Anda di halaman 1dari 7

AGRILAND Jurnal Ilmu Pertanian 9(2) Mei-Agustus 2021 76-82

AGRILAND
Jurnal Ilmu Pertanian
Journal homepage: https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/agriland

Pengujian Efikasi Alelopati Cyperus rotundus L. Terhadap


Gulma Asystasia gangetica (L.) T. Anderson di Perkebunan

Efficacy Testing of Allelopathic Cyperus rotundus L. Against


Weed Asystasia gangetica (L.) T. Anderson in Plantation
Aldywaridha1*, Usman Nasution1, Asmanizar1, S. Edy Sumantri1, Arif Anwar1,
Teuku Alfajri Dwi Irfa2
1Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Islam Sumatera Utara, Jl. Karya Wisata Gedung
Johor, Medan 20144, Indonesia, Email: aldy.waridha@uisu.ac.id; asmanizar_az@fp.uisu.ac.id;
ssumantri@uisu.ac.id; arif.anwar@fp.uisu.ac.id
2Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Islam Sumatera Utara, Jl. Karya Wisata

Gedung Johor, Medan 20144, Indonesia


Corresponding Author: aldy.waridha@uisuac.id

ABSTRAK ABSTRACT
Teki (Cyperus rotundus L.) merupakan gulma penting di Purple nutsedge (Cyperus rotundus L.) is an important
dunia yang tersebar luas di daerah tropis dan sub weed in the world which is widespread in the tropics and
tropis yang dapat menimbulkan kerugian besar karena sub-tropics which can cause great losses due to its ability
kemampuannya menekan pertumbuhan tanaman to suppress plant growth significantly and is difficult to
secara signifikan dan sulit dikendalikan. Namun, C. control. However, C. rotundus contains allelopathic
rotundus mengandung senyawa alelopati yang dapat compounds that can inhibit the growth of rice plants or
menghambat pertumbuhan dari tanaman padi weeds of Asystasia gangetica and other weeds. This
ataupun gulma Asystasia gangetica dan gulma lainnya. study aimed to examine the allelopathic effect of C.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek alelopati C. rotundus on the germination of A. gangetica seeds in
rotundus terhadap perkecambahan biji A. gangetica di plantations. The study used a non-factorial completely
perkebunan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak randomized design with three replications with the
Lengkap Non-Faktorial tiga ulangan dengan bentuk allelopathic form of C. rotundus as the treatment. The
alelopati C. rotundus sebagai perlakuan. Hasil results showed that C. rotundus had an allelopathic
penelitian menunjukkan bahwa C. rotundus effect on the germination and growth of A. gangetica
menimbulkan efek alelopati terhadap perkecambahan weeds, thereby reducing the germination of A. gangetica
dan pertumbuhan gulma A. gangetica, sehingga weeds, causing germination abnormalities, and
mengakibatkan penurunan daya kecambah gulma A. suppressing the growth of A. gangetica weeds. C.
gangetica, menyebabkan abnormalitas kecambah, rotundus also has the potential to be developed and used
serta menekan pertumbuhan gulma A. gangetica. C. as a vegetable pesticide in controlling A. gangetica
rotundus juga berpotensi untuk dikembangkan dan weeds in plantations
dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dalam
pengendalian gulma A. gangetica di perkebunan.

Kata Kunci: Alelopati, Teki, Abnormalitas plula dan Keywords: Allelopathy, Puple nutsedge, Abnormalities of
radicula the plumule and radicle

Pendahuluan Gulma ini bisa menimbulkan kerugian besar


Teki (Cyperus rotundus L.) merupakan karena kemampuannya menekan
gulma penting di dunia yang tersebar luas di pertumbuhan tanaman secara signifikan
daerah tropis dan sub tropis. Holm et al. dan sulit dikendalikan. Penekanan terjadi
(1977) melaporkan bahwa C. rotundus karena tingginya persaingan mendapatkan
adalah salah satu gulma penting yang sumber hara, alelokimia dari C. rotundus,
menimbulkan masalah serta merugikan di dan kombinasi kedua faktor tersebut.
90 negara pada lebih dari 50 jenis tanaman.

76
Aldywaridha et al. AGRILAND Jurnal Ilmu Pertanian 9(2) Mei-Agustus 2021 76-82

C. rotundus mengandung senyawa tertentu untuk mengeksploitasi


alelopati yang dapat menghambat (mendayagunakan) lingkungan. Pada
pertumbuhan dari tanaman padi ataupun daerah yang ternaungi, A. gangetica akan
gulma Asystasia gangetica dan gulma lebih banyak memproduksi organ vegetatif,
lainnya. Kandungan dari tajuk rumput teki sementara pada daerah terbuka akan lebih
adalah asam fenolat sedangkan umbinya banyak memproduksi organ generatif
mengandung hidroksibenzoat, caffeat, (Othman, 2013; Isnaini, 2015).
ferulat, fanilat dan klorogenat (El Rokiek et Pengendalian A. gangetica dengan
al., 2010). Menurut Sastroutomo (1990), senyawa alelopati yang biasanya dihasilkan
senyawa fenolat dapat meracuni tanaman oleh gulma, tanaman semusim dan
pokok disekelilingnya dan menurunkan tahunan, serta mikroorganisme (Junaedi
kualitas hasil. dkk., 2006). Beberapa jenis gulma diduga
Teki dapat melepaskan alelokimia yang dapat menghasilkan senyawa alelopati
berpotensi dikembangkan sebagai dengan jumlah yang cukup besar. Beberapa
bioherbisida karena mampu menekan contoh gulma menahun yang menghasilkan
perkecambahan gulma lain. Menurut senyawa alelopati diantaranya adalah,
Kavitha et al. (2012), alelokimia teki dapat Agropyron repens, Circium arvense, Cyperus
menghambat perkecambahan tumbuhan rotundus, dan Imperata cylindrica, serta
lain melalui efek fitotoksik yang dimiliki. El gulma semusim seperti Setaria sp
Rokiek et al. (2010) berhasil (Sastroutomo, 1990). Alelopati dapat
mengidentifikasi senyawa fenol sebagai digunakan untuk menekan gulma dengan
salah satu senyawa metabolit sekunder teki berbagai cara, diantaranya dengan
yang mampu menghambat perkecambahan menggunakan sebagai mulsa atau
gulma. pencampuran dengan tanah (Iqbal and
Alelopati dari C. rotundus tidak hanya Cheema, 2008).
berpengaruh menekan pertumbuhan dan Berdasarkan hal tersebut maka
produksi tanaman, tetapi juga dapat penelitian ini bertujuan untuk melihat efek
menekan beberapa pertumbuhan gulma. alelopati C. rotundus terhadap
Beberapa literatur menyatakan bahwa perkecambahan biji A. gangetica di
alelopati C. rotundus mampu menekan perkebunan.
pertumbuhan tanaman atau tanaman
lainnya yang termasuk gulma (lzah, 2009; El Bahan dan Metode
Rokiek et al., 2010; Palapa, 2009). Namun, Penelitian dilaksanakan di kebun
penelitian khusus dan sistematis mengenai percobaan Fakultas Pertanian Universitas
penggunaan alelopati dari C. rotundus Islam Sumatera Utara. Medan Johor,
sebagai agensia untuk mengontrol Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 mdpl
pertumbuhan gulma dalam sistem dan topografi datar dari Februari 2019
pertanian ramah lingkungan masih kurang. sampai April 2019.
Asystasia gangetica (L.) T. Anderson Metode penelitian menggunakan
merupakan gulma yang banyak dijumpai di Rancangan Acak Lengkap Non-Faktorial tiga
perkebunan kelapa sawit dan mudah ulangan dengan bentuk alelopati C.
ditemui di perkarangan rumah, tepi jalan, rotundus sebagai perlakuan. Perlakuan
kebun, dan lapangan terbuka (Setiawan, bentuk alelopati C. rotundus terdiri dari 5
2013). A. gangetica berasal dari Afrika dan taraf, yaitu: kontrol (tanpa perlakuan) (M0),
mulai dikenalkan di Malaysia tahun 1876 mulsa C. rotundus 200 g/pot (M1), ekstrak
dan 1923 sebagai tanaman hias. A. C. rotundus 200 g/pot (M2), kompos C.
gangetica digolongkan ke dalam gulma jahat rotundus 200 g/pot (M3), dan herbisida
karena pengaruh persaingannya terhadap pratumbuh sulfentrazon 1 mL/pot (M4).
tanaman kelapa sawit besar sehingga sangat Penelitian dilakukan pada media tanam
merugikan. Kemampuannya menghasilkan di dalam polybag (diameter 23cm) dengan
biji yang sangat banyak, sehingga mudah jarak antar pot 40 cm, dan jarak antar
menyebar luas. Pengendaliannya sulit jika ulangan 40 cm. Media tanam yang
populasinya sudah berkembang pada suatu digunakan adalah tanah atas (top soil) yang
areal perkebunan (Andrean, 2014). diambil dari kedalaman 5-10 cm di
A. gangetica memiliki toleransi tinggi permukaan tanah, dicampur pasir dengan
terhadap kondisi lingkungan yang kurang perbandingan 3:1. Biji diambil dari A.
menguntungkan dan memiliki strategi gangetica yang hidup di perkebunan dan di

77
Aldywaridha et al. AGRILAND Jurnal Ilmu Pertanian 9(2) Mei-Agustus 2021 76-82

lahan yang tidak ditanami di Jl. Eka Rasmi, air sebanyak 1 L. Gula merah ini berfungsi
Gedung Johor. Biji yang digunakan berasal untuk memperoleh energi bagi
dari buah (polong) A. gangetica yang sudah perkembangbiakan jumlah EM (Effective
bewarna coklat kehitaman kemudian Mikroorganisme) yang diaktifkan selama
ditanam dengan jarak tanam ± 2 cm dan proses pembuatan kompos (proses
dalam satu lubang ditanam satu biji dengan fermentasi 3-4 hari) dan diendapkan selama
kedalaman ± 1 cm. Satu pot berisi biji 40 hari. Setelah kompos siap untuk
sebanyak 30 biji yang siap tanam. digunakan, diambil sebanyak 200 g kompos,
kemudian dicampurkan dengan tanah dan
pasir secara merata, lalu dimasukkan ke
dalam pot yang telah ditanam biji A.
gangetica.
Penggunaan herbisida pratumbuh
dengan berbahan aktif yaitu sulfentrazon
dengan dosis 150 mL/ha (Bina Guna Kimia,
A B 2015). Setelah itu dikonversikan ke pot
Gambar 1. A. gangetica yang sudah berbunga menjadi 1 mL/pot. Nama dagang dari
dan berpolong (A); biji A. gangetica yang herbisida tersebut yaitu herbisida Boral 480
sudah pecah dari polong (B) SC (Suspension Concentrate). Herbisida
pratumbuh ini bersifat sistemik berbentuk
Pemberian perlakuan mulsa, ekstrak, suspensi berwarna coklat muda yang dapat
kompos, dan herbisida dilakukan pada 1 dilarutkan didalam air, dan sebagai
HST. Penggunaan mulsa C. rotundus herbisida pengendali gulma berdaun lebar.
dilakukan dengan mengambil gulma C. Pengaplikasiannya dengan cara dosis 1
rotundus sebanyak 200 g/pot, kemudian ml/pot dimasukkan ke dalam hand sprayer,
dikeringkan selama ± 1 hari. Selanjutnya C. setelah itu dicampur dengan air sebanyak 1
rotundus dicincang menjadi 3 bagian yaitu L air.
dari akar, batang dan daun dengan Variabel yang diamati adalah:
menggunakan parang, baru kemudian 1. Persentase perkecambahan (%)
diletakkan di atas permukaan tanah di Penetapan daya kecambah biji A.
dalam pot yang sudah ditanam biji A. gangetica dilakukan dengan menghitung
gangetica dengan cara sebar merata. jumlah kecambah A. gangetica yang tumbuh
Penggunaan ekstrak dari C. rotundus dari proses perkecambahan lalu dibagi
dilakukan dengan mengambil C. rotundus dengan jumlah kecambah yang ditanam,
sebanyak 200 g, kemudian dimasukkan setelah itu dikali dengan 100%. Gulma A.
kedalam blender dengan terlebih dahulu gangetica merupakan tanaman tipe
mencincang atau menumbuk C. rotundus perkecambahan epigeal yaitu kotiledon dan
dan dicampur dengan air sebanyak 200 mL. plumula terdorong ke permukaan tanah.
Setelah halus, kemudian disaring Penetapan daya kecambah biji A. gangetica
menggunakan saringan teh atau sejenisnya. dalam satuan %. Persentase
Ekstrak yang dikeluarkan dari hasil perasan perkecambahan (percent germination)
ataupun saringan tersebut diambil dan dihitung mulai 2 minggu setelah tanam
dimasukkan ke botol plastik dan (MST), 3 MST, dan 4 MST dengan
selanjutnya ke hand sprayer untuk menggunakan rumus (Delsi, 2012):
pengaplikasian perlakuan dengan cara Perkec, biji =
Jumlah benih berkecambah
× 100 %
disemprotkan ke permukaan tanah yang Jumlah benih yang ditanam

ada di pot. 2. Tinggi gulma (cm)


Penggunaan kompos C. rotundus Diukur dengan cara mengukur dari
dilakukan dengan mengambil seluruh permukaan tanah sampai titik tumbuh
bagian C. rotundus mulai dari akar, batang, menggunakan penggaris pada gulma sampel
daun, bulir dan lain-lainnya disekitaran sebanyak 4 sampel. Dimulai pada saat
Medan johor sebanyak ± 3 kg. Selanjutnya gulma berumur 4 MST dan 8 MST.
C. rotundus dicincang menggunakan
parang, dan dimasukkan ke ember 40 L. 3. Abnormalitas plumula dan radikula
Adapun bahan tambahan dalam pembuatan Abnormalitas plumula diamati pada 7
kompos adalah gula merah sebanyak ½ kg, hari setelah tanam (HST), 11 HST dan 15
yang sudah dihaluskan dan dicampurkan HST pada dua tanaman sampel dengan cara
mengamati bagian bentuk luar (morfologi)

78
Aldywaridha et al. AGRILAND Jurnal Ilmu Pertanian 9(2) Mei-Agustus 2021 76-82

dan warna dari kecambah A. gangetica yang M4 0.00c 0.00e 0.00e


menyimpang dari normal. Abnormalitas Keterangan: angka diikuti oleh huruf yang tidak sama
radikula diamati pada 11 HST dan 21 HST pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda nyata berdasarkan uji Duncan
pada dua tanaman sampel dengan pada taraf 5%
mengamati warna dan bentuk pada radikula M0= Kontrol (tanpa perlakuan); M1= Mulsa
A. gangetica. C. rotundus; M2= Ekstrak C. rotundus; M3=
Kompos C. rotundus; M4= herbisida
pratumbuh sulfentrazon
4. Luas daun (cm2)
Luas daun (cm2) diukur saat gulma
Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan
berumur 8 MST. Cara mengukur luar daun
bentuk alelopati C. rotundus berpengaruh
dengan menggunakan rumus L = p  l  K. nyata terhadap persentase kecambah A.
dimana K (Konstanta) ditetapkan dengan gangetica. Persentase kecambah tertinggi
pengukuran/percobaan pendahuluan. adalah perlakuan control (M0) dengan
Pengukuran pendahuluan untuk persentase sebesar 100% yang berbeda
mendapatkan rumus luas daun dilakukan nyata terhadap perlakuan mulsa C.
dengan membandingkan luas daun yang rotundus (M1), ekstrak C. rotundus (M2),
sebenarnya dengan rumus: L = p  l  K, di kompos C. rotundus (M3), dan herbisida
mana L= Luas, p= Panjang, l= Lebar, dan K= pratumbuh sulfentrazon (M4). Persentase
Konstanta. Jumlah sampel 20 helai daun, kecambah tidak tumbuh adalah pada
diasumsikan bentuk helai daun empat perlakuan herbisida pratumbuh
persegi panjang, maka luas helai daun (L) sulfentrazon (M4) dengan persentase 0%.
adalah: p  l  K. Helai daun diukur luasnya Hal ini menunjukkan bahwa gulma A.
menggunakan kertas milimeter. Helai daun gangetica akan tumbuh subur tanpa
tersebut diukur panjang (p) dan lebar (l). perlakuan pengendalian apapun. Menurut
Berdasarkan asumsi luas daun yang Sandoval dan Rodriguez (2012), gulma A.
sebenarnya L = p  l  K, diperoleh nilai K = gangetica memiliki biji yang sangat banyak
0.78. Jadi rumus luas daun A. gangetica serta mudah berkecambah sehingga cepat
adalah: L = p  l  0.78 (mm2). mendominasi lahan. Hal inilah yang
menyebabkan gulma A. gangetica menjadi
5. Bobot basah dan bobot kering gulma gulma invasif di perkebunan. Lebih lanjut
Penetapan bobot basah gulma dengan Aliana (2017) menyatakan bahwa dalam
menimbang bobot gulma secara utuh tanpa polong gulma A. gangetica terdapat ± 4 biji.
diberi perlakuan. Bobot kering gulma (g), Biji ini sangat ringan sehingga mudah
ditetapkan dengan menimbang biomassa terbawa angin sehingga dapat tumbuh
gulma (akar, batang dan daun) yang telah dengan penyebaran yang luas.
dikeringkan dalam oven pada suhu 80 ˚C
selama 48 jam. Pengukuran bobot kering Tinggi Gulma (cm)
dilakukan pada gulma yang sudah berumur Hasil penelitian menunjukkan bahwa
8 MST (Prawiranata et al., 1981). bentuk alelopati C. rotundus berpengaruh
nyata terhadap tinggi gulma A. gangetica
Hasil dan Pembahasan pada 4 dan 8 MST (Tabel 2).
Persentase Perkecambahan (%) Tabel 2 menunjukkan bahwa bentuk
Hasil penelitian menunjukkan bahwa alelopati C. rotundus berpengaruh nyata
pengujian alelopati C. rotundus berpengaruh terhadap tinggi gulma A. gangetica pada 4
nyata terhadap persentase perkecambahan dan 8 MST. Pada 8 MST, gulma A. gangetica
gulma A. gangetica pada 2, 3 dan 4 MST tertinggi diperoleh pada perlakuan mulsa C.
(Tabel 1). rotundus (M1), yaitu 9.63 cm yang berbeda
nyata terhadap perlakuan kontrol (M0),
Tabel 1. Rataan persentase kecambah A. ekstrak C. rotundus (M2), kompos C.
gangetica (%) dengan pemberian alelopati rotundus (M3), dan herbisida pratumbuh
C. rotundus pada 2, 3, dan 4 MST sulfentrazon (M4). Sedangkan rataan gulma
Umur Pengamtan (MST) A. gangetica terendah diperoleh pada
Perlakuan
2 3 4 perlakuan herbisida pratumbuh
M0 74.00a 100.00a 100.00a sulfentrazon (M4), yaitu 0.00 cm.
M1 67.67b 94.00b 94.00b Lebih tingginya gulma A. gangetica
M2 66.33b 88.67c 88.67c dengan pemberian bentuk alelopati C.
M3 57.33b 86.00d 85.00d rotundus dibandingkan dengan perlakuan

79
Aldywaridha et al. AGRILAND Jurnal Ilmu Pertanian 9(2) Mei-Agustus 2021 76-82

kontrol dapat disebabkan senyawa alami yang normal yaitu radikula berbentuk lurus
yang mampu menekan pertumbuhan (Gambar 2).
(alelopati) pada konsentrasi tertentu
kadangkala dapat juga berperan sebagai zat
pengatur tumbuh (Setyowati dan Suprijono,
2001). Demikian pula menurut Putman
(1987), zat alelopati yang mampu menekan
pertumbuhan tumbuhan tertentu seringkali
tidak berdampak apabila diberikan pada
tumbuhan lain

Tabel 2. Rataan tinggi gulma A. gangetica A B C


(cm) dengan pemberian alelopati C. Gambar 2. Kondisi abnormalitas radikula
rotundus pada 4 dan 8 MST dengan perlakuan ekstrak C. rotundus
Umur Pengamtan (MST) (M2) pada 11 HST (A); Kondisi
Perlakuan
4 8 abnormalitas radikula dengan perlakuan
M0 3.08b 5.13c ekstrak C. rotundus (M2) pada 11 HST
M1 4.26a 9.63a (B); Kondisi radikula normal dengan
M2 3.43b 6.46b perlakuan kontrol (M0) pada 21 HST
M3 3.87a 6.57b
M4 0.00c 0.00d Luas Daun (cm2)
Keterangan: angka diikuti oleh huruf yang tidak sama Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada kolom yang sama menunjukkan
bentuk alelopati C. rotundus berpengaruh
berbeda nyata berdasarkan uji Duncan
pada taraf 5% nyata terhadap luas daun gulma A.
M0= Kontrol (tanpa perlakuan); M1= Mulsa gangetica pada 8 MST (Tabel 3).
C. rotundus; M2= Ekstrak C. rotundus; M3=
Kompos C. rotundus; M4= herbisida
Tabel 3. Rataan luas daun gulma A.
pratumbuh sulfentrazon
gangetica (cm2) dengan pemberian
alelopati C. rotundus pada 4 dan 8 MST
Abnormalitas Plumula dan Radikula Umur Pengamtan (MST)
Perlakuan
Perlakuan mulsa C. rotundus (M1), 4
ekstrak C. rotundus (M2), dan kompos C. M0 0.15a
rotundus (M3) merupakan perlakuan dengan M1 0.08b
kondisi abnormalitas pada plumula dengan M2 0.08b
bentuk dan warna yang berbeda. Perlakuan M3 0.08b
M1 menunjukkan kondisi abnormalitas M4 0.00c
plumula dalam keadaan lengkung pada 7 Keterangan: angka diikuti oleh huruf yang tidak sama
HST, 11 HST dan 15 HST. Pada perlakuan pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda nyata berdasarkan uji Duncan
M2 dan M3 menunjukkan kondisi pada taraf 5%
abnormalitas plumula dalam keadaan M0= Kontrol (tanpa perlakuan); M1= Mulsa
bentuk dan warna yang hampir sama yaitu C. rotundus; M2= Ekstrak C. rotundus; M3=
bentuk plumula lengkung dan warna hijau Kompos C. rotundus; M4= herbisida
pratumbuh sulfentrazon
kekuningan. Hal ini menunjukkan bahwa
efek dari perlakuan C. rotundus sudah
terlihat pada 7 HST dan dapat Tabel 3 menunjukkan bahwa rataan
mempengaruhi pertumbuhan dari gulma A. luas daun tertinggi diperoleh pada
gangetica. Setelah pertumbuhan gulma ini perlakuan kontrol (M0), yaitu 0.15 cm2 yang
terganggu maka dapat dilakukan berbeda nyata terhadap perlakuan mulsa C.
pengendalian dini sehingga gulma ini tidak rotundus (M1), ekstrak C. rotundus (M2),
menyebar luas. kompos C. rotundus (M3), dan herbisida
Perlakuan bentuk alelopati C. rotundus pratumbuh sulfentrazon (M4). Hal ini
juga berpengaruh terhadap abnormalitas disebabkan gulma ini tertutup dan tidak
radikula gulma A. gangetica, yaitu radikula terkena sinar matahari, sehingga ukuran
dalam keadaan bengkok pada 11 HST dan daunnya paling kecil. Menurut Anonimus
21 HST. Sedangkan pada perlakuan control (2018), kondisi daun yang tidak terkena
(M0), gulma A. gangetica dengan kondisi cahaya matahari akan tampak berwarna
pudar, tidak hijau dan cepat menguning.

80
Aldywaridha et al. AGRILAND Jurnal Ilmu Pertanian 9(2) Mei-Agustus 2021 76-82

Hal ini disebabkan kerena kandungan fotosintesis. Kemampuan fotosintesis yang


klorofil didalam daun ikut berkurang. menurun akan diikuti oleh penurunan laju
pertumbuhan yang dicerminkan dalam
Bobot Basah (g) akumulasi bahan kering tanaman sehingga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa akan terjadi penurunan bobot kering
bentuk alelopati C. rotundus berpengaruh tanaman. Lebih lanjut Kristanto et al. (2003)
nyata terhadap bobot basah gulma A. menyatakan bahwa alelopati teki dan juga
gangetica (Tabel 4). alang-alang menurunkan laju pertumbuhan
dan bobot kering berbagai tanaman
Tabel 4. Rataan bobot basah dan bobot graminae dan legume.
kering gulma A. gangetica (g) dengan
pemberian alelopati C. rotundus Kesimpulan
Bobot Gulma (g) Gulma C. rotundus menimbulkan efek
Perlakuan
Basah Kering alelopati terhadap perkecambahan dan
M0 29.85c 5.87bc pertumbuhan gulma A. gangetica, sehingga
M1 66.99a 12.13a mengakibatkan penurunan daya kecambah
M2 40.39b 7.49b gulma A. gangetica, menyebabkan
M3 39.30b 7.12b abnormalitas kecambah, serta menekan
M4 0.00d 0.00c pertumbuhan gulma A. gangetica.
Keterangan: angka diikuti oleh huruf yang tidak sama
pada kolom yang sama menunjukkan
C. rotundus berpotensi untuk
berbeda nyata berdasarkan uji Duncan dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai
pada taraf 5% pestisida nabati dalam pengendalian gulma
M0= Kontrol (tanpa perlakuan); M1= Mulsa A. gangetica di perkebunan.
C. rotundus; M2= Ekstrak C. rotundus; M3=
Kompos C. rotundus; M4= herbisida
pratumbuh sulfentrazon Daftar Pustaka
Aliana. 2017. Klasifikasi dan Morfologi
Tabel 4 menunjukkan bahwa bentuk Asystasia gangetica [Internet].
alelopati C. rotundus berpengaruh nyata [Diakses Agustus 21 2020]. Tersedia
terhadap bobot basah gulma A. gangetica. pada:
Bobot basah gulma tertinggi diperoleh pada https://materipengetahuanumum.blo
perlakuan mulsa C. rotundus (M1), yaitu gspot.com/2017/04/klasifikasi-dan
66.99 g yang berbeda nyata terhadap kontrol morfologi-asystasia.html#.
(M0), ekstrak C. rotundus (M2), kompos C. Andrean, B. 2014. Gulma Asystasia
rotundus (M3) dan herbisida pratumbuh gangetica [Internet]. [Diakses Agustus
sulfentrazon (M4). 21 2020]. Tersedia pada:
www.en.wikipedia.org.
Bobot Kering (g) Anonimus. 2018. 12 Akibat Kekurangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Cahaya pada Tumbuhan dan
bentuk alelopati C. rotundus berpengaruh Faktornya [Internet]. [Diakses Agustus
nyata terhadap bobot kering gulma A. 21 2020]. Tersedia pada:
gangetica (Tabel 4). https://www.biologi.co.id/akibat-
Tabel 4 menunjukkan bahwa bobot kekurangan-cahaya-pada-
kering gulma tertinggi diperoleh terhadap tumbuhan/.
perlakuan mulsa C. rotundus (M1), yaitu Bina Guna Kimia. 2015. Herbisida Boral
12.13 g yang berbeda nyata terhadap 480SC. Pengendalian gulma berdaun
perlakuan kontrol (M0), ekstrak C. rotundus lebar (Asystasia gangetica). Ungaran
(M2), kompos C. rotundus (M3) dan herbisida (ID): Pabrik formulasi. Jawa Tengah.
pratumbuh sulfentrazon (M4). Hal ini Delsi, Y. 2012. Studi potensi alelopati teki
sejalan dengan hasil penelitian Kristanto (Cyperus rotundus L.) sebagai
(2006) yang menunjukkan bahwa bioherbisida untuk pengendalian
pemberian alelopati C. rotundus mampu gulma berdaun lebar [Tesis]. Bogor:
menurunkan bobot kering tanaman jagung. Sekolah Pascasarjana Institut
Menurut Streibig et al. (2002), fenol Pertanian Bogor.
yang merupakan hasil lindihan ekstrak atau El Rokiek, K.G., El Din, S.A.S., Sahara, A.S.
eksudasi teki mampu menurunkan 2010. Allelopathic behavior of Cyperus
kandungan klorofil daun sehingga Rotundus L. on both Chorchorus
menyebabkan terhambatnya proses Olitorius (broad leaved weed) and

81
Aldywaridha et al. AGRILAND Jurnal Ilmu Pertanian 9(2) Mei-Agustus 2021 76-82

Echinochloa Crus-Galli (grassy weed) Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi gulma.


assosiated with soybean. J. Plant Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
Protection Res. 50: 274-279. utama.
Holm, L.G., Plucknett, D.L., Pancho, J.V., Setiawan, I. 2013. Gulma Asystasia
Herberger, J.P. 1997. The World’s gangetica. Jakarta (ID): Rineka cipta.
Weeds. Distribution and Biology. Setyowati, N., Suprijono, E. 2001. Efikasi
Hawaii (US): University Press of alelopati teki formulasi cairan
Hawaii. terhadap gulma Mimosa invisa dan
Iqbal, J., Cheema Z.A. 2008. Purple Melochia corchorifolia. Jurnal Ilmu-
nutsedge (Cyperus rotundus L.) Ilmu Pertanian Indonesia, 3(1): 16-24.
management in cotton with combined Streibig, J.C., Olofsdotter, M., Inderjit. 2002.
aplication of sorgaab and S. Join action of phenolic acid mixtures
Metolachor. Pak. J. Bot., 40(6): 2383- and its significance in allelopathy
2391. research. Plant Physiol., 114(3): 422-
Isnaini, N. 2015. Strategi Hidup Gulma 428.
Asystasia gangetica. Medan (ID):
Bakrie Sumatra Utara.
Izah, L. 2009. Pengaruh ekstrak beberapa
jenis gulma terhadap perkecambahan
biji jagung (Zea mays L.) [Skripsi].
Malang (ID): Biologi, Fakultas Sains
dan Teknologi. Universitas Islam
Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim.
Junaedi, A., Chozin, M.A., Kim, K.H. 2006.
Perkembangan terkini kajian alelopati.
J. Hayati. 13: 79-84.
Kavitha, D., Prabhakaran, J., Arumugam, K.
2012. Phytotoxiceffect of purple
nutsedge (Cyperus rotundus L.) on
germination and growth of finger millet
(Eleusine coracana Gaertn.). IJRPBS.
3: 615-619.
Kristanto, B.A. 2006. Perubahan karakter
tanaman jagung (Zea mays l.) akibat
alelopati dan persaingan teki (Cyperus
rotundus L.). J.Indon.Trop.Anim.Agric.
31(3): 189-194.
Kristanto, B.A., Sukamto, B., Nuraini,
Suyanti, E.Y. 2003. Alelopati alang-
alang (Imperata cylindrica L. Beauv.)
dan teki (Cyperus rotundus L.) pada
perkecambahan dan pertumbuhan
berbagai tanaman graminae dan
legum. Jurnal Pastura, 7(2): 48-54.
Othman, H.B. 2013. Klasifikasi Gulma
Asystasia gangetica. Jakarta (ID):
Ghalia indonesia.
Palapa, T.M. 2009. Senyawa alelopati teki
(Cyperus rotundus) dan alang alang
(Imperata cylindrica) sebagai
penghambat pertumbuhan bayam
duri (Amaranthus spinosus). JAgritek.
17(16): 18-24.
Putman, A.R. 1987. Allelophaty: Can it be
managed to benefit horticulture? hort.
Sci., 21(3): 411-413.

82

Anda mungkin juga menyukai