After (Setelah Dirimu) - Anna Todd-1
After (Setelah Dirimu) - Anna Todd-1
Castle
the thirteen problems
#1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi !
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan !
secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun :
: dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta :
: rupiah). :
! 2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau :
? 3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/arau tanpa izin pencipta atau
1G
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
: Jakarta
Ke » KOMPAS GRAMEDIA
THE THIRTEEN PROBLEMS
by Agatha Christie
The Thirteen Problems Copyright O 1932 Agatha Christie Limited.
All rights reserved.
AGATHA CHRISTIE, MISS MARPLE and the Agatha Christie
Signature are registered trademarks of Agatha Christie Limited
in the UK and elsewhere. All rights reserved.
www.agathachristie.com
617185041
1997
Cetakan ketujuh: Oktober 2017
www.gpu.id
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
ISBN 9789792287257
312 hlm: 18 cm
—
tw
LOCNA MMA Wp —
Daftar Isi
. TEMAN PENDAMPING
. EMPAT TERSANGKA
PERISTIRAHATAN
. MATI TENGGELAM
28
50
69
84
104
124
149
178
202
231
259
280
BAB 1
KLUB SELASA MALAM
9
gang, dengan renda Mechlin terjuntai rapi di bagian
depan gaunnya. Dia juga mengenakan sarung tangan
hitam berenda dan topi hitam berenda untuk
menutupi rambut putihnya yang lebat. Dia sedang
merajut—sesuatu yang putih, halus, dan empuk.
Matanya yang biru pucat, ramah dan lembut,
mengamat-amati keponakan laki-lakinya dan tamu-
tamu keponakannya itu dengan sorot senang dan
sabar. Mula-mula pandangannya jatuh pada Raymond
sendiri yang jelas-jelas sedang bergembira, kemudian
pada Joyce Lempriere, si seniman berambut hitam
dengan mata hijau-cokelatnya yang aneh, kemudian
pada pria terkenal yang perlente itu, Sir Henry
Clithering. Ada dua orang lain lagi di ruangan itu, Dr.
Pender, pendeta tua dari gereja setempat, dan Mr.
Petherick, si pengacara, seorang laki-laki kecil yang
sudah keriput dengan kacamata melorot di hidung.
Miss Marple memperhatikan mereka sejenak, kemu-
dian beralih lagi pada rajutannya sambil tersenyum
simpul.
10
Miss Marple tersenyum lembut padanya, tapi tidak
menyahut.
11
”Tapi aku tidak pernah bisa bercerita dengan baik,”
kata Sir Henry merendah.
12
”Maksudku,” kata Miss Marple, mengernyitkan
dahi sedikit ketika menghitung jumlah setikan pada
rajutannya, "banyak orang yang menurut pandanganku
tidaklah baik atau buruk, hanya sangat konyol.”
di desa.”
13
”Boleh aku bicara?” tanya Dr. Pender sambil terse-
nyum. "Aku tahu, para pendeta sekarang ini cende-
rung diremehkan, tapi kami banyak mendengar ma-
cam-macam, kami tahu sisi lain karakter manusia
yang bagi dunia luar merupakan suatu rahasia.”
14
Pender. "Bukankah kita beruntung karena Sir Henry
yang terkenal ada di sini, di antara kita...”
15
nya itu dengan Miss Clark. Mr. Jones adalah salesman
keliling sebuah perusahaan yang memproduksi bahan-
bahan kimia. Wajahnya tampan, meskipun agak kasar
dan merah, berumur sekitar lima puluh. Istrinya
biasa-biasa saja, sekitar empat puluh lima. Temannya,
Miss Clark, berumur enam puluh, bertubuh gempal
dan ceria, dengan wajah bundar yang agak bodoh dan
berseri-seri. Mereka semua bisa dibilang tidak menarik
sama sekali.
16
Jones tinggal. Dia menulisi saudaranya itu dan mereka
membalasnya. Tampaknya Mr. Jones menaruh per-
hatian besar pada putri dokter di daerah itu, seorang
wanita muda dan cantik berumur tiga puluh lima ta-
hun. Skandal mulai berdengung. Polisi diberitahu.
Banyak surat kaleng dikirimkan ke Scotland Yard, se-
mua menuduh Mr. Jones telah membunuh istrinya.
Kukatakan pada kalian, kami tak pernah sedetik pun
mengira kasus itu ada apa-apanya, kecuali gunjingan
dan gosip orang-orang desa. Tapi untuk menenteram-
kan pikiran masyarakat, kami akhirnya mengeluarkan
perintah untuk menggali kuburannya. Nyatanya ini
menjadi salah satu kasus takhayul yang terkenal itu,
yang tidak berdasar, tapi akhirnya betul-betul menge-
jutkan. Dari hasil autopsi diketahui ada arsenik dalam
jumlah cukup besar untuk membunuh wanita itu.
Jadi, Scotland Yard kemudian bekerja sama dengan
pihak berwajib setempat untuk membuktikan bagai-
mana arsenik itu diberikan dan oleh siapa.”
17
ngat akrab, dua bulan sebelumnya mereka putus de-
ngan tiba-tiba, dan sejak itu tampaknya mereka tidak
pernah bertemu lagi. Dokter itu sendiri, seorang laki-
laki tua yang blakblakan, tidak pernah curiga. Dia
betul-betul tercengang dengan hasil autopsi tersebut.
Dialah yang dipanggil sekitar tengah malam untuk
memeriksa ketiga orang yang menderita sakit itu. Dia
segera sadar tentang parahnya kondisi Mrs. Jones, dan
menyuruh seseorang kembali ke rumahnya untuk
mengambil beberapa butir tablet opium untuk mengu-
rangi rasa sakit. Tapi meskipun dia sudah berusaha,
Mrs. Jones tidak tertolong. Dia sama sekali tidak cu-
riga ada sesuatu yang aneh. Dia yakin kematian wa-
nita itu disebabkan oleh sejenis keracunan makanan.
Makan malam hari itu memang terdiri atas lobster
kalengan, salad, kue donat, roti, serta keju. Sayangnya
lobster itu tidak ada sisanya—semuanya habis dima-
kan dan kalengnya sudah dibuang. Dia telah me-
nanyai si pelayan yang masih muda, Gladys Linch.
Gadis itu betul-betul shock, menangis terus dan gu-
gup, sehingga dokter itu sulit mengorek keterangan
yang jelas, tapi dia mengatakan berkali-kali bahwa
kalengnya tidak rusak sedikit pun, dan lobster itu
betul-betul segar kelihatannya.
18
kan, jadi dia pasti tak punya kesempatan untuk meng-
utak-atik makanan-makanan itu sebelumnya.”
Si pengacara mengangguk.
19
”Ada yang tidak masuk akal,” katanya. "Kenapa
polisi tidak menahannya?”
20
desak Mrs. Jones. "Kalau Tuhan memang membuatmu
gemuk, maka itu sudah takdirmu. Makanlah bubur
jagung ini. Pasti sesudahnya kau akan merasa enak.”
21
Raymond West mengangguk dan melihat jam ta-
ngan. Ketika lima menit sudah lewat, dia mendongak
dan memandang Dr. Pender.
”Joyce?”
”Mr. Petherick?”
22
"Terhadap fakta-fakta itu,” kata Mr. Petherick, ”ti-
dak ada yang bisa kukatakan. Menurutku pribadi—ka-
rena aku sudah sering menghadapi kasus-kasus seperti
ini—si suami itulah yang bersalah. Satu-satunya pen-
jelasan yang mungkin dapat mengimbangi fakta-fakta
itu adalah Miss Clark tampaknya telah sengaja ber-
bohong demi Mr. Jones, untuk alasan tertentu. Mung-
kin sebelumnya mereka sepakat untuk membagi uang
itu. Mr. Jones mungkin sadar bahwa dia pasti dicuri-
gai, dan Miss Clark, melihat masa depannya yang
suram karena pasti jadi pengangguran, mungkin se-
tuju untuk berbohong dan menceritakan tentang bu-
bur jagung itu, dengan imbalan sejumlah uang nanti-
nya secara diam-diam. Kalau memang begitu
kejadiannya, yah, ini pasti kasus yang luar biasa.”
23
membebaskan Jones ada di tangannya. Tablet-tablet
yang dikirimkannya mengandung arsenik murni.
Begitulah pendapatku.”
24
"Gadis apa?” tanya Raymond. ”Bibi sayang, apa
maksud Bibi?”
25
”Oh, tidak,” bantah Miss Marple. "Teman bayaran
itu sedang berdiet, kau ingat. Orang yang berdiet ti-
dak boleh makan kue seperti donat kalau mau diet-
nya berhasil, dan kurasa Jones mengeruk butiran-bu-
tiran gula itu dari kuenya dan menyampingkannya di
piring. Betul-betul ide cemerlang, tapi jahat sekali.”
26
kudengar ada gadis manis dalam rumah itu, aku tahu
dia pasti tidak akan tinggal diam. Memang sangat
menyedihkan dan menyakitkan, dan bukan hal yang
menyenangkan untuk dibicarakan. Aku tak bisa
menggambarkan betapa terpukulnya Mrs. Hargraves,
dan betapa orang-orang desa jadi asyik berkasak-
kusuk sendiri.”
27
BAB 2
RUMAH PEMUJAAN
ASTARTE
28
”Anda membuatku merinding, Pak Pendeta,” keluh
Sir Henry.
30
kan. Jangkung, segar, dengan kulit indah berwarna
putih gading. Matanya yang sayu berbentuk agak
mencuat, sehingga memberikan kesan oriental yang
menarik pada penampilannya. Dia juga memiliki
suara merdu bernada ringan, seperti bel.
31
digali, tempat beberapa alat dari perunggu ditemukan.
Haydon memang tertarik dengan barang-barang antik
dan peninggalan-peninggalan seperti itu. Dia bercerita
panjang lebar dengan penuh semangat. Tempat itu,
katanya, betul-betul kaya dengan peninggalan-pening-
galan prasejarah.
32
der? tanyanya padaku. "Kebencian? Atau ketidaknya-
manan?”
” Astarte?
33
”Dia memimpin jalan memasuki bangunan itu. Di
dalamnya, di atas tiang-tiang hitam yang kasar, berdiri
sebuah arca kecil yang aneh, menggambarkan seorang
wanita dengan tanduk melengkung sedang duduk di
atas seekor singa.
Bulan.
”Dewi Bulan, seru Diana. 'Oh, mari kita mem-
buat pesta liar dan gila malam ini. Memakai baju-
baju kostum. Dan kita akan datang kemari waktu te-
rang bulan, mengadakan upacara untuk menyembah
Astarte."
34
tapi sejak memasuki hutan kecil ini, aku merasakan
kesan aneh dan jahat mengancam diriku di mana-
mana.”
35
hilang. Richard Haydon menyebut dirinya pelaut
Phoenicia dan sepupunya menjadi Kepala Perampok.
Dokter Symonds menjadi koki, Lady Mannering
menjadi perawat rumah sakit, dan putrinya menjadi
budak Zaman Circassia. Aku sendiri menjadi
biarawan zaman kuno, mengenakan jubah tebal yang
membuatku agak kepanasan. Diana Ashley akhirnya
muncul juga, tapi dandanannya agak mengecewakan
kami, karena dia hanya mengenakan gaun terusan
berwarna hitam tak berbentuk.
36
kenapa, merasa tak ingin memasuki deretan pohon
gelap dan menyeramkan itu. Rasanya ada sesuatu
yang berusaha menahanku untuk tidak masuk. Aku
jadi lebih yakin daripada sebelumnya bahwa tempat
itu mengandung kejahatan. Kukira orang-orang yang
lain juga merasakan hal yang sama, tapi mereka sudah
pasti tidak mau mengakuinya. Pohon-pohon itu begi-
tu rapat tumbuhnya, sehingga sinar bulan tak dapat
menembusnya. Terdengar berbagai bunyi lembut di
sekeliling kami, berbisik dan mendesah. Suasananya
begitu seram, sehingga otomatis kami saling merapat-
kan diri.
37
”Jangan begitu, Sayang, protes Lady Mannering.
'Kau membuat kami ngeri, sungguh.
38
”Sambil menyumpah, Elliot menerjang maju.
”Dia menyelaku.
”Dia mengangguk.
40
”Lady Mannering sedang membungkuk mengamat-
amati Diana yang terpuruk di tanah.
41
"Entah kenapa, aku keberatan dengan maksudnya
itu. Aku berusaha keras menghalanginya, tapi sia-sia.
Bayangan tentang pohon-pohon itu saja sudah mem-
buatku merinding, dan aku mempunyai praduga akan
terjadi kecelakaan lain. Tapi Elliot betul-betul keras
kepala. Kupikir dia sendiri sebenarnya takut, tapi ti-
dak mau mengakuinya. Akhirnya dia pergi sambil
membawa senjata lengkap, dengan tekad untuk me-
mecahkan misteri itu.
42
Kami berangkat bersama-sama dan sekali lagi mema-
suki hutan kecil terkutuk itu. Kami memanggilnya
dua kali, tapi tidak ada sahutan. Beberapa menit ke-
mudian, kami sampai di pelataran itu, yang tampak
pucat dan menyeramkan dalam cahaya pagi. Symonds
mencengkeram lenganku dan aku berteriak tertahan.
Kemarin malam, dalam sinar bulan, kami melihat
mayat seorang laki-laki tertelungkup di rerumputan.
Sekarang, dalam cahaya pagi, pemandangan yang
sama muncul di depan mata kami. Elliot Haydon
terbaring di tempat yang sama, tempat sepupunya
jatuh kemarin.
43
tidak berhasil. Dia menggambarkan embusan angin
dingin yang mulai bertiup. Tampaknya tidak berasal
dari pohon-pohon itu, melainkan dari dalam Rumah
Pemujaan. Dia berbalik, mengintip ke dalam. Dia
melihat sosok dewi itu dan merasa matanya tidak
beres. Sosok itu tampaknya jadi membesar. Tiba-tiba
dia merasakan pukulan di keningnya yang mem-
buatnya sempoyongan, dan ketika jatuh, dia dihan-
tam rasa sakit yang menyengat di bahu kirinya.
44
pertemuan dengan roh orang mati,” kata Joyce.
”Kalian boleh bilang apa saja, tapi memang hal-hal
aneh bisa terjadi. Kurasa pasti ada unsur hipnotisnya.
Wanita itu sungguh-sungguh mengubah dirinya
menjadi Pendeta Astarte, dan kurasa entah bagaimana
dia pasti telah menikam laki-laki itu. Mungkin dia
sempat melempar belati yang dilihat Miss Mannering
di tangannya.”
45
lima orang tentang hal yang sama, semuanya akan
berbeda-beda, sampai rasanya tidak masuk akal.”
46
"Kurasa itu bisa saja terjadi,” kata Miss Marple.
”Semuanya sangat membingungkan. Tetapi hal-hal
aneh memang bisa terjadi. Di pesta kebun Lady
Sharpley tahun lalu, orang yang bertugas mengatur
jam golf terantuk salah sebuah angka: dia langsung
pingsan, dan baru sadar sekitar lima menit kemu-
dian.”
47
”Elliot Haydon,” seru Raymond. ”Menurut Bibi,
dia yang melakukannya?”
48
tubuh Sir Richard, lalu memasukkannya kembali ke
sabuk. Kemudian dia menikam diri sendiri supaya
tidak dicurigai. Dia menulis surat itu pada malam
sebelum keberangkatannya dalam sebuah ekspedisi ke
Kutub Selatan, untuk berjaga-jaga katanya, kalau dia
tidak kembali. Kurasa dia memang tidak berniat un-
tuk kembali, dan aku tahu, seperti telah dikatakan
Miss Marple tadi, kejahatannya itu sama sekali tidak
menguntungkannya. 'Selama lima tahun, tulisnya,
'aku hidup seperti di neraka. Kuharap, paling tidak,
aku bisa membayar kejahatanku dengan mati secara
terhormat.”
Semua terdiam.
49
BAB 3
BATANGAN-BATANGAN
EMAS
”Ya. Kenapa?”
50
"Tidak. Desaku bernama Polperran. Letaknya di
pantai barat Cornwall, tempat yang sangat liar dan
berbatu-batu. Aku telah dikenalkan beberapa minggu
sebelumnya, dan menurutku dia teman yang sangat
menyenangkan. Pintar, mandiri, dan punya imajinasi
romantis. Sebagai akibat dari hobinya yang terakhir,
dia menyewa Pol House. Dia mempunyai penge-
tahuan yang sangat luas tentang sejarah zaman peme-
rintahan Elizabeth, dan dia menceritakan padaku de-
ngan jelas dan terang tentang kekalahan Armada
Spanyol. Begitu bersemangatnya dia, sampai-sampai
kedengarannya dia seperti saksi langsung dari kejadian
itu. Apakah reinkarnasi itu ada, ya? Aku ingin tahu—
sungguh.”
52
Badgeworth, dan aku pernah bertemu dengannya ke-
tika sedang menulis artikel bersambung tentang kasus
lenyapnya Everson.
7»
53
tahuinya, tapi Orranto memuat batangan-batangan
emas.
54
dan dengan hati-hati Newman mengendarai mobil di
jalan-jalan sempit di desa nelayan itu. Kami mendaki
jalanan yang sangat curam dengan perlahan-lahan,
seperti siput yang merambat, kemudian lebih cepat
sedikit pada jalanan yang menurun, dan akhirnya
berbelok memasuki Pol House melalui gerbangnya
yang bertiang granit.
55
rusak mengalir dalam darah mereka. Kalau ada kapal
tenggelam di perairan sini, mereka pasti langsung
menganggapnya sebagai sumber yang sah untuk me-
nambah isi kantong mereka. Ada seseorang di sini
yang ingin kutunjukkan padamu. Dia termasuk salah
satu dari mereka yang tersisa, dan menarik."
56
dialah orang yang dimaksud Newman, yang menyebut-
nya sebagai peninggalan yang menarik.
nyum.
”Maksudku polisi itu—dan lainnya," sahut Kelvin
dengan penuh arti. 'Dan itu jangan sampai dilupa-
kan.
"Newman, menurutku ucapannya itu seperti an-
caman, kataku ketika kami mendaki bukit untuk
pulang ke rumah.
”Temanku tertawa.
57
”Aku tidak tahu, sahutku, 'tapi kurasa aku mem-
punyai firasat tidak enak.”
”Ya, mungkin.
58
pergi menghampiri jendela dan membukanya, aku
kaget setengah mati, karena hal pertama yang ku-
lihat—atau begitulah menurutku saat itu—adalah se-
orang laki-laki yang sedang menggali kuburan.
59
”Langsung saja firasatku kembali lagi. Pada dua
pagi sebelumnya, Newman agak terlambat bangun
untuk sarapan, dan kupikir dia memang bukan tipe
orang yang suka bangun pagi. Gara-gara firasat itu,
aku berlari ke kamar tidurnya. Kamar itu kosong dan
lebih-lebih lagi, ranjangnya tidak ditiduri sama sekali.
Aku memeriksa kamarnya secara kilat dan aku tahu
dua hal lain lagi. Kalau Newman memang keluar un-
tuk berjalan-jalan, dia pasti mengenakan pakaian yang
dipakainya semalam, karena pakaian itu tidak ada.
61
ditebaknya, kendaraan itu melaju di jalanan menuju
desa. Dia kaget sekali karena lori itu akhirnya berbelok
dan masuk melalui pintu gerbang rumahnya sendiri.
Di sana, setelah berbisik-bisik sebentar, orang-orang itu
menariknya turun dan melemparkannya ke sebuah
parit di tempat yang cukup dalam, sehingga akan
makan waktu lama untuk menemukannya. Kemudian
lori itu pergi lagi, dan menurut perkiraannya, mungkin
memasuki gerbang rumah lain sekitar seperempat mil
di dekat desa. Dia tidak dapat memberikan gambaran
tentang para penyerangnya, kecuali bahwa mereka
betul-betul pelaut, dan dari logatnya adalah orang-
orang Cornwall.
62
"Bagaimanapun, ada satu petunjuk dan Inspektur
Badgeworth yang mengatakannya padaku keesokan
paginya.
”Newman menggeleng.
63
mengizinkan aku menemaninya ke Three Anchors.
Garasinya terletak di jalan samping. Pintunya yang
besar tertutup, tapi dengan mendaki sebuah lorong
kecil di sisinya, kami menemukan sebuah pintu kecil
yang menuju garasi, dan pintu itu ternyata terbuka.
Pemeriksaan kilat atas ban-ban itu sudah cukup untuk
Inspektur Badgeworth. 'Demi Tuhan, kita berhasil
menangkapnya! teriaknya. 'Ini ada tanda yang jelas
sekali di ban kiri belakang. Nah, Mr. Kelvin, saya
rasa Anda takkan cukup pintar untuk mengelak kali
ini.”
64
jendela yang kerainya dibuka. Dia mengatakan mobil
lori itu tak mungkin meninggalkan garasi tanpa di-
lihatnya, dan dia berani bersumpah bahwa mobil itu
tidak pernah keluar dari garasi malam itu.”
65
nama Kelvin itu. Menurutku ini seperti kasus 'Mem-
beri nama buruk pada seekor anjing. Kelvin pernah
dipenjara. Selain jejak ban itu, yang kelihatannya
suatu kebetulan yang luar biasa, tidak ada yang bisa
memberatkannya, kecuali catatannya yang buruk.”
66
Apalagi orang itu baru kaukenal selama beberapa
minggu!”
67
mengendarai lori itu keluar dari pintu gerbang satu-
nya, menuju pantai, memenuhinya dengan emas, dan
membawanya kembali melalui pintu gerbang yang
lain, lalu mencopot ban itu lagi dan mengembalikan-
nya ke lori Mr. Kelvin. Sementara itu, kurasa, orang
lainnya mengikat Mr. Newman di parit. Memang
sangat tidak enak untuknya dan mungkin dia
ditemukan lebih lama daripada perkiraannya. Kurasa
orang yang menyebut dirinya tukang kebun itu yang
mengurus masalah tersebut.”
68
BAB 4
NODA DARAH
DI TROTOAR
69
”Nama tempat itu Rathole. Sebuah desa nelayan
yang antik di Cornwall, pemandangannya sangat in-
dah—mungkin terlalu indah. Kekentalan suasana
Cornwall-nya sangat terasa. Toko-tokonya dijaga oleh
gadis-gadis berambut pendek dan bercelemek, yang
sibuk menulis moto hiasan di kertas-kertas perkamen.
Memang terlihat cantik dan unik, tapi sangat meng-
ganggu perasaan.”
Joyce mengangguk.
71
dibedaki sampai putih sekali dan bibir merah ma-
nyala. Dalam hati aku ingin tahu—sungguh—apakah
Margery akan senang bertemu dengannya. Aku belum
sempat melihat Margery dari jarak dekat, tapi dari
kejauhan dia tampak suram, sangat kaku, dan kuno.
72
sana, kemudian menyantap lidah kalengan dan dua
butir tomat untuk makan siang. Aku kembali sore
harinya dengan semangat dan keyakinan tinggi untuk
meneruskan sketsaku.
73
”Rathole, katanya, 'adalah tempat yang sangat me-
narik.
74
apa yang dilihat oleh mataku—tetesan-tetesan darah
di atas trotoar putih itu.
75
»y
76
menakutkan. Pada saat aku berdiri, aku mendengar
suara nelayan itu lagi.
”Aku mengangguk.
”Dia berhenti.
”Ya? kataku.
77
”Tak lama kemudian, aku mendengar derum mobil-
nya. Aku ingin tahu apakah dia juga pergi ke Pen-
rithar tapi ternyata dia mengambil jalan di sebelah
kiri, yang merupakan arah berlawanan. Aku memper-
hatikan mobilnya mendaki bukit dan menghilang,
dan entah kenapa dadaku terasa lebih lapang. Rathole
tampaknya jadi sepi dan tenteram seperti semula.”
78
terjadi sebelum dia meninggal, jadi kesimpulannya dia
pasti telah mencebur ke laut dan kepalanya memben-
tur batu. Sejauh yang bisa kutaksir, kematiannya ter-
jadi tepat dua puluh empat jam setelah aku melihat
noda-noda darah itu.”
79
Joyce kemudian memandang ingin tahu pada Miss
Marple, yang balas tersenyum ke arahnya.
Joyce menatapnya.
80
aneh, seperti kalau kita merasa suatu peristiwa pernah
terjadi sebelumnya. Ada dua orang, laki-laki dan wa-
nita, berjalan di trotoar di depanku, dan mereka se-
dang menyapa orang ketiga, seorang wanita yang me-
ngenakan gaun lebar berwarna merah tua. "Carol,
astaga, menyenangkan sekali! Bayangkan bisa bertemu
denganmu lagi setelah bertahun-tahun. Kau kenal istri-
ku? Joan, ini teman lamaku, Miss Harding.
81
mengunjungi suatu tempat yang tenang di tepi pantai
dengan istri barunya, kemudian Carol akan muncul
dan mereka akan pergi berenang bersama-sama. Lalu
si istri akan dibunuh dan Carol akan mengenakan
baju wanita itu, dan kembali dengan naik perahu mo-
tor bersama suaminya. Kemudian mereka akan me-
ninggalkan tempat itu, di mana pun letaknya, setelah
pura-pura menanyakan tentang Carol, dan ketika me-
reka sudah berada di luar kota, Carol akan buru-buru
mengenakan bajunya sendiri yang mencolok mata,
meriasi wajahnya dengan riasan tebal, kembali lagi
untuk mengambil mobilnya dan pergi. Mereka akan
menyelidiki ke arah mana air laut mengalir, dan ke-
matian pura-pura itu akan terjadi pada tempat bere-
nang berikutnya di sepanjang pesisir itu. Carol akan
memainkan peranan si istri dan pergi ke suatu tempat
sunyi di pantai, meninggalkan baju istri tersebut di
atas batu, mengenakan bajunya sendiri yang norak,
dan pergi menunggu suaminya untuk bergabung de-
ngannya.
82
cerdik. Menurutku aneh sekali tak seorang pun mem-
perhatikan adanya perubahan identitas itu. Kurasa,
seperti kata Miss Marple, baju lebih gampang dikenali
ketimbang wajah: tapi perbuatan mereka betul-betul
pintar, karena meskipun kami mencurigai Davis, tidak
gampang membuktikan kejahatannya, karena tampak-
nya dia selalu mempunyai alibi yang kuat.”
Dia menggeleng-geleng.
83
BAB 5
MOTIF VS KESEMPATAN
lik kacamata.
"Tidak, tidak, Nona manis. Kau tidak perlu kha-
84
watir. Cerita yang akan kukisahkan ini betul-betul
sederhana dan terbuka, sehingga bisa dipahami oleh
orang awam.”
85
ponakannya, orang tua itu tak pernah mencintai dan
menyayangi mereka seperti terhadap cucu kecilnya
dulu. Dia mencarikan pekerjaan untuk George Clode
di sebuah bank di dekat sana. Grace menikah dengan
seorang ahli kimia yang pintar, bernama Philip
Garrod. Mary, yang pendiam dan agak tertutup, tetap
tinggal di rumah dan merawat pamannya. Kukira dia
menyayangi pamannya itu dengan caranya sendiri
yang tenang. Jadi, segalanya tampak lancar dan beres-
beres saja. Selain itu, setelah kematian Christobel ke-
cil, Simon Clode datang ke kantorku dan menyuruh-
ku membuat surat wasiat baru. Berdasarkan surat
wasiat itu, kekayaannya, yang jumlahnya sangat besar,
akan dibagi sama rata di antara keponakannya, ma-
sing-masing mendapat sepertiga bagian.
86
rumah mereka dan mengadakan banyak ritual pemang-
gilan arwah, di mana roh Christobel menampakkan
diri pada kakeknya tersayang.
87
Spragg ada di sana sebagai tamu terhormat dan akrab.
Begitu melihatnya, segala bayangan burukku menjadi
kenyataan. Wanita itu gemuk dan sudah setengah
baya, mengenakan baju yang norak dan senang meng-
ucapkan kata-kata seperti, "Saudara kita yang telah
meninggal dunia dan yang sejenisnya.
88
yang kesaksiannya tak mungkin bisa kuragukan, dan
aku akan mendukung cenayang mana pun yang
mereka rekomendasikan dengan penuh rasa hormat
dan keyakinan. Kurasa Mrs. Spragg ini juga punya
rekomendasi yang bagus?
89
adalah Profesor Longman yang terkenal. Longman
sangat cerdas. Berkat dialah spiritualisme menjadi to-
pik yang terhormat. Selain cerdas, dia juga sangat
menjunjung kejujuran dan ketulusan.
90
luarganya. Wanita itu jauh lebih berarti baginya
ketimbang siapa pun di dunia ini.
91
”Aku tidak menyukainya, tapi begitulah kemauan-
nya. Aku tak bisa mengatakan surat wasiat itu dibuat
dalam kondisi pikiran yang kacau, karena orang tua
itu betul-betul waras.
92
Perlu kalian ketahui, surat wasiat itu ditulis pada se-
lembar kertas putih biasa.
93
”Mary Clode keluar dari ruang duduk dan me-
nemuiku di gang.
94
”Aku mengambil mantelku dan memakainya. Wak-
tu itu aku baru sadar bahwa amplop berisi surat wa-
siat telah terjatuh dari sakuku dan tergeletak di lantai.
Aku memasukkannya kembali ke saku, mengucapkan
selamat tinggal, dan pulang.
95
surat wasiat itu di meja. Aku mengambilnya,
mengelem amplopnya, menulisinya, dan menyimpan-
nya di lemari besi.
96
menemukan amplop itu di lantai, bukan di sakuku,
tampaknya menunjukkan bahwa dia memang
melakukannya. Tapi ada hal yang janggal: dia punya
kesempatan untuk menukar isi amplop itu dengan ker-
tas kosong, tapi motifnya tidak ada. Surat wasiat itu
justru menguntungkannya, dan dengan menukarnya
dengan selembar kertas kosong, dia malah mencoret
dirinya dari warisan yang diincarnya selama ini. Hal
yang sama berlaku untuk Mr. Spragg. Dia juga punya
kesempatan. Dia ditinggal sendirian bersama dokumen
itu selama dua atau tiga menit di kantorku. Tapi se-
kali lagi, itu justru tidak menguntungkannya. Jadi,
kita dihadapkan pada masalah aneh ini: dua orang
punya kesempatan untuk menukar kertas kosong itu,
tapi tidak punya motif untuk melakukannya, semen-
tara dua orang yang punya motif tidak punya kesem-
patan. Oh ya, aku tidak akan membebaskan pelayan
itu, Emma Gaunt, dari kecurigaan. Dia sangat setia
pada tuan dan nona-nona mudanya, dan membenci
pasangan Spragg. Aku yakin dia pasti bersedia me-
nukar surat wasiat itu kalau dia sempat memikirkan-
nya. Tapi meskipun dia pernah memegang amplop itu
ketika memungutnya dari lantai dan memberikannya
padaku, dia jelas-jelas tak punya kesempatan untuk
mengutak-atik isinya dan tak mungkin menukar am-
plop itu dengan amplop lain dengan gerakan tangan
yang cepat (ini sudah jelas tak mungkin), karena aku
sendiri yang membawa amplop tersebut ke rumah itu,
dan rasanya tak seorang pun bisa mempunyai duplikat-
nya.
97
Dia memandang sekeliling lagi dengan wajah
berseri-seri.
98
pengacara! Ah, kau juga nakal, temanku yang baik!”
Dia menggeleng-gelengkan kepala ke arah Mr.
Petherick.
99
nya kertas itu dikeluarkan dan ditukar dengan kertas
lain oleh George Clode sementara dia membawa man-
tel itu ke ujung ruangan.”
100
sehingga dia tidak sempat membaca dokumen itu dan
buru-buru menghancurkannya di perapian, untuk ber-
jaga-jaga kalau si pengacara merasa kehilangan.”
101
Pengacara itu menggeleng.
102
biasa. Hanya itu yang harus dilakukannya. Temanku
tidak memberi informasi lain padanya. Pelayan itu
memang setia dan dia melaksanakan segala perintah
temanku dengan patuh.
103
BAB 6
CAP JEMPOL
SANTO PETRUS
104
nusia kurang lebih sama di mana-mana, dan tentu
saja, kita akan lebih gampang mengamati sifat-sifat
itu dari jarak dekat di desa.”
105
”Kejadiannya berlangsung sekitar sepuluh atau lima
belas tahun yang lalu, dan untungnya semua sudah
lewat dan beres, dan semua orang telah melupakannya.
Daya ingat manusia memang singkat sekali—untung
saja, begitulah selalu pendapatku.”
106
tahun menikah, Mr. Denman tiba-tiba meninggal.
Mereka tidak punya anak, dan dia mewariskan semua
uangnya pada Mabel. Tentu saja aku menulisinya dan
menawarkan untuk datang ke rumahnya bila dia
menghendaki, tapi dia membalas suratku dengan nada
yang sangat biasa, dan kusimpulkan dia tidak terlalu
tenggelam dalam kedukaan. Kupikir itu wajar-wajar
saja, karena aku tahu hubungan mereka sudah tidak
harmonis selama beberapa waktu. Tapi ternyata tiga
bulan kemudian aku menerima surat yang betul-betul
histeris dari Mabel, memohon padaku untuk segera
datang ke rumahnya, mengatakan bahwa keadaan jadi
semakin buruk dan dia sudah tidak tahan lagi.
107
lama ini selalu disebut-sebutnya dalam surat. Dia
bilang dia nyaris tidak pernah bertemu dengan
mereka sekarang, dan ini membuatku heran. Teman-
teman lain yang kusebutkan juga mendapat
tanggapan sama. Aku lalu menasihatinya agar tidak
mengurung diri dan merajuk terus, terutama tentang
sikap konyolnya yang tidak mau berteman lagi. Dia
langsung meledak dan menumpahkan kebenarannya.
108
”Aku mengerti itu,” kataku. 'Sudah jelas ada cerita
yang beredar mengenai dirimu. Tapi cerita apa itu,
kau pasti tahu. Dan kau harus menceritakannya pada-
ku.
109
Mabel, kau harus menceritakan, apa yang membuat
orang-orang itu mulai berkasak-kusuk. Pasti ada se-
suatu.”
110
»y
111
»»
kannya padaku kemarin dulu. Menurutku, dia itu
dokter tua yang sudah pikun. Pengalaman hidupku
yang banyak telah mengajarkanku tentang kecero-
bohan para dokter. Beberapa dari mereka memang
pintar, tapi beberapa tidak, malah sering kali yang
terbaik dari mereka pun tidak tahu apa yang tidak
beres dengan diri kita. Aku sendiri tidak terlalu me-
mercayai dokter-dokter dan obat-obat mereka.
112
Dokter itu tampaknya benar-benar puas dengan serti-
fikat yang diberikannya. Tapi apakah itu gara-gara
keras kepala atau gara-gara keyakinannya, aku tidak
tahu.
113
aku dan koki menungguinya, tapi setelah beberapa
saat, aku tidak tahan lagi. Betul-betul seram. Aku ber-
lari kembali ke kamarku dan mengunci pintunya.
”Dorothy mengangguk.
114
”Kurasa dia mengalami halusinasi” kataku ragu,
tapi itu bukan gejala keracunan makanan basi, bu-
kan?
”Dia menggeleng.
” Lemah?
115
kan, tidak seperti yang diharapkan. Memang tidak
ada bekas-bekas arsenik—itu berita yang baik—tapi
kata-kata sesungguhnya dalam laporan itu berbunyi
begini: tidak ada petunjuk apa pun yang bisa menun-
jukkan dengan cara bagaimana korban mengalami ke-
matian.
116
”Ini kedengarannya agak tidak masuk akal, tapi
cuma itu yang bisa kupikirkan. Dan aku sudah nyaris
putus asa, sungguh. Nah, aku berani taruhan anak-
anak muda zaman sekarang pasti akan tertawa, tapi
kalau aku betul-betul mengalami kesulitan, aku selalu
mengucapkan doa singkat dalam hati—di mana pun
aku berada, ketika sedang di jalanan atau di pasar.
Dan aku selalu mendapat jawaban. Mungkin hanya
sesuatu yang kurang berarti, dan tampaknya tidak
berkaitan dengan kesulitanku, tapi jawaban itu selalu
muncul. Dulu, waktu aku masih kecil, di atas tempat
tidurku tergantung tulisan ini: Mintalah, maka kepada-
mu akan diberikan. Pada pagi hari yang kuceritakan
itu, aku sedang berjalan di High Street dan aku ber-
doa dengan sungguh-sungguh. Aku memejamkan
mata dan ketika kubuka, menurut kalian benda apa
yang pertama kali kulihat?”
117
Tuhan bekerja di mana-mana. Hal pertama yang ku-
lihat adalah bintik-bintik hitam itu—cap jempol
Santo Petrus. Kalian tahu legendanya, bukan? Jempol
Santo Petrus. Dan itu yang membuatku mengerti.
Aku butuh iman, iman yang kokoh dan tak tergoyah-
kan, seperti Santo Petrus. Aku menggabungkan kedua
hal itu, iman dan ikan.”
118
mengulangi suatu pembicaraan, biasanya kita tidak
mengulanginya dengan kata-kata yang sama, kita
menggunakan kata-kata lain yang menurut kita mem-
punyai makna yang sama persis.
119
tidak tahu apa-apa tentang obat-obatan-yang menurut-
ku adalah benda-benda busuk dan berbahaya. Aku
punya resep kuno dari nenekku untuk membuat teh
kembang yang jauh lebih manjur dari segala jenis
obat itu. Tapi aku tahu ada beberapa jilid buku
kedokteran di rumah itu, dan pada salah satunya ada
indeks tentang obat-obatan. Kalian lihat, ideku adalah
Geoffrey telah menelan sejenis racun tertentu, dan dia
berusaha menyebutkan namanya.
4 Tumpukan karper dalam bahasa Inggris adalah pile af carp, yang bila
120
efeknya pada mata, dan hal-hal lain yang rasanya ti-
dak cocok dengan kasus yang telah terjadi itu, tapi
akhirnya aku menemukan kalimat yang betul-betul
penting: Pernah dicoba dengan sukses sebagai penawar
racun atropin.
121
lebih pintar daripada Geoffrey, Dia berniat meng-
usirku, bukan? Menaruhku di Rumah Sakit Jiwa? Aku
mendengar mereka membicarakannya. Mabel anak
yang baik—Mabel membelaku, tapi aku tahu dia tak
mungkin bisa menentang Geoffrey, Akhirnya
Geoffrey-lah yang akan menang: dia selalu begitu.
Tapi aku membereskannya—aku membereskan
anakku yang tercinta dan tersayang itu! Ha ha! Aku
turun pelan-pelan waktu malam. Betul-betul gam-
pang. Brewster tidak ada di rumah. Anakku sedang
tidur: ada segelas air di samping tempat tidurnya, dia
selalu bangun pada tengah malam dan meminumnya.
Aku membuang isi gelasnya—ha ha!—dan
kumasukkan isi botol obat itu. Dia akan bangun dan
menelannya sebelum sadar apa isinya. Memang cuma
satu sendok teh—tapi cukup, cukup fatal. Dan dia
meminumnya! Orang-orang memberitahuku keesokan
harinya dengan pelan-pelan. Mereka takut aku jadi
sedih. Ha! Ha! Ha! Ha! Ha?
123
BAB 7
BUNGA GERANIUM
BIRU
124
Mrs. Bantry tampak kaget. Pertanyaan itu sama
sekali tak terduga.
"Anda heran?”
"Dan?”
” Apa?”
125
tua yang baik itu nyaris tidak pernah keluar dari St.
Mary Mead.”
"Atau apa?”
126
karena ruang makan itu, seperti kebanyakan ruang
makan di Inggris, betul-betul dingin) dan memusatkan
pandang pada seorang wanita tua yang duduk tegak
di sebelah kanan suaminya. Miss Marple mengenakan
sarung tangan renda berwarna hitam, sehelai syal
renda kuno membungkus bahunya, dan sehelai renda
lainnya menutupi rambutnya yang putih. Dia sedang
asyik mengobrol dengan dokter tua itu, dr. Lloyd,
mengenai Rumah Penampungan dan ramalan tentang
bakal berkurangnya tenaga perawat.
127
”Sir Henry juga ingin mendengarnya. Aku bercerita
padanya tadi pagi. Pasti menarik untuk mendengar
pendapat orang lain mengenainya.”
128
tidak keberatan. Kalau istrinya merasa senang, itu ba-
gus. Tapi dia menolak ikut-ikutan dalam kegemaran
tersebur, dan itu menimbulkan masalah lain.”
”Sudah banyak perawat rumah sakit yang keluar
masuk rumah itu. Mrs. Pritchard biasanya tidak puas
dengan mereka setelah beberapa minggu. Tapi ada
seorang perawat muda yang juga tertarik sekali de-
ngan bidang ramal-meramal, dan selama beberapa
waktu Mrs. Pritchard menyukainya. Tapi tiba-tiba dia
bertengkar dengan perawat itu dan menyuruhnya
pergi. Kemudian dia punya perawat lain yang dulu
pernah bekerja untuknya—seorang wanita yang lebih
tua, berpengalaman, dan tegas dalam menangani pa-
sien-pasien neurotik. Suster Copling, menurut George,
adalah perawat yang sangat terampil—juga enak di-
ajak bicara. Dia menanggapi segala kecerewetan dan
kekonyolan Mrs. Pritchard dengan sikap tak peduli.
”Mrs. Pritchard selalu makan siang di loteng, dan
seperti biasa, pada saat makan siang itulah George
dan si perawat mengatur jadwal untuk sore harinya.
Sebenarnya si perawat bisa istirahat dan pergi sebentar
dari jam dua sampai jam empat, tapi untuk 'meng-
abd?, begitulah istilahnya, dia kadang-kadang baru
pergi setelah minum teh, yaitu kalau George ingin
bebas pada sore harinya. Suatu hari, pada kesempatan
seperti itu, Suster Copling berkata ingin mengunjungi
saudaranya di Golders Green dan mungkin akan se-
dikit terlambat saat kembali. Wajah George langsung
murung, karena dia sebenarnya berniat untuk main
golf. Tapi Suster Copling segera menenangkannya.
”Yah, kita berdua tak perlu membatalkan acara, Mr.
129
Pritchard' Dia mengedipkan mata. 'Mrs. Pritchard
akan ditemani oleh seseorang yang lebih menarik dari-
pada kita.
"Siapa dia?
130
perasaan—tapi aku yakin kaulah yang paling bebal di
antara semuanya.
131
jangan pernah ada. Bunga biru fatal bagi Anda—ingat
itu.
”Dan kau tahu, lanjut Mrs. Pritchard, 'aku sering
berkata padamu bahwa warna biru membuatku muak.
Aku punya perasaan alami yang peka terhadap hal-hal
begitu.
“Bacalah, katanya.
132
"George membacanya. Surat itu sangat harum bau-
nya, tulisannya besar-besar, dengan tinta hitam.
Ya?”
”Lalu?
133
”Lalu saya tidak menyukainya, Mr. Pritchard, itu
saja."
134
sekali suatu pagi. Seluruh penghuni rumah berlari-lari
menghampirinya—mereka mengira dia sangat kesa-
kitan: ternyata tidak. Dia betul-betul tegang dan me-
nunjuk pada wallpaper itu, dan di sana sungguh-sung-
guh ada sekuntum mawar biru di antara bunga-bunga
lainnya...”
135
belum terbiasa dengan hal-hal seperti itu. Jean ter-
senyum agak aneh dan berkata, 'Anda tidak suka aku
berkata begitu—tapi itu benar. Apa gunanya Mrs.
Pritchard hidup? Tidak ada sama sekali: tapi dia mem-
buat hidup George Pritchard seperti di neraka. Kalau
dia mati ketakutan, berarti George terbebas darinya."
Aku berkata, "Tapi George selalu bersikap baik terha-
dap istrinya” Dan Jean menyahut, 'Ya, dia pantas
mendapat simpati, kasihan. Dia laki-laki yang sangat
menarik. Perawat yang terakhir itu juga berpendapat
begitu—yang cantik itu—siapa namanya? Carstairs.
Itu sebabnya dia bertengkar dengan Mrs. DP”
136
”Aku mendengar kelanjutan cerita itu dari George
sendiri,” lanjut sang kolonel. "Tidak diragukan lagi,
Mrs. Pritchard jadi benar-benar tertekan pada akhir
bulan berikutnya. Dia menandai pada kalender, hari
akan terjadinya bulan purnama, dan pada malam itu
dia menyuruh perawat dan George masuk ke ka-
marnya, dan memaksa mereka mengamati wallpaper
itu dengan cermat. Ada hollyhock merah muda dan
merah tua, tapi tidak ada yang biru. Kemudian, ke-
tika George keluar dari kamar itu, Mrs. Pritchard
mengunci pintunya...”
shock.”
”Omong kosong, kata George. Sejak dulu George
memang agak keras kepala. Kita tak bisa mengubah
pendapatnya. Kurasa dia punya kecurigaan istrinya
sendirilah yang menciptakan perubahan warna itu,
dan itu cuma salah satu dari sekian banyak rencana-
nya yang gila dan histeris.
138
menolak. Kurasa dia malah menikmati semuanya.
Begitulah kata George.”
"Gas itu.”
139
apian terputar sedikit: tapi sedikit sekali, jadi tidak
berarti.”
140
wanita malang itu belum sebulan dalam kuburnya
ketika izin untuk menggali kembali jenazahnya di-
kabulkan.”
api.
Dia menggeleng.
141
”Kita... yah, kita memang mengharapkan hal itu...
tapi sekarang sudah delapan belas bulan. Kurasa me-
reka juga jarang bertemu.”
142
aku tidak akan begitu saja memercayakan segalanya
pada rasa takut. Aku tahu kita sering membaca hal-
hal seperti itu, tapi rasanya cara itu sangat tidak me-
yakinkan, dan orang-orang yang sangat penggugup
biasanya justru lebih berani daripada yang kita kira.
Aku akan memakai cara yang lebih pasti dan jelas,
dan akan kurencanakan segalanya dengan baik se-
kali.”
143
”Ayolah, Miss Marple,” katanya dengan nada mem-
bujuk. "Anda kok melamun saja. Bagaimana pendapat
Anda?”
144
Kepala Perawat. Bagaimanapun, mereka kan juga ma-
nusia. Bayangkan, mereka harus selalu bersikap sopan,
mengenakan seragam dengan kerah kaku, dan harus
mengabdi pada keluarga yang dirawatnya—yah, bisa-
kah kalian membayangkan kalau kadang-kadang se-
suatu bisa juga menimpa mereka?”
”Surat apa?”
145
Marple, ”karena Mrs. Pritchard mungkin saja menge-
nalinya, meskipun dia sudah menyamar—tapi kalau-
pun itu terjadi, perawat itu bisa saja berdalih dia
cuma hendak membuat lelucon.”
146
botol itu lain sama sekali: tapi itu tidak jadi masalah,
bukan?”
147
curigai dan menjaga jarak—padahal hidup ini pendek
sekali.”
Dia menggeleng.
148
BAB 8
TEMAN PENDAMPING
149
buru-buru memutar otak, supaya jangan sampai me-
ngecewakan makhluk cantik yang telah memintanya
dengan penuh harap ini.
kat.”
150
”Tapi Anda kan tidak terus-terusan tinggal di sini,”
kata Jane Helier, masih berharap pada dokter itu.
”Anda pernah mengunjungi berbagai tempat aneh di
seluruh dunia—tempat-tempat di mana bisa terjadi
macam-macam hal.”
151
praktik di Las Palmas, ibu kota Grand Canary. Boleh
dikatakan aku sangat menikmati kehidupanku di sana.
Iklimnya selalu lembut dan hangat, bagus untuk bere-
nang (aku suka sekali berenang), selain itu, aku ter-
tarik dengan kehidupan di daerah pelabuhannya. Ka-
pal-kapal dari seluruh dunia singgah di Las Palmas.
Aku suka sekali menyusuri dermaga setiap pagi: me-
lebihi para wanita yang suka berjalan di sepanjang
deretan toko topi.
152
mah gemulai, seperti seekor macan kumbang yang
setengah jinak. Ada kesan berbahaya pada dirinya.
Begitulah yang kukatakan pada temanku, dan dia se-
tuju.
153
rut taksiranku, sekitar empat puluh. Yang satu pucat
dan agak sedikit—tapi cuma sedikit —kegemukan, se-
dang yang satunya agak gelap parasnya dan sedikit—
sekali lagi cuma sedikit—kurus. Mereka tampak kuno,
pendiam, dengan dandanan biasa-biasa saja, serta wa-
jah bebas dari make-up apa pun. Pembawaan mereka
berkesan tenang, yang merupakan ciri khas wanita
Inggris dari keluarga baik-baik. Tidak ada yang luar
biasa pada diri mereka. Pada dasarnya, banyak wanita
yang seperti mereka. Tidak diragukan lagi, mereka
hanya akan melihat apa yang mereka inginkan, de-
ngan bantuan buku panduan Baedeker, dan tidak pe-
duli terhadap lain-lainnya. Mereka hanya akan meng-
gunakan perpustakaan Inggris dan menghadiri gereja
Inggris saja di setiap tempat yang mereka kunjungi:
ada kemungkinan salah satu dari mereka, atau kedua-
duanya, bisa menggambar sedikit. Dan seperti kata
temanku, tidak ada sesuatu pun yang luar biasa atau
menegangkan akan menimpa mereka berdua, meski
mereka mungkin telah berkelana ke hampir separuh
belahan dunia. Setelah memandang mereka, aku me-
lihat lagi wanita Spanyol yang ramping itu dengan
matanya yang setengah terpejam, dan aku terse-
nyum.”
154
dia betul-betul hebat. Padahal umurnya sudah lima
puluh tahun. Omong-omong, aku tahu dia sebenar-
nya sudah hampir enam puluh.
"Oh ya?”
155
”Ya?” kata Mrs. Bantry memberi semangat.
156
menyeretnya kembali, tapi tenaganya tidak kuat dan
dia sendiri nyaris tenggelam seandainya tidak ada se-
orang laki-laki yang kebetulan sedang berperahu dan
mengajak seorang penyelamat untuk menolongnya—
tapi wanita satunya sudah tidak tertolong.
157
”Amy yang malang, katanya. 'Amy, oh, Amy. Dia
begitu ingin berenang di sini. Padahal dia jago re-
nang. Saya tidak mengerti. Kenapa dia bisa meng-
alami kejadian seperti ini, dokter?
158
semenjak kurang lebih lima bulan yang lalu. Mereka
cocok satu sama lain, tapi Miss Durrant tidak terlalu
banyak bercerita tentang latar belakang keluarganya.
Dia sudah yatim piatu semenjak masih kecil sekali
dan dibesarkan oleh pamannya, dan sudah menghi-
dupi diri sendiri semenjak berumur dua puluh satu
tahun.
159
membuat pingsan temannya, karena dia sadar bahwa
kepanikan temannya itu malah bisa menenggelamkan
mereka berdua. Tapi menurut cerita wanita Spanyol
itu, kelihatannya seperti... yah, Miss Barton sengaja
menenggelamkan teman bayarannya.
160
si, dan penyendiri, dalam posisi seperti itu. Ada sepa-
sang foto di antara barang-barang miliknya di Las
Palmas—agak tua dan buram, serta sudah dipotong
agar pas dengan piguranya, jadi tidak ada nama foto-
grafer di baliknya. Lalu ada sebuah foto hitam putih
yang mungkin dulu milik ibunya, atau lebih mungkin
milik neneknya.
161
pun. Kupikir itu pasti gara-gara kekagetan yang di-
alaminya akibat tragedi yang menimpa temannya.
Tapi sesudah itu aku sadar bahwa mereka berdua ti-
daklah seerat itu. Tidak ada hubungan akrab antara
mereka berdua, tidak ada kedukaan mendalam. Miss
Barton memang menyukai Amy Durrant dan kaget
karena kematiannya—itu saja.
162
”Kalau dipandang dari segi itu, seluruh kejadian
tersebut rasanya tampak lebih kejam, dan kepribadian
Amy Durrant jadi lebih misterius. Siapakah Amy
Durrant itu? Kenapa dia, seorang teman bayaran yang
tidak ada artinya, dibunuh oleh majikannya? Cerita
apa yang melatarbelakangi peristiwa berenang itu? Dia
baru beberapa bulan bekerja untuk Mary Barton.
Mary Barton mengajaknya ke luar negeri, dan tepat
keesokan harinya setelah mereka mendarat, tragedi itu
terjadi. Padahal mereka adalah dua wanita Inggris
yang biasa-biasa saja, ramah, dan berpendidikan baik!
Seluruh kejadian itu memang fantastis, pikirku. Aku
pasti telah membiarkan pikiranku melantur.”
163
hingga mencurigai seorang wanita Inggris yang menye-
nangkan sebagai pembunuh licik dan berdarah dingin?
Aku berusaha bersikap seramah mungkin terhadapnya
selama kunjungannya yang singkat di pulau. Aku me-
nolongnya sedapat mungkin sebagai teman sebangsa
yang sama-sama berada di negeri asing, tapi entah
kenapa, aku yakin dia tahu aku mencurigainya dan
tidak menyukainya.”
164
adil padanya,” lanjut dr. Lloyd. "Nyatanya dia me-
mang mengatakan sesuatu padaku sebelum berangkat.
Ucapannya itu malah membuka jalan ke arah yang
sama sekali berbeda. Kurasa hati nalurinya mulai ter-
usik pelan-pelan—dan dia mulai menyesal atas per-
buatannya yang keji.
kali.
165
”Kemudian dengan nada berbeda dia bertanya pada-
ku apakah aku bisa memberinya pil tidur. Dia tidak
bisa tidur nyenyak sejak—dia ragu-ragu—sejak meng-
alami shock hebat itu.
”Kedua-duanya.
166
nita yang penuh perasaan—dia bukan pendosa yang
lemah, tapi seorang wanita dengan naluri peka yang
akan dengan teguh menjaga prinsipnya, dan tidak
akan luluh sepanjang dia meyakini kebenaran prinsip-
nya itu. Aku membayangkan bahwa dalam percakapan
kami yang terakhir itu, dia mulai meragukan naluri-
nya sendiri. Aku tahu dari kata-katanya bahwa dalam
hati dia sebenarnya mulai agak... agak menyesal.
167
tidak memperbolehkannya. Hanya ada satu cara
yang bisa kutempuh untuk meminta maaf—mene-
busnya dengan nyawaku, itu berarti kehidupanku
harus berakhir dengan cara yang sama seperti ke-
hidupannya. Aku juga harus tenggelam di laut da-
lam. Dulu aku mengira telah menegakkan keadilan.
Aku mengerti sekarang, aku salah. Kalau aku me-
mang menghendaki pengampunan dari Amy, maka
aku harus mendatanginya. Jangan ada yang disalah-
kan karena kematianku—Mary Barton.
168
Semua orang terdiam cukup lama, kemudian Jane
Helier menarik napas dengan keras.
169
membunuh teman bayarannya yang miskin? Aku
tahu. Miss Barton punya adik laki-laki yang bunuh
diri gara-gara mencintai Amy Durrant. Miss Barton
menunggu saat yang tepat. Amy jatuh miskin. Miss
B. menyewanya sebagai teman dan mengajaknya pergi
ke Canary, lalu membalaskan dendamnya. Bagai-
mana?”
170
”Kukira aku harus mengemukakan penjelasanku
dengan lebih jelas,” kata Sir Henry, "meskipun harus
kuakui, ini juga cuma tebakan. Menurutku, Miss
Barton dari dulu memang agak tidak seimbang jiwa-
nya. Banyak kasus seperti itu, jauh dari sangkaan kita.
Ketidakwarasannya itu semakin kuat dan dia mulai
percaya bahwa tugasnya di dunia ini adalah sebagai
pembasmi orang-orang tertentu—terutama para wa-
nita yang kurang beruntung. Tidak banyak yang di-
ketahui orang tentang masa lalu Miss Durrant. Jadi,
masuk akal saja kalau dia memang punya masa lalu—
tapi yang 'tidak beruntung. Miss Barton mengetahui-
nya dan memutuskan untuk membasminya. Sesudah
itu, nalurinya mulai terusik dan dia menjadi terbebani
oleh dosanya. Akhir hayatnya menunjukkan betapa
dia sungguh-sungguh tidak waras. Nah, apakah Anda
setuju denganku, Miss Marple?”
171
”Anda selalu menyindirku, Sir Henry,” kata Miss
Marple agak tersinggung. "Harus kuakui, kejadian itu
memang mengingatkanku sedikit pada Mrs. Trout
tua. Dia menerima uang pensiun hari tua yang men-
jadi hak tiga wanita tua yang sudah meninggal, di
gereja yang berbeda-beda.”
172
Mrs. Bantry baru saja memulainya. Mengapa majikan
yang kaya harus membunuh teman bayarannya yang
miskin? Lebih cocok kalau yang terjadi adalah sebalik-
nya. Maksudku... begitulah biasanya.”
173
”Tidak ada mayat,” kata Miss Marple dengan tegas.
”Kenyataan itu begitu jelas, kalau saja tidak ada ba-
nyak embel-embel palsu yang melencengkan perhatian
orang-orang—termasuk gagasan permainan kotor dan
kedukaan palsu itu. Tidak ada mayat. Irulah fakta
yang nyata dan penting.”
174
dan dia melakukan suatu tindakan yang berani—men-
ceritakan segala-galanya padaku. Wanita yang aneh,
betul-betul tidak bermoral, kurasa. Dia anak sulung
dari sembilan bersaudara, semuanya miskin. Mereka
pernah meminta tolong pada sepupu mereka yang
kaya di Inggris, tapi ditolak, gara-gara Miss Barton
pernah bertengkar dengan ayah mereka. Mereka sa-
ngat membutuhkan uang, karena ketiga anak yang
terkecil sedang sakit dan membutuhkan perawatan
medis yang mahal. Karena itu, Amy Barton memutus-
kan untuk menjalankan rencananya, yaitu melakukan
pembunuhan keji. Dia berangkat ke Inggris, mula-
mula bekerja sebagai perawat anak-anak, dan akhirnya
berhasil memperoleh pekerjaan sebagai teman bayaran
Miss Barton, sambil menyebut dirinya Amy Durrant.
Dia menyewa sebuah kamar dan menaruh beberapa
perabot di dalamnya, supaya terkesan punya kepriba-
dian. Rencana pembunuhan dengan menenggelamkan
itu merupakan gagasan yang tiba-tiba muncul di be-
naknya. Dia memang sedang menunggu-nunggu ke-
sempatan untuk melakukannya. Kemudian dia me-
mainkan babak terakhir drama itu dan kembali ke
Australia. Setelah itu, pada waktunya dia dan adik-
adiknya mewarisi harta Miss Barton sebagai sanak
saudaranya yang terdekat.”
175
kejahatan yang kedua betul-betul membebaskannya.
Ya, kejahatan itu nyaris sempurna.”
176
”Oh!” kata Jane. "Di desa. Tapi di desa kan tidak
pernah terjadi apa-apa?” Dia mendesah. "Aku yakin
kalau aku tinggal di desa, aku akan jadi bodoh se-
kali.”
177
BAB 9
EMPAT TERSANGKA
178
”Rupanya Anda sudah terpengaruh oleh berita-be-
rita utama di koran-koran, Mrs. Bantry, SCOTLAND
YARD GAGAL LAGI. Lalu disertai dengan daftar
kasus-kasus yang belum terpecahkan.”
”Siapa bilang?”
179
bayangkan apa yang akan mereka lakukan kalau
mereka tidak memiliki prinsip-prinsip yang kuat.”
”Begitukah?”
180
”Aku mengerti,” kata Miss Marple. "Ketika Mrs.
Trent kehilangan uang setengah crown dari dompet-
nya, orang yang langsung dicurigainya adalah pelayan
rumahnya, Mrs. Arthur. Keluarga Trent menganggap
dialah pencurinya, tapi karena mereka orang-orang
baik dan tahu bahwa Mrs. Arthur memiliki keluarga
besar dan suaminya pemabuk, maka yah... mereka ti-
dak mau membesar-besarkan perkara itu. Tapi per-
lakuan mereka terhadap Mrs. Arthur jadi berubah,
dan mereka tidak mau lagi memintanya menjaga ru-
mah pada saat mereka pergi. Mrs. Arthur jadi sangat
sedih: sementara itu, orang-orang lain pun mulai men-
jauhinya. Kemudian tiba-tiba saja diketahui bahwa
pencuri uang itu ternyata si pengasuh anak. Mrs.
'Trent kebetulan melihat perbuatan pengasuh itu me-
lalui cermin. Benar-benar suatu kebetulan—tapi aku
lebih suka menyebutnya takdir. Dan kurasa itulah
yang dimaksud Sir Henry. Kebanyakan orang lebih
tertarik dengan masalah siapa yang mengambil uang
itu, dan ternyata pelakunya adalah orang yang tidak
disangka-sangka—persis seperti dalam cerita detektif!
Tapi yang jadi korban dalam peristiwa itu adalah
Mrs. Arthur, yang tidak tahu apa-apa. Begitu bukan,
maksud Anda, Sir Henry?”
183
nang dan teguh. Dia tidak takut sedikit pun akan apa
yang harus dihadapinya di kemudian hari.
184
sekitar dua belas kilometer dari stasiun kereta api, dan
belum tersentuh oleh peradaban. Dia membeli sebuah
rumah yang sangat menyenangkan di sana, memper-
baikinya dan melakukan perubahan di sana-sini,
kemudian tinggal di sana dengan tenang bersama
keponakannya, Greta, seorang sekretaris, seorang
pelayan tua berkebangsaan Jerman yang telah
melayaninya dengan setia selama hampir empat puluh
tahun, dan seorang warga asli desa Kings Gnaton
yang bertugas sebagai tukang kebun sekaligus
pesuruh.”
185
tu depan maupun pintu belakang dalam keadaan ter-
kunci, dan semua anggota rumah masing-masing me-
miliki kunci. Jadi, seperti kalian lihat, kecurigaan
kembali pada keempat orang tadi. Tapi kelihatannya
tak satu pun dari mereka patut dicurigai. Greta ada-
lah keponakannya. Gertrud telah melayaninya dengan
setia selama empat puluh tahun. Dobbs belum pernah
meninggalkan Kings Gnaton. Dan Charles Templeton,
si sekretaris...”
186
bahwa saudara dapat memusuhi sesama saudara, atau
ayah memusuhi anaknya dan selanjutnya, dan gadis-
gadis muda yang kelihatannya cantik dan lemah lem-
but dapat melakukan hal-hal yang tak terbayangkan.
Hal yang sama juga dapat terjadi pada Gertrudj lagi
pula, siapa tahu mungkin ada alasan-alasan lain bagi-
nya. Mungkin dia bertengkar dengan majikannya, dan
perasaan benci jadi semakin mendalam, mengingar
pengabdiannya selama bertahun-tahun. Wanita tua
seperti dia kadang-kadang bisa sangat kejam. Dan
Dobbs? Benarkah dia tidak layak dicurigai hanya ka-
rena dia tidak punya hubungan apa-apa dengan ke-
luarga itu? Dengan uang, orang bisa berbuat banyak.
Dobbs mungkin telah dibujuk dan disuap.
187
Begitu perintah itu datang, pasti akan segera dilaksana-
kan. Itulah ciri khas kelompok Schwartze Hand.
188
tuk melihat surat-surat yang ditunjukkan Sir Henry.
Katalog-katalog yang diterima berasal dari sebuah
toko tanaman dan dari perusahaan mantel bulu ter-
kenal di London. Dua buah tagihan ditujukan kepada
Dr. Rosen, yang satu untuk pembelian benih-benih
tanaman dari sebuah toko di desa itu, dan yang satu
lagi dari toko alat tulis di London. Surat yang dituju-
kan pada Dr. Rosen berbunyi sebagai berikut:
189
sungguh lezat dan saya mengucapkan terima kasih
untuk itu. Semoga Anda baik-baik saja dan semoga
kita bisa berjumpa hari Jumat nanti. Salam hangar,
Emma Greene.
190
”Surat itu memang agak mencurigakan.” kata Sir
Henry. "Menurut Templeton, Dr. Rosen membuka
Surat itu pada saat makan pagi dan melemparkannya
kepadanya sambil berkata bahwa dia tidak tahu siapa
laki-laki pengirim surat itu.”
191
menunjukkan bahwa dia juga mengikutsertakan Mr.
Templeton. Benar begitu bukan, Sir Henry?”
192
akal sehat dan rasa keadilan, aku harus mengakui bah-
wa dia orang yang paling pantas dicurigai.
193
"Kemudian bencana itu terjadi. Peristiwa itu sudah
lewat tiga bulan yang lalu, dan satu atau dua hari se-
telah aku kembali, Greta Rosen menemuiku. Dia te-
lah menjual rumah di desa dan akan kembali ke Jer-
man, setelah menyelesaikan segala urusan pamannya.
Dia menemuiku secara pribadi, meskipun dia tahu
aku telah pensiun, sebab hal yang ingin disampaikan-
nya bersifat pribadi. Mulanya dia agak bertele-tele,
tapi akhirnya dia menceritakan juga maksudnya. Apa
yang kupikirkan? Surat berprangko Jerman itu—dia
terus-menerus merasa cemas mengenainya—surat yang
telah dirobek oleh Charles. Hal itu tidak menimbul-
kan masalah, bukan? Hzrusnya tidak. Tentu saja dia
percaya dengan apa yang dikatakan Charles, tapi—oh!
Kalau saja dia bisa tahu! Kalau saja dia tahu—yakin.
195
dang Miss Marple dengan pancaran harapan di mata-
nya.
Miss Marple berdeham dan merapikan renda pa-
kaiannya.
”Harapan...”
196
Mrs. Bantry menebarkan katalog itu dan berkata
dengan suara keras,
Dahlia!”
”Lalu siapa...”
197
”Greta Rosen,” kata Sir Henry dengan perlahan.
”Jadi, kunjungannya ke tempatku...”
198
malah akan membawanya ke akhir yang menyedihkan.
Tapi seperti Anda bilang, kita tak perlu membuang-
buang waktu memikirkan orang yang bersalah—orang
yang tidak bersalahlah yang harus dipikirkan. Mr.
Templeton menurutku akan menikah dengan sepupu
Jermannya itu, perbuatannya merobek surat itu keli-
hatannya... yah, kelihatannya memang mencuriga-
kan—mencurigakan dalam arti yang berbeda dari
dugaan kita sepanjang sore ini. Dia seakan-akan takut
gadis satunya itu akan memperhatikan atau meminta
untuk melihatnya? Ya, kurasa mungkin ada sedikit
cinta di antara keduanya. Lalu Dobbs—tapi, seperti
kata Anda tadi, kurasa kejadian itu tidak terlalu
berpengaruh terhadapnya. Mungkin dia hanya
memikirkan jam istirahatnya saja. Tapi Gertrud yang
malang—dia mengingatkanku pada Annie Poultny.
Kasihan Annie Poultny. Dia telah mengabdi dengan
setia selama lima puluh tahun, tapi kemudian
dicurigai mencuri surat wasiat Miss Lamb, meskipun
hal itu tak bisa dibuktikan. Tuduhan itu membuat
wanita malang yang setia itu patah hati, dan setelah
dia meninggal, ternyata surat wasiat itu ditemukan di
dalam laci rahasia di meja kopi, tempat Miss Lamb
menyimpannya sendiri. Tapi penemuan itu sudah
terlambat bagi Annie yang malang.
199
mau, bukan, menulis surat pada Gertrud dan mengata-
kan bahwa kejujurannya tak pernah diragukan? Ma-
jikan tua yang disayanginya telah meninggal, dan dia
pasti sedih dan merasa dicurigai. Oh! Aku tidak tahan
membayangkannya!”
200
nya menjadi jelas. Kalau saja aku masih bisa meng-
ingat arti bunga Dahlia. Maklum, ingatanku sudah
tidak setajam dulu.”
201
BAB 10
TRAGEDI HARI NATAL
202
”Protes yang sangat serius. Saat ini kita berenam,
tiga laki-laki dan tiga wanita. Aku ingin mengajukan
protes mewakili pihak laki-laki yang tertindas. Kita
telah mendengarkan tiga cerita malam ini—semuanya
disampaikan oleh kami yang laki-laki! Aku protes,
karena para wanita tidak turut menyumbangkan andil
mereka.”
203
hal-hal seperti itu tidak akan menarik bagi Anda ka-
rena sangat sepele, meskipun tetap saja berkaitan de-
ngan sifat-sifat manusia.”
204
dak, sedikit pun tidak. Tapi peristiwa itu tidak terjadi
di St. Mary Mead.”
205
"Kurasa itu benar,” kata Miss Marple. "Aku sen-
diri...
206
orang ahli sejarah Mesir kuno, maka dengan hanya
melihat dan merabanya saja dia dapat menyebutkan
tahun berapa sebelum Masehi benda itu dibuat, atau
apakah benda itu cuma tiruan belaka buatan Birming-
ham. Tapi dia tidak akan bisa menjelaskan bagaimana
dia bisa melakukannya. Pokoknya dia tahu, karena
sepanjang hidupnya dia terus-menerus menangani hal-
hal semacam itu.
207
akan menceritakan pada kalian tentang nasib pem-
bantuku, Ethel—gadis yang sangat manis dan penu-
rut. Begitu melihatnya, aku langsung tahu bahwa dia
satu tipe dengan Annie Webb dan pelayan Mrs.
Bruitt yang malang. Kalau ada kesempatan, maka mni-
lik siapa pun tidak jadi soal. Jadi, bulan itu juga aku
memberhentikannya dan memberinya surat keterangan
yang menyatakan dia gadis yang jujur dan baik, tapi
dengan diam-diam aku juga memperingatkan Mrs.
Edwards untuk tidak mempekerjakan gadis itu. Ke-
ponakanku, Raymond, sangat marah dan berkata be-
lum pernah dia mendengar perbuatan sekejam itu—
ya, kejam. Yah, Ethel lalu pergi ke Lady Ashton, dan
aku tidak merasa berkewajiban memperingatkan nyo-
nya bangsawan itu. Lalu apa yang terjadi? Semua
renda Lady Ashton dicopoti dari pakaian-pakaian da-
lamnya, dan dua bros berliannya lenyap—gadis itu
minggat waktu tengah malam dan tidak pernah terde-
ngar lagi kabarnya!”
208
”Seperti kataku tadi, Sir Henry, aku tidak ragu
sama sekali. Mr. Sanders adalah laki-laki bertubuh
besar, berwajah tampan dengan sikap ramah, dan dia
juga sangat populer. Sikapnya terhadap istrinya juga
sangat manis. Tapi aku tahu! Dia bermaksud
membunuh istrinya!”
209
yang tampaknya seperti kecelakaan. Seperti kataku
tadi, aku punya perasaan yang sama terhadap pa-
sangan Sanders itu. Kecelakaan itu terjadi di dalam
kereta listrik. Kereta itu sangat penuh dan kami—aku
dan pasangan Sanders—terpaksa duduk di bagian
atas. Ketika kami bertiga berdiri untuk turun, Mr.
Sanders tiba-tiba kehilangan keseimbangannya dan
jatuh menabrak istrinya, sehingga istrinya jatuh dari
tangga dengan kepala terlebih dulu. Untungnya kon-
dektur kereta itu seorang pemuda yang sangat kuat,
dan dia berhasil menangkap Mrs. Sanders.”
210
”Miss Marple yang baik, Anda benar-benar mem-
buatku shock.”
211
lantai paling atas, dekat kamar para pembantu—sa-
ngat berbahaya kalau terjadi kebakaran, meskipun
kemudian aku tahu ada tangga darurat di luar jendela
mereka. Aku bertanya dengan hati-hati, apakah kamar
mereka ada balkonnya—balkon adalah tempat yang
sangat berbahaya. Sekali dorong... kalian tahu apa
akibatnya!
212
”Anda benar-benar membuatku terkesan,” kata dr.
Lloyd. "Apa rencana Anda?”
213
tua. Mrs. Carpenter sangat tertarik dengan kejadian-
kejadian itu.
214
pribadiku, yang sedang menuju ke bawah. Aku lalu
pura-pura ingin menanyakan soal penyakit rematik
yang kuderita dan aku mengajaknya ke kamar. Dia
bercerita kepadaku (dengan penuh rasa percaya diri)
tentang kematian gadis pembantu yang malang itu,
Mary. Manajer tempat itu tak ingin berita tersebut
tersebar ke mana-mana, katanya, jadi lebih baik aku
menyimpan cerita itu untuk diriku sendiri. Tentu saja
aku tidak mengatakan padanya bahwa sebenarnya
kami tadi telah membicarakan hal itu selama satu
jam—sejak gadis malang itu mengembuskan napas
terakhirnya. Hal-hal seperti itu selalu cepat tersebar,
bukan? Seseorang dengan pengalaman seperti dr.
Coles seharusnya tahu, tapi yah, dia orang yang
sederhana, tidak pernah curiga dan mau memercayai
apa saja yang ingin dipercayainya. Hal itulah yang
membuatku cemas. Dia berkata bahwa Sanders tadi
telah memintanya memeriksa istrinya. Menurut Mr.
Sanders, istrinya kelihatannya sedang tidak sehar—
muntah-muntah dan sebagainya.
215
Dia telah berpakaian rapi, siap untuk pergi ke luar,
dan dia bertanya sekali lagi apakah bisa mengerjakan
sesuatu untukku di kota. Aku berusaha setengah mati
untuk tetap bersikap sopan padanya! Setelah itu aku
langsung turun ke lobi dan memesan teh. Aku ingat,
waktu itu tepat pukul empat lewat tiga puluh menit.
216
”Mr. Sanders membuka pintu kamar tidur dan me-
nyalakan lampu. Aku tidak tahu siapa di antara kami
yang melihatnya lebih dulu...
217
Setelah itu dia pergi menelepon polisi. Rasanya lama
sekali polisi baru datang (kami baru tahu kemudian,
bahwa sambungan telepon di situ sedang rusak). Ma-
najer tempat peristirahatan itu terpaksa menyuruh se-
orang pesuruhnya ke kantor polisi, padahal Hydro itu
terletak di luar kota, di ujung padang rumput. Mrs.
Carpenter benar-benar membuat kami hilang kesa-
baran. Dia kelihatan senang melihat pepatahnya yang
berbunyi 'Kalau ada dua, pasti ada tiga terbukti da-
lam waktu singkat. Aku mendengar Sanders mondar-
mandir di halaman, sambil menjambaki rambutnya
dan mengerang serta menunjukkan semua tanda
kesedihan.
”Ya.
218
ibuku tercinta, yang selalu mengajarkan padaku bah-
wa seorang wanita sejati harus bisa mengendalikan
dirinya di depan umum, apa pun yang terjadi.”
219
ada yang dipindahkan atau disentuh. Dia memandang
jenazah wanita malang yang tertelungkup itu dengan
dahi berkerut. Gladys mengenakan pakaian luarnya—
jaket tebal dan besar berwarna merah tua dengan ke-
rah bulu berwarna abu-abu. Topinya topi murahan
dari bahan flanel berwarna merah, tergeletak di sam-
ping kepalanya.
220
Tidak ada tempat persembunyian lain. Memang ada
laci tempat topi yang terkunci di bagian tengah le-
mari pakaian, tapi tempat itu disekat-sekat menjadi
beberapa rak: tak mungkin seseorang bersembunyi di
situ.
221
mengenai Mr. Sanders sudah tepat dan benar. Orang
itu keji. Kepura-puraannya tidak dapat menipuku sedi-
kit pun. Aku masih ingat betapa terkejut dan bingung-
nya dia sewaktu melihat istrinya tadi. Tampaknya si-
kapnya itu tidak dibuat-buat. Tingkahnya benar-benar
wajar—kalian pasti mengerti apa yang kumaksud. Ha-
rus kuakui, setelah percakapanku dengan inspektur
itu, aku jadi curiga. Sebab kalau benar Sanders me-
lakukan perbuatan keji itu, aku tak bisa membayang-
kan alasan masuk akal apa yang membuatnya kembali
lewat tangga darurat dan mengambil anting-anting di
telinga istrinya. Sepertinya perbuatan itu sungguh :i-
dak masuk akal, padahal Sanders orang yang benar-be-
nar rasional—itu sebabnya aku selalu menganggapnya
berbahaya.”
222
dan tidak ada apa pun yang bisa menggoyahkan ke-
yakinanku.
223
num wiski dan soda bersama-sama. Kedua orang itu
(nama mereka Hitchcock dan Spender) terus bersama
dengan Sanders dari pukul enam. Mereka berjalan ke
Hydro bersamanya dan dia cuma meninggalkan me-
reka sewaktu menghampiriku dan Miss Trollope. Saat
itu sekitar pukul enam lewat empat puluh lima me-
nit—istrinya pasti sudah meninggal pada waktu itu.
224
tang pencurian kelihatannya tidak masuk akal—begitu
juga teori bahwa Mrs. Sanders sedang bersiap-siap
keluar dan menemui seseorang. Apakah seseorang te-
lah memasuki kamarnya melalui tangga darurat? Apa-
kah telah terjadi pertengkaran? Ataukah laki-laki itu
secara tiba-tiba menyerangnya?”
225
”Aku juga tidak menyadarinya selama dua hari,”
kata Miss Marple. "Aku bingung dan kacau—tapi
kemudian tiba-tiba semuanya jadi jelas. Aku pergi
menjumpai inspektur polisi itu dan memintanya men-
coba sesuatu.”
”Bukan di kepalanya...”
226
yang mereka lakukan dengan... dengan mayat yang
pertama?”
227
yang menemukan kejahatan itu bersamanya. Dia bah-
kan berpura-pura akan membalikkan jenazah itu—dan
aku mencegahnya! Kemudian polisi dipanggil, dan dia
terhuyung-huyung keluar ke halaman.
228
di situlah letak kelemahan rencana Sanders—kemung-
kinan adanya seseorang yang memperhatikan per-
bedaan antara orang yang telah meninggal dua jam se-
belumnya dengan orang yang baru meninggal setengah
jam yang lalu. Tapi dia telah memperhitungkan bahwa
orang-orang yang pertama kali menemukan pem-
bunuhan itu tidak memiliki pengetahuan kedok-
teran.”
229
rakan kemanusiaan modern yang menentang hukuman
mati.”
230
BAB 11
DAUN-DAUN PEMBAWA
KEMATIAN
231
aku tidak tahu bagaimana kalian bisa melakukannya.
'Begini, begitu, kata si ini, kata si itu. Yah, aku me-
mang tidak bisa bercerita, titik! Lagi pula aku tidak
tahu apa yang bisa kuceritakan.”
232
”Yah, tentu saja. Ya, peristiwa itu memang aneh.
Ceritakanlah, Dolly.”
Dia berhenti.
233
Semua orang terperangah. Meskipun telah diper-
ingatkan sebelumnya, mereka tidak mengharapkan
cerita sesingkat itu.
234
”Orang yang berhati-hati tidak akan melakukan hal
itu,” kata Miss Marple.
235
Dan ada juga Mrs. Carpenter, wanita setengah baya
yang manis bak anak kucing dan kelihatannya selalu
bisa menempatkan diri dengan baik di mana saja. Ku-
rasa dia berperan sebagai dame de compagnie bagi
Sylvia.”
236
"Tentu saja Arthur tidak sependapat,” kata Mrs.
Bantry dengan datar. "Tapi gadis itu memang bodoh.
Dia hampir-hampir tidak pernah mengucapkan se-
suatu yang layak didengar.”
"Berapa umurnya?”
237
”Oh! Sekitar empat puluh tahunan. Dia sudah ting-
gal di sana selama beberapa tahun—sejak Sylvia ber-
usia sebelas tahun, kurasa. Dia benar-benar pandai
bergaul. Salah seorang janda yang kurang beruntung,
punya banyak kerabat ningrat, tapi tidak punya uang.
Aku sendiri tidak terlalu suka dengannya—tapi aku
memang tidak pernah suka dengan orang-orang yang
memiliki tangan sangat putih dan panjang. Dan aku
juga tidak suka kucing.”
”Mr. Curle?”
” Apa?”
”Tidak apa-apa.”
238
satu tahun, dia mengalah dan pesta perkawinan akan
segera diadakan.”
239
ngira benih itu adalah bawang. Dia memasaknya, dan
akibatnya seluruh keluarga Toomie jadi sakit.”
240
akhir seperti itu—karena orang yang telah menembak-
kan pistol itu benar-benar tidak tahu apa-apa!
241
daun-daun itu,” kata Mrs. Bantry. "Karena kebetulan
pagi itu dia berada di teras denganku. Kami pergi
berjalan-jalan setelah makan pagi. Waktu itu awal mu-
sim semi, udara sangat menyenangkan dan hangat.
Sylvia pergi sendirian ke kebun, tapi kemudian aku
melihatnya berjalan bergandengan tangan dengan
Maud Wye.”
242
dang memikirkan sesuatu. Tapi aku tidak tahu apakah
harus mengatakannya atau tidak.”
243
”Dan jangan mengucapkan kata daging seperti para
vegetarian. Cara mereka mengatakan, 'Saya tidak per-
nah makan daging dapat membuat kita langsung
meletakkan potongan daging bistik kita. Mr. Curle
adalah seorang vegetarian. Biasanya dia menyantap
makanan-makanan aneh yang kelihatannya seperti
makanan hewan di kandang pada waktu sarapan.
Laki-laki tua berbadan bungkuk dan berjanggut biasa-
nya cerewet dalam segala hal. Mereka bahkan punya
satu merek celana dalam favorit.”
244
”Itu dia—semua orang,” kata dokter itu. ”Kalian
mengerti maksudku? Dalam cerita Sir Henry tadi,
seorang laki-laki menembak orang lainnya—dia tidak
menembak seluruh orang dalam ruangan itu.”
245
”Kuakui kata-kata Anda membuatku jadi ragu-
ragu, Lloyd,” kata Sir Henry.
” Apa?”
246
"Pertanyaan yang sangat bagus, Miss Helier. Per-
tanyaan yang selalu pertama kali diajukan oleh orang-
orang yang seprofesi denganku,” kata Sir Henry.
247
”Namanya tidak tercantum dalam surat wasiat Sir
Ambrose,” kata Mrs. Bantry.
248
”Kau juga akan dijuluki seperti kucing suatu hari
nanti, Dolly.”
249
Sylvia cukup kuat. Dia menginginkan kekasih Sylvia,
sangat menginginkannya—dari cerita Mrs. Bantry.
Pagi itu dia berada bersama Sylvia di kebun, jadi dia
punya kesempatan untuk memetik daun-daun beracun
itu. Kita tidak bisa melupakan Miss Wye semudah itu.
Pemuda Lorimer. Dia punya motif, baik untuk mem-
bunuh Sir Ambrose maupun Sylvia. Kalau dia mem-
bunuh kekasihnya, dia dapat menikahi gadis satunya.
Tapi kelihatannya agak tidak masuk akal untuk mem-
bunuhnya—bukankah pemutusan pertunangan adalah
hal yang biasa saat ini? Kalau Sir Ambrose yang me-
ninggal, dia akan menikah dengan seorang gadis kaya
raya, bukannya dengan yang miskin. Fakta itu
mungkin penting, tapi mungkin juga tidak—tergan-
tung keadaan keuangannya. Seandainya aku tahu bah-
wa rumahnya telah digadaikan dan Mrs. Bantry de-
ngan sengaja menutupi fakta itu dari kita, aku pasti
akan menuduh pemuda itu. Sekarang Mrs. Carpenter.
Aku mencurigai Mrs. Carpenter. Tangannya yang pu-
tih dan alibinya yang sempurna pada saat daun-daun
beracun itu dipetik—aku tak pernah memercayai alibi.
Dan aku juga memiliki alasan lain untuk mencurigai-
nya, tapi aku tidak akan mengatakannya. Meskipun
demikian, secara keseluruhan, kalau disuruh menun-
juk, aku akan menunjuk Miss Maude Wye, karena
bukti-bukti yang mengacu kepadanya lebih banyak
daripada yang lainnya.”
250
telah direncanakan. Aku yakin pembunuhan itu sebe-
narnya ditujukan pada Sir Ambrose. Kurasa Lorimer
muda itu tidak memiliki pengetahuan cukup me-
ngenai racun-racunan. Aku lebih condong menyebut
Mrs. Carpenter sebagai pembunuhnya. Dia telah lama
tinggal bersama keluarga itu, dia tahu kondisi ke-
sehatan Sir Ambrose, dan dapat dengan mudah meng-
atur agar gadis itu, Sylvia (yang menurut Anda tadi
agak bodoh) untuk memetik daun-daun yang diingin-
kannya. Harus kuakui bahwa aku tidak melihat motif-
nya: tapi mungkin Sir Ambrose pernah membuat
surat wasiat yang memuat namanya. Begitulah menu-
rutku.”
251
jelas. Cuma kurasa dr. Lloyd melupakan satu aspek
dalam teorinya. Begini, dr. Lloyd bukanlah dokter
pribadi Sir Ambrose, jadi dia tidak akan tahu
seberapa parahnya penyakit jantung Sir Ambrose, bu-
kan?”
”Sebaliknya?”
252
fatal ataukah dia telah diracuni. Dia mungkin telah
mencampurkan racun itu ke dalam minuman si gadis
atau dalam kopinya, atau bahkan menyuruhnya mi-
num begitu saja, dengan mengatakan bahwa obat itu
adalah vitamin.”
253
”Mrs. Bantry,” kata Sir Henry, "benarkah itu?”
254
BAB 12
PERAMPOKAN DI
RUMAH PERISTIRAHATAN
255
”Temanku itu,” lanjut Jane. "(Aku tidak akan me-
ngatakan namanya) adalah seorang aktris—aktris yang
sangat terkenal.”
256
hatannya telah terjadi perampokan di sebuah rumah
peristirahatan di pinggir sungai, dan mereka telah me-
nangkap seorang laki-laki muda, dan dia menceritakan
suatu kisah aneh. Karena itulah polisi memanggil te-
manku.
257
itu. Lalu aku bilang, "Tentu saja tidak” Kemudian
mereka membawa laki-laki itu masuk dan berkata,
258
”Oh, ya,” kata Jane. "Yah, laki-laki itu bernama
Leslie Faulkener. Dia... seorang penulis naskah drama.
Sebenarnya dia telah menulis beberapa naskah, tapi
belum ada yang dipentaskan. Dia mengirimkan satu
naskahnya padaku untuk dibaca. Aku tidak tahu me-
ngenai hal itu: sebab aku menerima beratus-ratus
naskah dan aku jarang membaca sendiri semuanya—
cuma naskah-naskah tertentu yang kuketahui saja.
Yah, pokoknya, Mr. Faulkener menerima sepucuk su-
rat dariku—cuma ternyata surat itu bukan benar-be-
nar dariku. Kalian mengerti, bukan?”
259
perbedaan antara aktris yang berada di atas panggung
dan yang di balik panggung. Ingat, tidak semua aktris
bisa melakukannya sebaik Anda.”
260
”Kau menyebut-nyebut adanya perampokan, tapi
tidak mengatakan di mana, apa yang dicuri, atau
kenapa,” kata Mrs. Bantry.
261
perhiasan, termasuk beberapa perhiasan bertatahkan
batu-batu zamrud yang sangat indah dan mahal.”
262
”Kembali ke perampokan itu,” kata Sir Henry.
263
Tapi waktu dia sampai di sana, ternyata semuanya
tipuan belaka. Tidak ada telegram yang dikirim untuk-
nya dari manajer itu.”
264
orang-orang yang terlibat dalam peristiwa itu waktu
perampokan tersebut terjadi,” kata Sir Henry. "Tolong
dikoreksi kalau aku salah. Si nyonya rumah dan pe-
layannya telah ditipu untuk pergi meninggalkan ru-
mah. Pemuda itu juga telah ditipu untuk datang ke
sana dengan surat palsu—ditambah kenyataan bahwa
Anda memang sedang mengadakan pertunjukan di
Riverbury minggu itu. Pemuda itu dibius, dan polisi
kemudian ditelepon dan diarahkan agar kecurigaan
jatuh pada pemuda itu. Suatu perampokan telah ter-
jadi. Kurasa perhiasan-perhiasan milik nyonya itu
yang diambil?”
"Oh, ya.”
265
tidak ada. Tapi sikap pemuda itu sangat manis, dan
dia sungguh menyesal telah mengira seorang wanita
lain sebagai diriku, karenanya aku yakin dia telah me-
ngatakan hal yang sebenarnya.”
266
”Aku tidak tahu,” kata Jane dengan perlahan, sam-
bil mengerutkan kening, mengingat-ingat.
267
perhiasan-perhiasan itu, jadi dia membuat tiruannya.
Atau—ini dia ide yang paling bagus dan tidak banyak
dipakai di buku-buku cerita—dia berpura-pura per-
hiasannya telah dicuri, lalu bersedih hati, sehingga Sir
Herman memberinya setumpuk perhiasan baru. Jadi,
sekarang dia punya dua tumpuk perhiasan. Aku yakin
wanita semacam itu biasanya sangat licik.
268
akan mau melakukannya—ibunya pasti tidak akan
memperbolehkannya. Jadi, kurasa kita dapat meng-
asumsikan bahwa pelayan itu bukan orang yang be-
nar-benar dapat dipercaya. Dia mungkin berkomplot
dengan para pencuri, lalu dengan sengaja membiarkan
rumah itu terbuka, kemudian pergi ke London se-
akan-akan dia benar-benar menerima telepon, untuk
mengalihkan kecurigaan dari dirinya. Harus kuakui
penjelasan itulah yang paling mungkin terjadi. Tapi
kelihatannya tidak masuk akal bagi pencuri biasa. Ka-
rena dalam kasus ini dibutuhkan kecerdasan yang
biasanya tidak dimiliki para pelayan.”
269
dilontarkan oleh setiap orang—tapi tidak seratus per-
sen. Aku sendiri punya pendapat, dan mungkin saja
teoriku itu salah sama sekali, tapi menurutku, istri
laki-laki itu mungkin terlibat dalam peristiwa itu.
Maksudku, istri Sir Herman. Aku tidak bisa memberi-
kan alasan, kenapa aku berpendapat demikian—cuma
kalian pasti kaget kalau tahu hal-hal aneh macam
apa—benar-benar hal aneh-aneh—yang bisa terpikir-
kan oleh seorang istri yang merasa dikhianati.”
Jane menatapnya.
270
moral dari kasus yang diceritakan Miss Helier pada
kita.”
271
”Pemecahannya?”
Jane menatapnya.
"Apa?”
272
terlalu bermoral, Jane. Kita orang tua-tua harus tahu
sedikit tentang skandal-skandal yang terjadi. Paling
tidak, beritahu kami kota tempat peristiwa itu
terjadi.”
” Smith”
Jane mengangguk.
273
Lloyd langsung menanggapi kata-kata itu dengan si-
kap lapang dada.
274
lainnya, kemudian mengikuti nyonya rumahnya
menaiki tangga. Mrs. Bantry ikut masuk ke kamarnya.
"Ada apa?”
"Tentang apa?”
"Tidak. Apa?”
275
“Pepatah itu? Ya, mungkin memang benar. Tapi
aku tidak melihat hubungannya denganmu.”
Jane mengangguk.
276
”Itu sebabnya aku memilih Smith. Kau tahu, aku
harus memakai kostum pelayan dalam pertunjukan
itu. Jadi, dengan mudah aku bisa mendapatkannya.
Dan kalau mereka memanggilku ke kantor polisi, sa-
ngat mudah mengatakan bahwa aku sedang berlatih
dengan asistenku di hotel. Tentu saja sebenarnya kami
berada di rumah peristirahatan itu. Tugasku cuma
membukakan pintu dan membawakan minuman, dan
Netta akan berpura-pura menjadi aku. Tentu saja laki-
laki muda itu tidak akan pernah bertemu dengannya
lagi, jadi tak mungkin dia akan mengenali Netta.
Dan aku bisa membuat diriku kelihatan sangat ber-
beda sebagai pelayan: lagi pula, biasanya orang me-
mandang para pelayan seakan-akan mereka itu bukan
manusia. Kami berencana untuk menarik laki-laki itu
ke jalan setelah membiusnya, mengambil kotak per-
hiasan, menelepon polisi, dan kembali ke hotel. Aku
tidak mau pemuda itu ditahan gara-gara rencanaku,
tapi menurut Sir Henry dia tidak akan ditahan, bu-
kan? Dan berita tentang perempuan itu akan muncul
di koran-koran—dan Claud akan tahu, siapa dia se-
benarnya.”
277
manusia. Oh, ya, sifat manusia. Jane, anakku yang
baik, sadarkah kau bahwa pencuri tetap pencuri? Bisa
saja kau tertangkap dan dipenjara.”
278
”Dan Jane Marple menebaknya—benar-benar ber-
hasil menebaknya, dan dia tidak mengatakannya pada
kami,” kata Mrs. Bantry dengan sebal.
279
BAB 13
MATI TENGGELAM
280
dan daging panggang: tuan rumahnya melanjutkan
kata-katanya,
281
pasti,” kata sang kolonel dengan hati-hati. "Mungkin
semua itu cuma gosip. Kau tahu, bukan, bagaimana
tempat ini? Seperti kataku tadi, aku tidak tahu apa-
apa. Dan aku tidak seperti Dolly—langsung mengam-
bil kesimpulan, menuduh semua orang. Astaga, kita
jadi harus hati-hati dengan apa yang kita katakan.
Kau tahu... pada waktu pemeriksaan dan hal-hal se-
macam itu.”
”Pemeriksaan?”
282
gedi yang terjadi di desa itu. Setelah sarapan, dia
bersantai di sebuah kursi yang sangat nyaman di ha-
laman belakang, sambil memiringkan topinya menu-
tupi mata dan menikmati hidup yang damai.
”Miss Marple?”
283
”Ya,” kata Miss Marple. "Aku melihatnya sedang
mengobrol dengan Footit, si tukang daging, waktu
aku lewat tadi. Henry Footit—itu nama anjingnya—
ditabrak kemarin. Anjing itu seekor fox terrier berbulu
halus, agak gendut dan manja, tipe anjing yang biasa
dimiliki para tukang daging.”
284
selalu menceritakan suatu kejadian serupa di desa,
yang memberi Anda petunjuk.”
285
"Kurasa aku tak bisa melakukannya,” kata Miss
Marple.
”Mengapa tidak?”
286
nya semakin memerah. Matanya menatap mata Sir
Henry tanpa malu-malu.
287
kata-katanya sambil sedikit bergidik, "Sungguh me-
ngerikan—sungguh mengerikan sekali—kalau sese-
orang yang tidak bersalah sampai dihukum gantung.”
288
Sir Henry duduk di sebuah ruangan dengan Kolonel
Melchett, kepala polisi desa itu, dan Inspektur
Drewitt.
289
sedang hamil. Tapi, dokter kami, Haydock, adalah
orang yang sangat cermat. Dia melihat ada lebam
pada lengan gadis itu—tepatnya di lengan bagian
atas. Lebam itu terjadi sebelum kematiannya. Persis
di tempat seseorang mungkin mencengkeramnya dan
melemparkannya.”
290
sendiri. Mula-mula semua orang juga berpikiran begi-
tu.”
211
Kolonel Melchett menatapnya.
292
ayah yang keras, pengkhianatan—yang kurang cuma
pemuda desa dengan cintanya yang setia. Ya, kurasa
sudah saatnya aku menanyakan tentang pemuda
itu.”
293
Dia adalah laki-laki setengah baya, berperawakan be-
sar, dengan mata licik dan bentuk rahang yang me-
nunjukkan watak kerasnya.
294
Dan kalau dia tidak melaksanakannya, demi Tuhan,
dia harus membayarnya.”
295
memaksa Anda membuat pernyataan, dan pernyataan
apa pun yang Anda buat, mungkin akan digunakan
sebagai bukti untuk melawan Anda. Saya harap Anda
mengerti benar posisi Anda.”
296
mengenai surat itu, yang ditemukan di saku gaun ga-
dis yang meninggal itu?”
297
lan-jalan Anda. Adakah seseorang yang melihat Anda
malam itu?”
”Sayang sekali.”
298
”Saya kembali untuk mengatakan pada Anda secara
pribadi, bahwa saya akan membantu Anda sebisa
mungkin,” kata Sir Henry. "Saya tak bisa memberi-
tahukan alasannya. Tapi saya ingin menanyakan pada
Anda, kalau Anda mau menjawabnya, bagaimana per-
sisnya hubungan Anda dengan Rose?”
299
Sandford menggeleng.
300
”Selamat pagi, Mrs. Bartletr,” kata si inspektur.
”Apakah Joe Ellis ada?”
301
membuatkan lemari baru di dapur. Segala hal kecil di
rumah ini yang harus dibetulkan... yah, Joe-lah yang
mengerjakannya, dan dia bahkan tidak mau menerima
ucapan terima kasih. Ah! Tidak banyak orang muda
seperti Joe, Sir.”
"Ya, Sir.”
”Yakin, Sir.”
302
Tak lama kemudian, Ellis masuk ke ruangan itu.
”Meskipun...”
303
”Saya ada di sini. Membetulkan lemari tua di da-
pur untuk Mrs. B. Tanyakan saja padanya. Dia pasti
akan memberitahu Anda.”
304
Mrs. Bartlett tertawa.
"Oh! Begitu...”
305
bingung. Dia menghadapi jalan buntu. Joe Ellis telah
bekerja sepanjang malam di dalam rumah. Mrs.
Bartlett benar-benar berada di situ mengawasinya.
Mungkinkah dia dapat lolos dari mata wanita itu?
Tak ada sesuatu pun yang mencurigakan—kecuali
mungkin jawaban Joe Ellis yang terlalu siap itu—se-
pertinya cerita itu sudah dipikirkan sebelumnya.
306
menceritakan ulang pengalamannya yang dramatis itu,
tentang apa yang didengarnya pada malam kejadian
itu.
307
”Saya rasa kita tak perlu membuat pusing diri sen-
diri dengan orang yang tidak dikenal ini,” kata
Melchett. "Kau mendengar jeritan dan suara ceburan,
kemudian beberapa menit sesudahnya kau melihat
tubuh seseorang mengambang di air, dan kau berlari
mencari pertolongan, menuju ke arah jembatan, me-
nyeberanginya, dan langsung menuju desa. Apa kau
tidak melihat seseorang di dekat jembatan itu pada
saat kau berlari mencari pertolongan?”
"Ya, Sir.”
308
”Jadi, Anda tidak menemukan apa-apa—apa yang
harus kukatakan, ya—untuk mendukung teoriku?”
Dia kelihatannya bingung—cemas. "Mungkin aku
yang salah—benar-benar salah. Anda memiliki penga-
laman yang sangat luas—Anda pasti telah mencium-
nya bila dugaanku itu benar.”
"Jumat malam?”
310
berpapasan dengan Rose Emmott. Anda kira dia me-
naruh perhatian pada Joe, tapi ternyata dia menyele-
weng dengan orang asing itu. Sekarang dia berada
dalam kesulitan—Joe siap menyelamatkannya—meni-
kahinya kalau perlu, dan kalau gadis itu mau. Joe
sudah empat tahun tinggal di rumah Anda. Anda ja-
tuh cinta padanya. Anda menginginkannya untuk diri
Anda sendiri. Anda membenci gadis itu—Anda tak
bisa menerima kalau pelacur kecil itu mengambilnya
dari Anda. Anda wanita yang kuat, Mrs. Bartlett.
Anda mencengkeram pundak gadis itu dan mendo-
rongnya ke sungai. Beberapa menit kemudian, Anda
bertemu dengan Joe Ellis. Seorang anak laki-laki ber-
nama Jimmy melihat kalian berdua di kejauhan—tapi
karena gelap dan banyak kabut di mana-mana, dia
mengira kereta bayi itu adalah gerobak dorong dan
ada dua orang laki-laki yang mendorongnya. Anda
mengatakan pada Joe bahwa dia akan dicurigai, dan
Anda menciptakan suatu alibi yang kelihatannya
untuk melindungi Joe, tapi sebenarnya alibi itu untuk
Anda sendiri. Saya benar, bukan?”
311
saja—dia tidak boleh mengambil Joe dari saya. Belum
pernah saya merasakan hidup sebahagia ini, Sir.
Suami saya dulu laki-laki yang malang—dia cacat dan
sungguh sulit menyenangkan hatinya. Saya telah me-
rawat dan menjaganya dengan baik. Kemudian Joe
datang kemari untuk menyewa kamar. Saya belum
terlalu tua, Sir, meskipun rambut saya sudah kelabu.
Saya baru empat puluh tahun, Sir. Joe seperti anak
kecil, begitu baik dan polos. Dia milik saya, Sir, un-
tuk saya rawat dan jaga. Dan gadis itu... gadis itu...”
Dia menelan ludah—meredakan emosinya. Bahkan
pada saat itu dia masih tetap seorang wanita yang
kuat. Dia berdiri dengan tegak dan memandang Sir
Henry dengan penuh rasa ingin tahu. "Saya sudah
siap, Sir. Tak pernah saya sangka akan ada orang yang
tahu. Saya tidak mengerti bagaimana Anda bisa me-
ngetahuinya, Sir—benar-benar tidak mengerti.”
Cortages No. 2”
312
Pada suatu Selasa malam beberapa tamu
berkumpul di rumah Miss Marple. Lalu
percakapan beralih ke seputar kasus-kasus
kejahatan yang tidak terpecahkan.
www.agathachristie.com
Penerbit
Blok I, Lantai 5
Jakarta 10270
www.gpu.id 617185021
www.gramedia.com