Anda di halaman 1dari 157

STUDI EKSPOSISI PENTINGNYA LEMBAGA MISI

DALAM MEMBERITAKAN INJIL


MENURUT ROMA 10:13-15

_______________________

Tesis ini
Diajukan Kepada Dewan Dosen
Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia Surabaya
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Penerimaan Gelar
Magister Teologi

_________________________

Oleh:
Ani Victori Tanojo
NIM: 1815963018
29 Juni 2021
Dosen Pembimbing Telah Menerima Tesis Yang Berjudul: “Studi

Eksposisi Pentingnya Lembaga Misi Dalam Memberitakan Injil Menurut Roma 10:

13-15” yang ditulis oleh Ani Victori Tanojo untuk memenuhi Sebagian persyaratan

guna mencapai gelar Magister Teologi dari Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia

Surabaya.

Disetujui pada tanggal:

29 Juni 2021

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Lanny Laras Dr. Ponco Mujiono, M. Th.


Setelah membaca dan memeriksa secara teliti, serta memperhatikan proses

penelitian serta penyusunan Tesis yang ditulis dan diajukan oleh Ani Victori Tanojo

dengan judul: “Studi Eksposisi Pentingnya Lembaga Misi Dalam Memberitakan Injil

Menurut Roma 10: 13-15” maka dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis ini dapat

diterima dan disahkan sebagai bagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar

Magister Teologi dari Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia Surabaya.

Diterima dan disahkan pada tanggal:

29 Juni 2021

Ketua Tinggi Teologi Injili Indonesia Surabaya

Dr. Frederich Oscar L. Lontoh, M. Si., Ak.


Nilai

Dosen Pemeriksa
PRAKATA

Segala pujian hormat dan kemuliaan hanya bagi Allah Tritunggal; Bapa,

Anak, dan Roh Kudus, karena atas penyertaan dan pertolongan-Nya saya dapat

menyelesaikan tesis ini dengan baik dan tepat waktu. Penulisan tesis dengan judul

“Studi Eksposisi Pentingnya Lembaga Misi Dalam Memberitakan Injil Menurut

Roma 10:13-15” ini dibuat untuk memenuhi saah satu syarat dalam memperoleh gelar

Master Teologi pada Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia di Surabaya.

Dalam proses pembuatan tesis ini, tentu tidak luput dari bimbingan,

bantuan, serta dorongan dari berbagai pihak. Melalui ini, saya ingin menyampaikan

terima kasih yang mendalam kepada setiap pihak yang telah mengambil bagian dalam

setiap proses perkuliahan maupun pengerjaan tesis ini.

Dr. Frederich Oscar L. Lontoh, M.Si., Ak. Yang saya hormati sebagai

otoritas tertinggi dalam struktur kepengurusan Sekolah Tinggi Teologi Injili

Surabaya.

Dr. Ponco Mujiono Basuki, M.Th., M.Mis selaku Demisoner Kaprodi S2

Malam dan Bapak Yosef Yunandow Siahaan, S.Kom, M.Th selaku Kaprodi S2

Malam saat ini.

Dr. Lanny Laras Tumbel, Ph. D dan Dr. Ponco Mujiono Basuki, M. Th.,

M.Mis selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar menuntun saya dalam

pembuatan tesis ini.

v
Seluruh dosen yang mengajar saya selama perkluliahan sejak tahun 2018

hingga tahun 2021 ini, yang telah mengambil bagian dalam memberikan pemahaman

baru mengenai kebenaran Alkitab serta memberikan contoh hidup yang baik bagi saya

Kak meni, Mbak Rumiati, Mbak Sri Wahyuni, Kak Senta dan seluruh staff

yang telah dengan rendah hati mengasihi saya selama dalam masa perkuliahan di

kampus STTII Surabaya.

Ai Merry Tanberius, Kak Elisabeth Omega, Kak Maikel Boka, Ko

Ernanda Wibowo, Pak Fendy, Ko David Indra Kurniawan, Zevania Venda Andaline,

Frenzo Monkales, Ko David Pratiknyoo dan seluruh teman-teman seperjuangan dalam

perkuliahan yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu

Keluarga tercinta, Ev Johannes Soebijantoro Tanojo, Dra. Inawati

Tjandramulia, M.Div, Asita Sophia Tanojo, Anne Aetos Tanojo, Ariel Elohim

Tanojo, Tante Lien, dan Tante Pancar serta rekan-rekan PD Rajawali Palangka Raya

atas kesempatan untuk meneruskan perjalanan pendidikan ini, dan kasih sayang penuh

yang membuat saya mampu menyelesaikan strata 2 ini sengan baik.

Yang saya sayangi, Wahyu Susilo atas kesabaran dalam menerima setiap

keluh kesah saya, serta kasih sayang, waktu, tenaga, dan pengorbanan yang diberikan

selama masa penyelesaian tesis ini

Sahabat terkasih, Ayu Prisha Octaviana Mandagi atas doa, kebersamaan,

dukungan berupa ide dan pikiran maupun hal-hal lain yang tak henti-hentinya

diberikan bagi saya

Keluarga besar Surabaya, Tanti Lili Tjiok, Ngku Wike, Ngkim Lili, Nia

Verina, Ngku Heru, Ngkim Lisyek, Ci Grace, Otniel, dan Gladys atas dukungan dan

perhatian yang spesial bagi saya selama masa perkuliahan di Surabaya

vi
Pdt. Margaretha E. T. Piri dan Pdt. Thonny Christiantho selaku Gembala

dan Wakil Gembala GPdI Filadelfia Palangkaraya atas dukungan doa, perhatian, serta

penilaian baik yang selalu diberikan pada saya.

Saya juga ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak kampus STTII

Surabaya atas kebijakan dan toleransinya yang besar sehingga saya mendapatkan

kesempatan untuk melakukan ujian akhir tesis secara online dari Palangka Raya.

Mengingat pada saat itu kondisi di Surabaya maupun Palangka Raya sedang sangat

buruk akibat pandemik Covid-19.

Akhir kata, saya menyadari bahwa Tesis ini tidak lepas dari kekurangan.

Oleh sebab itu segala kritik dan saran yang membangun sangatlah saya hargai. Saya

berharap tesis ini dapat menjadi inspirasi dan memberkati setiap orang yang

membacanya. Tuhan Yesus Memberkati.

Surabaya, Juni 2021

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………..i

HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………………….ii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………...iii

HALAMAN PENILAIAN……………………………………………………………iv

PRAKATA …………………………………………………………………………...v

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………..viii

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………….1
Latar Belakang………………………………………………………………...1
Fokus Masalah………………………………………………………………...5
Perumusan Masalah…………………………………………………………...5
Tujuan Penelitian……………………………………………………………...5
Mamfaat Penelitian……………………………………………………………6

BAB II. LANDASAN TEORI………………………………………………………...7


Lembaga Misi…………………………………………………………………7
Definisi Lembaga Misi……………………………………………………...7
Utusan…………………………………………………………………….11
Pengutus………………………………………………………………….12
Prajurit Doa………………………………………………………………13
Donatur …………………………………………………………………..15
Macam-Macam Lembaga Misi…………………………………………….18
Lembaga Misi Menurut Wadahnya……………………………………....18
Yayasan Sebagai Lembaga Misi………………………………………….25
Organisasi Sebagai Lembaga Misi………………………………………..28
Tujuan Lembaga Misi……………………………………………………...46
Memberitakan Injil…………………………………………………………...51
Definisi Memberitakan Injil………………………………………………..51
Strategi Dalam Memberitakan Injil………………………………………...54
Tantangan Dalam Memberitakan Injil……………………………………..57
Teori Teori Pentingnya Memberitakan Injil………………………………..63
Tafsiran Roma 10:13-15……………………………………………………...67
Dr. Thomas Constable……………………………………………………...67
Adam Clarke………………………………………………………………..68
Robert Haldane……………………………………………………………..71
Matthew Poole……………………………………………………………...77
viii
Peter Pett……………………………………………………………………80

BAB III. METODE PENELITIAN…………………………………………………..83


Tinjauan Umum………………………………………………………………83
Nats Roma 10:13-15 Dalam Bahasa Indonesia Terjemahan Baru…………84
Nats Roma 10:13-15 Dalam Bahasa Yunani……………………………….84
Terjemahan Penulis………………………………………………………...84
Diagram Nats Roma 10:13-15 Dalam Bahasa Yunani……………………..84
Analisa Penelitian Roma 10:13-15…………………………………………...85
Analisa Kontekstual………………………………………………………..85
Analisa Leksikal……………………………………………………………86
Analisa Gramatikal…………………………………………………………87
Analisa Historikal…………………………………………………………..88
Analisa Tujuan Penulis……………………………………………………..88
Analisia Teologis…………………………………………………………...90

BAB IV. ANALISA HASIL PENELITIAN…………………………………………91


Pentingnya Lembaga Misi Menurut Roma 10:13-15………………………...91
Tinjauan Umum……………………………………………………………....91
Nats Roma 10:13-15 Dalam Bahasa Indonesia Terjemahan Baru…………91
Nats Roma 10:13-15 Dalam Bahasa Yunani……………………………….91
Terjemahan Penulis………………………………………………………...91
Diagram Nats Roma 10:13-15 Dalam Bahasa Yunani……………………..92
Analisa Penelitian Roma 10:13-15…………………………………………...92
Analisa Kontekstual………………………………………………………..92
Analisa Leksikal……………………………………………………………99
Analisa Gramatikal………………………………………………………..104
Analisa Historikal…………………………………………………………119
Analisa Tujuan Penulis……………………………………………………129
Analisia Teologis………………………………………………………….132

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………137


Kesimpulan………………………………………………………………….137
Saran………………………………………………………………………...143

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….144

ix
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Sebagai orang Kristen sangatlah beruntung karena telah menerima

keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus. Namun merupakan sikap yang egois apabila

keselamatan itu hanya dinikmati sendiri. Oleh sebab itu, Tuhan memberi kesempatan

hidup kepada setiap orang percaya untuk melakukan tujuan ini, yakni membagikan

keselamatan itu kepada orang lain. Seperti yang tertulis dalam Roma 10:13-15 Rasul

Paulus menuliskan demikian:


13
Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.
14
Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya jika mereka tidak
percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika tidak
ada yang memberitakan-Nya? 15Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-
Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: ‘Betapa indahnya
kedatangan mereka yang membawa kabar baik!’

Ayat di atas mengingatkan setiap orang percaya bahwa peran seorang

pemberita Injil yang memberitakan keselamatan bagi orang yang belum percaya

sangatlah penting. Agar tugas pemberitaan Injil itu efektif maka diperlukan

keberadaan lembaga misi untuk mengutus para misionarisnya pergi dan

memberitakan Injil. Namun hingga saat ini, masih banyak pandangan pro dan kontra

mengenai pentingnya memberitakan Injil. Banyak pribadi maupun kelompok yang

merasa bahwa memberitakan Injil bukanlah tanggung jawab seluruh umat Kristen

yang telah lebih dulu menerima anugerah keselamatan, melainkan hanya tanggung

jawab dari sebagian orang yang menerimapanggilan khusus saja.

1
2
Sebagian orang berpendapat bahwa pelayanan misi hnya merupakan tugas

dari orang-orang tertentu yang disebut Rasul, Pendeta, Penginjil, Fulltimer Gereja,

serta orang-orang dengan talenta atau panggilan khusus saja. Dengan konsep seperti

inilah orang-orang tersebut tidak menaruh perhatian yang besar, bahkan cenderung

mengabaikan pelayanan misi. Banyak juga diantara orang Kristen yang merasa tidak

memiliki cukup pengetahuan tentang Injil, takut untuk mulai menceritakan tentang

Kristus, kurang perduli dan kurang memiliki belas kasih bagi jiwa-jiwa yang belum

mendengar Injil.

Di sisi lain, banyak pula orang-orang Kristen yang memiliki pemahaman

bahwa Amanat Agung yang diberikan oleh Tuhan Yesus tidak hanya ditujukan pada

segelintir orang saja, melainkan harus dikerjakan oleh seluruh umat manusia yang

telah lebih dulu menerima anugerah keselamatan. Pemahaman seperti inilah yang

kemudian membuat orang-orang tersebut mengambil bagian mulai dari yang paling

sederhana untuk memberitakan kabar keselamatan. Orang-orang seperti ini juga yang

nantinya akan memberikan pengertian dan menanamkan jiwa misi kepada generasi di

bawahnya. Steven Lee dalam salah satu artikelnya menuliskan bahwa Injil

berkembang biak dan tersebar secara alami seperti dandelion matang yang

berhamburan terkena angin, bertumbuh dimanapun ia diterbangkan. Perjalanan Injil

adalah seperti itu, dari orang ke orang, keluarga ke keluarga, dan dari masyarakat ke

masyarakat.1

Teologi juga memiliki pro dan kontra dalam memahami konsep

keselamatan sehingga hal ini mempengaruhi penjelasannya dalam tugas pemberitaan

Injil. Terdapat teologi yang mengajarkan bahwa Allah telah menentukan orang-orang

1
Steven Lee. 2016. Diakses dari http://www.desiringgod.org/articles/four-reasons-we-
don-t-share-the-gospel, pada tanggal 17 Juni 2021 pukul 22.57 WIB.
3
tertentu untuk menerima anugerah keselamatan. Oleh sebab itu, umat tidak perlu

melakukan pemberitaan Injil. Karena bagaimanapun kita memberitakan Injil kepada

seseorang, apabila orang tersebut bukan merupakan orang pilihan Allah yang akan

menerima anugerah keselamatan maka pemberitaan Injil tersebut merupakan hal yang

sia-sia. Sebaliknya, meskipun kita tidak memberitakan Injil, tapi apabila Allah telah

menentukan seseorang untuk menerima anugerah keselamatan, maka orang tersebut

pasti akan mendengar berita Injil, bagaimanapun caranya.

Bertentangan dengan pengertian sebelumnya, teologi yang lain

memberikan pengertian bahwa terlepas dari konsep pemilihan yang dilakukan oleh

Allah bahwa Ia memilih mereka yang akan percaya kepada-Nya. Namun pemilihan

tersebut merupakan pemilihan bersyarat yang berdasar pada kehendak bebas, respon,

dan iman manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, Injil perlu disiarkan sampai ke ujung

bumi agar semua orang mendengar kabar dan menerima anugerah keselamatan itu.

Seperti yang dituliskan oleh Rasul Paulus pada Roma 10:14, “Tetapi bagaimana

mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana

mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia.

Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?”

Gereja sebagai salah satu bentuk lembaga misi juga memiliki pemahaman

berbeda mengenai pemberitaan Injil. Banyak yang beranggapan bahwa gereja harus

bersifat sentripetal (dari luar ke pusat), dimana gereja merupakan pusat dari seluruh

pelayanan dan seluruh kegiatan yang dilakukan harus membuat orang-orang kembali

pada pusatnya, yaitu gereja. Pemahaman seperti ini menimbulkan dampak bagi

pengutusan para pemberita Injil dalam suatu lembaga misi, khususnya gereja. Saat ini

banyak kita didapati lembaga yang lebih menaruh perhatian pada masalah yang terjadi

di dalam lembaga (gereja) seperti perluasan gedung gereja, melengkapi kebutuhan


4
alat musik dan multimedia, merayakan hari Natal dan ulang tahun lembaga secara

mewah, dan sebagainya. Hal ini tentu saja bertujuan agar seluruh kegiatan pelayanan

tetap berfokus pada gereja sebagai pusatnya.

Namun begitu, masih banyak pula lembaga misi yang berdiri dengan

tujuan pemberitaan Injil. Banyak pula gereja sebagai lembaga misi yang masih

menaruh perhatian besar bagi kegiatan misi, salah satunya dengan memiliki

departemen misi dalam struktur kelembagaannya, dan dengan aktif mengirim para

misionaris untuk menjadi pemberita Injil di tempat-tempat yang belum mendengar

berita keselamatan. Lembaga-lembaga ini juga bersifat sentripetal namun dengan

pengertian yang berbeda, yaitu seperti yang dimaksud dalam Perjanjian Lama bahwa

“dari luar ke pusat” merupakan sebuah misi untuk memberi pengertian pada bangsa-

bangsa untuk datang ke Irael agar bangsa-bangsa tersebut dapat mengenal serta

menyembah Tuhan yang benar. Seperti hasil pengamatan yang dilakukan oleh Stott

bahwa misi pertama adalah milik Allah dan Anak Allah merupakan pusat dan puncak

dari pelayanan baik oleh para Nabi, Yesus Kristus sebagai Anak, dan Roh Kudus

sebagai utusan-Nya.2 Lembaga juga bersifat sentrifugal (dari pusat keluar) yang

berarti bahwa dari lembaga misi baik itu gereja, yayasan maupun organisasi, kabar

keselamatan akan disampaikan kepada semua suku-suku bangsa.3

Alkitab menuliskan bahwa sesungguhnya semua orang yang telah

menerima keselamatan memiliki tugas untuk pergi dan memberitakan injil. Sesaat

setelah Tuhan Yesus menyelesaikan karya penyelamatan-Nya di dalam dunia ini, Ia

naik ke surga dengan disaksikan oleh murid-muridNya. Pada saat itu Tuhan

2
Maria Sitti Hawa Dalopez. Jurnal: Implementasi Misi Kristen Dalam Persekutuan
Orang Kristen. Institut Agama Kristen Negeri Toraja.
3
Terang Lintas Budaya (Makedonia) Edisi 36 (Malang: Yayasan Terang Lintas Budaya,
1999)
5
meninggalkan sebuah Amanat Agung untuk dikerjakan oleh murid-murid-Nya.

Perkataan itu tertulis dalam Matius 28:19, dimana Tuhan berkata “Karena itu

pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa

dan Anak dan Roh Kudus”. Amanat ini tidak hanya berlaku untuk murid-murid Tuhan

yang pada saat itu melihat kepergian-Nya ke surga saja, namun juga diturunkan pada

sebagai murid-murid Tuhan pada zaman ini.

Dari uraian di atas dapat dilihat mengenai pro dan kontra baik oleh

perorangan, teologi, maupun lembaga misi yang menimbulkan fakta, pandangan dan

persoalan berbeda di dalam ke-Kristenan, berhubungan dengan pemberitan Injil

(penginjilan). Maka dalam tesis ini akan dikaji secara eksposisi pentingnya

pemberitaan Injil oleh lembaga misi menurut Roma 10:13-15.

Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka

fokus penelitian dalam tesis ini adalah pentingnya lembaga misi melakukan

pemberitaan Injil menurut Roma10:13-15.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian yang telah dijabarkan di

atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penting bagi lembaga

misi untuk memberitakan Injil menurut Roma 10:13-15?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian tesis ini, yaitu

untuk mengetahui pentingnya lembaga misi untuk memberitakan Injil menurut Roma

10:13-15.
6
Manfaat Penelitian

Penulis berharap penelitian tesis ini dapat memberikan manfaat sebagai

berikut: Pertama, bagi Penulis. Untuk dapat memperlengkapi penulis dalam

berteologi dengan benar sehingga dapat mengerti kepentingan lembaga misi dalam

memberitakan Injil; Kedua, bagi Gembala Sidang. Agar dapat mendukung dan

mengutus jemaatnya untuk melakukan Misi; Ketiga, bagi Jemaat. Supaya memiliki

pengertian yang benar tentang pentingnya lembaga misi, serta mau untuk terlibat

dalam pengutusan dan pemberitaan Injil.


BAB II
LANDASAN TEORI

Lembaga Misi

Definisi Lembaga Misi

Lembaga misi adalah suatu wadah yang berdiri di samping gereja untuk

menjadi partner gereja dalam melaksanakan Amanat Agung yang diberikan Allah,

yaitu pergi dan memberitakan Injil sampai ke ujung bumi. Penginjilan bukan hanya

amanat yang diberikan Tuhan kepada segelintir orang di dalam gereja saja, namun

merupakan tugas seluruh umat Kristen yang telah lebih dulu menerima keselamatan.

Misi begitu penting dalam pandangan Allah yang dibuktikan dengan mengutus

Putera-Nya ke dalam dunia.1 Allah hanya memiliki seorang Putera dan Ia menjadikan

Puteranya itu seorang misionaris.2 Dari pernyataan ini tersirat kebenaran bahwa Allah

hanya memiliki satu rencana untuk membawa shalom bagi manusia serta segenap

ciptaan-Nya. Kehadiran Tuhan Yesus di bumi adalah bukti kestiaan Allah memenuhi

janji-Nya (Kej 3:15; 1 Tim 2:5; Gal 4:4; 1 Yoh 2:1-2).3 Untuk itu perlu adanya suatu

wadah yang dapat menjadi tempat untuk merekrut orang-orang yang memiliki hati

misi dan menjadi misionaris, melatih para misionaris untuk dapat memberitakan injil,

dan mengutus para misionaris tersebut ke daerah-daerah yang belum mengenal Injil.

1
Yakob Tomatala, Teologi Misi. Pengantar Misiologi: Suatu Dogmatika Alkitabiah
Tentang Misi, Penginjilan dan Pertumbuhan Gereja (Jakarta: YT Leadership Foundation, 2003)
2
J. Herbert Canen, Understanding Christian Mission (1989)
3
Yakob Tomatala, Teologi Misi. Pengantar Misiologi: Suatu Dogmatika Alkitabiah
Tentang Misi, Penginjilan dan Pertumbuhan Gereja (Jakarta: YT Leadership Foundation, 2003)
7
8
Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus menegaskan bahwa

keberadaan lembaga misi sebagai wadah yang mengutus orang-orang dalam

memberitakan Injil tidak kalah penting dengan orang-orang yang bersedia menjadi

misionaris di daerah terpencil. 15Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-

Nya, jika mereka tidak diutus?” Hal ini membuktikan bahwa ada permasalahan

yang sama yang terjadi pada zaman Rasul Paulus hingga saat ini, yaitu ketika banyak

orang-orang yang memiliki kerinduan untuk menjadi misionaris namun tidak tahu

bagaimana cara memulainya. Di sinilah lembaga misi mengerjakan bagiannya dalam

mengerjakan Amanat Agung yang diberikan oleh Allah.

Secara umum, lembaga merupakan institusi atau pranata yang didalamnya

terdapat seperangkat hubungan norma-norma, nilai-nilai, keyakinan-keyakinan yang

nyata dan berpusat kepada berbagai kebutuhan sosial serta serangkaian tindakan yang

penting dan berulang.4 Penggunaan istilah lembaga cukup sering digunakan sehari-

hari di masyarakat dan sering dikaitkan dengan organisasi, yayasan, sosial dan

masyarakat, baik formal maupun informal. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

lembaga adalah sebuah badan atau organisasi yang tujuannya melakukan suatu

penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha.5

Secara sosiologis lembaga adalah suatu bentuk organisasi yang tersusun

secara tetap atas pola-pola kelakuan, peranan-peranan dan relasi-relasi yang terarah

dan mengikat individu, mempunyai otoritas formal dan sanksi hukum guna mencapai

kebutuhan dasar.6 Menurut Adelman dan Thomas, arti lembaga adalah suatu bentuk

4
Saharuddin, Nilai Kultur Inti dan Instritusi Lokal Dalam Konteks Masyarakat Multi-
Etnis. Bahan diskusi tidak diterbitkan (Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001)
5
Arti Kata Lembaga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pusat Bahasa edisi
ke 4 versi offline.
6
Hendro Pustito, Sosiologi Agama (Yogyakarta: Yayasan Kanisius, 1984), 114
9
interaksi di antara manusia yang mencakup sekurang-kurangnya tiga tindakan.

Tingkatan nilai kultural yang menjadi acuan bagi institusi yang lebih rendah

tingkatannya, Mencakup hukum dan peraturan yang mengkhususkan pada apa yang

disebut aturan main, Mencakup peraturan yang bersifat kontraktual yang digunakan

dalam proses transaksi.

Lembaga merupakan serangkaian norma dan perilaku yang sudah

digunakan selama periode waktu yang lama untuk mencapai maksud/tujuan yang

bernilai kolektif atau maksud-maksud lain yang bernilai sosial.7 Lembaga dapat

digolongkan menurut macam jenis nya, yaitu:8 Lembaga Pendidikan, merupakan

lembaga yang berorientasi di bidang pendidikan dan tempat belajar/mengajar, dimana

anggotanya dapat belajar untuk menjadi lebih baik pada satu bidang. Lembaga

Kesehatan, merupakan lembaga yang berorientasi pada pelayanan masyarakat dan

bertujuan untuk menjadikan masyarakat selalu sehat baik secara fisik maupun mental.

Lembaga Hukum, merupakan lembaga yang mengatur mengenai tata tertib dalam

masyarakat dan memberikan bantuan dalam bidang hukum kepada masyarakat yang

membutuhkan, dimana tidak semua masyarakat memiliki pemahaman tentang hukum.

Lembaga Budaya, merupakan lembaga yang membantu masyarakat dalam

mengembangkan dan melestarikan budaya, seni, serta lingkungan di sekitarnya.

Lembaga Ekonomi, merupakan lembaga yang berhubungan dengan masalah ekonomi

dan memiliki tujuan agar kebutuhan ekonomi masyarakat dapat terpenuhi dengan

baik, dan menjaga kehidupan ekonomi masyarakat tetap stabil.

7
Nurida Fatimah. Pengertian Lembaga dan Organisasi. Diakses dari
http://nuridafatimah.blogspot.com/2012/06/v-behaviorurldefaultmlo.html, pada tanggal 12 Maret 2021
pukul 14.00 WIB
8
Pengertian Lembaga: Arti, Jenis, Fungsi, dan Unsur. Diakses dari
https://jagad.id/pengertian-lembaga/, pada tanggal 12 Maret 2021, pukul 14.10 WIB
10
Sedangkan kata “misi” berasal dari kata Latin yang artinya “mengutus”.

Menjadi seorang Kristen berarti diutus ke dunia sebagai wakil Yesus Kristus. Istilah

misi berasal dari bahasa Latin “missio” yang diangkat dari kata dasar “mittere” yang

berkaitan dengan kata “missum” yang artinya “to send” (mengirim/mengutus), “act of

sending, being sent or delegated by authority/persons sent, etc”. Padanan dari kata ini

dalam bahasa Yunani ialah “apostello” yang berarti mengirim dengan otoritas,

dimana orang yang dikirim diutus dengan otoritas dari yang mengirim untuk tujuan

khusus yang akan dicapai.9 Misi dalam Kekristenan adalah mengabarkan Injil

keselamatan kepada dunia, sebagai bagian lanjutan kedatangan Kristus yang pertama

kali ke dunia ini yaitu pengabaran berita akan hidup yang kekal di surga, dan

pengabaran kedatangan Kristus yang kedua kali atas penghakiman-Nya kepada dunia

ini di akhir zaman.

Menurut Advancing Church Mission Commitment (ACMC), ada dua

definisi misi yang dibuat dan telah disepakati sekitar 179 gereja dan badan-badan

misi. Pertama, misi adalah setiap usaha yang ditujukan dengan sasaran untuk

menjangkau melampaui kebutuhan gereja dengan tujuan untuk melaksanakan Amanat

Agung dengan menyatakan Kabar Baik dari Yesus Kristus, menjadikan murid, dan

dikaitkan dengan kebutuhan yang utuh dari manusia, baik jasmani maupun rohani.

Kedua, mengenai gereja misioner yang aktif dan sehat digambarkan sebagai gereja

yang mengambil sikap agresif dalam penginjilan sedunia, dimana setiap anggota

9
BDK: David J. Bosch, Transformasi Misi Kristen. (1), J. Verkuyl. 1987. Contemporary
Missiology. (1-4), J.H. Bavinck. 1960. An Introduction to the Science og Missions. (xvi-xviii), E.
Woga. 2002. Dasar-Dasar Misiologi. (13-16)
11
jemaat melihat dirinya sebagai komponen kunci dalam menggenapi Amanat Agung

dan memobilisasi sumber dayanya semaksimal mungkin untuk tugas ini.10

Roma12: 4 mengatakan “Sebab sama seperti pada satu tubuh kita

mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang

sama.” Dalam memberitakan Injil ada banyak komponen yang berbeda, dimana

masing-masing komonen tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan saling melengkapi

satu sama lain. Komponen misi yang utama adalah: 1. Utusan, 2. Pengutus dan 3.

Penerima. Ketiga komponen tersebut dijabarkan sebagai berikut.

Utusan

Utusan ialah para misionaris yang siap pergi untuk memberitakan Injil ke

daerah-daerah yang belum mengenal Kristus. Pernyataan Tuhan Yesus juga

menegaskan bahwa Ia sendiri adalah misionaris yang diutus oleh Allah Bapa dengan

tugas misioner yaitu membawa shalom kepada manusia berdosa dengan segenap

ciptaan-Nya (Yoh 14:6, 27; 8:29).11 Secara tersirat Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia

menunjuk kepada Diri-Nya sebagai Pengutus dan para murid-Nya adalah misionaris-

misionaris-Nya yang terutus ke dalam dunia dengan tugas shalom yang sama dari

Allah (Yoh 20:21)12

Ketika Yesus merasa bahwa sudah tiba waktu bagi murid-murid-Nya untuk
ikut serta dalam pekerjaan-Nya secara langsung, maka yang para murid
butuhkan sekarang ialah mempraktekkan apayang telah mereka lihat dan
saksikan. Kemudian sang guru memanggil kedua belas murid-Nya dan

10
Novi Yuniarti. Sekilas Tentang Misi. Diakses dari
https://misi.sabda.org/sekilas_tentang_misi dan http://www.acma.org/, pada tanggal 12 Maret 2020,
pukul 15.00 WIB
11
Yakob Tomatala, Teologi Misi. Pengantar Misiologi: Suatu Dogmatika Alkitabiah
Tentang Misi, Penginjilan dan Pertumbuhan Gereja. Jakarta: YT Leadership Foundation, 2003), 15

J. Herbert Cane menegaskan bahwa “God is a missionary God. The Bible is missionary
12

book. The Gospel is a missionary message. The Church is a missionart institution”. J. Herbert Cane.
1981. Understanding Christian Mission), 15
12
mengutus mereka (Matius 10:5; Markus 6:7; Lukas 9:1-2). Sebelum melepas
mereka pergi, Yesus memberi petunjuk kerja pada para murid-Nya. Apa yang
Ia katakan pada saat itu sangat penting bagi kita di masa sekarang ini, dimana
Ia menguraikan dengan tegas inti dari segala yang telah disampaikan sedikit
demi seddikit dalam pengajaran-Nya kepada mereka.13

Hal pengutusan bukanlah suatu hal baru, namun merupakan seseuatu yang

telah dilakukan secara turun temurun sejak dahulu. Tuhan Yesus sendiri telah

mengutus para muridnya untuk menjadi misionaris dan memberitakan Injil bagi siapa

saja yang belum mendengar berita Injil, dan tugas ini pun diturunkan pada kita hingga

saat ini. Para misionaris yang menjadi utusan Injil dapat merupakan anggota jemaat

biasa, maupun orang-orang yang telah memiliki keterampilan atau profesi di bidang-

bidang tertentu. Keterampilan tersebut yang nantinya akan menjadi salah satu strategi

pendekatan yang dapat dilakukan untuk menceritakan tentang berita keselamatan.

Pengutus

Pengutus yaitu orang-orang yang Tuhan tempatkan untuk mempersiapkan

para utusan dalam mengerjakan misi penginjilan. Komponen “Pengutus” menurut

Tjandra Mulia terdiri dari: Mission Trainer (Pelatih), Prajurit Doa, Donatur, dan

Lembaga Misi.14

Mission Trainer / Pelatih

Salah satu alasan mengapa misionaris kadang-kadang meninggalkan

ladang pelayanan mereka sebelum waktunya adalah bahwa mereka tidak cukup siap

menghadapi tantangan dan tekanan dalam memberitakan Injil.15 Pendeta mungkin

Robert E. Coleman, The Master Plann of Evangelism – Rencana Agung Penginjilan


13

(Westwood New Jersey, USA: Fleming H. Revell Company, 1964), 60


14
Heru Tjandramulia, Chariot of Fire 2nd Edition. Surabaya: F3S Indonesia - Nafiri Fajar
15
Dean Wiebracht, Menjawab Tantangan Amanat Agung: Pedoman untuk Memobilisasi
Gereja Anda dalam Pekerjaan Misi (Yogyakarta: Penerbit ANDI Ofset, 2008), 199
13
bukan orang yang cocok untuk melatih para misionaris potensial, dimana ia mungkin

bukan seseorang yang mampu merancang program pelatihan. Pendeta yang mengerti

bahwa gereja memiliki suatu peranan kunci untuk ditampilkan dalam persiapan calon

misionarisnya pasti akan mnengusahakan hal ini, dimana beberapa pelatihan hanya

dapat diperoleh melalui sekolah-sekolah Alkitab maupun seminari sebagai lembaga

misi.16

Para pelatih atau mission trainer adalah orang yang memperlengkapi para

misionaris dengan keahlian dalam bidang-bidang tertentu sehingga kehalian tersebut

dapat digunakan sebagai sarana pemberitaan Injil. Para pelatih akan menyampaikan

kesulitan yang mungkin akan dihadapi beserta setiap kemungkinan yang dapat

dijadikan solusi untuk bertahan dalam misi penginjilan. Setiap pelatihan yang

dilakukan bertujuan untuk mempersiapkan para misionaris baik secara hati, pikiran,

dan mental dalam menghadapi setiap tantangan di ladang misi.

Prajurit Doa

Doa adalah metode yang pertama dan utama untuk menyelesaikan masalah

misionaris. Di antara segala metode yang telah ditencanakan, tidak satupun lebih

praktis, lebih berhasi dibanding dengan metode ini. Jika kita mendukung dengan doa

setiap misionaris di tengah perjuangan, dengan metode sederhana saja efisiensi

kekuatan misionaris saat ini mungkin dapat digandakan, tanpa menambah seorangpun

misionaris pada kekuatan yang ada.17

16
Dean Wiebracht, Menjawab Tantangan Amanat Agung: Pedoman untuk Memobilisasi
Gereja Anda dalam Pekerjaan Misi (Yogyakarta: Penerbit ANDI Ofset. 2008), 90-91
17
Helen Montgomery, Prayer and Mission (West Medford, MA: The Central Comitte on
the United Study of Foreign Missions, 1924), 187
14
Kisah Para Rasul 2:42 mengatakan, “Mereka bertekun dalam pengajaran

rasul-rasul dan dalam persekutuan, Dan mereka selalu memecahkan roti dan berdoa”.

Doa merupakan solusi bagi setiap permasalahan, dan jemaat mula-mula pada saat itu

juga melakukan hal tersebut. Merka berdoa ketika memerlukan petunjuk, mereka

berdoa ketika terancam, mereka berdoa ketika memilih daikon-diakon, mereka berdoa

ketikamengutus misionaris. Strfanus berdoa supaya para pembunuhnya lepas dari

tanggung jawab karena membunuhnya, Petrus berdoa sehingga Tabita bangkit dan

kembali hidup. Jemaat mula-mula bersekutu dalam doa, dan dengan setia

melakukannya.18

Dari Pentakosta dan Rasul Paulus lewat berabad-abad sampai saat ini,

kisah misi telah menjadi kisah doa yang dijawab. Setiap keluaran energy baru nagi

misionaris adalah hasil doa orang percaya. Setiap usaha misionaris baru yang ada dan

diberkati oleh Allah telah menjadi bertumbuhnya suatu benih yang ditanam oleh Roh

Ilahi di dalam hati orang-orang saleh yang berdoa.19

Dalam Efesus 6:12 Rasul Paulus mengatakan, “Karena perjuangan kita

bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah,

melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu di dunia yang gelap ini,

melawan roh-roh jahat di udara”.Kita percaya akan adanya dosa dan iblis dan neraka

sebagai suatu kekuatan, dan juga kepada Allah dan kebenaran dan surga sebagai

kekuatan lainnya. Sesuai dengan sifatnya, kekuatan ini saling bertentangan datu sama

lain selamanya di alam kubur, dan dalam permusuhan tak terdamaikan. Kita sebagai

18
Dean Wiebracht, Menjawab Tantangan Amanat Agung: Pedoman untuk Memobilisasi
Gereja Anda dalam Pekerjaan Misi (Yogyakarta: Penerbit ANDI Ofset 2008), 61
19
Robert Glover, The Bible Basis of Mission (Los Angles CA: Bible House of Los
Angles, 1946), 178
15
manusia harus memilih di sisi mana kita berada - tidak bisabersikap netral - hidup

atau mati, surga atau neraka. Jika memilih berada di sisi Allah maka harus siap

menghadapi perang terbuka dengan musuh-musuh Allah. Pertempuran itu nyata dan

mematikan serta akan berlangsungterus menerus selama kita hidup di bumi ini.20

Menjadi prajurit doa berarti terlibat dalam peperangan rohani dan berjuang

dalam iman yang teguh, dalam hal ini untuk mendukung setiap perkerjaan misi yang

dilakukan oleh para misionaris di ladang misi. Orang-orang yang mengambil bagian

menjadi prajurit doa telah mendukung pelayanan misi melalui peperangan rohani

yang dilakukan.

Donatur

Donatur adalah orang yang secara tetap memberikan sumbangan berupa uang

kepada suatu perkumpulan dan sebagainya; penyumbang tetap.21 Banyak orang yang

merasa tidak dapat mengerjakan pelayanan misi karena harus bekerja sehingga

memiliki waktu yang sangat terbatas. Para profesional tersebut memiliki pengertian

bahwa bermisi adalah melakukan penginjilan secara langsung di wilayah yang belum

mengenal Injil. Sementara pekerjaan misi tentu tidak dapat berjalan apabila tidak

didukung oleh bantuan finansial. Kebutuhan hidup para misionaris di daerah

membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dengan memberikan donasi secara finansial,

berati telah mendukung dan membuat pelayanan misi dapat terlaksana bahkan sampai

ke wilayah terpencil sekalipun.

20
Tozer A.W, This World: Playground or Battleground? (Christian Publications, 1988), 2
21
Arti Kata Donatur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pusat Bahasa edisi
ke 4 versi offline.
16
Lembaga Misi

Lembaga misi dalam tugasnya sebagai pengutus harus bertanggung jawab

atas kehidupan para misionaris yang diutus selama mengerjakan misi di daerah. Salah

satu masalah terberat yang mungkin dialami oleh para misionaris di daerah adalah

kesendirian. Lembaga misi harus mampu menjadi sahabat yang dapat mendukung dan

mendampingi para misionaris dalam setiap masalah dan kesulitan yang dihadai

Lembaga misi memiliki tugas penting yaitu menjadi perantara bagi:

Misionaris dan Penerima. Lembaga misi mencari dareah yang bersedia

menerima para misionaris, melakukan survei lapangan dan mempertemukan

misionaris pada orang yang membantu segala keperluan para misionaris selama

melakukan pelayanan misi di daerah tersebut

Misionaris dan Donatur. Pencarian donatur yang mau menabur bagi

pekerjaan misi bukanlah tugas para misionaris, namun merupakan tugas dari lembaga

misi. Lembaga misi bertanggung jawab untuk mencukupi segala kebutuhan secara

finansial, baik pribadi maupun operasional pelayanan yang diperlukan misionaris

selama melakukan pelayanan misi. Oleh sebab itu lembaga misi memiliki kepentingan

untuk mencari donator yang dapat mencukupi segala kebutuhan tersebut.

Beberapa lembaga Misi Internasional yang telah mengutus begitu banyak

misionaris serta secara aktif memberitakan Injil ke berbagai tempat di dunia hingga

saat ini antara lain:22

 Youth With A Mission (YWAM)

 Worldwide Evangelization for Christ Internasional (WEC)

 The Navigators

22
Jason Mandryk, Operation World Jilid 2: Negara-Negara (A-J) - Panduan untuk
Mendoakan Semua Bangsa di Dunia (Yogyakarta: PT Gloria Usaha Mulia, 2013.
17
 World Vision International (WVI)

 Christian Reformed World Relief

 Tearfund

Penerima

Penerima yaitu daerah penempatan yang menjadi ladang misi dimana para

misionaris melakukan tugas penginjilan dan memberitakan keselamatan bagi orang-

orang di daerah tersebut. Wahyu 7:9 menuliskan, “Kemudian dari pada itu aku

melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat

terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di

hadapan tahta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubbah putih dan memegang

daun-daun palem di tangan mereka”.

Masih begitu banyak suku-suku di dunia yang sama sekali belum

mendengar tentang berita keselamatan. Suku-suku terabaikan itulah yang menjadi

tujuan pemberitaan misi. Indonesia Pelangi Nusantara mencatat, sampai tahun 2017

ada lebih dari 130 suku terabaikan dengan jumlah populasi lebih dari 1000 orang yang

tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Beberapa di antaranya terdapat di pulau

Kalimantan, yaitu Suku Bakumpai, Suku Dayak Pasir, Suku Dayak Tidung, Suku

Kutai, dan Suku Sanggau-Sekadau.23

Macam-macam Lembaga Misi

Lembaga misi dapat dibedakan atas dua bidang, yaitu dari segi wadah

yang menjadi payung kegiatan misi dan pengutusan, dan dari segi ruang lingkup atau

fokus kegiatan dalam melakukan kegiatan misi dan pengutusan.

23
Indonesia, Profil Suku Terabaikan. Indonesia Pelangi Nusantara – IPN (Indonesian
People Network, 2017), 96-101
18
Lembaga Misi Menurut Wadahnya

Gereja Sebagai Lembaga Misi. Kata “gereja” merupakan ambilan dari

bahasa Portugis: igereja yang berasal dari bahasa Yunani: εκκλησία (ekklêsia) yang

berarti dipanggil keluar.24 Tuhan Yesus pertama kali menggunakan kata ekklesia

dalam Perjanjian Baru, dan Ia memakai kata itu untuk menunjuk murid-murid yang

bersama dengan Dia (Mat 16:8). Pada masa berikutnya kata ekklesia mendapat arti

pemakaian yang lebih luas, ketika gereja-gereja lokal pada saat itu didirikan di mana-

mana dan semua itu disebut sebagai ekklesiani, sebab hal tersebut dimanifestasikan

sebagai Gereja Kristus yang Universal. Jadi dapat disimpulkan bahwa cara gereja di

bangun adalah pekerjaan Roh Kudus dalam membaptis orang percaya ke dalam

Tubuh Kristus.

Di Indonesia, gereja sudah hadir sejak abad ke-2 Masehi, perama kali di

Fansur-Sumatra Utara. Sejak saat itu sampai saat ini terdapat banyak sekali jenis

aliran gereja di Indonesia, di antara nya adalah aliran Gereja Katolik Roma, aliran

Gereja Protestan, dan aliran Gereja Ortodoks. Khusus untuk gereja-gereja dari aliran

ritual Pentakosta, kadang digolongkan terpisah dari kelompok gereja Protestan karena

perbedaan ritual dan pengakuan iman, meskipun dari sejarahnya gereja Pentakosta

muncul dari denominasi ajaran Protestan. Gereja Protestan dan Pentakosta terbagi-

bagi menjadi unsur gereja yang lebih kecil, maka memiliki banyak cabang bahkan di

setiap daerahnya. Gereja-gereja tersebut dapat diklasifikasikan menurut ajaran teologi,

kelompok etnis, bahasa pengantar, atau gabungan dari ketiganya.25

24
Gereja. diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja, pada tanggal 13 Maret 2021,
pukul 12.35 WIB
25
Gereja, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_di_Indonesia , pada tanggal 13
Maret 2021, pukul 12.35 WIB
19
Tugas panggilan Gereja merupakan kelanjutan dari misi Tuhan Yesus

kepada dunia. Dalam menjalankan tugas panggilannya, gereja mempunyai banyak

tugas yang secara garis besar dibedakan dalam tiga hal yaitu Koinonia (bersekutu),

Diakonia (bersekutu), dan Marturia (melayani). Ketiganya merupakan satu kesatuan

yang utuh dan tidak terpisah satu dengan yang lain. Ketika orang percaya

menjalankan tugas pelayanannya, di sana pula ia melakukan kesaksian dan

persekutuan, demikian pula sebaliknya. Ketiganya saling menjalin dan saling

mendukung, dan harus dilaksanakan secara seimbang dan terpadu sehingga menjadi

pelayanan gereja yang utuh.26 Tiga tugas panggilan gereja yang mendukung hakekat

sejati gereja tersebut antara lain:

Pertama, Koinonia (Bersekutu) Koinonia berasal dari bahasa Yunani yaitu

κοινωνία yang artinya bersekutu. Koinonia artinya persekutuan27, dan merupakan

kewajiban yang harus dijalankan jemaat sebagai orang percaya untuk menjalankan

perintah Tuhan. Ini adalah persekutuan dengan orang-orang yang dipanggil dari

kegelapan kepada komunitas terang Kristus, yaitu persekutuan intim dalam cinta

kasih yang sejati antara Yesus Kristus dan jemaat-Nya.28 Gereja sebagai koinonia

adalah tubuh Kristus, dimana semua orang menjadi satu di dalam Kristus atas dasar

Firman Allah, Baptisan, dan Perjamuan Kudus. Dengan dasar inilah anggota gereja

harus saling mempedulikan dan dikumpulkan bersama sebagai komunitas yang kudus

26
Dien Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik (Yogyakarta: Andi,
2009), 19-20

Sebagaimana dikatakan juga oleh Janets dan Muhammad Ansar dalam “Akuntabilitas
27

Dalam Prespektif Gereja Protestan: Studi Fenomenologis Pada Gereja Protestan Indonesia Donggala
Jemaat Manunggal Palu”. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh. 2011

Pdt. Mori Sihombing, M.Th. 2014. “Koinonia dan Keuangan Gereja yang Sehat -
28

HKBP” dalam buku Felloship Through Stewardship (Tinjauan Teologis Mengenai Persekutuan dan
Penatalayanan). Pematangsiantar: Lembaga Studi Agama dan Pembangunan – L.SAPA, 73
20
secara nyata, bukan hanya sekedar pertemuan biasa melainkan persekutuan yang

bersifat soteriologis (keselamatan). Ibadah menjadi pusat penyampaian syukur atas

seluruh berkat yang Allah berikan dalam seluruh kehidupan komunitas gereja. Oleh

sebab itu ibadah juga harus merefleksikan komitmen hidup melayani Tuhan dngan

perkataan dan tindakan setiap hari. Mutu persekutuan juga harus senantiasa

dipelihara, dimana iman menjadi proses dalam kehidupan setiap warga gereja.

Adanya bentuk-bentuk diskusi, Pendalaman Alkitab, dan retreat yang dikembangkan

secara kreatif untuk membatu warga jemaat dalam memahami Alkitab dan mengalami

pertumbuhan iman sehingga mampu menyikapi tantangan jaman di tengah realita

kehidupan. Dengan pemahaman Firman Tuhan yang benar, maka setiap warga gereja

sadar akan dirinya sebagai bagian integral gereja yang memiliki panggilan untuk

mendukung misi gereja melalui talenta yang dimilikinya. Sebab tanpa pemahaman

tersebut, persekutuan Gereja sebagai tubuh Kristus (koinonia) akan beralih menjadi

komunitas politis.29

Kedua, Diakonia (Melayani) Secara harafiah, kata diakonia berarti

memberi pertolongan atau pelayanan. Dalam bahasa Ibrani pertolongan, penolong,

ezer dalam Kejadian 2:18, 20; Mazmur 121:1. Diakonia dalam bahasa Ibrani disebut

syeret yang artinya melayani. Dan dala terjemahan bahasa Yunani, kata diakonia

disebutkan diakonia (pelayanan), diakonein (melayani), dan diakonos (pelayan).30

Menurut salah satu dugaan yang lazim dikemukakan sehubungan dengan etimologi

kata “daikon”, arti harafiah kata ini adalah “terobos debu”, mengacu pada kumpulan

29
Pdt. Midian KH Sirait. 2012. Artikel: Koinonia, Marturia, Diakonia. Diakses dari
https://midiankhsirait.wordpress.com/2012/01/18/koinonia-marturia-diakonia/, pada tanggal 15 Maret
2021 pukul 11.50 WIB.
30
A. Noordegraf, Orientasi Diakonia Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 2
21
debu yang ditembulkan oleh kesibukan pelayan atau pewarta tatkala menunaikan

tugasnya.31 Melayani adalah satu dimensi kehidupan Gereja Kristen yang didasarkan

atas teladan dan perintah Yesus Kristus (Markus 10:42-45, Matius 25:31-46) dan atas

perkataan Rasul (Gal 6:2). Persekutuan Gereja dengan Tuhan menjadi nyata dalam

dalam solidaritas kehidupan bersama dan dalam tanggung jawab atas kehidupan

sesama, khususnya yang miskin dan hina. Rasul Paulus menyelenggarakan diakonia

ekumenis pertama ada kehidupan Gereja awal dalam bentuk pengumpulan dana

bantuan dari jemaat Kristen non Yahudi untuk orang miskin di lingkungan jemaat

Yahudi di Yerusalem. Usaha ini tidak didasarkan atas rasa kemanusiaan Rasul

Paulus, tetapi merupakan wujud kehidupan Gereja Kristen yang adalah persekutuan

hidup baru atas dasar iman dan kasih. Secara konkret diakonia Gereja selalu dimulai

dari lingkungan terdekat, dan meluas melampaui batas kegerejaan, kebangsaan, dan

golongan.32

Dalam konteks tertentu, gereja sulit melakukan pemberitaan Firman Tuhan

karena peraturan di daerah tertentu dengan tujuan membungkam gereja akan berita

keselamatan. Namun melalui pelayanan diakonia, gereja dapat lebih leluasa masuk ke

daerah-daerah sulit tersebut dan dapat menjangkau lebih banyak jiwa tanpa harus

membawa bendera gereja tertentu.Makna pelayanan yang dikatakan oleh Allah adalah

meninggalkan perilaku egois dan bersedia untuk menempatkan kepentingan orang

lain di atas kepentingan pelayan. Meninggalkan zona nyaman bahkan jika orang yang

dilayani memberikan respon yang tidak diharapkan, dan tampaknya tidak mengalami

perubahan yang menunjukkan hasil positif dari pelayanan. Melakukan segala sesuatu

31
Partridge, Eric. Origins: A Short Etymoligical Cictionary of Modern English. (New
York: Greenwich House. ISBN 0-571-41425-2.
32
Pengertian Diakonia. Diakses dari http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-
diakonia/, pada tanggal 15 Maret 2021 pukul 13.13 WIB
22
seperti bagi Allah dan bukan untuk manusia sehingga tidak ada banyak alasan untuk

tidak melayani. Hal ini juga yang membuat adanya pergerakan dalam hal melayani

untuk menjadi rekan sekerja Allah yang menyatakan kasih-Nya melalui pelayanan

kepada orang lain.33

Ketiga, Marturia (Bersaksi) Kata marturia adalah salah satu istilah yang

dipakai gereja dalam melakukan aktivitas imannya, sebagai tugas panggilan gereja

yaitu dalam hal kesaksian iman34 -pemberitaan Injil sebagai berita keselamatan bagi

manusia.35 Marturia berasal dari bahasa Yunani “Martureo” dan kata yang berakar

padanya, “martus, marturia, dan marturion”, yang berarti “saksi”. Saaksi ialah orang

yang memberi esaksian tentang esuatu yang ia sendiri telah melihatnya. Dalam gereja

purba kata “Martus” menjadi terbatas, terutama untuk menyebut mereka yang setia

kepada imannya kendati sampai mati sekalipun. Penggunaan kata itu dalam arti

demikian dikenal di Indonesia sebagai martir.36 Martir artinya orang yang rela

menderita atau mati daripada menyerah karena mempertahankan agama atau

kepercayaan; dan orang yang mati dalam memperjuangkan kebenaran agama.37 Dalam

dunia Kristen modern, “kesaksian” berarti cerita tentang apa yang dikerjakan Kristus

atas hidup seseorang menjadi pengalaman hidup orang itu. Istilah marturia saat ini

33
Pengertian Koinonia, Marturia, Diakonia, Gereja Reformatif. Diakses dari
https://www.isplbwiki.net/2020/01/pengertian-koinonia-marturia-diakonia.html, pada tanggal 15 Maret
2021 pukul 13.17 WIB
34
Andreas A. Yewangoe, Tidak Ada Penumpang Gelap (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2009)
35
Marturia. Diakses dari http://id.dbpedia.org/page/Marturia, pada tanggal 15 Maret 2021
pukul 13.25 WIB
36
Kasiatin Widianto, Disertasi: Pengaruh Pembinaan Warga Gereja Dan Pelayanan
Pastoral Terhadap Pertumbuhan Jemaat Gereja Bethel Indonesia Family Blessing Surabaya.
(Surabaya: STTII Surabaya, 2018), 90
37
Arti Kata Martir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pusat Bahasa edisi ke
4 versi offline.
23
lebih sering digantikan dengan “evangelisme” yang berarti pengabaran Injil Kristen

atau praktik penyampaian informasi mengenai doktrin kepercayaan Kristen kepada

orang lain.38

Amanat ini seringkali diabaikan karena adanya pemahaman yang salah

bawa memberitakan Injil hanyalah tugas pendeta, diaken, guru Injil, dan para fulltimer

gereja saja. Namun ini adalah tugas semua umat Kristen, dimana umat Kristen bisa

melakukan tugas ini hanya jika telah mengalami kematian dan kebangkitan Kristus.

Tuhan Yesus telah memanggil seluruh umat yang telah lebih dulu menerima

keselamatan dari Kristus untuk mengerjakan misi dan memberitakan Injil sampai ke

ujung bumi. Inilah yang mendasari bahwa marturia harus dilakukan baik secara

individu maupun persekutuan, dimana umat Tuhan seharusnya sadar untuk memiliki

komitmen sebagai bentuk kesetiaan sebagai murid Kristus dan dengan demikian

menjadi pemberita keselamatan Kristus kepada setiap orang yang belum pernah

mengenal Injil.

Tantangan di dalam gereja bukanlah perkara yang mudah. Tidak sedikit

tantangan yang harus dihadapi gereja, dan tentu saja hal ini seringkali menekan

pertumbuhan di dalam gereja. Tantangan yang dihadapi Gereja tersebut antara lain:39

Pertama, Nominalisme merusak gereja di wilayah-wilayah yang selama berabad-abad

merupakan daerah kantong Kristen. Banyak denominasi yang mengalami kematian

rohani dan berkutat dengan keduniawian, politik internal, perpecahan, dan praktik

okultisme lokal. Denominasi ini membutuhkan pembaruan dan kebangunan rohani

melalui pertobatan sejati. Kedua, Kegagalan pemuridan. Sangat sedikit pengajar bagi

38
Marturia. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Marturia, pada tanggal 15 Maret
2021 pukul 13.27 WIB
39
Jason Mandryk, Operation World Jilid 2: Negara-Negara (A-J) - Panduan untuk
Mendoakan Semua Bangsa di Dunia (Yogyakarta: PT Gloria Usaha Mulia, 2013), 497
24
para pencari Tuhan dan petobat baru. Banyak gereja tradisional kebingungan tentang

pemuridan yang baik bagi mereka yang butuh dimuridkan. Ketersediaan Alkitab dan

aktivitas pengajaran dalam bahasa yang dapat dimengerti juga akan berpengaruh besar

dalam pemuridan.

Ketiga, Kesesatan teologis di gereja. Pengajaran yang tidak memadai akan

membawa orang menuju pada kesesatan yang makin mendalam, kekristenan sinkretis

yang diwarnai okultisme dan pola-pola pemikiran kepercayaan animisme, serta

kontroversi yang berkaitan dengan teologi “kemakmuran”.

Keempat, Ekspresi kekristenan dari luar negeri. Apa yang berhasil

diterapkan umat Kristen di negara Barat belum tentu sesuai diterapkan di masyarakat

Indonesia. Banyak megachurch bermunculan dengan segala bentuk gereja dan gaya

ibadahnya yang berasal dari luar negeri. Hal ini berpotensi memperkuat atau

sebaliknya menghambat pertumbuhan gereja di Indonesia. Kiranya umat Kristen

menjadi bijak untuk dapat mengadopsi hal-hal alkitabiah yang sesuai dengan kondisi

daerah, dan membuang segala hal yang tidak sesuai.

Kelima, Petobat baru dari latar belakang Muslim seringkali menghadapi

penolakan dan penganiayaan bila mengikut Yesus, termasuk kekerasan dan kadang

mati sebagai martir. Para petobat baru ini juga sulit menyesuaikan diri dengan budaya

Kristen serta struktur gereja yang sudah ada.Saat ini banyak gereja yang tidak melihat

misi sebagai suatu hal yang penting untuk dikerjakan. Banyak gereja yang sudah tidak

memiliki departemen misi dalam struktur kepengurusannya, dan tidak lagi mengutus

jemaatnya untuk menjadi pemberita Injil. Banyak gereja-gereja saat ini yang tidak

berdiri sebagai lembaga pengutus, melupakan tugas misi yang seharusnya merupakan

salah satu fungsinya, dan lebih berfokus pada hal-hal yang terjadi di dalam gereja.

Namun di antara semuanya itu, masih ada gereja yang aktif dalam memberitakan Injil,
25
serta mengutus jemaatnya untuk menjadi misionaris. Beberapa contoh gereja yang

sampai saat ini masih mengerjakan misi penginjilan dan memiliki departemen misi

dalam struktur nya antara lain:

 GKA Gloria Surabaya

 GPdI Filadelfia Palangka Raya

 GKB Jemaat Patmos Palangka Raya

 GBI Kingdom Of Love Palangka Raya

 Gereja Methodist Indonesia - Palangka Raya

 Gereja Kristus Muria Indonesia

Yayasan Sebagai Lembaga Misi

Yayasan adalah suatu badan hukum yang mempunyai maksud dan tujua

bersifat sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, didirikan dengan memperhatikan

persyaratan formal yang ditentukan dalam undang-undang. Di Indonesia, yayasan

diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. Rapat paripurna DPR pada tanggal

7 September 2004 menyetujui undang-undang ini, dan Presiden RI Megawati

Soekarnoputri mengesahkannya pada tanggal 6 Oktober 2004.40

Yayasan tidak memiliki anggota maupun pemegang saham sebagaimana

yang terdapat dalam PT atau badan usaha lainnya. Yayasan digerakkan oleh organ-

organ seperti pembina, pengawas, dan pengurus sebagai pelaksana hariannya, dimana

pengurus memiliki kewajiban untuk membuat laporan pertanggungjawaban yang

disampaikan kepada Pembina terkait keadaan keuangan dan perkembangan kegiatan

40
Yayasan. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Yayasan, pada tanggal 13 Maret
2021 pukul 15.19 WIB
26
yayasan setiap tahunnya. Dalam mendirikan sebuah yayasan, akan dilakukan akta

notaris agar mempunyai status badan hukum, karena yayasan merupakan badan

hukum yang resmi sehingga dibutuhkan pengesahan oleh Mentri Kehakiman dan Hak

Asasi Manusia. Yayasan dapat didirikan oleh pemerintah, swasta, maupun

perorangan. Yayasan memiliki kekayaan yang dipisahkan dari kekayaan pendiri

maupun pengurusnya, yang kemudian dijadikan modal awal untuk melaksanakan

kegiatan.

Pendirian yayasan haruslah memiliki tujuan yang jelas dan dicantumkan

dalam Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga Yayasan tersebut. Adapun tujuan

yayasan harus sesuai dengan yang diatur dalam Undang-Undang Yayasan, yaitu untuk

mencapai tujuan tertentu dan harus bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan.

Yayasan dapat bubar apabila terjadipenggabungan diri dengan yayasan

lain, jangka waktu yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar terlah berakhir, atau tujuan

yang ditetapkan tidak tercapai, dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum.Sebuah yayasan tidak diperkenankan membentuk induk organisasi

atau sinode gereja baru, serta tidak melakukan tugas khusus gereja yaitu baptisan dan

sakramen. Yayasan boleh melakukan ibadah maupun acara berbau kerohanian, namun

tidak diperuntukkan sebagai rutinitas. Hal ini dituliskan dalam buku panduan

persyaratan mendirikan.
27

Gambar 1: Contoh struktur dalam sebuah Yayasan

Berikut adalah contoh yayasan baik dalam skala daerah, lokal, maupun nasional, yang

bergerak dalam bidang misi:

 Yayasan Kartidaya

 Yayasan Penampungan Tuna Wisma Cacat Pelayanan Kasih

 Yayasan Tangan Pengharapan

 Yayasan Siswarta Palangka Raya

 Yayasan NAT Surabaya

 Yayasan Pondok Kasih Surabaya

 Yayasan Utus NTT

 Yayasan Galilea Palangka Raya

 Joint Adumal Ministry Palangka Raya

 Yayasan Filadelfia Palangka Raya

 Yayasan Imanuel Palangka Raya

 Yayasan Yara Airo, Bukit Batu - Katingan


28
Organisasi Sebagai Lembaga Misi

Organisasi berasal dari kata ὄργανον - organon - alat, yang memiliki arti

wadah atau tempat berkumpulnya orang-orang untuk bekerja sama secara rasional,

sistematis, terencana, terpimpin dan terkendali dalam memanfaatkan sumber daya

baik uang, matrial, mesin, metode, lingkungan, dan sarana-prasarana yang ada secara

efisien dan efektif untuk bisa mencapai tujuan organisasi tersebut.41 Sebuah organisasi

dapat terbetuk karena dipengaruhi beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi

serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut

terhadap masyarakat, dimana tujuan tersebut nantinya akan dicapai bersama dengan

anggota organisasi melalui kerjasama dengan berbagai pihak yang bersangkutan.

Organisasi yang baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh

masyarakat di sekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti pengembalian

sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga

menekan angka pengangguran.42 Organisi memberikan berbagai macam ilmu yang

tidak bisa didapatkan secara mudah di tempat umum. Setiap organisasi tentunya

memiliki susunan atau struktur yang dimulai dari jabatan seorang ketua organisasi,

kemudian diikuti dengan wakil, sekretaris, bendahara, dan berbagai bidang lainnya

sesuai dengan kebituhan dari organisasi tersebut.43

Dalam berorganisasi, setiap individu dapat berinteraksi dengan semua

struktur yang terkait baik secara langsung maupun secara tidak langsung kepada

41
Keith Davis, Human Relations at Work (New York: San Fransisco, Toronto, London,
1962)
42
Organisasi. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi, pada tanggal 15
Maret 2021 pukul 10.19 WIB
43
Pengertian Organisasi Manfaat dan Fungsi Berorganisasi. Diakses dari
https://accurate.id/marketing-manajemen/pengertian-organisasi/ pada tanggal 15 Maret 2021 pukul
10.23 WIB
29
organisasi yang mereka pilih.44 Anggota organisasi terlibat dalam situasi kelompok

yang mendorongnya aktif dalam berpartisipasi untuk mencapai tujuan bersama.

Partisipasi yang dimaksudkan bukanlah hanya keterlibatan secara jasmani, namun

juga keterlibatan mental, pikiran, emosi, maupun perasaan, serta turut bertanggung

jawab terhadap usaha yang dilakukan.Beberapa bentuk organisasi antara lain:45

Organisasi Politik. Organisasi Politik, yaitu organisasi atau kelompok yang

bergerak, dan terlibat secara aktif dalam proses politik dan ilmu kenegaraan seperti

kelompok advokasi, lembaga tink tank, partai politik, dan kelompok teroris.

Organisasi ini merupakan bagian dari kesatuan yang berkepentingan dalam

pembentukan tatanan sosial pada suatu wilayah tertentu oleh pemerintahan yang sah,

serta dapat menciptakan suatu bentuk struktur untuk diikuti.

Organisasi Sosial. Organisasi Sosial, merupakan sekumpulan orang yang

mempunyai tujuan sehingga bisa membentuk lembaga dengan tidak melanggar

peraturan-peraturan yang ada di negara tersebut baik yang berbadan hukum maupun

yang tidak berbadan hukum, dimana fungsinya adalah sebagai sarana partisipasi

masyarakat dalam membangun bangsa dan negara, serta sebagai tempat komunikasi

agar terpenuhi segala kebutuhan manusia yang tidak dapat dilakukannya sendiri.

Organisasi Agama Organisasi Agama, yaitu perkumpulan sosial yang

dibentuk sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam lingkup suatu agama tertentu.

Organisasi Sekolah Organisasi Sekolah, merupakan wadah bagi

sekumpulan orang yang terkait akan hak-hak serta kewajiban, tidak luput juga dari

44
WS, Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar (Jakarta: Gramedia, 1997), 75
45
Organisasi. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi#cite_note-7, pada
tanggal 15 Maret 2021 pukul 10.21 WIB
30
peraturannya. Organisasi sekolah memiliki aturan-aturannya sendiri sebagaipedoman

dalam mencapai tujuannya.

Organisasi Mahasiswa. Organisasi Mahasiswa, yaitu organisasi yang

beranggotakan mahasiswa untuk mewadahi bakat, minat dan potensi mahasiswa yang

dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakulikuler. Dapat berupa organisasi kemahasiswaan

intra kampus, antar kampus, ekstra kampus, maupun ikatan mahasiswa kedaerahan

yang pada umumnya beranggotakan lintas kampus. Beberapa organisasi masyarakat

yang bergerak di bidang misi antara lain: Komunitas Pembawa Berkat Palangka Raya

(KOMPAK), Persatuan Wanita Kristen Indonesia (PWKI), Gerakan Mahasiswa

Kristen Indonesia (GMKI), Persatuan Kristen Antar Universitas (PERKANTAS),

Gerakan Indonesia Raya (GERKINDO), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik

Indonesia (PEMKRI), Persatuan Gereja Indonesia (PGI), Persatuan Gereja dan

Lembaga Injili Indonesia (PGLII)

Pendekatan Lembaga Misi Menurut Ruang Lingkup Kegiatannya Dalam

memberitakan Injil, seringkali terjadi penolakan oleh masyarakat di wilayah tertentu

apabila misionaris yang diutus membawa gelar pendeta, penginjil, pengkotbah,

bahkan seringkali dicurigai hanya karena beragama Kristen. Masyarakat tersebut tidak

ingin wilayahnya di Kristenkan oleh para pemberita Injil, karena wilayah itu tentu

sudah memiliki agama dan kepercayaan yang dianut sejak zaman nenek moyangnya

dahulu.

Namun ada strategi yang bisa digunakan sebagai sarana perkabaran Injil

bagi para misionaris untuk dapat masuk dan diterima dengan baik oleh wilayah

tersulit sekalipun, yaitu apabila misionaris diperlengkapi dengan keahlian tertentu dan

menembus wilayah terpencil itu melalui profesi yang dimiliki, dengan tujuan

membangun dan memajukan wilayah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa


31
memberitakan Injil tidak harus melalui satu jalan yaitu berkotbah, namun juga bisa

dilakukan melalui profesi. Profesi atau keahlian yang dapat digunakan sebagai

pendekatan dalam memberitakan Injil antara lain:

Bidang Kesehatan. Dalam sejarah perkabaran Injil, bidang kesehatan

seringkali dipakai sebagai sarana penunjang yang diharapkan dapat memperkenalkan

Injil, dimana fungsinya adalah sebagai jalan masuk bagi para pemberita Injil dengan

tujuan untuk memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus. Semua orang dari gender,

kalangan dan usia yang beragam pasti memiliki masalah pada kesehatan, dan

membutuhkan penjelasan atas kondisi yang dialami tersebut. Terlebih di wilayah-

wilayah pedesaan yang jauh dari kemajuan zaman, dimana akses menuju rumah sakit

maupun klinik sangatlah susah, dan tentu akan memakan biaya yang tidak sedikit.

Maka akan sangat diterima apabila ada dokter, perawat, bidan, dan orang dengan

keahlian di bidang kesehatan yang datang ke wilayah tersebut untuk memberikan

pelayanan pada masyarakatnya. Dari sinilah Injil dapat diberitakan. Memperhatikan

kesehatan jasmani hanyalah sekedar mendekatkan orang-orang tersebut kepada

anugerah Allah. Namun di balik itu ada usaha yang dilakukan dalam mempersiapkan

orang untuk menerima anugerah keselamatan secara rohani.46

Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan beberapa kegiatan seperti

melakukan pemerikasaan dan konsultasi kesehatan, memberikan obat-obatan gratis,

mengadakan penyuluhan mengenai cara hidup bersih dan sehat, memberikan

penyuluhan bagi ibu hamil dan dalam masa nifas, dan masih banyak hal lain yang

tentunya dapat digunakan sebagai sarana perkabaran Injil melalui bidang kesehatan.

46
Petrussf. 2007. Misi dan Kesehatan. Diakses dari
https://petrusfsmisi.wordpress.com/2007/10/11/misi-dan-kesehatan/, pada tanggal 23 Maret 2021 pukul
15.36 WIB
32
Salah satu contoh pelayanan di bidang kesehatan adalah pelayanan misi

yang dilakukan oleh KOMPAK di wilayah-wilayah terpencil di Kalimantan Tengah.

Komunitas Pembawa Berkat (KOMPAK) merupakan suatu wadah pelayanan misi di

Palangka Raya yang rutin mengadakan perjalanan misi ke desa-desa di sekitar

Kalimantan Tengah. Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam perjalanan misi

tersebut adalah melakukan pengobatan dan memberikan obat-obatan secara gratis

pada masyarakat desa setempat. Pelayanan kesehatan ini dimulai dengan menimbang

berat badan, melakukan pemeriksaan tensi, melakukan konsultasi keluhan kesehatan

yang dialami, memberikan obat dan vitamin, dan diakhiri dengan mendoakan orang-

orang tersebut serta secara singkat memberitakan bahwa Yesus Kristus adalah satu-

satunya Tuhan yang dapat membebaskan segala penyakit dan permasalahan hidup

yang dialami. Tidak jarang pula banyak jiwa yang menerima Tuhan Yesus sebagai

Juru Selamat melalui doa yang dilakukan ini.

Gambar 2: Pelayanan Kesehatan KOMPAK Palangka Raya


Bidang Pendidikan
33
Pendidikan dapat dikatakan merupakan hal terpenting dalam kehidupan

manusia, dan setiap orang berhak mendapatkan pendidikan. Salah satu kebijakan yang

diterapkan di Indonesia adalah program Wajib Belajar 9 tahun yang digalakkan oleh

Departemen Pendidikan Nasional. Landasan pokoknya terdapat dalam UUD 45 Bab

XIII, Pasal 31, ayat (1) yang menyatakan bahwa Tiap tiap warga negara berhak

mendapatkan pengajaran. Sejak tahun 2015 lalu telah diberlakukan program Wajib

Belajar 12 tahun, yaitu dari kelas 1 Sekolah dasar, sampai pada kelas 12 Sekolah

Menengah Atas (sederajat).47 Pendidikan merupakan suatu proses kehidupan dalam

mengembangkan diri tiap individu untuk dapat meangsungkan hidup. Maka menjadi

orang yag terdidik itu sangatlah penting. Pendidikan dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu pendidikan secara formal yang kita dapatkan melalui sekolah maupun kursus,

dan pendidikan secara informal yang didapat melalui keluarga dan lingkungan

masyarakat sehari-hari yang akan terus didapatkan oleh seseorang sejak lahir sampai

matu (seumur hidup). Ada beberapa hal yang menjadi alasan bahwa pendidikan

dikatakan penting, yaitu:

Memberikan Pengetahuan. Dengan mendapatkan pendidikan berarti

seseorang mendapatkan pengetahuan tentang berbagai hal dan segala sesuatu yang

berhubungan dengan dunia ini. Orang yang berpendidikan dapat melihat dunia dan

segala permasalahannya melalui sudut pandang berbeda, sehingga memungkinkannya

untuk bertindak secara dewasa dan mencari solusi atas permasalahan tersebut.

Membangun Karakter.

Pendidikan memupuk seseorang menjadi individu yang berperilaku santun,

dewasa, memiliki rencana akan kehidupan masa depan, serta dapat mengambil

47
Wajib Belajar. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Wajib_belajar, pada tanggal
23 Maret 2021 pukul 18.53 WIB
34
keputusan yang tepat di dalam kehidupan. Pekerjaan dan Karir. Orang yang

berpendidikan akan berfikir secara positif dan jauh lebih mudah mendapatkan

pekerjaan.

Lapangan pekerjaan manapun pasti akan lebih memilih orang yang pernah

mengenyam pendidikan. Bahkan tidak jarang orang yang berpendidikan akan berfikir

untuk menjadi krearif dengan menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat

dan memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan sekitarnya.

Memajukan Daerah. Suatu wilayah yang dihuni oleh orang-orang

berpendidikan pasti akan lebih maju dibandingkan wilayah yang menutup diri dari

dunia pendidikan. Kemajuan ilmu dan teknologi saat ini tentu sangat mempengaruhi

kehidupan semua orang, bahkan sampai ke wilayah terpencil sekalipun. Apabila tidak

diimbangi dengan sumber daya manusia untuk mengoperasikannya, maka hal tersebut

adalah sia-sia. Oleh sebab itu diperlukan adanya orang-orang berpendidikan yang mau

membangun dan memajukan wilayah tersebut sehingga wilayah utu tidak hidup dalam

ketertinggalan, namun jugadapat menikmati perkembangan zaman yang ada.

Hingga saat ini, sudah banyak orang yang sadar akan pentingnya

pendidikan, bahkan di wilayah terpencil sekalipun. Hal ini dibuktikan dengan usaha

pemerintah untuk membangun sekolah dari tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah

Pertama, dan Sekolah Menengah Atas, untuk memberi akses bagi anak-anak usia

sekolah di wilayah terpencul mendapatkan pendidikan seperti anak-anak di kota-kota

yang lebih maju. Namun sangat banyak kendala yang dihadapi dalam melaksanakan

program tersebut, salah satunya adalah terbatasnya sumber daya manusia atau guru-

guru yang bersedia ditempatkan di wilayah sulit itu. Hal ini membuat banyak desa

yang kekurangan tenaga pengajar, bahkan tidak jarang ada desa yang memiliki
35
bangunan sekolah namun tidak ada guru tetap untuk memberi pendidikan bagi anak-

anak sekolah.

Ditengah kurangnya tenaga pengajar, bukankah akan sangat diterima

apabila ada misionaris yang datang dan menawarkan diri untuk menjadi tenaga

pendidik di wilayah tersebut? Pastilah misionaris tersebut akan sangat diterima oleh

masyarakat yang dengan senang hati akan mempercayakan anak-anaknya untuk di

didik dan di ajar oleh guru-guru tersebut. Meskipun mungkin guru-guru itu

mengajarkan pelajaran sekuler seperti matematika, biologi, bahasa inggris, dan

sebagainya, namun pastilah memiliki kesempatan untuk memberitakan Injil

Keselamatan kepada anak-anak dan memberkati wilayah tersebut melalui kesaksian

hidupnya.

Selain itu misi juga dapat dimasukkan melalui kurikulum pendidikan,

dimana anak-anak dan kaum muda merupakan misionaris masa depan. Pendidik dan

para anggota senior memegang satu peranan penting untuk dimainkan dalam

penjangkauan misi Kristen. Tidak hanya memberikan kepemimpinan dan visi yang

diperlukan, tetapi banyak di antara mereka yang dapat menjadi aktif terlibat dalam

pelayanan lintas budaya melalui pendidikan. Kemungkinan-kemungkinan tersebut

dapat menjadi kenyataan yang dapat dirasakan oleh misionaris sebagai seorang

pendidik misi.48 Lembaga Kristen yang bergerak di bidang pendidikan antara lain:

Sekolah Tinggi Teologi Injili Surabaya. Yayasan Terang Kasih Bangsa. Yayasan

Siswarta Palangka Raya, Yayasan Pesat Nabire, Perhimpunan Pendidikan dan

Pengajaran Kristen Petra, Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya, Universitas

Kristen Palangka Raya

48
Dean Wiebracht, Menjawab Tantangan Amanat Agung: Pedoman untuk Memobilisasi
Gereja Anda dalam Pekerjaan Misi (Yogyakarta: Penerbit ANDI Ofset, 2008), 162-163
36
Bidang Ekonomi. Ekonomi merupakan perilaku dan tindakan manusia

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya melalui berbagai kegiatan yang dilakukan

untuk dijadikan solusi dalam bertahan hidup. Solusi inilah yang menjadi jawaban atas

keberadaan kehiatan produksi, distribusi, dan konsumsi yang dikenal sebagai prinsip

ekonomi. Para peneliti mengatakan bahwa kegiatan ekonomi tidak semata untuk

memenuhi kebutuhan, tapi turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tidak

terbatas hanya pada satu individu saja.

Kegiatan ekonomi menurut prinsipnya merupakan pengelolaan sumber

daya, dimana didalamnya terdapat modal, materi, dan tenaga untuk dapat

menghasilkan sesuatu yang memberikan kesejahteraan bagi banyak orang.

Pembangunan ekonomi daerah melibatkan pemerintah dan masyarakatnya untuk

melakukan proses pengelolaan sumber daya yang ada di daerah tersebut dan

membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta

untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan

kegiatan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.

Pemerintah pusat di suatu wilayah pasti akan berupaya untuk secara

maksimal mengelola Sumber Daya Alam yang ada di pelosok daerahnya. Namun

seringkali hal tersebut terkendala oleh Sumber Daya Manusia yang kurang memadai

untuk melakukan kegiatan produksi dan distribusi. Di sinilah misionaris memiliki

celah untuk masuk dan membantu pemerintah serta masyarakat di wilayah tersebut

untuk dapat mengalami pertumbuhan ekonomi dan memaksimalkan sumber daya

yang disediakan oleh alam. Para misionaris dapat membantu perekonomian desa

dengan kegiatan produksi yaitu mengajarkan pengelolaan yang tepat atas sumber daya

alam yang ada, lalu kemudian melalui koneksi yang dimiliki mencari peluang untuk

juga bisa mendistribusikanya ke daerah yang tingkat konsumsinya lebih besar.


37
Contohnya apabila desa tersebut limpah akan pisang dan ubi, maka bisa di oleh

menjadi keripik dan di kemas sedemikian rupa lalu didistribusikan ke kota. Desa-desa

di Kalimantan terdapat banyak tumbuhan Bajakah yang belum lama ini menjadi viral

karena ditemukan bahwa memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit cancer.

Hal ini juga bisa menjadi peluang apabila kayu Bajakah tersebut diolah sedemikian

rupa menjadi minuman cepat saji, atau dimasukkan ke dalam kapsul, lalu kemudia

dikemas dan didistribusikan ke seluruh wilayah, dimana banyak sekali orang-orang di

berbagai wilayah yang masih berjuag dengan penyakit cancer.49

Salah satu bentuk pelayanan di bidang ekonomi adalah yang telah berjalan

hingga saat ini adalah pelayanan misi yang dilakukan oleh dr. Eddy Kristianto melalui

program Kelompok Tumbuh Bersama Usaha Kecil Menengah (KTB-UKM) yang

memanfaatkan Sumber Daya Alam untuk kemudian diolah menjadi obat-obatan

herbal dan didistribusikan sehingga dapat membantu perekonomian masyarakat

setempat. dr. Eddy Kristianto adalah seorang dokter yang mengabdikan diri di salah

satu pelosok desa Kalimantan Barat yaitu desa Rawuk, untuk memberikan pelayanan

kesehatan dan pendidikan karakter bagi warga. Saat pertama kali menginjakkan kaki

di Kalimantan dr. Eddy dan istri menyaksikan pelayanan kesehatan yang masih sangat

jauh dari standard dan ketersediaan obat-obatan pun tidak memadai. Keterbatasan itu

akhirnya memaksanya untuk belajar mengolah tanaman herbal sebagai obat, dan

kemuadian selama empat tahun masuk-keluar hutan untuk melakukan penelitian. Ia

pun belajar mengenai herbal di Tosashimizu Hospital-Jepang selama dua tahun dan

saat kembali ke Indonesia ilmu tersebut ia asah dengan melakukan penelitian tentang

berbagai jenis herbal yang layak konsumsi.

49
Bagus Pradana, Eddy Kristianto: Mengolah Herbal Menjadi Penawar. Diakses dari
https://mediaindonesia.com/weekend/274885/eddy-kristianto-mengolah-herbal-menjadi-penawar, pada
tanggal 25 Maret 2021 pukul 10.16 WIB, 2019.
38
Dunia diciptakan, dipelihara, dan ditebus oleh Kristus. Kita tidak dapat

mengklaim mengasihi Allah sementara menyalahgunakan milik Kristus oleh hak

ciptaan, penebusan, dan harta warisan. Mari perduli pada bumi dan secara

bertanggung jawab menggunakan sumber-sumbernya yang melimpah, bukan menurut

alasan dunia sekuler saja, tetapi demi kepentingan Tuhan. Jika Yesus adalah Tuhan

dari seluruh bumi, maka hubungan kita dengan Kristus tidak terpisah dari cara kita

bertindak pada bumi.50

Bermula dari sinilah akhirnya dr. Eddy membentuk Kelompok Tumbuh

Bersama Usaha Kecil Menengah (KTB-UKM) yang kemudian digunakan sebagai

wadah untuk menyampaikan Injil melalui pembinaan karakter, pengetahuan mengenai

herbal, serta membuat produk-produk herbal seperti teh celup dari daun kelor dan

sabun dari herbal untuk kecantikan. Melalui KTB-UKM dr. Eddy sudah berkeliling

sampai ke pelosok-pelosok Indonesia dan mencari potensi yang dimiliki desa tersebut

untuk kemudian diolah dan didistribusikan ke wilayah lain yang memerlukan produk

tersebut. KTB-UKM menggandeng masyarakat lokal sebagai bentuk pemberdayaan

warga di kawasan pedalaman, dimana dr. Eddy sendiri mengatakan bahwa terlampau

banyak khazanah herbal di Indonesia yang memiliki manfaat untuk kesehatan, tetapi

semua itu tetap butuh sumbangsih dari para tenaga ahli untuk menelitu dan

mengembangkannya agar mendapat tempat dalam keilmuan kesehatan modern. KTB-

UKM terus membagikan wawasan seputar hidup sehat serta cara membangun

kesadaran masyarakat akan potensi manfaat herbal di Indonesia.51 Beberapa hasil alam

50
Memberitakan Injil di Tengah Masyarakat Majemuk: tiga dokumen kontemporer
gerejawi (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2018.), 75
51
Bagus Pradana. 2019. Eddy Kristianto: Mengolah Herbal Menjadi Penawar. Diakses
dari https://mediaindonesia.com/weekend/274885/eddy-kristianto-mengolah-herbal-menjadi-penawar,
pada tanggal 25 Maret 2021 pukul 10.16 WIB
39
yang diolah dan dapat menjadi obat herbal menurut KTB-UKM antara lain: Wine dari

hasil fermentasi anggur hijau, buah nanas, biji coklat, Penyedap dari rumput laut

Manisan dan syrup dari jahe dan lemon, Masker wajah dan sabun dari daun kelor, Jus

babi dari buah-buahan.

Gambar 2: Pelayanan KTB-UKM yang dilakukan oleh dr. Eddy Kristianto

Pengasuh (Baby Sitter) dan Asisten Rumah Tangga (ART)

Zaman dulu, wanita hanya dikenal sebagai ibu rumah tangga yang

berkewajiban menyelesaikan pekerjaan rumah dan dinilai tidak pantas untuk

melakukan pekerjaan-pekerjaan berat. Sampai pada abad ke 19 ketika R.A. Kartini

memperjuangkan emansipasi wanita melalui tulisan-tulisannya, dan kemudian terjadi

perubahan mendasar pada kehidupan kaum wanita.52 Saat ini wanita dan pria memiliki

kesempatan yang sama dalam meniti karir. Adalah hal yang wajar apabila wanita

membantu perekonomian keluarga dengan melakukan pekerjaan di kantor, masuk di

bidang pendidikan, kesehatan, dunia entertainment, atau memiliki aktifitas dan hobby

seperti traveling, olahraga, bermain game, dan lain sebagainya.

Kesibukan di luar rumah tentu membuat sebagian besar dari wanita-wanita

tersebut tidak lagi memiliki cukup waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah seperti

mencuci, memasak, membenahi rumah, bahkan sampai mengurus kebutuhan anak.

52
RoselinaTjiptadinata. 2016. Emansipasi, Kemajuan atau Kemunduran bagi Wanita?.
Diakses darhttps://www.kompasiana.com/roselinatjiptadinata/57876af6587b61fe07d13ce6/emansipasi-
kemajuan-atau-kemunduran-bagi-wanita?page=all, pada tanggal 25 Maret 2021 pukul 10.36 WIB
40
Rutinitas yang dijalani sungguh menyita tenaga dan fikiran sehingga baik wanita

maupun pria akan merasa lelah saat kembali dari serangkaian kegiatan yang telah

dilakukan sepanjang hari. Hal ini yang membuat para keluarga membutuhkan

kehadiran pengasuh untuk memberi perhatian khusus pada anak-anak, dan Asisten

Rumah Tangga (ART) untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah.

Pengasuh dan ART dapat menjadi salah satu sarana dalam peberitaan Injil

apabila diperlengkapi dengan hati yang mau melayani dan memberitakan Injil

Keselamatan pada rumah-rumah yang memperkerjakannya. Dilihat dari segi waktu

para pengasuh dan ART ini tentu memiliki lebih banyak waktu untuk bermain dan

menemani anak-anak dibandingkan dengan waktu yang dapat diberikan oleh orang

tuanya. Ini adalah kesempatan baik yang dapat digunakan untuk bercerita tentang

Tuhan Yesus, dan mengajarkan hal-hal positif kepada anak-anak tersebut. Waktu-

waktu itu juga akan menumbuhkan rasa nyaman dan rasa percaya dari anak-anak

sehingga para pengasuh dapat menjadi pendengar yang baik ketika anak-anak

memiliki masalah dan memerlukan tempat untuk bercerita, serta dapat memberikan

solusi dan berdoa atas permasalahan yang sedang dihadapi. Selain itu, para orang tua

juga akan merasa bahagia apabila anaknya mengalami perubahan dan bertumbuh ke

arah yang positif, sampai pada akhirnya hal tersebut juga akan menjadi titik awal

untuk memberitakan Injil Keselamatan kepada orang tuanya. Lembaga Misi Kristen

yang bergerak dalam menyediakan Pengasuh (Baby Sitter) dan Asisten Rumah

Tangga (ART) di Indonesia antara lain: Yayasan Kasih Agape-Jakarta, Yayasan

Kasih Ananda-Banten, Penyalur Pembantu Setia Kasih-Jawa Barat, LPK Kasih

Bintang Timur-Semarang, PT Mitra Mama Indonesia-Surabaya.


41
Literatur dan Teknologi. Melonjaknya jumlah penduduk dunia pada tahun

1086 menyebabkan para pemimpin Kristen pada saat itu memikirkan pelaksanaan

Amanat Agung, dan berakhir pada satu kesimpulan bahwa jikalau seluruh dunia ini

harus di Injili, maka harus diambil satu tindakan tegas untuk mencapai masa yang

besar itu. Maka timbullah pendapat bahwa cara paling berhasil untuk mencapai

jumlah itu dengan efektif ialah dengan perantaraan literatur.53 Satu-satunya jalan

untuk mencapai setiap oknum dengan Injil idalah dengan menggunakan barang

cetakan (Oswald J. Smith). Selain para penerbit dan lembaga Alkitab, penghargaan

juga patut diberikan pada para penterjemah Alkitab Wycliffe yang tidak terhitung

banyaknya. Demikian pula kepada mereka yang rela masuk ke daerah-daerah primitif

dan mempertaruhkan nyawanya untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa-

bahasa daerah setempat.54

Tentu saja keselamatan tidak datang dari barang cetakan, video dan

tulisan-tulisan tersebut, melainkan Injil itu sendiri. Entah disampaikan secara lisan,

tercetak, maupun melalui media sosial, Injil itu adalah Kuasa Allah yang akan

menyelamatkan orang yang percaya. Literatur Kristen sering disebut sebagai “Utusan

Injil tercetak”, dan memiliki kekuatan nyata dalam hal: 55 Pertama, Ia dapat pergi

kemana-mana tanpa merasa terlihat sebagai orang asing. Kedua, Ia mengulang-ulangi

beritanya terus menerus tanpa istirahat atau cuti. Ketiga, Pada umumnya ia tidak

mahal. Keempat, Ia mempersembahkan beritanya menurut kesenangan pembacanya.

Kelima, Melalui pos ia dapat pergi ke berbagai tempat dimana seorang utusan Injil

53
George Verwer, Dinamika Pelayanan Literatur (Jakarta: Yayasan Obor Menyeluruh
Indonesia Surabaya: Yakin CLC Indonesia, 1995), 9-10
54
Ibid, 11
55
George Verwer, Dinamika Pelayanan Literatur (Jakarta: Yayasan Obor Menyeluruh
Indonesia Surabaya: Yakin CLC Indonesia, 1995),, 26-27
42
tidak diijinkan masuk. Keenam, Dalam waktu sejam ia dapat diberikan kepada lebih

banyak orang daripada jumlah rata-rata pengunjung gereja pada setiap hari minggu

pagi. Ketuju, Ia memungkinkan para pembacanya mendengar berita yang sama itu

berulang kali. Kedelapan, Ia memungkinkan para pembacanya mempelajari hanya

satu bagian khusus berita yang menarik hatinya. Kesembilan, Dalam bentuk buku, ia

dapat memberi kepada banyak hati yang kelaparan berjam-jam bahkan berhari-hari

kotbah yang berkesinambungan dan makanan rohani berupa kebenaran secara terus

menerus.

Di zaman yang modern ini, literatur dan tegnologi merupakan salah satu

solusi yang sangat baik bagi keberlangsungan pemberitaan Injil. Terlebih di masa-

masa menghadapi pandemik Covid-19 yang berdampak sangat hebat ini, umat Tuhan

dituntut untuk menjadi kreatif dalam seluruh aspek kehidupannya, tidak terkecuali

dalam hal memberitakan Injil. Terbatasnya pertemuan tatap muka demi mengikuti

protokol kesehatan membuat tempat ibadah ditutup dan perlahan pelaksanaan ibadah

dilakukan secara online. Hal ini sedikit banyak memberikan solusi yang baik bagi

jemaat Tuhan untuk dapat tetap beribadah ditengah situasi yang mencekam. Terbukti

dengan semakin banyak lembaga baik gereja, yayasan, organisasi, maupun individu

yang membagikan kesaksian Firman Tuhan melalui segala macam media sosial

seperti Televisi, Youtube, Zoom meeting, Twitter, Instagram, WhatsApp, dan lain

sebagainya.

Ditengah kemajuan tegnologi komunikasi dan informasi yang semakin

canggih, orang-orang percaya ditantang untuk memanfaatkan kemajuan tegnologi

untuk menyampaikan Amanat Agung Tuhan Yesus kepada dunia. Pada prinsipnya

kemajuan tegnologi memberikan suatu peluang untuk memberitakan Injil kepada


43
siapa saja karena internet tidak mengenal batas wilayah, agama, suku, dan ras.56

Kehadiran tegnologi informasi dapat dimanfaatkan untuk melakukan transformasi

perubahan dan pembaharuan dari bentuk lama ke bentuk yang baru.57 Di bawah ini

merupakan beberapa contoh perkabaran Injil yang dilakukan melalui literatur dan

media tegnologi.

Superbook

56
Ardianus Pasasa. Jurnal: Pemanfaatan Media Internet Sebagai Media Pemberitaan
Injil. (76)
57
Kobong, Iman Dan Kebudayaan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 31
44
Buku Pengharapan (Book Of Hope)

Nafiri Allah Terakhir (NAT)

youtube/BibleProject Indonesia
45
youtube/Solusi TV

youtube/Gilbert Lumoindong

instagram/kata.kataberkat

instagram/inspirasikristen_
46

instagram/hennykristianus

Tujuan Lembaga Misi

Tujuan utama lembaga misi adalah sebagai partner bagi gereja dalam

menjalankan tugasnya untuk memberitakan Injil. Gereja dipilih oleh Tuhan untuk

melakukan tugas mulia, salah satunya adalah menyelesaikan Amanat Agung yaitu

memberitakan Injl keselamatan sampai ke ujung bumi. Namun tidak hanya itu, gereja

juga memiliki tugas yang tidak kalah penting seperti melaksanakan liturgi ibadah,

mengadakan persekutuan serta membangun kehidupan rohani jemaat. Oleh sebab itu
47
lembaga misi hadir untuk membantu gereja dalam menyelesaikan Amanat Agung

yang diberikan.

Kelembagaan berisi sekelompok orang yang bekerjasama dengan

pembagian tugas tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Tujuan

peserta kelompok dapat berbeda, tetapi dalam organisasi menjadi suatu kesatuan.

Kelembagaan lebih ditekankan pada aturan main dan kegiatan kolegtif untuk

mewujudkan kepentingan bersama.58 Tujuan sebuah lembaga misi bisa saja berbeda-

beda menurut bidang yang ditekuni masing-masing lembaga misi tersebut. Namun

suatu hal yang menjadi prioritas adalah untuk mempersiapan pengutusan bagi

misionarisnya untuk menjadi pemberita Injil di daerah-daerah yang belum mengenal

Kekristenan.

Dalam salah satu bukunya, Ben Abraham memberikan pertanyaan yang

dapat diajukan dalam sebuah penginjilan pribadi.

Maukah anda Selamat?


Jawabannya selali “Mau”
Sudahkah anda tau jalan keselamatan itu?
Keselamatan itu hanya dapat diperoleh melalui:
“Sang Juruselamat”59

Roma 10:13, “13Sebab, barangsiapa yang berseru kepada Nama Tuhan,

akan diselamatkan.” Tuhan memberikan jaminan keselamatan bagi setiap orang yang

percaya kepada-Nya. Allah telah merelakan Sang Putera untuk turun ke dunia,

menjadi manusia, dan melakukan karya penyelamatannya bagi umat manusia yang

berdosa. Lewat pengorbanan yang sudah Ia lakukaan di atas kayu salib, saudara dan

saya dilayakkan untuk menerima keselamatan. Keselamatan itu diberikan secara

58
Anggi Udien. 2015. Definisi dan Tujuan Lembaga. Diakses dari
https://slideplayer.info/slide/2819848/, pada tanggal 26 Maret 2021 pukul 01.23 WIB
59
Suradi Ben Abraham, Penginjilan Pribadi (1998), 19
48
cuma-cuma karena manusia tidak mampu membayarnya dengan apapun juga. Syarat

untuk dapat menerima keselamatan itu hanyalah dengan percaya dan menerima Yesus

Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat di dalam hidupnya. Namun masih banyak

orang di muka bumi ini yang belum mengetahui bahwa hidupnya juga telah ditebus

oleh darah Kristus.

Roma 10:14, “14Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya jika

mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika

tidak ada yang memberitakan-Nya?” Sesaat setelah Tuhan Yesus menyelesaikan

karya penyelamatan-Nya di dalam dunia ini, Ia naik ke surga dengan disaksikan oleh

murid-muridNya. Pada saat itu Tuhan meninggalkan sebuah Amanat Agung untuk

dikerjakan oleh murid-muridNya. Tuhan berkata “Karena itu pergilah, jadikanlah

semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam Nama Bapa dan Anak dan

Roh Kudus, (Mat 28:19)”. Amanat ini tidak hanya berlaku untuk murid-murid Tuhan

yang pada saat itu melihat kepergian-Nya ke surga saja, namun juga diturunkan pada

kita sebagai murid-murid Tuhan pada zaman ini. Ini haruslah dikerjakan oleh setiap

kita yang telah lebih dulu menerima keselamatan itu.

Misi memperoleh tempat sentral di hati Allah yang kekal sehingga misi

dapat disebut sebagai “isi hati Allah”. Dalam rencana misi ini, umat-Nya diberi

tanggung jawab missioner dimana mereka diutus-Nya kedalam dunia. Misi adalah

landasan dan pola/modus kerja Allah yang baku sepanjang sejarah suci-Nya di dalam

dunia (Kej 12:1-3; Kel 3:4, 2:23-4:7).60

Seorang misionaris dari Inggris, James Hudson Taylor mengatakan bahwa

Amanat Agung bukanlah suatu pilihan untuk dipertimbangkan, melainkan sebuah

60
Yakob Tomatala, Teologi Misi. Pengantar Misiologi: Suatu Dogmatika Alkitabiah
Tentang Misi, Penginjilan dan Pertumbuhan Gereja (Jakarta: YT Leadership Foundation, 2003), 15
49
perintah untuk ditaati. Namun di masa sekarang ini banyak lembaga misi baik itu

Gereja, Yayasan, maupun Organisasi yang telah sedikit melupakan kegiatan misi

dalam kelembagaannya. Kebanyakan dari lembaga misi yang lebih berfokus pada

kegiatan di dalam saja, namun tidak diimbangi dengan kegiatan misi untuk

menjangkau jiwa-jiwa yang belum mengenal Kristus. Jarang adanya pengajajaran

kepada jemaat yang membahas mengenai misi ke daerah yang belum tersentuh Injil,

bahkan tidak sedikit lembaga misi yang sudah tidak memiliki departemen misi dalam

strukturnya. Beberapa lembaga masi mengerjakan misi, namun tidak pernah

melibatkan jemaat secara langsung, dimana jemaat hanya berkontribusi memberikan

donasi bagi kegiatan misi tanpa tau kegiatan misi seperti apa yang dikerjakan, dimana

wilayah perkabaran Injil itu, dan kepada siapa kebenaran itu dikabarkan.

Hal ini menyebabkan semakin sedikit orang yang mau pergi untuk

memberitakan Injil, karena orang-orang tersebut tidak tau bahwa bermisi adalah

kewajiban setiap kita yang telah lebih dulu menerima keselamatan. Di sisi lain,

banyak pula orang-orang yang mengerti tentang pentingnya menjalankan Amanat

Agung dan pergi untuk memberitakan Injil. Beberapa dari orang-orang tersebut juga

dipanggil secara khusus untuk menjadi misionaris dan mengabdikan dirinya pada

suatu wilayah yang sudah Tuhan tetapkan. Namun orang-orang itu terbatas dalam

mengerjakan hal tersebut, dimana tidak ada informasi mengenai lokasi, Medan seperti

apa yang harus di tempuh, pekerjaan apa yang dapat dilakukan, siapa yang akan

menampung selama mengerjakan misi, hal-hal apa yang perlu dipersiapkan, dan

bagaimana cara agar sampai pada pekerjaan misi tersebut. Disinilah lembaga misi

menjalankan fungsinya sebagai perantara bagi para misionaris ini kepada orang-orang

yang ada di ladang misi, dan kepada para donatur yang nantinya akan memberikan

dukungan secara finansial atas seluruh pelayanan misi yang dilakukan.


50
Roma 10:15, 15Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika

mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: ‘Betapa indahnya kedatangan mereka

yang membawa kabar baik!’ Keberadaan orang-orang yang mau memberi hidupnya

mengerjakan misi (misionaris) sangatlah dibutuhkan untuk menyelesaikan Amanat

Agung yang telah diperintahkan Tuhan. Namun bagaimana para misionaris tersebut

harus pergi apabila tidak ada lembaga misi yang mengutusnya? Dari ayat ini dapat

disimpulkan bahwa selain misionaris, keberadaan lembaga misi tidak kalah penting

dalam memberitakan misi. Secara umum, fungsi lembaga misi antara lain:61 Merekrut

- Mencari orang-orang yang mau memberi dirinya untuk melakukan pekerjaan misi.

Melatih - Menjadi wadah yang dapat mempersiapkan para misionaris

dalam memberitakan Injil, yaitu memberikan pelatihan dan keterampilan di bidang

tertentu sesuai dengan tujuan khusus yang dimiliki oleh lembaga misi.

Mengutus - Menjadi lembaga yang bertanggung jawab atas kehidupan

para misionaris selama mengerjakan perkabaran Injil di daerah-daerah, termasuk juga

membimbing (melakukan member care) mereka dalam menghadapi kesulitan selama

mengerjakan misi tersebut. Member care menggambarkan aktivitas atau kegiatan

yang memberikan kepedulian kepada para pekerja lintas budaya untuk membantu

mereka agar tetap sehat, tangguh, dan efektif, serta memuliakan Allah dalam

kehidupan dan pelayanan untuk jangka panjang. Member care antara lain:

Konseling. Lembaga misi harus menjadi sahabat yang baik bagi para

misionaris, sehinga misionaris yang berada jauh di ladang misi itu tau kemana harus

pergi ketika ada masalah yang harus dihadapi.

61
Heru Tjandramulia, Chariot of Fire 2nd Edition (Surabaya: F3S Indonesia - Nafiri
Fajar)
51
Mentoring. Lembaga misi harus mampu melihat apa yang diperlukan oleh

para misionaris dan sebisa mungkun mencukupi hal-hal yang dibutuhkan.

Caring. Lembaga misi harus menjadi pendengar atas keluh kesah dan

permasalahan yang dihadapi oleh misionaris di ladang misi, dan selalu mendoakan

agar diberi kekuatan untuk tetap bertahan dalam memberitakan Injil.

Memberitakan Injil

Definisi Memberitakan Injil

Memberitakan Injil adalah Amanat Agung yang diberikan kepada setiap

umat sebelum Yesus naik ke surga, dan setiap pribadi yang telah diselamatkan

memiliki tugas mutlak untuk memberitakan Injil. Memberitakan Injil berarti

menceritakan karya penyelamatan yang telah Tuhan Yesus kerjakan di muka bumi ini.

Dimulai dari pemahaman bahwa manusia yang diciptakan segambar dan serupa

dengan Allah telah jatuh ke dalam dosa dan oleh sebab itu semua keturunannya

memiliki dosa turunan yang menyebabkan manusia tidak dapat masuk ke dalam

kerajaan Surga. Alkitab mengungkapkan bahwa karena ketidaktaatan Adam, maka

dosa menguasai dirinya secara total (Rom 3:23; Maz 51:7). Dengan fakta ini dapat

dikatakan bahwa sebagaimana Adam adalah bapa umat Allah, Adam juga bapa orang

berdosa, bapa umat manusia (Rom 5:12) dimana di dalam dirinya semua umat secara

individu dan bersama-sama telah berdosa. Adam bertanggung jawab atas dosa yang

dilakukannya, dan di dalam Adam setiap manusia yang lahir dari Adam telah berdosa

dan melakukan dosa.62

62
Yakob Tomatala, Teologi Misi. Pengantar Misiologi: Suatu Dogmatika Alkitabiah
Tentang Misi, Penginjilan dan Pertumbuhan Gereja (Jakarta: YT Leadership Foundation, 2003), 47
52
Sebab upah dosa ialah maut;” (Roma 6:23), dimana setiap manusia

berdosa akan mengalami hukuman kekal. Kondisi keberdosaan manusia menegaskan

akibat dosa bagi segenap umat manusia seperti yang diutarakan Rasul Petrus, bahwa

“dalam Adam manusia mati bagi kebenaran - hidup untuk dosa, tetapi dalam Kristus

manusia mati bagi dosa dan hisup untuk kebenaran (2Pet 2:24a).63 Harga dari

keselamatan itu teramat sangat mahal, dan manusia tidak mampu untuk

membayarnya. Keselamatan bukan hanya terhindar dari neraka dan diperkenankan

masuk ke dalam kerajaan Surga, namun merupakan usaha Allah untuk memulihkan

gambar diri manusia kembali menjadi segambar dan serupa dengan Diri-Nya, dan injil

merupakan sarana sebab Injil adalah kekuatan Allah (Roma 1:16).

Usaha itu Allah lakukan dengan mengutus Sang Putera, Yesus Kristus,

untuk turun ke dunia dan membayar dosa-dosa manusia dengan darah-Nya yang suci

di atas kayu salib.

Penumpahan darah-Nya merupakan puncak penderitaan Tuhan Kita. Kuasa


pendamaian penderitaan itu terletak pada darah yang ditumpahkan itu. Oleh
sebab itu sangatlah penting agar orang percaya tidak berhenti dan merasa puas
dengan sekedar menerima kebenaran bahwa ia telah ditebus oleh darah itu. Ia
harus terus maju agar lebih mengenal arti pernyataan itu dan mengetahui apa
yang diperbuat oleh darah itu di dalam jiwa yang telah diserahkan, sesuai
tujuan semula.64

Melalui pengorbanan yang telah Tuhan Yesus lakukan, maka pulihlah

gambar diri manusia. Buah dari keselamatan itu, manusia dilayakkan untuk menerima

menikmati Surga bersama dengan Allah, asalkan manusia percaya dan menerima

Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi.

63
Yakob Tomatala, Teologi Misi. Pengantar Misiologi: Suatu Dogmatika Alkitabiah
Tentang Misi, Penginjilan dan Pertumbuhan Gereja (Jakarta: YT Leadership Foundation, 2003), 48
64
Andrew Murray. Diterjemahkan: Ny. Paul A. Rajoe. Kuasa Darah Yesus di Kayu Salib /
The Power of The Blood of the Cross (Copyright terjemahan Indonesia: Penerbit Yakin), 21
53
Injil berasal dari bahasa Arab yang dalam bahasa asli Alkitab Perjanjian

Baru menggunakan kata “ευαγγέλιον / euangelion” (bahasa Yunani). Dalam

sejarahnya istilah ini awalnya digunakan pada bidang kemiliteran.65 Kata eu berarti

indah dan anggelion berarti berita. Kata euanggelion berarti a reward for good

tidings, dan dalam perkembangan katanya menjadi the good news atau kabar baik.

Kata euanggelion bertalian dengan kata kerja euanggelizo yang berarti to bring or

announce glad tidings atau untuk membawa/mengumumkan kabar gembira.

Kedatangan Yesus Kristus, dan mulainya pemerintahan Allah di dunia ini merupakan

inti Injil yang harus diberitakan. Menurut Ensiklopedia Alkitab Praktis, Injil berarti

kabar baik dari Allah yang mengutus Yesus Kristus untuk menjadi Tuhan dan

Juruselamat manusia (1 Tes 2:9), kata itu berasal dari bahasa Yunani yang secara

harafiah berarti “kabar baik.66

Rasul Paulus dalam Roma 1:16-17 menjelaskan dua arti Injil, yakni:

Pertama, secara garis besar Injil adalah kekuatan Allah ahrtinya bahwa Injil berisi

kabar baik yang menjelaskan bahwa kekuatan Ilahi ada dalam Injil. Kekuatan Ilahi

tersebut telah mengubah dunia melalui kedatangan Yesus Kristus, dan dibuktikan

dengan telah dikalahkan-Nya kuasa dosa dan dibenarkan-Nya manusia (Roma 4:5).

Manusia berdosa telah memperoleh pengampunan dosa (Kolose 1:13) sehingga

manusia sudah berdamai dengan Allah dan hidup dalam damai sejahtera Allah (Roma

5:2). Kedua, keselamatan tidak dibatasi, semua orang mendapatkan anugerah Allah,

baik orang Yahudi maupun orang Yunani. Keselamatan adalah lawan dari hukuman

65
Yakob Tomatala. 2003. Teologi Misi. Pengantar Misiologi: Suatu
DogmatikaAlkitabiah Tentang Misi, Penginjilan dan Pertumbuhan Gereja (Jakarta: YT Leadership
Foundation), 17
66
W.N. Mcelrath, Billy Mathias. Ensiklopedi Alkitab Praktis (Jawa Timur: LLB 1978),
56
54
atau murka Allah (Roma 1:18) yang membawa kematian dan kebinasaan. Dengan

percaya kepada Kristus sebagai inti berita Injil, maka manusia diselamakan dari

murka Allah (Roma 5:9; 10:10).

Inilah yang disebut Injil, dan Injil ini yang harus diberitakan sampai ke

ujung bumi. 13Sebab, barangsiapa yang berseru kepada Nama Tuhan, akan

diselamatkan. 14Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya jika mereka

tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka

tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak

ada yang memberitakan-Nya?” Roma 10:13-14.

Strategi Dalam Memberitakan Injil

Memberitakan Injil bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, sehingga

untuk mencapai sasaran yang tepat perlu adanya perencanaan atau strategi yang tepat

pula. Seseorang yang melakukan perkabaran Injil tidak hanya bergantung pada

bagusnya rancangan strategi yang disusun, namun juga seberapa efektif strategi

tersebut dalam memperkenalkan Kristus. Seorang pekabar Inji harus memiliki strategi

yang jelas kepada komunitas yang dituju. Sebelum maju dalam pelayanan perkabaran

Injil, mereka perlu mencari tahu segala informasi tentang kondisi kemasyarakatannya,

seperti geografis, budaya, dan rohani. Ini semua penting demi sebuah strategi yang

tepat dan efektif.67

Strategi penginjilan adalah perencanaan yang digunakan seseorang untuk

memberitakan Injil. Strategi penginjilan merupakan sebuah kekuatan yang menunjang

seorang pemberita Injil dalam melakukan penginjilan secara efektif dan tepat

67
Peter Wagner, Strategi Perkembangan Gereja (Malang: Gandum Mas, 2015), 13
55
sasaran.68 Penggunaan strategi yang tepat akan membantu seorang penginjil untuk

mengerahkan segala upaya yang mereka punya dalam menghadapi setiap

permasalahan diladang misi. Strategi dalam memberitakan Injil bukan hanya memberi

arah dan rencana untuk sebuah pelayanan penginjilan, tetapi juga sebagai keseluruhan

daya penggerak di dalam sebuah aktivitas perkabaran Injil. Oleh karena itu untuk

memberitakan kabar baik tentang Yesus Kristus kepada mereka yang belum percaya

dibutuhkan strategi yang tepat dan efektif sehingga dapat digunakan secara efisien

untuk menjangkau mereka melalui pemberitaan Injil.69

Strategi memiliki pengertian sebuah siasat atau akal dalam kerangka

mencapai suatu tujuan. Istilah ini berasal dari kata Yunani strategos yang secara

harafiah diterjemahkan sebagai jenderal yang mengatur pergerakan militer pada

zaman demokrasi Athena.70 Dari istilah ini kemudian berkembang pengertian strategi

yang berkaitan dengan rancangan, nalar serta pemikiran yang logis dan etis dalam hal

melakukan dan mengusahakan pencapaian-pencapaian maksimal yang terkait dengan

sebuah pemenuhan perencanaan.71

Strategi penginjilan yang dilakukan oleh Paulus juga mengalami banyak

dinamika. Pada masa pelayanannya banyak yang tidak menyukai Rasul Paulus,

termasuk orang-orang Yahudi yang ingin membunuhnya dan orang non-Yahudi yng

juga membencinya. Seringkali Paulus harus menghadapi tantangan dan ancaman dan

semua hal tersebut menuntutnya untuk memiliki strategi yang tepat sehingga dapat

68
Silas Sariman, Strategi Misi Sadrach Suatu Kajian yang Bersifat Sosio Historis, Jurnal
ABDIEL 3, no. 1, 2019. 17-32
69
Fransiskus Irwan Widjaja, Misiologi Antara Teori, Fakta Dan Pengalaman, 1st ed
(Yogyakarta: Andi Offset, 2018)
70
Wilbert R Shenk. Mission Strategies (Grand Rapids: Michigan, 1993), 218
71
WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1996),
246
56
digunakan untuk mengkomunikasikan Injil secara lintas budaya. Rasul Paulus

memiliki peran yang besar bagi perkembangan kekristenan pada jemaat mula-mula.

Rasul Paulus sebagai rasul yang ditetapkan Allah untuk pergi keluar dari Israel dan

pergi ke bangsa-bangsa lain, memiliki jangkauan yang lebih luas dengan berbagai

dinamika di dalamnya, dimana sudah pasti akan menemukan perbedaan budaya, pola

pikir dan lain sebagainya, dan seiring dengan hal itu tentunya ada banyak tantangan

yang membutuhkan strategi jitu dalam mengabarkan Injil.72

Dalam melakukan penginjilan seharusnya tidak hanya berfokus pada teks

Alkitab tapi bagaimana budaya dapat memberi ruang bagi teks tersebut. Artinya ada

aksi yang seimbang antara keduanya, dimana seorang pelayan lintas budaya harus

lebih dulu memahami budaya yang akan dihadapinya agar pelayanannya dapat

memberikan hasil yang maksimal. Dengan demikian strategi yang kontekstual dalam

penginjilan adalah pola yang harus mempertimbangkan konteks budaya yang

dihadapi, namun di sisi lain tidaklah mengorbankan teks Alkitab.73 Injil tetap harus

menjadi subjek dalam misi penginjilan dimana hal tersebut bukan hanya memberi

kepuasan rohani tetapi juga secara jasmani. Para misionaris yang terjun langsung ke

ladang misi harus memiliki sikap menghargai dan terbuka terhadap kebudayaan asli,

kebiasaan, pola fikir, serta cara hidup orang-orang yang ia layani, sehingga hal ini

dapat menjadi jembatan bagi pemberitaan Kristus dan Injil. Strategi pendekatan ini

juga dipraktekkan oleh Rasul Paulus sebagaimana tertulis dalam 1 Korintus 9:20-24.

Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya
20

aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup

72
Gilbert Yasuo Imanuel dan Yogi Darmanto. 2020. Pelayanan Lintas Budaya: Sebuah
Kajian Tentang Pelayanan Rasul Paulus Dalam Kisah Para Rasul 16: 13-40." VOX DEI: Jurnal
Teologi Dan Pastoral 1, no. 1
73
Melkianus Koparihi. 2019. Strategi Kontekstual dalam Penginjilan Lintas Budaya.
Diakses dari https://www.kompasiana.com/melkianuskoparihi/5c45f1916ddcae33df631f33/strategi-
kontekstual-dalam-penginjilan-lintas-budaya, pada tanggal 25 Maret 2021 pukul 9.27 WIB
57
dibawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum
Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku
dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. 21Bagi
orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti
orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di
luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku
dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. 22Bagi
orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah supaya aku dapat
menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi
segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang
dari antara mereka.24 Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku
mendapat bagian dalamnya.

Tantangan dalam Memberitakan Inil

Seperti yang telah dituliskan pada subbab sebelumnya, memberitakan Injil

bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Begitu banyak tantangan yang harus

dihadapi oleh para pemberita Injil, dimana tatangan tersebut telah ada sejak jaman

para rasul. Hal ini terbukti dengan banyaknya pemberita Injil yang mati martir bagi

Kristus. Di sisi lain banyak pula misionaris yang tidak mampu bertahan melewati

tantangan tersebut, hingga pada akhirnya meninggalkan pelayanan misi yang

dikerjakan. Tantangan yang dihadapi oleh para pemberita Injil tentu saja berbeda-

beda menurut latar belakang kehidupannya, budaya dan daerah yang dituju, serta

kepada siapa Injil tersebut diberitakan. Tantangan yang mungkin dihadapi oleh para

pemberita Injil antara lain sebagai berikut:

Keluarga

Tantangan terdekat yang seringkali dihadapi oleh para pemberita Injil

adalah kerelaan hati dan ijin yang diberikan oleh keluarganya. Masih banyak orang

yang tidak rela apabila anak, orang tua, saudara, suami, maupun istri mereka harus

meninggalkan kehidupannya untuk melayani Tuhan, terlebih memberitakan Injil ke

daerah-daerah terpencil. Keluarga tentunya memiliki harapan yang besar atas


58
kehidupan orang-orang tersebut dalam hal pekerjaan, pasangan hidup, kehidupan

yang layak, terlebih waktu yang cukup untuk keluarganya. Menjadi misionaris berarti

mematahkan semua harapan tersebut dan pergi ke daerah-daerah sulit yang Tuhan

tempatkan. Tidak jarang pula para misionaris harus menghadapi masa-masa yang

bahkan lebih sulit daripada kehidupannya bersama keluarga.

Beberapa sumber stres dari dalam keluarga yang dapat menjadi tantangan

bagi para pemberita Injil: Menghadapi kebutuhan orang tua yang semakin berusia.

Menghadapi kesehatan orang tua yang memprihatinkan. Menghadapi

tuntutan/harapan orang tua dan saudara-saudara. Menghadapi kemungkinan akan

kehilangan orang tua. Akan menikah. Kelahiran anak.74

Salah satu penyebab hal ini dapat terjadi adalah ketika masih banyak

orang Kristen yang tidak memiliki pemahaman akan pentingnya mengerjakan Amanat

Agung. Para pemimpin di gereja kurang membahas topik tentang memberitakan Injil,

sehingga tidak banyak jemaat yang mau terlibat bahkan melepaskan anak-anak atau

saudara nya untuk menjadi misionaris. Oleh sebab itu, para gembala sidang perlu

sesekali membahas tentang hal ini dalam kotbah-kotbah di gereja. Jemaat perlu

mengerti bahwa memberitakan Injil bukanlah suatu pilihan, namun merupakan

Amanat yang diperintahkan Tuhan untuk dikerjakan oleh setiap orang yang telah

lebih dulu menerima keselamatan.

Finansial

Masalah finansial merupakan salah satu tantangan yang dapat menghambat

suatu pelayanan. Karena setiap hal di dunia ini, termasuk pekerjaan misi sekalipun

pasti membutuhkan biaya untuk keberangsungannya. Terlebih apabila perjalanan misi

74
Laura Mae Gardner, Sehat, Tangguh & Efektif dalam Pelayanan Lintas Budaya
(Penerbit: Komunitas Katalis, 2014), 379
59
tersebut menjangkau daerah-daerah terpencil yang jauh dari peradaban kota, dimana

biaya hidup dan kebutuhan yang harus dikeluarkan menjadi semakin besar. Dalam hal

inilah lembaga misi harus melakukan perannya, yaitu: Untuk memperlengkapi para

misionaris dengan keahlian tertentu yang dapat menunjang kebutuhan hidupnya

seperti bertani, beternak, membuat kerajinan tangan yang dapat di jual, melihat

kesempatan pengolahan dari suatu hasil alam di daerah tersebut, dan sebagainya. Hal

ini dapat menjadi salah satu support bagi misionaris di ladang misi untuk dapat

bertahan dan mencukupi kebutuhan hidupnya, bahkan dapat menjadi sarana

penginjilan untuk memberkati orang-orang yang ia Injili di daerah tersebut. Rasul

Paulus juga adalah seorang yang bekerja untuk mencukupi kebutuhan perjalan misi

nya. Ia bersama beberapa rekannya bekerja sebagai tukang kemah sehingga ia dapat

memenuhi keperluan pribadinya, dan keperluan kawan-kawan seperjalanannya (Kis.

20:34).

Mencari donator yang bersedia mencukupi kebutuhan secara finansial,

baik pribadi maupun operasional pelayanan yang diperlukan oleh para misionaris

selama berada di ladang misi.

Penolakan oleh Masyarakat Setempat

Seringkali para misionaris mengalami penolakan saat memberitakan Injil,

terlebih apabila para misionaris tersebut datang dengan membawa gelar pendeta, guru

Injil, penatua, dan sebagainya, dimana terlihat sangat jelas bahwa tujuan utamanya

adalah untuk menyebarkan Injil. Masyarakat di wilayah tersebut tentu tidak ingin ada

agama yang masuk dan menggeser kepercayaan nenek moyang yang telah dianut dari

zaman dulu.
60
Oleh sebab itulah para misionaris dituntut bijak untuk mengatur strategi

penginjilan dengan melakukan pendekatan seperti yang telah dibahas pada subbab

sebelumnya. Keahlian dan profesi dapat menjadi jembatan untuk perkabaran Injil di

wilayah-wilayah yang sangat tertutup. Injil akan lebih mudah diberitakan apabila

misionaris datang dengan membawa keahlian yang dimiliki, dengan tujuan

membangun wilayah tersebut. Hal ini akan membuat masyarakat setempat menerima

kehadiran misionaris dengan tangan terbuka, dan mengizinkan misionaris tersebut

membangun wilayahnya agar menjadi lebih maju.

Pelayanan Misi Lintas Budaya

Dari satu orang Allah menjadikan semua bangsa manusia untuk hidup di

seluruh permukaan bumi. Keberagaman etnis adalah karunia Allah di dalam ciptaan

dan akan dilestarikan di dalam penciptaan yang baru, ketika ia dibebaskan dari

perpecahan dan permusuhan. Kasih terhadap semua orang merefleksikan janji Allah

untuk memberkati semua bangsa di bumi dan misi Allah untuk menciptakan suatu

umat yang datang dari setiap suku, bahasa, bangsa, dan manusia. Kita harus

mengasihi semua yang Allah berkati, meliputi semua budaya.75

Banyak sekali suku-suku terabaikan yang membutuhkan misionaris yang

dapat memberkati mereka dengan Kabar Baik tentang Tuhan Yesus. Sayangnya, tidak

banyak orang yang memahami strategi perkabaran Injil lintas budaya. Menjalin relasi

lintas budaya tidaklah mudah, dan pelayanan lintas budaya merupakan tantangan yang

cukup rumit dan berat. Perbedaan budaya seringkali menjadi penyebab luka, dan

pergesekan yang disebabkan oleh kesalahpahaman, biasanya sangat sulit

75
Memberitakan Injil di Tengah Masyarakat Majemuk: tiga dokumen kontemporer
gerejawi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2014), 75-76
61
diselesaikan.76 Misionaris yang melayani lintas budaya dituntut untuk belajar banyak

mengenai sifat, bahasa, dan cara hidup suku di wilayah tersebut. Apabila kita hanya

bergaul (menyampaikan Injil) menggunakan bahasa tertentu seperti Bahasa Indonesia

saja, maka banyak orang yang tidak dapat mengerti maksud dan tujuan kita. Setiap

bahasa, budaya, pandangan hidup dan kebiasaan di suatu wilayah mengandung ciri

khasnya masing-masing. Apabila misionaris tidak dapat beradaptasi dengan hal itu

maka Injil akan sangat susah untuk disampaikan.

Setiap misionaris yang masuk lingkungan kebudayaan baru pasti akan

menemukan hal-hal yang saling bertentangan, tetapi beberapa waktu kemudian

setelah penyesuaian diri dan menerima maka ia akan tinggal tetap.77 Dan diatas

semuanya itu, Tuhan tidak akan meninggalkan orang-orang yang memberitakan berita

keselamatan. Melalui perkara-perkara mustahil, Ia akan mengadakan mujizat yang

ajaib. Tuhan mampu mengubah keadaan tersulit sekalipun menjadi alat bagi

kemuliaan namaNya, dan yang akan membawa jiwa-jiwa untuk diselamatkan. Tuhan

berjanji dalam firman-Nya bahwa Ia akan menyertai kita senantiasa sampai kepada

akhir zaman (Matius 28:20b). Oleh sebab itu hendaklah para pemberita Injil

senantiasa berharap kepada Tuhan dan dengan setia melakukan pelayanan misi hingga

bumi penuh kemuliaan-Nya.

Okultisme

Apabila memperhatikan konteks dimana para utusan Injil bekerja, kita

diingatkan bahwa pekerjaan ini selalu berhadapan dengan banyak bahaya, yang

76
Laura Mae Gardner, Sehat, Tangguh & Efektif dalam Pelayanan Lintas Budaya.
Penerbit: Komunitas Katalis, 2014|), 25
77
Peter Wongso, Tugas Gereja Dan Misi Masa Kini (Malang: Departemen Literatur Saat,
1999), 183
62
semuanya menuntut perhatian dengan sungguh-sungguh. Pekerjaan misi adalah suatu

peperangan rohani di daerah territorial asing dimana Iblis berkuasa.78

Kesendirian

Salah satu tantangan terberat bagi para misionaris yang memberitakan

Injil di daerah adalah kesendirian. Setiap orang membutuhkan perhatian dan

dorongan. Ada wabah kesepian yang melanda para pelayan misi, disebabkan tempat

pelayanan yang terasing jauh dari rumah dan keluarga, dan disebabkan beratnya

beban pelayanan.79 Dalam hal ini, lembaga misi mengambil perannya sebagai member

care untuk dapat mendampingi dan memberi dukungan sehingga kegiatan perkabaran

Injil dapat terus berjalan.

Lembaga misi sebagai member care bagi para utusan misi melakukan

segala sesuatu yang dibutuhkan secara wajar dan proporsional untuk memastikan

bahwa utusan misi merasa diperdulikan dan didukung oleh lembaga yang mengutus,

dan bahwa para utusan memiliki semua sarana dan prasarana yang dibutuhkan, untuk

bekerja secara efektif, untuk keperluan mereka sendiri dan keluarga.80

78
Laura Mae Gardner, Sehat, Tangguh & Efektif dalam Pelayanan Lintas Budaya
(Penerbit: Komunitas Katalis, 2014), 25
79
Ibid, 26
80
Laura Mae Gardner, Sehat, Tangguh & Efektif dalam Pelayanan Lintas Budaya
(Penerbit: Komunitas Katalis, 2014), 19
63
Teori-Teori Pentingnya Memberitakan Injil

Pdt. Samuel Sumule, M.Div 81

Dalam salah satu jurnalnya yang berjudul “Mengapa Memberitakan

Injil?”, Pdt Samuel Sumule, M.Div menjabarkan bahwa memberitakan Injil bukanlah

suatu alternative atau sekedar mencari kesibukan. Memberitakan Injil harus

berdasarkan ketaatan kepada Amanat Agung Kristus, yaitu memberitakan Injil. Injil

harus diberitakan karena: Memuliakan Allah. Ketika Injil diberitakan, Allah

dimuliakan karena kasih-Nya besar kepada manusia. Kehendak Allah. Allah

menghendaki agar semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan

kebenaran (1 Timotius 2:3-4), dan oleh kehendak-Nya inilah maka Injil diberitakan.

Panggilan Ilahi. Tuhan memanggil kita sebagai murid-murid-Nya untuk dibentuk dan

dijadikan lebih bermutu, dijadikan penjala manusia untuk menjangkau orang-orang

berdosa yang telah hilang dari hadapan Allah untuk dibawa kembali pulang kepada-

Nya melalui berita Injil. Panggilan dari Jiwa-Jiwa Terhilang. Memberitakan Injil

adalah Keharusan. Memberitakan Injil bukan merupakan alternatif mau atau tidak,

atau pilihan karena tidak ada kesibukan dan sebagainya. Lukas 24:44-49 dengan jelas

menuliskan bahwa memberitakan Injil adalah sebuah keharusan.

Pdt. Prof. Dr. Ir. Bambang Yudho, M.Sc., M.A.,PH.D.82

Manusia sering hanya memerhatikan kebutuhan yang kelihatan, seperti

sandang, pangan, papan, dan pekerjaan. Namun, Allah memandang kebutuhan

81
Samuel Sumule, M.Div, Jurnal: Mengapa Memberitakan Injil?, 23-32
82
Bambang Yudho, M.Sc.,M.A.,PH.D. 2007. How To Share Gospel: Kiat Menginjili

Dengan Sukses (Yogyakarta: Yayasan ANDI. (26-37)


64
manusia yang tidak kelihatan secara jasmani, tetapi jauh lebih penting, yakni

keselamatan (kehidupan kekal). Tidak berarti Allah tidak peduli dengan kebutuhan

jasmani. Menurut Pdt. Prof. Dr. Ir. Bambang Yudho, M.Sc., M.A., PH.D., Injil perlu

diberitakan karena: Merupakan Keinginan Allah agar Semua Selamat. Merupakan

inisiatif Allah untuk memulihkan hubungan antara Allah sendiri dan manusia yang

sudah jatuh ke dalam dosa dengan cara mencari atau memanggilnya (Kejadian 3:9).

Meskipun begitu, Allah tetap memakai manusia yang dipanggil dan dipilih-Nya untuk

memberitakan Injil keselamatan kepada orang lain. Merupakan Beban dan Tanggung

Jawab Orang Percaya. Allah akan membagikan tugas mulia tersebut hanya kepada

anak-anak-Nya yang merasa terbeban dan bertanggung jawab terhadap keselamatan

orang lain yang bersedia melakukan tugasnya sebagai pemberita Injil keselamatan.

Merupakan Kebutuhan Semua Orang Berdosa. Kebutuhan manusia yang utama

adalah keselamatan kekal setelah kehidupannya di dunia berakhir. Kehidupan

manusia di dunia akan sia-sia apabila pada akhirnya mereka binasa karena tidak

menerima Kristus sebagai Juru Selamat. Keselamatan itu pasti hanya dalam pribadi

Yesus, seperti yang ditunjukkan Alkitab.

Pdt. Budi Asali, M.Div83

Yang menjadi alasan mengapa kita harus memberitakan Injil adalah:

Karena Tuhan Memerintahkannya. Tuhan sendiri yang telah memerintakan kita untuk

melakukan pemberitaan Injil. Tuhan menghendaki setiap orang kristen untuk

melayani Dia sesuai dengan karunia yang telah diberikan kepadanya oleh Tuhan.

Karena Tuhan mau Memakai Kita sebagai Alat-Nya, dan itu merupakan Kehormatan

bagi Kita. Tuhan bisa saja menmberitakan Injil sendri; initerlihat dalam pertobatan

83
Budi Asali, M.Div. Jurnal: Argumentasi dan Theologia dalam Memberitakan Injil.
65
saulus. Ia juga data memberitakan Injil melalui malaukat-Nya. Tetapi Ia tetap mau

memakai kita yang berdosa sebagai alatNya untuk memberitakan Injil. Ini tidak boleh

kita anggap sebagai suatu beban yang memberatkan, tetapi sebagai suatu kehormatan.

Yesus dan Rasul-Rasul juga Memberitakan Injil. Kristus adalah teladan kita. Tuhan

Yesus sendiri juga memberitakan Injil, dan bahkan Ia mengatakan bahwa Ia

datang untuk memberitakan Injil. Karena Hidup ini adalah Perang (Ef 6:12 dan 2 Tim

2:3-4). Konsep saudara tentang hidup ini merupakan sesuatu yang penting. Kalau

konsep saudara tentang hidup adalah: ‘karena hidup hanya satu kali, maka saya harus

menikmatinya’, maka mungkin saudara tidak akan pernah memberitakan Injil. Tetapi

ingat bahwa konsep hidup dalam Kitab Suci adalah: hidup merupakan peperangan

rohani. Karena hidup ini adalah peperangan rohani melawan setan, maka kita tidak

boleh hidup santai. Supaya Injil bisa Tersebar dengan Cepat. Dalam Kitab Kisah Para

Rasul, jumlah jemaat bertumbuh dengan pesat (Kis 1:26 2:41,47 4:4 5:14 6:7).

Namun pada jaman sekarang tidak seperti itu. Hal ini di karenakan pada abad

pertama, semua jemaat ikut memberitakan Injil. Tetapi keadaan berubah, dimana pada

sekitar tahun 1970-an seorang misionaris mengatakan bahwa statistik menunjukkan

bahwa hanya 0,5 % (setengah persen) orang kristen yang memberitakan Injil! Supaya

Manudia Berdosa Mendapat Jalan untuk Bebas dari Hukuman Allah. Karena Yesus

adalah satu-satunya Jalan ke Surga. Banyak orang berkata bahwa ada banyak jalan ke

surga, dan Yesus hanya merupakan salah satu jalan ke surga. Seandainya hal ini

benar, maka jelas bahwa kita tidak perlu memberitakan Injil. Tetapi Kitab Suci tidak

mengajar demikian. Kitab Suci menyatakan secara sangat jelas bahwa Yesus adalah

satu-satunya jalan (bukan salah satu jalan) ke surga. Karena Injil bisa Memperbaiki

Kehidupan Manusia. Pemberitaan Injil apabila diterima maka akan menyebabkan

seseorang berubah. Karena Rasa Takut untuk memberitakan Injil. Ada rasa takut yang
66
datang dari Tuhan (misalnya: takut berbuat dosa), tetapi ada juga rasa takut yang

datang dari setan (misalnya: takut melayani, takut memberitakan Injil). Kalau kita

menuruti rasa takut yang datang dari setan itu, berarti kita tunduk kepada setan. Dari

pada ‘tidak memberitakan Injil’ karena menuruti rasa takut kepada setan, lebih baik

kita merasa takut kalau kita tidak memberitakan Injil, karena Tuhan memerintahkan

pemberitaan Injil! Tetapi tentu yang terbaik adalah memberitakan Injil, bukan karena

takut kepada Tuhan, tetapi karena kasih kepada Tuhan dan sesama manusia. Kasih

memang merupakan dasar ketaatan yang sejati. Karena akan datang waktunya dimana

kita tidak lagi bisa Memberitakan Injil. Saat inipun sudah banyak orang yang hanya

senang mendengar khotbah yang penuh dengan lelucon, kesaksian, dongeng dsb. Pada

hakekatnya mereka bukan menyenangi Firman Tuhan tetapi lelucon, kesaksian,

dongeng, dsb. Jadi boleh dikatakan bahwa nubuat dalam 2Tim 4:2-5 itu sudah

menjadi kenyataan pada saat ini. Tetapi bagaimanapun juga, sekarang masih ada

orang-orang yang mau mendengar Injil / Firman Tuhan. Kita harus memanfaatkan

kesempatan ini sebelum ‘malam’ tiba (Yoh 9:4). Saat itu kita sudah sama sekali tidak

bisa memberitakan Injil. Saat itu bisa terjadi pada saat Kristus datang kedua kalinya

atau pada saat kita mati, atau menjelang akhir jaman dimana manusia menjadi begitu

bejatnya sehingga sama sekali tidak mau mendengar Injil lagi.

Tafsiran Roma 10:13-15

Dr. Thomas Constable84

"Tuhan" dari Yoel 2:32 adalah Tuhan yang sama dengan "Tuhan Yesus

Kristus". Petrus juga mengimbau Yoel 2:32 dalam khotbah Pentakosta-nya untuk

84
Constable, Thomas. DD. 2012. Commentary on Romans 10: Expository Notes of Dr.
Thomas Constable. Diakses dari https://www.studylight.org/commentaries/eng/dcc/romans-10.html,
pada tanggal 21 Juni 2021 pukul 6.58 WIB.
67
alasan yang sama seperti yang Paulus lakukan dalam Kisah 2:21. Kedua rasul itu

ingin menunjukkan bahwa pintu keselamatan terbuka bagi semua orang. Ketika

orang-orang pilihan memanggil Allah, mereka menanggapi panggilan-Nya bagi

mereka (Rom 8:28-30). Satu-satunya doa orang yang tidak percaya yang Tuhan

janjikan untuk dijawab adalah doa keselamatan ini, meskipun terkadang Dia dengan

murah hati menjawab doa-doa lain yang mereka doakan.

Mungkin Paulus memikirkan konsep keselamatan yang lebih terbatas

dalam ayat 13, dimana Roma 10:13 ini adalah kutipan dari Yoel 2:32 dan mengacu

pada pembebasan fisik dari hari murka yang akan datang di bumi dan pemulihan

orang-orang Yahudi ke Palestina dan bukan pembebasan dari neraka. Paulus beralih

dari tanggung jawab untuk percaya kepada tanggung jawab orang percaya. "Mereka"

mengacu pada yang terhilang, khususnya orang Israel. Paulus menyajikan urutan logis

dalam orang terhilang yang datang kepada iman kepada Yesus Kristus dalam urutan

terbalik di sini. Iman bergantung pada pengetahuan tentang fakta. Seseorang harus

menyatakan fakta-fakta ini agar orang lain tahu tentang mereka. "Seorang

pengkhotbah" (NASB) sayangnya menyiratkan seorang pendeta yang ditahbiskan,

tetapi Paulus berarti "seseorang yang berkhotbah" (NIV), seseorang yang menyatakan.

Diutus (Rom 10:15) menunjukkan bahwa mereka yang memberitakan Injil

beroperasi di bawah perintah dari otoritas yang lebih tinggi. Deskripsi ini juga

menyiratkan bahwa otoritas telah memberi mereka pesan mereka. Allah telah

mengutus setiap orang Kristen untuk mewartakan Injil kepada yang terhilang (Matius

28:19-20; Yohanes 20:21). Sayangnya banyak orang Kristen sedang menunggu

panggilan khusus dari Tuhan untuk pergi. Mereka tidak menyadari bahwa Tuhan telah

mengutus mereka. Ke mana kita pergi dan ke segmen kemanusiaan mana kita
68
mewartakan Injil adalah masalah sekunder. Jika kita aktif mewartakan Injil, Tuhan

akan mengarahkan kita ke mana Dia ingin memakai kita (Maz 37:23).

Sebagaimana jelas dari kutipan Paulus dalam Yesaya 52:7, pekabaran

adalah salah satu kabar baik yang membawa sukacita bagi mereka yang menerimanya.

"Betapa indahnya kaki" adalah cara kiasan untuk mengungkapkan rasa syukur atas

ketaatan para utusan yang telah membawa kabar baik. Konteks kata-kata Yesaya

adalah pengumuman kemurahan Tuhan dalam memulihkan Yerusalem setelah

penawanan Babel.

Adam Clarke85

Roma 10:13. Untuk siapa pun yang akan memanggil. Juga tidak akan ada

orang yang mendengar doktrin keselamatan ini, dan menganggapnya seperti yang

diperintahkan, diizinkan untuk berdoa atau memohon takhta kasih karunia dengan sia-

sia: karena Nabi Joel telah menyatakan dalam Yoel 2: 32, Barangsiapa memanggil,

nama Tuhan Yesus Kristus, Juruselamat orang berdosa, akan diselamatkan -

kesalahannya akan diampuni, hatinya dimurnikan dan jika dia tinggal di dalam iman,

berakar di dalam dia, menunjukkan kebajikan dia yang telah memanggilnya keluar

dari kegelapan kedalam terang-Nya yang ajaib, dia akan diselamatkan oleh kekuatan

hidup yang kekal.

Jelas bahwa Rasul Paulus memahami teks Yoel sebagai berhubungan

dengan Tuhan kita yang terberkati; dan oleh karena itu perkataannya harus menjawab

perkataan nabi ‫ יהוה‬Yehovah, yang tidak berarti bukti dari Ketuhanan Yesus Kristus.

Jika teks diterjemahkan, Siapapun yang akan memanggil dalam nama Tuhan, yang

85
Clarke, Adam. Commentary on Romans 10: The Adam Clarke Commentary. Diakses
dari https://www.studylight.org/commentaries/eng/acc/romans-10.html, pada 21 Juni 2021 pukul
7.06WIB. (1832)
69
terjemahan ‫ יקרא‬yikra beshem Yehovah pasti akan menanggung, namun tetap istilah

Yehovah, nama yang tidak dapat dikomunikasikan, diberikan kepada Kristus; karena

memanggil nama berarti meminta seseorang atas nama atau atas nama orang lain. Dia

yang dipanggil adalah TUHAN; dia, yang namanya dipanggil, adalah YESUS

KRISTUS, yang di sini disebut Yehovah. Dia yang meminta belas kasihan dari

TUHAN, dalam Nama dan demi YESUS KRISTUS, akan mendapatkan jiwanya

diselamatkan.

Roma 10:14. Lalu bagaimana mereka akan memanggilnya. Karena rasul

telah memberikan begitu banyak tekanan pada kepercayaan untuk keselamatan, dan

karena doktrin ini, tanpa penjelasan lebih jauh, mungkin disalahpahami, perlu untuk

menunjukkan bagaimana iman ini dihasilkan; dan karena itu dia meletakkan seluruh

doktrin dalam urutan yang bertingkat dengan indah.Tidak ada keselamatan tanpa Injil:

dispensasi belas kasihan dan anugerah dari Allah saja, di sini disebut, Roma 10:15,

Injil damai sejahtera; kabar gembira tentang hal-hal yang baik. Ini harus diberitakan,

diberitakan di dunia untuk ketaatan iman. Tidak seorang pun dapat secara efektif

mengkhotbahkan hal ini kecuali dia memiliki misi Ilahi; karena bagaimana mereka

akan berkhotbah kecuali mereka DIUTUS, Roma 10:15. Masalahnya harus datang

dari Tuhan; dan orang yang menyatakannya harus memiliki otoritas dan pengurapan

dari atas. Orang yang diberi amanat Ilahi ini harus didengar: adalah kewajiban semua

orang, kepada siapa pesan keselamatan ini dikirim, untuk mendengarnya dengan rasa

hormat dan perhatian yang terdalam. Apa yang didengar harus dikreditkan; karena

mereka yang tidak percaya Injil sebagai catatan yang diberikan Allah tentang Anak-

Nya tidak dapat diselamatkan, Roma 10:14.

Mereka yang percaya harus memohon kepada Allah melalui Kristus, yang

tidak dapat mereka lakukan kecuali mereka percaya kepada-Nya; dan dengan cara ini
70
saja mereka mengharapkan keselamatan. Mengaku percaya kepada Kristus, tanpa doa

yang sungguh-sungguh dan mendesak untuk keselamatan, tidak dapat menyelamatkan

siapa pun. Semua hal ini ditetapkan oleh rasul secara esensial sebagai kebutuhan; dan

mereka semua mengikuti dari proposisi besarnya, Barangsiapa memanggil Nama

Tuhan akan diselamatkan. Tetapi, kata sang rasul, Bagaimana mereka akan

MEMANGGIL dia yang tidak mereka percayai? Dan bagaimana mereka akan

PERCAYA kepada dia yang belum pernah mereka dengar? Dan bagaimana mereka

akan MENDENGAR tanpa seorang pengkhotbah? Dan bagaimana mereka berkhotbah

kecuali mereka diutus? Dan dengan pesan apa yang dapat membawa keselamatan

mereka dapat dikirim, tetapi dengan INJIL DAMAI, KABAR BAHAGIA DARI

HAL-HAL BAIK. Oleh sebab itu diperlukan adanya: Pertama PESAN yang tepat;

kedua PEMBERITA yang tepat; ketiga pesan yang DITAWARKAN, diproklamirkan,

atau disampaikan dengan benar olehnya; keempat proklamasi DENGAR dan

diperhatikan dengan baik oleh rakyat; kelima pekabaran yang telah mereka dengar,

PERCAYA dengan sungguh-sungguh; keenam nama Tuhan Yesus, yang oleh-Nya

sendiri keselamatan ini diberikan, dengan sungguh-sungguh DIDOHON; dan ketujuh

keselamatan, atau penebusan dari dosa dan kesengsaraan, dan kenikmatan kedamaian

dan kebahagiaan, akan menjadi hasil dari panggilan, kepercayaan, pendengaran,

khotbah, pengutusan, dan pesan yang dikirim: - dan dengan demikian doktrin

keselamatan oleh kasih karunia melalui iman dijaga dari penyalahgunaan.

Roma 10:15. Betapa indahnya kaki mereka yang berkhotbah

Dr. Taylor berkomentar pada kutipan ini, yang diambil dari Yesaya 52:7,

bahwa "kaki digunakan secara beragam dalam Kitab Suci, dan kadang-kadang

berkaitan dengan hal-hal internal dan spiritual. Karena sebagai kehidupan manusia

dan amal saleh dibandingkan dengan berjalan, Mazmur 1:1, sehingga kakinya dapat
71
menunjukkan prinsip-prinsip di mana ia bertindak, dan watak pikirannya Pengkhotbah

5:1: Jagalah kakimu ketika engkau pergi ke rumah Tuhan. Sesuai dengan ini, kaki

para utusan dalam Yesaya dan para rasul dalam ayat ini, dapat menandakan validitas

misi mereka—otoritas di mana mereka bertindak, dan karakter atau kualifikasi apa

pun yang dengannya mereka ditanamkan.”

Robert Haldane86

Roma 10:13 Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan

diselamatkan. Konteks dalam Yoel, yang dituliskan oleh Calvin 'akan memuaskan kita

sepenuhnya bahwa prediksinya berlaku untuk perikop Paulus ini.' Ini adalah metode

yang paling merusak dalam menafsirkan penerapan Perjanjian Lama dalam Perjanjian

Baru, untuk menjadikan persepsi kita tentang keadilannya sebagai dasar untuk

mengakui kesimpulan Rasul. Mungkin tepat untuk menunjukkan seberapa jauh atau

seberapa jelas kata-kata nubuat itu menetapkan referensi khusus yang dibuat oleh

Rasul. Tetapi apakah kita dapat menjelaskan penerapannya atau tidak, penafsiran

Rasul sama sempurnanya dengan nubuatan itu sendiri. Jika seseorang akan berusaha

untuk membuktikan kebenaran kesimpulan Rasul, yang lain mungkin cenderung

mempertanyakannya, dan menuduh bahwa nubuat itu tidak memiliki makna yang

diberikan oleh Rasul.

Di sini tersirat, bahwa untuk keselamatan itu perlu untuk memanggil

Tuhan, dan bahwa siapa pun yang melakukannya akan diselamatkan. Di sini, seperti

di tempat-tempat lain dalam Kitab Suci, Nama Tuhan menandakan Tuhan itu sendiri.

Dengan menyebut Nama Tuhan, semua bagian ibadah agama yang kita persembahkan

86
Robert Haldane. Commentary on Romans 10: Haldane's Exposition on the Epistle to
the Romans and Hebrews. Diakses dari https://www.studylight.org/commentaries/eng/hal/romans-
10.html, pada 21 Juni 2021 pukul 14.19 WIB. (1835)
72
kepada Tuhan dimaksudkan. Ini menunjukkan persekutuan yang penuh dan utuh

dengan Allah. Barangsiapa berseru kepada nama Tuhan, merendahkan dirinya secara

mendalam di hadapan Tuhan, mengakui kuasa-Nya, memuja keagungan-Nya, percaya

akan janji-Nya, percaya akan kebaikan-Nya, berharap akan belas kasihan-Nya,

memuliakan Dia sebagai Tuhannya, dan mengasihi Dia sebagai Juruselamatnya. .

Mengandaikan bahwa doa ini tidak dapat dipisahkan dari semua bagian lain dari

agama. Menyeru Nama Tuhan, berarti menempatkan diri kita di bawah perlindungan-

Nya, dan meminta bantuan-Nya.

Tapi mengapa Nabi menganggap pembebasan atau keselamatan untuk

memanggil Nama Tuhan, dan tidak hanya mengatakan, 'Siapa yang memanggil Tuhan

akan didengar, akan dilindungi, akan menerima berkat-Nya?' Alasannya, bahwa dia

sedang mengobati dari perjanjian baru, yang dengan jelas, tanpa selubung dan tanpa

sosok, mengumumkan keselamatan yang bertentangan dengan perjanjian sebelumnya,

yang memberikan berkat-berkat duniawi. Injil berbicara dengan gamblang tentang

keselamatan, yaitu kebahagiaan abadi yang harus kita harapkan setelah kematian. Dia

menggunakan istilah diselamatkan, untuk mengingatkan kita tentang kondisi tidak

bahagia di mana kita secara alami, dan untuk menunjukkan perbedaan antara keadaan

kita dan keadaan para malaikat, karena para malaikat hidup, tetapi tidak diselamatkan.

Kehidupan di mana Yesus Kristus adalah sumbernya, menemukan kita terjerumus

dalam kematian, tersesat dalam diri kita sendiri, anak-anak murka, dan itu diberikan

kepada kita di bawah gelar keselamatan.

Tidak seorang pun pernah berseru kepada Tuhan, dalam pengertian Kitab

Suci dari frasa ini, tanpa diselamatkan. Di sinilah seperti yang dengan tegas

dikatakan, 'Barangsiapa berseru kepada Nama Tuhan akan diselamatkan, sebagaimana

adanya, 'Barangsiapa percaya akan diselamatkan. Tampaknya Paulus, ketika dia di


73
sini berbicara tentang berseru kepada Tuhan, mengacu pada kepada Tuhan Yesus

Kristus, yang disebut-Nya dalam ayat ke-9. Dengan cara yang sama dia berbicara

kepada gereja di Korintus, 'Dengan semua itu di setiap tempat memanggil nama

Yesus Kristus Tuhan kita.

Dalam berseru demikian kepada Tuhan, seorang percaya, seperti Henokh,

berjalan bersama Allah. Bukan hanya dia berdoa kepada Tuhan pada musim-musim

tertentu; hidupnya adalah kehidupan doa. Dia berdoa kepada Tuhan 'di mana-mana,'

dan 'selalu.' Dia ingat bahwa Yesus telah berkata, 'Selanjutnya aku menyebut kamu

bukan hamba; tetapi aku menyebut kamu sahabat;' Dia melayani Allah, oleh karena

itu, dalam semangat yang baru, dan pergi kepada-Nya dalam segala kesempatan

sebagai Allah perjanjian-Nya, Bapa-Nya, dan Sahabat-Nya, yang kepadanya Dia

mencurahkan isi hatinya, memberitahukan segala miliknya. Keinginan, kesulitan, dan

keinginan, dan berkonsultasi dengan-Nya Pada setiap kesempatan dalam hal-hal besar

dan kecil. Dari persekutuan yang kudus dan terus-menerus ini dia tidak dihalangi

setiap saat atau dalam keadaan apa pun. Dalam Nehemia kita memiliki contoh-contoh

yang indah dan membesarkan hati baik Doa yang diucapkan maupun doa ejakulasi

dalam keadaan yang tidak terduga, lihat bab. 2:4; singkatnya, dari seruan terus-

menerus kepada Tuhan, ch. 13:29. Paulus memerintahkan kita untuk ‘berdoa tanpa

henti.’ Untuk melaksanakan tugas ini, yang begitu sering dipaksakan oleh Tuhan

dalam khotbah terakhir-Nya kepada murid-murid-Nya, orang-orang percaya memiliki

dorongan yang paling tinggi. Apa saja yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-

Ku, Dia akan memberikannya kepadamu.' 'Jika kamu tinggal di dalam Aku, dan

firman-Ku tinggal di dalam kamu, kamu akan meminta apa yang kamu kehendaki,

dan itu akan dilakukan kepadamu. Kita lihat, dalam lanjutannya, efek dari Doa
74
pendek Daud, 'Ya Tuhan, aku mohon kepada-Mu mengubah nasihat Ahitofel menjadi

kebodohan.

Meskipun Tuhan menunjukkan diri-Nya setiap saat begitu siap untuk

menjawab doa-doa umat-Nya, namun dalam transaksi dengan orang Gibeon, Yosua

dan para tua-tua Israel 'tidak meminta nasihat dari mulut Tuhan', dan apa akibatnya?

Kami siap tercengang melihat perilaku mereka dalam hal ini, namun betapa seringnya

kelalaian atau ketidakpercayaan yang serupa dicontohkan dalam kehidupan setiap

orang Kristen! bahkan setelah dia menerima, dalam banyak contoh, jawaban yang

ramah atas permohonannya, begitu sering menegur imannya yang kecil ketika dia

menyampaikannya; dan setelah dia mengalami begitu banyak bukti yang

menyedihkan tentang kejahatan yang ditinggalkan untuk nasihatnya sendiri ketika dia

telah mengabaikan tugas ini, Yosua 9:14.

Roma 10:14

Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya

kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak

mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada

yang memberitakan-Nya?

Ayat ini dan ayat berikutnya bukanlah keberatan dari seorang Yahudi,

melainkan merupakan bahasa Rasul dalam karakternya sendiri. Dia telah mengatakan

dalam ayat sebelumnya, bahwa siapa pun yang memanggil Nama Tuhan akan

diselamatkan. Dari sini ia mendesak perlunya memberitakan Injil kepada semua

orang; karena ketika dikatakan bahwa siapa pun yang berseru kepada-Nya akan

diselamatkan, tersirat bahwa tidak seorang pun akan diselamatkan yang tidak berseru

kepada-Nya. Lalu, apa konsekuensi yang bisa diambil dari hal ini? Bukankah Injil

harus dengan cepat dipublikasikan ke seluruh dunia? Jika orang-orang bukan Yahudi
75
harus mengambil bagian dalam belas kasihan Ilahi, adalah dengan mencarinya dari

Yesus Kristus, yang telah mati, belas kasihan itu dapat diperluas kepada orang Yahudi

dan bukan Yahudi. Bukankah melalui Roh Kudus yang berbicara kepada hati orang-

orang bukan Yahudi tanpa perantaraan firman, mereka akan diinsafkan dan

diselamatkan. Mereka harus mendengar firman dan berseru kepada Tuhan.

Barangsiapa diselamatkan oleh Yesus Kristus harus berseru kepada-Nya.

Lalu bagaimana mereka akan berseru kepada-Nya yang tidak mereka percayai? —

Jika, untuk keselamatan, perlu untuk memanggil Kristus, bagaimana orang-orang

bukan Yahudi dapat memanggil-Nya ketika mereka tidak percaya kepada-Nya? Dan

bagaimana mereka akan percaya kepada Dia yang belum pernah mereka dengar? - Ini

tidak mungkin. Dalam keadaan ini adalah bangsa-bangsa bukan Yahudi sebelum Injil

sampai kepada mereka. Oleh karena itu, sangat penting untuk menyampaikan kepada

mereka kabar gembira tentang keselamatan. Dan bagaimana mereka akan mendengar

tanpa seorang pengkhotbah? Injil tidak harus segera diumumkan melalui suara Tuhan

dari surga, atau oleh Roh Kudus yang berbicara tanpa media komunikasi, atau oleh

para malaikat yang diutus dari surga; itu harus dibawa ke seluruh dunia oleh laki-laki.

Lalu, bagaimana menurut konstitusi Ilahi ini, bangsa-bangsa di bumi dapat mendengar

Injil tanpa seorang pengkhotbah? Tidak perlu menyangkal pendapat orang-orang yang

berpendapat bahwa Injil tidak dapat berbicara kepada manusia dengan selamat di

dalam Kitab Suci, dan bahwa itu tidak akan pernah berhasil tanpa suara pengkhotbah

yang hidup. Ini bukan maksud Rasul. Doktrinnya adalah, bahwa Injil harus

dikomunikasikan kepada pikiran manusia melalui sarana eksternal dari firman, serta

melalui perantara internal Roh. Manusia tidak hanya diselamatkan melalui Kristus,

tetapi mereka diselamatkan melalui pengetahuan tentang Kristus, yang

dikomunikasikan melalui Injil.


76
Roma 10:15. Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika

mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: "Betapa indahnya kedatangan mereka yang

membawa kabar baik!

Jika orang-orang bukan Yahudi tidak dapat percaya kepada Tuhan tanpa

mendengar tentang Dia, dan jika mereka tidak dapat mendengar tentang Dia kecuali

Dia dinyatakan kepada mereka, maka dari nubuat yang dikutip di atas, para

pengkhotbah harus diutus kepada mereka. Namun, terlepas dari perlawanan keras

yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi terhadapnya, kebutuhan nyata bagi para

Rasul, sesuai dengan tugas Ilahi mereka, untuk pergi mewartakan Injil kepada setiap

makhluk.

Kesesuaian ini dengan Kitab Suci Perjanjian Lama, Paulus telah

menunjukkan, dan dia sekarang mendukungnya dengan kutipan lebih lanjut. Seperti

ada tertulis, dll. - Nubuat ini, Yesaya 52:7, yang secara harfiah mungkin menghormati

kabar baik tentang pembebasan bagi orang-orang Yahudi dari penghakiman

sementara, biasanya merujuk, sebagaimana penerapannya oleh Rasul di sini

menunjukkan, kepada para utusan belas kasihan yang diutus di bawah Injil. Di awal

bab itu, Sion atau Yerusalem, Gereja Allah, dipanggil untuk bangkit dari kondisinya

yang merosot, karena Tuhan telah mempersiapkan pembebasannya. Kemudian ikuti

kata-kata yang dikutip di sini. Kabar-kabar yang akan diberitahukan selanjutnya

disambungkan. 'Allahmu memerintah.' Bahwa orang-orang bukan Yahudi juga harus

mengambil bagian dalam berkat-berkat pemerintahan-Nya, segera dinyatakan. ‘Tuhan

telah memperlihatkan tangan-Nya yang kudus di mata semua bangsa; dan semua

ujung bumi akan melihat keselamatan dari Allah kita.’ Jadi, mulai dari Yerusalem,

mereka yang ditugaskan oleh Tuhan harus memberitakan keselamatan dalam nama-

Nya di antara semua bangsa. Di akhir pasal ini, pengaruh berkat di bawah
77
pemerintahan Mesias diumumkan. ‘Demikianlah Dia akan memerciki banyak bangsa;

raja-raja akan menutup mulut mereka terhadap Dia; karena apa yang tidak

diberitahukan akan mereka lihat, dan apa yang tidak mereka dengar akan mereka

pertimbangkan.' Kutipan ini, kemudian, yang dibuat oleh Rasul, diperhitungkan untuk

menghasilkan keyakinan terkuat akan kebenaran yang dia tegakkan, yaitu, kewajiban

mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa lain.

Matthew Poole87

Ayat 13 Bahwa Tuhan kaya bagi semua yang berseru kepada-Nya,

ditegaskan di sini oleh kesaksian dari Yoel 2:32, yang juga dikutip oleh St Petrus,

Kisah Para Rasul 2:21. Argumen sang rasul dapat dibentuk sebagai berikut: Jika

barangsiapa memanggil Nama Tuhan akan diselamatkan, maka Tuhan kaya untuk

semua yang memanggilnya; karena tidak ada kekayaan yang sebanding dengan

keselamatan; tetapi yang pertama benar, oleh karena itu yang terakhir.

Barangsiapa, baik Yahudi atau bukan Yahudi, yang memanggil Nama

Tuhan akan diselamatkan; yaitu pada dia yang namanya Tuhan. Yesus Kristus pada

prinsipnya dimaksudkan, seperti yang tampak dalam banyak bagian dalam nabi.

Bandingkan ini dengan 1 Korintus 1:2.

Ayat 14. Hubungan ayat ini dan ayat-ayat berikutnya dari bab ini kurang

jelas. Beberapa menghubungkan kata-kata ini dengan Roma 10:12. Di sana dia

berkata: Tidak ada perbedaan antara Yahudi dan Yunani, & c. Dan ini dia buktikan,

karena sarana untuk mencapai keselamatan melalui seruan sejati kepada Tuhan telah

menjadi umum bagi semua orang; dan akibatnya iman, dan karenanya, dari waktu ke

87
Matthew Poole, Commentary on Romans 10: Matthew Poole's English Annotations on
the Holy Bible. Diakses dari https://www.studylight.org/commentaries/eng/mpc/romans-10.html, pada
tanggal 21 Juni 2021 pukul 14.52 WIB, 1685
78
waktu, mendengarkan dan memberitakan firman Allah, menurut yang satu disebabkan

oleh yang lain. Yang lain menjadikan ini koherensi: Melihat kebenaran iman adalah

satu-satunya kebenaran sejati, dan secara umum, dengan janji Allah, adalah milik

orang Yahudi dan bukan Yahudi (seperti yang telah dikatakan); oleh karena itu perlu,

bahwa beberapa orang harus diutus Allah kepada kedua orang itu, yang merupakan

cara dan sarana biasa untuk memperoleh iman, dan untuk membawa manusia kepada

Kristus. Cara berdebatnya adalah, seperti yang oleh para ahli logika disebut sorites;

ahli retorika, gradasi; dan sangat memaksa dan demonstratif: q. d. Allah telah, melalui

para nabi-Nya, menjanjikan keselamatan secara acuh tak acuh kepada orang Yahudi

dan bukan Yahudi; tetapi tanpa memanggilnya, tidak ada keselamatan; dan tanpa

iman, tidak ada doa; dan tanpa pendengaran, tidak ada iman; dan tanpa seorang

pengkhotbah, tidak ada pendengaran; dan tanpa misi yang khusyuk, tidak akan ada

pengkhotbah. Cara bicaranya selama ini adalah dengan cara interogasi, yang lebih

meyakinkan, karena di dalamnya mengandung semacam imbauan kepada orang yang

diajak bicara; setiap interogasi setara dengan negasi.

Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa tidak ada dasar untuk doktrin

kepausan yang menyerukan orang-orang Kudus dan malaikat. Bagaimana mereka

akan percaya kepada Dia yang belum pernah mereka dengar? Di antara orang-orang

pilihan Allah, mungkin ada beberapa yang terlahir tuli; dan dalam hal ini, Tuhan

menyediakan kebutuhan sarana lahiriah dengan cara yang luar biasa: tetapi biasanya,

pendengaran sama pentingnya dengan iman, sebagaimana iman dalam doa, atau doa

untuk keselamatan.

Ayat 15. Bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, kecuali mereka

diutus? Yaitu segera, oleh Allah atau Kristus, sebagai para nabi dan rasul (Galatia

1:1). Atau secara mediasi, oleh laki-laki; yaitu dengan orang-orang yang memiliki
79
wewenang dari Kristus untuk memisahkan dan menahbiskan orang lain untuk

pekerjaan ini. Tanpa misi atau penahbisan yang teratur ini, bagaimana mereka bisa

berkhotbah? Kata rasul; yaitu bagaimana mereka dapat melakukannya dengan

sepatutnya atau menguntungkan, atau dalam Nama dan dengan otoritas Kristus?

Karena jika tidak, ada, dan masih ada, mereka yang berlari sebelum mereka diutus,

Yeremia 23:21.

Betapa indahnya kaki mereka! Kedatangan atau pendekatan mereka.

Orang-orang tersebut dimaksudkan, meskipun kaki mereka diberi nama, karena

mereka membawa mereka ke atas dan ke bawah untuk melakukan pekerjaan ini. Kitab

suci yang dirujuk ditemukan dalam Yesaya 52:7. Rasul di sini meninggalkan

Septuaginta, dan mengikuti teks Ibrani; namun dia tidak menyebutkan tempat itu di

semua poin seperti yang dimiliki nabi. Dia meninggalkan beberapa kata, seperti di

atas gunung, yang berkaitan dengan situasi Yerusalem; dan dia mengubah nomornya,

mengubah bentuk tunggal menjadi jamak.

Tetapi teks dalam Yesaya berbicara tentang seorang utusan yang dikirim

untuk mengumumkan pembebasan orang-orang Yahudi dari perbudakan Asyur.

Meskipun diberikan, hal ini diterapkan dan diakomodasi dengan cukup tepat untuk

pemberitaan damai dan keselamatan oleh Kristus; karena pembebasan itu (seperti

semua pembebasan duniawi lainnya) memiliki dasar dalam penebusan yang dibeli

oleh Kristus.
80
Petter Pett88

Ayat 13. Kutipan pada ayat 13 ini berasal dari Yoel 2:32 di mana ia

mengingat zaman Mesianik yang akan datang (zaman Raja yang Akan Datang). Itu

mungkin salah satu yang umum digunakan di gereja mula-mula (Kisah Para Rasul

2:21). Itu sangat cocok untuk digunakan Paulus di sini karena menekankan 'siapapun'.

Ini mengacu pada 'keselamatan'. Dan itu menunjukkan perlunya 'menyeru Nama

TUHAN', dan, dalam konteks di sini, itu berarti TUHAN Yesus Kristus. Penyebutan

Kitab Suci Perjanjian Lama yang berbicara tentang 'TUHAN' (yaitu Allah) kepada

TUHAN Yesus Kristus adalah bukti dari pandangan tinggi Yesus yang dipegang sejak

awal. 'Memanggil nama --', di kalangan non-Yahudi, adalah deskripsi teknis untuk

penyembahan dewa. Mungkin penting bahwa Abraham, bapa orang percaya, juga

'menyeru Nama TUHAN' (Kejadian 12:8). Jadi mereka yang melakukan itu

menyatakan diri mereka sebagai anak-anak Abraham.

Jelas bahwa kata TUHAN di sini mengacu pada Yesus Kristus dan bukan

kepada Allah Bapa. Hal ini terbukti dari beberapa hal yang dijabarkan di bawah ini:

Dari pengakuan sebelumnya dalam konteks bahwa 'Yesus adalah TUHAN'. Dari

penerapan ayat Kitab Suci yang memikirkan tentang 'TUHAN' kepada Mesias. Dari

ayat-ayat berikut di mana referensi yang terkait erat dibuat untuk memanggil Dia yang

mereka percayai (Roma 10:14), dari apa yang telah dikatakan sebelumnya, dengan

jelas merujuk pada Yesus Kristus (seluruh bab adalah tentang percaya dalam Yesus

Kristus).

Dengan begitu, jelaslah bahwa Roma 10:12-21 juga memikirkan Yesus

Kristus, seperti yang dilakukan Roma 10:1-11. Selain itu, kutipan tersebut tidak akan

88
Peter Pett. 2013. Commentary on Romans 10: Peter Pett's Commentary on the Bible.
Diakses dari https://www.studylight.org/commentaries/eng/pet/romans-10.html, pada tanggal 6 Juni
2021 pukul 17.34 WIB.
81
ada gunanya jika tidak, karena jika kita mengambilnya untuk merujuk kepada Allah

Bapa, orang-orang Yahudi akan mengklaim bahwa mereka telah 'memanggil nama

TUHAN', (bahkan jika bukan dari hati yang percaya). Maksud Paulus secara

keseluruhan adalah bahwa dengan menerima Yesus sebagai TUHAN, Kitab Suci yang

mengacu pada 'TUHAN' dapat diterapkan kepada-Nya, dan bahwa orang-orang

Yahudi telah gagal untuk mengenali hal ini dan berseru kepada-Nya untuk

keselamatan.

Ayat 13. Semua orang, baik orang Yahudi maupun Yunani, sedang

ditawarkan keselamatan melalui iman (Roma 10:10-13). Tetapi pertanyaan yang

sekarang muncul adalah bagaimana pesan keselamatan melalui Mesias ini

disampaikan ke dunia. Bagaimana cara menjangkau mereka? Karena agar manusia

percaya, mereka harus mendengar terlebih dahulu. Dan untuk itu terjadi harus ada

pengkhotbah. Dan untuk ada pengkhotbah harus ada orang-orang yang diutus. Akan

tetapi, tidak ada masalah sehubungan dengan hal ini karena Kitab Suci telah

menjelaskan bahwa akan ada orang-orang yang diutus, yaitu orang-orang yang akan

membawa kabar gembira kepada manusia tentang hal-hal yang baik. Bahwa ini

mengacu pada 'pendengaran' oleh orang Yahudi dan non-Yahudi terlihat dari

hubungan dengan 'siapa pun yang memanggil Nama Tuhan akan diselamatkan', dan

dengan fakta bahwa tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan Yunani sehubungan

dengan hal itu. (Roma 10:14-15).

Ayat 15. Kitab Suci yang dimaksud adalah Yesaya 52:7 yang mengacu

pada orang-orang yang datang ke pegunungan tempat Sion (Yerusalem) dibangun,

setelah penaklukan Israel oleh Mesir dan Asyur (Yesaya 52:4), agar manusia dapat

mengetahui Nama Tuhan. Mereka akan memberitakan kepada Sion kabar baik bahwa

Allah mereka memerintah. Kesan yang diberikan di sini adalah waktu pemulihan
82
terakhir, ketika orang-orang akan keluar dari Yerusalem 'membawa bejana YHWH'

(Yesaya 52:11), dengan kata lain, dalam hal hari-hari itu, mengambil pesan dan

sarana ibadah yang benar kepada dunia. (Tidak ada alasan nyata dalam Yesaya untuk

menghubungkan semua ini dengan kembalinya dari Babel. Itu adalah teori ilmiah

yang tidak memiliki dasar nyata dalam teks setelah teks diperiksa dengan cermat

tanpa praanggapan. Lihat komentar kami tentang Yesaya. Tidak ada cara untuk

mengetahui bagaimana Paulus menafsirkannya, tetapi Perjanjian Baru tidak diragukan

lagi melihat pesan Yesaya berlaku untuk gereja - misalnya Kisah Para Rasul 13:47).

Sekarang, kata Paulus, waktunya telah tiba. Allah telah membangkitkan utusan-utusan

Mesianik-Nya untuk tujuan menyampaikan pesan-Nya kepada dunia seperti yang Dia

janjikan, seperti yang dinubuatkan dalam Kitab Suci.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penulisan tesis ini menggunakan studi literatur kepustakaan. Pemahaman

yang ada kemudian akan ditafsirkan dengan cara pengamatan yang teologis dan

penafsiran yang tepat dengan menggunakan Alkitab sebagai dasar utama yang

melandasi setiap penulisan dan penafsiran topiknya. Proses eksposisi akan dilakukan

melalui 6 langkah analisa, yaitu analisa Kontekstual; analisa Leksikal; analisa

Gramatikal; analisa Historikal; analisa Tujuan Penulis; dan analisa Teologis.

Penulisan ini juga berfokus pada Rasul Paulus sebagai penulis yang telah

menulis keseluruhan kitab Roma. Melalui banyaknya bukti lieratur yang tersedia saya

melakukan penelitian dengan tujuan ingin membutktikan perkataan Rasul Paulus yang

tertulis dalam Roma 10:1-15 mengenai “Pentingnya Lembaga Misi dalam

Memberitakan Injil”.

Tinjauan Umum

Tinjauan umum merupakan salah satu langkah yang dilakukan dalam

melakukan suatu studi atau pembelajaran. Salah satu arti dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia menjelaskan bahwa meninjau berarti melihat, memeriksa, menilik,

mempertimbangkan kembali, dan mempelajari dengan cermat1 dengan tujuan untuk

memahami hal-hal tertentu yang tengah dibahas. Dalam hal ini tinjauan umum berisi

1
Arti Kata Meninjau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi online.
Diakses pada tanggal 27 Mei 2021 pukul 11.29 WIB.
83
84
nats Roma 10:13-15 yang dituliskan dalam bahasa Indonesia, bahasa asli

penulisannya yaitu bahasa Yunani, terjemahan penulis, serta struktur diagramnya.

Nats Roma 10:13-15 dalam bahasa Indonesia Terjemahan Baru

Nats Roma 10:13-15 yang dituliskan dalam bahasa Indonesia diambil dari

Alkitab Terjemahan Baru yang diterjemahkan oleh (LAI) Lembaga Alkitab Indonesia.

Nats Roma 10:13-25 dalam bahasa Yunani

Nats Roma 10:13-15 dituliskan dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa

Yunani. Diambil dari BibleWorks Greek New Testament NA 28.

Terjemahan penulis

Terjemahan penulis adalah terjemahan yang dapat diambil dan dipahami

berdasarkan dari bahasa asli teks Roma 10:13-15.

Diagram Nats Roma 10:13-15 dalam bahasa Yunani

Diagram nats Roma 10:13-15 ini diambil dari BibleWorks versi 10.

Diagram nats yang dimaksud adalah tata letak pendiagraman yang dapat

membantu kita dalam mengartikan lebih detail makna dari nats (Rom 10:13-15)

apabila dilihat dari struktur dan hubungan kata per kata yang ditulis oleh penulis. Ini

merupakan cara yang efektif untuk menyajikan analisa secara visual. Grassmick

mengatakan bahwa dalam tata letak, mekanis frasa dan klausa dibiarkan tetap utuh

karena perhatian utama diarahkan kepada keterkaitan klausa dependen dan klausa

independen. Meskipun memakan lebih banyak waktu, namun hasil dari pendiagraman

jauh lebih memuaskan.2

2
John. D. Grassmick, Prinsip-prinsip dan Praktek Eksegesis Bahasa Yunani
(Yogyakarta: STTII), 67
85
Analisa Penelitian Roma 10:13-15

Analisa Kontekstual

Analisa kontekstual merupakan analisa wacana yang bertumpu pada

aspek-aspek internal wacana dan segala sesuatu yang secara eksternal melingkupi

sebuah wacana. Analisa kontekstual adalah analisa yang melakukan tinjauan erhadap

setiap paragrap dan melakukan pengamatan secara teliti setiap permasalahan pokok

dalam paragraf yang diekspos, dalam hal ini menggunakan metode yang efisien dalam

meneliti Alkitab sebagai kebenaran Ilahi.

Pengamatan konteks digunakan dalam penelitian karena dalam konteks

Alkitab setiap kata maupun kumpulan kata tidak terpisah satu dengan yang lain.

Sebab arti kata tidak terlepas dari paragraf tetapi bergantung pada kalimat yang

terkandung dalam konteks tersebut. Bagian-bagian tersebut antara lain (1) konteks

dekat, yaitu dalam pasal 10 kitab yang dipelajari (kitab Roma), dan (2) konteks jauh

yaitu dalam keseluruhan kitab yang dipelajari (kitab Roma).

Analisa kontekstual bertujuan membantu penafsir untuk memastikan

bahwa bagian Alkitab yang ingin ditafsir merupakan unit yang utuh, serta memastikan

makna kata, tata bahasa, modus, dan ragam sastra bagian Alkitab yang sedang ditafsir.

Tanpa mempertimbangkan konteks, upaya penafsiran sulit untuk berhasil dan tidak

ada penafsir yang dapat menjelaskan satu bagian Alkitab tanpa memperhatikan

konteksnya. Dengan demikian pengamatan secara kontekstual sangat penting untuk

dilakukan, yaitu dengan memperhatikan konteks jauh dan konteks dekat yang di bahas

dalam tulisan atau bahan penelitian, agar peneliti mendapatkan hasil penelitian yang

akurat dan sesuai dengan maksud serta tujuan dari penulis aslinya.
86
Analisa Leksikal

Analisa leksikal adalah sebuah metode analisa yang meneliti bagaimana

sebuah kasus bermula berdasarkan susunan dan kegunaan tata bahasa, mulai dari

kalimat berlanjut ke bentuk frasa, sampai menunjukkan makna yang benar menurut

konteks. Grant R. Osborne menjelaskan bahwa jangkauan makna dari satu kata

merupakan hasil dari satu studi sinkronis. Suatu daftar mengenai cara-cara suatu kata

digunakan di masa suatu karya ditulis. Leksikon-leksikon merupakan sumber primer

untuk statsistik dimana orang-orang melakukan riset semantis yang akan melacak

permunculan istilah, mencatat distribusi (penggunaan khusus dalam literatur),

memeriksa pengelompokan secara sintaksis (kesukaan atas preposisi), dan mengatur

data tersebut kedalam makna primer, sekunder, dan metafora. Yang penting kita harus

mempelajari setiap konteks secara mendetail, karena banyak orang salah

mengasumsikan makna primer di dalam suatu perikop yang lebih cenderung pada

salah satu penggunaan makna sekunder atas suatu istilah.3

Analisa leksikal bertujuan untuk mendapatkan efek intensitas makna

bahasa, kejadian informasi, dan keindahan bahasa lain.4Tahap ini diharapkan dapat

mengsingkronkan makna dari kalimat, kata, dan frase dalam suatu teks. Leksikan

merupakan sumber primer untuk statistik dan memunculkan isi teks yang sebenarnya.

Analisa leksikal juga merupakan makna lambang dasar dari kebahasaan, yang merujik

pada arti sebenarnya dan dapat berdiri sendiri tanpa melihat konteks. Para ahli bahasa

3
Grant R. Osborne, Spriral Hermeneutika, Pengantar Komprehensif Bagi Penafsiran
Alkitab (Surabaya: Momentum, 2012)
4
Mulyana, Kajian Wacana (Yogyakarta:Tiara Wacana, 2005)
87
meyakini bahwa makna kata tersebut tidak tunggal, dimana sau simbol dapat

mewakili lebih dari satu bahkan memiliki padanan kata yang beragam.5

Analisa Gramatikal

Analisa secara gramatikal adalah makna yang ditimbulkan setelah suatu

kata dihubungkan dengan kalimat. Fungsi kalimat tersebut adalah sebagai satuan

kebahasaan yang kemudian memunculkan makna gramatikal pada kata. Jenis makna

kata ini terjadi akibat adanya imbuhan, pengulangan kata, komposisi, pembentukan

frasa, klausa, serta kalimat. Makna kata gramatikal disebut juga hubungan intra

bahasa karena berkaitan dengan satuan bahasa lainnya serta makna katanya tidak

dapat berdiri sendiri.

Analisa gramatikal merupakan analisa dari segi bentuk atau struktur lahir

dari sebuah teks. Dalam analisa ini akan dilakukan penelitian dengan menggunakan

tata bahasa, fakta historis serta kerangka konteks sebagai dasarnya. Analisa

gramatikal lebih memfokuskan penelitian kepada makna struktural yang muncul

sebagai akibat hubungan antara unsur gramatikal dalam satuan gramatikal yang lebih

besar. Penelitian gramatikal bertujuan untuk membantu para ekseget (peneliti) untuk

menemukan makna kata, penempatan kata, fungsi atau kegunaan dari setiap kata teks

yang diteliti.

Analisa Historikal

Analisa historikal adalah suatu proses menguji dan menganalisa secara

kritis rekaman dan peninggalan masa lampau yang telah diuji kebenarannya secara

5
Rosy Dewi Arianti Saptoyo. 2020. Jenis Makna Kata dan Contohnya. Diakses dari
https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/23/165950069/jenis-makna-kata-dan-
contohnya?page=all, pada tanggal 21 April 2021 pukul 11.50 WIB
88
kritis kemudian menuliskan hasilnya berdasarkan fakta yang telah diperoleh yang

disebut historiografi.6 Analisa historikal atau yang seringkali disebut analisa sejarah

menggunakan sejarah sebagai sumber utama dalam pengumpulan datanya. Teknik

analisa data historis merupakan analisa data sejarah yang menggunakan kritik sumber

sebagai metode untuk menilai sumber-sumber yang digunakan dalam penulisan

sejarah.7

Analisa sejarah (historikal) bertujuan melakukan sintesis atau sejumlah

fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-

teori disusunlah fakta itu ke dalam suatu interpretasi yang menyeluruh.8 Analisa

sejarah menyediakan suatu kerangka pemikiran atau referensi yang mencakup

berbagai konsep dan teori yang akan dipakai dalam membuat analisa. Data yang telah

diinterpretasikan tersebut kemudian dianalisa, dimana analisa tersebut harus berpijak

pada kerangka teori yang dipakai sehingga menghasilkan fakta yang relevan dengan

penelitian.

Analisa Tujuan Penulis

Mengingat panjangnya surat Roma, Paulus sungguh tidaklah hemat.

Sepucuk surat biasa pada zaman itu memuat kira-kira 200 kata. Surat dari 1000 kata

sudah luarbiasa panjangnya. Dalam surat Roma terdapat kurang lebih 7100 patah

kata, dalam 1 Korintus 6800, 2 Korintus 4600, Titus 800, dan Filemon 300 kata. Bila

kita mengingat bahwa papyrus sudah lebih mahal dari kertas sekarang, dan perkamen

6
Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah: Pengantar Metode Sejarah, ed. ke-2. Terjemahan:
Nugroho Notosusanto, Raden Pandji (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia UI-Press, 1986)
7
Sjamsuddin, Helius, Metodologi Sejarah (Jakarta: Depdikbud Proyek Pendidikan
Tenaga Akademik)
8
Abdurahman, dudung, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999)
89
adalah jauh lebih mahal, maka nyatalah bahwa Paulus sungguh-sungguh merasa

suratnya itu penting sekali sehingga ia rela mengorbankan ongkos begitu banyak. 9

Pada saat Paulus menulis surat Roma, pekerjaannya di sebelah timur

dianggapnya telah selesai. Paulus tidak berniat memberitakan Injil di tengah-tengah

yang telah orang lain masuki sebelumnya, maka ia memandang ke arah barat, yaitu

Spanyol, daerah yang masih luas dan juga menurut anggapan pada masa itu: ujung

bumi. Tetapi sebelum itu ia mau berkenalan dengan jemaat di kota Roma (Rom 1:10-

13; 15:32). Maksud Paulus adalah untuk memperkenalkan dirinya, isi

pemberitaannya, dan rencananya, sebab ia menghendaki supaya mereka nanti akan

membantunya.10

Analisa tujuan penulis bertujuan menggali informasi mengenai hal-hal

yang menjadi alasan Paulus dalam menulis surat kepada jemaat di Roma. Mengenai

apakah yang diharapkan Paulus yang tertulis dalam suratnya, dan poin-poin tertentu

yang ingin disampaikan untuk memberkati dan menguatkan iman jemaat di kota

Roma.

Analisa Teologis

Tafsiran Teologi merupakan kajian analogi Alkitab yang menyelidiki

bagaimana tulisan Alkitab menafsirkan dirinya sendiri menjadi titik tolak dalam

observasi teologis, dimana teologi harus secara obyektif berasal dari naskah Alkitab.

Dunia teologi tidak dapat dipisahkan dari hermeneutik sebab suatu kajian terhadap

kebenaran dapat ditemukan dan diimpementasikan secara nyata melalui hermeneutik

9
M. E. Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1992), 93-94
10
M. E. Duyverman. 1992. Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru (Jakarta: BPK
Gunung Mulia), 94
90
dalam perjumpaan antara Tuhan dengan umat. Tafsiran teologi Alkitab adalah sumber

dan dasar dari kepercayaan, dimana teologi doktrin dalam Alkitab itu sendiri di ambil

dari penguraian terhadap makna Alkitab. Lingkup penelitian analisa teologi dimulai

dari harafiah, tata bahasa, struktur kalimat, makna kalimat, ayat-ayat dalam perikop

terkait, bahkan tema pokok dari keseluruhan kitab itu.11

Hermeneutik menjadi jembatan antara Alkitab sebagai sumber kebenaran

tentang Allah dengan tindakan mengaktualisasikan kebenaran. Tafsiran teologi juga

bertujuan agar semua peneliti dapat memahami dengan benar bahwa hermeneutika

sangat bermanfaat dalam hal menemukan kebenaran dalam Alkitab. Apabila prinsip

penafsiran salah, maka hasil yang diperoleh pun pasti salah. Dengan demikian para

peneliti (ekseget) harus menggunakan prinsip yang konsisten bahkan tidak

mengabaikan makna dari satu “iota” pun dalam Alkitab, sehingga dalam analisa

teologis serta pengajarannya penulis akan memaparkan dasar teologi yang kokoh dan

murni. Teologi yang baik haruslah mempunyai dasar yang jelas, dilakukan dengan

eksposisi dan cara yang tepat, serta dapat dipertanggungjawabkan.

11
Wongso, Peter, Hermeneutika Eskatologi (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara,
1996)
BAB IV
ANALISA HASIL PENELITIAN

Pentingnya Lembaga Misi Menurut Roma 10:13-15

Tinjauan Umum Roma 10:13-15

Nats Roma 10:13-15 dalam bahasa Indonesia Terjemahan Baru

13
Sebab, barangsiapa yang berseru kepada Nama Tuhan, akan diselamatkan.
14
Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak
percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika
mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang
Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? 15 Dan bagaimana mereka dapat
memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: "Betapa
indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!"

Nats Roma 10:13-25 dalam bahasa Yunani

πᾶς γὰρ ὃς ἂν ἐπικαλέσηται τὸ ὄνομα κυρίου σωθήσεται14 Πῶς οὖν


13

ἐπικαλέσωνται εἰς ὃν οὐκ ἐπίστευσαν; πῶς δὲ πιστεύσωσιν οὗ οὐκ ἤκουσαν; πῶς δὲ


ἀκούσωσιν χωρὶς κηρύσσοντος; 15 πῶς δὲ κηρύξωσιν ἐὰν μὴ ἀποσταλῶσιν; καθὼς
γέγραπται· ὡς ὡραῖοι οἱ πόδες τῶν εὐαγγελιζομένων [τὰ] ἀγαθά.

Terjemahan penulis

Terjemahan penulis berdasarkan pemahaman yang diambil dari terjemahan

per kata secara gramatikal, menghasilkan pengertian nats Roma 10:13-15 sebagai

berikut. 13 Bagi masing-masing yang mana memohon kepada Nama Tuhan-Yesus

Kristus (akan) dilindungi.14 Dengan cara apa kemudian dapat memohon bila tidak

mempercayai? Dan percaya bila tidak memahami dan mendengar tanpa diberitahu.

15
Bagaiana kemudian memberitahu jika tidak dikirim, sama seperti ditulis sebagai

indah sebuah langkah seseorang (yang) membawa kabar berita baik.

91
92
Diagram Nats Roma 10:13-15 dalam bahasa Yunani

Analisa Penelitian Roma 10:13-15

Analisa Kontekstual

Pengamatan konteks dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma ini lebih

difokuskan terhadap struktur surat, alur berfikir, dan perkembangan logis argumen

Rasul Paulu sebagai penulis dalam surat Roma, dan hubungannya dengan ayat-ayat

lain dalam semua tulisan-tulisan Paulus. Sesuai dengan yang disampaikan Wycliffe,
93
bahwa waktu mempelajari kitab Roma kita tidak boleh melupakan keseluruhan kitab

dimana setiap episode hanya merupakan bagiannya. Mempelajari bagian tertentu

terlepas dari konteksnya senantiasa berbahaya; mengangkut hal ini bisa sama sekali

mengubah makna yang dimaksudkan oleh Paulus.1

Melalui analisa konteks, penulis akan membuktikan bahwa Lembaga Misi

sebagai wadah yang mengutus para misionaris untuk pergi dan memberitakan Injil itu

benar-benar diperlukan. Berdasar dari pertanyaan “mengapa harus ada yang

mengutus? penulis melakukan analisa konteks mengenai pentingnya lembaga misi

dalam memberitakan injil dengan melihat dari konteks dekat yaitu dalam pasal 10

Kitab Roma, dan konteks jauh yaitu dalam keseluruhan kitab Roma.

Konteks Dekat

Dalam perikop “Kebenaran Karena Iman” Dalam perikop ini Paulus

menuliskan bahwa Kristus adalah penggenapan atas hukum Taurat. Untuk dapat

diselamatkan, kita harus mengaku dari mulut kita bahwa kita percaya pada kebenaran

karena iman, bahwa Kristus benar-benar merupakan penggenapan atas hukum Taurat.

Tidak terdapat perbedaan antara orang Yahudi dan Yunani, namun untuk dapat

mengucapkan sebuah pengakuan akan kebenaran oleh iman tersebut, harus ada yang

pergi dan menyampaikan Injil keselamatan. Dan hal ini dapat tercapai apabila ada

yang melakukan pengutusan. Maka melalui surat ini, secara literal Paulus mengajak

jemaat di Roma untuk mengutus para misionaris agar dapat memberitakan Injil

keselamatan.

Dalam pasal 10. Keseluruhan dalam pasal 10 menjabarkan mengenai iman

yang membuat hidup kita dibenarkan, dan apa saja usaha yang dapat kita lakukan

1
Charles F. Pfeiffer dan Everet F. Harison, Tafsitan Alkitab Wycliffe Vol. 3 – Perjanjian
Baru (Malang: Penerbit Gandum Mas, 2008), 510
94
untuk dapat memperoleh iman tersebut. Paulus juga membahas ketidakpercayaan

bangsa Israel yang menolak dan membantah pemberitaan Injil meskipun telah

diberitakan oleh banyak orang.

Konteks Jauh

Pasal 1. Dalam pasal ini dapat diketahui secara jelas bahwa surat ini

ditujukan kepada orang-orang kudus (jemaat) di Roma, dimana surat ini ditulis oleh

Paulus yang juga menjelaskan bahwa ia adalah seorang rasul yang dikuduskan untuk

memberitakan Injil Allah. Paulus juga mengutarakan keinginannya untuk

mengunjungi kota Roma. Di dalam pasal ini terdapat ayat kunci dari keseluruhan

kitab Roma, yang terdapat dalam ayat 16-17,

16
Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah
kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama
orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. 17Sebab di dalamnya nyata kebenaran
Allah yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada
tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman”.

Pada akhir perikop Paulus menuliskan secara detail mengenai hukuman

yang akan Allah berikan atas kefasikan dan kelaliman dalam kehidupan manusia.

Pasal 2 Paulus kembali menekankan hukuman atas murka Allah bagi

semua orang, yaitu bagi mereka yang tidak melakukan perintah Allah. Dijelaskan pula

bahwa Hukum Taurat dan sunat bukanlah suatu syarat untuk dapat diselamatkan, dan

Paulus mencoba merubah presepsi yang selalu membedakan keberadaan orang

Yahudi dan bukan Yahudi. Menurut Paulus, hukum sunat dan orang Yahudi yang

tertulis dalam taurat disebutkan dalam arti figuratif.

“Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan
sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka
pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.
95
Pasal 3. Semua manusia adalah orang yang berdosa yang tidak mampu

melawan kuasa dosa tersebut dengan kekuatannya sendiri. Paulus menjelaskan bahwa

tidak ada seorang pun yang dapat dibenarkan Allah dengan menaati hukum Taurat,

karena semua telah gagal mencapai tujuan utama hukum ini. Itulah sebabnya Allah

mengutus Yesus untuk mendamaikan dan membebaskan semua orang yang percaya

kepada-Nya. Yesus Kristus telah membayar harganya dosa yang adalah maut,

sehingga kita bisa bebas.2 Dalam pasal ini Paulus menegaskan bahwa percaya kepada

Yesus adalah satu-satunya jalan agar manusia dibenarkan oleh Allah.3

Pasal 4. Paulus menggunakan kisah kehidupan Abraham yaitu bapa leluhur

jasmani kita untuk memberi pengertian mengenai pembenaran karena imannya. Kalau

ada orang yang bekerja, upahnya bukan diperhitungkan sebagai hadiah melainkan

merupakan haknya. Tetapi kalau orang tersebut tidak bekerja namun percaya kepada

Dia yang membenarkan orang durhaka, maka imannya diperhitungkan sebagai suatu

kebenaran. Betapa berbahagia orang yang menerima suatu pembenaran bukan

berdasarkan perbuatannya.

Pasal 5. Paulus menelaah arti kebenaran ilan bagi orang-orang percaya.

Setiap orang yang dibenarkan karena Iman hidup dalam damai sejahtera dengan Allah

oleh karena Yesus Kristus. Dalam pasal ini Paulus mengatakan hasil yang akan

didapatkan oleh orang-orang percaya yang telah hidup dibenarkan oleh karena

imannya. Makna hidup beriman mencakup janji bahwa Roh Kudus Allah akan hadir

dalam kehidupan para pengikut Yesus. Kemudian Paulus membandingkan pengaruh

tindakan Adam yang menjauhi Allah dengan pengaruh karya pendamaian Kristus.

Karena pelanggaran satu orang (Adam) seluruh umat manusia telah jatuh kedalam

2
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan Seri: Life Application Study Bible (Malang:
Penerbit Gandum Mas, 2019), 23-59
3
Alkitab Edisi Studi (Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia, 2021), 1845
96
kuasa maut, hal ini dibandingkan dengan karena kasih karunia Allah yang dicurahkan

oleh satu orang yatu Yesus Kristus.

Pasal 6. Kebenaran merupakan cara hidup orang Kristen di hadapan Allah.

Paulus membahas pengertian yang salah mengenai kasih karunia. APabila kasih

karunia demikian kuat, tidak dapatkah seseorang tinggal dalam dosa dan tetap

mengalami kuasa kasih karunia yang membebaskan?4 Dengan tegas Paulus

mengatakan bahwa hal tersebut tidaklah benar. Sebelumnya manusia adalah budak

dosa, dan setelah belenggu itu dipatahkan sekarang hendaklah dengan segenap hati

menaati pengajaran yang telah diteruskan kepada kita.

Pasal 7. Hukum berkuasa atas seseorang selama ia hidup. Dalam bagian ini

Paulus mengungkapkan pergumulan batiniahnya sendiri, karena ia tau para

pembacanya juga mengalami pergumulan yang sama. Paulus menggunakan berbagai

ungkapan untuk melukiskan diri sbagai egois dan hamba dosa, dan di sisi lain ia

melukiskan dirinya sebagai hamba Allah. Pergumulan muncul karena ia ingin

menlayani Allah tetapi ternyata ia justru melayani diri sendiri dan dosa.

Pasal 8 Kemenangan melalui Roh membuat kita terhubung dengan rencana

dan tindakan Allah. Dalam pasal ini Paulus menunjukkan apa yang telah dilakukan

Allah untuk menuntun orang Kristen mencapai kemenangan atas dosa. Ia juga

mengemukakan apa yang harus dilakukan orang percaya, dan menekankan hubungan

antara roh dengan orang percaya, serta hubungan roh dengan Kristus dan Bapa. Anak-

anak Allah memiliki roh yang berdoa bagi keluhan-keluhan kita yang tidak

terucapkan, Allah menyelidiki hati nurani manusia melalui Roh dan Ia mengetahui

maksud Roh itu, serta doa syafaat dari Roh tersebut senantiasa sesuai dengan

4
The Wycliffe Bible Commentary: Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 3 Perjanjian Baru.
(Malang: Penerbit Gandum Mas, 2020), 704-705
97
kehendak Allah. Pengharapan kita yaitu bahwa Allah turut bekerja dalam segala

sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.

Pasal 9 Dalam pasal ini tertuang keprihatinan Paulus akan bangsanya

sendiri, Israel. Ia menjelaskan bahwa Allah belum menolak umat Israel walaupun

banyak dari mereka tidak percaya kepada Yesus Kristus sebagai jalan bagi mereka

untuk dibenarkan dan diterima oleh Allah. Di pihak lain banyak orang bukan Yahudi

telah menyadari bahwa Allah berkenan kepada setiap orang yang beriman. Mereka

sekarang, seperti pengikut Yesus yang beragama Yahudi, menjadi anggota umat

Allah. Pailus berharap bangsa Israel akan percaya pada Injil tentang Yesus.

Pasal 11. Meskipun Israel telah melakukan sesuatu yang tidak disukai

Allah, namun Allah tidak sekali-sekali menolak umat yang dipilihNya. Dengan

menunjukkan bahwa ada sekelompok sisa orang Israel yang tetap setia, Paulus

membuktikan bahwa Allah tidak menolak umatNya. Israel tidak memperoleh apa

yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnya.

Pasal 12. Pasal ini menuliskan sikap dan perilaku yang Paulus harapakan

dari jemaat di Roma. Banyak dari nasihat Paulus menunjukkan bahwa ia memikirkan

kelompok tertentu ketika menulis. Hal ini terbukti efektif, terlihat jelas bahwa nasihat-

nasihat tersebut menyentuh nyaris setiap segi kehidupan. Cara hidup sebagai Kristen

yang benar adalah dengan dan bertindak sebagaimana seharusnya orang Kristen di

setiap bidang kehidupan.

Pasal 13. Bab ini masih membahas mengenai sikap-sikap yang harus

dimiliki sebagai orang Kristen. Diantaranya adalah tunduk kepada pejabat

pemerintah, yang harus disertai dengan cara hidup yang penuh kasih dan kebenaran.

Selain itu dituliskan bahwa kasih merupakan penggenapan hukum Taurat, dan Paulus
98
menuliskan beberapa ajaran bagi jemaat di Roma untuk dapat mengasihi antar umat

Kristus, dan mereka yang belum mengenal Kristus.

Pasal 14. Tenggang rasa diperlukan bagi orang-orang yang berhati nurani

kuat dan yang berhati nurani lemah. Dalam bagian ini Paulus membahas berbagai

sikap yang dimiliki oleh dua kelompok orang Kristen satu terhadap yang lain.

Misalnya mengenai masalah-masalah yang ditetapkan agama soal makanan, soal

memperhatikan hari-hari tertentu, dan sebagainya. Orang-orang Kristen yang lebih

dewasa menganggap orang Kristen yang lebih lemah belum memiliki standar yang

kokoh bagi nurani dan masih mencari jalan, merasa terganggu oleh sikap saudara-

saudaranya. Hati nurani dikatakankuat apabila memiliki standar yang sehat untuk

memberikan pendapat dan lemah apabila standarnya kurang baik.

Pasal 15. Paulus menulis dengan terus terang kepada pembaca dewasa,

yang terdapat dalam sebuah kesimpulan panjang mengenai sasaran-sasaran yang

dimilikinya sebagai seorang rasul. Ia ingin agar para pembaca merasa terlibat dalam

pelayanannya, serta memberikan beberapa pelajaran, peringatan, serta ajaran khusus

di akhir suranya. Paulus menutup suratnya dengan bercerita kepada jemaat di Roma

tentang karyanya sebagai seorang rasul dan rencana-rencananya untuk mengunjungi

mereka. Rencana Perjalanan Paulus adalah Yerusalem, Roma, dan Spanyol (15:22-

29).

Pasal 16. Paulus memberikan rekomendasi untuk Febe dengan

menceritakan siapa dan darimana asal Febe. Ia meminta agar jemaat di Roma

menyambut Febe dalam nama Tuhan sebagaimana seharunya bagi orang kudus, dan

agar memberikan bantuan kepadanya apaila diperlukan. Dalam pasal ini juga Paulus

mengirimkan salam-salam pribadinya kepada banyak orang yang tidak disebutkan di

dalam Perjanjian Baru, sehingga kita hanya mengetahui sedikit informasi mengenai
99
mereka. Paulus juga menasihatkan kepada jemaat di Roma untuk waspada terhadap

orang-orang beserta ajarannya yang bertentangan dengan pengajaran yang telah

diterima, agar tidak menimbulkan perpecahan dan godaan.

Secara kontekstual, dapat disimpulkan bahwa kitab Roma menjabarkan

mengenai keselamatan yang diperoleh manusia melalui Injil Kristus. Melalui cara

sederhana, yaitu dengan iman percaya kepada Yesus Kristus, manusia berdosa yang

semestinya tidak memiliki tempat dalam kerajaan surga dilayakkan untuk mendapat

kasih karunia dari Allah sehingga mempunyai kesempatan untuk terlepas dari kuasa

maut. Namun hal ini tentu tidak dapat terwujud apabila manusia tidak pernah

mendengar tentang kabar keselamatan tersebut. Oleh sebab itu harus ada yang

mengambil bagian dalam tubuh Kristus sebagai lembaga pengutus untuk menjadi

wadah yang mendukung pemberitaan Injil. Supaya berita keselamatan tersebar di

seluruh dunia, dan semua orang mendengar serta menerima keselamatan yang

diberikan oleh Allah.

Analisa Leksikal

Analisa leksikal bertujuan untuk menemukan makna-makna kata. Makna

suatu kata akan ditentukan oleh lingkungan atau konteks tempat permunculannya.

Satu-satuya cara untuk menentukan makna suatu kata adalah mengumpulkan cotoh-

contoh penggunaan kata itu dalam konteks yang berbeda, sebanyak mungkin.5 Dapat

disimpulkan bahwa tujuan akhir dari analisa leksikal ini adalah menemukan makna-

makna penting yang berhubungan dengan pembahasan topik dari kata ἀποσταλῶσιν

pada konteksnya, yang terdapat dalam Roma 10:13-15.

5
John D. Grassmick, Prinsip-Prinsip dan Praktek Eksegesis Bahasa Yunani.
(Ditergemahkan oleh Petrus Maryono. Yohgakarta. (129)
100
Kata diutus yang terdapat pada ayat 15. ἀποσταλῶσιν merupakan sebuah

kata kerja subjungtif aoris pasif orang ketiga jamak dari kata ἀποστέλλω yang berarti

to send, mengirim, mengutus. Terdapat 12 kata dalam bahasa Yunani yang memiliki

makna kata diutus, yaitu:6

apostello (alposteolla NT:649l, “mengutus - to send forth” (apo, “dari”l,

mirip dengan apostolos, “seorang rasul” menunjukkan “mengirim untuk melayani,

atau dengan komisi”. Dalam orang antara lain: Kristus diutus oleh Bapa (Matius

10:40); Roh Kudus (Wahyu 5:6); Yohanes Pembaptis (Yohanes 1:6); murid dan rasul

(Matius 10:16); pelayan/hamba (Matis 21:34); petugas dan pejabat (Markus 6:27);

utusan Kisah 10:8); penginjil (Roma 10:15); malaikat (Matius 24:31); setan (Markus

5:10). Dalam benda antara lain: mengirim keluar (Kisah 11:30); mengusir-to send

away, memberhentikan-dismiss (Markus 8:26); untuk mengatur pada kebebasan.

pempo ( peompaNT:3992l, “mengirim-to send”. Digunakan dalam orang

antara lain: Kristus oleh Bapa (Roma 8:3); Roh Kudus (Yohanes 16:7); Elia (Lukas

4:26); Yohanes Pembaptis (Yohanes 1:33); murid dan rasul (Yohanes 20:21); pelayan

(Lukas 20:11-12); pejabat (Mat 14:11); utusan (Kisah 10:5); seorang tahanan (Kisah

25:27); penguasa (1 Perus 2:14); malaikat (Wahyu 22:16); setan (Markus 5:12).

Digunakan dalam orang antara lain: Kisah 11:29 (sumbangan); Fil 4:16 (bantuan);

Wahyu 11:1 dalam arti “send forth-mengirim” (KJVl. Istilah pempo ini lebih umum

digunakan daripada apostello. Kedua istilah ini hamper digunakan secara bergantian

namun dengan pertimbangan cermat dan tidak digunakan hanya untuk variasi

ekspresi. Pempo tidak digunakan dalam Doa Bapa Kami, sedangka apostello

digunakan sebanyak enam kali.

6
Vine's Expository Dictionary of Biblical Words, Copyright © 1985, Thomas Nelson
Publishers. Keywords: send
101
exapostello ( ,waposteolla( eNT:1821l. Digunakan dalam arti “mengutus-

to send forth”: Anak oleh Allah Bapa (Gal 4:4); Roh Kudus (Gal 4:6); malaikat

(Kisah 12:11); nenek moyang Israel (Kisah 7:12); Paulus kepada orang bukan Yahudi

(Kisah 22:21l; kabar keselamatan (Kisah 13:26l. Digunakan dalam arti “mengusir-to

send away”: (Lukas 1:53; Kisah 11:22).

anapempo ( ,alnapeompaNT:375l, dalam arti “mengirim-to send up”

pada otoritas yang lebih tinggi (Lukas 23:7), dimana makna ini dikonfirmasi melalui

contoh-contoh dari papyrus oleh Moulton, Milligan dan Deissmann; serta dalam arti

“mengirim kembali-to send back” (Lukas 23:11l.

ekpempo (elkpeompa, NT:1599l, berarti “mengutus-to send forth” (Kisah

13:4l; “diutus-being sent forth”; “diusir-sent away” (Kis 17:10l.

Ballo (baolla, NT:906l, “melempar-to cast, throw” diterjemahkan

“mengirim damai-to send peace” (Matius 10:34l.

Ekballo (elkbaolla, NT:1544l, “mengusir-to cast out” atau “mengutus-

send out” (Markus 1:43; Yakobus 2:25l

Apoluo (alpoluoa, NT:630l, “membebaskan-to set free”; “melepaskan-to

let go” diterjemahkan “mengutus-to send away” (Mat 14:15l, mengutus yang

dimaksud bukanlah karena suatu tugas, tetapi melepaskan, dan mengisyaratkan bahwa

mereka akan dengan senang hati mempertahankannya (tindakan perintah oleh Roh

Kudus seperti pada kata ekpempo).

Metapempo (metapeompa, NT:3343), “to send after/for”, hanya

digunakan dalam Kisah Para Rasul; di tengah suara diterjemahkan “untuk mengirim-

to send for” (Kisah 10:22; 10:5l.


102
Bruo (bruoa, NT: 1032l, “menjadi penuh hingga meledak” digunakan

untuk bumi dalam menghasilkan tumbuh-tumbuhan untuk bertunas (Yakobus 3:11),

mengatakan tentang mata air yang menyembur-terpancar.

Sunapostello (sunaposteolla, NT: 4882l, “untuk mengirim bersama” (2

Korintus 12:18); dalam septuaginta terdapat dalam Keluaran 33:12.

Sunpempo (sunpeompa, NT: 4842l, “untuk mengirim bersama”

digunakan dalam 2 Korintus 8:18 dan 22.

Selain dari pada itu, kata ἀποσταλῶσιν juga digunakan sebagai: Indikasi

persuasif, kepada siapa seseorang dikirim: Matius 22:16; Kisah 26:17; Matius 15:24;

Markus 3:31. Indikasi tempat seseorang dikirim: εἰς (Matius 14:35; Lukas 1:26);

χώρας di luar negeri (Markus 5:10); πρεσβείαν ὀπίσω τινός mengirim seseorang pada

kedutaan (Lukas 19:14); ἔμπροσθέν diutus di hadapan seseorang (Yohanes 3:28);

ἄγγελον πρὸ προσώπου σου (Lukas 9:52)

Tujuan pengutusan ditujukan oleh: ἵνα (Markus 12:2); ὅπως (Kisah 9:17);

infinitif/ dengan tujuan tertentu (Markus 3:24; Yohanes 4:38); εἰς διακονίαν untuk

memberikan layanan (Ibrani 1:14); diutus sebagai pemimpin dan penyelamat (Kisah

7:35).

Kata ἀποσταλῶσιν yang digunakan dalam Roma 10:15 memiliki arti

literal, yaitu mengirim; mengutus. Literal berarti kata tersebut diterjemahkan secara

harafiah dan mengandung arti kata sebagaimana aslinya/asalnya, karena arti yang

dimaksudkan terdaftar pada kamus (leksikon) dan dapat pula disebut sebagai makna

leksikal atau arti yang paling mendasar.7 Berbeda dengan makna kata figuratif atau

yang biasa disebut dengan makna kiasan yang merupakan makna kata dilebih-

lebihkan yang dapat menghidupkan efek serta menimbulkan konotasi tertentu, diubah
7
Arti Harafiah. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Arti_harfiah, pada tanggal 28
Mei 2021 pukul 10.24 WIB
103
dari makna sebenarnya dengan dibantu oleh suatu konteks.8 Abrams juga

mengungkapkan bahwa bahasa firguratif adalah bagian dari gaya bahasa yang

berbentuk retorika.9 yang merupakan tehnik penulisan bahasa sebagai seni baik secara

lisan maupun tulisan.10

Bahasa literal mengacu pada kata-kata yang tidak menyimpang dari makna

yang didefinisikan, dan diungkapkan tanpa mengunakan simbol yang berlebihan

sehingga sangat mudah untuk dipahami. 11 Dalam bukunya, Soedjito menjelaskan

bahwa makna leksikal merupakan makna kata secara lepas tanpa kaitan dengan kata

lain dalam sebuah konstriksi.12 Makna literal dapat diartikan dengan makna

sebenarnya, yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi indra manusia, makna

apa adanya.

Maka dapat disimpulkan bahwa kata pengutusan yg dimaksudkan oleh

Rasul Paulus pada saat menulis Roma10:15 adalah dalam arti sebenarya, yaitu untuk

mendorong dan memberikan motivasi pada jemaat agar dapat mengutus dan

mengirimkan orang-orang dalam hal ini untuk menjadi misionaris yang pergi dan

memberitakan Injil keselamatan.

8
Makna Literal dan Makna Figuratif. Diakses dari https://text-
id.123dok.com/document/nzww510vz-makna-literal-dan-makna-
figuratif.html#:~:text=Dari%20uraian%20di%20atas%20dapat,yang%20melatarinya%2C%20sedangka
n%20makna%20figuratif, pada tanggal 28 Mei 2021 pukul 10.14 WIB
9
Abrams, M.H, A Glosary In Literary Terms (New York : Holt, Rinehart and Winston)
10
Taufik Ari Nugroho. 2019. Jurnal: Simki-Pedagogia. Gaya Bahasa Retorika pada
Tokoh Percil \"polisi no despacito\"dalam Pelantikan Kapolres Kediri Tahun 2018. Kediri: An
Inspiring University

11
Perbedaan antara Figuratif dan Literal. Diakses dari
https://id.sawakinome.com/articles/language/difference-between-figurative-and-literal-3.html, pada
tanggal 28 Mei 2021 pukul 10.17 WIB
12
Soedjito, Keterampilan Menulis Paragraf (Jakarta: Ministry of Marine, 1986)
104
Analisa Gramatikal

Dalam analisa gramatikal proses yang dilakukan berpusat untuk mencari

makna dari kata tertentu dan kaitannya dalam kalimat yang mengikutinya. Tujuan

analisis gramatikal adalah: Pertama, memahami jalan pikiran penulis secara eksternal,

yaitu dengan memperhatikan perangkai literalnya untuk mengamati hubungan

paragraf ini dengan konteksnya. Kedua, untuk memahami jalan pikiran penulis secara

internal, yaitu degan mempelajari peran yang digunakan maupun hubungan klausa di

dalam paragraf ini. Ketiga, menghasilkan garis besar eksegetis paragraf tersebut.13

Parsing Roma 10:13-15

πᾶς γὰρ ὃς ἂν ἐπικαλέσηται τὸ ὄνομα κυρίου σωθήσεται..πᾶς merupakan

kata sifat tidak terbatas normatif maskulin tunggal tanpa artikel, yang berasal dari kata

πᾶς yang berarti masing-masing, setiap, apa saja (all, every, all things). Sebagai kata

sifat tanpa artikel, secara elatif kata ini menunjukkan derajat tertinggi dengan semua

keberanian yang paling tegas; dengan signifikansi distributif menunjukkan setiap

individu dalam kelas masing-masing; dengan meringkas signifikansi menunjuk pada

segala sesuatu termasuk dalam cara dan jenis yang ada; tanpa batas waktu

menunjukkan individu dalam kelas apapun; secara geografis menyiratkan

pencantuman semua bagian tempat; dan sebagai kata ganti untuk memperkuat

inklusivitas atas kata semua. Sebagai kata sifat dengan artikel pada posisi predikat

baik tunggal maupun jamak dapat berarti seluruh; keseluruhan; semua. Dengan artikel

dalam posisi atributif menekankan isi total dari sesuatu secara keseluruhan dan

umum; dengan pasal yang diikuti frase partisipal atau preposisional substantival

berfungsi untuk memperkuat inklusivitas semua orang.

13
John D. Grassmick. Prinsip-Prinsip dan Praktek Eksegesis Bahasa Yunani.
(Yohgakarta: Ditergemahkan oleh Petrus Maryono), 126
105
γὰρ merupakan konjungsi atau kata sambung yang memperkenalkan

penjelasan yaitu mengungkapkan sebab atau alasan; memberikan dasar untuk

kesimpulan, nasihat, dan peringatan; memberikan klarifikasi kelanjutan pada kalimat;

dan sebagai partikel yang mengkualifikasikan seluruh kalimat yang seringkali

terdapat dalam ucapan langsung. Kata ini tidak pernah menjadi yang pertama dalam

klausanya. Kata γὰρ berarti untuk (for).

ὃς merupakan kata ganti relatif nominatif maskulin tunggal yang berarti

siapa, yang mana. Yaitu merupakan kata ganti relatif yang sesuai dengan kata

utamanya (anteseden) dalam jenis kelamin dan nomor kasus yang ditentukan oleh

penggunaan dalam klausanya sendiri. Juga sebagai kata ganti demonstratif dengan

anteseden yang mengungkapkan orang tersebut yang... Selain itu ὃς digunakan

dengan preposisi untuk membentuk konjungsi dalam klausa subordinat (klausa yang

menerangkan kata utamanya).

ἂν merupakan partikel atau bagian pemisah yang tidak dapat

diterjemahkan secara sederhana dengan satu kata saja, namun menambah

kemungkinan atau ketidakpastian waktu pada tindakan kata kerja, serta dapat

membuat kata hubung menjadi tidak terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan

dari kata kerja ini bergantung pada beberapa keadaan atau kondisi seperti suasana hati

dan bentuk kata yang digunakan.

ἐπικαλέσηται merupakan kata kerja pengandaian aoris tengah orang ketiga

tunggal, berasal dari kata ἐπικαλέω yang berarti memanggil, nama, untuk memohon.

Secara aktif berbicara mengenai panggilan seseorang (nama), secara pasif dipanggil

dan diberi nama untuk menyapa atau mencirikan seseorang dengan istilah khusus,

seperti nama keluarga. Secara idiomatis menunjukkan bahwa seseorang adalah milik

orang lain yang namanya melekat padanya; secara harafiah nama seseorang yang
106
dipanggil menjadi milik kepunyaan orang lain. ἐπικαλέω digunakan untuk menyebut

nama Tuhan (dewa) dengan tujuan apapun seperti menyebut nama Tuhan di dalam

doa. Selain itu, kata ini juga digunakan dalam istilah teknis hukum untuk naik

banding ke pengadilan yang lebih tinggi sebagai permintaan yang diajukan pada

otoritas yudisial yang lebih tinggi untuk meninjau keputusan di pengadilan yang lebih

rendah, serta untuk memanggil seseorang sebagai saksi dalam memohon sumpah.

τὸ merupakan artikel pasti akusatif netral tunggal, berasal dari kata dasar

ὁ, sebagai kata ganti demonstratif dapat berarti yang ini; yang itu; the. Sebuah artikel

yang berkenaan rengan preposisi, dan bersifat jamak. Secara umum menanamkan

komponen individualis dalam bentuk ekspresi dimana penggunaan utamanya adalah

sebagai artikel pasti dengan kata benda; Artikel pasti dengan kata sifat; artikel pasti

dengan sebuah participle; artikel netral dengan infinitif dalam membentuk konstruksi

infinitif yang artikular; serta sebagai kata ganti.

ὄνομα merupakan kata benda akusatif netral tunggal umum, dengan arti

dasar nama, yaitu hasil dari membedakan seseorang atau benda dengan memberikan

sebutan. Sebuah kata jamak yang menunjuk pada ketidaktentuan orang-orang yang

membentuk suatu; seb/agai indikasi atau otoritas yang dikaitkan dengan perwakilan

nama terutama wewenang untuk mewakili Kristus dalam berdoa, berbicara,

melakukan mujizat; dan sebagai sebutan untuk Yesus Kristus yang mana Ia

dinyatakan melalui atribut keagungan dan kesempurnaan-Nya, terutama mengacu

pada Kristus dalam frase preposisi. Kata ὄνομα berarti nama yang tepat dari suatu

entitas, nama.

κυρίου merupakan kata benda genetif maskulin tunggal, yang berarti

Tuhan (Lord, The Lord). Sebuah substantif dari kata κύριος yang membuat seseorang

memiliki kekuatan hukum (tuan). Dalam arti nonreligius kata ini digunakan bagi
107
seseorang yang bertanggung jawab berdasarkan kepemilikan untuk mengendalikan

propertinya sendiri, memiliki otoritas, dan sebagai bentuk sapaan yang menunjukkan

hormat. Dalam arti religius yaitu sebagai sebutan dan gelar pribadi untuk Tuhan

Yesus Kristus; dimana dalam terjemahan dari bahasa Ibrani adonai pada pembcaan

umum Kitab Suci, kata ini menggantikan tetragramaton YHWH.

σωθήσεται merupakan kata kerja indikatif future pasif orang ketiga

tunggal, yang berasal dari kata σῴζω yang berarti menyelamatkan, melindungi dari

bahaya (to save). Bahaya yang dimaksudkan dapat berupa penderitaan dalam

kaitannya dengan penyelamatan bahaya fisik, situasi stress agar dapat keluar dengan

selamat, maupun kesembuhan dari sakit penyakit. Menurut arti religius dalam

kaitannya dengan bahaya spiritual dan anwaman kematian kekal kata σωθήσεται

berarti menyelamatkan dari dosa, manusia menengahi keselamatan Ilahi, dan

perantaraan hal-hal rohani seperti Firman Tuhan, baptisan serta iman yang menuntun

pada keselamatan yang membebaskan.

Roma 10:14

Πῶς οὖν ἐπικαλέσωνται εἰς ὃν οὐκ ἐπίστευσαν; πῶς δὲ πιστεύσωσιν οὗ οὐκ ἤκουσαν;

πῶς δὲ ἀκούσωσιν χωρὶς κηρύσσοντος;

Πῶς merupakan sebuah kata keterangan berupa pertanyaan. Apabila

diinterpretasikan secara langsung memiliki makna untuk menentukan bagaimana,

dengan cara apa dan arti dari pertanyaan tersebut; pertanyaan yang menunjukkan

keterkejutan; pertanyaan yang berarti ketidak sepakatan; pertanyaan yang menolak

asumsi; dan dalam diskusi pertanyaan diikuti dengan subjungtif tentang bagaimana

sesuatu akan terjadi. Dalam pertanyaan tidak langsung dapat berarti bagaimana dan

dengan cara apa, dalam mempertimbangkan, dan sebagai sebuah partikel seruan.
108
οὖν merupakan sebuah koordinasi konjungsi yang berarti kemudian,

demikian. Berfungsi secara inferensial untuk memperkenalkan hasil atau kesimpulan

logis dari apa yang mendahuluinya, dan menyertakan kata kerja terbatas di klausa

utama dalam penggunaannya sebagai konsekuensi. Dalam narasi sejarah untuk

melanjutkan narasi utama setelah informasi melalui interupsi, melakukan transisi pada

pemikiran dan wacana baru, serta untuk menunjukkan tanggapan sebagai balasan atas

gilirannya. Sebagai sebuah partikel yang tegas dengan menggunakan memang, benar-

benar, di atas segalanya; dan sebagai adservatif yang memberikan pernyataan sedikit

bermusuhan.

ἐπικαλέσωνται merupakan kata kerja subjungtif aoris tengah orang ketiga

jamak, berasal dari kata ἐπικαλέω yang berarti memanggil, nama; untuk memohon,

menarik. Secara aktif berbicara mengenai panggilan seseorang (nama), secara pasif

dipanggil dan diberi nama untuk menyapa atau mencirikan seseorang dengan istilah

khusus, seperti nama keluarga. Secara idiomatis menunjukkan bahwa seseorang

adalah milik orang lain yang namanya melekat padanya; secara harafiah nama

seseorang yang dipanggil menjadi milik kepunyaan orang lain. ἐπικαλέω digunakan

untuk menyebut nama Tuhan (dewa) dengan tujuan apapun seperti menyebut nama

Tuhan di dalam doa. Selain itu, kata ini juga digunakan dalam istilah teknis hukum

untuk naik banding ke pengadilan yang lebih tinggi sebagai permintaan yang diajukan

pada otoritas yudisial yang lebih tinggi untuk meninjau keputusan di pengadilan yang

lebih rendah, serta untuk memanggil seseorang sebagai saksi dalam memohon

sumpah.

εἰς merupakan preposisi akusatif “ke” yang menunjukkan gerak menuju

suatu tempat setelah kata kerja pergi, mengirim, bergerak, menuju. Preposisi ini juga

menunjukkan arah sapaan setelah kata kerja berbicara, bercerita, mengajar, berkotbah;
109
sementara melalui indikasi waktu sampai sesuatu berlanjut dan secara sederhana

menunjukkan derajat atau intensitas sampai akhir. Secara logis menunjukkan tujuan

tertentu dan menjukkan hubungan dalam arti netral maupun bermusuhan, dan dalam

penggunaan tidak umum menunjuk pada keberadaan suatu tempat yang mungkin

diharapkan serta untuk menggantikan predikat normatif atau akusatif setelah kata

kerja.

ὃν merupakan kata ganti relatif akusatif maskulin tunggal, yang berasal

dari kata ὅς. Fungsi utamanya adalah sebagai kata ganti relatif yang sesuai dengan

antesesennya dalam jenis kelamin dan nomor dimana kasusnya ditentukan oleh

penggunaan dalam klausa sendiri. Selain itu sebagai kata ganti demonstratif dengan

anteseden yang terekspresikan melalui kata seseorang yang; yang satu; beberapa yang

lain; dsb. Digunakan dengan preposisi untuk membentuk konjungsi dalam klausa

subordinat dan sebagai keterangan tempat (di mana).

οὐκ merupakan sebuah kata keterangan yang berasal dari kata οὐ, yang

artinya adalah tidak. Kata οὐκ sebelum vokal adalah kata keterangan yang

meniadakan fakta terduga, digunakan terutama di Perjanjian Baru dengan mood

indikatif tidak (no, not). Sebagai jawaban negatif; untuk menekankan bukan (tetapi..);

bertentangan dengan aturan umum dimana kadang digunakan dengan sebuah partisif

untuk meniadakan konsep maupun masa depan deklaratif membentuk larangan yang

digunakan dalam pertanyaan langsung untuk menunjukkan bahwa terdapat jawaban

afirmatif yang diharapkan, dan dalam kombinasi negatif lainnya dapat menghasilkan

larangan (sama sekali tidak).

ἐπίστευσαν merupakan kata kerja indikatif aoris aktif orang ketiga jamak,

yang berasal dari kata πιστεύω dan memiliki arti percaya, believe, to have faith (in).

Sebagai keyakinan evaluasi intelektual utama terhadap suatu objek yang diyakininya,
110
sebagai orinter evaluatif dan memiliki keyakinan atas apa yang diucapkan maupun

tertulis, serta memiliki kepercayaan terhadap seseorang dengan menggunakan

keyakinan datif. Selain itu juga sebagai komitmen religius terutama dengan Tuhan

Yesus Kristus sebagai objek keyakinan/kepercayaan, secara khusus menunjukkan

pelaksanaan iman yang menyelamatkan, dengan objek yang diekspresikan melalui

kata believe in atau believe on sebagai wujud dalam memiliki keyakinan dan

mengandalkan Tuhan, serta sebagai sebuah bentuk komitmen kepada seseorang yang

dipercaya.

πῶς merupakan kata keterangan yang berbentuk introgative (kata tanya).

Apabila diinterpretasikan secara langsung memiliki makna untuk menentukan

bagaimana, dengan cara apa dan arti dari pertanyaan tersebut; pertanyaan yang

menunjukkan keterkejutan; pertanyaan yang berarti ketidak sepakatan; pertanyaan

yang menolak asumsi; dan dalam diskusi pertanyaan diikuti dengan subjungtif tentang

bagaimana sesuatu akan terjadi. Dalam pertanyaan tidak langsung dapat berarti

bagaimana dan dengan cara apa, dalam mempertimbangkan, dan sebagai sebuah

partikel seruan.

δὲ merupakan sebuah kata hubung (konjungsi) yang memiliki fungsi

umum sebagai berikut: Untuk menunjukkan kelanjutan dan pengembangan pemikiran

lebih lanjut, mengambil pengertian khusus dari konteks dan; tapi; kemudian;

sekarang. Untuk memperkenalkan materi latar beakang kedalam suatu narasi

sekarang, dimana penggunaan ini merupakan ciri khas Injil Yohanes. Sebagai

penanda untuk menghubungkan serangkaian kata atau baris - baris naratif yang terkait

erat: dan, adapun. Sebagai penanda yang menghubungkan segmen negatif:

sekarang, nanti, dan, jadi, begitulah. Sebagai penanda dengan hubungan aditif

dengan kemungkinan saran kontras pada saat yang bersamaan. Sebagai penanda:
111
tetapi, di sisi lain. Sebagai penanda penekanan yang ditinggikan dalam kombinasi

καί: tetapi, juga.

πιστεύσωσιν merupakan kata kerja indikatif future aktif orang ketiga

jamak, berasal dari kata πιστεύω yang memiliki arti percaya, believe, to have faith

(in). Sebagai keyakinan evaluasi intelektual utama terhadap suatu objek yang

diyakininya, sebagai orinter evaluatif dan memiliki keyakinan atas apa yang

diucapkan maupun tertulis, serta memiliki kepercayaan terhadap seseorang dengan

menggunakan keyakinan datif. Selain itu juga sebagai komitmen religius terutama

dengan Tuhan Yesus Kristus sebagai objek keyakinan/kepercayaan, secara khusus

menunjukkan pelaksanaan iman yang menyelamatkan, dengan objek yang

diekspresikan melalui kata believe in atau believe on sebagai wujud dalam memiliki

keyakinan dan mengandalkan Tuhan, serta sebagai sebuah bentuk komitmen kepada

seseorang yang dipercaya.

οὗ merupakan kata ganti relative genetif maskulin tunggal yang berasal

dari kata ὅς. Fungsi utamanya adalah sebagai kata ganti relatif yang sesuai dengan

antesesennya dalam jenis kelamin dan nomor dimana kasusnya ditentukan oleh

penggunaan dalam klausa sendiri. Selain itu sebagai kata ganti demonstratif dengan

anteseden yang terekspresikan melalui kata seseorang yang; yang satu; beberapa yang

lain; dsb. Digunakan dengan preposisi untuk membentuk konjungsi dalam klausa

subordinat dan sebagai keterangan tempat (di mana).

οὐκ merupakan sebuah kata keterangan yang berasal dari kata οὐ, yang

artinya adalah tidak. Kata οὐκ sebelum vokal adalah kata keterangan yang

meniadakan fakta terduga, digunakan terutama di Perjanjian Baru dengan mood

indikatif tidak (no, not). Sebagai jawaban negatif; untuk menekankan bukan (tetapi..);

bertentangan dengan aturan umum dimana kadang digunakan dengan sebuah partisif
112
untuk meniadakan konsep maupun masa depan deklaratif membentuk larangan yang

digunakan dalam pertanyaan langsung untuk menunjukkan bahwa terdapat jawaban

afirmatif yang diharapkan, dan dalam kombinasi negatif lainnya dapat menghasilkan

larangan (sama sekali tidak).

ἤκουσαν merupakan kata kerja indikatif aoris aktif orang ketiga jamak,

berasal dari kata ἀκούω. Diikuti oleh kata kepunyaan untuk menunjukkan presepsi

indra pendengar, diikuti oleh kata akusatif untuk menunjukkan pemahaman tentang

apa yang dikatakan, sebagai istilah teknis hukum dalam sidang untuk mengabulkan

sidang pengadilan, sebagai tanda menerima informasi terhadap sesuatu yang dipelajari

atau didengar, dan secara tidak lagsung menyatakan bahwa hal tersebut telah

dilaporkan. Sebagai seorang murid yang mendengarkan, memperhatikan, dan taat;

serta sebagai suatu pemahaman batin yang memahami, menyadari, dan

mendengarkan.

πῶς merupakan kata keterangan yang berbentuk introgative (kata tanya).

Apabila diinterpretasikan secara langsung memiliki makna untuk menentukan

bagaimana, dengan cara apa dan arti dari pertanyaan tersebut; pertanyaan yang

menunjukkan keterkejutan; pertanyaan yang berarti ketidak sepakatan; pertanyaan

yang menolak asumsi; dan dalam diskusi pertanyaan diikuti dengan subjungtif tentang

bagaimana sesuatu akan terjadi. Dalam pertanyaan tidak langsung dapat berarti

bagaimana dan dengan cara apa, dalam mempertimbangkan, dan sebagai sebuah

partikel seruan.

δὲ merupakan sebuah kata hubung (konjungsi) yang memiliki fungsi

umum sebagai berikut: Untuk menunjukkan kelanjutan dan pengembangan pemikiran

lebih lanjut, mengambil pengertian khusus dari konteks dan; tapi; kemudian;

sekarang. Untuk memperkenalkan materi latar beakang kedalam suatu narasi


113
sekarang, dimana penggunaan ini merupakan ciri khas Injil Yohanes. Sebagai

penanda untuk menghubungkan serangkaian kata atau baris - baris naratif yang terkait

erat: dan, adapun. Sebagai penanda yang menghubungkan segmen negatif:

sekarang, nanti, dan, jadi, begitulah. Sebagai penanda dengan hubungan aditif

dengan kemungkinan saran kontras pada saat yang bersamaan. Sebagai penanda:

tetapi, di sisi lain. Sebagai penanda penekanan yang ditinggikan dalam kombinasi

καί: tetapi, juga.

ἀκούσωσιν merupakan kata kerja subjungtif aoris aktif orang ketiga jamak,

berasal dari kata ἀκούω. Diikuti oleh kata kepunyaan untuk menunjukkan presepsi

indra pendengar, diikuti olehkata akusatif untuk menunjukkan pemahaman tentang

apa yang dikatakan, sebagai istilah teknis hukum dalam sidang untuk mengabulkan

sidang pengadilan, sebagai tanda menerima informasi terhadap sesuatu yang dipelajari

atau didengar, dan secara tidak lagsung menyatakan bahwa hal tersebut telah

dilaporkan. Sebagai seorang murid yang mendengarkan, memperhatikan, dan taat;

serta sebagai suatu pemahaman batin yang memahami, menyadari, dan

mendengarkan.

χωρὶς merupakan sebuah preposisi genetif yang berarti tanpa, without.

Kata ini digunakan sebagai sebuah kata keterangan yang berarti terpisah, occurring,

separately, being eparate, apart. Digunakan sebagai persiapan untuk ketiadaan,

kekurangan sesuatu, tanpa, selain dari.

κηρύσσοντος merupakan kata kerja participle present active genetif

maskulin tunggal, berasal dari kata κηρύσσω. Kata ini menunjukkan aktifitas resmi

seorang pembawa berita yaitu mengumumkan, memproklamasikan secara terbuka,

diberitahukan secara luas, dan diceritakan di mana-mana. Dalam arti religius

menunjukkan proklamasi pesan suci (berita Injil keselamatan), dan berkotbah.


114
Roma 10:15. πῶς δὲ κηρύξωσιν ἐὰν μὴ ἀποσταλῶσιν; καθὼς γέγραπται·

ὡς ὡραῖοι οἱ πόδες τῶν εὐαγγελιζομένων [τὰ] ἀγαθά.

πῶς merupakan kata keterangan yang berbentuk introgative (kata tanya).

Apabila diinterpretasikan secara langsung memiliki makna untuk menentukan

bagaimana, dengan cara apa dan arti dari pertanyaan tersebut; pertanyaan yang

menunjukkan keterkejutan; pertanyaan yang berarti ketidak sepakatan; pertanyaan

yang menolak asumsi; dan dalam diskusi pertanyaan diikuti dengan subjungtif tentang

bagaimana sesuatu akan terjadi. Dalam pertanyaan tidak langsung dapat berarti

bagaimana dan dengan cara apa, dalam mempertimbangkan, dan sebagai sebuah

partikel seruan.

δὲ merupakan sebuah kata hubung (konjungsi) yang memiliki fungsi

umum sebagai berikut: Untuk menunjukkan kelanjutan dan pengembangan pemikiran

lebih lanjut, mengambil pengertian khusus dari konteks dan; tapi; kemudian;

sekarang. Untuk memperkenalkan materi latar beakang kedalam suatu narasi

sekarang, dimana penggunaan ini merupakan ciri khas Injil Yohanes Sebagai penanda

untuk menghubungkan serangkaian kata atau baris - baris naratif yang terkait erat:

dan, adapun. Sebagai penanda yang menghubungkan segmen negatif: sekarang,

nanti, dan, jadi, begitulah. Sebagai penanda dengan hubungan aditif dengan

kemungkinan saran kontras pada saat yang bersamaan. Sebagai penanda: tetapi, di

sisi lain. Sebagai penanda penekanan yang ditinggikan dalam kombinasi καί: tetapi,

juga.

κηρύξωσιν merupakan kata kerja subjungktif aoris aktif orang ketiga

jamak, berasal dari kata κηρύσσω. Kata ini menunjukkan aktifitas resmi seorang

pembawa berita yaitu mengumumkan, memproklamasikan secara terbuka,


115
diberitahukan secara luas, dan diceritakan di mana-mana. Dalam arti religius

menunjukkan proklamasi pesan suci (berita Injil keselamatan), dan berkotbah.

ἐὰν merupakan sebuah konjungsi yang memiliki pangkat rendah yang

berarti if, jika, sewaktu-waktu, kapanpun yang menunjukkan ketidakpastian. Dengan

subjungtif berfungsi untuk memperkenalkan kondisi hipotesis jika (pernah); untuk

menunjukkan kemungkinan masa depan yang dapat diwujudkan (jika, kapan pun);

dan untuk menunjukkan ketidakpastian waktu (kapan). Dengan indikasi berfungsi

untuk mengungkapkan kemungkinan seperti subjungtif if, atau when; dan dengan

partikel lain seperti jika tidak atau kecuali, untuk mengekspresikan kondisi siapapun,

apapun, dan dimanapun.

μὴ merupakan sebuah partikel negatif yang berarti tidak, digunakan untuk

mengungkapkan asumsi ragu-ragu atau penyangkalan tak terbatas seperti οὐ-

meyangkal fakta dan μή-menyangkal gagasan. Umumnya digunakan dengan semua

suasana hati kecuali indikatif faktual termasuk penggunaannya dengan infinitif dan

partisip. Kata ini juga digunakan untuk meniadakan asumsi; untuk memperkenalkan

pertanyaan yang mengharapkan jawaban negatif; digunakan dengan aoris subjungtif

dan present imperatif untuk menyatakan larangan; digunakan dengan klausa untuk

menyatakan kondisi negatif kecuali dan tujuan agar; digunakan dalam kombinasi

dengan kata οὐ untuk mengekspresikan kata tidak pernah dalam cara dan keadaan

apapun; serta digunakan sebagai konjungsi setelah kata kerja tidak pernah, peringatan

jangan, bahwa tidak.

ἀποσταλῶσιν merupakan kata kerja subjungtif aoris pasif orang ketiga

jamak dari kata ἀποστέλλω yang berarti to send, mengirim, mengutus. Mengirim

sehubungan dengan pengirim yang megirim dengan komisi, dengan otoritas, dan

untuk satu tujuan. Digunakan juga dengan kata kerja lain yang menunjukkan bahwa
116
tindakan dalam situasi tersebut dilakukan oleh orang lain, dan secara harafiah berarti

mengirim sabit atau berarti mulai memanen.

καθὼς merupakan sebuah konjungsi yang memiliki pangkat redah, berasal

dari κατά yang berarti turun dan ὥς yang berarti as atau sebagai. Dalam perbandingan

berarti sama seperti; dalam menentukan sejauh mana berarti seperti, sejauh itu;

sebagai penyebab berarti sejak, sejauh, dan sebagai konjungsi dalam memulai

kalimat; dalam temporalitas berarti kapan; dan setelah kata kerja berarti

memperkenalkan wacana secara tidak langsung.

γέγραπται· merupakan kata kerja indikatif perfek pasif orang ketiga

tunggal, berasal dari kata γράφω. Kata ini berarti menulis, melakukan kegiatan

menulis; menutupi sesuatu dengan tulisan atau gambar ukiran; membuat catatan;

membuat komposisi sastra - mengarang; serta sebagai penyusunan hukum yang

ditetapkan, disusun, dan digunakan untuk pengesahan atas hukum dan saksi dalam

Perjanjian Lama.

ὡς merupakan kata keterangan. Sebuah partikel komparatif yang menandai

sesuatu, hasil, seperti. Sebuah kata hubung yang menandai titik perbandingan

sebagai, dimana klausa ini dapat dengan mudah dipahami dan diberikan dalam

banyak kasus. Dalam penggunaannya kaya benda yang menjadi dasar perbandingan

seringkali berdiri sendiri dan dalam kasus ini ὡς bertindak sebagai partikel yang

menunjukkan perbandingan. Berfungsi dalam menjadi penanda yang

memperkenalkan perspektif dari mana suatu hal atau aktivitas dipandang dan

dipahami sebagai suatu karakter, fungsi, dan peran; sebagai penanda hasil yang

sehubung dengan indikasi tujuan; sebagai penanda konten wacana atau fakta itu;

dalam angka atau derajat yang mendekati suatu titik pada skala luas; sebagai titik

yang relatif tinggi pada skala yang melibatkan seruan bagaimana; sebagai konjungsi
117
temporal; serta sebagai partikel terakhir yang mengungkapkan maksud, tujuan, dan

sebab.

ὡραῖοι merupakan kata sifat normal nominatif maskulin jamak dan tidak

memiliki gelar, berasal dari kata ὡραῖος. Kata ini berarti indah, sangat tepat waktu,

menarik, cantik, adil, menyenangkan, orang-orang yang melakukan keindahan dan

tepat waktu.

οἱ merupakan artikel pasti nominatif maskuln jamak, berasal dari kata

dasar ὁ, sebagai kata ganti demonstratif dapat berarti yang ini; yang itu; the. Sebuah

artikel yang berkenaan rengan preposisi, dan bersifat jamak. Secara umum

menanamkan komponen individualis dalam bentuk ekspresi dimana penggunaan

utamanya adalah sebagai artikel pasti dengan kata benda; artikel pasti dengan kata

sifat; artikel pasti dengan sebuah participle; artikel netral dengan infinitif dalam

membentuk konstruksi infinitif yang artikular; serta sebagai kata ganti.

πόδες merupakan kata benda nominatif maskulin jamak, berasal dari kata

πούς yang berarti a foot, kaki, langkah. Secara harafiah merupakan bagian dari tubuh

yang digunakan untuk berdiri atau berjalan, yaitu kaki. Secara idiomatis dari berbagai

adat istiadat oriental yang melibatkan kaki dapat berarti mencuci kaki yang

menunjukkan keramahan, menyambut tamu, dan melayani dengan rendah hati; duduk

di kaki seseorang yang berarti belajar dari atau diajar oleh; membimbing kaki lurus

yang berarti membimbing perilaku dan mengajarkan cara hidup; di bawah kaki

seseorang yang berarti di bawah kendali orang tersebut; menjadikan seseorang

sebagai tumpuan kaki yang berarti memberikan kendali penuh atas seseorang, dari

kebiasaan kuno yang menggambarkan musuh yang ditaklukkan oleh penguasa di

bangku kaki (di depan takhta); menempatkan sesuatu di kaki seseorang yang berarti
118
membalikkan sesuatu, dan menyerahkannya. Sebagai ukuran ruang terbatas yang

secara harafiah adalah langkah kaki, yaitu sekitar satu meter persegi atau yard persegi.

τῶν merupakan artikel pasti jamak maskulin genitif, berasal dari kata ὁ,

sebagai kata ganti demonstratif dapat berarti yang ini; yang itu; the. Sebuah artikel

yang berkenaan rengan preposisi, dan bersifat jamak. Secara umum menanamkan

komponen individualis dalam bentuk ekspresi dimana penggunaan utamanya adalah

sebagai artikel pasti dengan kata benda; artikel pasti dengan kata sifat; artikel pasti

dengan sebuah participle; artikel netral dengan infinitif dalam membentuk konstruksi

infinitif yang artikular; serta sebagai kata ganti.

εὐαγγελιζομένων merupakan kata kerja partisip tengah present genetif

maskulin jamak, berasal dari kata εὐαγγελίζω yang berarti membawa kabar berita, to

bring good news, preach good tidings. Kata ini digunakan secara aktif dalam kitab

Wahyu dan secara pasif di seluruh Perjanjian Baru. Umumnya berarti membawa atau

mengumumkan kabar baik, memberitakan pesan keselamatan Tuhan dengan otoritas

dan kuasa memberitakan kabar agar Injil dapat diketahui, dan menginjili agar semua

mengetahui berita keselamatan.

[τὰ] merupakan artikel pasti jamak netral akusatif yang berasal dari kata ὁ,

sebagai kata ganti demonstratif dapat berarti yang ini; yang itu; the. Sebuah artikel

yang berkenaan rengan preposisi, dan bersifat jamak. Secara umum menanamkan

komponen individualis dalam bentuk ekspresi dimana penggunaan utamanya adalah

sebagai artikel pasti dengan kata benda; artikel pasti dengan kata sifat; artikel pasti

dengan sebuah participle; artikel netral dengan infinitif dalam membentuk konstruksi

infinitif yang artikular; serta sebagai kata ganti.

ἀγαθά merupakan kata sifat jamak netral akusatif normal yang tidak

memiliki gelar, berasal dari kata ἀγαθός yang berarti baik, good dan merupakan lawan
119
kata dari κακός (burukl. Memiliki arti akhlak orang baik, jujur, dan layak; dinilai dari

kinerja luar mampu, berkualitas, bermanfaat, tanah subur, hadiah dan kata-kata

berguna, dan perbuatan baik. Secara substansial sebagai sesuatu yang baik secara

moral, sebagai kesejahteraan seseorang atas hal-hal yang baik, tentang barang-barang

berharga secara material, harta benda, harta karun, dan Tuhan yang baik. Secara netral

sebagai kata keterangan, membantu dengan cara yang baik.

Analisa Historikal

Surat Roma merupakan surat paling panjang, paling teologis, dan paling

berpengaruh yang ditulis oleh Paulus. Surat ini ditulis dalam rangka pelayanan rasuli

Paulus kepada orang-orang bukan Yahudi. Di surat Roma, Paulus mengatakan bahwa

ia berkali-kali merencanakan untuk memberitakan Injil pada jemaat di Roma namun

hingga saat itu kedatangannya masih dihalangi.

Secara garis besar pada surat Roma Paulus menguraikan kebenaran-

kebenaran dasar dari Inil, yaitu menjelaskan bahwa di dalam Tuhan Yesus dinyatakan

kebenaran Allah sebagai jawaban terhadap murka-Nya kepada dosa. Paulus

menekankan bahwa persoalan dosa dan kebutuhan manusia akan kebenaran adalah

umum. Karena baik orang Yahudi maupun non Yahudi terikat oleh dosa dan hal ini

berada di bawah murka Allah, tidak ada seorang pun yang dapat dibenarkan di

hadapan Allah terlepas dari karunia kebenaran melalui iman kepada Yesus Kristus.

Menurut patokan Allah, manusia berdosa ini sepatutnya sudah dihukum. Bahkan

bangsa Yahudi pun tidak memiliki hak istimewa untuk terhindar dari hukuman.

Namun Allah menawarkan pengampunan secara cuma-cuma dan kehidupan yang

baru, dimana Yesus telah menanggung hukuman tersebut. Pengampunan dan kasih

Allah mendorong manusia untuk mengerjakan panggilan hidup baru, memperbaharui


120
cara berfikir dan sikap hidup orang percaya. Kabar baik dari Allah bukan merupakan

titik akhir, namun dimaksudkan untuk mengubah hubungan manusia yang

memungkinkan bangsa Yahudi dan bangsa lain dapat saling menghargai, memandang

sama di dalam gereja dan jemaat, serta meresapkannya ke dalam setiap aspek

kehidupan sehari-hari (Roma 12-15).14

Penulis Surat Roma

Penulis kitab Roma telah secara jelas dituliskan pada Roma 1:1, “Dari

Paulus, rasul Kristus Yesus..”, dimana Rasul Paulus telah memperkenalkan dirinya

dalam bagian pendahuluan surat Roma. Mengingat bahwa banyak sekali orang yang

bernama Paulus pada zaman itu, maka Paulus sendiri menjelaskan identitasnya

sebagai hamba Yesus Kristus yang telah dipanggil menjadi Rasul dan dikuduskan

untuk memberitakan Injil Allah. Ini merupakan bukti yang paling kuat daripada bukti-

bukti yang lain. Terlebih ditunjukkan pada gaya bicaranya yang tidak jauh berbeda

dengan surat-surat Paulus, maka hal tersebut bisa menjadi bukti tambahan yang cukup

mendukung.15

Pernah ada perdebatan mengenai identitas penulis Roma, dimana para

pakar teologi liberal berusaha meyakinkan bahwa Rasul Paulus tidak menulis surat

Roma. Namun perdebatan tersebut telah diselesaikan dan hampir semua sepakat

mengakui Rasul Paulus sebagai penulis surat Roma. Banyak hal yang diungkapkan

dalam surat Roma yang cocok dengan apa yang dikatakan mengenai Rasul Paulus

dalam Kisah Para Rasul dan surat-surat lainnya. Roma 15:25-27 memiliki kesesuaian

dengan apa yang dikatakan dalam Kisah Para Rasul 19:21; 20:1-5; 21:15-19; 1

14
Handbook To The Bible (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2014), 654
15
Sukardu, YM Imanuel, Berkat-berkat Surat Roma (Surakarta: STT Berita Hidup
Surakarta), (vi)
121
Korintus 16:1-5; 2 Korintus8:1-12; 9:1-5 mengenai perjalanan Rasul Paulus ke

Yerusalem dengan membawa persembahan dari Makedonia. Kesamaan ini menjadi

bukti yang kuat terhadap apa yang telah dinyatakan oleh Roma 1:1, yaitu bahwa Rasul

Paulus adalah pengarang dari surat ini.16

Rasul Paulus adalah seorang terpelajar yang memiliki pengetahuan

mendalam tentang Perjanjian Lama dan menggenapan janji-janji itu dalam Perjanjian

Baru, juga seorang missioner (traveler) yang besar.17 Maka tidak heran apabila Paulus

menggunakan bahasa-bahasa yang tinggi untuk mengungkapkan doktrin yang

berhubungan dengan status orang percaya di hadapan Allah. Paulus merupakan orang

keturunan Yahudi, penduduk kota Roma, dan berasal dari suku Benyamin (Rom 11:1;

Fil 3:5). Dalam banyak pembahasan di surat Roma, sifat dan latar belakang Paulus

turut mempersiapkan dirinya dalam tugas penginjilan dimana hal tersebut terlihat

melalui ajaran dan surat-suranya. Hal ini menolong kita untuk memahami isi suratnya

kepada jemaat di kota Roma. Sidlow Baxter dalam bukunya menguraikan tentang

latar belakang hidup Paulus dalam persiapan pelayanannya:

Ia berasal dari pusat agama Yahudi totok; legalisme Yahudi diketahuinya dari
ujung sampai ke pangkalnya. Ia juga berasal dari pusat kebudayaan Yunani,
karena sejak kecil ia mendiami salah satu pusat kebudayaan itu serta mengenal
kesusastraan Yunani yang agung dan mulia. Lain dari pada itu sejak lahir ia
mempunyai hak-hak istimewa sebagai seorang warga negara Roma. Dengan
demikian ia Yahudi murni, Yunani yang sebenar-bernarnya, dan warga negara
Roma sejak lama. Itulah yang membuatnya patut untuk mempertimbangkan
agama Yahudi dan Kristen seadil-adilnya, lalu menerangkan pertentangan itu
sejelas-jelasnya. Itulah yang membuatnya sanggup menguraikan, bahwa
agama Kristen tidak menantang dan merusak agama Yahudi, tapi bahkan
merupakan hasil, perkembangan dan perlengkapan Perjanjian Lama yang
sewajarnya.18
16
Hagelberg, Dave, Tafsiran Roma dari Bahasa Yunani (Bandung: Yayasan Kalam
Hidup, 2000), 4
17
Barton, Bruce dkk, Life Appication Bible Commentary (Wheaton, Illinois: Tyndale
House Publishers), 10
18
Baxter, J Sidlow, Menggali Isi Alkitab, Roma sampai dengan Wahyu. Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih, 2002), 31
122
Waktu dan Tempat Penulisan Surat Roma. Roma 15:23-25

menuliskan:

23
Tetapi sekarang, karena aku tidak lagi mempunyai tempat kerja di daerah ini
dank arena aku telah beberapa tahun lamanya ingin mengunjungi kamu, 24aku
harap dalam perjalananku ke Spanyol aku dapat singgah di tempatmu dan
bertemu dengan kamu, sehingga kamu dapat mengantarkan aku ke sana,
setelah aku seketika menikmati pertemuan dengan kamu. 25Tetapi sekarang
aku sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mengantarkan bantuan
kepada orang-orang kudus.

Dari nats di atas, ada beberapa petunjuk tentang tempat dimana surat itu

ditulis. Saat itu Paulus mau mengakhiri salah satu dari ketiga perjalaanannya. Ia tidak

lagi memiliki tempa kerja di Yerusalem sampai ke Ilirikum, berarti perjalanan yang

diakhiri adalah perjalanan yang ketiga, karena sebelum perjalanannya yang ketiga ia

tidak menyatakan bahwa pelayanannya sudah selesai.19 Ketika menulis surat Roma,

Paulus berada di Korintus di rumah Gayus (Rom 16:23; 1 Kor 1:14). Ia menulis surat

ini melalui pembantunya Tertius (Rom 16:22) dan sedang merencanakan kembali ke

Yerusalem unuk hari Pentakosta (Kis 20:16) untuk menyampaikan secara pribadi

persembahan dari gereja-gereja non-Yahudi kepada orang-orang kudus yang miskin

di Yerusalem Roma 15:25-27. Segera setelah itu Paulus berharap untuk dapat pergi ke

Spanyol dan memberitakan Injil di sana.

Tahun penulisan surat Roma tidak dapat diketahui dengan pasti. Beberapa

teolog memperkirakan surat Roma ini ditulis pada musim gugur tahun 57M20 antara

19
Hagelberg, Dave, Tafsiran Roma dari Bahasa Yunani. Bandung: Yayasan Kalam
Hidup, 2000), 6
20
The Nelson Study Bible (Thomas Nelson, Inc. 1997)
123
bulan Maret-Juni21. Beberapa juga menduga bahwa Surat Roma ditulis kira-kira tahun

54-55M22.

Penerima Surat Roma. Jemaat Roma bukanlah hasil penginjilan Paulus,

dan hal tersebut masih banyak dibicarakan oleh pakar-pakar teolog untuk menentukan

dari mana jemaat Roma berasal. Memang surat Roma ini ditujukan kepada jemaat di

Roma, terlihat dari ungkapan Paulus dalam suratnya dalam Roma 1:7; 1:15. Namun

asal usul jemaat pembaca pertama surat ini tidak diketahui dengan pasti. Hagelberg

menyampaikan pemikirannya, mungkin jemaat pertama di Roma didirikan oleh

pendatang-pendatang dari Roma yang percaya kepada Kristus di Bait Allah pada hari

Pentakosta (Kis. 2:10), mungkin juga merupakan orang-orang yang diinjili oleh

Paulus dimana Paulus menyebut 24 orang di Roma termasuk orang-orang yang

memimpin jemaat di rumah mereka masing-masing.23 Teori serupa mengatakan bahwa

petobat dari para rasul baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi mendirikan gereja-

gereja.24 Pada saat Paulus menulis Surat Roma, gereja di Roma terkenal di seluruh

Kekaisaran Romawi karena imannya (1:8). Sambutan di Roma tidak menyiratkan

gereja organisasi yang kuat dan Pasal 16 memberikan gambaran mengenai kelompok

kecil orang percaya daripada satu kelompok besar.25

Pandangan ini dapat diterima karena pelayanan dari Antiokhia adalah

pusat pemberitaan Injil. Namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa pada

21
John Arthur Thomas Robinson (1919-1983). "Redating the New Testament".
Westminster Press, 1976.
22
Sukardu, YM Imanuel, Berkat-berkat Surat Roma. Surakarta: STT Berita Hidup
Surakarta, 2011), 8
23
Hagelberg, Dave, Tafsiran Roma dari Bahasa Yunani (Bandung: Yayasan Kalam
Hidup, 2000), 5
24
McGee, J. Vernon, Thru the Bible with J. Vernon McGee. (4:640)
25
Mickelsen, A. Berkeley, Romans, in The Wycliffe Bible Commentary (1179)
124
tradisi Katolik jemaat di Roma didirikan oleh Petrus pada tahun 42. Gagasan ini tidak

begitu kuat karena Kisah Para Rasul 15 mencatat bahwa Petrus berada di Yerusalem

pada waktu sidang Yerusalem diadakan (tahun 49) dan dalam konteks itu, setelah

sidang ia menetap di Yerusalem.26

Apa hubungan Petrus dengan jemaat Roma sukar dijawab. Memang jelas

ia bukan pendiri jemaat Roma. Karena ia masih di Yerusalem waktu maklumat

Klaudius diterbikan, dan jemaat Roma tentu sudah mulai beberapa tahun sebelum itu.

Paulus juga tidak menyebut Petrus dalam suratnya, hal yang sukar dijelaskan

seandainya Petrus benar pemimpin jemaat Roma, dan pernyataan Paulus dalam Kisah

Para Rasul 15:20 melawan kemungkinan itu.27 Dugaan lain mengatakan bahwa dari

antara orang Yahudi diaspora yang berziarah di Yerusalem, atau orang-orang yang

sudah menetap pula di sana (Kis 2:10; 6:9; Libertini = tawanan berkebangsaan Yahudi

di Roma yang dibebaskan) ada yang menerima Injil, lalu membawa benih

keselamatan itu ke Roma, sama seperti orang Kristen pelarian membangun jemaat di

Antiokhia.28

Dengan pernyataan yang ditulis oleh Douglas ini, jelas bahwa jemaat yang

menerima surat Roma ini tidak dapat diketahui secara jelas pendirinya namun dapat

diketahui secara umum bahwa jemaat Roma berdiri sendiri melalui orang-orang

percaya yang datang di kota Roma.

Garis Besar Surat Roma. Surat Roma adalah satu-satunya surat yang

ditulis oleh rasul Paulus kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh karena itu, surat

26
Hagelberg, Dave, Tafsiran Roma dari Bahasa Yunani (Bandung: Yayasan Kalam
Hidup, 2000), 5
27
Douglas, J.D, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II (Jakarta: Yayasan Komunikasi
Bina Kasih / OMF, 2000), 324
28
M. E. Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung
Mulia (95)
125
Roma tidak banyak dipengaruhi oleh situasi dan kondisi jemaat di Roma sehingga

surat ini lebih bersifat objektif. Sifat Injil Kristus diuraikan secara lengkap dan

teratur.29 Secara garis besar, tema utama surat Roma dapat disingkapkan melalui satu

kalimat yang berbunyi “Pembenaran Allah diberikan kepada Setiap Orang yang

Mau Menerima dengan Iman”. Hal tersebut disampaikan oleh Sukardu yang

menyatakan bahwa tidak ada bagian yang tidak dikaitkan dengan tema tersebut baik

secara langsung maupun tidak langsung. Penjelasan mengenai tema tersebut membuat

pembaca menjadi jelas akan karya penyelamatan Allah bagi orang berdosa. Manusia

memerlukan pembenaran dan pembenaran diberikan hanya kepada orang yang mau

menerima Allah dengan iman.30 Hal ini tertuang dalam Roma 1:16-17 berikut ini:

Sebab Aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah
kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya, pertama-tama
orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran
Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada
tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman”.

The Wycliffe Bible Commentary menjabarkan garis besar surat Roma

secara keseluruhan sebagai berikut: Pernyataan Pembukaan Paulus, Sang Rasul (1:1-

17)31, Pengungkapan Identitas Penulis (1:1), Identifikasi Injil dengan Yesus Kristus

(1:2-5), Pemyapaan Sidang Pembaca (1:6,7). Perhatian Paulus terhadap Jemaat di

Roma, bagian dari Perhatian yang Lebih Luas (1:8-15), Ringkasan dari Sifat dan Isi

Injil (1:16, 17). Kebenaran – Kunci Hubungan Manusia dengan Allah (1:18-8:39)32

29
Nygren, hal 1, mengutip Luther yang berkata bahwa surat Roma layak dianggap
“bagian utama dari Perjanjian Baru dan Injil yang paling jelas”. Nygren, uskup Gereja Saedia dan
profesor teologi di Lund, Swedia, menulis sebuah buku tafsiran surat Roma yang sangat menarik
dimana ia menguraikan perkembangan argumentasi dan teologi surat Roma.
30
Sukardu, YM Imanuel. 2011. Berkat-berkat Surat Roma (Surakarta: STT Berita Hidup
Surakarta), 8-10
31
Charles F. Pfeiffer, The Wycliffe Bible Commentary (Jawa Timur: Penerbit Gandum
Mas, 2013), 658
32
Charles F. Pfeiffer, The Wycliffe Bible Commentary (Jawa Timur: Penerbit Gandum
Mas, 2013), 658-660
126
Pertama, Kebenaran Sebagai Status yang Diperlukan Manusia di Hadapan Allah

(1:18 – 5:21). Kegagalan manusia untuk memperoleh kebenaran (1:18 – 3:20).

Pertama, Kegagalan orang bukan Yahudi (1:18-32), Kedua, Kegagalan orang yang

menghakimi secara berbeda dengan penghakiman adil Allah (2:1-16), Ketiga,

Kegagalan orang Yahudi (2:17-29), Keempat, Keberatan-keberatan terhadap ajaran

Paulus tentang kegagalan manusia (3:1-8), Kelima, Kegagalan seluruh umat manusia

di hadapan Allah (3:9-20). Kebenaran diperoleh melalui iman, bukan melalui

perbuatan menurut hukum (3:21-31) sebagai berikut: Pertama, Kebenaran melalui

iman dalam hidup Abraham (4:1-25). Kedua, Kebenarannya diperoleh melalui iman,

bukan melalui perbuatan (4:1-8). Ketiga, Abraham dijadikan bapa semua orang yang

percaya melalui iman sebelum sunat (4:9-12). Keempat, Realisasi janji terjadi karena

iman, bukan karena hukum taurat (4:13-16). Kelima, Allah penguasa maut, objek

iman bagi Abraham dan bagi orang Kristen (4:17-25).

Sentralnya kebenaran oleh iman dalam kehidupan individu dan dalam

kerangka sejarah (5:1-21). Pertama, Pengaruh kebenaran oleh iman terhadap

penerimanya (5:1-11). Kedua, Pengaruh ketidaktaatan Adam dan ketaatan Kristus

(5:12-21). Ketiga, Kebenaran Sebagai Cara Hidup Orang Kristen di Hadapan Allah

(6:1-8:9).

Salah pengertian bahwa dengan berbuat dosa kasih karunia bertambah

(6:1-14). Salah pengertian bahwa orang percaya dapat berbuat dosa seenaknya karena

berada di bawah kasih karunia dan bukan dibawah hukum taurat (6:15-7:6). Pertama,

Kesetiaan,buah, tujuan akhir (6:15-23). Kedua, Pembebasan dan ikatan baru yang

disebabkan oleh kematian (7:1-6). Masalah-masalah Sekitar Pergumulan Melawan

Dosa (7:7-25): Pertama: Apakah hukum taurat itu dosa? (7:7-12). Kedua: Apakah
127
yang baik menyebabkan kematian? (7:13,14). Ketiga: Bagaimana pergumulan batin

dapat diatasi (7:15-25).

Kemenangan Melalui Roh Berhubungan dengan Rencana dan Tindakan

Allah (8:1-39). Pertama, Pelepasan dari dosa dan maut melalui tindakan Bapa, Putera,

dan Roh (8:1-4). Kedua, Kerangka berfikir daging versus kerangka berfikir roh (8:5-

13). Ketiga, Bimbingan dan kesaksian roh (8:14-17). Keempat, Penyempurnaan

penebusan dinantikan oleh ciptaan dan orang-orang percaya (8:18-25) Pelayanan doa

syafaat oleh roh (8:26, 27). Kelima, Rencana Allah bagi mereka yang mengasihi dia

(8:28-30). Keenam, Kemenangan orang-orang percayaatas semua lawan (8:31-39)

Israel dan Orang Bukan Israel dalam Rencana Allah (9:1-11:36)33

Pertama, Keprihatinan Paulus akan bangsanya sendiri, Israel (9:1-5). Kedua, Allah

bersifat bebas, benar, dan berdaulat dalam menghadapi Israel dan semua orang (9:6-

29. Kedua, Allah memilih Ishak dan bukan putra Abraham lainnya (9:6-9). Ketiga,

Allah memilih Yakub dan bukan Esau (9:10-13). Keempat, Allah bermurah hati

kepada Israel dan mengeraskan hati Firaun. Kelima, Allah mengendalikan benda-

benda kemurkaan dan benda-benda belas kasihan (9:25-29). Kegagalan bangsa Israel

dan keberhasilan bangsa bukan Israel (9:30-10:21): Bangsa bukan Israel mencapai apa

yang gagal diperoleh bangsa Israel (9:30-33), Israel tidak mengenal kebenaran Allah

(10:1-3), Hubungan antara kebenaran iman dan objek iman (10:4-15), Kabar baik

Allah diabaikan (10:16-21).

Keadaan Israel pada zaman Paulus (11:1-10). Prospek-prospek bagi masa

depan Israel (11:11-36): Kadar berkat yang diperoleh dari kekurangan dan

kesempurnaan Israel (11:11-15), Orang bukan Yahudi tidak memiliki dasar untuk

bermegah (11:16-21), Kebaikan dan kekerasan Allah tertungkap melalui tanggapan-


33
Charles F. Pfeiffer, The Wycliffe Bible Commentary (Jawa Timur: Penerbit Gandum
Mas, 2013), 660-661
128
Nya, Keselamatan bagi bangsa-bangsa Israel (11:25-27), Kemurahan Allah kepada

semua orang diperbesar oleh tindakan-Nya dalam sejarah (11:28-21), Kehebatan dan

kemuliaan Allah - sumber, penopang, dan tujuan dari segala sesuatu (11:33-36).

Sikap dan Perilaku yang Diharapkan dari Jemaat di Roma (12:1-15:13)34.

Pertama, Mempersembahkan tubuh dan akal budi (12:1,2). Kedua, Kerendahan hati

dalam menggunakan karunia Allah (12:3-5). Ketiga, Ciri-ciri watak yang layak

diteladani (12:9-21). Keempat, Tunduk kepada pejabat pemerintah harus disertai

dengan cara hidup yang penuh kasih dan kebenaran (13:1-14). Kelima, Tenggang rasa

diperlukan bagi orang-orang yang berhati nurani kuat dan yang berhati nurani lemah

(14:1-15:3). Pertama, Perbedaan pendapat tentang makanan dan hari-hari khusus

(14:1-6). Kedua, Penghakiman oleh Tuhan, bukan oleh sesama saudara seiman (14:7-

12). Ketiga, Penyingkiran batu sandungan (14:13-23). Keempat, Yang kuat

hendaknya membantu yang lemah dan bukan menyenangkan diri sendiri (15:1-3).

Kelima, Kemuliaan bagi Allah melalui ketekunan, penghiburan, dan kerukunan (15:4-

6). Keenam, Pelayanan Kristus dimaksudkan bagi orang Yahudi dan orang bukan

Yahudi (15:7-13).

Hal-hal Pribadi dan Perhatian Bagi Pembaca (15:14-16:27)35 Alasan Paulus

menulis dengan terus terang kepada pembaca dewasa (15:14-16). Pertama, Penegasan

Tuhan atas karya pemberitaan Injil oleh Paulus yang merupakan perintisan (15:17-

21). Kedua, Rencana-rencana perjalanan: Yerusalem, Roma, dan Spanyol (15:22-29),

Ketiga, Permohonan-permohonan doa khusus (15:30-33). Keempat, Rekomendasi

untuk Febe (16:1,2). Kelima, Salam khusus bagi perseorangan dan kelompok tertentu

(16:3-16). Keenam, Watak berbahaya dari orang-orang yang mengajarkan ajaran

34 34
Charles F. Pfeiffer, The Wycliffe Bible Commentary (Jawa Timur: Penerbit Gandum
Mas, 2013), 661
35
Ibid, 661-662
129
palsu (16:7-20). Ketujuh, Salam dari rekan-rekan Paulus di Korintus (16:21-23).

Kedelapan, Pemantapan orang-orang percaya oleh Allah yang berdaulat atas sejarah

(16:25-27).

Tema khusus yang dapat penulis simpulkan dari Roma 10:13-15 adalah

“Memberitakan Injil”. Alasan bagi kita orang perwaya untuk pergi dan

memberitakan Injil menurut Roma 10:13-15 adalah supaya setiap orang yang berseru

kepada nama Tuhan dapat diselamatkan. Yang menjadi tema besar dalam Roma 10:4-

15 adalah hubungan antara kebenaran iman dan objek iman, dimana hal tersebut dapat

diwujudkan salah satunya dengan memberitakan Injil. Syarat untuk dapat

diselamatkan: Mendengar, Percaya, Berseru.

Hal tersebut tidak akan pernah terjadi apabila tidak ada yang lembaga yang

melakukan pengutusan. Pemberitaan Injil tidak hanya berfokus pada orang-orang

yang pergi saja, namun ada yang lebih penting yaitu keberadaan lembaga yang

mengutus orang-orang tersebut untuk pergi dan memberitakan Injil.

Analisa Tujuan Penulis

Paulus menulis surat Roma karena tersebar kabar angin yang

diputarbalikkan mengenai berita dan ajaran Paulus Roma 3:8; Roma 6:1, 15, sehingga

ia merasa perlu untuk menulis Injil yang telah diberiakannya selama dua puluh lima

tahun. Paulus juga berusaha untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di

dalam gereja karena sikap salah orang Yahudi terhadap orang-orang bukan Yahudi

Roma 2:1-29; Roma 3:1,9 dan orang bukan yahudi terhadap orang Yahudi (Roma

11:11-36).36

36
Sejarah Alkitab Indonesia – Pengantar Full Life: Roma. Diakses dari
https://sejarah.sabda.org/artikel/pengantar_full_life_roma.htm pada tanggal 30 Mei 2021 pukul 10.46
WIB
130
Salah satu tujuan Paulus dalam penulisan Surat Roma ini adalah

mengadakan interaksi doktrin dimana hal ini terlihat dengan jelas mengenai melalui

bahasannya mengenai doktrin pembenaran. Akan tetapi tujuan menulis surat ini

sebenarnya tidak bermaksud menanamkan atau membenahi doktrin melainkan ada

beberapa maksud pribadi.37 Tujuan utama dari penulisan Surat Roma tertulis dalam

pasal 15:22-25 dimana Paulus memberitahu bahwa ia ingin mengunjungi jemaat di

Roma guna membagi-bagikan berkat rohani. Selain itu Paulus berharap bahwa Roma

akan menjadi basis operasi yang mendukung perjalanan pelayananannya ke Spanyol

dan wilayah barat kekaisaran yang belum mengenal Injil Roma 15:24, dan dukungan

doa bagi perjalanannya ke Yerusalem Roma 15:30-32 dimana ia akan menghadapi

bahaya orang-orang Yahudi yang tidak percaya untuk menyerahkan suatu

persembahan.38 Dengan pengertian yang benar akan Injil, maka mereka yang ada di

Roma diharapkan terbeban untuk menolong dan mendukung Paulus, serta terlibat

dengan kerinduan Paulus untuk menjangkau orang Spanyol dengan Injil Kristus.39

Paulus mungkin menulis penjelasan lengkap dari Injil kepada jemaat di

Roma untuk menetapkan pengajarannya Seandainya ia tidak dapat mencapai Roma.

Dari Roma kemudian doktrinnya dapat keluar dan banyak orang lain yang

mengotbahkannya.40 Paulus juga ingin mencegah ajaran sesat tentang keselamatan

37
Sukardu, YM Imanuel, Berkat-berkat Surat Roma. Surakarta: STT Berita Hidup
Surakarta, 2011), 10
38
Hagelberg, Dave, Tafsiran Roma dari Bahasa Yunani (Bandung: Yayasan Kalam
Hidup, 2000), 7
39
Ibid, 8
40
Williams, Philip R. Paul’s Purpose in Writing Romans, Bibliotheca Sarca 128:509
(January-March 1971):62-67; Walter B. Russell, III. ”An Alternative Suggestion for the Purposeof
Romans,” Bibliothewa Sawra 145:578 (April-June 1985): 174-84; and Douglas J. Moo, The Epistle to
the Romans, 16-22.
131
Israel, bahwasannya Allah tidak pernah gagal dalam memilih Israel untuk

diselamatkan dari hukuman dosa dan kematian kekal.

Alasan lain untuk menulis surat Roma tidak diragukan lagi adalah keinginan
Paulus untuk melayani kebutuhan rohani mereka orang-orang Kristen di
Roma, meskipun mereka dalam kondisi spiritual yang baik (15:14-16).
Masalah umum dari semua gereja mula-mula adalah bahaya bagi gereja-gereja
Roma juga. Kesulitan-kesulitan ini termasuk konflik internal, terutama antara
penganut Yahudi dan Non-Yahudi, dan ancaman eksternal sari guru-guru
palsu. Paulus memberi keduanya masalah potesial ini diperhatikan dalam surat
ini (15:1-8; 16:17-20l. “Dia merasa bahaa perlindungan terbaik terhadap
infeksi pengajaran palsu adalah antiseptic kebenaran”.41

Paulus juga menulis surat Roma karena ia berada di titik transisi dalam

pelayanannya sebagaimana disebutkan dalam akhir pasal 15. Pelayanan Paulus di

wilayah Aegea cukup padat dan ia berencana meninggalkannya kemudian pindah

lebih jauh ke wilayah barat dimana wilayah tersebut merupakan wilayah baru yang

belum terjamah Injil. Sebelum melakukannya Paulus berencana mengunjungi

Yerusalem dan kemudian menyadari bahwa ada bahaya yang menantinya. Mungkin

oleh karena itu Paulus menulis surat Roma seperti yang dilakukan, yaitu untuk

meninggalkan suatu eksposisi penuh tentang Injil di tangan yang baik seandainya

pelayanannya berakhir sebelum waktunya di Yerusalem. Posisi yang aneh dari Rasul

Paulus pada saat menulis, ketika ia meninjau masa lalu dan mengantisipasi masa

depan memungkinkan kita untuk memahami tidak adanya kontroversi dalam surat ini,

sikap damai, dan unsur-unsur didaktik dan apologetik yang semuanya ditemukan yang

mana digabungkan di sini.42

Analisa Teologis

Secara teologis, dapat disimpulkan bahwa lembaga misi sungguh

merupakan bagian yang penting dalam pemberitaan Injil. Hal ini dapat dibuktikan

41
William Barcelay, The Letter to the Romans. (xxii)
42
W. H. Griffith Thomas, St. Paul’s Epistle to the Romans, 20
132
melalui analisa teologis dari penulis dan hasil tulisannya, serta berbagai pendapat dari

para pakar teologi yang menuliskan buah pikirnya.

Teologia Kitab Roma. Kitab Roma ditulis sebagai suatu pernyataan iman

Paulus yang disajikan secara teratur dan seksama, hal ini terlihat dari kitab yang tidak

memiliki bentuk seperti surat khusus. Dalam kitab Roma Paulus juga membangun

suatu argumen tak terbantahkan bahwa umat manusia telah tersesat dan perlu campur

tangan Allah. Melalui argumen itu pula disampaikan kabar baik bahwa keselamatan

tersedia bagi semua orang, apapun identitas, dosa, atau warisan seseorang. Kita

diselamatkan bukan karena jasa ataupun kelayakan kita sebaai manusia, melainkan

oleh anugerah dan kebaikan dari Allah yang kita terima melalui iman. Selain itu Allah

juga telah membuat jalan bagi bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa lain untuk

dipersatukan dalam Tubuh Kristus, dimana kedua kelompok tersebut bisa memuji

Allah atas hikmat dan kasih-Nya (11:13-36).

Dijabarkan juga arti dari hidup tunduk sepenuhnya pada Kristus, yaitu

menggunakan karunia-karunia rohani untuk melayani orang lain (12:3-8), sungguh-

sungguh mengasihi orang lain (12:9-21), dan menjadi warga negara yang baik (13:1-

14). Kebebasan harus dituntun oleh kasih sementara kita saling membangun di dalam

iman, peka dan berguna bagi orang-orang yang lemah (14:1-15:4). Paulus juga

menekankan kesatuan, terutama di antara orang Yahudi dan bukan Yahudi (15:13).43

Apabila tujuan kita ialah memuliakan Allah karena kasih, kuasa, dan

kesempurnaanNya dalam segala yang kita kerjakan, kita bisa melayani dia secara

tepat. Melayani Dia menyatukan seluruh orang percaya dan memampukan mereka

untuk menunjukkan kasih dan kepekaan terhadap orang lain. Surat Roma bukan

43
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan Seri: Life Application Study Bible. Malang:
Penerbit Gandum Mas, 2019), 2346-2347
133
sekedar sebuah surat namun merupakan sebuah uraian teologis yang disusun dengan

rapi dan ditujukan pada jemaat perdana ketika orang Kristen Yahudi dan Kristen

bukan Yahudi kadang tidak sepakat dalam hal bagaimana manusia dibenarkan,

diterima oleh Allah, dan bagaimana para pengikut Yesus seharusnya hidup.44 Kitab

Roma banyak membahas isu-isu mengenai perbedaan keberadaan orang Kristen

Yahudi dan bukan Yahudi. Paulus menyebut dirinya sebagai rasul bagi bangsa-bangsa

bukan Yahudi (Roma 11:13), ia juga menyampaikan hal tersebut melalui surat-

suratnya untuk menyampaikan bahwa keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus

Kristus adalah untuk semua orang, bukan hanya untuk orang Yahudi.45 Kita

merupakan bagian dari orang Kristen bukan Yahudi itu, dan belas kasihan dari Allah

membuat kita dapat menerima anugerah keselamatan itu. Lalu apa yang dapat kita

kerjakan setelah menerima keselamatan tersebut?

Roma 10:14-15 14 Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika


mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada
Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar
tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakannya? 15 Dan bagaimana mereka
dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis:
Betapa indahnya kedatangan mereka yang membaaa kabar baik!”

Teologia Kitab Roma sesuai dengan penelitian yang dilakukan dalam tesis

ini, yaitu bahwa keberadaan lembaga misi dalam memberitakan Injil memanglah

penting. Lembaga misi mengambil perannya dalam mengutus orang-orang Kristen

yang telah lebih dulu menerima keselamatan dari Allah, untuk pergi dan

memberitakan keselamatan ke daerah-daerah yang belum dijangangkau oleh Injil.

Keberadaan lembaga misi memungkinkan jangkauan pemberitaan Injil menjadi

44
Alkitab Edisi Studi (Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia, 2012), 839
45
Paulus dari Tarsus. Diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Paulus_dari_Tarsus#:~:text=Paulus%20menyebut%20dirinya%20sebagai
%20%22rasul,orang%2C%20bukan%20hanya%20orang%20Yahudi, pada tanggal 31 Mei 2021 pukul
15.24 WIB
134
semakin jauh bahkan sampai ke pelosok daerah terpencil sekalipun, sehingga semakin

banyak telinga yang mendengar kabar baik, semakin banyak jiwa yang menerima

keselamatan, dan Nama Tuhan semakin dipermuliakan.

Teologia Paulus. Dalam teologia Paulus yang tertuang dalam surat-

suratnya, dapat kita lihat bahwa Paulus menggunakan istilah Gereja dalam dua cara

utama di Perjanjian Baru. Gereja secara universal menunjuk pada Tubuh Kristus, dan

Gereja secara lokal menunjuk pada suatu jemaat orang percaya tertentu dalam satu

lokasi dan waktu tertentu. Paulus menetapkan gereja sebagai suatu organisasi yang

terdiri dari struktur kompleks tubuh Kristus yang menjalankan aktivitas sehari-hari,

dimana hal tersebut dijalankan oleh masing-masing orang percaya yang memiliki

fungsinya masing masing tetapi saling bergantung dan diatur melalui relasi mereka

dengan Kristus sebagai Kepala Gereja.46 Tidak seorang pun dari kita yang dapat

benar-benar menyerupai Kristus dengan kekuatan sendiri. Oleh sebab itu keseluruhan

tubuh KristuS harus sepenuhnya mengekspresikan Kristus. Dengan aktif dan penuh

semangat dalam membangun saudara seiman lainnya, orang Kristen dapat menjadi

suatu simfoni untuk melayani Allah.47

Maka dapat dikatakan bahwa teologia Paulus sesuai dengan penelitian

yang dilakukan dalam tesis ini, yaitu bahwa keberadaan lembaga misi dalam

memberitakan Injil memanglah penting. Seperti yang tertulis dalam Korintus, bawa

kita semua adalah tubuh Kristus dan kita masing-masing adalah anggotanya. Dalam

satu tubuh yaitu Tubuh Kristus, kita memiliki tugsa dan panggilan masing-masing

46
Lanny Laras Tumbel. Diktat Kuliah, Teologi Perjanjian Baru Program Pasca Sarjana.
Surabaya: STTII Surabaya), 121
47
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan Seri: Life Application Study Bible (Malang:
Penerbit Gandum Mas, 2019), 2348
135
namun di atas itu semua, tujuan utama kita tetap adalah mempermuiakan Nama Tuhan

dan menjalankan Amanat Agung yang Tuhan berikan sebelum Ia naik ke surga.

Roma 12:4-5
Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi
tidak semua aggota itu mempunyai tugas yang sama, 5demikian juga kita,
walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-
masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.”

Ada orang-orang yang dipanggil untuk menjadi gembala dengan berada di

gereja dan selalu siap sedia untuk mendampingi pertumbuhan jemaat serta

permasalahan yang mungkin terjadi di dalam gereja. Ada yang dipanggil untuk

bekerja dan memiliki penghasilan lebih lalu mendukung pelayanan melalui

pencukupan finansial pekerjaan misi dan gereja. Ada yang dipanggil untuk mejadi

misionaris dan memberitakan Injil ke daerah-daerah terpencil. Ada pula yang

dipanggil menjadi lembaga untuk mewadahi dan memperantarai setiap individu

maupun kelompok yang berperan dalam pemberitaan Injil tersebut. Tujuan utama dari

setiap tugas dan tanggung jawab yang dimiliki individu dengan masing-masing

panggilan berbeda itu tetaplah berfokus pada pemberitaan Injil, agar Nama Kristus

dimuliakan dan diberitakan sampai ke ujung bumi.

Teologia Perjanjian Baru. Teologia Perjanjian Baru memahami misi

Kristus melalui pengajaranNya tentang kerajaan Allah dan penjelasan mengenai karya

penyelamatanNya lewat kematian Kristus sebagai jawaban yang berpusat pada

pekerjaan penebusan yang menjadi dasar bagi penggenapan pengajaran tentang

kerajaan Allah. Pokok bahasan ini secara jelas dan total dibahas dalam injil sinoptik,

tulisan Yohanes, surat-surat Paulus, serta beberapa bagian lain dari Perjanjian Baru.48

48
Fransina Lasi Tinjuan Buku, Teologi Perjanjian Baru 2 oleh Donald Guthrie (Kupang:
IAKN Kupang)
136
Neill dalam bukunya mengatakan bahwa setiap teologi Perjanjin Baru harus

merupakan teologi Yesus, kalau tidak maka tidak ada hasilnya sama sekali.49

Perjanjian Baru memuat empat narasi mengenai kehidupan, ajaran,

kematian dan kebangkitan Yesus Kristus yang disebut Injil atau kabar baik.50 Dalam

naskah kuno sampai abad ke-5, kitab-kitab dalam Perjanjian Baru terbagi atas empat

bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan penggunaan kitab tersebut.51

Pembagian tersebut ditunjukkan melalui diagram berikut ini.

Maka dapat dikatakan bahwa teologia Perjanjian Baru sesuai dengan

penelitian yang dilakukan dalam tesis ini, yaitu bahwa keberadaan lembaga misi

dalam memberitakan Injil memanglah penting. Lembaga misi memperlengkapi para

utusan Tuhan untuk menyelesaikan Amanat Agung, yaitu pergi dan menjadikan

semua bangsa murid-Nya. Keberadaan lembaga misi mendukung pengutusan yang

dibutuhkan para pemberita Injil dan menjadi solusi bagi setiap permasalahan yang

mungkin dapat terjadi dalam medan misi.

49
S. Neill, Jesus Through Many Eyes (Philadelphia: 1976), 10
50
Perjanjian Baru. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Baru, pada
tanggal 31 Mei 2021 pukul 16.44 WIB.
51
Skeireins, sebuah komentari Injil Yohanes dalam bahasa Goth, dimasukkan dalam
Alkitab Wulfila yang dilestarikan hingga saat ini dalam bentuk fragmen-fragmen.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Keberadaan kita sebagai orang Kristen yang telah lebih dahulu menerima

anugerah keselamatan dari Allah bukan merupakan sesuatu yang patut kita nikmati

sendiri, namun merupakan kesempatan untuk melakukan tujuan Ilahi yaitu

membagikan keselamatan itu kepada orang lain. Memberitakan Injil bukanlah tugas

dan tanggung jawab orang-orang tertentu yang disebut Rasul, Pendeta, Penginjil,

Fulltimer Gereja, serta orang-orang dengan talenta atau panggilan khusus saja.

Memberitakan Injil merupakan Amanat Agung yang diberikan Tuhan Yesus kepada

setiap kita, umat Kristen, yang telah lebih dahulu menerima anugerah keselamatan itu.

Matius 28:19 menuliskan Amanat Agung tersebut, “Karena itu pergilah,

jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak

dan Roh Kudus”. Amanat ini tentunya diberikan dengan satu tujuan penting, yaitu

agar para murid melanjutkan pekerjaan yang telah Tuhan Yesus mulai di muka bumi

ini. Pekerjaan itu adalah memberitakan anugerah keselamatan yang telah diberikan

Bapa melalui Putera-Nya yang tunggal, agar setiap orang berdosa yang berseru

kepada-Nya dapat diselamatkan.

Agar tugas pemberitaan Injil itu efektif maka diperlukan keberadaan

lembaga misi untuk mengutus para misionarisnya pergi dan memberitakan Injil.

Pekerjaan misi begitu penting dalam pandangan Allah. Tersirat kebenaran bahwa

Allah hanya memiliki satu rencana untuk membawa shalom bagi umat manusia serta

137
138
segenap ciptaan-Nya. Diantara banyaknya pro dan kontra dalam memahami

pentingnya memberitakan Injil, baik oleh pribadi maupun lembaga, tesis ini mencoba

menjabarkan pentingnya keberadaan sebuah lembaga pengutus untuk menjadi wadah

yang dapat menaungi seorang atau sekelompok pemberita Injil untuk dapat pergi dan

menyampaikan berita keselamatan sampai ke daerah-daerah terpencil yang belum

mendengar kabar baik. Seperti yang tertulis dalam Roma 10:13-15:


13
Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.
14
Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya jika mereka tidak
percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika tidak
ada yang memberitakan-Nya? 15Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-
Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: Betapa indahnya
kedatangan mereka yang membawa kabar baik!’

Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus menegaskan bahwa

keberadaan lembaga misi sebagai wadah yang mengutus orang-orang dalam

memberitakan Injil tidak kalah penting dengan orang-orang yang bersedia menjadi

misionaris di daerah terpencil. Lembaga misi ada untuk merekrut orang-orang yang

memiliki hati misi dan menjadi misionaris, melatih para misionaris untuk dapat

memberitakan injil, dan mengutus para misionaris tersebut ke daerah-daerah yang

belum mengenal Injil. Tiga komponen misi yang utama antara lain:

Pertama, Utusan. Merupakan ujung tombak dari pemberitaan Injil, yaitu

para misionaris yang diutus untuk mengerjakan pekerjaan misi.

Kedua, Pengutus. Yaitu orang-orang yang Tuhan tempatkan untuk

mempersiapkan para utusan dalam mengerjakan misi penginjilan. Terdiri dari Mission

Trainer (Pelatih), Prajurit Doa, Donatur, dan Lembaga Misi.

Ketiga, Penerima. Yaitu daerah penempatan yang menjadi ladang misi,

suku-suku terabaikan, dan wilayah yang belum mendengar Injil


139
Menurut wadahnya, macam bentuk lembaga misi dapat berupa Gereja,

Yayasan, dan Organisasi. Masing-masing bentuk lembaga misi ini mempunyai fungsi,

kelebihan, serta kekurangannya masing-masing namun tetap memiliki satu tujuan

yang sama, yaitu untuk menjadi sebuah wadah yang mendukung pemberitaan Injil.

Sedangkan menurut ruang lingkup kegiatannya, lembaga misi dapat melakukan

pendekatan melalui berbagai macam bidang. Diantaranya adalah bidang kesehatan,

bidang pendidikan, bidang ekonomi, pengasuh dan asisten rumah tangga, serta

literatur dan tegnologi. Pendekatan melalui bidang-bidang tersebut merupakan salah

satu strategi yang dapat digunakan sebagai sarana perkabaran Injil bagi para

misionaris untuk dapat masuk dan diterima dengan baik oleh wilayah tersulit

sekalipun. Profesi dan keahlian tersebut memperlengkapi dan dapat dijadikan bekal

bagi para misionaris dalam memberitakan Injil.

Tujuan utama lembaga misi adalah sebagai partner bagi gereja dalam

menjalankan tugasnya untuk memberitakan Injil. Lembaga misi memiliki fungsi,

yaitu untuk merekrut, melatih, dan mengutus misionaris dalam memberitakan Injil.

Memberitakan Injil berarti menceritakan karya penyelamatan yang telah Tuhan Yesus

kerjakan di muka bumi ini.

Berdasarkan enam langkah analisis yang dilakukan dalam studi eksposisi

ini, saya menarik kesimpulan bahwa keberadaan lembaga misi dalam memberitakan

Injil memanglah penting. Seperti yang tertulis dalam Roma 10:13-15 berikut.

13
Sebab barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.
14
Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak
percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika
mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang
Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? 15Dan bagaimana mereka dapat
memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: “Betapa
indahnya kedatangan mereka yang membewa kabar baik!”
140
Secara kontekstual, kitab Roma menjabarkan mengenai keselamatan yang

diperoleh manusia melalui Injil Kristus. Melalui cara sederhana, yaitu dengan iman

percaya kepada Yesus Kristus, manusia berdosa yang semestinya tidak memiliki

tempat dalam kerajaan surga dilayakkan untuk mendapat kasih karunia dari Allah

sehingga mempunyai kesempatan untuk terlepas dari kuasa maut. Namun hal ini tentu

tidak dapat terwujud apabila manusia tidak pernah mendengar tentang kabar

keselamatan tersebut. Oleh sebab itu harus ada yang mengambil bagian dalam tubuh

Kristus sebagai lembaga pengutus untuk menjadi wadah yang mendukung

pemberitaan Injil. Supaya berita keselamatan tersebar di seluruh dunia, dan semua

orang mendengar serta menerima keselamatan yang diberikan oleh Allah.

Secara leksikal kata ἀποσταλῶσιν yang diginakan dalam Roma 10:15

memiliki arti mengirim atau mengutus dengan tujuan tertentu, dalam hal ini yaitu

melayani dan memberitakan Injil keselamatan. Kata pengutusan yg dimaksudkan oleh

Rasul Paulus pada saat menulis Roma10:15 memiliki arti secara literal (bukan

figuratif/kiasan), diterjemahkan secara harafiah dan mengandung arti kata

sebagaimana aslinya/asalnya, yaitu untuk mendorong dan memberikan motivasi pada

jemaat agar dapat mengutus dan mengirimkan orang-orang dalam hal ini untuk

menjadi misionaris yang pergi dan memberitakan Injil keselamatan.

Secara gramatikal kata ἀποσταλῶσιν merupakan kata kerja subjungtif aoris

pasif orang ketiga jamak dari kata ἀποστέλλω yang berarti to send, mengirim,

mengutus. Kata mengutus ini memiliki hubungan yang erat dengan orang yang

melakukan kegiatan “pengutusan” tersebut, dengan komisi dan otoritas untuk suatu

tujuan yang spesifik. Jadi dalam melakukan pemberitaan Injil, keberadaan lembaga

misi sangat diperlukan untuk menjadi suatu badan yang dapat mengutus para

misionaris pergi dan melaksanakan Amanat Agung Allah.


141
Dikatakan secara jelas dalam Roma 1:1 bahwa surat roma ditulis oleh

Rasul Paulus, Diana ia sendiri menjelaskan identitasnya sebagai hamba Kistus Yesus

yang telah dipanggil menjadi Rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah.

Rasul Paulus merupakan seorang terpelajar yang memiliki pengetahuan mendalam

tentang Perjanjian Lama, serta penggenapan janji-janji tersebut dalam Perjanjian

Baru. Oleh sebab itu maka Paulus menggunakan bahasa-bahasa yang tinggi untuk

mengungkapkan doktrin yang berhubungan dengan status orang percaya di hadapan

Allah. Paulus dibantu oleh Teritus untuk menulis surat Roma, dan saat itu ia sedang

berada di Korintus di rumah Gayus. Tahun penulisan surat Roma tidak dapat

diketahui secara pasti, namun diperkirakan ditulis sekitar tahun 54-57M. Jemaat di

Roma bukanlah hasil penginjilan Paulus, diduga merupakan rintisan para pendatang

di Roma yang pada saat itu menerima Kristus di Bait Allah pada peristiwa Pentakosta.

Tema khusus yang dapat disimpulkan dari Roma 10:13-15 adalah “Memberitakan

Injil”, dimana syarat utama untuk diselamatkan adalah pertama mendengar; kedua

percaya; dan ketiga berseru. Hal ini akan terlaksana secara efisien apabila ada

lembaga yang mengambil bagian dalam melakukan pengutusan.

Berdasarkan analisa tujuan penulis, salah satu tujuan Paulus dalam

penulisan Surat Roma ini adalah mengadakan interaksi doktrin dan melakukan

pembenaran atas konsep kekristenan yang tersebar di Roma pada saat itu. Meskipun

sebenarnya Paulus tidak bermaksud menanamkan atau membenahi doktrin melainkan

ada beberapa maksud pribadi. Tujuan utama dari penulisan Surat Roma adalah untuk

memberitahu bahwa Paulus ingin mengunjungi jemaat di Roma guna membagi-

bagikan berkat rohani. Selain itu Paulus berharap bahwa Roma akan menjadi basis

operasi yang mendukung perjalanan pelayananannya ke Spanyol dan wilayah barat

kekaisaran yang belum mengenal Injil, serta dukungan doa bagi perjalanannya ke
142
Yerusalem. Dengan pengertian yang benar akan Injil, maka mereka yang ada di Roma

diharapkan terbeban untuk menolong dan mendukung Paulus, serta terlibat dengan

kerinduan Paulus untuk menjangkau orang Spanyol dengan Injil Kristus. Selain itu,

Paulus juga ingin mencegah ajaran sesat tentang keselamatan Israel, bahwasannya

Allah tidak pernah gagal dalam memilih Israel untuk diselamatkan dari hukuman dosa

dan kematian kekal.

Berdasarkan analisa teologis, dapat disimpulkan bahwa keberadaan

lembaga misi memiliki pengaruh yang sangat penting dalam memberitakan Injil.

Pentingnya lembaga misi dalam memberitakan Injil adalah: pertama sebagai lembaga

pengutusan yang mengutus orang-orang Kristen untuk menjadi misionaris; kedua

melakukan perannya dalam tubuh Kristus sebagai lembaga yang mewadahi dan

memperantarai setiap individu maupun kelompok untuk memberitakan Injil; ketiga

memperlengkapi para utusanTuhan dan mendukung pengutusan yang dibutuhkan para

pemberita Injil, serta menjadi solusi bagi setiap permasalahan yang meungkin terjadi

di medan misi.

Saran

Melalui penulisan tesis mengenai Studi Eksposisi Pentingnya Lembaga

Misi dalam Memberitakan Injil menurut Roma 10:13-15, saya ingin memberikan

saran yang ditujukan kepada beberapa kelompok pelayanan berikut ini:

Pertama, bagi lembaga misi baik itu gereja, yayasan maupun organisasi.

Saya berharap lembaga misi tidak lagi berfokus pada masalah internal sana, namun

mulai memperhatikan kegiatan misi secara khusus. Dapat dimulai dengan memiliki

departemen misi di dalam struktural lembaga; memperlengkapi anggota jemaatnya

agar mampu menjadi misionaris yang tangguh, kompeten dan siap diutus; kemudian
143
menjadi lembaga yang memperlengkapi dan mengutus para jemaat untuk dapat pergi

dan mewartakan kabar baik.

Kedua, bagi Gembala Sidang. Gembala sidang memiliki peran yang cukup

penting untuk memberikan motivasi pada jemaat dalam hal apapun, tidak terkecuali

dalam memberi pengertian tentang pentingnya memberitakan Injil. Saya berharap

Gembala sidang mulai menyuarakan misi melalui pengajaran dan kotbah-kotbahnya,

sehingga dapat mendorong jemaat untuk memiliki hati misi bagi daerah-daerah yang

belum mengenal Injil.

Ketiga, bagi Jemaat. Hendaknya para jemaat menyadari bahwa Amanat

Agung Allah dan tugas misi bukan hanya ditujukan pada orang-orang yang memiliki

jabatan tertentu di dalam gereja saja, melainkan adalah tugas setiap orang Kristen

yang sudah lebih dulu menerima anugerah keselamatan dari Allah. Oleh sebab itu

mulailah menerima visi tersebut, bernaunglah di bawah suatu lembaga misi, untuk

kemudian terlibat dalam pengutusan dan pemberitaan Injil.


DAFTAR PUSTAKA

Asali, Budi. Jurnal: Argumentasi dan Theologia dalam Memberitakan Injil


Abrams, M.H. 2010. A Glosary In Literary Terms. New York: Holt, Rinehart and
Winston

Abdurahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu,


1999.

________,Alkitab Edisi Studi. Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia, 2012.

________,Memberitakan Injil di Tengah Masyarakat Majemuk: tiga dokumen


kontemporer gerejawi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2018.

________,Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan Seri: Life Application Study Bible.


Malang: Penerbit Gandum Mas, 2019.

________,The Wycliffe Bible Commentary: Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 3


Perjanjian Baru. Malang: Penerbit Gandum Mas, 2020.

________,Handbook To The Bible. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2014.

Barcelay, William, The Letter to the Romans.

Bavinck, J.H. 1960. An Introduction to the Science og Missions.

Baxter, J Sidlow. Menggali Isi Alkitab, Roma sampai dengan Wahyu. Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2002.

Bosch, David J. 1997. Transformasi Misi Kristen.

Bruce, Barton. Life Appication Bible Commentary. Wheaton, Illinois: Tyndale House
Publishers.

Cane, J. Herbert. Understanding Christian Mission. 1981.

Clarke, Adam. Commentary on Romans 10: The Adam Clarke Commentary. Diakses
dari https://www.studylight.org/commentaries/eng/acc/romans-10.html, pada
21 Juni 2021 pukul 7.06WIB.

Coleman, Robert E. The Master Plann of Evangelism – Rencana Agung Penginjilan.


Westwood New Jersey, USA: Fleming H. Revell Company, 1964.

144
145
Constable, Thomas. DD. Commentary on Romans 10: Expository Notes of Dr.
Thomas Constable. Diakses dari 2012.
https://www.studylight.org/commentaries/eng/dcc/romans-10.html, pada
tanggal 21 Juni 2021 pukul 6.58 WIB.

Diakses dari https://www.studylight.org/commentaries/eng/pet/romans-10.html, pada


tanggal 6 Juni 2021 pukul 17.34 WIB.

Davis, Keith. Human Relations at Work. New York: San Fransisco, Toronto, London,
1962.

Douglas, J.D. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II. Jakarta: Yayasan Komunikasi
Bina Kasih /OMF, 1998.

Duyverman, M. E. Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung


Mulia, 1992.

Gardner, Laura Mae. Sehat, Tangguh & Efektif dalam Pelayanan Lintas Budaya.
Penerbit: Komunitas Katalis, 2014.

Glover, Robert.The Bible Basis of Mission. Los Angles CA: Bible House of Los
Angles, 1946.

Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah: Pengantar Metode Sejarah, ed. ke-2.


Terjemahan: Nugroho Notosusanto, Raden Pandji. Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press), Jakarta: 1986.

Grassmick, John D. Prinsip-Prinsip dan Praktek Eksegesis Bahasa Yunani.


Diterjemahkan oleh Petrus Maryono. Yogyakarta: STTII.

Hagelberg, Dave. 2000. Tafsiran Roma dari Bahasa Yunani. Bandung: Yayasan
Kalam Hidup.

Helius, Sjamsuddin. Metodologi Sejarah. Jakarta: Depdikbud Proyek Pendidikan


Tenaga Akademik.

Imanuel, Gilbert Yasuo dan Yogi Darmanto. 2020. Pelayanan Lintas Budaya: Sebuah
Kajian Tentang Pelayanan Rasul Paulus Dalam Kisah Para Rasul 16: 13-40."
VOX DEI: Jurnal Teologi Dan Pastoral 1.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pusat Bahasa edisi ke 4 versi offline.

Kasiatin, Widianto. Disertasi: Pengaruh Pembinaan Warga Gereja Dan Pelayanan


Pastoral Terhadap Pertumbuhan Jemaat Gereja Bethel Indonesia Family
Blessing Surabaya. Surabaya: STTII Surabaya, 2018.

Kobong. Iman Dan Kebudayaan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.


146
Lasi, Fransina. Tinjuan Buku: Teologi Perjanjian Baru 2 oleh Donald Guthrie.
Kupang: IAKN Kupang.

Mandryk, Jason. Operation World Jilid 2: Negara-Negara (A-J) - Panduan untuk


Mendoakan Semua Bangsa di Dunia. Yogyakarta: PT Gloria Usaha Mulia,
2013.

Matthew, Poole. Commentary on Romans 10: Matthew Poole's English Annotations


on the Holy Bible. Diakses dari
https://www.studylight.org/commentaries/eng/mpc/romans-10.html, pada
tanggal 21 Juni 2021 pukul 14.52 WIB.

Mcelrath, W.N. Billy Mathias. Ensiklopedi Alkitab Praktis. Jawa Timur : LLB

Mickelsen, A. Berkeley.Romans, in The Wycliffe Bible Commentary

Montgomery, Helen. Prayer and Mission. West Medford, MA: The Central Comitte
on the United Study of Foreign Missions, 1924.

Moo, Douglas J, The Epistle to the Romans.

Murray, Andrew. The Power of The Blood of the Cross. Diterjemahkan: Ny. Paul A.
Rajoe. Kuasa Darah Yesus di Kayu Salib. Copyright terjemahan Indonesia:
Penerbit Yakin.

Neill, S. 1976. Jesus Through Many Eyes. Philadelphia.

Nelson, Thomas. The Nelson Study Bible. 1997.

Noordegraf. Orientasi Diakonia Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004.

Nugroho, Taufik Ari. 2019. Jurnal: Simki-Pedagogia. Gaya Bahasa Retorika pada
Tokoh Percil \"polisi no despacito\"dalam Pelantikan Kapolres Kediri
Tahun 2018. Kediri: An Inspiring University

Osborne, Grant R. Spriral Hermeneutika, Pengantar Komprehensif Bagi Penafsiran


Alkitab. Surabaya: Momentum.Mulyana. 2005. Kajian Wacana.
Yogyakarta:Tiara Wacana, 2012

Partridge, Erik. Origins: A Short Etymoligical Cictionary of Modern English. New


York: Greenwich House. ISBN 0-571-41425-2, 1983.

Pasasa, Ardianus. Jurnal: Pemanfaatan Media Internet Sebagai Media Pemberitaan


Injil.

Peter, Pett. Commentary on Romans 10: Peter Pett's Commentary on the Bible. 2013.

Pfeiffer, Charles F dan Everet F. Harison. Tafsitan Alkitab Wycliffe Vol. 3 –


Perjanjian Baru. Malang: Penerbit Gandum Mas, 2008.
147
Pfeiffer, Charles F. The Wycliffe Bible Commentary. Jawa Timur: Penerbit Gandum
Mas, 2013.

Poerwadarminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,


1996.

Pustito, Hendro. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Yayasan Kanisius, 1984.

Robert Haldane. Commentary on Romans 10: Haldane's Exposition on the Epistle to


the Romans and Hebrews. Diakses dari
https://www.studylight.org/commentaries/eng/hal/romans-10.html, pada 21
Juni 2021 pukul 14.19 WIB.

Robinson, John Arthur Thomas. Redating the New Testament. Westminster Press:
1976.

Russell, Walter B. An Alternative Suggestion for the Purposeof Romans. Bibliotheca


Sacra: 1985.

Saharuddin. Nilai Kultur Inti dan Instritusi Lokal Dalam Konteks Masyarakat Multi-
Etnis. Bahan diskusi tidak diterbitkan. Depok: Program Pascasarjana
Universitas Indonesia, 2001

Sariman, Silas. Strategi Misi Sadrach Suatu Kajian yang Bersifat Sosio Historis,
Jurnal ABDIEL 3. 2019.

Shenk, Wilbert R. Mission Strategies. Grand Rapids: Michigan, 1993.

Sihimbing, Mori.“Koinonia dan Keuangan Gereja yang Sehat - HKBP” dalam buku
Felloship Through Stewardship (Tinjauan Teologis Mengenai Persekutuan
dan Penatalayanan). Pematang siantar: Lembaga Studi Agama dan
Pembangunan-L.SAPA, 2014.

Soedjito. Keterampilan Menulis Paragraf. Jakarta: Ministry of Marine, 1986.

Sukardu, YM Imanuel. Berkat-berkat Surat Roma. Surakarta: STT Berita Hidup


Surakarta, 2011.

Sumiyatiningsih, Dien. Mengajar dengan Kreatif dan Menarik. Yogyakarta: Andi,


2009.

Sumule, Samuel. Jurnal: Mengapa Memberitakan Injil?.

Thomas, W. H. Griffith. St. Paul’s Epistle to the Romans.

Tjandramulia, Heru. Chariot of Fire 2nd Edition. Surabaya: F3S Indonesia Nafiri Fajar
148
Tomatala, Yakob. Teologi Misi. Pengantar Misiologi: Suatu Dogmatika Alkitabiah
Tentang Misi, Penginjilan dan Pertumbuhan Gereja. Jakarta: YT Leadership
Foundation, 2003.

Tozer A.W. This World: Playground or Battleground?. Christian Publications, 1988.

Tumbel, Lanny Laras. Diktat Kuliah: Teologi Perjanjian Baru Program Pasca
Sarjana. Surabaya: STTII Surabaya.

Verkuyl, J. Contemporary Missiology. 1987.

Vernon, McGee, J. Thru the Bible with J. Vernon McGee.

Verwer, George. Dinamika Pelayanan Literatur. Jakarta: Yayasan Obor Menyeluruh


Indonesia, Surabaya: Yakin CLC Indonesia, 1995.

Vine's Expository Dictionary of Biblical Words, Copyright © 1985, Thomas Nelson


Publishers. Keywords: send

Wagner, Peter. Strategi Perkembangan Gereja. Malang: Gandum Mas, 2015.

Widjaja, Fransiskus Irwan. Misiologi Antara Teori, Fakta Dan Pengalaman, 1st ed.
Yogyakarta: Andi Offset, 2018.

Wiebracht, Dean. Menjawab Tantangan Amanat Agung: Pedoman untuk


Memobilisasi Gereja Anda dalam Pekerjaan Misi. Yogyakarta: Penerbit
ANDI Ofset, 2008.

Williams, Philip R. Paul’s Purpose in Writing Romans, Bibliotheca Sarca, 1971.

Winkel, WS. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia, 1997.

Woga, E. Dasar-Dasar Misiologi. 2002

Wongso, Peter. Hermeneutika Eskatologi. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara,


1996.

Wongso, Peter. Tugas Gereja Dan Misi Masa Kini. Malang: Departemen Literatur
Saat, 1999.

Yudho, Bambang. How To Share Gospel: Kiat Menginjili Dengan Sukses.


Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2007.

Anda mungkin juga menyukai