Anda di halaman 1dari 85

i

Cintai Laut Kita!


Copyright ©2021
67 hlm; 14cm x 21cm
ISBN
Penyusun : Adiza Nugrahani, dkk.
Editor : Sri Sugiastuti
Desain Sampul : Yassin Cahyo Ramadan
Tata Letak : Yassin Cahyo Ramadhan
Redaksi
CV Oase Pustaka
Palur Wetan Mojolaban Sukoharjo
0271-7471238
089692593804

Perpustakaan Nasional RI Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

Cintai Laut Kita!


Adiza Nugrahani, dkk.
-Sukoharjo: Oase Pustaka, Oktober 2021
ISBN
67 hlm; 14cm x 21cm

1. Non-Fiksi I. Judul II. Sugiastuti, Sri

Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang


Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi
buku tanpa izin tertulis dari penerbit.
Isi di luar tanggungjawab Penerbit Oase Pustaka

ii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Antologi “Cintai Laut Kita!” ini kami


persembahkan untuk:

 Ayah Bunda kami tercinta, yang selalu


mendampingi dan mendukung secara penuh,
dalam penulisan karya tulis ini.
 Bu Guru Pembimbing yang selalu sabar dan
telaten mengarahkan kami selama proses menulis
naskah dari awal hingga akhir.
 Seluruh Bapak Ibu guru MI Khadijah, yang selalu
membimbing kami selama belajar di MI Khadijah
Malang, jasa Bapak Ibu guru sungguh sangat
besar.
 Teman-teman kami, seluruh siswa-siswi MI
Khadijah, yang selalu semangat berprestasi
dalam situasi dan kondisi apapun.

Semoga kita semua selalu terus semangat berkarya,


mengukir prestasi menuju masa depan gemilang.

iii
KATA PENGANTAR

Dra. Sa’adah.

Kepala Madrasah Ibtidaiyah Khadijah Malang.

Penulis Buku, Penggerak dan Penanggung Jawab


Literasi Sekolah MI Khadijah Malang.

“Dengan membaca kita akan tahu isi dunia. Bangsa


membaca bangsa yang berjaya”.

Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin, segala puji hanya


bagi Allah semata., Sholawat dan salam kita sampaikan
kepada Nabi Muhammad Sholallahu ‘alaihi Wasalam.
Semoga dengan segala aktivitas yang kita lakukan,
mengantarkan kita semua kepada pribadi yang
paripurna, bersanding dengan para orang-orang yang
saleh, aamiin.

Teriring ucap syukur dan bangga, atas hadirnya


buku cerpen , karya dari Penulis Cilik MI Khadijah.
Karya ini merupakan cerpen dari penulis cilik pemula,
yaitu Kelas Belajar Menulis di MI Khadijah. Karya luar

iv
biasa, mulai kelas 4 hingga kelas 6. Jejak penulis
pemula ini karyanya sungguh luar biasa.

Ada 10 penulis cerpen dalam buku tersebut,


masing-masing mampu mencurahkan kemampuannya
menulis kepedulian terhadap lingkungan. Membaca
karya Penulis Cilik, benar-benar seperti ikut
merasakan kepedulian mereka terhadap Laut
Indonesia, dan khususnya lingkungan Indonesia pada
umumnya. Bagi saya hal ini merupakan prestasi luar
biasa. Betapa tidak? Anak-anak ini baru mengenal
dunia literasi, khusunya bidang tulis menulis. Namun,
sudah menghasilkan karya yang luar biasa. Saya
sangat yakin, jika para penulis cilik hebat MI Khadijah
kelak, akan menjadi penulis yang andal. Ketahuilah.
Jika berbicara kita hanya mempengaruhi beberapa
pikiran. Namun, dengan menulis jutaan orang akan
membaca karya kita.

Harapan saya selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah


Khadijah Malang, penulis, penggerak dan penanggung
jawab literasi Madrasah. Akan mengawal banyak
penulis cilik hebat yang lain, sehingga bermunculan
karya mereka di MI Khadijah. Tidak hanya membuat
buku antologi, namun juga menghasilkan karya solo

v
masing-masing penulis. Sehingga kelak mereka akan
menjadi pribadi pemelajar, penyebar rahmat dan
kebaikan. Harapannya akan menjadi generasi yang
membawa Indonesia berkemajuan dan berakhlakul
karimah.

Akhirnya, saya ucapkan selamat dan sukses


kepada Penulis Cilik Hebat MI Khadijah, kepada
pembimbing literasi Madrasah dan Tim hebat, tak lupa
juga kepada orang tua siswa. Keberhasilan hanya bisa
terwujud dengan kerjasama yang baik dari semua
pihak yang terkait. Karena hanya dengan sinergi dan
kerjasama dari semua pihak, kita dapat mewujudkan
impian anak-anak untuk memiliki buku impian, yakni
memiliki karya mereka sendiri. Mengukir mimpi
menjadi Penulis Cilik Hebat yang beriman dan
berakhlakul karimah. Teruslah berkarya anak-anak
hebat MI Khadijah!

Malang, Oktober 2021

vi
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah


Subhanahu Wa Ta’ala. Salawat dan salam tercurah
kepada Nabiullah Muhammad Sholallahu ‘alaihi
Wasalam, keluarga, sahabat dan umat yang setia
mengikuti risalah beliau, hingga akhir zaman.

Buku “Cintail Laut Kita” merupakan jawaban dari


lelah yang berminggu-minggu. Kesabaran yang teruji,
dan ketangguhan tingkat tinggi setidaknya itulah yang
saya rasakan, selama membersamai para penulis Cilik
hebat MI Khadijah Malang. Sepuluh Penulis Cilik ini
adalah pribadi yang tangguh dan sabar. Dari
pembinaan yang hanya lewat on line, kadang melalui
Google meeting atau group whtasaap, namun antusias
dan semangat mereka luar biasa.

Hampir setiap hari, mereka berkarya. Menulis


apa saja yang mereka lihat, mereka alami , mereka
rasakan. Kadang berbentuk puisi, cergam ataupun
esay. Selaku pembimbing, saya sangat terharu
sekaligus bangga tak terkira.
vii
Saat anak lain menikmati liburan, mereka justru
tiap sabtu sore, dengan sabar berada di kelas
pembinaan on line. Dengan semangat yang selalu
membara, mereka selalu siap melahap semua materi
yang disajikan. Semangat yang memperkuat daya
juang, akan menghasilkan karya luar biasa. Karya yang
dapat dinikmati, bermanfaat untuk pembaca,
menginspirasi semua siswa yang lain. Berkeyakinan
bahwa menulis itu sangat mudah.

Semoga karya ini, menjadi langkah awal bagi


karya-karya selanjutnya. Baik karya solo maupun
antologi. “Terus berkarya nak. Ukir namamu dalam
jajaran penulis yang mengukir sejarah abadi”.

Saya sangat menyadari, tentu masih banyak


kelemahan dan kekurangan. Untuk itu, kami berharap
saran dan kritik yang membangun. Semoga setiap
karya, akan mengantarkan para penulis ke arah pribadi
unggul, berkarakter dan manfaat bagi sesama. Aamiin.

Malang, Oktober 2021

Mardijah, S.Ag

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................ iii


KATA PENGANTAR .................................. iv
PRAKATA ............................................ vii
DAFTAR ISI ........................................ ix
PETUALANGAN MERLYN Adiza Nurgrahani ....... 1
TERJEBAK LIMBAH Adiza Nurgrahani............ 13
PAUS YANG MALANG Alyaa Rubina .............. 18
POLUSI DI LAUT Alyaa Rubina ................... 21
FLAMINGGO YANG BERDUKA
Athallah Izzat Surveillino .......................... 24
BELAJAR MENABUNG SAMPAH
Athallah Izzat Surveillino .......................... 32
MENJEMPUT SAMPAH LAUT
Azzalea Wahyu Pranindya .......................... 36
PINO MENCARI IBUNYA
Azzalea Wahyu Pranindya .......................... 42
HICY DAN HOICY PENYU YANG MALANG
Dzikra Zahida Radja ............................... 46

ix
YUYU YANG TERANCAM
Fakhira Yuwana Prameswari ........................ 53
PINNI SI ANJING LAUT IMUT
Nadine Aulia Bisma ................................. 57
PENYU DI ANTARA ONGGOKAN SAMPAH
Naira Ezza Farhana ................................ 61
UBUR-UBUR YANG MALANG
Putri Kartika Salsabila ............................. 71

x
PETUALANGAN MERLYN
Adiza Nurgrahani

1
Merlyn adalah seorang anak suka sekali berenang.
Ia biasanya berenang di kompleks dekat rumahnya.
Kadang juga ke pantai berama ayah dan ibu. Karena itu
tidak heran bila tubuh Merlyn nampak sehat dan kuat.
Pada suatu hari, Merlyn diajak ayah dan ibu pergi
ke pantai. Mereka bertiga tidak sabar melihat
keindahan pantai. Perjalanan menuju pantai sekitar
dua jam setengah dari rumah Merlyn. Sepanjang jalan
Merlyn bernyanyi gembira bersama ayah dan ibu.
Sesampai di pantai, Merlyn segera ke kamar mandi
untuk ganti pakaian dengan pakaian renang. Ayah dan
Ibu Merlyn juga ke kamar mandi untuk ganti baju
renang.

Tak lama kemudian, Merlyn asyik berenang di tepi


pantai dengan ayah. Ibu nampak duduk-duduk
menikmati pemandangan pantai. Di tengah asyiknya
berenang, Merlyn mendengar ada suara di balik
batu. Merlyn heran darimana asal suara itu?
“aw..aw..ew..!” suara itu serasa dekat.
Merlyn memanjat bebatuan. Suasana pantai
sedang sepi. Ternyata ada yang terjebak di antara
batu-batuan dan sampah-sampah yang ada di pantai.
Oh, seekor anjing laut ! Dia nampak kesakitan.
2
Kaki Anjing Laut tersebut terlilit oleh tali plastik,
sehingga dia tidak bisa berenang. Rupanya hewan
malang ini terdampar dipantai. Karena tidak bisa
menggerakkan kakinya untuk berenang.

Merlyn bergegas memberitahu Ayah dan Ibunya,


"Ayah Ibu, sepertinya disana ada seekor anjing laut
yang terjebak," kata Merlyn.
"Oh ya! Kalau begitu kita harus segera kesana
untuk menolongnya," ajak Ayah.
"Ayo ayah ibu, sebelah sana!" teriak Merlyn. Ayah
dan Ibu berlari mengikuti Merlyn. Merlyn berlari
dengan cepat, hatinya cemas.

Anjing laut itu seperti merintih kesakitan. Ya


Tuhan! Ekornya nyaris patah.
Bergegas ayah mengambil gunting dari dalam mobil
. Ibu dan Merlyn pun berusaha menenangkan anjing
laut tersebut. Pelan-pelan ayah menggunting tali
plastik yang melilit ekor anjing laut tersebut.
“Tenanglah, kami tidak akan menyakitimu, " bisik
Ayah kepada anjing laut itu.
Merlyn dan Ibu membantu Ayah memegang ekor
dan badan anjing laut itu, agar lebih tenang.
3
Untunglah Ayah berhasil menggunting tali plastik
itu sedikit demi sedikit. Anjing Laut tersebut bisa
berenang kembali. Merlyn pun lega, memandang anjing
laut itu berenang ke laut. Ayah dan ibu ikut senang
dan terharu
"Senang rasanya bisa melihat anjing laut itu
berenang kembali,” kata Merlyn pelan. Tangannya
memegang tangan ayah dan ibu.
"Ayah juga merasa senang, sayang!” sahut ayah,
itu tersenyum, mengangguk. Merlyn bahagia, matanya
terus memandang kearah laut.
Kini Anjing Laut tersebut menjadi sahabat
Merlyn.
Merlyn memberi nama anjing laut itu , Daisy.
“Selamat jalan Daisy! Semoga nanti kita ketemu lagi
ya?” teriak Merlyn . Daisy sudah berenang semakin
menjauh.
Setelah hari menjelang sore. Mereka bersiap
untuk pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, Merlyn langsung
menceritakan pengalamannya menolong anjing laut
tersebut kepada nenek dan kakek. Nenek dan kakek
Merlyn sangat bangga mendengar cerita Merlyn.

4
"Cucu nenek hebat yaa! Berhasil menyelamatkan
anjing laut”, kata nenek sambil membelai rambut
Merlyn. Merlyn hanya tersenyum dan tersipu malu.
“Kasihan Anjing laut itu ketakutan. Kalau sampai
ketemu orang yang jahat. Lalu anjing laut itu di bawa,
kasihan’ kan !”
“Tapi anjing laut itu ketemu cucu nenek yang
hebat,” sahut nenek bangga. Merekapun tertawa
berdua.

*****

Pada suatu pagi, saat Merlyn sedang jalan-jalan.


Merlyn melihat Pak Dani, tukang sampah yang ada di
dekat kompleks perumahan Merlyn. Pak Dani itu
nampak kewalahan mengangkat sampah. Merlyn
mendekat dan membantu untuk memasukkan sampah
tersebut ke dalam truk sampah.
"Saya bantu bolehkan Pak?" Tanya Merlyn.
"Oh boleh boleh, tetapi kalau tangan adik kotor
bagaimana?" Jawab Pak Dani.

5
"Tidak apa-apa Pak, saya sedang belajar menjaga
lingkungan hidup, terutama dari kotoran sampah,”
jawab Merlyn.
"Okey Non, jangan lupa nanti cuci tangan yang
bersih ya?”
"Baik Pak," jawab Merlyn.
Pak Dani cekatan mengambil sampah dari tiap
rumah, Merlyn kadang hanya membantu jika ada yang
tercecer.

Setelah semua sampah masuk ke dalam truk


sampah. Pak Dani siap mendorong sampah menuju
tempat pembuangan sampah.
"Terima kasih ya, sudah membantu Pak Dani"
"Iya Pak, sama-sama". Jawab Merlyn sambil
tersenyum senang. Ternyata membantu orang lain itu
menyenangkan.
Di rumah Merlyn pun menulis pengalamannya.
Kebetulan sedang ada tugas pelajaran Bahasa
Indonesia, menulis pengalaman hari ini.
“Wah, untung tadi punya pengalaman unik,” batin
Merlyn sambil tersenyum-senyum sendiri.

*****
6
Pada suatu ketika, ada lomba memungut dan
membersihkan sampah di kompleks perumahan Merlyn.
"Wahh, ada Lomba Memungut Sampah. Ikutan ah!
Tapi ini berkelompok, aku ajak sapa ya? Ohh iya, aku
ajak Marchel sama Shelyn aja deh," kata Merlyn
kemudian. Bergegas Merlyn pun pamit kepada kedua
orang tuanya.
"Ayah, Ibu Merlyn ke rumah Marchel dan Shelyn
dulu ya , “ pamit Merlyn kepada ayah dan ibunya.
"Hati-hati sahut Ibu !”
Merlyn pun menuju rumah Marchel dan Shelyn.
Keduanya kakak beradik. Mereka berdua adalah teman
dekat Merlyn sejak kecil.

Setelah sampai di rumah Marchel dan Shelyn.


" Assalamu’alaikum,” teriak Merlyn dari balik
pintu. Rumahnya Marchel dan Shelyn nampak sepi.
"Wa’alaikumsalam. Ohh Merlyn silakan masuk Nak,
“ Terdengar suara wanita paruh baya dari dalam
rumah. Itu pasti Tante Nina, ibu Marchel dan Shelyn.
"Tante, apakah Marchel dan Shelyn ada dirumah?"
tanya Merlyn.
"Ohh ada sebentar, tante panggilkan," ujar Ibu
Marchel dan Shelyn.
7
Marchel dan Shelyn keluar menemui Merlyn.
Mereka berbadan tegap kuat. Terutama Marchel.
Kulit mereka seperti Merlyn, cenderung kecoklatan.
Maklum suka berjemur di bawah terik matahari.
"Ada apa Merlyn ?" ujar Marchel sambil duduk di
kursi. Merlyn mengikuti Marchel, mengambil kursi di
depan Marchel.
Shelyn keluar sesaat, ikut nimbrung bersama
mereka berdua. Shelyn anak yang lucu dan kocak.
“Apa mau ajak kita makan bakso ya?” kata Shelyn
lucu. Merlyn gemes banget sama anak tambun ini.
“Ikutan lomba kebersihan lingkungan yuk!" kata
Merlyn semangat.
“Hadiahnya seru banget."
Sesaat Marchel dan Shelyn terpana,
membersihkan laut bersama itu biasa bagi mereka.
Tapi dilombakan ! Wah kayaknya boleh juga. Mereka
saling senyum dan mengangguk.
“Boleh, iyakan Shelyn!" tukas Marchel.
"Lombanya kapan?” tanya Shelyn.
"Lombanya besok pagi jam 08.00, kita kumpul jam
7. 30 di sini, biar tidak terlambat,” jelas Merlyn.
“Okey deh,"jawab Marchel dan Shelyn kompak.

8
"Kita pakai training saja, aku bawa sarung tangan,
biar tangan kita bersih," kata Merlyn.
“Sip!” sahut Marchel dan Shelyn kompak lagi deh.

*****
Hari Minggu tiba, Merlyn sudah rapi memakai kaos
dan celana trainingnya. Tidak lupa topi merah
kesayangannya. Tas merah favoritnya bergelayut lucu
di pundaknya.
“ Ayah Ibu, Merlyn berangkat dulu ya?" ucap
Merlyn.
"Iya sayang, semangat yaa kalian bertiga pasti
menang!” Ibu memberi semangat, sambil sibuk
memasak di dapur.
Merlyn, Marchel dan Shelyn kompak memakai kaos
warna kuning celana hitam. Ternyata lomba diadakan
di taman. Tiap kelompok bertanggung jawab
membersihkan area taman, sesuai yang di tandai
panitia. Wah! Merlyn dan teman-temannya, bertugas
membersihkan area bermain anak-anak.
Sambil menunggu lomba dimulai, mereka berdoa
agar bisa memenangkan perlombaan tersebut.
Beberapa menit kemudian lomba pun dimulai.

9
"Halo anak-anak semuanya, hari ini kita akan
mengadakan lomba membersihkan taman kita. Ayo
semangat biar taman kita bersih dan sehat ! Are you
ready?" Kak Iwan, panitia lomba, nampak memandu
peserta lomba. Kak Iwan berbicara dengan pengeras
suara yang sangat keras.
“Ayo, siapkan alat-alat kalian!, waktunya 20 menit
dari sekarang. Bersiap Gooo!”
Dengan cekatan Merlyn menyapu , bagian ubin
tempat area bermain. Marchel bertugas mengambil
sampah dengan sapu dan skrop. Shelyn membersihkan
alat bermain dengan menggunakan lap. Mereka nampak
cekatan dan gembira. Para penonton memberikan
mereka semangat .

“Waktu sudah habis!” kata Kak Iwan. “Ayo


silahkan istirahat adik-adik, saatnya Tim Juri menilai
hasil kerja hebat kalian. Silahkan boleh menikmati
minuman dan kue-kue gratis lho!”
Merlyn melihat seluruh sampah dikumpulkan
panitia. Kata Kak Iwan sampah itu akan dipilah-pilah.
Yang plastik disendirikan. Wah , ternyata banyak
sekali bekas sampah bungkus snack. Juga botol-botol
plastik. Harusnya semua menjaga kebersihan taman.
10
Teman-teman Kak Iwan membawa sampah tersebut
untuk di REDUCE, REUSE DAN RECYCLE dan menjadi
barang yang bermanfaat. Reduce artinya kita harus
menghindari sampah-sampah plastik. Mengurangi
barang-barang yang berpotensi sampah. Misalnya
pakai tas kain saat belanja, jadi tidak boros tas
plastik. Reuse artinya daur ulang kembali sampah, bisa
jadi barang bermanfaat lho! Recycle artinya
memanfaatkan kembali sampah yang masih bisa
digunakan. Kak Iwan pernah menjelaskan hal itu
kepada Merlyn. Kak Iwan adalah ketua Karang Taruna.

Setelah lama menunggu. Tim Juri membacakan


hasil penilaian mereka. Semua peserta menunggu
dengan hati tidak sabar. Ada 3 Tim yang dipilih
sebagai juara. Ternyata Juara 1 adalah kelompok
Merlyn, Marchel dan Shelyn. Ketiga anak tersebut
berteriak gembira.
Merlyn, Marchel dan Shelyn senang sekali. Mereka
mendapatkan hadiah alat tulis dan aneka macam kue.
Shelyn terutama sangat senang, tidak sabar ingin
makan semua snacknya. Semua nampak lezat dan
menggiurkan.

11
Merlyn berjalan pulang dengan riang. Hari ini ada
lagi pengalaman baru yang akan dia tulis. Kue-kuenya
bisa dinikmati bersama Ayah, Ibu juga Nenek dan
Kakek. Sungguh hari ini pengalaman yang luar biasa.

12
TERJEBAK LIMBAH
Adiza Nurgrahani

13
Ruru adalah seekor ikan badut yang periang, Ruru
memiliki saudara. Namanya Riri. Biasanya Ruru dan
Riri bermain bersama teman-temannya, di antara
terumbu karang. Senang sekali, berlarian sambil cari
makanan. Mereka suka bermain petak umpet di antara
terumbu karang.

Pada suatu hari, Ruru dan Riri bermain bersama


teman-temannya, Mereka bersenang-senang bersama.
Kemudian Ibu memanggil Ruru.
"Ruru, Ibu mau pergi untuk mencari makan,
tolong jaga adikmu ya?" kata Ibu.
"Baiklah Bu, Ruru dan Riri bermain dekat sini
saja kok!” jawab Ruru.
"Anak pintar, jangan bermain terlalu jauh. Ibu
pergi dulu yaa!"
"Iya bu, hati-hati ibu!" teriak Ruru.

Di tengah asyiknya bermain, tiba-tiba Ruru


melihat banyak limbah sampah plastik yang
berjatuhan ke dasar laut. Ruru yang melihatnya
segera memberitahu teman teman dan adiknya.
"Hei teman-teman ! coba lihat ada banyak limbah
sampah plastik yang berjatuhan ke dasar laut, limbah
14
sampah plastik tersebut menuju kita, cepat
menghindar! " teriak Ruru.
"Ayo cepat, cepat!" sahut teman-teman Ruru.
Suasana jadi riuh. Semua ikan yang bermain panic dan
ketakutan.
Ikan-ikan itu berenang kian kemari menghindari
tumpahan-tumpaham sampah yang terus berjatuhan.
Namun naas, ekor Riri terjebak bebatuan. Ruru
segera menarik dan mendorong bebatuan itu. Namun
serasa berat, badan kecilnya tidak mampu mendorong
batu itu.
“Bantu aku teman-teman!” teriak Ruru.
Semua teman-teman Ruru ikut mendorong dengan
badan mereka. Namun batu itu tak bergeming. Riri
menangis kesakitan.
“Tolong aku Kak Ruru, aduh ekorku sakit!” suara
rintihannya membuat Ruru semakin panik.
"Bagaimana ini, kita harus cepat menolongnya"
ujar Ruru.
"Tolongg … Tolong !!" semua teman-teman Ruru
berteriak berusaha mencari pertolongan. Tetapi tidak
seekor ikan pun menghampiri mereka. Ruru bingung,
Ibunya sedang mencari makan.

15
"Duhh, bagaimana ini, Ibu pasti marah, " ujar
Ruru. Dalam hati Ruru merasa bersalah , karena tidak
menjaga adik dengan baik. Sesaat mata semua ikan
terasa pedih. "Aduhh, mataku pedih, aku tidak bisa
melihat,” teriak Riri, sambil terus berusaha
membebaskan diri dari himpitan batu. Kasihan Riri
semakin menderita.
"Mataku juga pedih terkena limbah," sahut Ruru.
"Aku juga…aku juga !!” semua teman-teman Ruru
berteriak bersahut-sahutan. Suasana semakin panik.
Ruru berinisiatif untuk pulang, meminta bantuan.
“Tolong jaga adikku ya teman-teman. Aku harus
mencari pertolongan di rumah!”
Ruru terus berenang pulang, tidak dihiraukannya
rasa pedih di mata. Ruru baru sadar, mereka memang
bermain terlalu jauh dari rumah.
“Ibu…! Ekor adik terjepit batu,” teriak Ruru dari
jauh. Padahal jarak rumah masih jauh. Ruru terus
berteriak tanpa henti. Untunglah ibu sudah di rumah.
Ibu terkejut. Tanpa banyak tanya, Ibu langsung
berenang dengan cepat menyusul Ruru. Ibu dan Ruru
menuju tempat Riri. Ekor Riri mulai mengeluarkan
darah. Kasihan, Riri kesakitan. Ibu segera mendorong

16
batu itu sekuat tenaga. Akhirnya ekor Riri bisa
terlepas dari bebatuan. Ibu memeluk Riri.
"Terimakasih Ibu
"Ya sayang, ayo kita segera pulang, tempat ini
kotor sekali," jawab Ibu Ruru.

Setelah menolong Riri, Ibu memerintahkan semua


ikan masuk dalam rumah.
"Ayo cepat, kalian semua pulang dan masuk rumah
semuanya, tempat ini berbahaya," teriak ibu.
"Ibu apa yang terjadi?" tanya Ruru.
"Ini ulah manusia yang selalu membuang sampah
sembarangan" jawab Ibu Ruru. Semua ikan nampak
kebingungan, beberapa terus berenang berusaha dan
berharap ada tempat yang bersih. Namun laut semakin
keruh dan berwarna hitam. Beberapa ikan kecil ,
meregang nyawa. Yang lain masih berusaha bernapas
sebisanya.
Mereka hanya pasrah. Tak lama berselang , ikan-
ikan itu mengambang di laut, seluruh ikan mati
terkena limbah sampah.

17
PAUS YANG MALANG
Alyaa Rubina

18
Paus adalah hewan laut terbesar di dunia.
Jojo adalah seekor anak paus yang hidup di
samudera yang sangat luas. Pada suatu hari Jojo
sedang mencari makan, tiba-tiba Jojo tidak sengaja
memakan sampah yang ada di laut.
"Oh tidak … aduh tenggorokan ku sangat sakit
aku tidak bisa bernafas," kata Jojo kebingungan. Jojo
semakin cemas, tenggorokannya terasa tambah sakit
dan pedih.

"Tolong… tolong …tolong …aku tidak bisa


bernafas!" Jojo berteriak meminta bantuan. Namun
semua ikan tidak bisa menolong Jojo.

Waktu pun berselang, kondisi Jojo semakin


melemah dan wajah Jojo pucat sekali. Badan Jojo
terdampar di pantai.

Ada seorang anak yang bernama Lala, ia bersama


keluarganya pergi jalan-jalan ke pantai. Saat Lala
sedang bermain membuat menara pasir yang sangat
indah. Lala melihat paus yang terdampar di pinggir
laut

19
Lala kaget lalu memangil ayah dan ibu "ayah-ibu
ada Ikan Paus cepat kesini !" panggil Lala kepada ayah
dan ibu.

Ayah dan ibu bergegas menghampiri ikan paus itu.

“Sepertinya ikan ini sudah mati,” kata ayah.

“Semoga tidak ayah, sebaiknya kita menghubungi


petugas ayah,” sahut ibu. Ayah segera menghubungi
petugas pantai. Mereka nampak sibuk menyelidiki.
Mereka membawa bermacam-macam peralatan.

Ternyata dalam mulut ikan paus itu ada banyak


sampah plastik. Pantas ikannya tidak bisa bernapas.
Jojo diangkat dengan truk yang sangat besar. Semoga
Jojo bisa diselamatkan.

20
POLUSI DI LAUT
Alyaa Rubina

21
Omar dan Kak Nifa adalah kakak beradik. Omar
kelas 3 SD sedangkan Kak Nifa kelas 1 SMP. Suatu
ketika Omar dan kak Nifa menonton acara di televisi,
tentang pengalaman jalan-jalan di pantai. Omar
melihat pemandangan pantai yang indah. Lautnya serta
pemandangannya luar biasa. Omar jadi ingin sekali
pergi ke pantai.

Omar pun mengajak Ayah dan Ibu untuk pergi ke


pantai. Untunglah ayah dan ibu pun menyetujui
permintaan Omar. Wah, Omar senang sekali.
Keesokan harinya Omar, Kak Nifa beserta ayah dan
ibu pergi ke pantai.

Sehari sebelum berangkat ibu sudah menyiapkan


segala keperluan mereka. Omar dan Kak Nifa juga
menyiapkan baju renang, handuk , sabun semua
kebutuhan bermain di pantai. Rasanya sudah tidak
sabar lagi.

Setelah sampai di pantai Omar berlari-larian di


pantai. Sedangkan Kak Nifa menikmati keindahan
pantai. Tiba-tiba saat Omar sedang berlari-lari di
pantai, Omar melihat onggokan sampah di tepi
pantai.

22
"Lihat Kak Nifa ternyata banyak sampah di
pinggir pantai tidak seperti yang kita lihat di televisi,
ternyata ada sisi pantai yang kotor. Aduh siapa siih
yang suka buang sampah di pantai?" Kata Omar
terkejut bercampur geram.

"Wah iya nih Omar, bagaimana kalau kita


bersihkan bersama-sama ! " ajak Kak Nifa.

"Ayo Kak !" sahut Omar. Omar dan Kak Nifapun


membersihkan sampah yang ada di pinggir pantai itu
sebiasa mereka. Memang tidak semuanya bisa mereka
bersihkan, namun Omar dan Kak Nifa sudah senang
ikut manjga kebersihan pantai. Setelah Omar dan Kak
Nifa membersihkan pantai, terdengar suara Ibu
memanggil Omar dan Kak Nifa.

"Omar Nifa ayo istirahat dahulu, Ibu sudah


menyiapkan makan,” ajak ibu sambil menata makanan
di atas tikar plastik. Ada nasi, ikan goreng dan sayur.
Mereka makan bersama, ditemani suara ombak dan
sejuknya angin di pantai.

23
JAGA EKOSISTEM LAUT

Aqila Farah Azizah

www. Ebiologi.net

24
Pada suatu daerah di Malang Selatan, tinggallah
seorang pemuda yang suka memancing. Ia seorang
yang sangat peduli terhadap kelestarian alam
termasuk ekosistem laut. Karena kebetulan rumahnya
berada di daerah pantai. Pemuda ini bernama Hafis.
Jika Hafis memancing pasti Hafis mengajak teman-
temannya yang bernama Ukan dan Indra.

Pada siang yang cerah Hafis dan teman-temannya


pergi ke Pantai yaitu di pantai Sendang Biru. Keadaan
di pantai ini masih tentram dan nyaman. Air yang biru
dan pepohonan yang bernyanyi dan menari. Udara
sejuk yang membuat mereka ingin cepat-cepat
memancing. Mereka berhasil memancing lebih dari
70 ekor ikan. Ikan yang beragam sudah siap digoreng
untuk dimakan.

“Eh Ukan, apinya da siap belum. Aku udah lapar nih!”


seru Hafiz.

“Iya bentar susah nih nyalainnya,” jawab Ukan sambil


terus menjaga api yang mulai membara.

Setelah apinya menyala mulailah Indra dan Ukan


memasak. Mereka berdua paling jago masak. Masakan

25
yang dibuat Indra dan Ukan pasti selalu habis karena
lezat.

Sambil makan Hafis berkata :

“Eh teman-teman, kalian udah liat kan kejadian yang


kelompok perusak ekosistem laut?”

“Iya bener sekali... lautnya juga jadi keruh dan ikan


pada mati kena bom mereka,” sahut Ukan, sambil
mengunyah makanan.

“ HAH!! mengapa mereka lakukan itu?” tanya Indra.

“ Mereka maunya mudah dan dapat banyak Indra.


Mereka tidak memikirkan makhluk lain. Ulah mereka
bisa merusak terumbu karangnya, jika terumbu
karangnya rusak jadi ikannya bingung tinggal dimana,”
jelas Hafis panjang lebar.

“Duh.. parah banget tu orang orang gak bertanggung


jawab!’ kata Ukan.

Setelah mereka makan, mereka ingin menonton tv lagi


tetapi sudah mengantuk. Akhirnya mereka semua
tertidur lelap, Hanya Hafis yang tidak bisa tidur. Ia
selalu memikirkan si perusak laut itu. Akhirnya Hafis

26
keluar dan minum susu di teras rumahnya. Lama
kelamaan diapun ngantuk dan tertidur di teras itu.

(Saat pagi hari )

“Teman-teman apa kita ke laut saja yaa? Biar dapat


ikan lebih banyak lagi!” ajak Ukan kepada teman-
temannya.

Hafis dan Indra sontak setuju, “ Ayo tuh boleh juga


pasti seru!”

Akhirnya mereka bergegas untuk ke laut dan sebelum


pergi Hafis membeli sebuah alat pemancing yang
efektif dan aman untuk dipakai.

Setelah tiba di sana Hafis langsung mencoba dan


berhasil, semua personil mendapat banyak ikan. Alat
pancing yang baru di belinya ternyata ampuh. Tiba-
tiba ada suara ledakan besar dan bau asap di laut. Ada
titik-titik air berwarna hitam. Mereka semua saling
memandang. “Jangan-jangan itu si perusak lagi nih,”
bisik Ukan. “Benar juga, ayo kita lihat! ” kata Indra.

Mereka langsung menuju ke sana untuk melihat apa


yang terjadi. Benar juga, ada 2 orang yang lagi
mengambil ikan dengan cara jahat. Hafis dan kawan-
kawan berusaha menyadarkan mereka. Hampir saja
27
terjadi perkelahian. Namun untunglah, Hafis berhasil
menyadarkan mereka. Karena jika dengan bom,
sekarang dapat banyak, namun sesudah itu tidak ada
lagi yang bisa diambil. Karena ekosistem laut sudah
rusak. Butuh waktu ratusan tahun untuk pulih seperti
sedia kala.

Akhirnya dengan sukarela Hafis memberikan alat


pancing canggih yang baru di belinya kepada perompak
ini dengan janji mereka tidak boleh bom wilayah
perikanan lagi. Merekapun berdamai dan merekapun
meminta maaf.

Dan syukur Alhamdulillah Laut pun jadi sehat kembali


serta ikan-ikan pun menjadi tenang karena tidak
terancam lagi ekosistemnya.

Jadi kita harus menjaga lingkungan laut dan alam


sekitar demi kelangsungan hidup kita semua.

28
FLAMINGGO YANG BERDUKA
Athallah Izzat Surveillino

29
Hari yang cerah, diantara hembusan angin laut
yang sejuk dan ombak biru berkejaran. Tampak
sepasang flaminggo yang bercengkrama.

“Apakah yang sedang mereka cari?” tanyaku


dalam hati. Aku tidak tahu apa yang mereka
bicarakan. Tapi aku tahu dari sorot mata mereka
bahwa hati mereka saat itu sedang terluka, tercabik
cabik. Ada bekas gumpalan air mata yang menetes.
Flaminggo itu seolah memohon,

"Jangan kotori rumah kami, jangan renggut


kebahagiaan kami, jangan ada lagi flaminggo yang
mati dan punah karena tercemar oleh sampah
manusia". Benar ! keadaan pantai sangat kotor dan
bau.

Aku iba, akupun tergores melihat rintihan


mereka. Jika saja aku bisa aku ingin mengabdikan jiwa
dan ragaku untuk melindungi mereka. Aku akan
mengabdikan diriku untuk menjadi penjaga pantai yang
membersihkan sampah pantai setiap hari.

30
Kutanyakan pada flamingo, "Hai, flaminggo yang
cantik. Apa yang melukai hatimu?" Dengan mata yang
terus berkaca-kaca flaminggo jantan mengatakan

"Kami baru saja kehilangan putri kami, semua


karena limbah yang kalian suguhkan untuk kami cicipi
setiap hari".

“Oh maafkan segala kesalahan kami,” jawabku.


Sejak saat itu aku berjanji kepada flaminggo bahwa
aku akan sering mengunjungi mereka untuk
membersihkan laut mereka dari sampah. Semoga
dengan begitu banyak orang dewasa mulai sadar dan
melihat usaha si anak kecil ini.

31
BELAJAR MENABUNG SAMPAH
Athallah Izzat Surveillino

32
Mamaku sangat menyukai kebersihan. Rumahku
selalu rapi dan bersih. Sampah-sampah di rumahku
tertata rapi dan terpilah-pilah. Mama termasuk
penggerak Bank Sampah di lingkungan kami. Awalnya
mama mengajariku cara menjual sampah. Setiap hari
aku terbiasa memilah mana sampah plastik, mana yang
kertas. Sampah-sampah ini bisa jadi kerajinan yang
menarik, juga bisa di daur ulang. Di Bank sampah
bahkan bisa di jual. Menarik bukan?

Suatu hari kami melakukan perjalanan ke pantai.


Terbayang pemandangan pantai yang indah. Sepanjang
jalan kami bergembira dan bersemangat. Tetapi
setiba di pantai, alangkah terkejut kami. Pantai
sangat kotor dan tercemar.

Liburan yang indah terhapus dari pikiranku. Aku


berkata kepada adikku,

“Aku punya ide, yuk kita kumpulkan sampah ini,


lalu kita bawa pulang yang bisa dijual dan kita pilah
yang tidak bisa di daur ulang,” Adikku menjawab
serentak,

33
“Ayo, itu ide bagus kak, sambil mulai memungut
sampah satu per satu. Sayang sekali banyak yang
sudah busuk dan kotor. Kami hanya bisa
membersihkan sebagian kecil saja. Namun kami
bangga, dengan begitu kami menyelamatkan biota laut
dan kami membantu memulihkan keindahan laut.

Setelah selesai, kami segera pulang. Kami


memang kurang bisa menikmati liburan, karena
pantainya kotor. Tetapi kami pulang dengan membawa
beberapa sampah yang masih bisa dimanfaatkan.

Mama mulai mendaftar untuk pengambilan


sampah. Karena harus sesuai jadwal. Keesokan harinya
Mas Isa yang kukenal sebagai pejuang sampah,
datang sambil mengeluarkan timbangan dan berkata;

"Ayo, Atha mulai mencatat ya. Jangan lupa catat


jenisnya. Ini sampah jenis apa misalkan K5 = 2kg, P6
= 3kg .” Ternyata tiap sampah ada jenis dan harganya
berbeda-beda tiap beratnya.

Teman-temanku yang sudah membaca tulisan ini ,


mulailah belajar untuk tidak membuang sampah
sembarangan. Mulailah memilah sampah yang bisa di

34
daur ulang. Dengan sampah kita bisa menabung lho!
Bisa untuk kebutuhan sekolah kita. Sekian sedikit
pengalaman berharga dari saya, yang sedang belajar
mencintai sampah.

35
MENJEMPUT SAMPAH LAUT
Azzalea Wahyu Pranindya

36
Libur telah tiba, Zaza dan Riri bersiap pergi ke
pantai. Setelah menempuh perjalanan 20 menit
mereka tiba di pantai. Langit biru mentari cerah.
Udara masih segar ombak kecil berkejaran seakan
menyambut kedatangan Zaza dan Riri. Mereka
memarkirkan sepeda, di bawah pohon cemara. Selesai
memakai kacamata renangnya Zaza langsung
berenang di laut tapi tetap berada di area yang aman.
Zaza berenang layaknya Dolpino, tokoh animasi lumba-
lumba kesukaannya.

Riri asyik di atas pelampungnya seperti orang


yang sedang berjemur matahari.
Zaza melihat ke arah Riri lalu mendekatinya. Zaza
ingin juga naik di atas pelampung seperti Riri jadinya
mereka berboncengan pelampung.

Tiba-tiba telapak kaki Riri tersangkut. Riri


berusaha melepaskan kakinya. Ada sesuatu yang
menyangkut di kaki Riri. Zaza langsung membantu Riri,
mereka tampak kesulitan Riri panik hampir menangis.

“Aduh kakiku sakit, tolong aku! Teriak Riri. Zaza


membawa Riri ke tepi pantai. Kaki Riri tersangkut
dalam botol gelas kaca, sulit untuk dilepaskan.

37
Zaza menenangkanya dan berusaha mencari
bantuan kea rah sekitar. “Tenang Riri, aku cari
bantuan ya. Tahan Riri!” Zaza berlari mencari bantuan.

Seorang pemuda datang mendekat, badannya


tegap dan kuat. Mungkin dia penjaga pantai. segera
dia menarik botol kaca itu dari telapak kaki Riri.
Pemuda itu memasukan ke dalam keranjang besar yang
dia bawa pada bahunya. Kemudian dia berkata “Hati-
hati ya Dik kalau main di pantai. Banyak benda yang
berbahaya contohnya sampah plastik, besi macam-
macam ,“kata pemuda tersebut dengan ramah.
“Kenalkan aku Samudera biasa dipanggil Kak Sam”
lanjut pemuda tersebut, seraya mengulurkasn tangan
ke arah Zaza dan Riri.

“Aku Zaza dan ini sepupuku Riri “ jawab Zaza.

“Terimakasih sudah menolong kami kak! “ sahut


Riri.

“Kenapa ya… kok ada orang yang membuang


sampah di laut ?” Riri bertanya pada dirinya sendiri.

Zaza mengeleng-gelengkan kepala. Dia juga sedih


melihat kondisi pantai saat ini.
38
“Padahal itu sangat membahayakan untuk manusia
juga. Sebagian besar hasil ikan yang dimakan manuisa
juga dari laut. Lingkungan pantai jadi tercemar.
Apalagi sampah plastik tidak dapat hancur meskipun
ratusan tahun,“ desah Zaza sedih.

“Kalian benar sekali, sampah plastik tidak dapat


terurai dalam waktu yang lama,” puji Kak Sam, eh
ternyata Kak Sam, masih membersamai mereka.

“Apa kalian sering bermain di pantai ?” tanya kak


Sam.

“Iya Kak, setiap liburan kami selalu datang ke


pantai,” jawab Riri.

“Oh ya, sama dengan Kak Sam, senang pergi ke


pantai untuk berselancar. Tapi yang lebih penting
untuk Kak Sam punya program yaitu menjemput
sampah di laut,“ sahut Kak Sam.

“Wah keren banget kak Sam udah jago selancar


juga tetap menjaga kebersihan laut,” ucap
Zaza kagum, sambil mengacungkan kedua ibu jarinya
ke arah Kak Sam.

39
Kak Sam adalah seorang peselancar dan
mahasiswa teknik lingkungan. Kak Sam punya
komunitas ”Peduli Laut”. Bersama komunitasnya
mereka kerap mengadakan kegiatan untuk anak-
anak. Tujuannya untuk mengajak anak –anak agar
menjaga kebersihan laut.

Acaranya bernama “Menjemput Sampah di Laut”


selain asyik hadiahnya juga menarik. Zaza dan Riri
tertarik, untuk ikut acara Kak Sam.

Acara dilaksanakan hari Minggu. Zaza dan Riri


sudah siap di lokasi acara. Banyak sekali anak-anak
yang tertarik, ikut peduli kebersihan laut. Senang
sekali, suasana ramai dan gembira. Kak Sam
membagikan kantong besar kepada setiap peserta.
Tiap 1 tim terdiri dari dua orang. Peserta di
minta untuk menjemput sampah-sampah plastik
sebanyak -banyaknya yang ada di pinggir laut. Untuk
yang paling banyak mengumpulkan, akan mendapat
hadiah berkeliling laut naik Banana Boat.
Zaza dan Riri semangat sekali. Mereka saling
membantu mencari dan memasukan sampah ke dalam
kantong besar. Tidak terasa punggung terasa pegal.
Mereka bergantian membawakan kantong. Kalau
40
kantong sampah plastik sudah penuh, mereka segera
mereka menuju ke Panitia. Lalu sampah-sampah plastik
ini akan ditimbang, untuk dibawa ke tempat daur
ulang. Sampah plastik lalu diolah menjadi barang-
barang bermanfaat.
Ternyata timbangan sampah mereka terberat
jadi Zaza dan Riri adalan pemenangnya.. Zaza dan
Riri senang sekali, selain sebagai pemenang. Zaza dan
Riri juga ikut menjaga kebersihan laut.

Zaza dan Riri Diajak Berkeliling Laut Naik Banana


Boat. Mereka sangat gembira. Mereka semakin kagum
melihat keindahan laut yang bersih tanpa sampah
plastik. Sejak saat itu Zaza dan Riri tidak hanya suka
pergi ke laut, tapi juga menjaga kebersihan laut dan
menjadi penjemput sampah di pinggir laut.

41
PINO MENCARI IBUNYA
Azzalea Wahyu Pranindya

42
Suatu hari di dasar laut ada seekor lumba lumba
kecil bernama Pino. Dia sedang mencari ibunya di
dasar laut. Ibunya telah lama pergi meninggalkannya.
Padahal ibu hanya mencari makan saja. Tapi ibu lama
tidak kembali. Pino sedih.

Pino memberanikan diri untuk mencari ibunya.


Pino mencari ibunya ke dasar laut,di balik karang dan
pinopun bertanya ke pak paus, kakek gurita, bibi
marlin dan paman penyu. Tapi mereka semua tidak
melihat ibunya. “Ah, Ibu kemanakah Ibu?” tangis Pino
pilu.

Pino mencoba untuk mencari ke pinggir pantai.


Bibi Marlin berusaha melarang Pino.

“Jangan kesana Pino! Bahaya banyak manusia di


tepi pantai. ”

“Ya bibi, Pino juga takut. Tapi Pino khawatir


dengan Ibu,” kata Pino sambil berurai air mata.

“Ya..sudah kalau kamu memaksa. Tetap hati-hati ya…”


Pesan Bibi Marlin.

“Baik Bibi,” sahut Pino.

43
Pino berenang hati-hati ke tepi pantai. Matanya
awas, melihat sekeliling, mungkin Ibu ada di antara
batu-batu tepi pantai.

Sesaat Pino melihat, ada segerombolan orang


sedang berkerumun. Di tengah mereka ada ikan besar
yang terdampar. Beberapa orang nampak memotret
ikan tersebut.

Dari jauh Pino tahu, itu Ibu. Pino menangis


memanggil-manggil. “Ibu..Ibu!” suara Pino sedih dan
lirih. Pino melihat mata ibunya masih bergerak-gerak.
Namun Pino tidak berani mendekat. Tim penyelamat
hewan datang dan menghampiri ikan besar tersebut.
Pino melihat dari kejauhan. Air mata Pino semakin
deras.

Pino mendengar kabar dari penyelamat hewan


laut, bahwa seekor lumba-lumba terdampar dengan
keadaan mati. Di dalam perutnya ditemukan banyak
sampah plastik yang dia telan. “Ah, Pino berharap
ibunya baik-baik saja”.
Tim penyelamat hewan, menyiram tubuh ibu Pino.
Mereka semua berusaha mengembalikan ibu ke tengah
laut. Pino terus sembunyi, sambil menunggu. Tapi

44
sepertinya Ibu Pino semakin lemah. Matanya pelahan
tertutup , tidak terbuka lagi. Pino menangis semakin
sedih.

Sampah plastik itu memang yang membahyakan


kehidupan hewan laut. Jangan buang sampah di laut.
Seluruh ikan akan mati. Pino berharap Pino dan
teman-temannya dapat berkembang biak semakin
banyak, hidup dengan aman dan laut bersih tanpa
sampah.

45
HICY DAN HOICY
PENYU YANG MALANG
Dzikra Zahida Radja

https://cdn.idntimes.com/content-

46
Reine dan Radja adalah dua bersaudara, Radja
adalah kakak dari Reine. Radja duduk di kelas 6,
sedangkan Reine kelas 5 Sekolah Dasar. Radja
memiliki kegemaran makan makanan ringan. Dalam
sehari ia bisa makan beberapa kantong snack. Akan
tetapi Radja memiliki kebiasaan buruk, selesai makan
Radja selalu lupa membuang bekas bungkus snack ke
tempat sampah. Tak ayal sampah plastik bekas
bungkus snack berserakan di mana-mana. Sang adiklah
yang selalu mengingatkan kakaknya untuk membuang
sampah ke tempatnya.

“Kak, selesai makan jangan seenaknya sendiri


dong, tuh lihat sampah berserakan dimana-mana.
Membuat pemandangan tidak sedap. Kenapa siih selalu
diingatkan, itu namanya tidak bertanggung jawab
tahu” Ujar Reine dengan kesal.

“Iya..iyaa Nona Cantik, aku akan membereskan


sampah-sampah ini. Tinggal ambil lalu buang mudah
bukan. Jangan ngomel saja seperti nenek cerewet”
Timpal Radja sambil membersihkan sampah bekas
snacknya.

47
Akan tetapi hal itu hanya berlangsung sesaat. Besok…
besoknya lagi Radja kembali pada kebiasaan joroknya
seperti semula.

Pada hari Minggu Radja dan Reine diajak mama


dan papanya pergi ke pantai untuk berlibur. Mereka
sangat senang sekali. Di pantai mereka dapat
menyaksikan ombak bergulung-gulung saling
berkejaran. Udara pantai juga segar dan sangat baik
untuk kesehatan. Akan tetapi Reine sedih melihat
keadaan pantai yang tak seindah dulu. Banyak orang
berjualan makanan, dan minuman. Dimana-mana
menumpuk bekas bungkus plastik makanan dan
minuman. Sungguh pemandangan menjadi tidak sedap
dipandang mata.

Di pantai mereka bermain layang-layang,


berenang dipinggir pantai, dan bermain kejar-kejaran
bersama. Setelah capek bermain Radja haus dan lapar.
Ia kemudian membeli makanan dan minuman di warung
sekitar pantai. Radja dan adiknya lahap makan snack
yang dibelinya. Karena asyik makan tanpa sadar Radja
membuang bungkus snacknya ke laut. Bungkus snack
itu terombang-ambing di laut terkena hempasan

48
ombak. Sehingga sampah-sampah plastik tadi sudah
berada di tengah laut.

Di tengah laut ada dua ekor penyu yang bernama


Hicy dan Hoicy. Hicy dan Hoicy melihat banyak sekali
makanan yang mengapung dipermukaan air laut.
Mereka berdua pun menghampiri makanan itu. Tiba-
tiba ketika makan Hicy tersedak dan tenggorokannya
terasa sakit. Mata Hicy terbelalak menahan rasa sakit
di lehernya, nafasnya pun menjadi sesak.

“Hoicy. Ada sesuatu yang menyangkut di leherku.


Aku tidak bisa bernapas…ahhh..ahh.” Ujar Hicy
kesakitan.

Hoicy pun panik, Hoicy berusaha meminta


pertolongan. Ia berenang mondar-mandir ke tengah
lautan untuk mencari pertolongan. Akan tetapi tak
satupun binatang laut yang sanggup menolong mereka.
Seekor ikan pari tua memberi saran pada mereka
untuk berenang ke tepi lautan. Semoga ada manusia
baik hati yang bisa memberi pertolongan, begitu kata
ikan pari tua itu. Akhirnya mereka memutuskan untuk
mengikuti saran ikan pari tua. Berenang ke daratan
berharap mendapatkan pertolongan.

49
Akhirnya Hicy dan Hoicy pun sampai di daratan.
Saat itu Radja dan Reine sedang berenang di laut.
Mereka melihat dua ekor penyu sedang mengapung.
Seekor penyu tampak mengambang kesana-kemari di
hempas ombak. Sepertinya penyu-penyu itu sedang
kesakitan pikir Radja. Radja pun langsung memanggil
Reine untuk membantu menyelamatkan penyu-penyu
itu. Mereka berusaha berenang mendekati kedua
penyu tersebut. Radja dan Reine mengaangkat kedua
penyu itu. Perkiraan mereka benar. Seekor penyu
tampak kesakitan, mulutnya terbuka lebar, matanya
terbelalak seakan menahan rasa sakit.

“Ayo kita bawa ke dokter hewan, penyu-penyu ini


Rein!”kata Radja.

Radja menggendong Hicy sedangkan Reine


menggendong Hoicy. Sesampainya di dokter hewan,
mereka segera melaporkan keadaan kedua penyu
tersebut. Dokter hewan pun bekerja dengan cepat. Ia
segera memeriksa keadaan penyu-penyu tersebut.
Terutama keadaan Hicy yang dinilai sedang sekarat.
ketika dicek ternyata ditenggorokan Hicy ada sampah
plastik. Rupanya sampah-sampah plastik itu tidak

50
sengaja tertelan oleh Hicy saat ia sedang mencari
makanan.

“Hah….kok bisa termakan Dok?” kata Radja

Dokter menjawab bahwa penyu makan sampah plastik,


bisa jadi karena mereka mengira itu ubur-ubur kecil
yang merupakan makanannya.

“Oooo……, kata Radja. Seketika Radja teringat


sesuatu. Dia ingat bahwa ia tadi telah membuang
sampah bekas makananya ke laut. Radja pun merasa
bersalah dan ia mengakui perbuatannya. Dokter
hewan menasehati mereka berdua agar tidak
membuang sampah sembarangan. Apalagi membuang
sampah ke laut. Karena di laut banyak sekali makhluk
hidup yang akan terganggu dengan keberadaan
sampah-sampah tersebut. Bersyukur Hicy dan Hoicy
masih bisa diselamatkan dan dikembalikan ke pantai .

Teman-teman, pesan cerita diatas adalah.


Janganlah membuang sampah sembarangan!

Jadilah orang yang bertanggung jawab dengan


tidak membuang sampah dimana-mana. Apalagi
membuang sampah bekas plastik makanan dan
minuman ke laut. Alam membutuhkan waktu bertahun-

51
tahun untuk menguraikannya. Ingat yaa, sayangi
lingkungan kita dengan mengurangi penggunaan
sampah plastik.

52
YUYU YANG TERANCAM
Fakhira Yuwana Prameswari

53
Liburan sekolah di bulan Juni tahun 2021 Rara
pergi ke rumah Uti di Balong Bendo, Sidoarjo, Jawa
Timur. Di sana Rara bermain dengan saudara-
saudaranya yang ada di rumah Uti. Di sebelah rumah
Uti ada sungai yang mengalir dari arah barat ke timur.
Sungai itu mengalir menuju sawah dan akan mengairi
sawah-sawah di dekat rumah Uti.

Saat sedang asyik bermain di tepi sungai


bersama Nindy saudaranya. Rara melihat dua ekor
yuyu yang sangat lucu berjalan keluar dari air sungai.

"Nindy lihat, ada dua ekor yuyu keluar dari


sungai, kira-kira mereka mau kemana ya?" tanya Rara
pada Nindy.

"Kita ikuti saja yuyu itu". Kata Nindy.

"Baiklah, ayo kita ikuti, Nindy ternyata si yuyu


menuju lubang di tanah yang ada di tepi sungai itu",
kata Rara. "Iya benar, berarti lubang itu adalah
rumah si yuyu ya?".

Setelah si yuyu masuk, yuyu tersebut tidak


keluar lagi. Di pinggir sungai ternyata terdapat

54
beberapa lubang, berarti memang ada beberapa yuyu
yang tinggal di lubang tersebut.

Setelah beberapa saat ada yuyu yang keluar dari


lubang yang lain." Rara lihat, ada yuyu yang keluaf dari
lubang lain!" Kata Nindy.

"O iya, tapi yuyu yang ini kecil sekali ya?


Sepertinya ini yuyu yang masih kecil Nindy", teriak
Rara.

"Dulu di tepi sungai ini banyak sekali yuyu,


sekarang tidak sebanyak dulu, mungkin sekarang
sungai ini kotor ya, jadi populasi yuyu banyak
berkurang", desah Nindy sedih.

"Iya banyak sekali sampah di sungai ini, selain


yuyu-yuyu akan terancam, air yang kotor dan
berwarna kecoklatan ini juga akan menghambat
pertumbuhan tanaman yang ada di sawah", imbuh
Rara.

Dari kejauhan, Rara dan Nindy melihat ada orang


yang membuang sampah sembarangan di sungai.

55
"Nindy lihat itu, ada orang yang membuang
sampah di sungai, pantas saja sungai ini jadi kotor dan
berwarna kecoklatan. Kasihan yuyu-yuyu ini, hidupnya
jadi terancam karena air sungai yang kotor”, Rara
berkata dengan geram.

Dari kejauhan, adzan dhuhur berkumandang. Rara


dan Nindy segera pulang dan menceritakan perihal si
yuyu kepada Utinya. Uti juga ikut prihatin mendengar
cerita dari Rara dan Nindy. Semoga manusia sadar,
bahayanya membuang sampah di sungai.

56
PINNI
SI ANJING LAUT IMUT
Nadine Aulia Bisma

57
Di siang hari yang panas, Pinni si anjing laut yang
periang, bermain bersama temannya yang bernama
Limmo. Saat asyik bermain, tiba-tiba Pinni merasa
kelaparan. Dia segera berenang ke laut untuk mencari
makan. Pinni suka makan ikan kecil, kerang dan cumi-
cumi. Di tenagh laut Pinni bertemu dengan ayah dan
ibunya.

”Ayah.. Ibu.. aku lapar, aku mau makan siang


dengan cumi-cumi”, kata Pinni.

“Baiklah, tapi kamu harus selalu waspada dengan


pemburu ikan laut”, pesan Ibu Pinni.

“Baik ibu, aku akan selalu waspada. Aku pergi


dengan Limmo ya ?” kata Pinni.

Di tengah perjalanan, Pinni menemukan benda


aneh. Dia menanyakan kepada Limmo, “apa itu?” sambil
menatap benda aneh itu. Tapi Limmo tidak tahu benda
apakah itu. Lalu mereka mengikuti benda tersebut,
ternyata benda itu menyangkut di terumbu karang.
Mereka semua penasaran, kemudian mengambil benda
tersebut dan meninggalkannya di karang besar.

58
Mereka melanjutkan perjalanan mencari cumi-
cumi. Saat meninggalkan benda aneh, seekor ikan
memakannya, Tiba-tiba ikan itu menggelepar-gelepar,
lalu mati.

Melihat kejadian itu, Pinni dan Limmo langsung


terkejut dan ketakutan. Mereka memutuskan untuk
pulang dan urung mencari makan.

Sesampainya di rumah, Pinni cerita ke


Ibunya sambil ketakutan “Ibu... Ibu... aku tadi mau
memakan ikan kecil, tapi waktu mau makan, ikan itu
makan benda aneh ukuran kecil dan tiba- tiba saja
ikannya mati. Kenapa bisa begitu ya? Benda apa itu?
Aku juga menyembunyikan benda aneh di terumbu
karang besar, aku takut, Bu”

“ Sepertinya itu adalah sampah yang dibuang oleh


manusia”, jawab Ibu Pinni

“ Sampah? Apa itu sampah” tanya Pinni. Sebelum


Ibunya menjawab, ada teriakan dari luar rumah Pinni.

“Tolong…tolong !” Suara semakin kencang.

59
Semua anjing laut dan hewan lainnya terkejut,
mereka berkumpul di depan rumah Pinni untuk
melihatnya. Ternyata leher dan ekor Ayah Limmo
terlilit jaring ikan. Melihat itu, Pinni dan keluarganya
berusaha melepaskan jaring ikan, tapi usahanya sia-
sia. Karena jaring terlalu kuat melilitnya.

Selama berhari-hari Ayah Limmo berenang


dengan jaring ikan d ibadannya, karena jaring terlilit
kuat sehingga dia kesakitan, bertambah lemah dan
akhirnya tidak tertolong lagi.

Setelah kematian ayahnya, Limmo nampak selalu


bersedih. Pinni dan keluarganya berusaha menghibur.

Namun sampah di laut semakin banyak. Semakin


banyak sampah, semakin berkurang juga oksigen di
dalam bumi loh. Kenapa oksigen bisa berkurang?
Karena sampah mengganggu bakteri di laut yang
memproduksi oksigen. Selain itu, plastik yang terkena
panas matahari akan “rusak” atau jadi potongan-
potongan kecil yang melepaskan banyak senyawa kimia
ke laut. Potongan plastik bahkan bisa dimakan oleh
plankton. Jadi ayo kita jaga lingkungan dan tidak
membuang sampah sembarangan.

60
PENYU DI ANTARA
ONGGOKAN SAMPAH
Naira Ezza Farhana

RS=HA7Uh8aAlbgJk_rYwfL3Ao5Sv98-

61
Hari ini ayah berjanji , mengajak aku ke tempat
prakteknya. Kami baru saja tiba di ruangan praktek
ayah. Ayah meletakkan tas kerja di almari dan
membereskan berkas-berkas yang berserakan di atas
meja. Ya, kemarin sebelum pulang, ayah tidak sempat
membereskannya karena sudah ditunggu rekan-rekan
di komunitas perlindungan hewan untuk rapat
membahas “ Polusi Laut serta dampaknya bagi hewan-
hewan dan biota laut “.

Ayah melirik jam dinding di samping meja kerja.


Aku lebih suka sibuk membaca beberapa buku cerita.
Di samping ruang praktek ayah, ada ruangan pribadi,
ayah biasa istirahat melepas lelah di situ. Ada banyak
sekali buku di ruangan itu.

“Masih pukul 07.10.” Gumam ayah.

”Tapi antrian pasien ayah di ruang tunggu sudah


penuh,” kataku sambil tetap membaca buku.

Ada seorang bapak paruh baya dengan anjing


peliharaannya, ada gadis kecil yang menggendong
kucing kesayangannya, ada juga remaja yang membawa
kelincinya yang lucu dan masih banyak lagi. Sepagi ini
mereka sudah rela mengantri. Padahal jam buka

62
praktik Ayah baru pukul 08.00. Bahkan asisten ayah
pun belum tiba. Dia biasanya baru tiba sekitar pukul
07.30.

Sambil menunggu, Ayah membuka bekal yang


disiapkan Ibu tadi pagi.

“Nasi goreng, telur ceplok, sosis, sayur dan buah


jeruk.” Teriakku gembira. Ayah tersenyum melihat
menu sarapan hari ini. Salah satu menu favoritku.
Setiap hari Ibu selalu membawakan Ayah bekal. Kali
ini bekalnya untuk kami berdua, aku dan ayah.

Setiap hari, selepas salat shubuh, ibu segera ke


dapur unmemasak sarapan untuk kami bertiga. Ibu
menyiapkan makanan bekal di kotak makan, satu
untukku, satu untuk ayah dan satunya untuk ibu
sendiri. Kami tidak sempat sarapan di rumah, karena
kami harus berangkat pagi-pagi agar tidak terlambat.
Ibuku seorang guru TK yang harus tiba di sekolahnya
sebelum pukul 07.00. Setiap hari Ayah yang
mengantar ibu.

Di suapan terakhirku, pintu ruangan ayah diketuk.


“ Assalamu’alaikum Dok… “ Sapa suara yang sudah
sangat kuhapal.Aku bergegas masuk ke ruang pribadi

63
Ayah. Mungkin pemeriksaan pasien dimulai “
Wa’alaikumussalam…masuk.” Jawab Ayah. Sambil
menungguku menghabiskan sarapan, asisten ayah
menyiapkan segala keperluan untuk pemeriksaan.

“Halo Aditya, lagi jenuh di rumah ya,” sapa


asisten ayah. Aku hanya menjawab dengan senyum.

“ Pasien hari ini banyak Dok, ” lapor asisten ayah .

“ Ya, mereka sudah mengantri sejak aku datang


pkl 07.10 tadi,” jawab ayah.

“Kalau begitu kita mulai saja ya Dok,“ Kata


asisten ayah.

“Okey,” ayah menyetujuinya. Aku mengamati


kerja mereka berdua dari pintu yang terbuka. Aku
suka melihat Ayah memeriksa hewan-hewan yang
sedang sakit. Suka dan bangga, melihat Ayah
memeriksa para hewan. Kalau aku besar kelak, aku
mau jadi dokter hewan , kayak ayah.

Tepat pukul 12.00, Ayah selesai memeriksa


pasien terakhir. Setelah bersih-bersih diri, kami
segera bergegas untuk menjemput Ibu di tempatnya
mengajar.

64
Dalam perjalanan pulang, kami saling bertukar
cerita tentang kegiatan yang kami lalui hari ini. Ayah
lebih banyak diam, justru aku yang banyak bercerita
tentang kucing dan kelinci yang diperiksa Ayah tadi.
Ibu mendengarkan ceritaku dengan serius dan
sungguh-sungguh. Tentu saja aku semakin semangat
bercerita.

“Puncak tema di sekolah Ibu hari ini menarik


sekali,” kata Ibu kepadaku.

“Kami para guru sepakat mengusung tema


Indonesia Cantik Tanpa Sampah Plastik’,“ lanjut ibu.

“Kami nanti akan memberikan wawasan kepada


murid-murid tentang sampah plastik dan bahayanya.
Kami akan mendongeng, NoBar bersama mereka, dan
akan membuat kerajian dari sampah plastik bersama
murid-murid kami,” jelas ibu panjang lebar.

“ Wah…menarik banget Ibu!” kataku antusias.


Ayah juga bercerita sedikit, kegiatannya hari ini.
Ayah memang sangat sibuk karena pasiennya full hari
ini.

“Capek sekali ayah hari ini. Besok kita


refreshing ke pantai yukk!” ajak ayah. Tentu saja aku

65
dan Ibu langsung menyetujuinya, karena kami semua
sama-sama suka dengan pantai dan laut.

Keesokan paginya, kami pun berangkat ke pantai.


Sudah menjadi kebiasaan ayah dan ibu , saat lelah
dengan rutinitas, selalu mengajakku pergi ke pantai
atau laut. Dengan melihat keindahan laut, deburan
ombak, dan butiran pasir putih, lelah jadi hilang. Kata
ayah.

“Sambil berlibur, kita juga ingin mengamati


keadaan laut,”

Oh ya ayahku memang punya komunitas


perlindungan hewan. Ayah sering mengajakku saat ada
kegiatan kegiatan di komunitas itu. Dari hasil rapat
bersama rekan-rekan komunitas ayah kemarin,
diketahui bahwa laut kita sekarang sudah banyak yang
tercemar dengan sampah plastik.

Dan benar saja, saat kami berjalan-jalan


menyusuri pantai. Ada seonggok sampah plastik di tepi
pantai. Ada botol plastik bekas air mineral, kaleng
bekas minuman , plastik aneka snack dan, tiba-tiba ibu
berteriak, ”Apa itu yang bergerak-gerak?” Segera aku
dan ayah mendekat. Kusingkirkan tumpukan sampah

66
plastik itu dengan sebatang ranting yang kutemukan
disitu. Ternyata ada seekor penyu disela-sela
tumpukan sampah. Penyu itu lemah sekali. Napasnya
seperti terengah-engah.

“Adit , kita bawa saja yuk, penyu ini ke tempat


praktik Ayah, Ayah akan memeriksanya,“ ujar ayah
padaku.

“Iya..kasihan,”jawab ibu.

Aku mengangkat penyu malang itu pelan-pelan.


Kami punya box kosong di belakang mobil.

Kami pun meninggalkan pantai menuju tempat


praktik ayah. Segera ayah periksa si penyu malang itu.
Dan betapa terkejutnya aku, ternyata ada plastik
yang tersangkut di tenggorokannya.
“Bismillahirrohmanirrohiim,” Ayah mengambil plastik
itu dengan pinset.

“Alhamdulillah.”, ucapku saat berhasil


mengeluarkan plastik itu dari tenggorokan si penyu. Si
penyu sudah tidak terengah-engah lagi, dia sudah bisa
bernapas dengan lega. Aku bernapas lega.

Kami sangat prihatin dengan kejadian yang baru


saja kami alami tadi.
67
“Kita harus melakukan sesuatu untuk
menyelamatkan laut kita,“ ucap Ayah pada Ibu.

“Betul, Ibu juga siap membantu,” jawab ibu.

“Aditya juga siap bantu Ayah,” kataku. Ayah


gembira, tangan ayah mengacak-acak rambutku.

“Ayah akan ajak teman-teman di komunitasku


untuk kampanye tentang Bahaya Sampah Plastik bagi
hewan-hewan dan biota laut. Kami akan bikin banner,
tempat sampah dari kaleng atau galon bekas yang akan
kami letakkan di pantai yang biasa ramai dikunjungi
wisatawan. Dan kami akan ajak pengunjung pantai
untuk mengumpulkan sampah-sampah plastik di sekitar
pantai.

Nantinya sampah yang terkumpul akan kita


serahkan ke penduduk sekitar pantai. Kami akan ajak
mereka untuk memilah-milah sampah. Kita berdayakan
ibu-ibu di sekitar pantai untuk menyulap sampah
plastik itu menjadi aneka souvenir yang bisa mereka
jual ke para wisatawan. Mereka akan mendapatkan
penghasilan tambahan dari hasil penjualan souvenir
itu.

68
“Nanti Ibu ya, yang bertugas mengajari ibu-ibu
itu untuk membuat aneka souvenir dari sampah
plastik. Ibukan ahlinya,” jelas ayah panjang lebar
pada ibu.

“Insyaallah siap,” jawab sambil tersenyum.

“ Mudah-mudahan rencana dan niat baik kita juga


disambut baik ya, oleh masyarakat sekitar pantai dan
juga para wisatawan. Sehingga Laut kita bisa Merdeka
dari Sampah Plastik, kita bisa menikmati keindahan
laut dan pantainya tanpa sampah. Hewan-hewan dan
biota laut bisa tersenyum kembali,” ujar ayah
bersemangat.

“Aamiin Allohumma Aamiin.” Jawab Ibu dan Aku.

69
70
UBUR-UBUR
YANG MALANG
Putri Kartika Salsabila

https://images.theconversation.com/files/208018/
original
71
Hari minggu telah tiba aku dan keluarga berlibur
ke pantai Balaikambang. Aku dan keluarga berangkat
dari rumah jam 07.00. Tiba di pantai Balaikambang
jam 10.00. Disepanjang jalan bapak dan aku bernyanyi
bersama, sedangkan Ibu tidur di perjalanan menuju
pantai.

Sampainya di pantai aku disambut dengan


hembusan angin pantai yang sangat segar. Di pantai
Balaikambang aku melihat ombak yang seolah-olah
mengajakku untuk bermain dengan air laut.

Aku dan Ibu menyisiri pantai, menginjakkan


kaki di pasir pantai yang lembut, dengan diiringi
deburan ombak kecil.

Pada saat aku berjalan dengan ibu, kami melihat


sekelompok ubur-ubur yang seakan-akan menari di
atas air pantai.

Kemudian aku lari dan mendekati ubur-ubur itu,


lalu aku ber eriak.

“Ibu...Ibu...Ibu cepat kemari?”

72
“Ada apa Nak? (ibu juga kebingungan melihat aku
berteriak).

“Lihat Ibu ada seekor ubur-ubur yg tersangkut


plastic.” Jelasku.

Bahkan aku juga melihat ubur-ubur yang lain.


Yang seolah-olah ingin membantu temannya yang
tersangkut plastik.

Kemudian Ibu mengambil sebatang kayu untuk


membebaskan ubur-ubur itu.

Setelah terlepas dari plastik ubur-ubur dan


sekelompok teman-temannya seakan-akan menari di
atas air pantai menuju ketengah pantai dengan
bahagia.

“Ibu...ibu..kenapa tadi ibu pakai batang kayu saat


membebaskan ubur-ubur dari tersangkut plastik”.
Tanyaku.

Iya Nak, karena ubur-ubur itu bila terancam dia


akan mengeluarkan sengatan yang sangat berbahaya
buat manusia.

73
“Hore...aku dapat ilmu baru dari ibu!” teriakku
dengan suara gemilang. Ibu tersenyum padaku,

“Nak pesan Ibu, dimanapun kita berada kita


harus selalu membuang sampah pada tempatnya dan
selalu menjaga lingkungan sekitar ya!” pesan ibu
kepadaku.

“Siap Bu Bos!” candaku kepada Ibu. Ibu tertawa.

Tak beberpa lama, bapak memangil aku dan Ibu


untuk diajak berkemas-kemas. Kami pulang
dikarenakan hari sudah sore.

Liburan hari minggu yang sangat menyenangkan.

NAH TEMAN TEMAN APAKAH KALIAN MASIH


INGIN MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN?.

TAMAT.

74
75

Anda mungkin juga menyukai