Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA NN.

“H” UMUR 16

TAHUN DENGAN KEPUTIHAN (FLUOR ALBUS) DI

PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI

LAPORAN KASUS KELOLAAN

Disusun Oleh:

Nurul Huda Rahendza 2115901142

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROFESI PENDIDIKAN BIDAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK

BUKITTINGGI

2021/2022
ACC ONLINE
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia serta hidyah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan kasus kelolaan Individu Praktik Klinik Kebidanan Siklus

Remaja dan Pra Nikah.

Laporan Kasus Kelolaan ini penulis susun dalam rangka pencapaian

kompetensi, dan merupakan salah satu tugas yang harus dipenuhi oleh setiap

mahasiswa Profesi Kebidanan.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus kelolaan ini masih

belum sempuna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena

itu,dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus

kelolaan ini dapat memenuhi tugas akhir seminar kasus kelolaan individu.

Jambi, Desember 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukan


bahwa 75% wanita di dunia pernah mengalami keputihan, minimal sekali
seumur hidupdan 45% di antaranya bisa mengalami keputihan sebanyak dua
kali atau lebih. Di indonesia jumlah wanita yang mengalami keputihan ini
sangat besar, 75% wanita indonesia pernah mengalami keputihan minimal
satu kali dalam hidupnya. Dampak keputihan infeksi, mengganggu
kesuburan, meningkatkan kecemasan remaja dan orangtua (Shadine, 2012).
Jumlah wanita di dunia pada tahun 2012 sebanyak 6,7 milyar jiwa
dan yang pernah mengalami keputihan sekitar 75%, sedangkan wanita
Eropa pada tahun 2013 sebanyak 739.004.470 jiwa dan yang mengalami
keputihan sebesar 25%, dan untuk wanita Indonesia pada tahun 2013
sebanyak 237.641.326 jiwa dan yang mengalami keputihan berjumlah 75%.
Penelitian di Jawa Timur jumlah wanita pada tahun 2013 sebanyak 37,4 juta
jiwa menunjukkan 75% remaja yang mengalami keputihan, di Ponorogo
jumlah wanita pada 2013 sebanyak 855.281 jiwa dan sebanyak 45% bisa
mengalami keputihan yang fisiologis (Novi, 2013).
Keputihan dapat disebabkan oleh adanya infeksi bakteri, seperti
gonococus, chlamydia, trichomatis, gardenella, treponena pallidum, adanya
infeksi jamur seperti candida dan adanya infeksi parasit seperti trichomonas
vaginalis, serta adanya infeksi virus seperti candyloma ta acuminata
danherpes. Keputihan juga dapat terjadi karena menderita sakit dalam waktu
lama, kurang terjaganya kebersihan diri sehingga timbulnya jamur atau
parasit dan kanker karena adanya benda-benda asing yang di masukkan
secara sengaja atau tidak ke dalam vagina misalnya tampon, obat atau alat
kontrasepsi (Rozanah, 2013).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Jambi tahun 2018,
remaja putri yang mengalami keputihan di Puskesmas Putri Ayu yaitu pada
tahun 2015 terdapat angka kejadian keputihan 10 persen, tahun 2016
sebanyak 8,6 persen, dan tahun 2017 mengalami peningkatan yaitu
sebanyak 61,2 persen. Angka kejadian keputihan di Puskesmas Putri Ayu
pada tahun 2017 merupakan angka kejadian paling tinggi dibandingkan 19
Puskesmas lainnya yang ada di Kota Jambi.
Data tersebut menunjukkan kejadian keputihan pada wanita cukup
tinggi, akan tetapi karena wanita sering beranggapan keputihan sebagai
salah satu gejala premenstrual syndrom, sedikit sekali wanita yang berusaha
untuk mengobati keputihan adalah gangguan kesehatan yang perlu segera di
obati dan di cari penyebabnya. Untuk menjaga agar tubuh tetap dalam
keadaan bersih harus memperhatikan kebersihan perseorangan atau personal
hygiene. Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan perilaku
seseorang. Kebersihan perorangan atau personal hygiene adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang, untuk
menjaga kesejahteraan fisik dan psikis. Salah satu dampak dari kurangnya
menjaga personal hygiene adalah terjadinya keputihan.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis menyusun laporan kasus
kelolaan individu yang berjudul asuhan kebidanan pada remaja Nn. “H”
umur 16 tahun dengan keputihan (fluor albus) di Puskesmas Putri Ayu Kota
Jambi, dengan tujuan dapat memahami cara asuhan yang tepat diberikan
pada remaja putri.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam kasus ini yaitu “Bagaimanakah asuhan kebidanan
pada remaja Nn. “H” umur 16 tahun dengan keputihan (fluor albus) di
Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi ?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswi mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada remaja dengan
keputihan (fluor albus) dengan menggunakan manajemen kebidanan dan
mendokumentasikan dalam bentuk SOAP
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari laporan ini yaitu:
a. Melaksanakan pengkajian data pada remaja putri dengan keputihan
b. Mengidentifikasi masalah dan mendiagnosa
c. Mengidentifikasi masalah potensial
d. Mengidentifikasi kebutuhan segera
e. Menentukan perencanaan
f. Melakukan penatalaksanaan
g. Mengevalasi tindakan
h. Mendokumentasikan asuhan kebidanan

D. Manfaat
Adapun manfaat penulisan dari laporan ini yaitu:
a. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya tugas ini, selain meningkatkan proses belajar atau
menyelesaikan tugas, tetapi juga menambah wawasan mahasiswi dalam
pengetahuan tentang tindakan penyelesaian masalah remaja putri dengan
keputihan (flour albus).
b. Bagi Puskesmas Putri Ayu
Sebagai bahan masukan atau informasi kepada petugas kesehatan
sehingga dapat menambah wawasan dan pendidikan kesehatan untuk
mengatasi berbagai macam kasus di dalam masyarakat.
c. Bagi Universitas Fort De Kock
Sebagai salah satu bahan acuan untuk peningkatan kualitas
pendidikan di program studi Profesi Bidan, khususnya tentang
penyelesaian masalah yang sering dialami remaja putri.
d. Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan dapat lebih peduli dan sadar terhadap
kesehatan tubuhnya. Apabila ada hal-hal yang menyangkut kesehatannya
tidak perlu malu untuk berobat atau berkonsultasi kepada yang lebih ahli
dibidangnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi

Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina di


luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal setempat.
Cairannya berwarna putih, tidak berbau, dan jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium tidak menunjukkan ada kelainan. Penyebab keputihan dapat
secara normal yang dipengaruhi oleh homon tertentu (Kusmiran, 2014).
Istilah remaja (adolescent) berasal dari bahasa latin yaitu ad alescere,
yang berarti "bertumbuh" Sepanjang fase perkembangan ini, sejumlah
masalah fisik, sosial, dan psikologis bergabung untuk menciptakan
karakteristik, perilaku, dan kebutuhan yang unik (Bobak, 2004). Definisi
remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandangan menurut Kusmiran
(2012), yaitu : a. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia 11
-12 tahun sampai 20-21 tahun. b. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri
perubahan dan penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang
berkaitan dengan kelenjar seksual. Secara psikologis, remaja merupakan
masa dimana individu mengalami perubahan-perubahan dalam aspek
kognitif, emosi, sosial, dan moral, dianatara masa anak-anak menuju masa
dewasa.
Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau
fluor albus, yaitu keluarnya cairan dari vagina (Ababa, 2013). Leukore
adalah semua pengeluaran cairan dari alat genetalia yang bukan darah tetapi
merupakan manifestasi klinik berbagai infeksi, keganasan atau tumor jinak
organ reproduksi. Pengertian lebih khusus keputihan merupakan infeksi
jamur kandida pada genetalia wanita dan disebabkan oleh organisme seperti
ragi yaitu candida albicans (Manuaba, 2014).
Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu keputihan
normal (fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis). Keputihan normal
dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase
sekresi antara hari ke 10-16 saat menstruasi, juga terjadi melalui rangsangan
seksual. Keputihan abnormal dapat terjadi pada semua alat genitalia (infeksi
bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim, rahim dan jaringan
penyangga, dan pada infeksi penyakit hubungan seksual (Manuaba, 2015).

B. Tanda dan gejala


Menurut Manuaba (2009) keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu:
1. Keputihan normal (fisiologis) Cairan yang mengandung banyak epitel
dan sedikit leukosit, dalam keadaan normal berfungsi untuk
mempertahankan kelembaban vagina. Cairan berwarna jernih, tidak
terlalu kental, tidak disertai dengan rasa nyeri atau gatal, dan jumlah
keluar tidak berlebih. Keputihan normal dapat terjadi pada masa
menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari
ke 10 – 16 menstruasi.
2. Keputihan abnormal (labs) Cairan yang keluar mengandung banyak
leukosit, ditandai dengan cairan berwarna kuning kehijauan, abu atau
menyerupai susu, teksturnya kental, adanya keluhan nyeri atau gatal,
dan jumlahnya berlebihan. Keputihan abnormal dapat terjadi pada
semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang senggama,
mulut rahim, jaringan penyangga, dan pada infeksi karena penyakit
menular seksual).
Menurut Katharini, 2016 keputihan bukan merupakan penyakit
melainkan suatu gejala. Gejala keputihan tersebut dapat disebabkan oleh
faktor fisiologis maupun faktor patologis. Gejala keputihan karena faktor
fisiologis antara lain :
a. Cairan dari vagina berwarna kuning
b. Tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal
c. Jumlah cairan bisa sedikit, bisa cukup banyak
Gejala keputihan karena faktor patologis antara lain:
a. Cairan dari vagina keruh dan kental
b. Warna kekuningan, keabu-abuan, atau kehijauan
c. Berbau busuk, amis, dan terasa gatal
d. Jumlah cairan banyak
C. Penyebab
Menurut Marhaeni (2016) faktor – faktor penyebab keputihan dibedakan
menjadi dua yaitu :
1. Faktor – faktor penyebab keputihan fisiologis
a. Bayi yang baru lahir kira – kira 10 hari, keputihan ini disebabkan
oleh pengaruh hormone esterogen dari ibunya
b. Masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang, keadaan ini
ditunjang oleh hormon esterogen
c. Masa di sekitar ovulasi karena produksi kalenjar – kalenjar rahim
dan pengaruh dari hormon esterogen serta progesterone. Pengeluaran
lender yang bertambah pada wanita yang sedang menderita penyakit
kronik
2. Faktor – faktor penyebab keputihan patologis
a. Kelelahan fisik. Kelelahan fisik merupakan kondisi yang dialami
oleh seseorang akibat meningkatnya pengeluaran energi karena
terlalu memaksakan tubuh untuk bekerja berlebihan dan menguras
fisik meningkatnya pengeluaran energi menekan sekresi hormon
esterogen. Menurunnya sekresi hormon esterogen menyebabkan
penurunan kadar glikogen. Glikogen digunakan oleh Lactobacillus
doderlein untuk metabolisme. Sisa dari metabolisme ini adalah asam
laktat yang digunakan untuk menjaga keasaman vagina. Jika asam
laktat yang dihasilkan sedikit, bakteri, jamur, dan parasit mudah
berkembang.
b. Ketegangan psikis. Ketegangan psikis merupakan kondisi yang
dialami seseorang akibat dari meningkatnya beban pikiran akibat
dari kondisi yang tidak menyenangkan atau sulit diatasi.
Meningkatnya beban pikiran memicu peningkatan hormon adrenalin.
Meningkatnya sekresi hormon adrenalin menyebabkan penyempitan
pembuluh darah dan mengurangi elastisitas pembuluh darah. Kondisi
ini menyebabkan aliran hormon esterogen ke organ – organ tertentu
termasuk vagina terhambat sehingga asam laktat yang dihasilkan
berkurang. Berkurangnya asam laktat menyebabkan keasaman
vagina berkurang sehingga bakteri, jamur dan parasit penyebab
keputihan mudah berkembang.
c. Kebersihan diri. Kebersihan diri merupakan suatu tindakan untuk
menjaga kebersihan dan kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan
psikis. Keputihan yang abnormal banyak dipicu oleh cara wanita
dalam menjaga kebersihan dirinya, terutama alat kelamin. Kegiatan
kebersihan diri yang dapat memicu keputihan adalah penggunaan
pakaian dalam yang ketat dan berbahan nilon, cara membersihkan
alat kelamin (cebok) yang tidak benar, penggunaan sabun vagina dan
pewangi vagina, penggunaan pembalut kecil yang terus menerus di
luar siklus menstruasi.

Menurut Andrews (2009), penyebab terjadinya keputihan secara patologi


yaitu :
a. Candida albicans tumbuh subur dalam lingkungan yang hangat,
lembab, dan gelap yang menyebabkan vagina menjadi inang yang
ideal untuk infeksi. Faktor predisposisi untuk candida yaitu
kehamilan, antibiotik spektrum luas, obat imunosupresan dan
steroid, trauma pada mukosa vagina karena vagina kering selama
hubungan seksual atau penggunaan tampon, stres sehingga dapat
memicu peningkatan hormon adrenalin.
b. Vaginosis bakteri kadang disebut gardnerella dan merupakan
penyebab lazim keputihan. Manifestasi klinis vagina bakteri yaitu
keputihan berbau sangat tidak sedap sering kali digambarkan
sebagai cairan seperti susu berkabut dan encer dengan bau amis
atau keju dan sering kali memburuk setelah hubungan seksual atau
pada waktu haid, ketidaknyamanan abdomen, pruritis, disuria.
c. Trichomonas vaginalis Manifestasi klinis trichomoniasis yaitu
keputihan yang sering digambarkan sebagai keputihan yang
banyak, berwarna kuning sampai hijau, berbau menyengat,serta
berbusa; pruritus vagina dan lesi serta eritema vulva dapat muncul
meskipun tidak lazim; dispareunia; disuria; nyeri abdomen bawah;
makularis kolpitis (hemoragi, bintik kecil serviks dapat muncul
sehingga servik tampak seperti strawberry).
d. Chlamydia trachomatis adalah parasit intraseluler obligat dan
tergantung pada sel inang untuk menyediakan sumber energi dan
bahan makanan lain yang diperlukan. Manifestasi klinis infeksi ini
yaitu keputihan vagina mukopurulen; ektopi serviks hipertropi yang
mudah edema, kongesti, dan mengalami perdarahan; uretritis;
bartholinitis; endometritis; disuria; perdarahan pascakoitus; nyeri
abdomen bawah.
e. Neisseria gonorrhoea Manifestasi klinis gonore yaitu keputihan
mukopurulen; servisitis; perdarahan uterus diantara dua siklus haid;
menoragi; eritema dan edema serviks; disuria; nyeri abdomen
bawah.

Menurut Setyana (2012), ada beberapa penyebab utama yang dapat


menyebabkan keputihan, yaitu :
a. Faktor fisiologis disebabkan antara lain terjadi saat menarche karena
mulai terdapat pengaruh hormon esterogen, wanita dewasa apabila
dirangsang sebelum dan saat koitus, akibat pengeluaran transudate dari
dinding vagina, saat ovulasi, dengan secret dari kelenjar – kelenjar
serviks uteri menjadi lebih encer.
b. Faktor konstitusi dapat disebabkan akibat kelelahan, stress emosional,
masalah keluarga, masalah pada pekerjaan, atau bisa akibat dari penyakit
serta bisa diakibatkan oleh status imun seseorang yang menurun maupun
obat – obatan.
c. Faktor iritasi meliputi, penggunaan sabun untuk membersihkan organ
intim, penggunaan pembilas atau pengharum vagina, ataupun bisa
teriritasi oleh celana.

D. Patofisiologi
Keputihan yang fisiologis terjadi karena pengaruh hormon estrogen
dan progesterone yang berubah keadaannya terutama pada saat siklus haid,
sehingga jumlah dan konsistensi sekresi vagina berbeda. Sekresi meningkat
pada saat ovulasi atau sebelum haid. Bakteri dalam vagina telah
menyesuaikan diri dengan perubahan ini dan biasanya tidak terjadi
gangguan. Laktobasili mengubah glikogen dalam cairan vagina menjadi
asam laktat. Asam laktat ini mempertahankan ke-asaman vagina dan
mencegah pertumbuhan bakteri yang merugikan. Bila kadar salah satu atau
kedua hormone berubah secara dramatis, keseimbangan pH yang ketat ini
akan terganggu. Laktobasili tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya
sehingga mudah terjadi infeksi. Proses infeksi dimulai dengan perlekatan
candida pada sel epitel vagina. Kemampuan melekat ini lebih baik pada
candida albizans daripada spesies candida lainnya. Kemudian candida
mensekresikan enzim proteolitik yang mengakibatkan kerusakan ikatan
protein sel penjamu sehingga memudahkan proses invasi. Selain itu candida
juga mengeluarkan mikro-toksisn diantaranya glikotoksis yang mampu
menghambat aktivitas fagositosis dan menekan system imun lokal.
Terbentuknya kolonisasi candida memudahkan proses imunisasi tersebut
berlangsung sehingga menimbulkan gejala pada penjamu (Kusmiran, 2012).

E. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan Sesuai Teori


Pemeriksaan fisik adalah investigasi terhadap tubuh untuk
menentukan status kesehatan, pemeriksaan fisik melibatkan penggunaan
teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi serta pengukuran tanda –
tanda vital (Raylene M Rospond, 2009; Lyrawati 2009). Pemeriksaan fisik
yang dapat dilakukan diantaranya adalah pemeriksaan:
1. Kesadaran
2. Tanda vital
3. Berat badan/ Tinggi badan
4. Wajah
5. Genetalia
6. Status generalis lainnya yang berhubungan dengan anamnesis riwayat
penyakit
F. Terapi / tindakan penanganan
Menurut Army (2007), beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah
keputihan patologis antara lain :
1. Menjaga kebersihan, diantaranya:
a. Mencuci bagian vulva (bagian luar vagina) setiap hari dan menjaga
agar tetap kering untuk mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur;
b. Saat menstruasi biasakan mengganti pembalut apabila sudah terasa
basah dan lembab
c. Menggunakan sabun non parfum saat mandi untuk mencegah
timbulnya iritasi pada Vagina
d. Menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan yang
mengandung deodoran dan bahan kimia terlalu berlebihan, karena hal
itu dapat mengganggu pH cairan kewanitaan dan dapat merangsang
munculnya jamur atau bakteri
e. Setelah buang air besar, bersihkan dengan air dan keringkan dari arah
depan ke belakang untuk mencegah penyebaran bakteri dari anus ke
vagina
f. Menjaga kuku tetap bersih dan pendek. Kuku dapat terinfeksi Candida
akibat garukan pada kulit yang terinfeksi. Candida yang tertimbun
dibawah kuku tersebut dapat menular ke vagina saat mandi atau
cebok.
2. Memperhatikan pakaian, diantaranya:
a. Apabila celana dalam yang dipakai sudah terasa lembab sebaiknya
segera diganti dengan yang kering dan bersih
b. Menghindari pemakaian pakaian dalam atau celana panjang yang
terlalu ketat karena dapat meningkatkan kelembaban organ kewanitaan
c. Tidak duduk dengan pakaian basah (misalnya: selesai olahraga dan
selesai renang karena jamur lebih senang pada lingkungan yang basah
dan lembab.
d. Menggunakan pakaian dalam dari bahan katun karena katun menyerap
kelembaban dan menjaga agar sirkulasi udara tetap terjaga.
3. Mengatur gaya hidup, diantaranya:
a. Menghindari seks bebas atau berganti–ganti pasangan tanpa
menggunakan alat pelindung seperti kondom
b. Mengendalikan stres
c. Rajin berolahraga agar stamina tubuh meningkat untuk melawan
serangan infeksi
d. Mengkonsumsi diet yang tinggi protein. Mengurangi makanan tinggi
gula dan karbohidrat karena dapat mengakibatkan pertumbuhan
bakteri yang merugikan
e. Menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang. Kegemukan dapat
membuat kedua paha tertutup rapat sehingga mengganggu sirkulasi
udara dan meningkatkan kelembaban sekitar vagina
f. Apabila mengalami keputihan dan mendapatkan pengobatan antibiotik
oral (yang diminum) sebaiknya mengkonsumsi antibiotik tersebut
sampai habis sesuai dengan yang diresepkan agar bakteri tidak kebal
dan keputihan tidak datang lagi
g. Apabila mengalami keputihan yang tidak normal segera datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan agar segera mendapatkan penanganan
dan tidak memperparah keputihan. Menurut beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam mencegah keputihan antara lain :
1) Menjaga kebersihan organ genitalia. Salah satunya dengan
mengganti pakaian dalam dua kali sehari.
2) Dalam keadaan haid atau memakai pembalut wanita, mengunakan
celana dalam harus yang pas sehingga pembalut tidak bergeser
dari belakang ke depan.
3) Cara cebok / membilas yang benar adalah dari depan kebelakang.
Jika terbalik, ada kemungkinan masuknya bakteri dari dubur ke
alat genitalia dan saluran kencing.
4. Usahakan tidak memakai celana dalam atau celana orang lain. Karena hal
ini memungkinkan terjadinya penularan infeksi jamur Candida,
Trichomonas, atau virus yang cukup besar.
G. Komplikasi
Komplikasi keputihan ialah priuritas, eczema, dan condiloma
acuminate sekitar vulva. Keputihan sulit sembuh dapat menjadi komplikasi
lanjut dari penyakit radang panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
Patofisiologi PID (pelvic inflammatory disease) atau penyakit radang
panggul dimulai dari infeksi di vagina atau serviks yang didapatkan dari
infeksi menular seksual (IMS), biasanya disebabkan oleh C.
trachomatis atau N. gonorrhoeae. Selanjutnya, bakteri tersebut naik ke
saluran genitalia yang lebih atas. Mekanisme penyebab kenaikan ini diduga
bersifat multifaktorial. Selain kedua bakteri tersebut, bakteri yang juga dapat
berperan pada patogenesis PID adalah flora vaginalis seperti Gardnerella
vaginalis, Haemophilus influenzae, dan bakteri anaerob. Namun, tidak
hanya bakteri, beberapa kasus PID juga berkaitan dengan infeksi virus yakni
CMV dan HSV-2.
Lendir serviks merupakan salah satu sistem pertahanan yang
menghalangi mikroorganisme pathogen naik ke saluran genitalia yang lebih
atas. Namun, pada kondisi infeksi yang menyebabkan peradangan pada
vagina atau serviks, efektvitas perlindungan lendir serviks ini menjadi
berkurang. Begitu juga pada saat ovulasi dan menstruasi, efektivitas
perlindungan serviks menjadi berkurang diakibatkan perubahan hormonal.
Selain itu, aliran darah menstruasi merupakan medium biakan yang baik
untuk bakteri
BAB III
LAPORAN KASUS
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA NN.
“H” UMUR 16 TAHUN DENGAN KEPUTIHAN (FLUOR ALBUS) DI
PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI
Hari/tanggal : Sabtu, 04 – 12 -2021
Pukul : 10.00 WIB

A. SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama : Nn. H
Umur : 16 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Melayu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Tambak Sari RT 23
2. Alasan datang berkunjung
Nn mengatakan ingin memeriksakan dirinya
3. Keluhan Utama
Nn mengatakan keluar lendir berwarna putih bening dan banyak.
4. Riwayat menstruasi
Umur menarche : Nn mengatakan haid pertama pada usia 14 tahun
Lama haid : Nn mengatakan lamanya haid 7hari
Jumlah Darah Haid : Nn mengatakan saat haid dalam sehari 2-3x ganti
pembalut
Teratur/tidak : Nn mengatakan haidnya teratur setiap bulan
Keluhan : Tidak ada
5. Riwayat Perkawinan
Status Pernikahan : Belum kawin
6. Riwayat Gynekologi
Nn mengatakan tidak menderita penyakit menular seksual, infeksi virus,
dan tidak pernah mengalami operasi abdomen.
7. Riwayat keluarga berencana
Tidak perna menggunakan
8. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Nn mengatakan tidak ada riwayat penyakit yang pernah diderita
seperti Jantung, Hipertensi, Diabetes Melitus, TBC, Asma, Hepatitis
serta tidak ada riwayat operasi abdomen/SC.
b. Riwayat penyakit keluarga
Nn mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga yang pernah
diderita seperti Jantung, Hipertensi, Diabetes Melitus, TBC, Asma,
dan Hepatitis.
c. Riwayat alergi : Tidak ada
9. Pola Kegiatan sehari – hari
a. Nutrisi
Makan : Frekuensi : 1-2x sehari
Menu : Nasi, lauk, sayur
Porsi : 1 piring
Keluhan : tidak ada
Minum : Frekuensi : 5-6 sehari/gelas
Jenis : Air putih
Keluhan : Tidak ada
b. Eliminasi
BAB :Frekuensi : 1x sehari
Konsistensi : Lunak dan terkadang ence
Keluhan : Tidak ada
BAK : Frekuensi : 6-7 x sehari
Warna : Kuning jernih
Keluhan : Tidak ada
c. Personal hygiene
Mandi : 2x sehari
Keramas : 1x seminggu
Gosok Gigi : Setiap mandi
Ganti Pakaian Dalam : 2x sehari
Ganti Pakaian Luar : Setiap habis mandi
Genetalia : Bersih
d. Istirahat dan tidur
Tidur siang : 1 – 2 jam
Tidur malam : 7 -8 jam
Keluhan : tidak ada
e. Olahraga
Jenis : senam di sekolah
Frekuensi : 1x seminggu
Keluhan : tidak ada
f. Kebiasaan hidup
Merokok : tidak ada
Minumam Keras : tidak ada
Obat-obatan : jika sakit
Jamu : tidak ada
g. Pola aktivitas pekerjaan sehari-hari : belajar, membantu orang tua
dirumah
10. Riwayat Psikososial, ekonomi, kultural dan spiritual
a. Psikososial : Nn mengatakan hubungan dengan Keluarga Baik
b. Kultural : Baik
c. Spiritual : Baik

B. OBJEKTIF
1. Data umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Keadaan Emosional : Stabil
d. Berat Badan : 50 Kg
e. Tinggi Badan : 160 cm
f. Tanda-tanda vital
1). TD : 110/70 mmhg
2). Nadi : 78 x/i
3). Pernafasan : 24 x/i
4). Suhu : 36,7 ˚C
g. Postur tubuh : Normal
2. Data khusus
a. Kepala
Rambut : Rambut bersih, hitam dan tidak rontok
Muka : Pucat, tidak ada oedema, tidak ada cloasma gravidarum
Mata : Simetris, congjungtiva tidak pucat, sklera tidak putih, tidak
oedema
Telinga : Simetris, normal, bersih, tidak ada serumen
Hidung : Normal, bersih, tidak ada secret, dan tidak ada polip
Mulut : Bibir sedikit pucat, gigi tidak ada caries
b. Leher : Tidak ada pembengkakan kalenjar tiroid dan limfe
c. Payudara : tidak dilakukan
d. Abdomen :tidak dilakukan
e. Ekstremitas
Atas : Kuku bersih, tidak ada oedema, tidak ada varices.
Bawah : Kuku bersih, tidak ada oedema, tidak ada varises
Perkusi : Reflek patela : Tidak Dilakukan
f. Kulit : Normal
g. Pemeriksaan Penunjang: Tidak dilakukan

C. ASSESSMENT
1. Diagnosa :
Nn. H remaja putri mengalami keputihan fisiologis
Data dasar
Data Subjektif
a. Nn mengatakan keluar lendir dari kemaluan
b. Nn mengatakan tidak ada rasa gatal dan tidak ada rasa bau
c. Nn mengatakan jika dirinya baru selesai masa menstruasi
Data Objektif :
a. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis
b. Vital sign TD : 110/70mmHg N : 78 x/i
P : 24 x/I S : 36,7 ˚C
c. BB : 50 Kg TB : 160 cm
d. Mata : Conjungtiva norma, dan sklera normal.
e. Palpasi abdomen : tidak dilakukan
f. Pemeriksaan Penunjang : tidak dilakukan
2. Masalah
Nn merasakan cemas dengan keadaannya karena keluar keputihan yang
banyak tidak seperti biasa, tapi tidak disertai gatal dan tidak berbau
3. Kebutuhan
- Informasikan hasil pemeriksaan
- Anjurkan untuk istirahat yang cukup
- Berikan penyuluhan tentang
 Penjelasan tentang tanda keputihn
 Keputihan normal dan abnormal
 Pencegahan keputihan
 Penanganan keputihan nonfarmakologi

D. PLANNING
1. Informasi hasil pemeriksaan
2. Berikan penjelasan tentang keputihan
3. Berikan penjelasan tentang tanda – tanda keputihan normal dan abnormal
4. Berikan penjelasan tentang pencegahan keputihan
5. Beritahu tentang penanganan keputihan saat dirumah
6. Berikan dukungan psikologis dan memberi kesempatan untuk
mengungkapkan perasaanya.
7. Beritahu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah 2 minggu lagi
E. PELAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum Nn baik, kesadaran
composmentis, TTV : TD : 110/70 mmHg, N: 78 x/i, P: 24x/i, S:36,7 ˚C,
Evaluasi : Nn mengerti dengan keadaannya
2. Memberikan penjelasan kepada Nn tentang keputihan adalah keluarnya
cairan selain darah dari liang vagina di luar kebiasaan, baik berbau
ataupun tidak, serta disertai rasa gatal setempat.
Evaluasi : Nn memahami penjelasan yang diberikan
3. Memberikan penjelasan tentang tanda – tanda keputihan
a. Keputihan normal (fisiologis) Cairan yang mengandung banyak epitel
dan sedikit leukosit, dalam keadaan normal berfungsi untuk
mempertahankan kelembaban vagina. Cairan berwarna jernih, tidak
terlalu kental, tidak disertai dengan rasa nyeri atau gatal, dan jumlah
keluar tidak berlebih. Keputihan normal dapat terjadi pada masa
menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari
ke 10 – 16 menstruasi.
b. Keputihan abnormal (patologis) Cairan yang keluar mengandung
banyak leukosit, ditandai dengan cairan berwarna kuning kehijauan,
abu atau menyerupai susu, teksturnya kental, adanya keluhan nyeri
atau gatal, dan jumlahnya berlebihan. Keputihan abnormal dapat
terjadi pada semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang
senggama, mulut rahim, jaringan penyangga, dan pada infeksi karena
penyakit menular seksual).
Evaluasi: Nn memahami penjelasan yang diberikan
4. Memberikan Nn penjelasan tentang pencegahan keputihan
a. Ketika habis BAK/BAB membersihkan kemaluan dari depan ke belakang
untuk mencegah masuk nya bakteri dari anus ke vagina.
b. Menghindari penggunaan sabun agar tidak terjadi iritasi di kemaluan.
c. Menjaga kebersihan area vagina dengan baik.
d. Menggunakan celana dalam yang tidak terlalu ketat, dan berbahan katun
yang bisa menyerap keringat.
e. Apabila celana dalam lembab segera ganti yang kering agar terhindar
berkembang biak nya bakteri.
Evaluasi : Nn memahami tentang pencegahan keputihan
5. Memberitahu Nn untuk melakukan penanganan secara tradisional saat
dirumah seperti:
a. Merebus daun kemangi, dan di minum selama 7 hari berturut-turut, karena
daun kemangi bersifat anti mikroba yang dapat membunuh bakteri dan
virus yang membahayakan tubuh.
b. Mencuci vagina atau cebok dengan rebusan daun sirsak, dengan cara rebus
10 daun sirsak yang agak tua lalu digunakan untuk mencuci vagina
sebanyak 2x pagi dan sore selama 7 hari berturut-turut. Daun sirsak
mengandung senyawa acetogenesis antara lain asimisin, bulatasin dan
skuamosin mengandung zat antiseptik untuk membunuh kuman di
kemaluan.
c. Minum madu, ada kandungan enzim anti bakteri dan jamur
d. Minuman manjakani, mampu membersihkan serta mampu mengatasi
infeksi jamur dan bakteri di organ kewanitaan, juga dianggap mampu
mengencangkan atau merapatkan vagina.
e. Buah pinang, dengan cara di tumbuk dan di rebus, ada kandungan
karbohidrat, protein, vitamin A, posfor, dan zat besi, buah pinang juga
memiliki dan bermanfaat untuk mengatasi keputihan, merapatkan vagina,
menguatkan rahim, dan mengatasi gatal-gatal akibat jamur.
f. Daun Sirih (direbus untuk minum dan untuk cebok) secara klinis daun
sirih memiliki kandungan yang dapat membunuh bakteri parasit dan
mikroorganisme yang mengakibatkan keputihan
Evaluasi : Nn mengerti, bersedia, dan akan mencoba, untuk
mengkonsumsi salah satu saran yang diberikan
6. Memberikan dukungan psikologi pada Nn. H dan memberi kesempatan
untuk mengungkapkan perasaannya, karena komunikasi mengurangi
kecemasan dan menghilangkan reaksi terhadap stress yang dirasakannya
sehingga mencipatkan ketenangan batin, dan Nn dapat lebih tenang.
Evaluasi: Nn memahami dukungan psikologi yang diberikan, serta Nn
telah mengungkapkan perasaannya
7. Memberitahu Nn bahwa akan dilakukan kunjungan rumah 2 minggu lagi
untuk dilakukan pemantauan perkembangan keadaan Nn.
Evaluasi: Nn memahami dan bersedia untuk dilakukan kunjungan rumah 2
minggu lagi
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal : Sabtu, 18 Desember 2021
Pukul : 14.00 WIB
SUBJEKTIF
1. Nn mengatakan keputihan yang dialami nya sudah berkurang
2. Nn mengatakan masih sering merebus dan cebok dengan daun sirih

OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg N : 79 x/i , P : 22 x/i S : 36,5 ˚C

ASSESMENT
Nn H remaja putri dengan keputihan

PLANNING
Tanggal 18 Desember 2021 Pukul 14.20 WIB

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan menjelaskan tentang keadaan yang


dialaminya sekarang yaitu KU : Baik, Kesadaran : Composmentis, TTV: TD:
100/60 mmHg, N : 103 x/i, P:22 x/i, S : 36,5 ˚C
Evaluasi : Nn mengerti dengan hasil pemeriksaan
2. Memberikan penjelasan keputihan itu normal sama siklus mestruasi, tetapi
jika sudah berbeda seperti yang sudah dijelaskan kemarin, cepat melakukan
pengobatan di tenaga kesehatan terdekat.
Evaluasi: Nn mengerti penjelasan yang diberikan
3. Menganjurkan Nn tetap terus membersihkan atau cebok daun sirih jika
keputihan datang dan Nn merasa kurang nyaman
Evaluasi : Nn akan melakukan apa yang dianjurkan
4. Memberitahu Nn untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang
seperti sayurah hijau, bayam, kangkung, wortel, tempe, ayam, buah-buahan,
pisang, pepaya, dan lain-lain
Evaluasi: Nn akan mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang
5. Menganjurkan untuk sering mengganti celana dalam jika basah,
mengeringkan kemaluan setelah BAB/BAK
Evaluasi: Nn akan melaksanakan apa yang diajurkan.
6. Menganjurkan untuk tidak menggunakan sabun untuk membersihkan
kemaluan.
Evaluasi : Nn mengerti dengan penjelasan yang jelaskan
BAB IV

ANALISIS KASUS

Analisis kasus merupakan bagian dari laporan kasus yang akan membahas
kesenjangan dan hambatan selama penulis melakukan asuhan kebidanan pada
remaja putri Nn. H dengan keputihan. Kesenjangan tersebut menyangkut antara
teori dan praktek langsung dilapangan.
Berupaya untuk selalu menjaga kebersihan diri dan kelembaban vagina.
Mencuci tangan ketika membersihkan daerah vagina, ketika mandi membersihkan
daerah V (vagina) dengan pembersih atau sabun, mengganti celana dalam sehari
sesering mungkin karena apabila terlalu lembab bisa jadi sumber infeksi dan
menimbulkan gejala keputihan. Membiasakan diri mengenal alat kelamin sendiri
sehingga jika terdapat kelainan dapat langsung ditangani secepatnya (Solikhah
dkk, 2010).
Menurut Wulandari dkk (2013) Gunakan celana dalam yang bersih dan
berbahan katun 100 persen bila ingin menggunakannya dalam waktu yang lama.
Celana dalam berbahan nilon dan polyester (yang karena berbagai pertimbangan
estetika dan eksplorasi keseksian lebih banyak digunakan) akan menambah panas
dan lembab vagina sehingga bakteri mudah berkembang.
Kebersihan diri merupakan suatu tindakan yang sangat penting untuk
menjaga kebersihan dan kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan psikis, Keputihan
yang abnormal banyak dipicu oleh cara wanita dalam menjaga kebersihan dirinya,
terutama alat kelamin. Pilih pakaian dalam dari bahan yang menyerap keringat
agar daerah vital selalu kering (Purwoastuti, dkk, 2015)
Hal ini sejalan dengan penelitian Ayuningtyas (2012) yang mengatakan
bahwa sebagian besar siswi kurang memperhatikan bagaimana cara
membersihkan genetalia eksternal dengan cara yang baik dan benar.
Berdasarkan pembahasan diatas didapat tidak adanya kesenjangan teori
praktek, bahwa keputihan yang dialami oleh Nn. H dikarenakan keseimbangan
hormon dan kurang menjaga kebersihan organ intim, dan harus segera diatasi
sebelum terjadinya keputihan patologis.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurang bersih dalam membersihkan vulva hygine merupakan salah
satu faktor yang membuat bakteri dan kuman dikemaluan akan berkembang
biak dan akan menimbulkan keputihan. Kurang perhatiannya Nn. H
terhadap kebersihan terhadap vulva hygine nya membuat Nn. H mengalami
keputihan. Setelah diberikan asuhan kebidanan, Nn. H mengerti dan akan
melakukan kebersihan lebih baik lagi, menjaga miss V agar tetap kering dan
dan tidak lembab, sering mengganti celana dalam.

B. Saran
1. Mahasiswa
Diharapkan dengan tugas ini, mahasiswa dapat meningkatkan
proses belajar atau menyelesaikan tugas, dan juga menambah wawasan
dalam pengetahuan tentang tindakan penyelesaian masalah remaja putri
dengan keputihan (Flour albus)
2. Institusi pendidikan
Sebagai salah satu acuan untuk peningkatan kualitas pendidikan di
Prodi Profesi khusus nya tentang penyelesaian masalah yang sering
dialami remeja putri.
DAFTAR PUSTAKA

Andira, Dita. (2010). Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: A-


Plus Books.

Army. (2007). Kesehatan Reproduksi dan Pencegahan Keputihan. Jakarta.

Aulia. (2012). Serangan penyakit - penyakit khas wanita paling sering terjadi.
Yogyakarta: Buku Biru.

Kusmiran, E. (2014). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta:


Salemba Medika.

Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta:


Salemba Medika.

Manuaba IAC, Manuaba IBG, Manuaba IBGF. (2014). Ilmu Kebidanan, penyakit
kandungan dan kb untuk pendidikan bidan. Edisi ke 2. Jakarta: EGC.

Shadine, Muhannad. (2012). Penyakit Wanita (Pencegahan,Deteksi Dini &


Pengobatan). Yogyakarta: Citra Pustaka.
SATUAN ACARA PENYULUHAN KEPUTIHAN

I. Pokok Bahasan : Penyuluhan Pada Remaja


Sub Bahsan : Keputihan pada remaja putri
Hari/Tanggal : Sabtu, 04 Desember 2021
Waktu : 45 menit
Tempat : Puskesmas Putri Ayu
Sasaran : Remaja Putri

II. Tujuan Intruksional Umum


Setelah mengikuti pertemuan ini, diharapkan remaja putri dapat memahami
tentang Keputihan yang sering dialami wanita dalam siklus sebelum dan
sesudah menstruasi

III. Tujuan Intruksional Khusus


Pada akhir pertemuan peserta dapat :
1. Menjelaskan pengertian Keputihan
2. Menjelaskan penyebab Keputihan
3. Menjelaskan tanda dan gejala Keputihan
4. Menjelaskan penanganan Keputihan
5. Menjelaskan pengobatan Keputihan

IV. Materi
1. Pengertian Keputihan
2. Penyebab Keputihan
3. Tanda dan gejala Keputihan
4. Penanganan Keputihan
5. Pengobatan Keputihan

V. Metode
Ceramah dan tanya jawab
VI. Media
Leaflet

VII. Pelaksanaan
RESPON
NO KEGIATAN WAKTU
MASYARAKAT
1 Pendahuluan 5 menit
a.Penyampaian salam a.Membalas salam
b.Perkenalan b.Memperhatikan
c.Menjelaskan topic penyuluhan c.Memperhatikan
d.Menjelaskan tujuan d.Memperhatikan
e.Menjelaskanwaktu pelaksanaan e.Memperhatikan
2 Penyampaian materi 30 menit
1.Materi a.Memperhatikan
penjelasan dan
a. Pengertian Keputihan
mencermati materi
b. Penyebab Keputihan
c. Tanda dan gejala Keputihan
d. Penanganan Keputihan
e. Pengobatan Keputihn
b.Bertanya
2.Memberikan kesempatan untuk
c.Memperhatikan
bertanya
3.Menjawab pertanyaan peserta
3 Penutup 5 menit
a.Menyimpulkan hasil penyuluhan a.Memperhatikan
b.Mengakhiri dengan salam b.Menjawab salam

VIII. Evaluasi
Setelah diberi penyuluhan diberi pertanyaan yaitu :
1. Apa pengertian Keputihan?
2. Apa Penyebab dari Keputihan?
3. Bagaimana Penanganan Keputihan?

Anda mungkin juga menyukai