SKRIPSI
Diajukan Oleh:
HUSNUL MANNAN
NIM. 160105070
Mahasiwa Fakultas Syariah dan Hukum
Prodi Hukum Tata Negara
iii
KATA PENGANTAR
يم
ِ الر ِح
الر ْح َم ِه ه
َّللا ه
ِ س ِم ه
ْ ِب
Dengan mengucapkan segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan Skripsi yang berjudul “Analisis UU No 7
Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum Dalam Implementasi Pada Pemilu
2019 Di Pidie Jaya (Studi Kasus Pemilu 2019 Di Kabupaten Pidie Jaya)”
dengan baik dan benar. Shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad Saw, serta para sahabat, tabi‟in, dan para ulama yang senantiasa
berjalan dalam Risalah-Nya, yang telah membimbing umat manusia dari alam
kebodohan kepada alam pembaharuan yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa selesainya penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari saran, petunjuk, bimbingan dan masukan dari berbagai pihak. Maka
dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Dr. Ali Abu Bakar, M.Ag, selaku dosen pembimbing I dan Dr. Irwansyah,
S.Ag., M.Ag., M.H., selaku dosen pembimbing II yang telah memberi
arahan dan nasehat bagi penulis demi sempurna skripsi ini.
2. Prof. Muhammad Siddiq M.H., PhD selaku Dekan Fakultas Syari‟ah dan
Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
3. Mumtazinur, S.IP., M.A dan Husni, A. Jalil, S.Hi., M.A selaku ketua dan
sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara.
4. Yenny Sri Wahyuni, S.H., M.H, selaku Penasehat Akademik (PA) penulis
selama menempuh pendidikan di Program Studi Hukum Tata Negara serta
terima kasih juga kepada seluruh dosen-dosen yang mengajar dan juga staf
pada Program Studi Hukum Tata Negara selama proses belajar mengajar.
5. Terima kasih juga kepada Staf Kantor Bawaslu Pidie jaya, Staf Kantor
KIP Pidie Jaya, serta seluruh staf yang sudah membantu selama proses
penelitian.
iv
6. Teristimewa kepada orang tua tercinta almarhum Ayah Sulaiman, Ibu
Aisyah, adik laki-laki Muhammad Irfani, dan dua adik perempuan Birratul
Walidaini, dan Mujibatul Husna yang selalu memberikan cinta, kasih
sayang, pengorbanan, didikan, dukungan moral, finansial, motivasi dan
doa yang tiada hentinya agar penulis memperoleh yang terbaik, serta
semua yang telah diberikan selama ini yang tidak ternilai harganya.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Hukum Tata Negara.
7. Terima kasih kepada Hayati Kautsarah, Fawwaz serta sahabat-sahabat
seperjuangan yang tak henti mendukung dan membantu penulis untuk
menulis dan menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh pihak-pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah banyak memberikan bantuan, arahan dan kerjasama demi
kelancaran penyusunan skripsi ini.
Husnul Mannan
NIM. 160105070
v
TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN
Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K
Nomor:158 Tahun1987 –Nomor:0543 b/u/1987
1. Konsonan
Tidak
1 ا 16 ط T}
Dilambangkan
2 ب B 17 ظ Z
3 ت T 18 ع ”
4 ث S 19 غ G
5 ج J 20 ف F
6 ح H 21 ق Q
7 خ Kh 22 ك K
8 د D 23 ل L
9 ذ Ż 24 م M
10 ر R 25 ن N
11 ز Z 26 و W
12 س S 27 ه H
13 ش Sy 28 ء “
14 ص S 29 ي Y
15 ض D
vi
2. Konsonan
Vokal Bahasa Arab, seperti vocal bahasa Indonesia, terdiri dari vocal
tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong.
a. Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harkat,
transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin
ََ Fatḥah A
َِ Kasrah I
َ Dammah U
b. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara
harkat dan huruf, transliterasinya gabungan huruf, yaitu:
Tanda dan Nama Gabungan Huruf
Huruf
َي Fatḥah dan ya Ai
َو Fatḥah dan wau Au
Contoh:
كيف: kaifa
هول: haula
3. Maddah
Maddah atau vocal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
vii
Harkat dan Nama Huruf dan tanda
Huruf
ي/ََا Fatḥah dan alif Ā
atau ya
َِي Kasrah dan ya Ī
Contoh:
قَا َل:qāla
َر َمى :ramā
ِق ْي َل :qīla
يَق ْول :yaqūlu
4. Ta Marbutah ()ة
Transliterasi untuk ta marbutah ada dua.
a. Ta marbutah ()ةhidup
Ta marbutah ()ةyang hidup atau mendapat harkat fatḥah, kasrah dan
dammah, transliterasinya adalah t.
b. Ta marbutah ( )ةmati
Ta marbutah ( )ةyang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya
adalah h.
c. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbutah ( )ةdiikuti oleh
kata yang menggunakan kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu
terpisah maka ta marbutah ( )ةitu ditransliterasikan dengan h.
Contoh:
َر ْوضَة اْ ََل ْطفَا ْل : rauḍah al-aṭfāl/ rauḍatul aṭfāl
ا َ ْل َم ِد ْينَة ا ْلمنَ ّو َرة : al-Madīnah al-Munawwarah/al-Madīnatul
Munawwarah
viii
: Ṭalḥah
Catatan:
Modifikasi
1. Nama orang berkebangsaan Indonesia ditulis seperti biasa tanpa
transliterasi, seperti M. Syuhudi Ismail. Sedangkan nama-nama lainnya
ditulis sesuai kaidah penerjemahan. Contoh: Ḥamad Ibn Sulaiman.
2. Nama negara dan kota ditulis menurut ejaan Bahasa Indonesia, seperti
Mesir, bukan Misr ; Beirut, bukan Bayrut ; dan sebagainya.
3. Kata-kata yang sudah dipakai (serapan) dalam kamus Bahasa Indonesia
tidak ditransliterasi. Contoh: Tasauf, bukan Tasawuf.
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR ISI
ABSTRAK..................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN .......................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
xii
BAB EMPAT PENUTUP ........................................................................... 50
A. Kesimpulan ............................................................................................ 50
B. Saran ....................................................................................................... 51
xiii
BAB SATU
PENDAHULUAN
Kedua, pemilihan umum presiden (pasal 6A ayat (1) dan pasal 22E ayat
(1)). Presiden dan wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung
oleh rakyat (pasal 6A ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945). Ketiga,
pemilihan kepala daerah (pasal 18 ayat (3) dan ayat (4)). Pemerintahan daerah
1
Sulaiman Tripa, dkk. Partisipatif, Catatan Eksploratif Pengawasan Pemilu Pidie jaya,
(Banda Aceh: Bandar Publishing, 2019), hlm. 23.
2
Gaffar, Affan. Politik Indonesia Transisi Menuju Dmokrasi. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006), hlm. 45.
1
2
3
Muhadam Labolo. Teguh Ilham, Partai politik dan Sistem Pemilihan Umum di
Indonesia, (Jakarta; PT. Raja Grapindo Persada, 2015), hlm. 11.
3
4
C.S.T. Kansil, Christine S.T kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia, (Jakarta;
PT. Rineka Cipta, 2008), hlm. 34
5
Asshiddiqi e, J. Perkembangan dan Konsoliasi Lembaga Negara Pasca Reformasi.
(Jakarta: secretariat jenderal an kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2006), hlm. 12.
6
Diakses melalui https://sinarpidie.co/news/kip-pijay-jadwalkan-pleno-kabupaten-pada-
1mei/index.html/, tanggal 03 januari 2021.
4
banyak permasalahan yang muncul di masyarakat. Salah satu nya banyak dari
calon pemilih yang sudah mendapatkan undangan untuk memilih serta terdaftar
sebagai Daftar Pemilih Tetap (DPT), namun tidak dapat menggunakan hak pilih
mereka.
Sebuah kasus yang terjadi di TPS 08 Desa Paru Kecamatan Bandar Baru
Kabupaten Pidie Jaya yaitu kejadian pencoblosan lebih dari satu kali yang di
lakukan oleh anggota KPPS berawal dari laporan salah seorang saksi Parpol
yang tidak sengaja melihat dan menyaksikan kejadian tersebut. Dan kemudian
dijadikan salah satu bukti pelanggaran Pemilu.
Dalam pandangan Islam, pemilu adalah salah satu cara, yang biasa
digunakan untuk memilih wakil rakyat atau pemimpin. Hal ini, meskipun
hukum asal pemilu itu mubah (boleh), tetapi perlu diketahui bahwa pelaksanaan
pemilu harus sesuai dengan ketentuan syariah. Dalam pemilu legislatif,
uslûb(cara) itu digunakan untuk memilih wakil rakyat dengan tugas membuat
undang-undang dan harus sesuai dengan ketentuan syariah, tidak berdasarkan
suara mayoritas serta melakukan checks and balancies terhadap kekuasaan
lainnya. Begitu juga dalam pemilihan kepala negara dan kepala daerah, uslûb ini
digunakan untuk memilih orang yang memenuhi syarat sebagai pemimpin.
7
UU No 7 tahun 2017 tentang pemilihan Umum.
6
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalahnya,
yaitu:
1. Bagaimana deskripsi pelaksanaan pemilu 2019 di pidie jaya?
2. Bagaiamana Implementasi UU No 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan
Umum pada Pemilu 2019 di Pidie Jaya?
D. Penjelasan istilah
1. Pemilihan umum
Pemilihan umum (pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan
rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
dan adil dalam Negara Kesatuan Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
Dengan kata lain, pemilu merupakan sarana bagi rakyat untuk
menjalankan kedaulatan dan merupakan lembaga demokrasi.8
Secara teoritis pemilihan umum dianggap merupakan tahap
paling awal dari berbagai rangkaian kehidupan tata negara yang
demokratis. Sehingga pemilu merupakan motor penggerak mekanisme
sistem politik Indonesia. Sampai sekarang pemilu masih dianggap
sebagai suatu peristiwa kenegaraan yang penting. Hal ini karena pemilu
melibatkan seluruh rakyat secara langsung. Melalui pemilu, rakyat juga
bisa menyampaikan keinginan dalam politik atau sistem kenegaraan.9
2. Konstitusi
8
Arifin, Anwar. Pencitraan dalam politik, (Jakarta: pustaka Indonesia, 2006), hlm. 10.
9
Rozali Abdullah, Mewujudkan Pemilu yang Lebih Berkualitas (Pemilu Legislatif)
(Jakarta: Rajawali Pers,2009), hlm. 55.
8
E. Kajian Pustaka
Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan mengenai penelitian
Analisis UU No 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum Dalam Implementasi
Pada Pemilu 2019 Di Pidie Jaya (Studi kasus pemilu 2019 di kabupaten Pidie
Jaya) belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun demikian ada beberapa
tulisan yang hampir sama namun berbeda permasalahan yang diteliti yaitu:
Pertama, Syahdatul Latif, dalam tulisan nya berjudul “Implementasi Hak
Memilih dalam Pemilihan Umum Berdasarkan Undang-undang Nomor 7
Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Studi Kasus di TPS 22 dan 23 Kelurahan
Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan)”. Permasalahan yang di bahas dalam
penelitian ini adalah bagaimana implementasi hak memilih dalam pemilihan
umum berdasarkan undang-undang nomor 7 tahun 2017 tentang pemilihan
umum (studi kasus di TPS 22 dan 23 kelurahan Sidomulyo Barat kecamatan
Tampan), serta apa faktor penghambat terhadap implementasi hak memilih
dalam pemilihan umum berdasarkan undang-undang nomor 7 tahun 2017
12
Peraturan Komisi Pemilihan Umum RI No. 11 Th. 2019 Tentang perubahan Kedua
Atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia No. 11 Th. 2018 Tentang
Penyusunan Daftar Pemilih di Dalam Negeri Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum
13
Karim, Rusli, Pemilu Demokratis Kompetitif, (Yogyakarta: Tiara Wacana.
2006), hlm. 34
10
14
Miftah Thoha, Birokrasi Politik & Pemilihan Umun di Indonesia, (Jakarta; PT. Fajar
Interpratama mandiri, 2014), hlm. 17.
11
Pemilu Umum Daerah (KPUD), hal ini tidak sejalan dengan UU No 7 Tahun
2017. Untuk hal ini Peneliti mengharapkan adanya amandemen UU No 7 tahun
2017 tentang kedudukan dan fungsi Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) di
Kabupaten/Kota untuk merubah status adhoc menjadi permanen. Peneliti juga
berharap adanya tambahan anggaran terkait dengan pengawasan pemilu umum
sehingga nantinya bisa dibentuk Badan Pengawas Pemilu daerah tingkat
Kabupaten/Kota.
Keempat, Aslang Jaya, dalam tulisannya berjudul “Implementasi Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum Di Kota Makassar:
Studi Bawaslu Provinsi Sulawesi Selatan”. Studi ini membahas tentang sejauh
mana peran Bawaslu Provinsi Sulawesi- Selatan dalam menerapkan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum untuk meminimalisir
pelanggaran Pemilu di Kota Makassar. Jenis Penelitian ini ialah penelitian
deskriptif kualitatif lapangan. Penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan
sejumlah data yang diperoleh dari informan di lapangan untuk menemukan
berbagai fakta atau fenomena sosial, kemudian menganalisisnya dan berupaya
melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati. Lokasi Penelitian dilakukan
di Kota Makassar. Lokasi ini dipilih karena memiliki semua aspek pendukung
agar dapat berjalan dengan baik dan Kota Makassar terkenal sebagai daerah
sentral politik di Sulawesi Selatan.
Kelima, Johan Sabara, dalam tulisannya berjudul “Implementasi Undang-
Undang Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2017 Dalam Penetapan Partai Politik
Peserta Pemilu di Kota Batam Tahun 2019”. Pemiihan Umum tahun 2019
adalah pemilihan umum serentak untuk memilih DPR, Presiden/Wakil Presiden,
DPD, DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten Kota. Salah satu tahap dalam
melaksanakan Pemilu tersebut adalah pendaftaran partai politik yang akan
mengikuti pemilu melalui verifikasi administrasi dan verifikasi faktual. KPU
telah menentukan 16 Partai Politik yang akan mengikuti pemilu tahun 2019.
Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
13
15
A.S.S Tambunan, Pemilu Di Indonesia dan Susunan dan Kedudukan MPR,
DPR, dan DPRD, (Bandung: Binacipta, 2010), hlm. 31.
14
F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
dari fenomena yang terjadi.16 Dalam buku Soerjono Soekanto dijelaskan untuk
dapat memperoleh informasi serta penjelasan mengenai segala sesuatu yang
berkaitan dengan pokok permasalahan diperlukan suatu metode penelitian, hal
ini dikarenakan dengan menggunakan metode penelitian yang benar akan
diperoleh validitasi data yang akurat serta dapat mempermudah dalam
melakukan penelitian terhadap suatu masalah tertentu.17
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian yuridis empiris,
yaitu penelitian hukum empiris adalah pendekatan permasalahan
mengenai hal-hal yang bersifat yuridis dan kenyataan yang ada,
pendekatan yuridis empiris didasarkan atas fakta yang diperoleh dari hasil
penelitian.18 Jadi metode ini merupakan metode pengumpulan data atau
16
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset, 2007), hlm. 4.
17
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta;Raja
Grafindo,2011), hlm.7.
18
Soemitro, dkk, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2007, hlm. 10.
15
3. Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder.
19
Sumardi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: CV. Rajawali Press, 1989), hlm. 19.
20
Burhan Bugin. Metodologi Penelitian Kuantitatif (Komuningkasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), hlm.
132.
16
21
Buku Pedoman Penulisan Skripsi, (Banda Aceh: Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, 2018), hlm. 39.
18
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mendapatkan penelitian yang fokus pada permasalahan yang
ditentukan sehingga mampu mendapatkan gambaran dan jawaban yang lebih
jelas dan terarah maka peneliti akan memaparkan tahapan penelitian dengan
sistematika sebagai berikut:
22
Burhan Mustofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 87.
19
Bab empat merupakan bab penutup. Pada bab ini berisi tentang
kesimpulan dan saran. Adapun kesimpulan tersebut diperoleh dari hasil
penelitian yang telah dilakukan merupakan inti dari keseluruhan isi dan juga
akan diungkapkan beberapa saran yang diperlukan.
BAB DUA
PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA DAN PEMILIHAN
UMUM DALAM PERSPEKTIF ISLAM
A. Pemilihan Umum
1. Pengertian Pemilihan Umum dan sejarah Pemilihan Umum
Pemilihan umum adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan
Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
yang dilakukan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia.23 Pemilu adalah pemilihan orang-
orang untuk mengisi jabatan tertentu. Untuk itu pemilihan umum sangat penting
karena dalam pemilu terjadi pelaksanaan kedaulatan rakyat. 24
Sejarah pemilu di Indonesia, yaitu:
a) Pemilu 1955 (Masa Parlemen)
Pemilu di Indonesia pertama kali pada tahun 1955, pada tahun ini
pemilu pertama yang diselenggarakan bangsa indonesia yang baru berusia
10 tahun, pemilu 1955 dilaksanakan pada masa demokrasi parlementer
pada kabinet Burhanuddin Harahap, pemungutan suara dilakukan 2 kali
yaitu untuk memilih anggota DPR pada tanggal 29 september 1955 dan
untuk memilih anggota konstituante pada tanggal 15 desember 1955.25
b) Pemilu kedua pada tahun 1971-1997 (Masa Orde Baru)
Pemilu pada masa orde baru ini sistemnya sama yaitu menganut
sistem perwakilan berimbang (porposional), dan peserta pemilu yaitu:
23
Tim Redaksi BIP, Undang-Undang Pemilu 2019 Berdasarkan Undang-Undang NO
7 Tahun 2007 Tentang Pemilihan Umum, (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2018), hlm, 3.
24
M masan dan Rachmat, Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD/MI Kelas 6,
(Jakarta: PT. Grasindo, 2011), hlm. 32.
25
Sardiman, sejarah 3, (Jakarta: Yudhistira Ghalia,2006), hlm.128.
19
20
Langsung
26
Ibid., hlm.129-130.
27
Fajlurrahman Jurdi, Pengantar Hukum Pemilihan Umum, (Jakarta: Kencana, 2018),
28
Herning Budhi Widyastudi dan Ferry T. Indratno, Ayo Belajar Pendidikan
Kewarganegaraan, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), hlm. 109.
29
Fajlurrahman Jurdi, Pengantar Hukum Pemilihan Umum, … hlm, 27.
30
Hening Budhi Widyastuti dan Ferry Indratno, Ayo Belajar Pendidikan
Kewarganegaraan … hlm, 109.
22
33
Ibid., hlm, 30-32.
24
a. Pendaftaran Pemilih
Pendaftaran pemilih dilakukan oleh petugas khusus, petugas
tersebut mendaftar pemilih dengan mendatangi kediaman calon pemilih.
Warga yang berhak memilih harus memenuhi beberapa persyaratan,
berikut beberapa persyaratan agar dapat menjadi pemilih dalam pemilu:
Pemilih adalah seluruh warga negara indonesia. Warga negara
tersebut termasuk yang berada di luar negeri.
Pemilih telah berusia minimal 17 tahun ke atas atau sudah pernah
menikah. Pemilih yang belum berusia 17 tahun tetap tetapi bila
sudah atau pernah menikah dapat memiliki hak pilih.
Sehat jasmani dan rohani, orang yang mengalami gangguan jiwa
tidak mempunyai hak pilih.
Tidak sedang dicabut haknya karena kasus pidana dan berdasarkan
putusan pengadilan.
d. Kampanye
34
Dikutip dari Buletin Dakwah, Al-Islam, “Untuk Kita Renungkan”, Hizbut Tahrir
Indonesia, Edisi 701 Tahun XIX 11 Jumadil Akhir 1435 H/11 April 2014 M. tanggal 12 juni
2021.
27
35
Kasman Singodimedjo, Masalah Kedaulatan, hlm. 24.
28
Allah dan Rasul telah menetapkan suatu perkara (hukum), maka seorang
mukmin atau mukminat tidak boleh menetapkan ketentuan lain menurut
keinginannya sendiri. Pendapat Kasman Singodimedjo yang tercermin dalam
Q.S. al-Ahzab [33]: 36 tersebut menunjukkan bahwa meskipun kedaulatan yang
berarti rakyat yang berdaulat dalam arti rakyat yang mempunyai kekuasaan,
tetapi masih ada yang lebih berdaulat atau berkuasa yaitu Allah SWT. Di sini
suara rakyat bukanlah suara Tuhan, karena rakyat dapat saja melakukan
perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat.
36
Muhammad Asad, “Pemerintahan Islam dan Asas-Asasnya”, dalam Salim Azzam
(Editor), Beberapa Pandangan Tentang Pemerintahan Islam, terjemahan Malikul Awwal dan
Abu Jalil, (Bandung: Mizan, 1983), Cetakan I, hlm. 80-81.
37
Muhammad A. Al-Buraey, Islam Landasan Alternatif Administrasi Pembangunan,
Terjemahan Achmad Nashir Budiman, (Jakarta: Rajawali Press, 1986), Cetakan I, hlm. 157.
29
antara mereka secara bersama yang kemudian diwakilkan kepada para wakilnya
yang akan duduk di pemerintahan, baik di legislatif maupun di eksekutif.
Wakil-wakil rakyat tersebut harus menyalurkan aspirasi rakyat, aspirasi rakyat
yang tentu yang sesuai dengan syariat, yang berarti pemimpin itu telah sungguh-
sungguh hanya bertugas atas nama rakyat/umat yang sejalan dengan kehendak
Tuhan.
unik, mempunyai perasaan yang tidak tampak dari luar secara jelas dan tidak
mudah ditebak.
39
Rahmatunnisa, M. Mengapa integritas Pemilu penting? Jurnal Bawaslu. 3 (1): 1-11
(2017).
32
pilihlah untukku dari kalian dua belas orang wakil yang akan menunaikan apa-
apa yang dibutuhkan oleh kaum mereka. 40 Selanjutnya dalam kisah utusan
Hawzan, bahwa utusan Hawzan datang kepada Rasulullah SAW dalam keadaan
muslim dan memberi baiat. Ia memohon kepada Nabi SAW agar
mengembalikan harta mereka (yang dirampas karena perang). Nabi pun minta
persetujuannya (kaum muslimin) tentang hal itu dan mereka memberikan isyarat
keridaan. Akan tetapi Nabi tidak cukup dengan persetujuannya saja, selanjutnya
Nabi bersabda bahwa kami tidak mengetahui siapa yang mengizinkan kalian
tentang demikian dan siapa yang tidak mengizinkan. Pulanglah, hingga masalah
ini diangkat (diadukan) kepada kami oleh wakil yang kalian tunjuk.41
Dua riwayat tersebut dijadikan alasan atau dasar oleh para ulama
sekarang terhadap persoalan pemilihan umum, karena kedua riwayat tersebut
mempunyai makna mengenai persoalan kedaulatan rakyat, yaitu rakyat
memberikan pilihannya kepada mereka yang mewakilinya.
Begitu juga periode sesudah Nabi SAW yaitu pada masa al-Khulafa‟ al-
Rasyidin. Pemilihan al-Khulafa‟ al- Rasyidin berbeda dengan metode pemilu
yang dikenal sekarang. Pemilihan umum yang dikenal pada masa al- Khulafa‟
al-Rasyidin dapat ditemui janji setia (baiat) dari masing-masing khalifah yang
terpilih. Janji setia (baiat) dilaksanakan di masjid kemudian rakyat memberikan
baiat kepada khalifah, sehingga di sini ada keterlibatan dan peran rakyat dalam
baiat khalifah.
Pada saat pemilihan Abu Bakar yang dilakukan di balai pertemuan Bani
Saidah oleh kelompok kecil yang terdiri atas lima orang selain Abu Bakar, yaitu
„Umar ibn al-Khaththab, Abu Ubaydah ibn Jarah, Basyir ibn Sa‟ad, Asid ibn
40
Dikutip ulang oleh Rapung Samuddin, Fiqih Demokrasi, Menguak Kekeliruan
Pandangan Haramnya Umat Terlibat Pemilu dan Politik, (Jakarta: Gozian Press, 2013),
Cetakan I, hlm. 304-305.
41
Rapung Samuddin, Fiqih Demokrasi, hlm. 304-305.
34
„Ali ibn Abi Thalib kemudian berdiri di dalam masjid dan rakyat berbondong-
bondong memberikan baiat kepada beliau.45 Bentuk demikian merupakan
bentuk pemilu karena adanya keterlibatan dan peran rakyat dalam
menyukseskan baiat seorang pemimpin (khalifah).
45
Abu Ja‟far al-Thabari, Tarikh al-Thabari, (Beirut: Dar al-Fikr, 1997), hlm. 75.
46
Rapung Samuddin, Fiqih Demokrasi, hlm. 308 – 309.
36
Pemberian kepada setiap orang satu hak suara yang sifatnya terbatas,
sebab dari perhitungan suara tersebut keluar siapa yang akan
menjadi pemimpin berdasarkan suara mayoritas. Metode ini juga
tidak terdapat dalam sejarah islam. Baiat yang sifatnya umum
terselenggara berdasarkan rida manusia dan kesediaan mereka
memberikan baiatnya. Adapun baiat yang sifatnya khusus dari ahl
al-hall wa al- „aqdi terselenggara setelah melalui proses musyawarah
dan pertimbangan tanpa memperhatikan perhitungan suara seperti
pemilu hari ini. Kendati para fukaha menyatakan bahwa yang
dikedepankan adalah pendapat mayoritas dan bukan selainnya,
namun hal ini pun terbatas pada pendapat dan pandangan ahl al-hall
wa al- „aqdi dan bukan pandangan umum sebagaimana terjadi hari
ini.
Adanya calon-calon lain yang ikut bertarung untuk mendapatkan
pilihan dan baiat dari rakyat. Padahal persoalan menyerahkan baiat
kepada rakyat dalam sejarah islam bukan untuk tujuan membedakan
dan memilih calon-calon yang bertarung, akan tetapi untuk memberi
baiat kepada khalifah yang dipilih oleh ahl al-hall wa al-„aqdi atau
ikut serta (bersama ahl al-hall wa al-„aqdi) dalam memberikan baiat
kepada seseorang tertentu.47
47
Ibid., hlm. 311.
BAB TIGA
ANALISIS UU NO 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN
UMUM DALAM IMPLEMENTASI PEMILU 2019 PIDIE
JAYA
48
Sulaiman Tripa, dkk. Partisipatif, Catatan Eksploratif Pengawasan Pemilu Pidie
jaya, (Banda Aceh: Bandar Publishing, 2019), hlm. 75.
30
31
49
Ibid., hlm. 76.
32
50
Kasem, F. M. Laporan Komprehensif Hasil pengawasan pemilu DPR, DPD, DPRD,
Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2019. (Mereudu: Panwaslih Pidie Jaya 2019), hlm. 42.
34
51
Ibid, hlm. 64.
35
52
Ibid, hlm. 50.
36
53
Sardini, N. Pesoman Pengawasan Pemilu. (Jakarta: Election-MDP 2009), hlm. 70.
37
54
Kasem, F. M. Laporan Komprehensif Hasil pengawasan pemilu DPR, DPD, DPRD,
Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2019. (Mereudu: Panwaslih Pidie Jaya 2019), hlm. 110.
39
55
Pahlevi, I. Lembaga Penyelenggara Pemilihan Umum di Indonesia: Berbagai
Permasalahan. Politica, (2011). hlm, 45-72.
40
56
Haryati, D. Penguatan Peran Panwaslu dalam Pemilu kada. Jurnal Bina Praja,
(2012).
41
1. Pengertian implentasi
Implementasi adalah proses untuk memastikan terlaksananya
suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Impelementasi juga
dimaksudkan menyediakan sarana untuk membuat sesuatu dan
memberikan hasil yang bersifat praktis terhadap sesama. dapat dikatakan
bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan pihak-pihak
yang berwenang atau kepentingan baik pemerintah maupun swasta yang
bertujuan untuk mewujudkan cita-cita atau tujuan yang telah ditetapkan,
implementasi dengan berbagai tindakan yang dilakukan untuk
melaksanakan atau merealisasikan program yang telah disusun demi
tercapainya tujuan dari program yang telah direncanakan karena pada
dasarnya setiap rencana yang ditetapkan memiliki tujuan atau target yang
hendak dicapai.57
Pemahaman tentang implementasi dapat dihubungkan dengan
suatu peratuiran atau kebijakan yang berorientasi pada kepentingan
khalayak ramai atau masyarakat. Suatu kebijakan akan terlihat
kemanfaatannya apabila telah dilakukan implementasi terhadap kebijakan
tersebut.
58
Wawancara dengan bapak Fajri M. Kasem Ketua Bawaslu Pidie Jaya.
59
Wawancara dengan bapak Teuku Dian, S.E Koordinator Sekretariat Panwaslih
Kabupaten Pidie Jaya pada tanggal 15 juni 2021.
43
1 01/LP/Kab/01. Pendaftaran
22/V/2018 30 Mei 2018 Kode Etik Presiden dan Registrasi
Legislatif
2 01/LP/PL/Kab/ Pidana
23 April 2019 Pungut Hitung Registrasi
01.22/IV/2019 Pemilu
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil uraian pada bab terdahulu maka berikut ini ada
beberapa kesimpulan yang bisa penulis ambil, yaitu:
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
2. Peraturan Perundang-undangan
3. Website
54
https://sinarpidie.co/news/kip-pijay-jadwalkan-pleno-kabupaten-pada-1-
mei/index.html/.
4. Wawancara
Wawancara dengan bapak Fajri M. Kasem Ketua Bawaslu Pidie Jaya.
Wawancara dengan bapak Teuku Dian, S.E Koordinator Sekretariat
Panwaslih Kabupaten Pidie Jaya pada tanggal 15 juni 2021
5. jurnal