Survei Kesesuaian Lahan
Survei Kesesuaian Lahan
TINGKAT DASAR
2016
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya validasi dan penyempurnaan Modul Pengukuran Situasi, Memanjang,
Melintang dan Pengenalan GPS sebagai Materi Substansi dalam Diklat Teknis
Perencanaan Irigasi Tingkat Dasar. Modul ini disusun untuk memenuhi
kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang Sumber
Daya Air (SDA).
Modul Suvei Kesesuaian Lahan disusun dalam 4 (empat) bab yang terbagi atas
Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis
diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami Suvei
Kesesuaian Lahan dalam Perencana irigasi. Penekanan orientasi pembelajaran
pada modul ini lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber Validasi, sehingga modul ini dapat diselesaikan
dengan baik. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang
senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi,
kebijakan dan peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat
memberikan manfaat bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang SDA.
DAFTAR ISI
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 - Hubungan antara Skala, Jarak, luasan terkecil pada peta .............. II-6
Tabel 2.2 - Hubungan antara Tingkat Survei, Skala Peta dan Kegunaan ........... II-6
Tabel 2.3 - Hubungan antara Tingkat Survei, Jenis Peta, Skala peta dan
kegunaan ............................................................................................. II-7
Tabel 3.1 - Kualitas dan karakteristik lahan (Beek, 1980) ................................ III-7
Tabel 3.4 - Persyaratan lahan untuk padi sawah FAO (1983) ........................ III-12
DAFTAR GAMBAR
Deskripsi
Modul Evaluasi Kesesuaian Lahan ini terdiri dari tiga kegiatan belajar
mengajar. Kegiatan belajar pertama membahas Pendahuluan. Kegiatan
belajar kedua membahas Konsep Keseuaian Lahan, kualitas dan karakeristik
lahan dan Kegiatan belajar ketiga Prosedur evaluasi lahan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Isue strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global,
krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan
energi, sehingga negara-negara pengekspor pangan cenderung menahan
produknya untuk dijadikan stok pangan. Mengingat kondisi global tersebut juga
terjadi di Indonesia, maka ke depan Indonesia dituntut untuk terus
meningkatkan produksi dan ketahanan pangan agar mampu menyediakan
pangan yang cukup bagi penduduknya.
Disisi lain dengan terus bertambahnya jumlah penduduk alih fungsi lahan,
terutama lahan-lahan produktif saat ini menjadi permasalahan yang harus
segera dikendalikan. Dengan semakin berkurangnya lahan pertanian yang
subur dan potensial, serta adanya persaingan penggunaan lahan antara sektor
pertanian dan non pertanian, memerlukan teknologi tepat guna dalam upaya
mengoptimalkan penggunaan lahan secara berkelanjutan
Untuk dapat memanfaatkan sumber daya lahan secara terarah dan efisien
diperlukan tersedianya data dan informasi yang lengkap mengenai iklim, tanah
dan sifat lingkungan fisik lainnya serta persyaratan tumbuh tanaman yang
diusahakan, terutama tanaman-tanaman yang memiliki peluang pasar dan arti
ekonomi cukup baik. Data-data tersebut perlu diidentifikasi melalui kegiatan
survei dan pemetaan sumber daya lahan.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-1
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
lahan tersebut dapat diperoleh informasi dan arahan penggunaan lahan sesuai
dengan yang dibutuhkan.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-2
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-3
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
BAB II
DASAR-DASAR EVALUASI DAN KESESUAIAN LAHAN
Setelah mempelajari bab ini, peserta diklat diharapkan mengetahui dan mampu menjelaskan
dasar – dasar evalusi kesesuaian lahan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-1
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-2
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
Sederatan pertanyaan diatas nampaknya tidak mudah untuk bisa dijawab oleh
seorang yang sedang melakukan pekerjaan evaluasi lahan.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-3
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-4
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
Evaluasi lahan skala tinjau umumnya dilakukan untuk kepentingan nasional dan
sifatnya sangat kualitatif, analisis ekonomi hanya dilakukan secara kasar. Hasil
evaluasi biasanya digunakan untuk kepentingan perencanaan nasional dengan
prioritas proyek-proyek besar untuk pengembangan wilayah. Evaluasi lahan
pada tingkat tinjau akan menghasilkan peta-peta sumberdaya alam dengan
skala peta 1 : 500.000 s/d 1 : 125.000. Pada sisi lain beberapa pakar
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-5
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
Tingkat
Tingkat Survei Skala Peta kedetailan Kegunaan (contoh)
informasi
Intensitas 1 : 2.000 sd Sangat Reklamasi lahan
sangat tinggi 1 : 5.000 pasti, detil bekas tambangan
Design areal
peternakan
Desaign kebun dan
1 : 5.000 sd lanskap
1 : 10.000
Intensitas tinggi 1 : 20.000 sd Pemilihan lahan untuk
1 : 25.000.000 areal Perkebunan
Intensitas 1 : 50.000 s/d Pemilihan lahan untuk
sedang 1 : 100.000 pencetakan sawah
Pemilihan lahan untuk
pembukaan tambak
Arahan penggunaan
lahan
Intensitas 1: 100.000 s/d Kualitatif Arahan penggunaan
rendah 1 : 250.000 tinjau lahan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-6
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
Tabel 2.3 - Hubungan antara Tingkat Survei, Jenis Peta, Skala peta dan
kegunaan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-7
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
cara pendekatan paralel. Tim ahli fisik (ahli tanah, hidrologi, geologi, iklim,
agronomi dst) dan ahli sosial-ekonomi (ahli ekonomi, sosiologi pedesaan,
marketing, dst), bersama-sama mengumpulkan data, menganalisis dan
mengevaluasi. Mungkin saja hasil evaluasi lahan yang dihasilkan oleh
kedua tim tersebut berbeda. Cara pendekatan paralel dalam evaluasi lahan
tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari cara
pendekatan paralel adalah waktu dan biaya yang digunakan relatif lebih
singkat dan lebih murah, sedang kekurangannya adalah hasilnya sering kali
kurang memuaskan. Sebagai contoh dari hasil pekerjaan evaluasi lahan
secara fisik dihasilkan lahan sangat sesuai untuk pengembangan padi
sawah, namun demikian tidak didukung oleh data dan infromasi yang
lengkap dari kelompok sosial-ekonomi, informasi yang terkait dengan
pengembangan padi sawah dari aspek sosial-ekonomi ternyata tidak
tersedia. Akibatnya harus mengulang kembali untuk memperoleh data dan
informasi tersebut.
c) Pendekatan bertahap.
Pelaksanaan pekerjaan evaluasi lahan secara fisik dan kondisi sosial-
ekonomi dilakukan secara bertahap. Tahap pertama tim ahli fisik berangkat
lebih dulu, untuk mendapatkan data kualitas lahan. Selanjutnya
menganalisis dan mengevaluasi sehingga dihasilkan berbagai macam
penggunaan lahan yang akan ditawarkan. Hasil rekomendasi ini
disampaikan kepada tim ahli sosial-ekonomi untuk digunakan sebagai
dasar dalam melakukan evaluasi lahan dari aspek sosial-ekonomi. Cara
pendekatan bertahap dalam evaluasi lahan mempunyai kelebihan juga
kekurangan. Kelebihan dari pendekatan bertahap adalah hasilnya lebih
memuaskan sedang kekurangan dibutuhkan waktu dan biaya yang relatif
lebih besar. Tahapan evaluasi lahan secara bertahap dapat dilakukan
dengan melakukan evaluasi lahan dari aspek ekonomis lebih dulu baru
dilakukan secara fisik. Kondisi demikian banyak dilakukan oleh masyarakat
saat ini. Penggunaan lahan disuatu wilayah sering kali didasarkan akan
kebutuhan pasar yang ada. Sebagai contoh kalau ada salah satu komoditi
memberikan keuntungan yang tinggi, masyarakat berlomba-lomba untuk
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-8
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-9
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-10
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
TITIK SAMPEL
KERJA LAPANGAN
KESESUAIAN LAHAN
ARAH PENGGUNAAN
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-11
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
2.5. Latihan
1. Jelaskan pengertian evaluasi lahan ?
2. Mengapa evaluasi lahan diperlukan dalam pengembangan wilayah?
3. Sebutkan prinsip-prinsip evaluasi lahan?
4. Jika kita ingin mengevaluasi lahan untuk kebutuhan membangun irigasi dan
pencetakan sawah tingkatan survei dan jenis peta apa yang digunakan
serta skala berapa?
5. Evaluasi kesesuaian lahan pada prinsipnya mencocokan karakteristik lahan
dengan persyaratan tumbuh tanaman dengan hukum minimum Liebig (liebig
low). Apa yang dimaksud minimum liebig?
2.6. Rangkuman
Evaluasi lahan diperlukan untuk menyusun rencana tataguna lahan di suatu
wilayah. Perencanaan tataguna lahan yang tepat akan sangat bermanfaat
dalam rangka pengembangan wilayah, sekaligus dalam usaha pelestarian
sumberdaya alam dan lingkungan. Evaluasi lahan merupakan suatu
pendekatan atau cara menilai potensi sumberdaya lahan dan dapat
dilaksanakan secara manual ataupun secara komputerisasi. Tujuan dari
evaluasi lahan adalah untuk menetapkan tingkat kesesuaian penggunaan lahan
tertentu di suatu wilayah. Evaluasi lahan dapat dilakukan dengan dua
pendekatan, yakni pendekatan paralel dan pendekatan bertahap. Dalam
evaluasi diperlukan pengukuran dan perbandingan. Pengukuran dapat
dilakukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kualitatif pengukuran
dapat diekspresikan dalam bentuk penggambaran keadaan (deskripsi), seperti :
baik, atau jelek., sesuai atau tidak sesuai, tinggi atau rendah dan lain
sebagainya. Evaluasi secara kualitatif mengungkapkan kondisi yang abstrak.
Sebaliknya evaluasi kuantitatif dapat memberikan gambaran yang lebih konkrit,
karena hasilnya dapat dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu. Pada
prinsipnya evaluasi kesesuaian lahan adalah mencocokan karakteristik lahan
dengan persyaratan tumbuh tanaman dengan hukum minimum Liebig (liebig
low) yaitu pertumbuhan tanaman tidak dibatasi oleh hara yang tersedia,
melainkan oleh hara minimum.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-12
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
BAB III
KONSEP KESESUAIAN LAHAN
Setelah mempelajari bab ini, peserta diklat diharapkan mengetahui dan mampu menjelaskan
konsep kesesuaian lahan
3.1 Lahan
Untuk dapat memahami evaluasi lahan, sebaiknya lebih dahulu memahami dan
menyamakan persepsi tentang pengertian ”lahan” dan ”penggunaan lahan” .
Dua konsep dasar ini sangat penting untuk dipahami, mengingat evaluasi lahan
adalah pekerjaan penafsiran terhadap macam penggunaan lahan yang paling
sesuai disuatu wilayah. Pekerjaan ini dilakukan dengan menganalisis data
kualitas lahan yang ada dan selanjutnya melakukan matching (menyesuaikan)
dengan persyaratan lahannya. Jika kualitas lahan yang ada dapat memenuhi
seluruh persyaratan lahan yang dibutuhkan, maka lahan sesuai untuk macam
penggunaan lahan tertentu, dan sebaliknya jika persyaratan lahan tidak dapat
dipenuhi oleh kualitas lahan yang ada, maka lahan tidak sesuai untuk tujuan
penggunaan lahan tertentu
Lahan adalah suatu hamparan permukaan bumi (lingkungan fisik) termasuk
didalamnya komponen iklim, topografi, tanah, hidrologi dan vegetasinya. Lahan
memiliki sifat-sifat tertentu dan sifat-sifat lahan ini sangat berpengaruh terhadap
potensi lahan untuk tujuan penggunaan lahan tertentu. Fungsi utama lahan
adalah 1). Mendukung tumbuhan dan hewan di atas dan di bawah permukaan
2). Menentukan laju dan arah aliran air (larutan), 3). Memfilter, mem-buffer,
mendegradasi, medetoksifikasi senyawa (unsur), 4). Menyimpan dan
mensirkulasi hara.
3.1.1. Satuan Peta Lahan (land mapping unit)
Sifat atau karateristik lahan yang ada dipermukaan bumi ini berbeda-beda,
terdapat lahan yang bentuk permukaanya datar, tetapi ditempat lain ada lahan
yang berbukit. Disamping itu ada lahan yang subur juga ada lahan yang tandus.
Kondisi ini menunjukan bahwa sifat dan karateristik lahan tersebut berbeda-
beda, demikian pula terhadap kesesuian lahannya. Pada lahan yang datar,
subur dan beririgasi, banyak yang digunakan sebagai lahan pertanian, sedang
pada lahan yang berbukit, banyak digunakan untuk perkebunan dan kehutanan.
Gambaran sifat atau karatersitik lahan yang berbeda-beda di atas, memberikan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-1
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
petunjuk pada kita bahwa lahan yang ada dipermukaan bumi ini, perlu
dikelompokan berdasarkan sifat dan karateristiknya yang sama.
Pengelompokan lahan berdasarkan sifat-sifat yang sama tersebut nantinya
dapat digunakan sebagai dasar pembuatan peta satuan lahan. Dengan
demikian satuan peta lahan (land mapping unit) adalah sekelompok lahan
yang memiliki sifat (karakteristik) sama atau serupa. Keseragaman atau
variabilitas sifat lahan dari masing-masing satuan peta lahan selalu ada,
sedang besar dan kecilnya sangat tergantung pada skala dan ketelitian dalam
pembuatan peta. Pemetaan satuan peta lahan sangat dibutuhkan dalam
pekerjaan evaluasi lahan, karena peta kesesuaian lahan yang akan dibuat
didasarkan pada satuan peta lahan yang ada. Satuan peta lahan dapat dibuat
dengan malakukan tumpang tindih (overlay) dari peta-peta komponen lahan
(peta iklim, tanah, topografi, hidrologi dan vegetasi), alasannya komponen
lahan yakni iklim, topografi, tanah, hidrologi dan vegetasi sangat mempengaruhi
tingkat kesesuaian macam penggunaan lahan pertanian, perkebunan dan
kehutanan. Untuk tujuan macam penggunaan diluar pertanian, kehutanan dan
perkebunan seperti industri, pariwisata, perikanan, peternakan, pemukiman,
dan lainnya, selain komponen lahan yang tersebut di atas, diperlukan
komponen lahan lain yang terkait dengan macam penggunaan lahan tersebut.
Satuan peta lahan yang dihasilkan nantinya akan membentuk satuan peta
kesesuaian lahan, namun demikian dapat terjadi bahwa dua atau lebih satuan
peta lahan yang berbeda, menghasilkan satuan peta kesesuaian lahan yang
sama. Kondisi ini dapat dipahami karena pembuatan peta satuan lahan tidak
didasarkan pada pemetaan satuan kualitas lahan. Jika satuan peta lahan dibuat
berdasarkan kualitas lahan, maka peta satuan lahan akan menjadi rumit.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-2
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
SPT 1 SPT 1
SPT 4
SPT 3 SPT 6
SPT 5
SPT 2
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-3
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-4
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-5
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-6
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
aran
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-7
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
ah
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-8
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-9
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-10
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
Tabel 3.3 - Persayaratan lahan untuk tanaman padi sawah Djaenudin dkk
(2000)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-11
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
Dua persyaratan lahan untuk tipe penggunaan lahan yang sama (padi sawah)
tersebut diatas agak berbeda, kondisi ini menjadi salah satu kendala bagi
pekerja evaluasi lahan didalam hal memilih bentuk persyaratan lahan mana
yang terbaik.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-12
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
pada banyaknya panas yang diterima dari matahari. Hal ni dipengaruhi oleh
cuaca, bentuk daerah dan keadaan tanah.
b) Ketersediaan air yang ada dalam tanah berlangsung akibat curah hujan,
yang sebagian meresap kedalam tanah, bergantung pada jenis tanah dan
batuan yang mengalasi suatu daerah curah hujan meresap kedalam bumi
dalam jumlah besar atau kecil, ada tanah yang jarang dan ada tanah yang
kedap. Kesarangan (porositip) tidak lain ialah jumlah ruang kosong dalam
bahan tanah atau batuan, biasanya dinyatakannya dalam persen. bahan
yang dengan mudah dapat dilalaui air disebut lulus. Kelulusan tanah atau
batuan merupakan ukuran mudah atau tidaknya bahan itu dilalui air. Pasir
misalnya, adalah bahan yang lulus air melewati pasir kasar dengan
kecepatan antara 10 dan 100 sihosinya. Dalam lempeng, angka ini lebih
kecil, tetapi dalam kerikil lebih besar.
c) Retensi hara merupakan kondisi untuk pertumbuhan tanaman atau sifat
kesuburan tanah.
d) Ketersediaan hara bagi tanaman ditentukan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan tanah mensuplai hara dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan tanaman untuk menggunakan unsur hara yang
disediakan.
e) Nitrogen merupakan elemen hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman.
Sumber utama Nitrogen di dalam tanah yaitu bahan organik tanah. Selain
dari bahan organik tanah Nitrogen juga diperoleh dari gas N2 di atmosfer
melalui penambatan atau fiksasi Nitrogen. Penambatan alami disebabkan
oleh jasad-jasad renik (terutama bakteri dalam tanah dan alga di air) dan
gejala atmosfer tertentu, termasuk kilat. Fungsi Nitrogen bagi pertumbuhan
tanaman adalah memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman. Tanaman
yang tumbuh pada tanah yang cukup N, berwarna lebih hijau. Selain itu
Nitrogen berfungsi dalam pembentukan protein.
f) Pupuk Posfat (P2O5) bagi Tanaman berperan dalam proses:
(a) respirasi dan fotosintesis
(b) penyusunan asam nukleat
(c) pembentukan bibit tanaman dan penghasil buah.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-13
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
Karakeristik lahan yang tidak dapat memenuhi persyaratan lahan pada suatu
tipe penggunaan lahan terentu, akan menjadi faktor pembatas, artinya
karakteristik lahan tersebut yang membatasi tujujan tipe penggunaan lahan
tertentu. Cara pengelolaan yang dibutuhkan untuk dapat menghilangkan faktor
pembatas tersebut perlu dilakukan perbaikan lahan (land improvement). Faktor
pembatas lahan sifatnya ada yang serius ada yang tidak. Sebagai contoh
kondisiunsur hara dalam tanah, jika menjadi faktor pembatas mudah untuk
dihilangkan dengan cara pemberian pupuk (minor land improvement),
sebaliknya jika tekstur tanah yang menjadi faktor pembatas maka sulit diatasi
dengan cara-cara pengelolaan yang ada sekarang (mayor land improvement).
Perbedaan tingkatan faktor pembatas ini yang nantinya akan menjadi dasar
untuk menetapkan kesesuaian lahan potensial.
3.6 Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan lahan ? dan apa fungsi utama lahan ?
2. Dalam evaluasi lahan dibutuhkan Satuan Peta Lahan (SPL) jelaskan ?
3. Apa yang dimaksud dengan satuan peta kesesuaian lahan untuk padi
sawah?
4. Dalam penggunaan lahan terdapat tipe-tipe penggunaan lahan, sebutkan
tipe-tipe tersebut dan jelaskan?
5. Sebutkan beberapa karakteristik lahan yang menjadi parameter dalam
eveluasi lahan?
6. Jelaskan pengertian karakteristik lahan tunggal dan karakteristik lahan
majemuk?
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-14
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
3.7 Rangkuman
Lahan adalah suatu hamparan permukaan bumi (lingkungan fisik) termasuk
didalamnya komponen iklim, topografi, tanah, hidrologi dan vegetasinya. Lahan
memiliki sifat-sifat tertentu dan sifat-sifat lahan ini sangat berpengaruh terhadap
potensi lahan untuk tujuan penggunaan lahan tertentu.
Satuan Peta Lahan (land mapping unit) adalah sekelompok lahan yang memiliki
sifat (karakteristik) sama atau serupa. Pemetaan satuan peta lahan sangat
dibutuhkan dalam pekerjaan evaluasi lahan, karena peta kesesuaian lahan
yang akan dibuat didasarkan pada satuan peta lahan yang ada.
Kualitas lahan merupakan atribut yang bersifat kompleks dari sebidang lahan.
Kualitas lahan yang digunakan dalam evaluasi lahan diantaranya temperature,
ketersediaan air, media perakaran, retensi hara dsb.
Kesesuaian lahan berbeda dengan kemampuan lahan, dimana kemampuan
lahan lebih menekankan kepada kapasitas lahan untuk berbagai penggunaan
lahan secara umum, artinya semakin banyak penggunaan lahan yang dapat
dikembangkan atau diusahakan disuatu wilayah, maka kemampuan lahan
tersebut semakin tinggi.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-15
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan
tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji.
Evaluasi lahan diperlukan untuk menyusun rencana tataguna lahan di suatu
wilayah. Perencanaan tataguna lahan yang tepat akan sangat bermanfaat
didalam rangka pengembangan wilayah, sekaligus dalam usaha pelestarian
sumberdaya alam dan lingkungan. Hasil evaluasi lahan akan memberikan
informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan yang diperlukan.
Pekerjaan evaluasi lahan membutuhkan tenaga ahli multidisipliner dari berbagai
bidang yang terkait, seperti ahli pertanian, iklim, geologi, hidrologi, keteknikan,
kehutanan, tanah, sosial ekonomi, irigasi, dll. Tingkat ketelitian atau skala
evaluasi lahan dapat dibedakan dalam tiga kelompok yakni (1) Skala tinjau
(reconnaissance), (2) Skala semi detail dan (3) Skala detail.
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan
tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini
(kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan
potensial).
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-1
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1986. Environmental Adaptation of Crops. Philippine Council for Agriculture
and Resources Research and Development Book Series No. 37/1986. Los
Banos, Laguna, Philippines.
Braak, C. 1928. The Climate of The Netherlands Indies. Proc. Royal Mogn. Meteor.
Observ. Batavia, nr. 14. pp. 192.
CSR/FAO Staffs. 1983. Reconnaissance Land Resource Survey 1 : 250.000 Scale.
Atlas Format Procedures. AGOF/INS/78/006. Manual 4. Version 1. Centre for
Soil Research, Bogor, Indonesia.
Djaenudin, D., Marwan H., Subagyo H., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis untuk
Komoditas Pertanian. Edisi Pertama tahun 2003, ISBN 979-9474-25-6. Balai
Penelitian Tanah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan
Agroklimat, Bogor, Indonesia.
FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. Soil Resources Management and
Conservation Service Land and Water Development Division. FAO Soil
Bulletin No. 32. FAO-UNO, Rome.
Puslittanak. 1997. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Tingkat Tinjau (skala 1:250.000).
Puslittanak, Bogor, Indonesia.
Ritung, S., A. Hidayat, dan Suratman. 2002. Penyusunan Pewilayahan Komoditas dan
Ketersediaan Lahan. Laporan Akhir No. 06/Puslitbangtanak/2002. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor, Indonesia.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi vii
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
GLOSARIUM
Tataguna : Sebuah pemanfaatan lahan dan penataan lahan yang dilakukan sesuai
dengan kodisi eksisting alam
Satuan peta lahan (SPL) : sekelompok lahan yang memiliki sifat (karakteristik) sama
atau serupa
Karakteristik lahan : sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi. Karakteristik
tanah/lahan yang dipakai sebagai parameter dalam evaluasi lahan (temperatur,
Kelembaban udara, drainase, tekstur, alkalinitas, bahaya erosi, dan banjir/genangan)
Kualitas lahan: sifat-sifat pengenal atau atribut yang bersifat kompleks dari sebidang
lahan
Evaluasi lahan : umumnya merupakan kegiatan lanjutan dari survei dan pemetaan
tanah atau sumber daya lahan lainnya, melalui pendekatan interpretasi data tanah
serta fisik lingkungan untuk suatu tujuan penggunaan tertentu.
Kesesuaian lahan aktual : kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah
atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan-masukan yang
diperlukan untuk mengatasi kendala
Measurement : pengukuran
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi viii
Modul 05 Survei Kesesuaian Lahan
LAMPIRAN
Sumber- Balittanah - Kondisi existing pengelolaan konservasi tanah di Wonosobo ada
yang telah menerapkan konservasi lahan dengan baik dan ada yang belum