pendelegasian wewenang yang tidak sempurna atau tidak efektif.
57
(4) Auditor harus benar-benar memahami pengendalian manajemen yang relevan dengan audit. Apabila
pengendalian manajemen merupakan hal yang signifikan bagi tujuan audit, maka auditor harus
memperoleh bukti yang cukup untuk mendukung pertimbangannya mengenai pengendalian tersebut.
58
BAB III
METODOLOGI
a. Data Primer
Menurut Indiartono dan Supomo (Purhantara, 2010: 79) data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
subjek penelitian, dalam hal ini peneliti memperoleh data atau informasi langsung dengan menggunakan
instrumen-instrumen yang telah ditetapkan. Data primer dianggap lebih akurat, karena data ini disajikan
secara terperinci. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil wawancara kepada Direktur PKBI
Pontianak, Mulyadi M.Si dan juga Manager Keuangan Lembaga Gemawan pontianak, Budi Setyono. Selain
wawancara peneliti juga melakukan observasi langsung untuk mendapatkan data yang lebih akurat.
b. Data Sekunder
Menurut Indiartono dan Supomo (Purhantara, 2010: 79) data Sekunder merupakan data atau informasi yang
diperoleh secara tidak langsung dari obyek penelitian bersifat publik, yang terdiri atas: struktur organisasi
data kearsipan, dokumen, laporan-laporan serta buku-buku dan lain sebagainya yang berkenaan dengan
penelitian ini. Sehingga data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari dokumen-
dokumen, catatan-catatan, laporan-laporan, maupun arsip-arsip resmi yang diperoleh dari kantor PKBI
Pontianak dan Lembaga Gemawan Pontianak.
59
3.6. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam proses penelitian, karena tujuan
utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Untuk mengumpulkan data dengan seakurat mungkin
mengenai variabel yang akan dikaji, peneliti menggunakan empat teknik pengumpulan data yaitu:
a. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan narasumber yang dianggap telah
memenuhi syarat atau relevan dengan penelitian ini. Wawancara ini dilakukan secara tak berencana dan
terbuka dimana narasumber atau informan diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan secara bebas
dengan harapan agar memperoleh kejelasan dari sumber-sumber data yang belum dipahami oleh peneliti,
serta untuk memperoleh realita objek yang diteliti. Wawancara merupakan instrument kunci pada penelitian
ini sehingga wawancara merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan Direktur PKBI Pontianak danManager
Keuangan Lembaga Gemawan dimana wawancara tersebut bersifat terbuka dimana narasumber atau
informan diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan secara bebas. Menurut Fathori (2011: 105)
wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah,
artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewancarai dan jawaban diberikan oleh narasumber.
b. Observasi
Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap objek
penelitian. Peneliti melihat dan datang langsung ke kantor . Observasi ini dilakukan untuk mendukung data
hasil wawancara.
c. Penelitian Pustaka
Penelitian pustaka merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini. Data
diperoleh melalui hasil bacaan buku-buku, majalah, internet dan sumber bacaan lainnya yang erat
relevansinya dengan masalah yang sedang diteliti.
d. Dokumentasi
Menurut Herdiansyah (2010: 143) studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif
dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain
tentang subjek. Studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk
mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang
ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan. Pengambilan data dengan metode ini akan
dilakukan peneliti dengan cara melihat dan menganalisis dokumen-dokumen yang diperoleh dari kantor
PKBI Pontianak dan Lembaga Gemawan Pontianak
Dalam penelitian ini peneliti memperoleh data-data berupa dokumen dari kantor PKBI dan Lembaga
Gemawan. Peneliti mengumpulkan data berupa dokumen-dokumen kemudian peneliti memilih data-data
yang berhubungan atau relevan dengan penelitian ini.
1. Tahapan Editing
Editing yaitu teknik mengolah data dengan cara meneliti kembali data yang diperoleh untuk menjamin
validitasnya serta dapat segera diproses lebih lanjut. Tahapan editing yang dilakukan peneliti dalam
penelitian ini, yakni menyajikan hasil wawancara dan dokumen yang disajikan dengan menggunakan
kalimat yang baku dan mudah dimengerti. Peneliti menyederhanakan kembali data-data hasil wawancara,
maupun data dari dokumen yang didapat dari kantor PKBI Pontianak dan Lembaga Gemawan.
2. Tahapan interpretasi
Interpretasi adalah upaya untuk memperoleh arti dan makna lebih mendalam terhadap hasil penelitian
yang sedang dilakukan. Adapun proses interpretasi data dalam penelitian ini yaitu dengan menghubungkan
hasil wawancara kepada informan dan meninjau hasil penelitian secara kritis dengan teori yang relevan
dan informasi akurat yang diperoleh di lapangan.
1. Data Reducation (reduksi data) merupakan data yang diperoleh dilapangan dan jumlahnya cukup
banyak. Maka dari itu, perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti berada di lapangan, maka
jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Oleh karena itu, perlu segera dilakukan analisis
60
data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
hal-hal yang penting. Mencari tema dan polanya. Maka, dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
Reduksi data dalam penelitian ini adalah peneliti memilih data-data yang berkaitan dan relevan dalam
penelitian. Peneliti hanya memilih hal-hal yang penting dan juga pokok sehingga penelitian ini akan lebih
terfokus. Peneliti juga hanya mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini jadi
tidak semua jenis dokumen dimasukkan dalam penelitian ini.
2. Data Display (penyajian data) dilakukan setelah data direduksi dengan cara menyajikan data. Miles dan
Habberman dalam Satori (2009: 219) menyatakan :”the most frequent form display data for qualitative
research data in the past has been narrative text” (frekuensi yang paling banyak dilakukan pada penelitian
data kualitatif adalah teks naratif). Sehingga, pada penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan
dalam bentuk teks naratif. Melalui penyajian data ini, maka
data dapat terorganisirkan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan mudah dipahami.
Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk kualitatif deskriptif. Artinya peneliti memaparkan data-
data secara terperinci dan sejelas mungkin agar hasil penelitian ini dapat dipahami oleh orang lain. Peneliti
memaparkan data-data hasil wawancara maupun data dari observasi langsung dan juga data dari dokumen-
dokumen yang ada di kantor PKBI Pontianak dan Lembaga Gemawan Pontianak.
3. Conclusion Drawing/Verification (verifikasi data) sebagai langkah ketiga dalam analisa data kualitatif
menurut Miles dan Huberman dalam Satori (2009: 220) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan dalam penelitian
kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga
tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah peneliti berada dilapangan. Kesimpulan dalam penelitian diharapkan menghasilkan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif, dengan memasukkan data dari
informan atau wawancara yang kemudian dianalisis dan ditarik sebuah kesimpulan. Sehingga dalam
penelitian ini penulis memasukkan data yang telah didapat, berupa wawancara kepada Direktur PKBI,
yang kemudian dianalisis dan ditarik sebuah kesimpulan.
61
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Lembaga Gemawan
4.1.1 Latar Belakang
Lembaga Gemawan didirikan pada 21 April 1999 oleh sekelompok aktivis mahasiswa yang peduli
akan situasi Negara demokratis setelah turunnya Suharto. Lembaga Gemawan pada mulanya menangani
isu anti korupsi, bantuan darurat dan pendampingan setelah konflik kekerasan etnis pada tahun 1999,
serta pengembangan masyarakat. Lembaga ini berupaya untuk mencapai perubahan sosial melalui
gerakan sosial untuk memberdayakan kelompok yang lemah dan terpinggirkan, perempuan miskin dan
anak-anak. Lembaga ini juga merupakan badan hukum yang berbentuk asosiasi terbatas.
Melalui intervensi umum dalam membangun otonomi masyarakat, sejak tahun 2001 Lembaga
Gemawan membantu formasi organisasi akar rumput (GROs), termasuk 20 kelompok perempuan,
dengan jumlah anggota 6500 orang. Sebagian besar anggota ini telah mampu menyuarakan kebutuhan
dan kepentingan mereka kepada Pemerintah Daerah dan Perusahaan-perusahaan swasta. Salah satu hasil
penting dari pengorganisasian masyarakat adalah bahwa GROs mengadakan protes melawan perusahaan
perkebunan yang dimiliki Wilmar International yang melakukan penempatan tanah masyarakat secara
ilegal.
Lembaga Gemawan telah mampu mempengaruhi proses demokratisasi dan membantu dalam
membangun kapasitas yang memungkinkan di desa. Penduduk desa di Kabupaten Sambas, dimana
organisasi telah memusatkan perkerjaannya sejak tahun 2002, telah dikenal di Kalimantan Barat
bersikap kritis, dan pada waktu yang sama, bersedia untuk berpartisipasi dengan sungguh-sungguh
dalam proses pembangunan. Melalui campur tangan dalam formasi GROs, Lembaga Gemawan telah
membantu para penduduk desa untuk mendapatkan informasi lebih baik akan isu pembangunan dan
lebih siap dalam perencanaan pembangunan.
Pada tahun 2003, Lembaga Gemawan menerapkan pendekatan sensitif gender dan membentuk
divisi gender sebagaimana dibutuhkan khusus untuk isu tersebut. Pada tahun 2005, Lembaga Gemawan
memutuskan untuk perlunya perubahan utama Lembaga dari divisi program yang otonom dan
desentralisasi menjadi Lembaga yang terpusat yang dipimpin oleh seorang Direktur Eksekutif untuk
meningkatkan akuntabilitas dan membangun lembaga yang lebih kokoh. Selain itu, Lembaga Gemawan
juga membuat visi dan misi serta prioritas dan strategi peningkatan kapasitas. Lembaga dijalankan
dengan lebih baik setelah perubahan dan memenuhi prinsip LSM yang baik dan bersih melalui penilaian
Transparansi dan Akuntabilitas LSM (TANGO) yang dilaksanakan oleh Tifa Foundation.
Pada tahun 2006, Lembaga Gemawan dan Kontak Rakyat Borneo (KRB) mengajukan pengaduan
resmi atas nama mereka kepada Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan International Finance
Corporation (IFC). Kedua organisasi internasional tersebut merespon secara positif dan negosiasi pun
sedang berlangsung. Pada contoh lain asosiasi petani kelapa sawit mengadakan demo yang melibatkan
6.000 orang dan menyebabkan penarikan izin dua perusahaan kelapa sawit. Dalam isu Good
Governance, Lembaga Gemawan dan KRB telah terlibat dalam mempromosikan praktek anti korupsi di
antara dinas pemerintah dan masyarakat sipil. Kedua organisasi melaporkan 43 kasus korupsi ke Badan
Penegak Hukum, membantu membangun jaringan LSM anti korupsi dan kelompok pengamat
pengembangan berbasis masyarakat di pedesaan, dan merupakan mitra Komisi Yudisial untuk
pemantauan hakim-hakim dan pembaharuan hukum di Kalimantan Barat.
Meskipun keberadaan Lembaga Gemawan tidak menjadi satu satunya faktor, namun sangat
mungkin bahwa Lembaga memberikan kontribusi secara substansial. Pemerintah Daerah juga merespon
secara positif dengan mengeluarkan peraturan-peraturan yang mengijinkan inisiatif masyarakat untuk
turut serta. Dalam bidang ekonomi, Lembaga Gemawan memprakarsai pembentukan dua Credit Union
yang menjadi penggerak utama perekonomian rakyat di lingkungan masyarakat dimana Lembaga
bekerja, dan secara bersamaan pula menyediakan kesempatan bagi aktivis masyarakat untuk terlibat
dalam pengelolaan dan perencanaan keuangan.
Pengaruh signifikan lainnya adalah pada kehidupan para perempuan. Mereka adalah kelompok
lemah yang secara lamban memasuki tahap pusat kehidupan masyarakat, perubahan penting dari
kehidupan mereka sebelumnya yang menderita diskriminasi dari tingkat keluarga hingga tingkat
nasional. Melalui 20 kelompok perempuan di kabupaten Sambas dan Kotamadya Singkawang yang
setidaknya beranggotakan 600 orang, Lembaga Gemawan telah membantu meningkatkan kepercayaan
diri perempuan dan kapasitas dalam menyuarakan kepedulian dan kepentingan mereka di pertemuan
desa dan dalam diskusi dengan anggota parlemen daerah. Para pemimpin perempuan sekarang menjadi
anggota Instansi Perwakilan Desa dan menjadi pejabat Pemerintah Desa. Banyak anggota kelompok
memiliki kapasitas dalam mengembangkan usaha mikro dan atau terlibat proses perdamaian di
Kabupaten Sambas setelah konflik etnis. Pemberintah Kabupaten telah mengakui peran penting
perempuan dengan mengundang mereka untuk memberikan masukan akan perencanaan pembangunan.
62
Lembaga yang bekerja sama dengan Lembaga Gemawan, antara lain Komnas HAM, Transparency
Internaional Indonesia, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, Indonesia Corruption Watch, Jaringan
Kerja Pemetaan Partisipatif, Forest People Programme, dan Sawit Watch.
Visi:
Untuk memberdayakan masyarakat desa yang bersifat otonom secara politis, mandiri secara
ekonomi, dan hidup dengan mempertahankan kearifan lokal dan mengadopsi kesetaraan gender.
Misi:
Untuk mewujudkan perdamaian dan keadilan dengan cara membangun organisasi berbasis
masyarakat dan partai politik daerah yang lebih kuat secara sosial dan politik
Untuk mewujudkan Reformasi Pemerintah Daerah melalui gerakan anti korupsi menuju perdamaian
dan keadilan.
Untuk memberdayakan otonomi kampung melalui transformasi budaya setempat, membangun
kapasitas kelembagaan daerah, revitalisasi identitas budaya lokal dan advokasi publik untuk
pengelolaan sumber daya berbasis masyarakat.
Untuk mengembangkan kekuasaan ekonomi kerakyatan melalui pemberdayaan Credit Union,
program koperasi rakyat dan komoditas lokal berbasis pasar dengan akses domestik dan regional.
Untuk mengembangkan program pemberdayaan perempuan untuk kesetaraan gender menuju
perdamaian dan keadilan.
Untuk mengembangkan organisasi non pemerintah yang kokoh dan profesional.
4.1.3 Bidang Kegiatan
Bidang tematik utama Lembaga Gemawan adalah penguatan otonomi desa melalui penguatan
organisasi akar rumput. Hal ini lebih lanjut dibagi dalam penerapan prinsip-prinsip Good Governance di
desa, penguatan GRO sebagai sarana bagi masyarakat untuk memperkuat otonomi politik mereka dan
untuk memantau pengembangan dan penggunaan kekuasaan negara. Mengenai pengelolaan sumber
daya alam, masyarakat memiliki autoritas atas hak tenurial sumber daya alam. Pemberdayaan gender,
perspektif, dan tindakan afirmatif tidak dapat dipisahkan dalam upaya memperjuangkan keadilan. Selain
itu, para perempuan memiliki peran subjek utama dalam pemberdayaan dan pengelolaan sumber daya
alam. Akhirnya, dalam mencapai ekonomi yang mandiri dan swadaya, Credit Union dipilih sebagai
sarana untuk mewujudkan gerakan ekonomi yang bersatu dan terpadu.
Dalam perencanaan strategis tahun 2005 telah ditentukan geografis wilayah utama, yaitu
Kabupaten Sambas, Kayong Utara dan Kubu Raya serata Kotamadya Singkawang. Sejauh ini, Lembaga
telah memusatkan sebagian besar perkerjaan di Sambas dan Singkawang. Proyek ini akan memberikan
kesempatan secara signifikan bagi Lembaga dalam meningkatkan eksistensinya di Kabupaten Kayong
Utara, setelah beberapa tahun keterlibatan disana. Lembaga merasa perlu untuk mengembangkan proyek
sekarang sebagaimana Bupati terbaru meminta Lembaga Gemawan untuk membantu administrasinya
dalam mengembangkan skema pengelolaan sumber daya alam. Dengan sumber daya manusia yang
mencukupi dan keterlibatan kelompok berbasis masyarakat yang membantu di masa lampau, Lembaga
Gemawan yakin bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk memulai program di Kabupaten Kayong
Utara.
Semua bidang kerja Lembaga Gemawan terpusat di kabupaten-kabupaten yang baru terbentuk di
Kalimantan Barat yang kaya akan sumber daya alam dan rentan terhadap konflik, khususnya Kabupaten
Sambas dan Bengkayang dimana perkebunan kelapa sawit berada atau sedang direncanakan di daerah
perbatasan dengan Sarawak (Malaysia). Ekspansi yang cepat dari perkebunan menyebabkan lahan
semakin mengecil yang kemudian akan membatasi ekspansi di masa depan. Perusahaan-perusahaan
kelapa sawit kemudian mengalihkan perhatian mereka ke Kayong Utara dimana wilayah hutan besar
masih ada. Oleh sebab itu sangat penting bagi Gemawan untuk campur tangan dalam perencanaan
pengelolaan sumber daya alam di Kabupaten baru ini. Kurangnya pegawai negeri yang terampil dan
kebijakan pengelolaan yang diperlukan dalam proses pembuatan, dipercaya bahwa masyarakat sipil
dapat mempengaruhi secara substansial pembuatan wilayah pro-masyarakat dan kebijakan pengelolaan
sumber daya alam.
Pelaku sosial lainnya yang dapat dipengaruhi oleh proyek ini adalah organisasi masyarakat di
tingkat akar rumput (Contohnya Kelompok perempuan, Credit Union, Serikat Petani, Kelompok
Agama) yang bersama-sama dengan masyarakat berjuang untuk hak rakyat dan terlibat dalam
pemgawasan pembangunan. Lembaga Gemawan akan bersama-sama melaksanakan proyek tersebut
dengan KRB dan menjadi organisasi terkemuka dalam proyek ini. Lembaga Gemawan memiliki
pendekatan berbeda. Dengan menggunakan pendekatan territorial dalam melaksanakan program dengan
menggunakan desa sebagai unit intervensi. Desa merupakan unit pemerintahan terkecil yang menangani
secara langsung kehidupan populasi pedesaan.
Pendekatan tersebut memberikan Lembaga Gemawan pemahaman akan dinamika sosial
berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam di tingkat akar rumput. Setelah suatu wilayah di pilih,
63
semua tema akan digunakan yang mengadopsi di daerah tertentu sedemikian rupa untuk membangun
sinergi antara semua komponen program. Pendekatan berbasis isu yang berlaku tidak cukup mengatasi
masalah di daerah, karena sebagian besar isu saling terkait dan tidak dapat ditangani secara terpisah. Di
dalam semua komponen gender merupakan perspektif yang mendasari.
4.1.5 Kegiatan
Beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh Lembaga Gemawan, antara lain:
1. Workshop Tata Kelola Hutan Desa
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 20-21 Maret 2013 di Kabupaten Kayong Utara. dengan
peserta dari masyarakat 5 (lima) Desa Di Pulau Maya Kabupaten Kayong Utara.
2. Tapak-tapak Perubahan dan Keadilan “Gemawan Launching Gerakan Membangun Desa”
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2015 dalam memperingati 16 tahun Hari Jadi
Lembaga Gemawan dengan mengambil tema Tapak-tapak untuk Perubahan dan Keadilan. Kegiatan
kali ini bertempat di Aula Hotel Anugerah, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat.
3. Seminar dan Lokakarya bertajuk “Desa Kuat, Rakyat Sejahtera: Refleksi 3 Tahun Implementasi UU
Desa di Kalimantan Barat”
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2017 di Hotel Grand Mahkota, Pontianak.
Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan Pemdes dan kelompok masyarakat desa se-Kalimantan Barat.
4. Pelatihan GPS kepada Desa Prigi Landu
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 12 November 2017 dalam tangka memberikan pelatihan
pengoperasian GPS kepada tim pemetaan desa di Desa Perigi Landu, Kecamatan Sejangkung,
Kabupaten Sambas.
5. Lokakarya Perencanaan Desa
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 24 Juli 2018 dalam rangka membahas agenda restorasi yang
nantinya akan direncanakan dalam perencanaan desa. Kegiatan ini bertempat di Desa Mas Bangun,
Kecamatan Teluk Batang.
64
CONTOH KASUS LEMBAGA GEMAWAN
Enam tahun berjalannya Undang-Undang Nomor 06 tahun 2014 tentang Desa menyisakan sejumlah hal
yang dinilai perlu diperbaiki, terutama pada level daerah hingga level desa. Lembaga Gemawan pun menyoroti
sejumlah hal, terutama terkait kapasitas pemerintahan desa, demokratisasi desa, serta ekonomi dan tata kelola
sumber daya alam desa.
Direktur Gemawan, Laili Khainur berkata, setelah 6 tahun Implementasi UU Desa, prasyarat kemajuan
desa setidaknya dapat diukur dari dua tantangan utama. Satu, bagaimana peran aktor dan kelembagaan di tingkat
pusat, daerah, dan desa. Kedua, bagaimana kapasitas pemerintahan desa, bekerjanya demokratisasi desa,
munculnya skema ekonomi baru melalui BUMDes, serta tata kelola sumber daya alam desa.
Pada level pengambil kebijakan di tingkat pusat sudah terbangun harmonisasi antara kementerian, namun
masih menyisakan masalah konsolidasi, efektifitas dan efisiensi. Sementara pada level daerah, pihak gemawan
menilai masih dibutuhkan kepala daerah yang responsif dan cepat membuat kebijakan yang memfasilitasi, serta
pada tingkat desa, dibutuhkan corak kepemimpinan yang populis dengan melibatkan partisipasi warga.
Di samping itu, kapasitas pemerintahan desa dinilainya masih ada yang lemah lantaran minimnya sarana
dan prasana pelayanan, SDM perangkat desa, serta kepala desa yang berorientasi pada kerabat sendiri. Padahal
semestinya demokratisasi desa dapat berjalan dengan adanya warga yang aktif dan berdaya, pemerintah desa yang
responsif dan aspiratif, fungsi pengawasan BPD berjalan, musyawarah desa partisipatif dan representatif, serta
kebijakan desa yang berorientasi pada kesejahteraan.
Sementara pada sisi perekonomian, pihak gemawan berharap tercipta skema pengembangan ekonomi baru
dan berharap dapat menggali potensi ekonomi lokal, mempertahankan, serta melindungi sumber daya lingkungan
sebagai aset dan sumber penghidupan yang berkelanjutan di desa melalui BUMDes. Selain itu, peningkatan
perekonomian desa dapat dilakukan dengan produk unggulan yang dihasilkan berdasarkan potensi-potensi sumber
daya alam. Terlebih saat ini, pemerintah telah memberikan peluang dengan terbitnya Permen LHK Nomor 83
Tahun 2016 tentang Perhutanan Sosial yang menjadi pedoman bagi desa untuk mengelola hasil hutan bagi desa
yang berada di sekitar kawasan hutan.
Laili juga mengatakan, di Kalimantan Barat, perkembangan implementasi UU Desa menggambarkan
dinamika yang beragam, ada yang cukup maju karena pemerintah kabupaten responsif memfasilitasi dan cepat
dalam menetapkan berbagai kebijakan turunan UU Desa. Namun sebagian besar malah belum dapat bergerak maju
karena kurang optimalnya peran pemerintah kabupaten.
Sayangnya, banyak desa masih berkutat dengan masalah mendasar seperti tapal batas, manajemen
pengelolaan dan pelaporan keuangan, fasilitas pelayanan publik minim, lemahnya partisipasi warga, akses
informasi kebijakan turunan yang telah ditetapkan pemerintah kabupaten, termasuk transparansi penetapan
formulasi anggaran yang diterima desa. Karena itulah pihaknya telah merumuskan Rekomendasi Bersama Menuju
Masyarakat Swadaya Mandiri, yang disepakati pada 4 – 5 April 2019, dengan dihadiri perwakilan dari 14
kabupaten/kota di Kalbar. Beberapa rekomendasi tersebut, yakni mendesak Pemerintah Pusat untuk segera
mengonsolidasikan urusan percepatan pembangunan desa, melalui satu kementrian, mendesak pemerintah daerah
untuk melakukan peningkatan kapasitas aparatur desa, serta memastikan perluasan partisipasi dan inisiatif
masyarakat dalam proses pembangunan desa.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kalbar, Aminuddin, juga menilai masih perlu
penguatan aparatur desa dalam membuat kebijakan desa, yang berorientasi pada kesejahteraan, serta kemampuan
sumber daya manusia dalam mendorong perekonomian desa. Dalam hal ini, pemerintah tidak mampu bekerja
sendiri, sehingga dibutuhkan tenaga-tenaga pendamping desa yang berkompeten dalam mendorong pengelolaan
desa secara baik.
Berdiri sejak 23 Desember 1957, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) merupakan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memelopori gerakan Keluarga Berencana di Indonesia.
Lahirnya PKBI dilatarbelakangi oleh keprihatinan para pendiri PKBI, yang terdiri dari sekelompok tokoh
masyarakat dan ahli kesehatan terhadap berbagai masalah kependudukan dan tingginya angka kematian
ibu di Indonesia.
Gagasan tentang keluarga berencana menghadapi tantangan yang sangat besar di era tahun 1950-
an. Sebagian besar masyarakat cenderung melihat keluarga berencana sebagai upaya pembatasan
kehamilan semata, yang pada masa itu dinilai sebagai suatu hal yang dianggap sebagai bentuk perampasan
kemerdekaan yang baru saja mereka nikmati.
Di sisi lain, pada periode tersebut pemerintah belum menyadari manfaat keluarga berencana bagi
peningkatan kualitas bangsa. Saat itu hamil dan melahirkan ditanamkan sebagai tugas mulia perempuan
untuk melahirkan jutaan generasi baru Indonesia yang akan mengelola sumber daya alam yang melimpah
dan mengangkat citra Indonesia sebagai bangsa yang besar di mata dunia.
Banyaknya perempuan hamil dan melahirkan berimplikasi terhadap kesehatan perempuan yaitu
tingginya angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Hal ini semakin mendorong para pendiri PKBI untuk
membentuk wadah gerakan keluarga berencana di Indonesia.
Diawali dengan diskusi dengan Mrs. Dorothy Brush, anggota Field Service IPPF yang disusul
oleh kunjungan Dr. Abraham Stone dan Margareth Sanger perwakilan Research Institute New York maka
Dr. Soeharto ketika itu sebagai dokter pribadi Presiden Soekarno, mulai memikirkan beberapa
65
kemungkinan untuk mendirikan sebuah organisasi keluarga berencana. Akhirnya pada tanggal 23
Desember 1957 PKBI resmi berdiri.
PKBI percaya bahwa keluarga adalah pilar utama untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera.
Keluarga yang dimaksud ialah keluarga yang bertanggung jawab, yaitu keluarga yang menunaikan
tanggung jawabnya dalam dimensi kelahiran, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, dan masa depan.
Menghadapi berbagai permasalahan kependudukan dan kesehatan reproduksi dewasa ini, PKBI
menyatakan bahwa pengembangan berbagai programnya didasarkan pada pendekatan yang berbasis hak
sensitif gender dan kualitas pelayanan serta keberpihakan kepada masyarakat miskin dan marjinal melalui
semboyan “berjuang untuk pemenuhan hak-hak seksual dan kesehatan reproduksi”.
Kepekaan dan kepedulian PKBI terhadap masalah kesehatan perempuan pada gilirannya
menyadarkan masyarakat untuk menempatkan KB dalam perspektif yang lebih luas, yaitu kesehatan
reproduksi. Kerja keras yang terus menerus membuahkan pengakuan dunia terhadap eksistensi PKBI.
Pada tahun 1969 PKBI mencatat sejarah baru sebagai anggota penuh IPPF (International Planned
Parenthood Federation), sebuah lembaga federasi internasional beranggotakan 184 negara yang
memperjuangkan pemenuhan hak dan kesehatan seksual dan reproduksi bagi masyarakat di seluruh dunia.
Setelah melalui lima dasawarsa PKBI kini berada di 26 Provinsi mencakup 249 kabupaten/kota di
Indonesia. Tantangan PKBI saat ini adalah terus konsisten dan berinovasi dalam memperjuangkan hak-hak
kesehatan seksual dan reproduksi untuk seluruh masyarakat khususnya untuk kelompok yang
terpinggirkan.
VISI
Pusat Unggulan (Center of Excellence) Pengembangan Program dan Advokasi Kesehatan Seksual dan
Reproduksi yang mandiri pada tahun 2020
MISI
Mengembangkan pusat informasi, edukasi dan konseling serta pelayanan kesehatan seksual dan
reproduksi ditekankan pada pelayanan Keluarga Berencana yang berkualitas, berbasis hak dan
berperspektif jender, melalui peningkatan peran PKBI yang profesional, kredibel, mandiri dan
berkelanjutan.
Memberdayakan masyarakat, agar mampu mengambil keputusan terbaik bagi dirinya dan berperilaku
bertanggungjawab dalam hal Kesehatan Seksual dan Reproduksi.
Mempengaruhi para pengambil kebijakan untuk memberikan dukungan dan komitmen atas terjaminnya
pemenuhan hak-hak seksual dan reproduksi
STRATEGI
Strategi II: Memberdayakan masyarakat untuk memperjuangkan hak seksual dan reproduksi bagi
dirinya dan orang lain.
Strategi III: Mengembangkan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan IMS, HIV dan AIDS.
Strategi IV: Melakukan advokasi di semua tingkatan organisasi kepada parapengambil kebijakan
untuk menjamin pemenuhan hak-hak dan kesehatan seksual dan reproduksi.
Strategi V: Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan Sumber Daya organisasi
66
Struktur Organisasi
Salah satu kekuatan PKBI adalah bekerja atas dasar kerelawanan (volunteerism) yang pada struktur
terwakili melalui relawan pengurus sebagai pengambil kebijakan dan relawan pelaksana program di
lapangan. Profesionalisme dari staf dan pelibatan relawan muda di lapangan pada setiap level juga dapat
menjamin kelangsungan pelaksanaan nilai dan misi PKBI yang sensitif gender. Secara keseluruhan staf
PKBI berjumlah 812 orang yang terdiri dari 109 staf PKBI Pusat dan 703 orang staf PKBI Daerah dan
Cabang.
67
hari kehidupan sangat penting ditambah asupan ASI ekslusif dari 0-6 bulan balita,” diungkapkan staff
Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar yang juga konselor gizi, Rayna Anita.
Dalam trend status gizi balita Indonesia tahun 2016 berdasarkan indeks TB/U, mencatat sebanyak
8,5% balita mempunyai status gizi sangat pendek dan 19,0% balita mempunyai status gizi pendek dengan
total 27,5% dan 7.1% baduta dengan status gizi sangat pendek dan 14.6% pendek dengan total 21,7%.
Sementara di tahun 2016 sebanyak 9,8% balita mempunyai status sangat pendek dan 19,8% balita
mempunyai status pendek dengan total 29,6% dan sebanyak 6.9% baduta dengan status gizi sangat pendek
dan 13.2% pendek dengan total 20,1%.
“Dari data tersebut jelas persoalan yang kita hadapi adalah gizi. Bagaimana kita memberikan
kesadaran akan pentingnya gizi, baik saat awal-awal kehamilan maupun saat balita berusia balita.
Mekipun penurunan masih satu persen tapi, kita harap kedepan persoalan ini bisa bersama-sama kita atasi,
terutam terus menerus memberikan pemahaman kepada calon ibu dan ibu untuk memberikan gizi yang
baik karena kehidupan awal dapat menetukan masa depan anak,” paparnya.
Sementara itu, Ketua Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kalbar, Mulyadi,
mengatakan, bangsa yang hebat bisa dilihat dari kehidupan generasinya. Jika generasinya kuat dan
tanggah, maka bisa dipastikan kehidupan bangsa tersebut di masa depannya. Indonesia, tertama Kalbar
bisa menciptakan generasi tangguh dengan memaskimalkan potensi masyarakat dan membuka wawasan
kesadaran akan pentingnya 1000 hari kehidupan.
“Ini tugas kita besama, tidak bisa satu lembaga saja, pemerintah, non pemerintah, NGO maupun
media hingga masyarakat menjadi kunci penentu keberhasilan gizi ini. Penguatan fisik dan mental yang
bermula dari pemenuhan gizi dalam keluarga, untuk itu penguatan-penguatan keluarga ini yang pertma
kita bentuk karena semua bermula dari lingkungan keluarga, ibu, ayah dan ank-anak,” pungkasnya. (sti)
68
CONTOH KASUS PKBI
Pada 5 April 2019, orang tua AY melaporkan tindak kekerasan penganiayaan terhadap anaknya yang
berusia 14 tahun ke Polsek Pontianak Selatan. Penganiayaan terjadi seminggu sebelumnya, yaitu tanggal 29 Maret
2019 di dua tempat, Jalan Sulawesi dan Taman Akcaya, Pontianak. Menurut pemberitaan CNN pada 10 April
2019, permasalahan ini berakar pada kecemburuan dan balas komentar yang menyinggung salah satu pelaku di
media sosial. Akan tetapi, berdasarkan pengakuan salah satu saksi saat konferensi pers pada 10 April 2019, faktor
kecemburuan sebagai penyebab terjadinya duduk perkara itu tidak benar. Pelaku anak dalam kasus AY adalah tiga
siswi dengan sembilan siswa lainnya menjadi saksi pengeroyokan dengan menonton dan merundung.
Ada dua persoalan dalam kerusuhan pemberitaan tentang AY. Pertama, kabar dan berita melalui sosial
media dan media online menyebutkan bahwa patut diduga adanya penganiayaan yang menyebabkan AY
mengalami kemungkinan luka berat termasuk pada pembengkakan pada vaginanya yang disebabkan oleh penetrasi
dengan jari oleh pelaku. Kedua, adanya upaya-upaya penyebaran data pribadi yang dilakukan oleh warganet baik
pelaku, korban dan saksi. Menjawab persoalan pertama, sebagaimana yang diberitakan Detik News pada 10 April
2019, hasil visum menunjukan bahwa kepala korban tidak bengkak dan tidak ada benjolan, tidak ada memar di
mata dan penglihatan normal, dada tidak memar dan bengkak, jantung dan paru-paru normal, tidak ada bekas luka
pada kelamin, selaput dara tidak tampak luka robek ataupun memar. Namun hal ini belum dikonfirmasi kembali
kepada korban, sehubungan dengan dugaan penganiayaan yang dialaminya.
Kabar yang beredar luas di media sosial menimbulkan kesalahpahaman publik sehingga masyarakat
bereaksi keras akan hal ini. Bahkan Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono seperti yang diberitakan CNN pada
10 April 2019, menyatakan telah melihat kondisi terkini AY dan mengungkapkan ke media bahwa korban
mengalami trauma dan sedang mendapat pendampingan profesional.
Kisah AY memancing reaksi dari berbagai kalangan nasional maupun internasional. Tercatat, tagar
#JusticeforAudrey yang merupakan kumpulan ungkapan simpati masyarakat sempat menjadi trending media sosial
pada 9 April 2019. Tak hanya itu, sebuah petisi di laman change.org yang ditujukan pada KPAI dan KPPAD untuk
memberikan keadilan bagi AY telah menjaring lebih dari 2 juta tanda tangan virtual. Figur-figur penting di
Indonesia dari aktivis sampai selebriti juga menyuarakan pendapat dan simpati mereka untuk AY.
Namun, masyarakat rupanya melupakan hal penting bahwa pelaku, korban dan saksi-saksi masih di dalam
usia anak. Penyebutan nama asli AY di media sosial kontra produktif dengan dukungan yang diharapkan. Belum
lagi celaan-celaan pada pelaku dan saksi di media sosial yang tidak memandang usia dan sensitivitas serta adanya
upaya-upaya meretas data pribadi pelaku dan saksi-saksi dengan niat untuk balas dendam.
PKBI menyayangkan adanya reaksi masyarakat, pejabat public, dan selebritis yang reaktif dalam
menyikapi kasus ini, sehingga melupakan fakta bahwa informasi di media sosial belum diverifikasi kebenarannya.
Selain itu perlu untuk diingat bahwa kedua belah pihak merupakan anak yang seharusnya mendapatkan
pendampingan dan perlindungan hukum yang adil. Sikap saling menyalahkan di dunia maya tersebut, tidak
memberikan dampak positif terhadap pemulihan anak korban, malah akan mengarah kepada tindak kekerasan baru
terhadap pelaku anak.
Padahal, Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA) pasal 5
menyebutkan bahwa sistem peradilan anak wajib mengutamakan pendekatan Keadilan Restoratif (Restorative
Justice), yang wajib dilakukan melalui upaya diversi. Pendekatan Restorative Justice bukan berarti menghilangkan
pertanggungjawaban pidana dan memaksakan korban untuk berdamai. Namun Restorative Justice itu sendiri
memiliki makna keadilan yang merestorasi. Restorasi meliputi pemulihan hubungan antara pihak korban dan
pelaku. Pemulihan hubungan ini bisa didasarkan atas kesepakatan bersama antara korban anak dan pelaku anak.
Diversi memungkinkan dibangunnya dialog antara kedua belah pihak mengenai berbagai kerugian yang
dideritanya. Sementara itu, pelaku anak tersebut juga diberi kesempatan untuk menebusnya melalui mekanisme
ganti rugi, kerja sosial, maupun kesepakatan-kesepakatan lainnya, seperti tercantum dalam Pasal 6 UU SPPA, (1)
Mencapai perdamaian antara korban dan anak, (2) Menyelesaikan perkara anak di luar proses peradilan, (3)
Menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan, (4) Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi, dan (5)
Menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak.
Berdasarkan hal yang telah disebutkan di atas, maka Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
sebagai lembaga yang peduli dan bergerak pada isu perempuan, kelompok minoritas dan anak yang berhadapan
dengan hukum dengan ini menyatakan:
1. Menuntut kepolisian untuk memproses kasus sesuai hukum yang berlaku dengan mengedepankan Pasal 8
ayat (3) UU No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA) yang menyebutkan proses
Diversi wajib memperhatikan beberapa aspek antar lain kepentingan korban, kesejahteraan dan tanggung
jawab Anak, penghindaran stigma negatif dan penghindaran pembalasan.
2. Mengajak warganet dan masyarakat untuk tidak melakukan promosi pemidanaan kepada pelaku dan saksi-
saksi yang diduga terlibat dalam aksi perundungan AY. Melihat aspek sensitif bahwa kedua belah pihak baik
yang dirundung dan perundung merupakan anak di bawah umur. Mengingat upaya pemidaan anak dapat
mengarah kepada stigma buruk yang mempengaruhi potensi anak di kemudian hari.
69
3. Mendorong sepenuhnya upaya pemenuhan hak-hak korban, salah satunya pemulihan korban secara
psikologis dan sosial.
4. Menuntut Pemerintah untuk menyediakan kurikulum pendidikan yang mengajarkan penghormatan, etika dan
penyelesaian konflik dengan mengedepankan pada perilaku humanis.
70
BAB V
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Peranan akuntansi sebagai alat pembantu dalam pengambilan keputusan – keputusan ekonomi dan keuangan
semakin didasari oleh semua pihak dari segala aspek, baik dalam perusahaan yang bertujuan mencari laba maupun
dalam organisasi-organisasi yang tidak mencari laba atau organisasi nirlaba. Organisasi nirlaba atau organisasi non
profit merupakan salah satu komponen dalam masyarakat yang perannya terasa menjadi penting sejak era
reformasi, tanpa disadari dalam kehidupan sehari-hari semakin banyak keterlibatan organisasi nirlaba. Organisasi
pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana semua orang-orang berkumpul, bekerjasama secara
rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya,
sarana prasarana data yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Organisasi nirlaba memiliki beberapa macam organisasi salah satunya adalah Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM). Bergulirnya era reformasi menggantikan era orde baru dikuti pula dengan peningkatan jumlah LSM.
Hadirnya era reformasi membawa dampak yang sangat penting terhadap penyaluran aspirasi masyarakat.
Kebebasan menyampaikan pendapat, berekspresi, berserikat dan berkumpul dijamin penuh oleh undang-undang.
Lembaga swadaya masyarakat merupakan sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun
sekelompok orang yang secara sukarela memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk
memperoleh keuntungan dari kegiatannya. LSM juga merupakan lembaga/organisasi non partisan yang berbasis
pada gerakan moral (moral force) yang memiliki peran penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
kehidupan politik. LSM dipandang mempunyai peran signifikan dalam proses demokratisasi. Jenis organisasi ini
diyakini memiliki fungsi dan karakteristik khusus dan berbeda dengan organisasi pada sektor politik-pemerintah
maupun swasta (private sector), sehingga mampu menjalankan tugas tertentu yang tidak dapat dilaksanakan oleh
organisasi pada dua sektor tersebut.
LSM juga salah satu bagian yang memiliki peranan didalam struktur kemasyarakatan, dimana jika salah satu
struktur itu tidak berjalan maka akan menggangu jalannya struktur secara keseluruhan. Termasuk perannya dalam
membantu melindungi hak-hak masyarakat yang tidak terlindungi atau mendapat
perlindungan yang tidak maksimal dari pemerintah. Hak-hak masyarakat sangat dekat kaitannya dengan
perlindungan yang diberikan oleh pemerintah. Bentuk perlindungan yang diberikan dapat berupa peraturan
perundang-undangan yang memiliki kekuatan hukum pasti. Namun pada kenyataannya tidak semua orang mampu
memperjuangkan haknya, maka LSM disini dapat berperan penting sebagai lembaga yang dekat dengan
masyarakat untuk membantu memperjuangkan haknya.
LSM juga dapat mempengaruhi dan mengubah arah kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah. Seperti pada
kasus yang telah kelompok kami analisis pada bab sebelumnya. Sehingga peran dan fungsinya sebagai kekuatan
politik ada dan sangat berpengaruh dalam kehidupan bernegara.
Beberapa contoh organisasi nirlaba, yaitu lembaga gemawan. lembaga gemawan pada mulanya menangani isu
anti korupsi, bantuan darurat dan pendampingan setelah konflik kekerasan etnis pada tahun 1999, serta
pengembangan masyarakat. Lembaga ini berupaya untuk mencapai perubahan sosial melalui gerakan sosial untuk
memberdayakan kelompok yang lemah dan terpinggirkan, perempuan miskin dan anak-anak. Lembaga ini juga
merupakan badan hukum yang berbentuk asosiasi terbatas.
Melalui intervensi umum dalam membangun otonomi masyarakat, sejak tahun 2001, lembaga gemawan
membantu formasi organisasi akar rumput (GROs), termasuk 20 kelompok perempuan, dengan jumlah anggota
6500 orang. Sebagian besar anggota ini telah mampu menyuarakan kebutuhan dan kepentingan mereka kepada
Pemerintah Daerah dan Perusahaan-perusahaan swasta. Salah satu hasil penting dari pengorganisasian masyarakat
adalah bahwa GROs mengadakan protes melawan perusahaan perkebunan yang dimiliki Wilmar International
yang melakukan penempatan tanah masyarakat secara ilegal.
71
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2007. Akuntansi untuk LSM dan Partai Politik. Jakarta: Penerbit Erlangga
http://illaphuw.blogspot.com/2011/10/lembaga-swadaya-masyarakat-lsm.html
https://dosenakuntansi.com/pengertian-akuntansi
https://pkbi.or.id/pkbi-perundungan-ay-redam-sikap-reaktif-kedepankan-keadilan-restoratif/
https://gemawan.org/2750-gemawan-soroti-belum-optimalnya-undang-undang-desa
https://ciku.typepad.com/blog/2009/12/definisi-akuntansi.html
72