Anda di halaman 1dari 6

RELEVANSI KURIKULUM TEKNIK PERTANIAN TERHADAP KEBERADAAN JURUSAN TEKNIK PERTANIAN DI BAWAH FAKULTAS PERTANIAN ATAU FAKULTAS TEKNIK

1. Posisi bidang ilmu Teknik Pertanian Mengacu pengertian teknik pertanian yang merupakan terjemahan dari agricultural engineering yaitu teknik (engineering) yang diterapkan pada bidang Pertanian. Pada Awal Perkembangannya sejak revolusi industri di Amerika Serikat bidang ilmu Teknik Pertanian berkembang sebagai pioneer dalam pengembangan Pertanian dengan landasan ilmu Teknik. Digunakan mesin-mesin Pertanian untuk pengolahan tanah, pemanenan hasil, dan pengolahan pasca panen sejak saat itu, telah secara nyata menggeser pekerja di bidang Pertanian dari sekitar 70% menjadi hanya di bawah 7 % saja dalam rentang waktu 10 tahun dilaksanakannya revolusi industri bidang Pertanian. Dari sini dapat dirunut bahwa sejak semula bidang ilmu Teknik Pertanian adalah Teknik dan bukan Pertanian. Jadi obyek forma dari bidang ilmu Teknik Pertanian adalah Teknik. Sedangkan obyek materia dari bidang ilmu Teknik Pertanian adalah Pertanian. Dalam perkembangannya di Indonesia dikenal dua istilah yang telah dipakai hingga kurun waktu lebih kurang 25 tahun, yaitu bidang ilmu mekanisasi Pertanian dan bidang ilmu keteknikan Pertanian untuk menyebut bidang ilmu Teknik Pertanian ini. Kini telah ada penyergaman untuk menyebut bidang ilmu yang sama ini, yaitu bidang ilmu Teknik Pertanian (agricultural engineering). Di Amerika Serikat dan sebagian besar Eropa, bidang ilmu Teknik Pertanian berada dibawah cabang ilmu Teknik (engineering). Hanya beberapa Negara yang meletakkan bidang ilmu Teknik Pertanian di bawah Pertanian, yaitu di Jepang dan beberapa universitas di Australia. Di Negara kita bidang ilmu Teknik Pertanian berada di bawah Pertanian atau teknologi Pertanian. Biasanya teknologi Pertanian membawahkan tiga bidang ilmu yaitu Teknik Pertanian, teknologi hasil Pertanian dan teknologi industri Pertanian. Masa keemasan bidang Pertanian bias dibilang telah mencapai puncaknya pada era revolusi hijau pada 1980-an, dengan produktivitas Pertanian per luas area produksi mencapai puncaknya dengan ditemukannya pupuk buatan (anorganik), perkembangan ilmu perbenihan (breeding) dan pengendalian hama dan penyakit. Nampaknya penemuan ini sinkron dengan

keberhasilan revolusi industri yang telah mengantarkan masyarakat dari jaman agraris ke jaman industri. Dalam perkembangannya selama tiga decade terakhir masyarakat industrial ini telah digeser perannya oleh kemajuan yang pesat dibidang informasi sehingga muncul pelapisan baru dalam masyarakat dunia kini yaitu masyarakat informasi yang sangan mendominasi kehidupan kita, mau tidak mau, atau suka tidak suka. Perkembangan teknologi informasi ini telah menggeser bidang Pertanian secara umum di dunia menjadi bidang kajian yang kurang popular. Konon di Jepang sekarangtidak lagi dikenal fakultas Pertanian, yang ada adalah bidang ilmu bioproses atau aplikasi biologi (applied biology) Dari paparan ini patut digaris bawahi mengenai posisi bidang ilmu Teknik Pertanian dan keberadaan kita dibawah fakultas Pertanian untuk pengembangan keilmuan kita ini. Pertanyaannya, perlukah kita melakukan repositioning terhadap keberadaan kita. Kalau perlu, kapan waktunya. Pertanyaan berikutnya, ke mana bidang ilmu Teknik Pertanian ini akan dibawa berkenaan dengan perkembangan teknologi informasi mutakhir yang samasama kita lalui. 2. Penataan Jurusan-jurusan di Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi-Perguruan Tinggi di Indonesia umumnya memiliki peringkat relative rendah di banding Perguruan Tinggi Luar Negeri. UI, ITB, IPB, UGM, UNDIP dan lain-lain rata-rata dibawah peringkat ke-34 di PT Asia pada 5 tahun yang lalu. Konon mutu tersebut terus merosot bahkan di bawah PT di Vietnam. Keadaan ini memaksa pemerintah melakukan penataan dengan memberlakukan status BHMN kepada lima universitas terkemuka sejak 3 atau 5 tahun yang lalu. Diikuti dengan rencana pemberlakuan status BHP (Badan Hukum Pendidikan) pada seluruh Universitas dan Perguruan Tinggi di Indonesia pada tahun 2010 yang dituangkan dalam HELTS-2010 oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Salah satu yang menjadi sorotan adalah inefisiensi di PTN. Ketika diberlakukan status BHP yang segalanya harus mandiri menyebabkan PT tersebut akan sulit bersaing, karena segalanya harus disiapkan dan disangga sendiri oleh PT yang bersangkutan. Demi alas an efisiensi inilah Dirjen DIKTI memberi kebijakan untuk tidak membuka fakultas baru hingga

kurun waktu 5 sampai 10 tahun mendatang. Kalau toh akan dibuka fakultas baru maka penyelenggaraannya dan tentu saja anggarannya diserahkan kepada PT yang bersangkutan. Program Studi Teknik Pertanian Unila yang berdiri sejak 1995/1006 pendiriannya berdasarkan rencana induk pengembangan Unila sejak didirikan. Sejak tahun 2000 telah diberikan status Program Studi Setara Jurusan Teknik Pertanian. Pada awal 2005 diajukan usul agar menjadi Jurusan Teknik Pertanian, yang ternyata pengurusannya tidak lagi perlu ke DIKTI di Jakarta, tetapi diserahkan kepada PT setempat (Unila). Dengan demikian persoalan menjadi Jurusan Teknik Pertanian definitive hanyalah soal waktu. Lebih-lebih bila melihat perkembangan kinerja Jurusan Teknik Pertanian dalam lima tahun terakhir yang memperlihatkan peningkatan yang signifikan. Melihat rencana pengembangan Unila ke depan, sebenarnya telah ada rencana pendirian satu fakultas lagi, yaitu Fakultas Teknologi Pertanian, yang dibawahnya akan diselenggarakan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian dan Jurusan Teknik Pertanian, yang sekarang keduanya berada dibawah Fakultas Pertanian. Nampaknya rencana ini akan berbeda dengan rencana DIKTI yang demi efisiensi tidak akan membuka fakultas baru. Rencana pendirian Fakultas Teknologi Pertanian nampaknya harus dikesampingkan dulu, setidaknya mengacu dengan kebijakan DIKTI. Lebih-lebih DIKTI telah pula memberikan arah kebijakan baru bahwa ujung tombak perguruan tinggi adalah Jurusan. Sehingga bagi DIKTI sangat mungkin sebuah Universitas menyelenggarakan kegiatan akademik di Jurusn tertentu langsung di bawah Universitas dan tidak perlu dibawah suatu Fakultas. 3. Kurikulum Teknik Pertanian Kep. Mendiknas No. 232/U/2000 pasal 1 butir 6 menyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi. Dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 butir 19, dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Pengembangan kurikulum pendidikan tinggi diserahkan sepenuhnya kepada perguruan tinggi yang bersangkutan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk setiap program studi (UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 38 ayat 3). Kurukulum pendidikan tinggi yang menjadi dasar penyelenggaraan program studi terdiri atas: (i) kurikulum inti dan (ii) kurikulum institusional (Kep. Mendiknas No. 232/U/2000 pasal 7 ayat 1). Kep. Mendiknas No. 045/U/2002 pasal 1 menyebutkan bahwa kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu. Elemen-elemen kompetensi meliputi (i) penguasaan keilmuan dan ketrampilan, (ii) pengembangan kpribadian, (iii) kemampuan berkarya, (iv) berkehidupan bermasyarakat, dan (v) prilaku berkarya. Kompetensi lulusan dari program studi dapat dikelompokkan menjadi (i) kompetensi utama, (ii) kompetensi pendukung, dan (iii) kompetensi lain. Keterkaitan antara kurikulum inti dan kompetensi utama inilah yang menjadi penciri program studi. Sehingga kurikulum inti diharapkan berlaku secara nasional, sedangkan kurikulum institusional merupakan sejumlah bahan kajian dan pelajaran yang merupakan bagian dari kurukulum pendidikan tinggi yang disusun dengan memperhatikan keadaan dan kebutuhan lingkungan serta cirri khas perguruan tinggi yang bersangkutan. Kurikulum inti dan institusional untuk program sarjana (S-1) terdiri atas (i) kelompok MPK (matakuliah pengembangan kpribadian), (ii) kelompok MKK (matakuliah keilmuan dan ketrampilan), (iii) kelompok MKB (matakuliah keahlian berkarya), (iv) kelompok MPB (matakuliah perilaku berkarya) dan (v) kelompok MBB (matakuliah berkehidupan bermasyarakat). Struktur Kurikulum Struktur Kurikulum menyatakan proporsi berbagai kajian ilmu menjadi satu kesatuan dalam satu program studi. Untuk mengambil contoh salah satu struktur kurikulum yang diselenggarakan jurusan Teknik Pertanian Universitas Gadjah Mada (di bawah Fakultas Teknologi Pertanian) dan jurusan Teknik Pertanian Unila (di bawah fakultas Pertanian) seperti Tabel 1. berikut.

Table 1. Distribusi matakuliah berdasarkan pada substansi kajian Jumlah sks (%) UGM Unila 25 (13.09) 27 (11.44) 26 (13,61) 30 (12.71) 50 (26,16) 61 (25.85)

No 1. 2. 3.

Kelompok substansi Kajian Umum (general) Ilmu-ilmu dasar (basic science) Azas-azas Teknik dan teknologi informasi (basic engineering and information technology) Ilmu Teknik Pertanian (agricultural engineering) Pertanian (agricultural) Lain-lain

4. 5. 6.

90 (47,12) Masuk ke-1 & -2 Masuk ke-1

100 (42.38) 10 (4.24) 8 (3.39)

Nampak bahwa sebaran matakuliah pada Jurusan Teknik Pertanian Unila yang diselenggarakan dibawah Fakultas Pertanian mempunyai beban mata kuliah umum, Pertanian dan lain-lain mencapai 45 sks (20.34%). Sedangkan untuk matakuliah jenis ini di Jurusan Teknik Pertanian UGM yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknologi Pertanian hanya mencapai 25 sks (13.09%). Ini menunjukkan bahwa beban mata kuliah umum lebih banyak diterima mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian dibawah Fakultas Pertanian dari pada dibawah Fakultas Teknologi Pertanian. Dari kuantitasnya mencapai hamper dua kali lipat sks. Dalam hal ilmu-ilmu dasar sebaran matakuliah hamper sama, yaitu mencapai 26 sks dan 30 sks masing-masing di TEP FTP UGM dan TEP Fakultas Pertanian Unila. Nampaknya ini bukan menjadi persoalan atau ada kemiripan kebutuhan matakuliah dasar yang sama. Dalam hal ilmu Teknik dasar dan teknologi informasi meskipun mencapai jumlah sks yang berbeda, tetapi persentasenya relative sama, yaitu sekitar 26 %. Dalam prakteknya ilmu-ilmu Teknik dasar di TEP FTP UGM matakuliahnya diselenggarakan atau bergabung dengan Fakultas Teknik UGM, sedangkan di TEP Fakultas Pertanian Unila diselenggarakan sendiri oleh Jurusan Teknik Pertanian. Sebagai Fakultas, Fakultas Pertanian Unila sangat sedikit kontribusinya terhadap penyelenggaraan perkuliahan di Jurusan TEP, kecuali untuk matakuliah Pertanian umum dan matakuliah lain-lain, yang belum tentu diambil oleh mahasiswa yang bersangkutan kecuali hanya sekitar 608 sks saja. Alasan lebih mendasar

kiranya adalah payung penyelenggaraan jurusan/Program Studi Teknik Pertanian di bawah Fakultas Pertanian setidaknya tidak terlalu tepat bila mengacu kurukulum berdasarkan bidang ilmu yang diselenggarakan.

Anda mungkin juga menyukai