Anda di halaman 1dari 82

ANALISIS UU NO 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM

DALAM IMPLEMENTASI PADA PEMILU 2019 DI PIDIE JAYA


(Studi Kasus Pemilu 2019 di Kabupaten Pidie Jaya)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

HUSNUL MANNAN
NIM. 160105070
Mahasiwa Fakultas Syariah dan Hukum
Prodi Hukum Tata Negara

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR- RANIRY
BANDA ACEH
2021 M / 1442 H
,
ABSTRAK

Nama : Husnul Mannan


NIM : 160105070
Fakultas/Jurusan : Syari‟ah dan Hukum/Hukum Tata Negara (Siyasah)
Judul : Analisis UU No 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan
Umum Dalam Implementasi Pada Pemilu 2019 di Pidie
Jaya (Studi Kasus Pemilu 2019 di Kabupaten Pidie
Jaya)
Tebal Skripsi : 60 Halaman
Pembimbing I : Dr. Ali Abu Bakar, M.Ag.
Pembimbing II : Dr. Irwansyah, S.Ag., M.Ag., M.H.
Kata Kunci : Pemilihan umum, pelanggaran pemilu, Komisi
Independen Pemilihan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganilisis UU No 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum dalam implementasi pelaksanaan pemilu 2019 di Pidie Jaya.
Rumusan masalahnya yaitu: Pertama, bagaimana deskripsi pelaksanaan pemilu
2019 di pidie jaya. Kedua, bagaimana implementasi UU No 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum pada Pemilu 2019 di Pidie Jaya. Penelitian ini
menggunakan pendekatan hukum normatif empiris, menggunakan jenis
penelitian lapangan (field research) dan kepustakaan (library research) yakni
mengkaji hukum yang tertulis juga fakta di lapangan dengan menggunakan pola
deskriptif analitik untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap
objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul dengan
membuat kesimpulan. Dari hasil penelitian didapati bahwa pelaksanaan Pemilu
serentak tahun 2019 di tingkat Kabupaten Pidie Jaya secara umum berlangsung
dengan kurang aman. Proses penyelenggaran dapat dikatakan kurang baik
dengan sejumlah catatan perbaikan terhadap prosedur penyelenggaraan untuk
pelaksanaan Pemilu berikutnya. Sebagaimana yang telah diatur dalam Undang–
Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang pemilihan umum yang pada umumnya
melakukan pencegahan, pengawasan, penindakan, pembentukan, dan pembinaan
terhadap jajaran pengawas Pemilu. Pelanggaran yang terjadi seperti penceblosan
2 kali yang terjadi di TPS 08 gampong Paru Gede Kecamatan Bandar Baru.

iii
KATA PENGANTAR
‫يم‬
ِ ‫الر ِح‬
‫الر ْح َم ِه ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫س ِم ه‬
ْ ‫ِب‬

Dengan mengucapkan segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan Skripsi yang berjudul “Analisis UU No 7
Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum Dalam Implementasi Pada Pemilu
2019 Di Pidie Jaya (Studi Kasus Pemilu 2019 Di Kabupaten Pidie Jaya)”
dengan baik dan benar. Shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad Saw, serta para sahabat, tabi‟in, dan para ulama yang senantiasa
berjalan dalam Risalah-Nya, yang telah membimbing umat manusia dari alam
kebodohan kepada alam pembaharuan yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa selesainya penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari saran, petunjuk, bimbingan dan masukan dari berbagai pihak. Maka
dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Dr. Ali Abu Bakar, M.Ag, selaku dosen pembimbing I dan Dr. Irwansyah,
S.Ag., M.Ag., M.H., selaku dosen pembimbing II yang telah memberi
arahan dan nasehat bagi penulis demi sempurna skripsi ini.
2. Prof. Muhammad Siddiq M.H., PhD selaku Dekan Fakultas Syari‟ah dan
Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
3. Mumtazinur, S.IP., M.A dan Husni, A. Jalil, S.Hi., M.A selaku ketua dan
sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara.
4. Yenny Sri Wahyuni, S.H., M.H, selaku Penasehat Akademik (PA) penulis
selama menempuh pendidikan di Program Studi Hukum Tata Negara serta
terima kasih juga kepada seluruh dosen-dosen yang mengajar dan juga staf
pada Program Studi Hukum Tata Negara selama proses belajar mengajar.
5. Terima kasih juga kepada Staf Kantor Bawaslu Pidie jaya, Staf Kantor
KIP Pidie Jaya, serta seluruh staf yang sudah membantu selama proses
penelitian.
iv
6. Teristimewa kepada orang tua tercinta almarhum Ayah Sulaiman, Ibu
Aisyah, adik laki-laki Muhammad Irfani, dan dua adik perempuan Birratul
Walidaini, dan Mujibatul Husna yang selalu memberikan cinta, kasih
sayang, pengorbanan, didikan, dukungan moral, finansial, motivasi dan
doa yang tiada hentinya agar penulis memperoleh yang terbaik, serta
semua yang telah diberikan selama ini yang tidak ternilai harganya.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Hukum Tata Negara.
7. Terima kasih kepada Hayati Kautsarah, Fawwaz serta sahabat-sahabat
seperjuangan yang tak henti mendukung dan membantu penulis untuk
menulis dan menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh pihak-pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah banyak memberikan bantuan, arahan dan kerjasama demi
kelancaran penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah selalu melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya. Penulis


sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih sangat banyak kekurangan.
Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat terutama bagi penulis sendiri dan
kepada para pembaca. Maka kepada Allah juga lah kita berserah diri dan
meminta pertolongan, seraya memohon taufiq dan hidayah-Nya untuk kita
semua. Amin yarabbal „alamin.

Banda Aceh, 15 Mei 2020


Penulis,

Husnul Mannan
NIM. 160105070

v
TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN
Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K
Nomor:158 Tahun1987 –Nomor:0543 b/u/1987

1. Konsonan

No Arab Latin No Arab Latin

Tidak
1 ‫ا‬ 16 ‫ط‬ T}
Dilambangkan

2 ‫ب‬ B 17 ‫ظ‬ Z
3 ‫ت‬ T 18 ‫ع‬ ”
4 ‫ث‬ S 19 ‫غ‬ G

5 ‫ج‬ J 20 ‫ف‬ F

6 ‫ح‬ H 21 ‫ق‬ Q

7 ‫خ‬ Kh 22 ‫ك‬ K

8 ‫د‬ D 23 ‫ل‬ L

9 ‫ذ‬ Ż 24 ‫م‬ M

10 ‫ر‬ R 25 ‫ن‬ N

11 ‫ز‬ Z 26 ‫و‬ W

12 ‫س‬ S 27 ‫ه‬ H

13 ‫ش‬ Sy 28 ‫ء‬ “

14 ‫ص‬ S 29 ‫ي‬ Y

15 ‫ض‬ D

vi
2. Konsonan

Vokal Bahasa Arab, seperti vocal bahasa Indonesia, terdiri dari vocal
tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong.
a. Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harkat,
transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin
ََ Fatḥah A
َِ Kasrah I
َ Dammah U

b. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara
harkat dan huruf, transliterasinya gabungan huruf, yaitu:
Tanda dan Nama Gabungan Huruf
Huruf
‫َي‬ Fatḥah dan ya Ai
‫َو‬ Fatḥah dan wau Au

Contoh:
‫ كيف‬: kaifa
‫هول‬: haula

3. Maddah
Maddah atau vocal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

vii
Harkat dan Nama Huruf dan tanda
Huruf
‫ ي‬/‫ََا‬ Fatḥah dan alif Ā
atau ya
‫َِي‬ Kasrah dan ya Ī

‫َي‬ Dammah dan wau Ū

Contoh:
‫ قَا َل‬:qāla
‫َر َمى‬ :ramā
‫ِق ْي َل‬ :qīla
‫يَق ْول‬ :yaqūlu

4. Ta Marbutah (‫)ة‬
Transliterasi untuk ta marbutah ada dua.
a. Ta marbutah (‫)ة‬hidup
Ta marbutah (‫)ة‬yang hidup atau mendapat harkat fatḥah, kasrah dan
dammah, transliterasinya adalah t.
b. Ta marbutah (‫ )ة‬mati
Ta marbutah (‫ )ة‬yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya
adalah h.
c. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbutah (‫ )ة‬diikuti oleh
kata yang menggunakan kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu
terpisah maka ta marbutah (‫ )ة‬itu ditransliterasikan dengan h.
Contoh:
‫َر ْوضَة اْ ََل ْطفَا ْل‬ : rauḍah al-aṭfāl/ rauḍatul aṭfāl
‫ا َ ْل َم ِد ْينَة ا ْلمنَ ّو َرة‬ : al-Madīnah al-Munawwarah/al-Madīnatul
Munawwarah

viii
: Ṭalḥah
Catatan:
Modifikasi
1. Nama orang berkebangsaan Indonesia ditulis seperti biasa tanpa
transliterasi, seperti M. Syuhudi Ismail. Sedangkan nama-nama lainnya
ditulis sesuai kaidah penerjemahan. Contoh: Ḥamad Ibn Sulaiman.
2. Nama negara dan kota ditulis menurut ejaan Bahasa Indonesia, seperti
Mesir, bukan Misr ; Beirut, bukan Bayrut ; dan sebagainya.
3. Kata-kata yang sudah dipakai (serapan) dalam kamus Bahasa Indonesia
tidak ditransliterasi. Contoh: Tasauf, bukan Tasawuf.

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keputusan Penunjukan Pembimbing ............................... 56


Lampiran 2 Surat Izin Penelitian ................................................................... 57
Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ......................... 58
Lampiran 4 Daftar Pertanyaan wawancara ................................................... 60

x
DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.1 ................................................................................................... 43


2. Tabel 1.2 ................................................................................................... 44

xi
DAFTAR ISI

ABSTRAK..................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN .......................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii

BAB SATU PENDAHULUAN .................................................................. 1


A. Latar belakang masalah ........................................................................ 1
B. Rumusan masalah .................................................................................. 6
C. Tujuan penelitian dan Manfaat penelitian .......................................... 6
D. Penjelasan istilah ................................................................................... 7
E. Kajian Pustaka ....................................................................................... 9
F. Metode Penelitian .................................................................................. 14
G. Sistematika Pembahasan....................................................................... 18

BAB DUA PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA DAN


PEMILIHAN UMUM DALAM PERSPEKTIF ISLAM ................ 19
A. Pemilihan Umum ................................................................................... 19
1. Pengertian Pemilihan Umum dan sejarah Pemilihan Umum ...... 19
2. Sistem Pemilihan Umum di Indonesia ........................................... 21
3. Pemilihan Umum dalam Perspektif Hukum Islam ....................... 26
4. Peraturan UU No 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum ........ 29
B. Sejarah Pemilihan Umum dalam Peradaban Islam ............................ 32

BAB TIGA ANALISIS UU NO 7 TAHUN 2017 TENTANG


PEMILIHAN UMUM DALAM IMPLEMENTASI PEMILU
2019 PIDIE JAYA ............................................................................... 30
A. Deskripsi pelaksanaan pemilu 2019 di pidie jaya .............................. 30
B. Implementasi UU No 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum di
Pidie Jaya ..................................................................................................... 41
1. Pengertian implentasi ....................................................................... 41
2. Implementasi UU Pemilu di Pidie jaya .......................................... 41

xii
BAB EMPAT PENUTUP ........................................................................... 50
A. Kesimpulan ............................................................................................ 50
B. Saran ....................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 52


DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... 55

xiii
BAB SATU
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Konstitusi telah tegas mengatur prinsip kedaulatan rakyat. Dalam pasal 1
ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyebutkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar. Dasar pasal ini yang kemudian mengatur
tentang pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah.1

Pada dasarnya pemilihan umum merupakan mekanisme terpenting dalam


menjaga kedaulatan rakyat. Melalui mekanisme pemilihan umum, proses
memilih pemimpin bisa dilakukan, baik kursi legislatif dan eksekutif.
Pemilihnya adalah rakyat secara langsung uang menentukan pilihan, selalu yang
disebut konstitusi sebagai pemegang kedaulatan.2

Berangkat dari apa yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Tahun


1945, dikenal tiga konsep pemilihan yang ada di Indonesia. Pertama, pemilihan
umum untuk memilih anggota Dewan perwakilan Rakyat (pasal 19 ayat (1) dan
pasal 22E ayat (2)), Dewan Perwakilan Daerah (pasal 22C ayat (1) dan pasal
22E ayat (2)), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (pasal 18 ayat (3) dan
pasal 22E ayat (1)).

Kedua, pemilihan umum presiden (pasal 6A ayat (1) dan pasal 22E ayat
(1)). Presiden dan wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung
oleh rakyat (pasal 6A ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945). Ketiga,
pemilihan kepala daerah (pasal 18 ayat (3) dan ayat (4)). Pemerintahan daerah

1
Sulaiman Tripa, dkk. Partisipatif, Catatan Eksploratif Pengawasan Pemilu Pidie jaya,
(Banda Aceh: Bandar Publishing, 2019), hlm. 23.
2
Gaffar, Affan. Politik Indonesia Transisi Menuju Dmokrasi. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006), hlm. 45.
1
2

provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat


daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum (pasal 18 ayat
(3) Undang-Undang 1945).

Berdasarkan Pasal 22E ayat (5) dan (6), pemilihan umum


diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional,
tetap, dan mandiri, yang ketentuan lebih diatur dengan undang-undang.
Pengaturan mengenai pemilihan umum, diatur dalam bab khusus, yakni Bab
VIIB Pasal 22E Undang-Undang Dasar Tahun 1945.3

(1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,


rahasia, jujur dan adil setiap lima tahun sekali.
(2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Presiden dan Wakil Presiden, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
(3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai
politik.
(4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Daerah adalah perseorangan.
(5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan
umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan
undang-undang.

Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang


penyelenggara pemilu mengatur bahwa penyelenggaraan pemilu dilaksakan oleh
KPU dan jajarannya, serta lembaga pengawas pemilu, yakni Bawaslu pada

3
Muhadam Labolo. Teguh Ilham, Partai politik dan Sistem Pemilihan Umum di
Indonesia, (Jakarta; PT. Raja Grapindo Persada, 2015), hlm. 11.
3

tingkat pusat dan Panwaslu yang berkedudukan di setiap provinsi dan


kabupaten/kota.4

Realita tersebut hanya satu kerumitan dalam proses penyelenggara


pemilihan umum di negara ini. Apalagi setelah terjadinya reformasi, keberadaan
lembaga penyelenggara pemilihan umum juga berubah. 5 Perubahan ini sungguh
dapat dipahami berdasarkan tuntutan awal sejak reformasi digulirkan yang ingin
meneguhkan posisi rakyat sebagai pemegang kedaulatan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan


Umum pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa Pemilihan Umum adalah sarana
kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota
Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih
anggota Dewan Perwakilan Daerah, yang dilaksanakan secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.

Komisi Independen Pemilihan (KIP) pidie jaya melaksankan rekapitulasi


hasil perhitungan suara tingkat kabupaten pada Rabu, 1 Mei hingga Jumat, 3
Mei 2019 dan jumlah pengguna hak pilih pemilu 2019 di pidie jaya berjumlah
87.712 pemilih atau setara 79.92 persen dari total jumlah Daftar Pemilih Tetap
(DPT) 109.753 pemilih. Dengan kata lain, 22.041 pemilih (20.08 persen) di
Pidie Jaya tidak menggunakan hak pilih mereka alias Golput.6

Meskipun tingkat partisipasi pemilih tergolong tinggi, namun dalam


proses pemilihan dan pasca pemilihan banyak sekali terjadi kesalahan sehingga

4
C.S.T. Kansil, Christine S.T kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia, (Jakarta;
PT. Rineka Cipta, 2008), hlm. 34
5
Asshiddiqi e, J. Perkembangan dan Konsoliasi Lembaga Negara Pasca Reformasi.
(Jakarta: secretariat jenderal an kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2006), hlm. 12.
6
Diakses melalui https://sinarpidie.co/news/kip-pijay-jadwalkan-pleno-kabupaten-pada-
1mei/index.html/, tanggal 03 januari 2021.
4

banyak permasalahan yang muncul di masyarakat. Salah satu nya banyak dari
calon pemilih yang sudah mendapatkan undangan untuk memilih serta terdaftar
sebagai Daftar Pemilih Tetap (DPT), namun tidak dapat menggunakan hak pilih
mereka.

Sebuah kasus yang terjadi di TPS 08 Desa Paru Kecamatan Bandar Baru
Kabupaten Pidie Jaya yaitu kejadian pencoblosan lebih dari satu kali yang di
lakukan oleh anggota KPPS berawal dari laporan salah seorang saksi Parpol
yang tidak sengaja melihat dan menyaksikan kejadian tersebut. Dan kemudian
dijadikan salah satu bukti pelanggaran Pemilu.

Dalam UU No 7 Tahun 2017 pasal 18 mengatakan bahwa KPU


kabupaten/kota bertugas:

a) Menjabarkan program dan melaksanakan anggaran;


b) Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan di kabupaten/kota
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c) Mengkoordinasikan dan mengendalikan tahapan penyelenggaraan
oleh PPK, PPS, dan KPPS dalam wilayah kerjanya;
d) Menyampaikan daftar Pemilih kepada KPU Provinsi;
e) Memutakhirkan data Pemilih berdasarkan data Pemilu terakhir
dengan memperhatikan data kependudukan yang disiapkan dan
diserahkan oleh Pemerintah dan menetapkannya sebagai daftar
Pemilih;
f) Melakukan dan mengumumkan rekapitulasi hasil penghitungan
suara Pemilu anggota DPR, anggota DPD, Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden, dan anggota DPRD provinsi serta anggota DPRD
kabupaten/kota yang bersangkutan berdasarkan berita acara hasil
rekapitulasi suara di PPK;
5

g) Membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat


penghitungan suara serta wajib menyerahkannya kepada saksi
Peserta Pemilu, Bawaslu Kabupaten/Kota, dan KPU Provinsi;
h) Mengumumkan calon anggota DPRD kabupaten/kota terpilih sesuai
dengan alokasi jumlah kursi setiap daerah pemilihan di
kabupaten/kota yang bersangkutan dan membuat berita acaranya;
i) Menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang
disampaikan oleh Bawaslu kabupaten/kota;
j) Mensosialisasikan penyelenggaraan Pemilu dan/atau yang berkaitan
dengan tugas dan wewenang KPU kabupaten/kota kepada
masyarakat;
k) Melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan
penyelenggaraan Pemilu; dan
l) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh KPU, KPU Provinsi,
atau ketentuan peraturan perundang-undangan.7

Dalam pandangan Islam, pemilu adalah salah satu cara, yang biasa
digunakan untuk memilih wakil rakyat atau pemimpin. Hal ini, meskipun
hukum asal pemilu itu mubah (boleh), tetapi perlu diketahui bahwa pelaksanaan
pemilu harus sesuai dengan ketentuan syariah. Dalam pemilu legislatif,
uslûb(cara) itu digunakan untuk memilih wakil rakyat dengan tugas membuat
undang-undang dan harus sesuai dengan ketentuan syariah, tidak berdasarkan
suara mayoritas serta melakukan checks and balancies terhadap kekuasaan
lainnya. Begitu juga dalam pemilihan kepala negara dan kepala daerah, uslûb ini
digunakan untuk memilih orang yang memenuhi syarat sebagai pemimpin.

Apabila dikaji secara mendalam, praktek pemilu menurut hukum Islam


sebenarnya sudah menyimpang dari ketentuan syariah, meskipun MUI telah

7
UU No 7 tahun 2017 tentang pemilihan Umum.
6

mengeluarkan fatwa wajib hukumnya untuk memilih dan haram hukumnya


apabila tidak memilih (golput).

Berangkat dari latar belakang masalah diatas penulis tertarik untuk


mengkaji mengenai Analisis UU No 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum
Dalam Implementasi Pada Pemilu 2019 Di Pidie Jaya (Studi kasus pemilu 2019
di kabupaten Pidie Jaya).

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian secara


mendalam untuk membahas permasalahan ini dengan judul penelitian:
ANALISIS UU NO 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM
DALAM IMPLEMENTASI PADA PEMILU 2019 DI PIDIE JAYA (Studi
kasus pemilu 2019 di kabupaten Pidie Jaya).

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalahnya,
yaitu:
1. Bagaimana deskripsi pelaksanaan pemilu 2019 di pidie jaya?
2. Bagaiamana Implementasi UU No 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan
Umum pada Pemilu 2019 di Pidie Jaya?

C. Tujuan penelitian dan Manfaat penelitian


1. Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Untuk mengetahui deskripsi pelaksanaan pemilu 2019 di pidie
jaya.
b. Untuk mengetahui mengenai implementasi UU No 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum 2019 di Pidie Jaya.
2. Manfaat penelitian ini adalah:
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik untuk
kepentingan ilmu pengetahuan (teoritis) maupun kepentingan praktisi
dalam memahami Implementasi UU NO 7 Tahun 2017 tentang
7

Pemilihan Umum di Pidie Jaya. Adapun kegunaan penelitian ini adalah


sebagai berikut:
a. Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan kontribusi
atau bahan referensi yang berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang hukum dalam implementasi UU NO 7
Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum Di Pidie jaya.
b. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada para pengambil kebijakan dalam
implementasi UU NO 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan
Umum dalam perspektif siyasah di pemilu 2019 Pidie Jaya.

D. Penjelasan istilah
1. Pemilihan umum
Pemilihan umum (pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan
rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
dan adil dalam Negara Kesatuan Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
Dengan kata lain, pemilu merupakan sarana bagi rakyat untuk
menjalankan kedaulatan dan merupakan lembaga demokrasi.8
Secara teoritis pemilihan umum dianggap merupakan tahap
paling awal dari berbagai rangkaian kehidupan tata negara yang
demokratis. Sehingga pemilu merupakan motor penggerak mekanisme
sistem politik Indonesia. Sampai sekarang pemilu masih dianggap
sebagai suatu peristiwa kenegaraan yang penting. Hal ini karena pemilu
melibatkan seluruh rakyat secara langsung. Melalui pemilu, rakyat juga
bisa menyampaikan keinginan dalam politik atau sistem kenegaraan.9
2. Konstitusi

8
Arifin, Anwar. Pencitraan dalam politik, (Jakarta: pustaka Indonesia, 2006), hlm. 10.
9
Rozali Abdullah, Mewujudkan Pemilu yang Lebih Berkualitas (Pemilu Legislatif)
(Jakarta: Rajawali Pers,2009), hlm. 55.
8

konstitusi adalah keseluruhan peraturan-peraturan, baik yang


tertulis maupun yang tidak tertulis, yang mengatur secara mengikat
tentang cara penyelenggaraan pemerintahan dalam suatu negara.10
Pendapat lain mengatakan bahwa arti konstitusi adalah dokumen
yang didalamnya terdapat aturan-aturan untuk menjalankan suatu
organisasi pemerintahan. Dalam hal ini, konstitusi tidak selalu berupa
dokumen tertulis, tapi dapat juga berupa kesepakatan politik, negara,
kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan dan distribusi maupun
alokasi.11
3. Peserta pemilihan umum
Peserta pemilu adalah partai politik (untuk pemilu anggota DPR,
anggota DPRD Provinsi, anggota DPRD kabupaten/kota), Perseorangan
(untuk pemilu anggota DPD), dan gabungan partai untuk Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden.
4. Menganilis
Pengertian menganalisis adalah proses dilakukannya analisis.
analisis yaitu penjabaran dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam
berbagai macam bagian komponennya dengan maksud agar kita dapat
mengidentifikasi atau mengevaluasi berbagai macam masalah yang akan
timbul pada sistem, sehingga masalah tersebut dapat ditanggulangi,
diperbaiki atau dilakukan pengembangan. Kata Analisis sendiri berasal
dari kata analisa, dimana penggunaan pada kata ini mempunyai arti kata
yang berbeda tergantung bagaimana kita meletakkan kata ini.
5. Daftar Pemilih Tetap
Daftar pemilih tetap (DPT) adalah data Warga Negara Indonesia,
yang telah memenuhi syarat sebagai pemilih, DPT diterbitkan KPU
berdasarkan data perekaman KTP-el, pemilih jenis ini akan mendapat
10
Titi Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2010), hlm. 40.
11
Miriam Budiardjo, Miriam B dkk. Dasar-dasar ilmu politik, Gramedia Pustaka
Utama (2003), hlm. 21
9

form model A.4-KPU untuk digunakan pada TPS (Tempat Pemungutan


Suara) domisili.12
6. Penceblosan
Penceblosan adalah salah satu esensi dari sistem politik dalam
pemilihan pemimpin, pemilihan pemimpin tersebut dilakukan melalui
sistem pemunggutan suara sebagai ciri sebuah Negara yang menganut
paham demokrasi. Pemberian suara (voting behavior) merupakan bentuk
partisipasi politik aktif sekaligus sebagai tindakan untuk memperoleh
dukungan rakyat terhadap sistem politik. Pemberian suara lebih praktis
diartikan sebagai perilaku memberikan suara.13

E. Kajian Pustaka
Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan mengenai penelitian
Analisis UU No 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum Dalam Implementasi
Pada Pemilu 2019 Di Pidie Jaya (Studi kasus pemilu 2019 di kabupaten Pidie
Jaya) belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun demikian ada beberapa
tulisan yang hampir sama namun berbeda permasalahan yang diteliti yaitu:
Pertama, Syahdatul Latif, dalam tulisan nya berjudul “Implementasi Hak
Memilih dalam Pemilihan Umum Berdasarkan Undang-undang Nomor 7
Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Studi Kasus di TPS 22 dan 23 Kelurahan
Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan)”. Permasalahan yang di bahas dalam
penelitian ini adalah bagaimana implementasi hak memilih dalam pemilihan
umum berdasarkan undang-undang nomor 7 tahun 2017 tentang pemilihan
umum (studi kasus di TPS 22 dan 23 kelurahan Sidomulyo Barat kecamatan
Tampan), serta apa faktor penghambat terhadap implementasi hak memilih
dalam pemilihan umum berdasarkan undang-undang nomor 7 tahun 2017

12
Peraturan Komisi Pemilihan Umum RI No. 11 Th. 2019 Tentang perubahan Kedua
Atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia No. 11 Th. 2018 Tentang
Penyusunan Daftar Pemilih di Dalam Negeri Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum
13
Karim, Rusli, Pemilu Demokratis Kompetitif, (Yogyakarta: Tiara Wacana.
2006), hlm. 34
10

tentang pemilihan umum (studi kasus di TPS 22 dan 23 kelurahan Sidomulyo


Barat kecamatan Tampan).
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum sosiologis, dimana teknik
pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara. Dengan maksud dan
tujuan untuk menemukan fakta, kemudian dilanjutkan dengan menemukan
masalah, kemudian menuju kepada identifikasi masalah dan pada akhirnya
menuju kepada cara penyelesaian masalah.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa implementasi terhadap hak
memilih dalam pemilihan umum di TPS 22 dan 23 kelurahan Sidomulyo Barat
kecamatan Tampan belum terlaksana dengan baik. Pelaksanaan Pemilu belum
sesuai dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017, belum sesuai dengan pasal
202- 209, 210, 344, 348. Banyak kendala-kendala yang di hadapi oleh
penyelenggara pemilihan umum.
Adapun faktor penghambat terhadap implementasi hak memilih dalam
pemilihan umum berdasarkan Undang-undang no. 7 tahun 2017 di kelurahan
Sidomulyo barat kec. Tampan adalah Pertama, adanya penambahan waktu
terhadap pendaftaran DPTB dan suket bisa digunakan untuk mencoblos
berdasarkan putusan MK Nomor 20/PUU-XVII/2019 sehingga KPU tidak
sanggup untuk mencatak surat suara pada 7 hari sebelum pencoblosan dan tidak
bisa memastikan jumlah warga yang menggunakan suket. Kedua kurangnya
surat suara. Ketiga, tidak transparannya KPU dalam memasukkan surat suara ke
kotak suara. Keempat, kurangnya koordinasi antar petugas TPS. Kelima
kurangnya pengetahaun masyarakat tentang pendaftran hak pilihnya dan
penetepan dan perbaikan sistem DPT yang belum baik.14
Kedua, Delviani, dalam tulisan nya berjudul “Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Studi Terhadap
Pemutakhiran Data Pemilih dalam Pemilukada di Kabupaten Bone)”. Penelitian

14
Miftah Thoha, Birokrasi Politik & Pemilihan Umun di Indonesia, (Jakarta; PT. Fajar
Interpratama mandiri, 2014), hlm. 17.
11

ini bertujuan untuk mngetahui Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun


2017 tentang Pemilihan terhadap Pemutakhiran Data Pemilih dalam Pemilukada
Tahun 2018 di Kabupaten Bone. Untuk memperoleh data dari masalah tersebut,
penulis menggunakan jenis penelitian lapangan dengan pendekatan yuridis
normatif dan pendekatan yuridis empiris serta melakukan observasi dan
wawancara. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan metode
analisis data kualitatif untuk menganalisis terkait pemutakhiran data pemilih
dalam pemilukada Tahun 2018 di Kabupaten Bone. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum dalam Pemiliukada di Kabupaten Bone telah berjalan
dengan baik namun belum terlaksana dengan sempurna. Hal tersebut terjadi
karena adanya sejumlah anggota masyarakat yang masih belum memiliki Kartu
Tanda Penduduk (E-KTP) dan adanya sejumlah masyarakat yang tidak berada di
rumah pada saat proses pemutakhiran data pemilih dilaksanakan sehingga
pemutakhiran data pemilih tersebut tidak berjalan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
Ketiga, Herry Febriadi, dalam tulisannya berjudul “Implementasi UU No 7
Tahun 2017 Terhadap Kedudukan Dan Kinerja Panitia Pengawas Pemilu
Kabupaten Hulu Sungai Utara”. Dengan berlakunya Undang-Undang No 7
Tahun 2017 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 yang
terkait dengan pengawasan yaitu Bahwa Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu)
Provinsi menerima, memeriksa, dan memutus pelanggaran administrasi
Pemilihan dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja. Dalam
hal ini UU No 7 Tahun 2017 tidak ada menyinggung langsung kedudukan
Panitia Pengawas Pemilu yang harus nya sama kedudukannya dengan Bawaslu
Provinsi namun pada saat di kabupaten pada prakteknya terjadi
ketidakseimbangan antara kedudukan Panitia Pengawas Pemilu dengan KPUD.
Kemudian dalam hal tugas dan fungsi, Panitia Pengawas Pemilih seakan-akan
hanya mengawasi, pada tahap menindaklanjuti yang lebih berperan yaitu Komisi
12

Pemilu Umum Daerah (KPUD), hal ini tidak sejalan dengan UU No 7 Tahun
2017. Untuk hal ini Peneliti mengharapkan adanya amandemen UU No 7 tahun
2017 tentang kedudukan dan fungsi Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) di
Kabupaten/Kota untuk merubah status adhoc menjadi permanen. Peneliti juga
berharap adanya tambahan anggaran terkait dengan pengawasan pemilu umum
sehingga nantinya bisa dibentuk Badan Pengawas Pemilu daerah tingkat
Kabupaten/Kota.
Keempat, Aslang Jaya, dalam tulisannya berjudul “Implementasi Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum Di Kota Makassar:
Studi Bawaslu Provinsi Sulawesi Selatan”. Studi ini membahas tentang sejauh
mana peran Bawaslu Provinsi Sulawesi- Selatan dalam menerapkan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum untuk meminimalisir
pelanggaran Pemilu di Kota Makassar. Jenis Penelitian ini ialah penelitian
deskriptif kualitatif lapangan. Penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan
sejumlah data yang diperoleh dari informan di lapangan untuk menemukan
berbagai fakta atau fenomena sosial, kemudian menganalisisnya dan berupaya
melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati. Lokasi Penelitian dilakukan
di Kota Makassar. Lokasi ini dipilih karena memiliki semua aspek pendukung
agar dapat berjalan dengan baik dan Kota Makassar terkenal sebagai daerah
sentral politik di Sulawesi Selatan.
Kelima, Johan Sabara, dalam tulisannya berjudul “Implementasi Undang-
Undang Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2017 Dalam Penetapan Partai Politik
Peserta Pemilu di Kota Batam Tahun 2019”. Pemiihan Umum tahun 2019
adalah pemilihan umum serentak untuk memilih DPR, Presiden/Wakil Presiden,
DPD, DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten Kota. Salah satu tahap dalam
melaksanakan Pemilu tersebut adalah pendaftaran partai politik yang akan
mengikuti pemilu melalui verifikasi administrasi dan verifikasi faktual. KPU
telah menentukan 16 Partai Politik yang akan mengikuti pemilu tahun 2019.
Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
13

dengan menggunakan studi kasus. Penelitian yang akan mencoba


menggambarkan kenyataan serta keadaan objek yang diteliti secara faktual dan
akurat untuk dianalisis secara mendetail. Implementasi Undang-Undang Nomor
7 Tahun 2017 dalam penetapan partai politik peserta pemilu di Kota Batam
tahun 2019 meliputi kerjasama lintas organisasi, standar dan sasaran kebijakan,
sumber daya, kondisi social ekonomi dan politik masyarakat serta disposisi
implementor. Untuk beberapa hal tertentu masih perlu mendapatkan perhatian
yang lebih serius terutama dalam pemberian pembinaan secara berkelanjutan
agar penanganannya bisa lebih efektif.15
Keenam, Zasha Natasya, dalam tulisannya berjudul “Pelaksanaan
Kewenangan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (Dkpp) Dalam
Menyelesaikan Pelanggaran Pemilihan Umum Oleh Anggota Komisi Pemilihan
Umum Kota Palopo”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
proses penyelesaian secara hukum atas pelanggaran pemilu yang dilakukan
salah satu anggota Komisi Pemilihan Umum Kota Palopo dan untuk mengetahui
bagaimana pelaksanaan kewenangan DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilu) dalam menyelesaikan pelanggaran pemilu yang dilakukan oleh salah
satu anggota KPU Kota Palopo berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.
Penelitian dilaksanakan di Kota Makassar yaitu pada kantor KPU dan
Bawaslu Provinsi Sulawesi Selatan. Penulis melakukan wawancara dengan
pihak KPU dan Bawaslu yang tergabung dalam tim pemeriksa daerah DKPP
Provinsi Sulawesi Selatan. Mengumpulkan data pendukung terkait kasus yang
dibahas dalam penelitian ini, serta data-data lainnya yang didapatkan dari
sejumlah literature dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan. Analisis
data yang digunakan adalah dengan cara analisis kualitatif dan dijelaskan secara
deskriptif.

15
A.S.S Tambunan, Pemilu Di Indonesia dan Susunan dan Kedudukan MPR,
DPR, dan DPRD, (Bandung: Binacipta, 2010), hlm. 31.
14

Hasil penelitian yang dilakukan ini adalah telah mengetahui bahwa


pelanggaran pemilu yang dilakukan oleh Sawal sebagai salah satu anggota KPU
Kota Palopo merupakan pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu, sehingga
secara hukum DKPP berhak dan berwenang untuk menyelesaikan kasus
tersebut. Selain itu dari penelitian ini dapat diketahui bahwa pelaksanaan
kewenangan DKPP telah dilaksanakan sesuai Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.

F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
dari fenomena yang terjadi.16 Dalam buku Soerjono Soekanto dijelaskan untuk
dapat memperoleh informasi serta penjelasan mengenai segala sesuatu yang
berkaitan dengan pokok permasalahan diperlukan suatu metode penelitian, hal
ini dikarenakan dengan menggunakan metode penelitian yang benar akan
diperoleh validitasi data yang akurat serta dapat mempermudah dalam
melakukan penelitian terhadap suatu masalah tertentu.17
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian yuridis empiris,
yaitu penelitian hukum empiris adalah pendekatan permasalahan
mengenai hal-hal yang bersifat yuridis dan kenyataan yang ada,
pendekatan yuridis empiris didasarkan atas fakta yang diperoleh dari hasil
penelitian.18 Jadi metode ini merupakan metode pengumpulan data atau

16
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset, 2007), hlm. 4.
17
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta;Raja
Grafindo,2011), hlm.7.
18
Soemitro, dkk, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2007, hlm. 10.
15

fakta-fakta yang terjadi dilokasi penelitian melalui wawancara secara


sistematis dan berlandaskan dengan objek penelitian.
Jenis penelitian ini juga bersifat penelitian kepustakaan (library
research) yaitu penelitian dengan cara mengkaji dan menelaah sumber-
sumber tertulis, seperti buku-buku, qanun-qanun, undang-undang, jurnal,
artikel dan yang lainnya yang berkaitan dengan pembahasan ini, sehingga
ditemukan data-data yang akurat dan jelas.
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian ini menggunakan metode deksriptif-analitis. data
dalam penelitian ini didapatkan melalui teknik wawancara, observasi,
dokumentasi dan studi kepustakaan. Deskriptif berarti memaparkan apa
yang dimaksud oleh teks yang dikemas dalam bahasa peneliti, sehingga
penelitian dapat memberikan gambaran secara akurat, sistematis mengenai
fakta-fakta dari objek kajian tersebut.19 Sedangkan analisis berarti
penjelasan lebih mendalam dari pada sekedar deskripsi.

3. Sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder.

a. Sumber data primer


Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber
data pertama dilokasi penelitian atau objek penelitian.20 Adapun data
primer yang yang digunakan dalam penelitian ini berupa hasil
wawancara dan studi kepustakaan.

19
Sumardi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: CV. Rajawali Press, 1989), hlm. 19.
20
Burhan Bugin. Metodologi Penelitian Kuantitatif (Komuningkasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), hlm.
132.
16

b. Sumber data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua


atau sumber sekunder dari sumber kadua atau sumber sekunder dari
data yang kita butuhkan. Adapun sumber sekunder terdiri dari
berbagai literatur bacaan yang memiliki relevansi dengan kajian ini
seperti buku-buku, skripsi, jurnal ilmiah, artiker dan situs internet.

4. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mengumpulkan data-data, peneliti menggunakan beberapa
metode yaitu:
a. Penelitian Lapangan (Field Research)
Untuk membantu penelitian kepustakaan dapat dilakukan
tahap penelitian lapangan (field research) guna memperoleh data
primer yang dilakukan melalui wawancara secara langsung dengan
para responden dan informan dengan tujuan untuk memperoleh data
yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, terhadap
masalah yang akan di teliti. Cara yang digunakan yaitu:
1) Wawancara, yaitu pengumpulan data dalam bentuk tanya
jawab yang dilakukan secara langsung pada responden yaitu
pihak penyelenggara Pemilu.
5. Lokasi Penelitian
Dalam skripsi ini, peneliti melakukan penelitian di kabupaten
Pidie Jaya dalam hal mengetahui mengenai Analisis UU No 7 Tahun 2017
Tentang Pemilihan Umum Dalam Implementasi Pada Pemilu 2019 Di
Pidie Jaya (Studi kasus pemilu 2019 di kabupaten Pidie Jaya). Adapun
narasumber yang akan di wawancarai yaitu Pihak KIP Pidie Jaya dan
pihak Bawaslu Pidie jaya.
6. Objektivitas dan Validitas Data
Objektivitas dan validitas data diketahui lewat uji:
17

a) Kredibilitas (credibility) sehingga dapat dipercaya;


b) Transferabilitas (transferability), dapat digeneralisasi atau
ditransfer kepada konteks atau seting yang lain;
c) Dependabilitas (dependability) atau keterulangan;
d) Komfirmabilitas (comfirmability), artinya bisa di konfirmasi
oleh orang lain.21
7. Teknik Analisis Data
a. Reduksi data
Ketika data lapangan, wawancara, dan data lain yang
diperlukan telah tersedia, tahap seleksi selanjutnya adalah
perangkuman data perumusan tema dan pengelompokan serta
penyajian cerita. Adapun data kepustakaan dirangkum dengan cara
dipilih hal-hal pokok dan difokuskan pada hal-hal penting sesuai
dengan peta penelitian.
b. Penyajian data
Penyajian data dalam penelitian ini meliputi kategori,
klasifikasi, dan kemudian disusun kedalam sistem yang sesuai
dengan pola dan peta penelitian.
c. Penyimpulan
Pada bagian penyimpulan diperlukan analisis untuk dilihat ada
tidaknya suatu devisi/penyimpangan dalam permasalahan yang
diteliti. Adapun metode analisis yang digunakan adalah metode
deskriptif analitik, yakni suatu metode yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang
diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana

21
Buku Pedoman Penulisan Skripsi, (Banda Aceh: Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, 2018), hlm. 39.
18

adanya dengan melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang


berlaku untuk umum.22
8. Pedoman Penulisan
Skripsi ini ditulis berdasarkan referensi berikut:
- Al Quran dan terjemahannya;
- Kamus Besar Bahasa Indonesia;
- Buku Pedoman Penulisan Skripsi.

G. Sistematika Pembahasan
Untuk mendapatkan penelitian yang fokus pada permasalahan yang
ditentukan sehingga mampu mendapatkan gambaran dan jawaban yang lebih
jelas dan terarah maka peneliti akan memaparkan tahapan penelitian dengan
sistematika sebagai berikut:

Bab pertama berupa pendahuluan yang akan mengantarkan gambaran


umum penelitian yang dilakukan penulis. Bab ini mencakup latar belakang yang
berisikan beberapa hal yang kemudian menjadi alasan penulis untuk mengkaji
tema ini, dilanjutkan dengan rumusan masalah dengan mengajukan pertanyaan,
tujuan penelitian, Penjelasan Istilah, Kajian pustaka, metode penelitian dan
sistematika pembahasan secara berurutan menjadi pembahasan pada bab
pertama.

Pada bab dua menjelaskan mengenai peraturan UU No 7 Tahun 2017


tentang Pemilihan Umum dan pemilihan umum dalam islam yang memuat
tentang pemilihan umum, dan sejarah pemilihan umum dalam peradaban islam.

Bab tiga dengan hasil penelitian menjelaskan mengenai deskripsi


pelaksanaan pemilu 2019 di pidie jaya. dan implementasi UU No 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum.

22
Burhan Mustofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 87.
19

Bab empat merupakan bab penutup. Pada bab ini berisi tentang
kesimpulan dan saran. Adapun kesimpulan tersebut diperoleh dari hasil
penelitian yang telah dilakukan merupakan inti dari keseluruhan isi dan juga
akan diungkapkan beberapa saran yang diperlukan.
BAB DUA
PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA DAN PEMILIHAN
UMUM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

A. Pemilihan Umum
1. Pengertian Pemilihan Umum dan sejarah Pemilihan Umum
Pemilihan umum adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan
Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
yang dilakukan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia.23 Pemilu adalah pemilihan orang-
orang untuk mengisi jabatan tertentu. Untuk itu pemilihan umum sangat penting
karena dalam pemilu terjadi pelaksanaan kedaulatan rakyat. 24
Sejarah pemilu di Indonesia, yaitu:
a) Pemilu 1955 (Masa Parlemen)
Pemilu di Indonesia pertama kali pada tahun 1955, pada tahun ini
pemilu pertama yang diselenggarakan bangsa indonesia yang baru berusia
10 tahun, pemilu 1955 dilaksanakan pada masa demokrasi parlementer
pada kabinet Burhanuddin Harahap, pemungutan suara dilakukan 2 kali
yaitu untuk memilih anggota DPR pada tanggal 29 september 1955 dan
untuk memilih anggota konstituante pada tanggal 15 desember 1955.25
b) Pemilu kedua pada tahun 1971-1997 (Masa Orde Baru)
Pemilu pada masa orde baru ini sistemnya sama yaitu menganut
sistem perwakilan berimbang (porposional), dan peserta pemilu yaitu:

23
Tim Redaksi BIP, Undang-Undang Pemilu 2019 Berdasarkan Undang-Undang NO
7 Tahun 2007 Tentang Pemilihan Umum, (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2018), hlm, 3.
24
M masan dan Rachmat, Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD/MI Kelas 6,
(Jakarta: PT. Grasindo, 2011), hlm. 32.
25
Sardiman, sejarah 3, (Jakarta: Yudhistira Ghalia,2006), hlm.128.
19
20

Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya, dan Partai


Demokrasi Indonesia.
 Pemilu 1971
Merupakan pemilu yang deselenggarakan bangsa indonesia,
pemilu yang dilaksanakan pada tanggal 5 juli 1971 ini untuk
memilih anggota DPR.
 Pemilu 1977
Pemilu kedua pada masa orbar yang diselenggarakan pada
tanggal 2 mei 1977.
 Pemilu 1982
Pemilu ini merupakan pemilu ketiga pada masa orde baru,
pemilu ini diselenggarakan pada tanggal 4 mei 1982.
 Pemilu 1987
Pemilu ini merupakan pemilu keempat yang diselenggarkan
pada tanggal 23 april 1987. Pemilu 1992 pada tanggal 9 juni 1992.
Pemilu 1997 pada tanggal 29 mei 1997.
c) Pemilu 1999-2009 (Masa Orde Reformasi)

Pemilu 1999 adalah pemilu pertama pada masa reformasi,


pemungutan dilaksanakan pada tanggal 7 juni 1999 secara serentak di
seluruh indonesia. Peserta pemilu pada tahun ini diikuti 48 partai politik.
Pemilu 2004 merupakan pemilu pertama yang memungkinkan rakyat
memilih langsung yang diselenggarakan pada tanggal 5 April 2004, dan
pemilu pada tahun 2009 merupakan pemilu yang dilaksankan secara
serentak pada tanggal 9 april 2009.

Penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2004


secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan kepala
daerah dan wakilnya (pilkada) secara langsung, oleh karena itulah sejak
tahun 2005 telah diselenggarakan Pilkada secara langsung baik ditingkat
21

provinsi maupun kabupaten/kota. Penyelenggaraan ini diatur dalam UU


No 32 tahun 2004.26

2. Sistem Pemilihan Umum di Indonesia


Undang-Undang pemilu era reformasi telah menetapkan secara konsisten
enam asas pemilu, yakni langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
Termasuk Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 1 angka 1 pasal 2 menetapkan hal
yang sama frasa langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil tanpa ditambah
dan dikurangi. Hal ini menunjukkan bahwa asas tersebut merupakan prinsip
fundamental pemilu.27

 Langsung

Pemilih berhak memberikan suaranya secara langsung sesuai


dengan hati nuraninya tanpa perantara.28 Asas ini berkaitan dengan
enganged sang “demos” untuk memilih secara langsung wakil-wakil
mereka untuk duduk di parlemen. Langsung berarti rakyat pemilih
mempunyai hak untuk secara langsung memberikan suaranya sesuai
dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara. Hak ini tidak
diwakilkan kepada seseorang atau sekelompok orang. Penggunaan hak
direct, langsung kepada siapa yang mau diberikan kekuasaan.29

 Umum (Algemene, General)

Semua warga negara yang telah memenuhi syarat sesuai dengan


Undang-Undang berhak mengikuti pemilu tanpa ada diskriminasi.30

26
Ibid., hlm.129-130.
27
Fajlurrahman Jurdi, Pengantar Hukum Pemilihan Umum, (Jakarta: Kencana, 2018),
28
Herning Budhi Widyastudi dan Ferry T. Indratno, Ayo Belajar Pendidikan
Kewarganegaraan, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), hlm. 109.
29
Fajlurrahman Jurdi, Pengantar Hukum Pemilihan Umum, … hlm, 27.
30
Hening Budhi Widyastuti dan Ferry Indratno, Ayo Belajar Pendidikan
Kewarganegaraan … hlm, 109.
22

Umum berarti pada dasaranya semua warga negara yang memenuhi


persyaratan minimal dalam usia, yaitu sudah berumur 17 (tujuh belas)
tahun atau telah/pernah kawin berhak ikut memilih dalam pemilihan
umum. Warga negara yang sudah berumur 21 (dua puluh satu) tahun
berhak dipilih. Jadi pemilihan yang bersifat umum mengandung makna
menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga yang
telah telah memenuhi persyaratan tertentu tanpa diskriminasi
(pengecualian) berdasar acuan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin,
kedaerahan, dan status sosial.31

 Bebas (Vrije, Independent)


Bebas berarti setiap negara yang berhak memilih bebas
menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapa pun.
Didalam melaksankan haknya, setiap warga negara dijamin keamanannya.
Didalam demokrasi, kebebasan merupakan prinsip yang sangat penting
dan utama. Dengan pemilu, kekuasaan dapat diganti secara regular dan
tertib. Dengan demikian, semua warga negara diberi kebebasan untuk
memilih dan dipilih tanpa interverensi dan tanpa tekanan dari siapa pun.32

 Rahasia (Vertrouwelijk, Secret)

Rahasia berarti dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin


bahwa pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak mana pun dan dengan
jalan apa pun. Kerahasiaan ini merupakan trantai dari “makna” kebebasan
sebagaimana yang disebutkan sebelumnya.

 Jujur (Eerlijk, Honest)

Jujur berarti dalam menyelenggarakan pemilihan umum,


peneyelenggaraan/pelaksanaan, pemerintah dan partai politik peserta
31
Fajlurrahman Jurdi, Pengantar Hukum Pemilihan Umum, … hlm, 29.
32
Ibid., hlm. 30.
23

pemilu, pengawas dan pemantau pemilu, termasuk pemilih, serta semua


pihak yang terlibat secara tidak langsung, harus bersikap dan bertindak
jujur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

 Adil (Rechtvaardig, Fair)

Adil berarti dalam menyelenggarakan pemilu, setiap pemilih dan


partai politik peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama, serta bebas
dari kecurangan pihak mana pun. Adil memiliki dua makna, yakni: adil
sebagai sikap moral dan adil karena perintah hukum. Oleh karena itu,
pemilu memerlukan sikap fair dari semua pihak baik dari masyarakat,
pemilih, partai politik maupun penyelenggara pemilu. Sikap adil ini
dilakukan agar tetap menjaga kualitas pemilu yang adil dan tidak berpihak
kepada kepentingan individu dan kelompok tertentu.33

Pemilu diselenggarakan oleh komisi pemilihan umum. KPU ada


yang berkedudukan di pusat ada yang di daerah. KPU pusat bertugas
mengurus pelaksanaan pemilu di tingkat nasional. Adapun komisi
pemilihan umum ditingkat daerah bertugas menyelenggarakan pemilihan
di tingkat daerah atau disebut pilkada.

Penyelenggaraan pemilu telah diatur dalam UU No 22 Tahun


2007. Dari undang-undang tersebut diketahui bahwa pemilu di negara kita
dilaksanakan dalam tiga tahapan. Tahap pertama dilaksanakan untuk
memilih anggota DPR, DPD, dan DPRD. Anggota DPRD yang dipilih
meliputi para wakil rakyat yang duduk di DPRD provinsi dan DPRD
kabupaten/kota, tahap kedua adalah pemilihan presiden dan wakil
presiden, tahap ketiga yaitu pemilihan kepala daerah dan wakilnya.
Pelaksanaan pemilihan wakil rakyat seperti DPR, DPD, DPRD, diatur
dalam UU No 10 Tahun 2008 penyelenggara pemilu meliputi beberapa

33
Ibid., hlm, 30-32.
24

kegiatan yaitu kegiatan pendaftaran pemilih, pendaftaran peserta pemilu,


penetapan peserta pemilu, kampanye peserta pemilu serta pemungutan dan
penghitungan suara.

a. Pendaftaran Pemilih
Pendaftaran pemilih dilakukan oleh petugas khusus, petugas
tersebut mendaftar pemilih dengan mendatangi kediaman calon pemilih.
Warga yang berhak memilih harus memenuhi beberapa persyaratan,
berikut beberapa persyaratan agar dapat menjadi pemilih dalam pemilu:
 Pemilih adalah seluruh warga negara indonesia. Warga negara
tersebut termasuk yang berada di luar negeri.
 Pemilih telah berusia minimal 17 tahun ke atas atau sudah pernah
menikah. Pemilih yang belum berusia 17 tahun tetap tetapi bila
sudah atau pernah menikah dapat memiliki hak pilih.
 Sehat jasmani dan rohani, orang yang mengalami gangguan jiwa
tidak mempunyai hak pilih.
 Tidak sedang dicabut haknya karena kasus pidana dan berdasarkan
putusan pengadilan.

Semua orang yang terdaftar kemudian di umumkan oleh panitia


pemungutan suara (PPS). Dengan demikian masyarakat dapat mengetahui
siapa saja yang memiliki dan tidak memiliki hak pilih. Apabila ada yang
belum terdaftar mereka dapat segera mendaftarkan diri. Para pemilih yang
telah terdaftar akan mendapatkan kartu pemilih.

b. Pendaftaran Peserta Pemilu

Pendaftaran juga dilakukan terhadap para peserta pemilu. Peserta


pemilu adalah pihak yang akan dipilih oleh rakyat. Peserta pemilu terdiri
dari atas partai politik dan perseorangan. Partai yang dapat menjadi
peserta harus memenuhi persyaratan tertentu, berikut persyaratan pemilu:
25

 Keberadaannya diakui pemerintah sesuai UU No 31 Tahun 2002


tentang partai politik.
 Memiliki pengurus lengkap sekurang-kurangnya dua pertiga dari
seluruh jumlah provinsi.
 Memiliki pengurus lengkap sekurang-kurangnya dua pertiga dari
seluruh jumlah kabupaten di tiap provinsi.
 Memiliki anggota sekurang-kurangnya 1000 orang atau sekurang-
kurangnya 1/1000 dari jumlah penduduk di setiap kepengurusan
partai.
 Pengurus partai politik harus memiliki kantor tetap.
 Mengajukan nama dan tanda gambar partai politik ke KPU.
c. Penetapan Peserta Pemilu

Penetapan nomor urut pada politik peserta pemilu dilakukan


melalui undian oleh KPU dan dihadiri oleh seluruh partai politik peserta
pemilu.

d. Kampanye

Sebelum dilakukan pemungutan suara, partai politik peserta pemilu


diberikan kesempatan untuk berkampanye. Pada kampanye pemilu rakyat
mempunyai kebebasan untuk menghadiri kampanye.

Pelaksanaan kampanye pemilu dilaksanakan sejak 3 hari setelah


calon peserta ditetapkan sebagai peserta pemilu sampai dengan dimulainya
masa tenang, masa tenang yang dimaksud berlangsung 3 hari sebelum hari
pemungutan suara. Materi kampanye pemilu berisi program peserta
pemilu, dalam menyampaikan materi kampanye hendaknya dilakukan
dengan cara yang sopan, tertib, dan mendidik.

e. Pemungutan dan Penghitungan Suara


26

Hari, tanggal, dan waktu pemungutan suara ditetapkan oleh KPU.


Pemungutan suara dilakukan dengan memberikan suara melalui surat suara
yang berisi nomor, foto, dan nama pasangan calon. Penghitungan suara
dilakukan setelah pemungutan suara berakhir.

3. Pemilihan Umum dalam Perspektif Hukum Islam


Mayoritas penduduk Indonesia beragama islam dan agama islam harus
menjadi bagian dalam kehidupannya, termasuk di dalamnya adalah bagaimana
cara memilih pemimpin. Agama Islam (termasuk hukumnya) tidak memberikan
batasan untuk memilih metode tertentu dalam memilih wakil rakyat atau
pemimpinnya. Hal ini dikarena dalam Islam (Hukum Islam) mempunyai tujuan
yang agung yaitu agar tidak ada kesulitan (haraj) bagi kaum muslimin. Dengan
demikian, umat dapat memilih pemimpinnya (wakil rakyat, kepala daerah
maupun presiden) mereka berdasarkan metode yang sejalan dengan tuntutan
zaman, tempat dan waktu selama tidak keluar dari batas syariat.

Sebenarnya terjadi perbedaan pendapat di antara ulama atau fukaha dalam


hal praktek pemilu, khususnya yang dipraktekkan di Indonesia maupun di dunia
lain. Ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah salah satu, bukan satu-satunya
cara (uslûb), yang bisa digunakan untuk memilih para wakil rakyat yang duduk
di majelis perwakilan atau untuk memilih penguasa. Sebagai salah satu cara,
dalam pandangan islam, tentu saja pemilu ini tidak wajib34. Menurut pendapat
ini tentu saja perlu dicari cara lain yang sesuai dengan syariat. Islam
memberikan alternatif dalam pemilihan wakil rakyat yang akan duduk di majelis
perwakilan maupun memilih penguasa untuk memimpin rakyatnya. Syariat tidak
menentukan sistem apa yang digunakan, tetapi islam memberikan pedoman
dalam kehidupan bernegara. Agama Islam itu nasihat sebagaimana Rasulullah

34
Dikutip dari Buletin Dakwah, Al-Islam, “Untuk Kita Renungkan”, Hizbut Tahrir
Indonesia, Edisi 701 Tahun XIX 11 Jumadil Akhir 1435 H/11 April 2014 M. tanggal 12 juni
2021.
27

SAW bersabda: “Agama itu nasihat. “Kami bertanya: “Untuk siapa ya


Rasulullah?” Beliau menjawab: “Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para
pemimpin kaum muslimin dan mereka semuanya (kaum muslim)”. (H.R.
Muslim dari Tamim al-Dari).

Hadits tersebut menunjukkan agar umat dalam setiap perbuatannya dapat


dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT, termasuk dalam melaksanakan
pemilu. Sebagaimana dijelaskan dalam Alquran: “Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya. Kami
lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya. (yaitu) ketika dua malaikat
mencatat amal perbuatannya, yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain
duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya, melainkan
ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”. (Q.S. Qaf: 16-18).

Allah SWT telah menurunkan syariat untuk mengatur kehidupan umat


manusia (rakyat), sehingga diterima atau tidaknya pertanggungjawaban tersebut
ditentukan dengan syariat. Apabila sesuai dengan syariat, maka akan diterima,
sebaliknya apabila tidak sesuai maka akan ditolak, sebagaimana Sabda Nabi
SAW. bahwa siapa saja yang melakukan amal perbuatan yang tidak sesuai
dengan tuntutan syariat maka perbuatan itu akan tertolak. (H.R. Muslim). Begitu
juga dalam pelaksanaan pemilu di Indonesia, harus dilihat apakah sudah sesuai
dengan syariat atau belum.

Menurut ajaran islam sebagaimana dikemukakan oleh Kasman


Singodimedjo, bahwa Allah yang menciptakan sekalian alam seisinya itu
sungguh-sungguh mentolerir/mengizinkan adanya kedaulatan rakyat, adanya
kedaulatan negara dan adanya kedaulatan hukum, yang tentunya di dalam arti
terbatas, yaitu di dalam batas-batas keizinan Allah35. Ekspresi berdaulatnya
Allah tercermin dalam Q.S. al- Ahzab [33]: 36 yang dapat diartikan bahwa jika

35
Kasman Singodimedjo, Masalah Kedaulatan, hlm. 24.
28

Allah dan Rasul telah menetapkan suatu perkara (hukum), maka seorang
mukmin atau mukminat tidak boleh menetapkan ketentuan lain menurut
keinginannya sendiri. Pendapat Kasman Singodimedjo yang tercermin dalam
Q.S. al-Ahzab [33]: 36 tersebut menunjukkan bahwa meskipun kedaulatan yang
berarti rakyat yang berdaulat dalam arti rakyat yang mempunyai kekuasaan,
tetapi masih ada yang lebih berdaulat atau berkuasa yaitu Allah SWT. Di sini
suara rakyat bukanlah suara Tuhan, karena rakyat dapat saja melakukan
perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat.

Dengan demikian, dalam islam kekuasaan politik hanya memiliki


wewenang hukum untuk membuat produk hukum sebagai upaya menjalankan
syariat. Persoalan kemudian adalah bagaimana Allah mengekspresikan
kedaulatan-Nya di dunia nyata. Alquran menegaskan bahwa manusia di bumi
adalah khilafah (pengganti) Allah dengan tugas memakmurkan bumi dan
kekuasaan yang dimiliki adalah amanah. Oleh karena itu, dalam islam
kedaulatan Tuhan merupakan sumber dari segala kedaulatan.

Dalam pandangan islam, kekuasaan yang dimiliki umat islam bukanlah


hak bawaan mereka sendiri, melainkan amanat dari Allah.36 Demikian juga
Muhammad A Al-Buraey menyatakan bahwa: Pemerintahan dan penguasa
hanya untuk Allah dan harus sesuai dengan syariat, tidak ada seorang pun atau
kelompok yang memiliki hak untuk mengingkari Tuhan, kedaulatan hanya
untuk Allah semata, legislasi juga hanya untuk Allah, sehingga pemerintahan
negara Islam memperoleh keabsahannya hanya dengan melaksanakan hukum-
hukum Allah atau syari‟ah-Nya.37 Oleh karena rakyat atau umat tidak dapat
berkuasa sepenuhnya dan mereka merasa perlu untuk memilih pemimpin di

36
Muhammad Asad, “Pemerintahan Islam dan Asas-Asasnya”, dalam Salim Azzam
(Editor), Beberapa Pandangan Tentang Pemerintahan Islam, terjemahan Malikul Awwal dan
Abu Jalil, (Bandung: Mizan, 1983), Cetakan I, hlm. 80-81.
37
Muhammad A. Al-Buraey, Islam Landasan Alternatif Administrasi Pembangunan,
Terjemahan Achmad Nashir Budiman, (Jakarta: Rajawali Press, 1986), Cetakan I, hlm. 157.
29

antara mereka secara bersama yang kemudian diwakilkan kepada para wakilnya
yang akan duduk di pemerintahan, baik di legislatif maupun di eksekutif.
Wakil-wakil rakyat tersebut harus menyalurkan aspirasi rakyat, aspirasi rakyat
yang tentu yang sesuai dengan syariat, yang berarti pemimpin itu telah sungguh-
sungguh hanya bertugas atas nama rakyat/umat yang sejalan dengan kehendak
Tuhan.

Dengan demikian, dikenallah pemilihan untuk memilih wakil-wakil


rakyat/umat di antara mereka. Maka didalam sejarah kebudayaan islam
sebenarnya sudah mengenal metode atau cara untuk memilih pemimpin umat,
yang berbeda dengan metode yang sekarang dikenal yaitu pemilihan umum
sebagai implementasi kedaulatan yang dimaksud menurut versi demokrasi
Barat.

4. Peraturan UU No 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum


Berdasarkan Pasal 6 UU No 7 Tahun 2017, Komisi Pemilihan Umum
terdiri atas KPU Pusat, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, Panitia Pemilihan
Kecamatan, Panitia Pemungutan Suara, Panitia Pemilihan Luar Negeri,
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara dan Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara Luar Negeri.38

Pengelolaan penyelenggaraan pemilu diperlukan untuk mengantisipasi


beban tugas yang tidak merata di tingkat Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara (KPPS) sebagaimana yang terjadi pada Pemilu 2019.
Clayton Reeser mengemukakan bahwa pengelolaan atau manajemen itu penting
dalam memanfaatkan sumber daya fisik dan manusia dengan cara yang
terencana, koordinatif, terorganisir, terarah dan terawasi. Pengelolaan
terhadap sumber daya manusia begitu kompleks bila dibandingkan dengan
pengelolaan terhadap sumber daya mesin. Sumber daya manusia sifatnya
38
Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum. Republik Indonesia.
(2017).
30

unik, mempunyai perasaan yang tidak tampak dari luar secara jelas dan tidak
mudah ditebak.

Dengan demikian, Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)


menjalankan tugas, kewajiban dan kewenangannya haruslah bertindak dengan
terencana, terarah dan diawasi oleh atasannya yaitu Panitia Pemungutan Suara
(PPS), Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan Komisi Pemilihan Umum
Daerah (KPUD) Kabupaten/Kota.

Selanjutnya pelaksanaan tugas dan beban kerja di tingkat Kelompok


Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) penting dikelola dengan baik
kedepan untuk memastikan bahwa setiap petugas Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara (KPPS) mendapatkan beban kerja yang proporsional dan
tidak berlebihan. Pembagian kerja, tanggungjawab kewenangan yang
proporsional dan seimbang dapat mengurangi tingkat kelelehan yang tinggi dan
tekanan psikologis yang dialami oleh petugas Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara (KPPS).

Kemudian, petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara


(KPPS) perlu diarahkan dan dibimbing dalam melakukan tugas dan
kewajibannya sebagai penyelenggara pemilu, seperti diadakan bimbingan teknis
dan atau simulasi pelaksanaan penyaluran hak suara dan perhitungan suara oleh
Panitia Pemungutan Suara (PPS).

Setidaknya bimbingan teknis atau simulasi penyaluran hak suara dan


perhitungan suara dilakukan paling sedikit sebanyak 2 kegiatan, dengan tahapan,
yaitu: 1) bimbingan terkait tugas, kewajiban dan kewenangannya sebagai
penyelenggara pemilu, 2) simulasi pelaksanaan penyaluran suara dan
perhitungan suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS), baik itu untuk pemilihan
Presiden dan juga Legislatif. Kemudian menggelar diskusi untuk
mengidentifikasi segala kemungkinan persoalan yang muncul di Tempat
31

Pemungutan Suara (TPS) dan mencari solusinya. Dengan demikan seluruh


petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) telah terlatih
untuk menjalankan tugasnya dan memiliki kesiapan pengetahuan dan
mental dalam menghadapi permasalahan di Tempat Pemungutan Suara
39
(TPS).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan


Umum Pasal 60 menjelaskan, Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara
(KPPS) memiliki sejumlah tugas, yaitu: a) mengumumkan daftar pemilih tetap
di Tempat Pemungutan Suara (TPS); b) menyerahkan Daftar Pemilih Tetap
(DPT) kepada saksi peserta pemilu yang hadir dan pengawas Tempat
Pemungutan Suara (TPS) dan dalam hal peserta pemilu tidak memiliki saksi,
Daftar Pemilih Tetap (DPT) diserahkan kepada peserta Pemilu; c) melaksanakan
pemungutan dan penghitungan suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS); d)
membuat berita acara pemungutan dan penghitungan suara serta membuat
sertifikat penghitungan suara dan wajib menyerahkannya kepada saksi peserta
pemilu, pengawas Tempat Pemungutan Suara (TPS), dan Panitia Pemilihan
Kecamatan (PPK) melalui Panitia Pemungutan Suara (PPS); e) melaksanakan
tugas lain yang diberikan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi, Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Kabupaten/Kota dan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) melalui Panitia
Pemungutan Suara (PPS); f) menyampaikan surat undangan atau pemberitahuan
kepada pemilih sesuai Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk menggunakan hak
pilihnya di Tempat Pemungutan Suara (TPS); g) melaksanakan tugas lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Selanjutnya, berdasarkan Pasal 62 Undang-Undang Nomor 7 Tahun


2017, petugas KPPS memiliki kewajiban, yaitu: a) menempelkan DPT di TPS;

39
Rahmatunnisa, M. Mengapa integritas Pemilu penting? Jurnal Bawaslu. 3 (1): 1-11
(2017).
32

b) menindaklajuti dengan segera temuan dan laporan yang disampaikan saksi,


pengawas Tempat Pemungutan Suara (TPS), Panitia Pengawas Pemilu
(Panwaslu) Kelurahan/Desa, Peserta Pemilu dan masyarakat pada hari
pemungutan suara; c) menjaga dan mengamankan keutuhan kotak suara kepada
Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu)
Kelurahan/Desa; d) menyerahkan hasil penghitungan suara kepada Panitia
Pemungutan Suara (PPS) dan Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu)
Kelurahan/Desa menyerahkan kotak suara tersegel yang berisi surat suara dan;
e) sertifikat hasil penghitungan suara kepada Panitia Pemilihan Kecamatan
(PPK) melalui Panitia Pemungutan Suara (PPS) pada hari yang sama; f)
melakukan kewajiban lain yang diberikan oleh Komisi Pemilihan Umum
(KPU), Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi, Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Kabupaten/Kota, Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan Panitia
Pemungutan Suara (PPS) sesuai dengan peraturan perundang-undangan; g)
melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Selanjutnya, berdasarkan Pasal 18 huruf c UU No. 7 Tahun 2017,


Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten/Kota bertugas untuk
mengoordinasikan dan mengendalikan tahapan penyelenggaraan pemilu di
tingkat Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dalam wilayah
kerjanya.

B. Sejarah Pemilihan Umum dalam Peradaban Islam

Pemilihan umum dalam sejarah peradaban islam ditemukan dari


peristiwa yang mengarah pada bentuk sebuah pemilu yang kemudian dijadikan
landasan oleh para ulama sekarang untuk membenarkan pemilu yang saat ini
dipraktekkan. Misalnya Baiat al-Nuqaba‟ (wakil-wakil suku), yaitu ketika kaum
Anshar membaiat Nabi SAW. di „Aqabah. Saat itu, Nabi SAW bersabda bahwa
33

pilihlah untukku dari kalian dua belas orang wakil yang akan menunaikan apa-
apa yang dibutuhkan oleh kaum mereka. 40 Selanjutnya dalam kisah utusan
Hawzan, bahwa utusan Hawzan datang kepada Rasulullah SAW dalam keadaan
muslim dan memberi baiat. Ia memohon kepada Nabi SAW agar
mengembalikan harta mereka (yang dirampas karena perang). Nabi pun minta
persetujuannya (kaum muslimin) tentang hal itu dan mereka memberikan isyarat
keridaan. Akan tetapi Nabi tidak cukup dengan persetujuannya saja, selanjutnya
Nabi bersabda bahwa kami tidak mengetahui siapa yang mengizinkan kalian
tentang demikian dan siapa yang tidak mengizinkan. Pulanglah, hingga masalah
ini diangkat (diadukan) kepada kami oleh wakil yang kalian tunjuk.41

Dua riwayat tersebut dijadikan alasan atau dasar oleh para ulama
sekarang terhadap persoalan pemilihan umum, karena kedua riwayat tersebut
mempunyai makna mengenai persoalan kedaulatan rakyat, yaitu rakyat
memberikan pilihannya kepada mereka yang mewakilinya.

Begitu juga periode sesudah Nabi SAW yaitu pada masa al-Khulafa‟ al-
Rasyidin. Pemilihan al-Khulafa‟ al- Rasyidin berbeda dengan metode pemilu
yang dikenal sekarang. Pemilihan umum yang dikenal pada masa al- Khulafa‟
al-Rasyidin dapat ditemui janji setia (baiat) dari masing-masing khalifah yang
terpilih. Janji setia (baiat) dilaksanakan di masjid kemudian rakyat memberikan
baiat kepada khalifah, sehingga di sini ada keterlibatan dan peran rakyat dalam
baiat khalifah.

Pada saat pemilihan Abu Bakar yang dilakukan di balai pertemuan Bani
Saidah oleh kelompok kecil yang terdiri atas lima orang selain Abu Bakar, yaitu
„Umar ibn al-Khaththab, Abu Ubaydah ibn Jarah, Basyir ibn Sa‟ad, Asid ibn

40
Dikutip ulang oleh Rapung Samuddin, Fiqih Demokrasi, Menguak Kekeliruan
Pandangan Haramnya Umat Terlibat Pemilu dan Politik, (Jakarta: Gozian Press, 2013),
Cetakan I, hlm. 304-305.
41
Rapung Samuddin, Fiqih Demokrasi, hlm. 304-305.
34

Khudayr dan Salim, seorang budak Abu Khudzayfah yang telah


dimerdekakan.42 Kelima orang itu merupakan perwakilan dari kelompok
Muhajirin (suku Quraisy) dan kelompok Anshar masing- masing dari unsur
Khazraj dan Aus. Hal ini berbeda dengan „Umar ibn al-Khaththab yang terpilih
tidak melalui proses pemilihan sebagaimana Khalifah Abu Bakar. Meskipun
demikian, „Umar ibn al-Khaththab menyatakan ketika sampai kepadanya berita
bahwa orang-orang berkata bahwa jika „Umar meninggal dunia mereka akan
memberikan baiat pada si Fulan. Beliau juga melarang bahwa barang siapa
membaiat seorang pemimpin tanpa proses musyawarah, baiatnya dianggap tidak
sah, dan tidak ada baiat terhadap orang yang mengangkat baiat terhadapnya atau
keduanya harus dibunuh.43 Riwayat ini adalah bentuk dari pemilihan umum
yang dikenal pada saat itu melalui mekanisme musyawarah dengan rakyat dan
mengembalikan urusan pemilihan pemimpin kepada rakyat (kaum muslimin).

Riwayat selanjutnya adalah perbuatan „Abd al-Rahman ibn „Awf ketika


bermusyawarah dan meminta pendapat rakyat untuk menetapkan siapa yang laik
menjadi seorang khalifah setelah „Umar ibn al-Khaththab wafat. Diwirayatkan
bahwa „Abd al-Rahman ibn „Awf selama tiga hari bermusyawarah dan meminta
pandangan rakyat hingga mantap pilihan jatuh pada „Ustman ibn „Affan. Saat itu
beliau berkata bahwa beliau melihat pilihan manusia tidak bergeser pada
Utsman.44 Riwayat „Abd al-Rahman ibn „Awf ini menunjukkan peran dan
keterlibatan rakyat dalam pemilihan khalifah. Begitu juga dalam pemilihan „Ali
ibn Abi Thalib, dipilih melalui pemilihan, meskipun banyak yang
menentangnya. Pada saat „Ali ibn Abi Thalib terpilih, „Ali ibn Abi Thalib
menolak jika baiatnya hanya sebagai baiat khusus dari ahl al-hall wa al- „aqdi.
42
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta:
UI Press, 1993), hlm. 23.
43
Hadis riwayat al-Bukhârî, Shahih al-Bukhari, Bab Rajm al-Hubla fî al-Zina Idza
Ahshanat, No. 6830, sebagaimana dikutip oleh Rapung Samuddin, Fiqih Demokrasi, Menguak
Kekeliruan Panangan Haramnya Umat Terlibat Pemilu dan Politik, (Jakarta: Gozian Press,
2013), hlm. 306.
44
Hadis riwayat al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, No. 6781.
35

„Ali ibn Abi Thalib kemudian berdiri di dalam masjid dan rakyat berbondong-
bondong memberikan baiat kepada beliau.45 Bentuk demikian merupakan
bentuk pemilu karena adanya keterlibatan dan peran rakyat dalam
menyukseskan baiat seorang pemimpin (khalifah).

Dengan demikian, pemilu dalam islam dapat digambarkan yaitu:


 Kandungan proses pemilu berupa keharusan tegaknya baiat atas
pilihan dan rida rakyat, merupakan perkara yang tercakup dalam
syariat. Baiat dalam islam tidak terjadi melainkan atas asas pilihan,
maka baiat yang terjadi pada seluruh al-Khulafa‟ al- Rasyidin, yang
tegaknya berdasarkan rida dan pilihan.
 Menyerahkan urusan baiat dan ketaatan kepada rakyat merupakan
perkara yang diakui oleh syariat. Wajib bagi seluruh rakyat memberi
baiat kepada imam (kepala negara) mereka. Karena baiat kemudian
terikat oleh hukum-hukum dan kewajiban-kewajiban.46

Terdapat perbedaan antara pemilu yang terjadi di Indonesia saat ini


dengan apa yang terjadi dalam islam sebagaimana diriwayatkan di atas.
Perbedaan tersebut adalah:

 Menyerahkan urusan pemilihan kepala negara kepada seluruh


rakyat, serta membatasinya pada orang yang mereka (rakyat)
kehendaki. Hal ini tentunya tidak terdapat dalam islam. Dalam
sejarah islam, pemilihan khalifah yang dilakukan oleh ahl al- hall wa
al- „aqdi, kemudian diikuti oleh baiat seluruh rakyat, sebagaimana
terjadi pada masa Aba Bakar atau keterlibatan manusia dalam baiat
khalifah secara langsung tanpa ada pilihan dan pembatasan bagi
mereka sebagaimana terjadi pada baiat „Ali ibn Abi Thalib.

45
Abu Ja‟far al-Thabari, Tarikh al-Thabari, (Beirut: Dar al-Fikr, 1997), hlm. 75.
46
Rapung Samuddin, Fiqih Demokrasi, hlm. 308 – 309.
36

 Pemberian kepada setiap orang satu hak suara yang sifatnya terbatas,
sebab dari perhitungan suara tersebut keluar siapa yang akan
menjadi pemimpin berdasarkan suara mayoritas. Metode ini juga
tidak terdapat dalam sejarah islam. Baiat yang sifatnya umum
terselenggara berdasarkan rida manusia dan kesediaan mereka
memberikan baiatnya. Adapun baiat yang sifatnya khusus dari ahl
al-hall wa al- „aqdi terselenggara setelah melalui proses musyawarah
dan pertimbangan tanpa memperhatikan perhitungan suara seperti
pemilu hari ini. Kendati para fukaha menyatakan bahwa yang
dikedepankan adalah pendapat mayoritas dan bukan selainnya,
namun hal ini pun terbatas pada pendapat dan pandangan ahl al-hall
wa al- „aqdi dan bukan pandangan umum sebagaimana terjadi hari
ini.
 Adanya calon-calon lain yang ikut bertarung untuk mendapatkan
pilihan dan baiat dari rakyat. Padahal persoalan menyerahkan baiat
kepada rakyat dalam sejarah islam bukan untuk tujuan membedakan
dan memilih calon-calon yang bertarung, akan tetapi untuk memberi
baiat kepada khalifah yang dipilih oleh ahl al-hall wa al-„aqdi atau
ikut serta (bersama ahl al-hall wa al-„aqdi) dalam memberikan baiat
kepada seseorang tertentu.47

47
Ibid., hlm. 311.
BAB TIGA
ANALISIS UU NO 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN
UMUM DALAM IMPLEMENTASI PEMILU 2019 PIDIE
JAYA

A. Deskripsi pelaksanaan pemilu 2019 di pidie jaya

Pelaksanaan pemilu serentak tahun 2019 di tingkat kabupaten Pidie Jaya


secara umum berlangsung dengan kurang aman. Proses penyelenggaran dapat
dikatakan kurang baik dengan sejumlah catatan perbaikan terhadap prosedur
penyelenggaraan untuk pelaksanaan pemilihan umum berikutnya.

Panwaslih kabupaten Pidie Jaya melakukan pengawasan, pencegahan,


penindakan di seluruh Daerah Pemilihan (Dapil) dalam wilayah kabupaten Pidie
Jaya. Berbagai kendala yang dihadapi dalam proses penyelenggaraan pemilihan
umum anggota DPR, DPD dan DPRD serta pemilihan umum Presiden dan
Wakil Presiden tahun 2019 ini ternyata dapat terpecahkan dan menjadi
pengalaman berharga bagi panitia pengawas pemilihan kabupaten pidie jaya
dalam malaksanakan tugas-tugas lain dimasa yang akan datang.48

Semua tahapan dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemilihan umum


anggota DPR, DPD dan DPRD serta pemilihan umum Presiden dan Wakil
Presiden tahun 2019 di kabupaten pidie jaya dapat terlaksana dengan baik dan
berbagai kendala yang dihadapi dalam proses ini ternyata dapat terpecahkan dan
menjadi pengalaman berharga bagi panitia pengawas pemilihan kabupaten
pidie jaya dalam malaksanakan tugas- tugas lain dimasa yang akan datang
mudah-mudahan dapat dievaluasi dengan obyektif sehingga di periode
berikutnya semua pengawas pemilihan disemua jajarannya masing– masing

48
Sulaiman Tripa, dkk. Partisipatif, Catatan Eksploratif Pengawasan Pemilu Pidie
jaya, (Banda Aceh: Bandar Publishing, 2019), hlm. 75.
30
31

mampu mengemban tugas pengawasan diwilayah kerja masing-masing dengan


sebaik-baiknya.

Berikut beberapa tahapan peleksanaan pemilu 2019 di Pidie Jaya:


1. Pengawasan Pemutakhiran Data Pemilih
Pada tahapan pemutakhiran data pemilih masih ada pemilih
yang memiliki hak pilih tidak terdaftar dalam DPT. Maka terkait hal
tersebut perlu melakukan evaluasi, dengan meningkatkan fungsi
pencegahan dan meningkatkan kepatuhan penyelenggara terhadap aturan
yang berkaitan dengan pelaksanaan tahapan pemilihan umum agar tidak
terjadi berulang kali hal yang sama, dan panitia pengawas pemilihan juga
harus meningkatkan fungsi pengawasannya di setiap tahapan pemilihan
umum dalam hal ini dapat menekan peluang terjadinyan kecurangan. 49

2. Pengawasan Tahapan Verifikasi Partai Politik

Dalam pengawasan tahapan verifikasi partai politik peserta pemilu


tahun 2019 pihak Panwaslih kabupaten Pidie Jaya melakukan persiapan
pengawasan dengan membentuk tim pengawasan, memberikan arahan
kepada tim pengawasan terkait dengan fokus pengawasan yang akan
dilaksanakan, menguasai aturan terkait fokus pengawasan. Adapun titik
kerawanan yang harus kita ketahui antisipasi terkait kelengkapan dan
keabsahan dokumen yang diserahkan oleh partai politik, dalam hal ini
panwaslih harus memperhatikan tehadap dokumen yang diserahkan; data
pengurus dan anggota partai politik tidak sesuai dengan salinan KTA dan
salinan KTP elektronik/surat keterangan.

3. Pengawasan Tahapan Pencalonan

49
Ibid., hlm. 76.
32

Pada pengawasan tahapan pencalonan panwaslih kabupaten pidie


jaya melakukan persiapan dengan membentuk tim pengawasan,
memberikan arahan kepada tim pengawasan terkait dengan fokus
pengawasan yang akan dilaksanakan, menguasai aturan terkait fokus
pengawasan, kerawanan dalam tahapan pendaftaran calon anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Kabupaten Pidie Jaya.

4. Pengawasan Tahapan Uji Mampu Baca Al-Qur‟an

Dalam melakukan pengawasan pada tahapan uji mampu baca al-


qur‟an caleg partai politik peserta pemilu tahun 2019 Panwaslih kabupaten
pidie jaya melakukan persiapan pengawasan yaitu membentuk tim
pengawasan, memberikan arahan kepada tim pengawasan terkait dengan
fokus pengawasan yang akan dilaksanakan, menguasai aturan terkait focus
pengawasan. Kerawanan-kerawanan pada tahapan ini yang harus
diantisipasi yaitu;

 Memastikan tim penguji mampu baca Al-Quran harus terdiri dari 3


unsur yaitu (LPTQ, Kemenag, dan MPU);
 Tes uji mampu baca Al-quran harus sesuai dengan petunjuk teknis;
 Memastikan caleg yang mengikuti tes baca Al-quran sesuai dengan
yang didaftarkan oleh partai politik.

Pada tahapan pelaksanaan pengawasan tes uji mampu baca Al-


Quran, ada beberapa caleg dari partai politik terlambat datang saat tes uji
mampu baca Al-Quran, padahal sebelumnya partai politik sudah
diberitahukan mengenai jadwal dan waktu, walaupun demikian caleg yang
terlambat tetap mengikuti tes uji mampu baca Al-Quran pada hari yang
sama, sehingga evaluasi terhadap hal tersebut diharapkan penetapan
33

terkait peraturan pengawasan tersebut jadwal penetuan diperjelas, tindakan


yang harus dilaksanakan oleh pengawas pemilu (dipertegas).50

5. Pengawasan Tahapan Kampanye

Kegiatan kampanye pemilihan umum anggota DPR, DPD, DPRD,


DPRD kabupaten/kota serta pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun
2019 di wilayah kabupaten Pidie Jaya berjalan sesuai dengan tahapan yang
ditetapkan oleh komisi independen pemilihan kabupaten pidie jaya,
banyak terjadi kegiatan kampanye yang melanggar Perundang-Undangan
pemilihan umum. Pada tahapan kampanye panitia pengawas pemilihan
kabupaten pidie jaya menemukan beberapa alat peraga kampanye yang
memuat materi yang tidak dibenarkan dalam Perundang-Undangan
pemilu.

Panitia pengawas pemilihan kabupaten pidie jaya melaksanakan


pengawasan terhadap tahapan kampanye pemilihan umum 2019 yang
berlangsung dalam kabupaten pidie jaya. Pengawasan dilakukan terhadap
setiap kegiatan kampanye peserta pemilu atau pihak lain yang ditunjuk
oleh peserta pemilu dalam hal meyakinkan pemilih dengan menawarkan
visi, misi, program, dan/atau menyampaikan citra diri peserta pemilu.

Selama tahapan kampanye, peserta pemilu dapat melakukan


kegiatan kampanye dengan metode pertemuan terbatas, pertemuan tatap
muka, penyebaran bahan kampanye kepada umum, pemasangan alat
peraga kampanye di tempat umum, media sosial, iklan media cetak, media
elektronik dan media dalam jaringan, rapat umum serta kegiatan lain yang

50
Kasem, F. M. Laporan Komprehensif Hasil pengawasan pemilu DPR, DPD, DPRD,
Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2019. (Mereudu: Panwaslih Pidie Jaya 2019), hlm. 42.
34

tidak melanggar larangan kampanye pemilu dan ketentuan perundang-


undangan.51

Metode kampanye yang paling banyak dilakukan oleh peserta


pemilu adalah pertemuan terbatas dan tatap muka dengan menggelar
kampanye diluar ruangan yang lokasinya lebih memudahkan untuk
berkampanye yaitu dengan mengunjungi tempat tinggal warga.

Kampanye dalam bentuk lain sepanjang tidak melanggar ketentuan


Perundang-Undangan dilakukan oleh peserta pemilu yaitu dalam bentuk
kegiatan olahraga. Kegiatan kampanye dalam bentuk lain yang dilakukan
oleh peserta pemilu untuk semakin menarik perhatian pemilih.

6. Pengawasan Distribusi Logistik

Panitia pengawas pemilihan kabupaten pidie jaya, dalam


melakukan perencanaan pengawasan saat pengiriman logistik pemilu ke
kabupaten pidie jaya dan pendistribusian perlengkapan pemungutan dan
penghitungan suara ke kecamatan dan TPS, panitia pengawas pemilihan
kabupaten pidie jaya sudah mempersiapkan personil baik ditingkat
kabupaten maupun tingkat kecamatan yang siap melakukan pengawasan
langsung dan melekat, setiap kegiatan pengawasan nantinya akan
mencatat rekam kejadian yang dituangkan dalam form A, dan dokumen
lainnya baik itu jumlah logistik yang kurang dan lebih, jenis logistik,
tanggal sampainya logistik, dan waktu sampainya logistik.

Panwaslih kabupaten pidie jaya menginstruksikan kepada personil


yang bertugas melakukan pengawasan selalu berpedoman pada peraturan
badan pengawas pemilu (Perbawaslu) Nomor 30 Tahun 2018 tentang
pengawasan, perencanaan, pengadaan, dan pendistribusian perlengkapan

51
Ibid, hlm. 64.
35

penyelenggaraan pemilihan umum. Panitia pengawas pemilihan kabupaten


pidie jaya selalu berkoordinasi dengan komisi indenpenden pemilihan
(KIP) kabupaten pidie jaya terkait dengan jadwal pengiriman logistik ke
pidie jaya dan pendistribusian perlengkapan pemungutan dan
52
penghitungan suara ke kecamatan dan TPS.

Panwaslih kabupaten pidie jaya terus melakukan upaya-upaya


pencegahan untuk menekan tidak terjadinya pelanggaran, dilakukan baik
dengan lisan maupun dengan menyurati.

Permasalahan di kabupaten pidie jaya pada tahapan pengadaan dan


pendistribusian terkait dengan kekurangan logistic pemilu, kekurangan ini
diketahui setelah dilakukannya proses penyortiran adanya logistik yang
rusak seperti surat suara, dan alat perlengkapan penghitungan suara di
TPS, kekurangan logistik ini harus di respons dengan segera dengan
membuat laporan berupa jumlah yang kekurangan dan jenis logistik, agar
nantinya kekurangan ini dapat segera tercukupi, mengingat tahapan terus
berjalan.

Panitia pengawas pemilihan kabupaten pidie jaya sangat


mengapresiasi usaha dan kerja keras penyelenggara pemilu, baik itu
jajaran panitia pengawas pemilihan (Panwaslih) kabupaten pidie jaya di
semua tingkatan, maupun komisi indenpenden pemilihan (KIP) kabupaten
pidie jaya, mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan, desa, dan tingkat
TPS.

7. Pelaksanaan Pengawasan Dana Kampanye

Perencanaan pengawasan tahapan dana kampanye dilakukan oleh


Panwaslih kabupaten pidie jaya dan dengan melakukan beberapa bentuk

52
Ibid, hlm. 50.
36

pengawasan, yaitu dengan melakukan pengawasan secara langsung,


memeriksa kebenaran, akuntabilitas dan kelengkapan laporan dana
kampanye peserta pemilu, serta memastikan kepatuhan waktu pelaporan.53

Dalam rangka pengawasan tahapan dana kampanye, panitia


pengawas pemilihan kabupaten pidie jaya telah melakukan beberapa
kegiatan pengawasan diantaranya yaitu; pengawasan rekening khusus
dana kampanye, pengawasan laporan awal dana kampanye, pengawasan
laporan penerimaan sumbangan dana kampanye, pengawasan laporan
penerimaan dan pengeluaran dana kampanye.

8. Pengawasan Pemungutan Suara, Penghitungan dan Rekapitulasi


Hasil Perolehan Suara

Sebelum pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara


pemilihan umum 2019 panitia pengawas pemilihan kabupaten pidie jaya
melaksanakan rapat kerja teknis pengawasan pungut hitung yang
dilaksanakan pada tanggal 10 april 2019 di wisma ananda Meureudu. yang
melibatkan komponen ketua dan anggota Panwascam se-kabupaten Pidie
jaya. Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut adalah untuk
meningkatkan pengetahuan panitia pengawas kecamatan dalam hal
pengawasan tahapan pemungutan dan penghitungan suara pemilihan
umum 2019, dengan diadakan kegiatan ini pengawas pemilu baik
Panwascam, PPG dan PTPS sudah mengetahui titik fokus pengawasan
yang dilaksanakan pada hari pemungutan, penghitungan dan perekapan
suara pemilihan umum. Dengan diadakan kegiatan ini panitia pengawas
pemilihan kabupaten berharap agar pengawas pemilu menjalankan fungsi
pengawasan seperti yang sudah diatur dalam aturan Perundang-Undangan
dan mencegah terjadinya pelanggaran pemilihan umum.

53
Sardini, N. Pesoman Pengawasan Pemilu. (Jakarta: Election-MDP 2009), hlm. 70.
37

Dalam pelaksanaan pengawasan panitia pengawas pemilihan


kabupaten pidie jaya menugaskan panitia pengawas pemilihan kecamatan
dan panitia pengawas gampong untuk melakukan pengawasan pada titik
fokus pengawasan.

Hasil pengawasan pada tahapan pemungutan suara yaitu:


berdasarkan dari informasi awal dari pengawas TPS 01 (satu) gampong
meunasah balek kecamatan meureudu kabupaten pidie jaya yang bahwa
pada hari pelaksanaan pemungutan suara, sekitar pukul 11.00 s/d 11.30
Wib terjadi di seputaran dua TPS yaitu TPS 2 (dua) dan TPS 1 (satu)
disaat kesibukan petugas di tempat pemilihan, ditemukan adanya 1 (satu)
orang pemilih yang bernama Edi Saputra memilih secara sah di TPS 2
(dua) dengan menggunakan surat pemberitahuan pemungutan suara
kepada pemilih (C6-KPU). Setelah melakukan pencoblosan di TPS 2 (dua)
pelaku saudara Edi Saputra menggunakan KTP-elektronik miliknya untuk
memilih lebih dari satu kali secara tidak sah di TPS 1 (satu) gampong
meunasah balek kecamatan meureudu kabupaten pidie jaya. Kecurangan
yang dilakukan oleh saudara Edi Saputra berawal dari salah satu saksi
parpol yaitu saudara Abdul Jabar dan timses parpol saudara Fakhrul yang
melihat dan menduga bahwa telah melakukan pemilihan atau pencoblosan
lebih dari satu kali di TPS 1 (satu). Dari hasil pemeriksaan lebih lanjut,
bukti lain yang dapat mencurigakan saudara Edi Saputra yaitu memasukan
jari ketinta sebagai bukti dia telah memilih. Dengan temuan dugaan
kecurangan yang dilakukan oleh Saudara Edi Saputra, pihak dari saksi
parpol dan timses parpol memberitahukan kepada saksi parpol dan
pengawas TPS dan KPPS di TPS 01 (Satu) gampong meunasah balek
kecamatan meureudu untuk meminta keterangan kepada Pelaku, dan
pengakuan dari pelaku yaitu Edi Saputra bahwa dia telah melakukan
pencoblosan lebih dari 1 (satu) kali.
38

Rekomendasi dari pihak panwaslih kabupaten pidie jaya


berdasarkan hasil temuan tersebut pengawas tepat pemungutan suara TPS
01 merekomendasikan pemungutan suara ulang kepada KPPS TPS 01
gampoeng meunasah balek pada tanggal 22 april 2019 dengan nomor
surat: 01/PTPS/IV/2019.54

Kemudian komisi independen pemilihan kabupaten pidie jaya


mengeluarkan keputusan dengan nomor: 68/HK.07.5-Kpt/1118/KIP-
Kab/IV/2019 tentang tindak lanjut rekomendasi pemungutan suara ulang
di TPS 01 gampoeng meunasah balek kecamatan meureudu.

Bahwa dalam putusan komisi independen pemilihan kabupaten


pidie jaya menetapkan tidak diadakan pemungutan suara ulang pemilihan
umum 2019 di TPS 01 gampoeng meunasah balek kecamatan meureudu.

9. Pelaksanaan Pengawasan Non-Tahapan


a. Pengawasan Netralitas ASN

Pengaturan netralitas aparatur sipil negara (ASN) diatur


dalam pasal 280 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Apabila ASN tersebut tetap
terlibat dalam kegiatan kampanye, maka sebagaimana diatur dalam
pasal 494 akan dikenakan sanksi pidana kurungan paling lama 1
tahun dan denda paling banyak Rp 12.000.000, -.

Panwaslih pidie jaya melakukan beberapa langkah dalam


rangka upaya pencegahan terjadinya pelanggaran yang dilakukan
oleh aparatur sipil negara (ASN), diantaranya melalui mengirimkan
surat kepada badan kepegawaian dan sumber daya manusia
(BKPSDM) kabupaten pidie jaya, pemasangan spanduk, baliho dan

54
Kasem, F. M. Laporan Komprehensif Hasil pengawasan pemilu DPR, DPD, DPRD,
Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2019. (Mereudu: Panwaslih Pidie Jaya 2019), hlm. 110.
39

sosialisasi terkait larangan ikut terlibat dalam kampanye yang


dilaksanakan oleh tim kampanye partai politik di kabupaten pidie
jaya.

b. Pengawasan Politik Uang

Dalam undang-undang nomor 7 tahun 2017 ayat 2 di


sebutkan, “selama masa tenang, pelaksana, peserta, dan/atau tim
kampanye pemilu presiden dan wakil presiden dilarang menjanjikan
atau memberikan imbalan kepada pemilih untuk: a. Tidak
menggunakan hak pilihnya; b. Memilih pasangan calon; c. Memilih
partai politik pemilu tertentu; d. Memilih calon anggota DPR, DPRD
provinsi, dan DPRD; e. Memilih calon anggota DPD tertentu.”

Adapun sanksi terhadap pelanggaran ketentuan tersebut


diatur dalam Pasal 523 ayat 2, yaitu setiap pelaksana, peserta,
dan/atau tim kampanye pemilu yang dengan sengaja pada masa
tenang menjanjikan atau memberikan imbalan uang atau materi lain
kepada pemilih secara langsung ataupun tidak langsung di pidana
penjara paling lama empat tahun dan denda paling banyak Rp 48
juta. Terkait praktik politik yang dilakukan pada hari pemungutan
suara, pasal 523 ayat 3 mengatur bahwa setiap orang yang dengan
sengaja pada hari pemungutan suara menjanjikan atau memberikan
uang atau materi lain kepada pemilih untuk tidak menggunakan hak
pilihnya atau memilih peserta pemilu tertentu dipidana penjara
paling lama tiga tahun dan denda paling banyak Rp. 36 juta.55

c. Pengawasan Politik SARA

55
Pahlevi, I. Lembaga Penyelenggara Pemilihan Umum di Indonesia: Berbagai
Permasalahan. Politica, (2011). hlm, 45-72.
40

Pada pelaksanaan pengawasan politik sara panitia pengawas


pemilihan kabupaten pidie jaya menghimbau kepada seluruh
masayarakat dalam kabupaten pidie jaya melaluai spanduk dan
baliho untuk menolak hoax, sara, politik uang dan ujaran kebencian
yang dipasang di jalan umum dan gampong dalam kabupaten pidie
jaya.

Panwaslih pidie jaya melaksanakan pengawasan terhadap


politisasi sara di wilayah kabupaten pidie jaya selama pelaksanaan
tahapan pemilu. Kegiatan pengawasan ini dilaksanakan dengan cara
turun kelapangan berinteraksi dengan masyarakat, selain itu juga
melalui pengawasan dengan memantau media social seperti
facebook dan instagram.

Pengawas pemilu pada saat melakukan pengawasan tahapan


pemilu harus selalu siap dengan catatan dan alat dokumentasi agar dapat
menangkap kejadian atau peristiwa yang terkait pelanggaran atau
informasi tentang dugaan pelanggaran, semua data yang telah dicatat
oleh pengawas, dikumpulkan kemudian diuraikan secara jelas, singkat,
dan padat untuk diarsipkan56.

Sebagaimana yang telah diatur dalam undang–undang nomor 7


tahun 2017 tentang pemilihan umum yang pada umumnya melakukan
pencegahan, pengawasan, penindakan, pembentukan, pembinaan
terhadap jajaran pengawas pemilu dibawah tingkatannya, panitia
pengawas pemilihan kabupaten pidie jaya berharap agar kedepan dapat
meningkatkan kembali kegiatan-kegiatan peningkatan kapasitas untuk
jajaran pengawas pemilihan demi maksimalnya dalam pelaksaan tugas

56
Haryati, D. Penguatan Peran Panwaslu dalam Pemilu kada. Jurnal Bina Praja,
(2012).
41

misalnya seperti sosialisasi untuk pengawas TPS yang bisa dikatakan


sebagai ujung tombak dalam pengawasan.

B. Implementasi UU No 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum di


Pidie Jaya

1. Pengertian implentasi
Implementasi adalah proses untuk memastikan terlaksananya
suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Impelementasi juga
dimaksudkan menyediakan sarana untuk membuat sesuatu dan
memberikan hasil yang bersifat praktis terhadap sesama. dapat dikatakan
bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan pihak-pihak
yang berwenang atau kepentingan baik pemerintah maupun swasta yang
bertujuan untuk mewujudkan cita-cita atau tujuan yang telah ditetapkan,
implementasi dengan berbagai tindakan yang dilakukan untuk
melaksanakan atau merealisasikan program yang telah disusun demi
tercapainya tujuan dari program yang telah direncanakan karena pada
dasarnya setiap rencana yang ditetapkan memiliki tujuan atau target yang
hendak dicapai.57
Pemahaman tentang implementasi dapat dihubungkan dengan
suatu peratuiran atau kebijakan yang berorientasi pada kepentingan
khalayak ramai atau masyarakat. Suatu kebijakan akan terlihat
kemanfaatannya apabila telah dilakukan implementasi terhadap kebijakan
tersebut.

2. Implementasi UU Pemilu di Pidie jaya


Pemilihan umum merupakan suatu solusi terhadap persoalan
demokrasi modern dan juga merupakan upaya memecahkan masalah
keterwakilan yaitu bagaimana mewakili berbagai kelompok, kekuatan
57
Gatara, A. Sahid Ilmu Politik Memahami dan Menerapkan, (Cet. I; Bandung: Pustaka
Setia, 2008), hlm. 22.
42

politik, kepentingan maupun rakyat secara keseluruhan. Saat peneliti


menanyakan persoalan bagaimana implementasi undang-undang pemilu
dalam meminimalisir pelanggaran-pelanggaran pemilu di kabupaten pidie
jaya.

Pernyataan yang dilontarkan oleh ketua bawaslu pidie jaya, maka


penulis menyimpulkan bahwa penyelenggaran pemilu yang diharapkan
bersih dari praktik-praktik jahat akan mampu diminimalisir berdasarkan
perintah dari regulasi yang ada, karena dengan hal semacam itu, maka
potensi kecurigaan publik terhadap penyelenggara Pemilu, khususnya
Bawaslu akan terminimalisir, sehingga cita - cita menghadirkan pemimpin
dan wakil-wakil rakyat yang diharapkan mampu mengahdirkan keadilan
dan kesejahteraan dapat dicapai dan dihadirkan di ruang-ruang publik.
Insinuasi terhadap pejabat publik, khususnya pihak penyelenggara pemilu
juga lambat laun akan hilang.58

Kemudian ketika peneliti menanyakan persoalan kecurigaan


masyarakat kepada pihak penyelenggara pemilu terkait potensi awal
kecurangan pemilu yang ada pada pihak penyelenggara, informan peneliti
mengatakan: “Kalau menurut saya, memang benar kecurigaan-
kecurigaan masyarakat bahwa awal mula terjadinya kecurangan dalam
penyelenggaraan Pemilu berada di pihak penyelenggara karena pihak
penyelenggara yang menjadi patron atau sumbu penyelenggaraan
Pemilu itu sendiri, mereka memiliki otoritas dalam mempolarisasi
konsep-konsep yang bermuatan pada kecurangan-kecurangan Pemilu”.59

Peneliti berkesimpulan bahwa masih ada masyarakat terutama


warga kabupaten pidie jaya yang masih ragu dengan kredibilitas

58
Wawancara dengan bapak Fajri M. Kasem Ketua Bawaslu Pidie Jaya.
59
Wawancara dengan bapak Teuku Dian, S.E Koordinator Sekretariat Panwaslih
Kabupaten Pidie Jaya pada tanggal 15 juni 2021.
43

penyelenggara pemilu yang mengklaim bekerja secara professional untuk


menghadirkan para pemimpin atau wakil-wakil rakyat yang dapat
memegang amanah jika terpilih sebagai kepala negara, kepala daerah atau
wakil rakyat di parlemen.

Dari data yang peneliti temukan, maka dapat disimpulkan bahwa


bawaslu pidie jaya telah menjalankan professionalitas kerja mereka karena
telah melakukan riset terkait mana saja yang masuk dalam kategori pidana
pemilu, pelanggaran administratif maupun hukum lainnya dari hasil
laporan yang masuk di Bawaslu Pidie Jaya, khususnya pelanggaran-
pelanggaran pemilu di kabupaten Pidie jaya.

Berdasarkan pasal 454 angka (2) Undang-Undang Pemilihan


Umum Nomor 7 Tahun 2017 temuan pelanggaran pemilu merupakan hasil
pengawasan aktif Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota,
Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan
Pengawas TPS pada setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu.

Adapun berdasarkan dalam pelaksanaan pengawasan aktif oleh


panitia pengawas pemilihan kabupaten pidie jaya, adanya temuan dugaan
pelanggaran tindak pidana pemilu yang terjadi pada saat pemungutan
suara.

(Tabel.1.1.Temuan Dugaan Pelanggaran Pemilu)


JUMLAH JENIS TEMPAT NOMOR
NO TEMUAN REGISTRASI
PELANGGARAN KEJADIAN
Meunasah Balek 01/TM/PL/01.22/I
Tindak Pidana
1 1 (Satu) Kecamatan V/2019
Pemilihan Umum
Meureudu
Sumber: Dokumen Panitia Pengawas Pemilihan Kabupaten Pidie Jaya
44

Panitia pengawas pemilihan kabupaten pidie jaya menemukan 1


(satu) temuan dugaan pelanggaran tindak pidana pemilihan umum pada
tanggal 22 april 2019 di TPS 01 gampong meunasah balek yang dilakukan
oleh saudara Edi Saputra dengan melakukan pencoblosan lebih dari 1
(satu) kali.

Berdasarkan pasal 454 angka (3) Undang-Undang Pemilihan


Umum Nomor 7 Tahun 2017 laporan pelanggaran pemilu merupakan
laporan langsung warga Negara Indonesia yang mempunya hak Pilih,
peserta pemilu, dan pemantau pemilu kepada Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu
Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan/atau pengawas TPS pada setiap
tahapan penyelenggaraan pemilu.

Dalam pelaksanaan pengawasan dalam setiap tahapan pemilu,


panitia pengawas pemilihan kabupaten pidie jaya mendapatkan beberapa
laporan dugaan pelanggaran pemilu sebagai berikut:
(Tabel.1.2.Laporan Dugaan Pelanggaran Pemilu)
Registrasi /
Nomor Jenis Tidak
No Tgl Laporan Tahapan
Laporan Pelanggaran Registrasi

1 01/LP/Kab/01. Pendaftaran
22/V/2018 30 Mei 2018 Kode Etik Presiden dan Registrasi

Legislatif
2 01/LP/PL/Kab/ Pidana
23 April 2019 Pungut Hitung Registrasi
01.22/IV/2019 Pemilu

3 02/LP/PL/Kab/ Dugaan Tidak di


01.22/IV/2019 27 April 2019 Pidana Pungut Hitung Registrasi
Pemilu
Sumber:Dokumen Panwaslih Kabupaten Pidie Jaya
45

Pertama, panwaslih kabupaten pidie jaya menerima 3 (tiga) laporan


selama pelaksanaan tahapan pemilihan umum 2019. laporan pertama yang
disampaikan ke panitia pengawas pemilihan kabupaten pidie jaya pada
tanggal 30 mei 2018 yang dilaporkan oleh saudari Astri Pratiwi yang
merupakan staf panitia pengawas kecamatan panteraja dikarenakan
pemotongan honorium dan pemukulan terhadap Astri Pratiwi oleh saudara
Ariza yang merupakan salah satu anggota pangawas kecamatan panteraja.

Kedua, laporan yang disampaikan ke panitia pengawas pemilihan


kabupaten pidie jaya pada tanggal 23 april 2019 yang dilaporkan oleh
saudara M. Thaib atas kasus dugaan pelanggaran tindak pidana pemilihan
umum dengan melakukan pencoblosan lebih dari (1) satu kali yang
dilakukan oleh saudara Ridwan Benseh di Gampong Paru Keude pada
TPS 01, TPS 02, TPS 03, TPS 04, TPS 05, TPS 06, TPS 07, dan TPS 08. 60

Ketiga, laporan yang dilaporkan oleh saudara Murad Elfuad ke


panitia pengawas pemilihan kabupaten pidie jaya pada tanggal 27 april
2019 atas kasus dugaan pelanggaran tindak pidana pemilihan umum yang
terjadi pada tanggal 17 april 2019 di Gampong Muko Kuthang saat
pemungutan surat suara pemilihan umum. Panitia pengawas pemilihan
kabupaten pidie jaya tidak dapat merigistrasi laporan tersebut dikarenakan
tidak ada bukti dan Saksi-saksi yang di sampaikan oleh pelapor dan
laporan tersebut sudah melewati batas waktu pelaporan yang mana dalam
peraturan badan pengawas pemilihan umum nomor 7 tahun 2017 waktu
pelaporan dugaan pelanggaran pemilihan umum 7 hari sejak waktu
diketahui.

Pendapat unsur Gakkumdu Kabupaten Pidie Jaya terkait laporan


dugaan pidana pemilihan umum di Gampong Paru Keude, untuk dapat
60
Kasem, F. M. Laporan Komprehensif Hasil pengawasan pemilu DPR, DPD, DPRD,
Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2019. (Mereudu: Panwaslih Pidie Jaya, 2019), hlm. 67.
46

ditindaklanjuti ketahapan penyidikan dan untuk pembuktian di pengadilan,


maka dalam hal ini tim penyelidikan harus terlebih dahulu mendapatkan
keterangan dari terlapor saudara Ridwan Benseh untuk ditindaklanjuti ke
tahap penyidikan, karena sesuai dengan petunjuk teknis Kejaksaan Agung
RI Nomor B.1085/E/EJP/02/2019, tanggal 25 februari 2019, perihal
petunjuk teknis penanganan perkara tindak pidana pemilu, yang mengatur
in absentia dikenal sejak tahap penyidikan dan dimaknai sebagai
penyampaian berkas perkara tanpa berita acara pemeriksaan tersangka.

Berdasarkan hasil pembahasan kedua sentra gakkumdu terhadap


laporan saudara Muhammad Thaib, tidak terpenuhi cukup alat bukti untuk
ditingkatkan ketahapan penyidikan dikarenakan tidak ada keterangan
terlapor dan waktu penanganan yang sangat singkat, sehingga penanganan
dugaan pidana pemilu tidak ditindaklanjuti dan dihentikan di pembahasan
kedua sentra penegakan hukum pemilu kabupaten pidie jaya.

Berikut dibawah ini tindak lanjut penindakan pelanggaran


pemilihan umum tahun 2019 di Kabupaten Pidie Jaya berdasarkan tabel di
atas:

 Untuk menindak lanjuti penindakan pelanggaran pemilihan


umum bahwa putusan nomor: 37/pid.Sus/2019/PN Mrn pada tanggal
9 mei 2019 Majelis Hakim Pengadilan Negeri Meureudu mengadili
temuan dugaan tindak pidana pemilihan umum yang dilakukan oleh
saudara Edi Saputra pada tanggal 17 april 2019 dengan melakukan
pencoblosan lebih dari satu kali, maka pengadilan memutuskan
dalam Sidang yaitu menyatakan terdakwa Edi Saputra telah terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
pemilihan umum pada waktu pemungutan suara dan menjatuhkan
hukuman pidana penjara selama 4 bulan dengan ketentuan tidak
47

perlu menjalankan, kecuali terpidana kembali melakukan tindak


pidana lainnya dalam masa percobaan selama 8(delapan) bulan
berakhir dan denda Rp 1.000.000 (satu juta rupiah).
 Sehubungan berita acara rapat pleno pemberhentian anggota panitia
pengawas pemilu kecamatan panteraja nomor:
01/K.AC17/HK.01.01/VI/2018, panitia pengawas pemilihan
kabupaten pidie jaya pada tanggal 19 juni 2018 bahwa hasil rapat
pleno memutuskan terhadap saudara Ariza diberhentikan dari
anggota panitia pengawas pemilihan kecamatan panteraja secara
musyawarah tertutup. Dengan terbukti melakukan pemotongan
honorarium dan melakukan pemukulan terhadap saudari Astri
Pratiwi salah satu anggota panitia pengawas pemilihan kecamatan
panteraja sehingga terbukti secara sah melakukan perbuatan yang
melanggar ketentuan Undang-Undang berupa pelanggaran kode etik
penyelenggara pemilihan umum.
 Tindak lanjut dari rekomendasi PTPS nomor: 01/PTPS/IV/2019
bahwa pada tahapan rekomendasi pemungutan suara ulang di TPS
01 gampong meunasah balek kecamatan meureudu. panitia
pengawas pemilihan gampong meunasah balek melakukan
penelitian di tepat kejadian perkara dan langsung mendapatkan
supervisi dari pengawas pemilihan kecamatan meureudu dan
panwaslih kabupaten pidie jaya dalam membuat penelitian dan
rekomendasi pemungutan suara ulang di TPS 01 gampong meunasah
balek dan meminta kepada pengawas tempat pemungutan suara
merekomendasi kepada komisi independen pemilihan kabupaten
pidie jaya untuk melakukan pemungutan suara ulang surat nomor:
01/PTPS/IV/2019 pada tanggal 22 april 2019.
48

 Selanjutnya bahwa panitia pengawas pemilihan kabupaten pidie jaya


merekomendasikan pemungutan suara ulang di TPS 01, TPS 02,
TPS 03, TPS 04, TPS 05, TPS 06, TPS 07, dan TPS 08 gampong
paru keude kecamatan bandar baru kabupaten pidie jaya melalui
panitia pengawas pemilihan kecamatan bandar baru kepada komisi
independen pemilihan kabupaten pidie jaya untuk menindak lanjuti
perhitungan ulang berdasarkan surat nomor:
02/PANWASCAM/IV/2019 pada tanggal 26 april 2019.

Dalam melaksanakan amanat ketentuan pasal 486 Undang-Undang


Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum dan Peraturan Badan
Pengawas Pemilihan Umum Nomor 31 tahun 2018 tentang
Sentra Penegakan Hukum Terpadu, perlu dibentuk Gakkumdu, Gakkumdu
Provinsi dan Gakkumdu Kabupaten/Kota.

Pembentukan Gakkumdu, Gakkumdu Provinsi dan Gakkumdu


Kabupaten/Kota antar Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik
Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kejaksaan Agung
Republik Indonesia dalam rangka menyamakan pemahaman dan pola
penanganan tindak pidana pemilu.

Berdasarkan hasil rapat dengan sentra gakkumdu yang didalamnya


melibatkan kepolisian resort pidie-pidie jaya, kejaksaan negeri pidie jaya
dan panitia pengawas pemilihan kabupaten pidie jaya, maka dibentuklah
sentra gakkumdu kabupaten pidie jaya dengan surat keputusan yang
ditandatangani oleh ketua panitia pengawas pemilihan kabupaten pidie
jaya nomor 02.1/K.Bawaslu.AC-17/HK.01.01/I/2019 pada tanggal 02
januari 2019.

Penyelesaian sengketa panwaslih kabupaten pidie jaya pada


pemilihan umum tahun 2019, pemilihan presiden dan wakil presiden,
49

pemilihan DPR, pemilihan DPD, pemilihan DPRD provinsi dan Pemilihan


DPRD kab/kota. Sebagaimana yang telah di atur dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum di tahun 2019.
Perbawaslu Nomor 18 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilihan Umum, Perbawaslu Nomor 18 Tahun 2018
tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas Pemiihan Umum
Nomor 18 Tahun 2017 Tentang tata cara penyelesaian sengketa proses
pemilihan umum, Perbawaslu Nomor 27 Tahun 2018 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 18
Tahun 2017 tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Proses Pemilihan
Umum.

Panitia pengawas pemilihan kabupaten pidie jaya mendapatkan 3


(tiga) putusan selama pelaksanaan proses tahapan pemilihan umum yaitu:

 Putusan Mahkamah Konstitusi;


 Putusan Pengadilan.

Panitia pengawas pemilihan kabupaten pidie jaya melalui sentra


penegakan hukum terpadu melimpahkan 1 (satu) kasus temuan dugaan
pelanggaran tindak pidana pemilihan umum ke pengadilan negeri pidie
jaya yang dilakukan saudara Edi Saputra di TPS 01 Gampong Meunasah
Balek Kecamatan Meureudu, kemudian pada tanggal 9 mei 2019 majelis
hakim pengadilan negeri meureudu mengadili temuan dugaan tindak
pidana pemilihan umum yang dilakukan oleh saudara Edi Saputra pada
tanggal 17 april 2019 dengan melakukan pencoblosan lebih dari satu kali,
maka pengadilan negeri meureudu memutuskan dalam sidang yaitu
menyatakan terdakwa Edi Saputa telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pemilihan umum pada
waktu pemungutan suara dan menjatuhkan hukuman pidana penjara
50

selama 4 (empat) bulan dengan ketentuan tidak perlu menjalankan, kecuali


terpidana kembali melakukan tindak pidana lainnya dalam masa
percobaan selama 8(delapan) bulan berakhir dan denda Rp 1.000.000 (satu
juta rupiah).

Dalam hal ini panitia pengawas pemilihan pidie jaya melaksanakan


pengawasan dan tindak lanjut dari putusan pengadilan tersebut dengan
memastikan saudara terpidana menjalankan dan memetuhi yang
diputuskan Pengadilan Negeri Pidie Jaya.
BAB EMPAT
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil uraian pada bab terdahulu maka berikut ini ada
beberapa kesimpulan yang bisa penulis ambil, yaitu:

1. Deskripsi pelaksaan pemilu 2019 di Pidie Jaya sudah melalui semua


tahapan dalam penyelenggaraan pemilihan umum anggota DPR, DPD dan
DPRD serta Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2019 di
Kabupaten Pidie Jaya. Pemilu 2019 di Pidie Jaya dapat dikatakan
terlaksana kurang baik dengan berbagai kendala yang terjadi. Namun
dalam proses penyelesaian pelanggaran ataupun masalahnya dapat
terpecahkan. Ada beberapa pelanggaran yang terjadi misalnya
pencoblosan 2 kali yang terjadi di paru gede kecamatan bandar baru.
Berikut beberapa tahapan peleksanaan pemilu 2019 di Pidie Jaya:
 Pemutakhiran data pemilih
 Tahapan verifikasi partai politik
 Tahapan pencalonan
 Tahapan uji mampu baca Al-Qur‟an
 Tahapan kampanye
 Distribusi logistic
 Pelaksanaan pengawasan dana kampanye
 Pemungutan suara, penghitungan dan rekapitulasi hasil perolehan
suara
 Pelaksanaan Pengawasan Non-Tahapan
2. Dalam hal implementasi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 di pemilu
2019 di Pidie Jaya pihak penyelenggara pemilu sudah berusaha dengan
semaksimal nya mengimplementasi UU Pemilu, namun dalan perjalanan
50
51

tahapan pelaksanaan pemilu masih ada permasalahannya yang terjadi.


Dalam hal tugas dan wewenang pihak penyelenggara yaitu KIP dan
Bawaslu belum sepenuhnya mengimplementasikannya sesuai dengan
ketentuan dalam UU No 7 Tahun 2017. Kemudian, dalam hal
penyelesaian pelanggaran pihak penyelenggara sudah melakukan nya
sesuai dengan UU No 7 Tahun 2017. Ini menjadi bahan evaluasi pihak
penyelenggara pemilu kedepannya dalam mengimplementasi UU pemilu
tersebut.

B. Saran

Adapun saran terhadap Implementasi UU No 7 Tahun 2017 adalah


sebagai berikut:

1. Kepada para pihak penyelenggara pemilu untuk dapat lebih tegas


dan amanah lagi dalam menjalankan tugasnya supaya dapat
terwujudnya pemilu yang sesuai dengan asas pemilu itu sendiri.
2. Kepada Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten/Kota harus
mempunyai komitmen yang tinggi untuk mendukung tugas pokok
dan fungsi KPU/KIP dan Bawaslu sebagaimana yang diatur dalam
UU No 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum. Selain itu
pemerintah juga harus meningkatkan kemampuan sumber daya
manusia KPU/KIP dan Bawaslu dan memberikan dukungan yang
penuh dengan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai.
52

DAFTAR PUSTAKA
1. Buku

Sulaiman Tripa, dkk. Partisipatif, Catatan Eksploratif Pengawasan


Pemilu Pidie jaya, Banda Aceh: Bandar Publishing, 2019.

Asshiddiqie, J. Perkembangan dan Konsoliasi Lembaga Negara Pasca


Reformasi. Jakarta: secretariat jenderal an kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi. 2006.

Muhadam Labolo. Teguh Ilham, Partai politik dan Sistem Pemilihan


Umum di Indonesia, (Jakarta; PT. Raja Grapindo Persada, 2015).

C.S.T. Kansil, Christine S.T kansil, Hukum Tata Negara Republik


Indonesia, (Jakarta; PT. Rineka Cipta, 2008).

. Ahsin Thohari, Hak Konstitusional dalam hukum Tata Negara


Indonesia, (Jakarta; Erlangga, 2016).

Arifin, Anwar. Pencitraan dalam politik, (Jakarta: pustaka Indonesia,


2006).

Miriam Budiardjo, Miriam B dkk. Dasar-dasar ilmu politik, Gramedia


Pustaka Utama (2003).

AAhmad, Nyarwi (Maret 2009), Golput Pasca Orde Baru:


Merekonstruksi Ulang Dua Perspektif, hmad, Nyarwi (Maret
2009), Golput Pasca Orde Baru: Merekonstruksi Ulang Dua
Perspektif.

Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja


Rosdakarya Offset, 2007).

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta; Raja


Grafindo,2011).
53

Ni‟matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PT. Raja


Grapindo Persada, 2006).

Titi Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta:


Kencana, 2010).

A.S.S Tambunan, Pemilu Di Indonesia dan Susunan dan Kedudukan


MPR, DPR, dan DPRD, (Bandung: Binacipta, 2010).

Miftah Thoha, Birokrasi Politik & Pemilihan Umun di Indonesia,


(Jakarta; PT. Fajar Interpratama mandiri, 2014).

Gaffar, Affan. Politik Indonesia Transisi Menuju Dmokrasi. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar. 2006.

Rozali Abdullah, Mewujudkan Pemilu yang Lebih Berkualitas (Pemilu


Legislatif) (Jakarta: Rajawali Pers,2009).

Hazim Ali Kamaluddin, „Ilmul Uslub al-Muqorin, (Kairo: Maktabah al-


Adab, 2009).

Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Banda Aceh: Fakultas Syariah dan


Hukum Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, 2018, hlm 39.

2. Peraturan Perundang-undangan

Undang- undang nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

Peraturan Komisi Pemilihan Umum RI No. 11 Th. 2019 Tentang


perubahan Kedua Atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum
Republik Indonesia No. 11 Th. 2018 Tentang Penyusunan Daftar
Pemilih di Dalam Negeri Dalam Penyelenggaraan Pemilihan
Umum.

3. Website
54

https://sinarpidie.co/news/kip-pijay-jadwalkan-pleno-kabupaten-pada-1-
mei/index.html/.

4. Wawancara
Wawancara dengan bapak Fajri M. Kasem Ketua Bawaslu Pidie Jaya.
Wawancara dengan bapak Teuku Dian, S.E Koordinator Sekretariat
Panwaslih Kabupaten Pidie Jaya pada tanggal 15 juni 2021
5. jurnal

Rahmatunnisa, M. Mengapa Integritas Pemilu Penting. Jurnal


Bawaslu. 3 (1): 1-11 (2017).

Anda mungkin juga menyukai