Anda di halaman 1dari 15

Oktavia Wulandari dkk, 

Dugaan Tak Bersalah Terhadap Pidana ...


Wahanisa, Rahmawati Prihastuty
WALISONGO HUKUM REVIEW (WALREV) Vol 02 No 1 April 2020 ║ 17
Review Hukum Walisongo (Walrev), Vol 2 No.1 (2020)
DOI: 10.21580 / Walrev / 2020.2.1.5506
Hak Cipta © 2020 Walisongo Law Review (Walrev)
Asumsi Tidak Bersalah Terhadap Kriminal
Pelanggar di Polisi: Studi Kritis
Oktavia Wulandari 1 , Ali Imron 2 , Briliyan Ernawati 3 , Nazar
Nurdin 4
Afiliasi : Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang
Email : oktavia@gmail.com 1 ; ali.imron@walisongo.ac.id 2 ;
briliyanerna@yahoo.co.id 3 ; nazar@walisongo.ac.id 4
Abstrak
Tujuan dari makalah ini adalah untuk melakukan studi kritis terhadap
penerapan praduga tidak bersalah kepada para pelaku
tindak pidana (tersangka) yang diinvestigasi oleh polisi.
Penerapan prinsip penting untuk dipelajari karena
tersangka tidak boleh dianggap bersalah di hadapan penjahat
tindakan terbukti. Peninjauan kasus ini dilakukan di Kendal
Departemen Kepolisian pada pertengahan 2019-2020. Menulis teks adalah tertulis
dengan pendekatan normatif-empiris. Non-doktrinal
pendekatan dipilih karena dapat dengan jelas memeriksa
penerapan prinsip praduga tidak bersalah dalam
lebih dalam. Oleh karena itu penulis menganggap perlu
periksa dengan cermat penerapan prinsip-prinsip ini di
proses penegakan hukum di tingkat polisi. Hasil
menunjukkan bahwa penerapan asas praduga
kepolosan di Polres Kendal belum maksimal,
karena beberapa aplikasinya diwarnai oleh ancaman dan
tindakan kekerasan. Penerapan yang kurang optimal dari prinsip ini adalah

Halaman 2
Oktavia Wulandari dkk, Dugaan Tak Bersalah Terhadap Pidana ...
Wahanisa, Rahmawati Prihastuty
WALISONGO LAW REVIEW (WALREV) Vol 02 No 1 April 2020 ║ 18
dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya legalitas
pengetahuan tentang tersangka dan ancaman dan tindakan kekerasan yang
tidak dilaporkan. Seperti kita ketahui praduga tak bersalah adalah a
asas fundamental dalam sistem peradilan pidana, dimana a
orang harus diposisikan tidak bersalah sebelum kesalahannya terbukti
pengadilan yang jujur dan terbuka.
[]
Tujuan tugas ini adalah untuk melakukan telaah kritis
atas penerapan asas praduga tak melayani pelaku
tindak pidana (tersangka) yang diselidiki oleh pihak
kepolisian. Pelaksana atas asas tersebut penting dikaji
lantaran tersangka tidak boleh dinasihati sebelum
perbuatan pidananya dibuktikan. Telaah atas kasus ini
dilaksanakan di Kepolisian Resor Kendal pada medio 2019-
2020. Naskah ditulis ditulis dengan pendekatan normatif-
empiris. Pendekatan non-doktrinal dipilih karena dapat
menelaah secara jelas atas penerapan asas praduga
kepolosan ini secara lebih dalam. Oleh karena itu, penulis
memandang perlu menelaah dengan seksama penerapan asas
tersebut dalam proses penegakan hukumnya di tingkat
kepolisian. Hasil penelitian menunjukkan, penerapan asas
praduga tak ahli di Kepolisian Resor Kendal belum
optimal, karena penerapannya diwarnai dengan
ancaman dan tindak kekerasan. Belum optimalnya penerapan
Asas ini dibangun oleh berbagai faktor, diantaranya
pengetahuan hukum para tersangka dan adanya
ancaman beserta tindak kekerasan yang tidak dilaporkan.
Seperti diketahui praduga tidak bersalah adalah asas-asas
fundamental dalam sistem peradilan pidana, dimana seorang
harus diposisikan tidak bertanggung jawab sebelum kesalahannya
terbukti di dalam sebuah peradilan yang jujur dan terbuka.
Kata kunci : praduga tidak bersalah; tersangka; polisi; itu
ancaman kekerasan.
pengantar
Indonesia adalah negara hukum. Negara merdeka yang menjalankan
kewenangan pemerintahannya berdasarkan hukum (Pemerintah RI
1945: Pasal 3). Dalam menjalankan pemerintahan, negara tidak boleh menjalankan
keluar kegiatan berdasarkan kekuasaan tetapi berdasarkan hukum yang memajukan manusia

Halaman 3
Oktavia Wulandari dkk, Dugaan Tak Bersalah Terhadap Pidana ...
Wahanisa, Rahmawati Prihastuty
WALISONGO LAW REVIEW (WALREV) Vol 02 No 1 April 2020 ║ 19
hak, memenuhi semua hak warga negara. Menurut LM Friedman,
hukum merupakan suatu sistem yang berperan dalam masyarakat jika dalam implementasinya
dilengkapi dengan instrumen (Hatta 2009: 12). Hukum sebagai suatu sistem terdiri
dari kombinasi sub-sistem. Menurut Friedman, sub-
sistem yang membentuk adalah struktur, budaya, dan substansi. Ini
tiga unsur menjalankan sistem hukum menurut jalurnya.
Dalam sebuah negara hukum, penegakan hukum juga harus memperhatikan
aspek keadilan, kemanfaatan, dan kepastian (Hatta 2009: 12). Itu
tujuan hukum adalah untuk menciptakan tatanan sosial (legal order). Pemenuhan
dengan tatanan sosial absolut sebagai prasyarat untuk pembentukan sebuah
masyarakat yang tertib. Namun demikian, aspek keadilan dalam Negara Hukum adalah
tidak selalu dikesampingkan. Keadilan sebagai prinsip dasar haruslah
disertai dengan prinsip persamaan di depan hukum dan prinsip
asas praduga tak bersalah (Rukmini 2003: 64).
Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan tindak pidana cenderung meningkat dan
bervariasi. Anggota masyarakat sendiri yang melanggar norma hukum.
Namun, orang yang melanggar tetap memiliki hak untuk membela diri
dari semua tuduhan. Hak untuk mempertahankan diri dalam sistem peradilan ini
disebut praduga tak bersalah (Rukmini 2003: 65). Beberapa hukum
dan peraturan yang mengatur prinsip ini, meliputi: Pasal 3 huruf c tahun
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) 1, Pasal 8 ayat 1
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman 2, Pasal 18
ayat 1 Undang-Undang Nomor 39 1999 tentang Hak Asasi Manusia3 (RI
1999).
Pelaku kejahatan harus ditempatkan pada posisi rakyat
yang memiliki rasa hormat (Harahap 2006: 34). Mereka seharusnya
dihormati sebagai subjek, seperti yang diperiksa. Penjahat seharusnya tidak
'bermerek' bersalah sampai keputusan pengadilan yang memiliki kekuatan permanen.
Anggapan tidak bersalah merupakan hak yang melekat bagi tersangka sebagai a
manusia. Hak ini sama dengan hak untuk menikah,
berpartisipasi dalam pemilu, dan sebagainya (hukum online, 2019).
Adanya dugaan tindakan melawan hukum kemudian hukum
penegak hukum melakukan penyidikan, yaitu upaya mencari dan menemukan
peristiwa yang diduga merupakan tindak pidana. Setelah dituduh

Halaman 4
Oktavia Wulandari dkk, Dugaan Tak Bersalah Terhadap Pidana ...
Wahanisa, Rahmawati Prihastuty
TINJAUAN HUKUM WALISONGO (WALREV) Vol 02 No 1 April 2020 ║ 20
kejahatan ditemukan, kemudian ditingkatkan menjadi investigasi. Setelah
sedang diselidiki, peristiwa kriminal yang dinyatakan selesai itu
kemudian dipindahkan ke tahap penuntutan. Jika bukti mendukung
Tuntutan pidana ini sudah kuat kemudian diajukan ke pengadilan
untuk diadili (Bakhri 2014: 141). Dalam proses ini, aparat penegak hukum
diizinkan untuk melakukan upaya paksa, termasuk: penangkapan; penahanan;
Cari; dan penyitaan (Pemerintah RI 1981). Tapi itu sudah dikonfirmasi
Dalam KUHAP, posisi tersangka adalah sebagai a
subyek. Karena subjeknya, setiap ujian harus diutamakan
Harga diri manusia. Sebagai subjek, tersangka tidak boleh diperlakukan kasar,
bahkan dengan kegiatan berupa upaya paksa.
Dari penerapan prinsip tersebut, penulis menemukan beberapa
hal yang menarik. Temuan penulis, banyak kriminal
pelanggar tidak mendapatkan perlakuan yang baik karena ada jaminan atas
prinsip praduga tidak bersalah. Sumber data yang kami miliki
diperoleh, penerapan prinsip tidak diindahkan dalam
proses di tingkat polisi. Dinyatakan bahwa hampir semua
pelaku tindak pidana diperlakukan tidak adil, dan tidak
diperlakukan sebagai manusia bebas. Tentu, tersangka masih mendapatkan miliknya
hak meskipun dia diduga kuat melakukan tindak pidana
tindakan. Konstitusi menjamin hak-hak dasar setiap warga negara.
Pejabat negara tidak diperbolehkan untuk bertindak sewenang-wenang kepada warganya. Jika
pihak berwenang memenuhi hak tersangka, artinya undang-undang masuk
Indonesia telah memisahkan diri dari hukum kolonial (Agustian 2009: 16).
Berdasarkan ketentuan di atas, tulisan ini membahas lebih lanjut tentang
penerapan praduga tidak bersalah dalam pidana
proses peradilan, khususnya di tingkat penyidikan dan
penyelidikan. Lokus penelitian dilakukan di Kendal
Departemen Kepolisian. Dari rumusan ini ada dua dasar
pertanyaan: pertama, bagaimana pola penerapan asas
praduga tak bersalah bagi tersangka ?; kedua, bagaimana hukum
penegakan hukum terhadap praktik menyimpang dari prinsip
praduga tak bersalah di tingkat polisi?
Penulisan ini menggunakan pendekatan normatif-empiris karena
Kajian merupakan implementasi dari ketentuan hukum yang berlaku di

Halaman 5
Oktavia Wulandari dkk, Dugaan Tak Bersalah Terhadap Pidana ...
Wahanisa, Rahmawati Prihastuty
TINJAUAN HUKUM WALISONGO (WALREV) Vol 02 No 1 April 2020 ║ 21
peristiwa hukum konkret di masyarakat (Abdulkadir 2004: 52). Sesuai dengan
dengan metode ini, penelitian pertama dilakukan dengan menelaah norma,
prinsip-prinsip baik yang terkandung dalam bahan primer atau sekunder.
Untuk memperkuat penulisan dilakukan pula penelitian lapangan,
secara khusus berfokus pada penerapan praduga
tidak bersalah bagi tersangka. Tulisan ini merupakan jenis hukum non doktrinal
penelitian (Wignjosoebroto 2006: 73). Tipe ini dipilih karena
Mereka ingin simpul hukum dilaksanakan, termasuk penegakannya
proses (Baro 2016: 1). Setelah data terkumpul dilakukan analisis data
dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif (Ali 2014: 106) dari yang tersedia
data.
Presumption of Innocence dalam Peradilan Pidana
Sistem
Anggapan tidak bersalah telah dikenal sejak abad ke-11.
Prinsip ini merupakan inti dari realisasi perlindungan
hak asasi Manusia. Rukmini menjelaskan, prinsip ini berarti seseorang
diduga melakukan tindak pidana dianggap tidak bersalah sampai perbuatannya
kesalahan dibuktikan di pengadilan (Rukmini 2003: 244). Seorang terpidana jika, dalam
Dalam prosesnya, ada fakta yang mendukung pemberat berikut ini
keadaan. Prinsip ini jelas diatur oleh sistem peradilan
di Indonesia. Jika penerapan prinsip dipertimbangkan, seseorang
berhak mendapatkan santunan (Husin 2016: 82).
Asas praduga tak bersalah merupakan perwujudan dari
keadilan modern. Dia mengambil alih peran balas dendam melalui negara
institusi. Semua pelanggaran kriminal di komunitas diselesaikan
melalui prosedur yang berlaku (Tahir 2010: 7). Anggapan
kepolosan adalah prinsip untuk melindungi hak-hak warga negara secara adil
proses. Perlindungan hak meliputi: perlindungan dari tindakan sewenang-wenang;
perlindungan dari stigma bersalah; perlindungan dari keadilan tertutup; dan
perlindungan hak untuk membela diri. Jika dilanggar, seseorang memiliki file
hak untuk menerima kompensasi dan rehabilitasi (Rukmini 2003: 172).
Tujuan menerapkan praduga tak bersalah adalah untuk
memberikan pedoman untuk mempromosikan prinsip akumulator,
menempatkan posisi pelaku sebagai subjek (Nurhasan

Halaman 6
Oktavia Wulandari dkk, Dugaan Tak Bersalah Terhadap Pidana ...
Wahanisa, Rahmawati Prihastuty
WALISONGO LAW REVIEW (WALREV) Vol 02 No 1 April 2020 ║ 22
2017: 208). Selain itu, prinsip ini mendorong pengakuan
hak-hak tertentu sebagaimana diatur dalam KUHAP. Itu
dampak penerapan prinsip ini dalam proses terlihat jelas. Seorang penjahat
Peristiwa yang diungkap oleh seorang pejabat hukum harus benar-benar terbukti bersalah.
Hak pembuktian melekat pada penegakan hukum, dan pelakunya
tidak bisa dipaksa untuk mengakui perbuatan yang dilakukan. Dengan kata lain, ini
Prinsip adalah seperti garis penjelas yang mengatur perilaku hukum
penegak hukum. Selain asas ini, ketentuan asas tersebut
persamaan di depan hukum juga berlaku (bersama di depan hukum). Kedua
asas adalah asas fundamental yang didasarkan pada hak asasi manusia.
Sedangkan sistem peradilan pidana atau sistem peradilan pidana adalah a
mekanisme penanggulangan kejahatan berdasarkan sistem. Ini
sistem adalah kewenangan untuk menegakkan hukum atau kekuasaan kehakiman,
yang terbagi menjadi empat: kekuasaan dalam penyidikan; kutipan; percobaan
dan eksekusi, atau eksekusi. Setiap kekuasaan dijalankan oleh yang terpisah
lembaga. KUHAP mengatur detailnya
Penerapan kekuasaan kehakiman ini dalam menghukum dan menegakkan a
keyakinan. Sistem peradilan merupakan satu kesatuan sistem, dari struktural,
substansial, dan sistem budaya. Sistem ini bisa disebut a
kombinasi sistem administrasi, normatif, dan sosial. Dalam nya
implementasi, semua harus dilakukan dengan jujur dan adil.
Dalam memproses peristiwa kriminal, penegak hukum berada di level tersebut
investigasi dan investigasi memiliki peran penting, karena
mereka adalah bagian integral dari sistem kriminal. Pihak berwenang harus
diperinci dalam menuduh orang yang diduga melakukan tindak pidana
bertindak (tersangka). Tersangka5, saat diproses selama penyisihan
sidang, harus ditempatkan secara adil di hadapan hukum. Aparat hukumnya
tidak dibenarkan dalam membenarkan seseorang "karena tindakannya dan
keadaan. "Jika Anda menggunakan istilah tersebut, seolah-olah penyidik mengetahui
tindakan dan keadaan tersangka, meskipun bukti harus
dicari dulu (Hamzah 2008: 67). Dalam menetapkan tersangka,
pihak berwenang harus mengantongi setidaknya satu bukti, keduanya merupakan saksi
pernyataan, pernyataan ahli, dan surat. Jika Anda mendapatkan bukti, a
orang yang sah ditetapkan sebagai orang yang dicurigai
melakukan kejahatan.

Halaman 7
Oktavia Wulandari dkk, Dugaan Tak Bersalah Terhadap Pidana ...
Wahanisa, Rahmawati Prihastuty
WALISONGO LAW REVIEW (WALREV) Vol 02 No 1 April 2020 ║ 23
Meski sudah menjadi tersangka, seseorang tetap memiliki haknya
karena asas praduga tak bersalah dan
persamaan di depan hukum. Prinsip memberikan ilustrasi, a
orang yang dicurigai, dicurigai, atau didakwa melakukan tindak pidana tidak
'dicap' bersalah sebelum diadili. Hak yang melekat meliputi:
mendapatkan pemeriksaan dan menyampaikannya kepada penuntut umum;
diajukan ke pengadilan untuk diadili; mendapatkan informasi tentang tindakan apa
diduga selama pemeriksaan; mendapatkan informasi tentang
tindakan yang dilakukan dan menyiapkan keberatan; memberikan informasi secara bebas
baik ketika diinvestigasi, dituntut dan dalam sidang pengadilan; Dapatkan
bantuan penerjemah; mendapatkan bantuan hukum; memilih penasihat hukum; mendapatkan
pemeriksaan dokter; memberi tahu informasi kriminal kepada keluarga;
menerima kunjungan; mengirim dan menerima surat; dapatkan uji coba yang terbuka untuk
masyarakat; menyerahkan saksi; tidak dibebani bukti kewajiban;
dan mendapatkan kompensasi dan rehabilitasi jika proses tidak berjalan
sesuai atau bertentangan dengan hukum (Pemerintah RI 1981: Pasal 58-60).
Hak inheren ini merupakan bagian dari perlindungan hukum untuk mendukung
penerapan asas praduga tak bersalah dalam
sistem keadilan kriminal.
Penerapan Presumption of Innocence di kepolisian
Penerapan praduga tidak bersalah dalam pidana
Sistem peradilan membuktikan bahwa negara Indonesia berlandaskan hukum.
Berbicara tentang aplikasi sama dengan membahas prinsip ini dalam
sistem peradilan di Indonesia, mulai dari penyidikan hingga penjara.
Namun demikian, fokus makalah ini adalah pada tingkat investigasi dan
investigasi yang dilakukan oleh polisi. Penerapan ini
prinsip tidak dimaksimalkan bukan karena aturan, tapi karena budaya
penegakan hukum.
Penerapan prinsip di kepolisian, khususnya di
Polres Kendal, lokasi penelitian, tidak ideal
mencerminkan penerapan prinsip fundamental ini. Aplikasi
prinsip tersebut belum sepenuhnya sesuai dengan hukum yang berlaku
dan regulasi, terutama pada frase 'dianggap bersalah'. Sebagai peraturan
hukum yang menggunakan asas ini, orang yang diduga melakukan a
kejahatan tidak diperlakukan sebagai orang yang bersalah, bahkan jika orang tersebut ditangkap

Halaman 8
Oktavia Wulandari dkk, Dugaan Tak Bersalah Terhadap Pidana ...
Wahanisa, Rahmawati Prihastuty
WALISONGO LAW REVIEW (WALREV) Vol 02 No 1 April 2020 ║ 24
dan menjalani proses pemenjaraan fisik. Semua harus menghormati
hak asasi manusia yang melekat pada diri orang yang merdeka (Seno Adji
1981: 251). Asas praduga tak bersalah adalah yang utama
prinsip dalam sistem peradilan pidana yang terbuka dan adil. Ini
prinsip memberikan perlindungan bagi seseorang yang diperbolehkan untuk bertindak
semena-mena. Prinsip ini memberi keleluasaan bagi seseorang
dicurigai mampu membela diri (Reskodiputro 1994: 36).
Dalam proses di kepolisian, pemeriksaan terhadap seseorang dicurigai
melalui beberapa pola. Jika seseorang tertangkap basah melakukan perbuatan yang diduga
melakukan tindak pidana, segera dilakukan penyidikan. Jika
tidak, maka proses penanganannya melalui pengaduan atau pelaporan
stan. Dalam pola kedua ini, petugas tidak dapat memulai dengan
investigasi (menentukan tersangka), tetapi pertama-tama dimulai dari
mencari peristiwa kriminal atau investigasi (Wawancara dengan
Cristian, 2020).
Jika ada laporan atau keluhan, petugas akan memverifikasi laporan tersebut oleh
mengklarifikasi kepada pelapor. Setelah semua kelas, maka lanjutkan dengan
proses administrasi atau pengajuan untuk kepentingan pencarian a
acara atau investigasi kriminal. Dalam proses ini, atau setelahnya
administrasi selesai, akan dilanjutkan dengan pemanggilan
dilaporkan dengan mengirimkan surat panggilan untuk dimintai keterangan.
Setelah proses ini, atau ketika semua informasi diperoleh dari
proses investigasi dinyatakan lengkap atau memenuhi persyaratan
untuk tindak pidana tidak langsung dibawa ke pidana
domain. Prosesnya dimulai dengan mediasi, atau diselesaikan secara damai atau
memilih untuk melanjutkan ke jalur hukum. Jika mediasi gagal, itu berarti
kasus pelaporan berlanjut ke meja hukum. Dalam proses inilah
polisi melakukan proses judul kasus. Dalam judul kasus, semua kepala unit adalah
dikumpulkan, didampingi oleh polisi pengawas untuk memastikan pelaporan itu
dapat dinaikkan di tingkat investigasi atau tidak. Setelah judul kasus, file
kasus diangkat ke tahap investigasi, atau penentuan
seseorang yang diduga melakukan tindak pidana atau tersangka (Wawancara dengan
Cristian, 2020).

Halaman 9
Oktavia Wulandari dkk, Dugaan Tak Bersalah Terhadap Pidana ...
Wahanisa, Rahmawati Prihastuty
WALISONGO LAW REVIEW (WALREV) Vol 02 No 1 April 2020 ║ 25
Terkait penerapan asas praduga
kepolosan dijawab oleh petugas polisi sesuai dengan
ketentuan. Itu berdasarkan hasil wawancara penulis
dengan beberapa anggota Kepolisian Daerah Kendal. Petugas
telah memberikan semua hak yang melekat kepada tersangka, mulai penangkapan
yang tidak disertai kekerasan atau tindakan lain sampai ada a
keputusan pengadilan. Penangkapan dengan kekerasan hanya dilakukan saat
tersangka melawan (Wawancara dengan Pamungkas, 2019). Proses dari
memilih penasihat hukum juga diberikan secara bebas, apakah akan dipilih
diri Anda sendiri atau untuk memilih penasihat hukum yang disediakan. Dalam tindak pidana itu
melebihi ancaman hukuman 5 tahun harus disertai dengan a
penasihat hukum. Penasihat hukum mendampingi untuk memastikan hak-hak
tersangka dalam pemeriksaan tidak dilanggar. Jika dirasa ada pelanggaran, maka
tersangka atau penasihat hukum berhak melapor kepada profesinya dan
keamanan ( propam ) di departemen kepolisian. Dia menekankan itu
penyidik bekerja secara profesional, dan memiliki etika yang baik (Interview
dengan Pamungkas, 2019).
Untuk mempercepat penanganan kasus tersebut, diduga ada seseorang
dibiarkan ditahan selama 20 hari. Jika masih ada kesulitan, ya
juga diberi waktu 40 hari untuk mengumpulkan semua bukti awal. Jika
selesai, serahkan ke penuntut umum sampai diumumkan
lengkap atau P21. Secara spesifik Pamungkas (2019) mengatakan itu
penyidik menjamin sepenuhnya hak-hak tersangka. Tindakan itu
standar pemeriksaan operasional jaminan diambil oleh polisi,
yaitu mempersiapkan penyidik dan asisten yang kompeten
peneliti; keberadaan supervisor penyidik ( wasdik )
yang bertugas mengawasi disiplin dan kinerja PT
penyidik dan asisten penyidik dalam penyidikan
proses; dan melibatkan profesi dan keamanan ( propam ) di dalamnya
pengawasan. Keterlibatan propam dilakukan agar bila ada
penyimpangan prinsip praduga tidak bersalah
tersangka, pihak propam bisa segera mengevaluasi petugas terkait,
dan kasusnya akan berlanjut.
Sumber didapat dari Polres Kendal juga di
rata-rata mengatakan penerapan prinsip ini telah dijalankan sepenuhnya

Halaman 10
Oktavia Wulandari dkk, Dugaan Tak Bersalah Terhadap Pidana ...
Wahanisa, Rahmawati Prihastuty
WALISONGO LAW REVIEW (WALREV) Vol 02 No 1 April 2020 ║ 26
di luar. Menurut Christian (2020), penerapan prinsip
praduga tak bersalah di tingkat investigasi dan
investigasi selalu dilakukan terhadap terlapor atau tersangka kriminal. "Kita
penyidik memiliki teknik dalam penyidikan dan hak tersangka, kami
selalu penuhi mereka. Meski terkadang pertanyaan dari
penyidik agak kasar, sehingga tersangka mau mengaku
apa yang telah dia lakukan. Terkadang, kami melakukan wawancara untuk waktu yang lama, tetapi
tersangka terkadang tidak mau mengaku meskipun kita punya
sudah mendapatkan bukti, "(Wawancara dengan Cristian, 2020).
Penerapan prinsip ini dikatakan telah dilakukan
dengan benar oleh penyidik. Namun, dia tidak bisa menjamin
penerapan prinsip ini ke bidang lain, misalnya ketika seseorang
dalam penahanan sementara. Jika ada petugas yang melakukan tindakan
yang dianggap tidak menyenangkan, itu tidak termasuk dalam otoritas
penyidik. Petugas tidak menyangkal dalam keadaan darurat, misalnya a
keramaian, terkadang petugas kesulitan mengawasi seseorang yang ada
dicurigai, maka beberapa tindakan dianggap sebagai tindakan kasar. Ini
Sehingga dipicu oleh perbedaan pemahaman antar petugas di
menghormati hak tersangka. Jadi, dia mempertimbangkan penerapan
prinsip ini telah berjalan dengan baik, dan hanya sedikit bagian yang kurang. Jika
tersangka merasa diperlakukan kasar, maka mereka bebas melapor ke
propam agar petugas yang bertugas menjaga dapat dievaluasi
(Wawancara dengan Cristian, 2020). Tapi Cristian menolak menjelaskan bagaimana caranya
prosedur penanganan.
Seperti informasi sebelumnya, Cristian mengatakan jika penerapan
prinsipnya berjalan dengan baik. Tersangka yang diduga melakukan kejahatan di
yang ancaman pidana lebih dari lima tahun harus disertai
oleh penasihat hukum. Polisi meminta ini jika tersangka tidak mau
untuk ditunjuk sebagai penasihat hukum untuk memberikan bantuan. Penasihat hukum di
kedudukan mendampingi tersangka sehingga hak yang melekat dapat
diperoleh dengan benar, serta memastikan tidak ada prosedural
kesalahan dalam prosesnya.
Sedangkan sumber informasi di bagian propam menguat
pendapat penyidik. Sumber kami mengatakan bahwa penerapan
asas praduga tak bersalah adalah sesuatu yang harus ada

Halaman 11
Oktavia Wulandari dkk, Dugaan Tak Bersalah Terhadap Pidana ...
Wahanisa, Rahmawati Prihastuty
WALISONGO LAW REVIEW (WALREV) Vol 02 No 1 April 2020 ║ 27
dipenuhi saat menyelidiki atau menyelidiki. Menurut Supriyanto
(2020), meterai bersalah tidak berhak disematkan di hadapan pengadilan
berkuasa. Hak inheren harus dipenuhi oleh petugas. Jika memang masuk
proses ada pelanggaran terhadap prinsip ini, maka pihaknya,
propam , akan melakukan penanganan internal. Penanganan internal ini telah
memiliki kode etik profesi bagi anggota
Kepolisian Indonesia. Lebih jelasnya, penanganan kode
etika diatur dalam Peraturan Kapolri (Perkap) No.14
Tahun 2011 tentang Kode Kepolisian Negara Republik Indonesia
Etika dan Peraturan Kepala Kepolisian Negara (Perkap) No. 19 Tahun
2012 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Prosedur Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia
Komisi.
Menjamin terpenuhinya hak-hak tersangka untuk menghindari
praktek penyimpangan, polisi melakukan pengawasan di
proses pemeriksaan tersangka. Pengawasan dilakukan selama
proses penyidikan oleh penyidik diawasi oleh wasdik
(penyelia penyidik). Karena proses izinnya, ya
menyatakan, sejauh ini tidak ada laporan buruk terkait pelanggaran
prinsip ini ke partai propam . "Praktek penyimpangan atau
pelanggaran prinsip praduga tidak bersalah tidak
dibenarkan. Jika seorang petugas polisi terbukti melakukan pelanggaran
terhadap tersangka di Polres Kendal, petugas atau
aparat harus diproses melalui audiensi polisi
kode etik profesi dan pengenaan sanksi yang dimilikinya
diatur dalam Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011
tentang Kode Etik Profesi Polri. "
Dalam peraturan ini khususnya pasal 20 disebutkan bahwa setiap
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diduga melanggar
kewajiban dan / atau larangan setelah dinyatakan sebagai pelanggar
memeriksa dan menerima keputusan melalui Sidang KEPP. Itu
sanksi pelanggaran KEPP terhadap pelaku Pasal 20 adalah
dalam bentuk perilaku pelanggar dinyatakan sebagai tindakan tercela; itu
kewajiban pelaku untuk meminta maaf secara lisan sebelum sidang KKEP
dan / atau secara tertulis kepada pimpinan Polri dan korban luka

Halaman 12
Oktavia Wulandari dkk, Dugaan Tak Bersalah Terhadap Pidana ...
Wahanisa, Rahmawati Prihastuty
Walisongo HUKUM REVIEW (WALREV) Vol 02 No 1 April 2020 ║ 28
pesta; kewajiban pelaku untuk mengikuti perkembangan mental
tentang kepribadian, kejiwaan, agama dan pengetahuan profesional, di
minimal satu (1) minggu dan maksimal satu bulan; ditransfer ke a
posisi berbeda yang merupakan Demosi selama setidaknya satu tahun;
ditransfer ke fungsi lain yaitu Demosi untuk setidaknya satu
tahun; dipindahkan ke area berbeda yang merupakan Demosi untuk setidaknya satu
tahun; dan / atau pemberhentian tidak hormat (PTDH) sebagai anggota
Polri (Polri, 2011).
Dari informasi dari berbagai sumber dapat disimpulkan bahwa
penegakan hukum terhadap penyimpangan atau pelanggaran prinsip
praduga tidak bersalah akan diproses secara internal oleh
polisi, dalam hal ini, Propam . Evaluasi internal yang dimaksud adalah
kode etik polisi jika ada laporan penyimpangan di
praduga tidak bersalah terkait dengan disiplin atau perilaku
pejabat dan kode etik atau kinerja petugas. Jika ada
bukti yang cukup bahwa terdapat tindak pidana terhadap tersangka,
maka petugas yang melakukan pelanggaran bisa dituntut
menurut hukum pidana. Jika tidak ada cukup bukti, itu bisa
diproses pada sidang Kode Profesi Polri
etika dan kemudian dikenakan sanksi administratif sebagaimana tersebut
atas.
Berbeda dengan polisi, mantan narapidana yang diproses di pengadilan
mengeluh tentang perlakuan yang tidak tepat yang diterima selama
proses di polisi. Ia menganggap penerapan prinsip
praduga tak bersalah tidak utuh, karena masih menyertai
dengan ancaman dan tindakan kekerasan. Sumber penulis di inisial
DP Kendal mengaku diperlakukan kasar oleh petugas. Sumber kami
Diakui, selama penahanan selama 40 hari saat penyidikan
telah menerima pekerjaan push-up untuk mendapatkan perlakuan yang kasar. Kami yang lain
Sumber, berinisial R, tidak bisa membagi pengalamannya karena selama
wawancara menunggu petugas. R tidak bebas untuk mengatakan apa yang akan dia lakukan
melalui. Namun demikian, dia menemukan dalam proses wawancara dengan R, dia
tidak didampingi oleh seorang pengacara. Hal itu dimungkinkan karena tindak pidana
tergolong kategori ringan yaitu pencurian rokok dimana
ancaman hukumannya kurang dari lima tahun.

Halaman 13
Oktavia Wulandari dkk, Dugaan Tak Bersalah Terhadap Pidana ...
Wahanisa, Rahmawati Prihastuty
WALISONGO LAW REVIEW (WALREV) Vol 02 No 1 April 2020 ║ 29
Penulis juga mendapatkan pengalaman empiris dari mantan narapidana yang
berurusan dengan polisi. Sumber kami adalah inisial H yang ditahan
2013, inisial SA ditahan tahun 2012, inisial GS tahun 2016, dan
berinisial AR pada 2015. Berbeda dengan pernyataan polisi, mantan
narapidana menjelaskan secara rinci bahwa rata-rata yang telah
ditahan di kantor polisi diperlakukan sewenang-wenang. Beberapa dirawat
kira-kira dengan dipukul di beberapa bagian tubuh. Sumber kami memiliki H
juga merasakan pukulan dari petugas di wajah (Wawancara dengan H, 2019).
Sumber kami menjelaskan bahwa perlakuan kasar itu tidak didapat dari
waktu penyelidikan, tetapi dari penjaga penjara yang ada
rata-rata muda. “Yang sering dipukul biasanya sama maling. Saat itu
kali saya melihat masih banyak yang 'dipukuli' (wawancara
dengan H, 2019).
Berbeda dengan H, SA yang ditahan karena tindak pidana judi di
Tahun 2012 tak terasa aksi berlebihan. Dia dan tahanan lainnya tertipu
dengan berdiri cukup lama, sebagian lainnya berjalan dengan cara berjongkok. Itu
Hukuman itu didapat karena seseorang kedapatan merokok di penjara
(Wawancara dengan SA, 2020). Berbeda dengan SA, GS yang tertangkap
sepeda motor mencuri tangan oleh warga kemudian dijemput
polisi untuk dibawa ke polisi. GS mengklaim telah dirawat
tetapi tidak dari petugas, melainkan diperlakukan dengan kasar dari
sesama narapidana (Wawancara dengan GS, 2020). Sumber kami yang lain, AR,
2015 mengalami perlakuan berbeda. Seseorang ditangkap karena
Tuduhan judi tahun 2015 ini terpaksa harus diakuinya
melakukan tindak pidana. Dia menepis tudingan itu, bahwa dia
pergi ke lokasi toko mie ayam (lokasi judi) ke
cari makan, bukan main judi. AR mengklaim bahwa dia pernah
ditahan sepanjang malam dan diancam serta dianiaya karena dia
dipukul rotan di punggung. Dia dirawat karena dipaksa
untuk mengaku berjudi. Saat itu, dalam proses pemeriksaan
petugas, dia mengaku tidak didampingi penasehat hukum.
(Wawancara dengan AR, 2020).
Untuk memperoleh informasi tentang penerapan asas ini dalam bukunya
Secara keseluruhan, penulis juga meminta penyerangan dari penasehat hukum, dalam hal ini
dari Lembaga Bantuan Hukum Putra Nusantara. Itu dijelaskan dari

Halaman 14
Oktavia Wulandari dkk, Dugaan Tak Bersalah Terhadap Pidana ...
Wahanisa, Rahmawati Prihastuty
TINJAUAN HUKUM WALISONGO (WALREV) Vol 02 No 1 April 2020 ║ 30
LBH ini, yang pihaknya tidak pernah memberikan pendampingan kepada tersangka,
tidak dalam kasus kejahatan umum (IDP) yang memiliki hukuman ringan. LBH itu
hanya diminta membantu tersangka dalam tindak pidana tertentu seperti
narkotika karena mereka masuk dengan ancaman hukuman yang tinggi
(Wawancara Noviandry, 2020). Dia mengatakan prinsip praduga
kepolosan tidak sepenuhnya utuh karena kurangnya bantuan
dari penasihat hukum. Mengenai perlakuan kasar, LBH lain
perwakilannya, Kristianto menjelaskan, pelanggaran prinsip adalah
umum, tetapi praktiknya sulit untuk diungkap. Karena
kesulitan pengungkapan, dia bahkan mengatakan itu selama pendampingan
dari tindak pidana umum, pihaknya tidak pernah menerima laporan
dari klien tentang tindak kekerasan atau ancaman kekerasan. Tapi dia melakukannya
Tak dipungkiri jika para tersangka pun lebih cenderung diam simpan
pengalaman mereka daripada melaporkan kejadian tersebut ke pihak lain
(Wawancara dengan Kritanto, 2020).
Penegakan Penyimpangan Asumsi
Kepolosan
Penyimpangan dari prinsip praduga tidak bersalah
sering terjadi. Penyimpangan itu sendiri merupakan perbuatan individu atau bersama yang dilakukan
di luar aturan yang seharusnya. Penulis menemukan sejumlah
penyimpangan dalam proses pemeriksaan di tingkat kepolisian yaitu a
fragmen dari sistem peradilan pidana. Pada level ini, khususnya di
kasus penyidikan, para tersangka menjadi sorotan karena mereka
rentan terhadap penyalahgunaan prinsip.
Beberapa sumber yang penulis temui menyebutkan, penegakan hukum di PT
level tersebut masih menyisakan beberapa perilaku yang tidak semestinya dilakukan.
Ini kemudian menjadi menarik karena target korbannya kecil
orang yang melakukan pelanggaran kejahatan umum. Rata-rata mereka yang
diperlakukan dengan kasar adalah mereka yang tidak mengakui tindak pidana tersebut
dilakukan, atau tidak sesuai dengan keinginan pihak berwenang. Dari
Dari data yang terkumpul, praktik buruk masih terjadi di tingkat polisi, dan itu
dilakukan tidak hanya oleh pihak berwenang tetapi oleh tahanan lain. Kekerasan
dalam proses penanganan kejahatan tidak harus dibenarkan secara hukum
karena menjamin hak tersangka.

Halaman 15
Oktavia Wulandari dkk, Dugaan Tak Bersalah Terhadap Pidana ...
Wahanisa, Rahmawati Prihastuty
TINJAUAN HUKUM WALISONGO (WALREV) Vol 02 No 1 April 2020 ║ 31
Namun, masih ada sumber yang menyebut sejumlah petugas
yang melanggar prinsip ini meskipun dijamin oleh
konstitusi. Berdasarkan penelitian, tindak kekerasan dialami oleh
tersangka, atau mantan narapidana yang sebelumnya ditahan, baik
yang dilakukan oleh pejabat atau pihak lain menunjukkan tindakan yang menyimpang. Ini
tindakan tersebut dapat dikategorikan sebagai kekerasan atau penyiksaan yang bersifat fisik dan
secara psikologis mempengaruhi tersangka. Menurut Pamungkas (2020),
segala bentuk penyimpangan harus dilaporkan agar petugas masuk
muatan dapat dievaluasi oleh propam atau divisi provos , sedangkan
kasus dilanjutkan dengan petugas lainnya. Ini juga dikuatkan oleh
Supriyanto (2019) yang menyampaikan asas praduga
tidak bersalah adalah prinsip yang melekat pada tersangka dan seharusnya tidak
dilanggar oleh siapapun sebelum ada keputusan.
Oleh karena itu, tidak dibenarkan jika hak yang melekat pada seseorang itu ada
dilanggar oleh orang lain, apalagi diambil oleh petugas. Kapan
kekerasan terjadi, propam harus bisa bertindak tanpa harus menunggu
untuk pelaporan. Supriyanto melanjutkan, bahwa penerapan
asas praduga tak bersalah harus dikedepankan.
Menurut penulis, penegakan hukum pada praktik
penyimpangan dari prinsip ini masih kurang efisien, karena masih ada
masih pengakuan atas tindakan sewenang-wenang yang diambil oleh pihak berwenang. Itu masih
sering terjadi karena pengawasan yang lemah.
Polisi pengawas tidak bisa bertindak jika tidak ada laporan.
Oleh karena itu, propam tidak dapat bertindak terhadap anggota yang dicurigai
melakukan penyimpangan. Propam harus bisa menjamin itu
para petugas yang bertugas tidak melebihi batas sehingga hak-hak tersebut
tersangka tidak dilanggar. Penulis mempertimbangkan penegakan
asas praduga tak bersalah di kepolisian masih belum
efektif, karena tidak semua petugas dari berbagai unit bertanggung jawab
untuk tugas dan wewenang yang diberikan oleh hukum. walaupun
pihak berwenang menjelaskan bahwa mereka tidak pernah melanggar prinsip ini
rata-rata tersangka atau mantan narapidana mengakui atau masih melihat tindak kekerasan
sering terjadi. Jika masih ada kekerasan terhadap tersangka, itu
Artinya masih ada penyimpangan dari praduga
kepolosan.

Halaman 16
Oktavia Wulandari dkk, Dugaan Tak Bersalah Terhadap Pidana ...
Wahanisa, Rahmawati Prihastuty
TINJAUAN HUKUM WALISONGO (WALREV) Vol 02 No 1 April 2020 ║ 32
Tindakan kekerasan ini tentu saja merugikan proses penegakan hukum
di Indonesia yang seharusnya menjalankan tugas dan
tanggung jawab serta kewenangannya untuk menjalankan hukum di
sesuai dengan koridornya untuk pencapaian keadilan. Hukum adalah
aturan untuk mengatur masyarakat. Karena itu, hukum harus bisa mengikuti
irama pembangunan masyarakat, bahkan hukum harus mampu
mengarahkan dan mendorong perkembangan masyarakat secara lebih tepat dan
dengan cara yang terkendali. Salah satu faktor yang mempengaruhi penegakan hukum adalah
adanya kesadaran hukum masyarakat. Kesadaran hukum ini berperan sebagai
peran penting dalam penegakan hukum di kepolisian. Semakin lemah levelnya
kesadaran publik, kepatuhan hukum semakin lemah.
Sebaliknya, semakin kuat kesadaran hukumnya, semakin kuat hukumnya
faktor kepatuhan.
Berbagai pelanggaran hukum yang terjadi merupakan imbas dari
kurangnya kesadaran hukum di masyarakat. Sehingga proses pembangunan
dan efektivitas hukum dapat dirasakan langsung oleh masyarakat itu sendiri.
Kesadaran hukum publik merupakan rangkaian proses yang terjadi secara bertahap.
Semakin berkembang pemikiran suatu masyarakat, semakin tinggi hukumnya
kesadaran.
Kesadaran hukum dimulai dari pemikiran masyarakat untuk menciptakan perdamaian
dan hidup aman. Itu bisa dilakukan dengan baik jika komunitas memiliki level tinggi
kesadaran hukum. Kesadaran hukum masyarakat sangat berpengaruh dalam bidang hukum
kepatuhan, baik langsung maupun tidak langsung. Di masyarakat maju,
orang yang mentaati hukum karena mereka menyadari bahwa perlu hukum
dan hukum memiliki tujuan yang baik untuk mengatur masyarakat dengan baik, benar,
dan adil.
Berbeda dengan masyarakat tradisional yang memiliki kesadaran hukum masyarakat
efek tidak langsung pada kepatuhan hukum. Dalam hal ini, mereka mematuhi hukum,
bukan karena keyakinan langsung mereka bahwa hukum itu baik, atau karena mereka
benar-benar membutuhkan hukum, tetapi mereka lebih mematuhi hukum karena memang begitu
diminta, bahkan dipaksa oleh pemimpinnya.
Begitu pula dengan kesadaran hukum masyarakat di wilayah hukum Kendal,
yang bisa dikatakan minim. Faktor geografis tempat orang
tinggal di pedesaan menyebabkan kurangnya pengetahuan tentang hukum dan hukum
Halaman 17
Oktavia Wulandari dkk, Dugaan Tak Bersalah Terhadap Pidana ...
Wahanisa, Rahmawati Prihastuty
TINJAUAN HUKUM WALISONGO (WALREV) Vol 02 No 1 April 2020 ║ 33
dampak dari kurangnya kesadaran hukum masyarakat. Ini terbukti kapan
ada pengakuan atas kekerasan yang dialami tetapi
masyarakat lebih memilih untuk diam dan menerima kenyataan yang ada,
meski hak asasi mereka dilanggar. Semoga hukum pepatah
tumpul ke atas, tajam di bawah masih bisa dibuktikan kalau tidak disertai
kesadaran yang berkualitas. Hukum dan peraturan digunakan sebagai aksesori
dalam penegakan hukum. Seharusnya, penegakan hukum bisa mencerminkan
perasaan atau nilai keadilan yang hidup dalam komunitasnya. Jadi bisa
Disimpulkan, penegakan hukum di tingkat kepolisian dalam upayanya
melindungi prinsip praduga tak bersalah masih sering
menyimpang dari yang seharusnya.
Studi Kritis
Berdasarkan data sebelumnya, penulis kembali memperhatikan tentang
praktek pelanggaran prinsip ini, karena tindakan sewenang-wenang,
baik dalam bentuk paksaan untuk mengakui atau dengan peristiwa kriminal
ancaman dan tindak kekerasan terhadap tersangka atau mantan narapidana yang merupakan
sumber penelitian. Penulis menelaah pengertian ini
prinsip oleh petugas tidak merata. Ada petugas di
unit tertentu yang berpengalaman dan memberikan hak untuk tersangka, tapi
di bagian lain, karena satu dan lain hal, melakukan kekerasan karena
mereka dianggap melakukan kejahatan. Ini tentu tidak
dibenarkan untuk alasan apapun sebelum pengadilan memutuskan kesalahannya
kekuatan hukum tetap.
Penyimpangan lain yang ditemukan adalah tindak kekerasan karena tidak ada
bantuan dari penasehat hukum. Seseorang yang dicurigai memiliki hak
didampingi oleh penasehat hukum seharusnya tidak memiliki hak
dilanggar. Namun, salah satu sumber penelitian mengatakan bahwa dia diberi perlakuan kasar
pengobatan karena tidak mengakui perbuatannya. Selain itu, dia juga tidak bisa
mempertahankan dalil tersebut karena tidak dibarengi dengan hukum
nasihat. Sesuai dengan peraturan, proses pemeriksaan
tersangka harus selalu memperhatikan hak-hak tersangka sebagai
diatur dalam KUHAP Pasal 52, yang berbunyi bahwa “The
tersangka / terdakwa berhak memberikan informasi secara bebas baik kepada
penyidik di tingkat penyidikan dan hakim di

Halaman 18
Oktavia Wulandari dkk, Dugaan Tak Bersalah Terhadap Pidana ...
Wahanisa, Rahmawati Prihastuty
TINJAUAN HUKUM WALISONGO (WALREV) Vol 02 No 1 April 2020 ║ 34
proses pemeriksaan di persidangan. Namun, dalam praktiknya, ini
aturan belum sepenuhnya dieksplorasi.
Penyimpangan lain yang ditemukan yaitu adanya pemerasan.
Sumber kami melaporkan bahwa tindakan kekerasan akan dihentikan jika dalam praktiknya
narapidana memberi penghormatan kepada petugas. Tahanan yang lebih banyak
mapan secara ekonomi akan lebih bebas dari bayang-bayang kekerasan,
sedangkan narapidana yang secara ekonomi lemah akan mengalami ancaman
kekerasan. Tetapi informasi seperti ini membutuhkan bukti yang lebih konkret,
dan bukan sekedar pengalaman empiris agar tidak menimbulkan fitnah hukum
pelaksanaan. Jika hal ini sering terjadi, maka sangat disayangkan jika terjadi sesuatu
seperti ini masih dianggap hal biasa.
Temuan lainnya adalah ketidaksepakatan pengetahuan tentang
penerapan prinsip praduga tidak bersalah dari
hasil wawancara dan observasi di lapangan. Sumber polisi mengatakan
penerapan praduga tak bersalah sesuai dengan
hukum. Di sisi lain, prinsip tersebut dirugikan oleh polisi
petugas di unit lain. Ini dipicu oleh jumlah tugas dan
berfungsi di setiap unit sehingga memahami prinsip
praduga tak bersalah masih belum optimal. Meski dalam prosesnya
memeriksa dan menyelidiki penerapan prinsip ini,
Prioritas selalu diutamakan, namun di sisi lain tetap saja dirugikan
oleh beberapa anggota polisi yang masih melakukan tindak kekerasan.
Hal tersebut membuktikan bahwa penerapan prinsip tersebut masih belum sepenuhnya
dioptimalkan.
Temuan lain dari wawancara dengan sumber polisi mengatakan itu masing-masing
tersangka didampingi oleh seorang advokat. Namun dalam penerapannya, file
Penulis tidak menemukan bantuan atau bantuan hukum dari advokat
tersangka. Dapat dikatakan, bahwa undang-undang yang mengatur tentang
praduga tidak bersalah hanyalah formalitas, tetapi sebenarnya tidak
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Mengutip Lawrence Friedman, sukses
atau kegagalan penegakan hukum tergantung pada substansi hukum,
struktur hukum / lembaga hukum, dan budaya hukum. Penulis merasa
kelembagaan hukum yang disebut Friedman belum maksimal
diimplementasikan.

Halaman 19
Oktavia Wulandari dkk, Dugaan Tak Bersalah Terhadap Pidana ...
Wahanisa, Rahmawati Prihastuty
TINJAUAN HUKUM WALISONGO (WALREV) Vol 02 No 1 April 2020 ║ 35
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka
kesimpulan berikut bisa ditarik. Pertama, penerapan
asas praduga tak bersalah belum optimal
diterapkan di tingkat kepolisian, khususnya di Polres Kendal
Departemen. Penerapan yang kurang optimal dari prinsip ini terbukti
dengan terus adanya ancaman kekerasan, tidak adanya penasihat hukum untuk
para tersangka. Padahal, ancaman kekerasan fisik selama
investigasi masih mewarnai pelanggaran prinsip ini. Ini
Pengakuan dari sumbernya secara empiris membuktikan bahwa
Penerapan prinsip ini belum optimal di Indonesia
masyarakat.
Kedua, penegakan hukum terhadap praktik penyelewengan
asas praduga tak bersalah di Polres Kendal
Departemen memang diatur dalam Perkap No.14 Tahun 2011
tentang Kode Etik dan Perkap No. 19 Tahun 2012 tentang
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kode
Komisi Etika. Dalam regulasi, jika ada penyimpangan dari
disiplin kinerja anggota terkait dengan anggapan
tidak bersalah, pihak yang bertanggung jawab untuk menangani adalah p ropam , yang akan
melanjutkan melalui sidang kode etik. Namun, ini
penegakan hukum masih dilakukan karena kurangnya laporan yang masuk.
[w]
Dicatat
1. KUHAP angka 3 huruf c, yaitu: “Setiap orang yang disangka,
ditangkap, ditahan, dituntut, dan atau di hadapan pengadilan harus
dianggap tidak bersalah sampai putusan pengadilan menyatakan kesalahannya dan
memperoleh kekuatan hukum permanen. "
2. Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Peradilan
Kekuasaan, yang menyatakan bahwa: "Setiap orang yang dicurigai, ditangkap,
ditahan, dituntut atau dikonfrontasi di depan pengadilan harus
dianggap tidak bersalah sebelum putusan pengadilan menyatakan bersalah dan telah
memperoleh kekuatan hukum permanen. "

Halaman 20
Oktavia Wulandari dkk, Dugaan Tak Bersalah Terhadap Pidana ...
Wahanisa, Rahmawati Prihastuty
WALISONGO LAW REVIEW (WALREV) Vol 02 No 1 April 2020 ║ 36
3. Dalam ketentuan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, menyatakan bahwa: "Setiap orang yang ditangkap,
ditahan, dan diadili karena mereka dicurigai
melakukan tindak pidana berhak untuk diduga
tidak bersalah sampai terbukti bersalah di pengadilan dan diberikan semua hukum
jaminan yang dibutuhkan untuk pembelaannya, sesuai dengan undang-undang
ketentuan "
4. Pasal 1 angka 2 KUHAP mengatur bahwa
"Investigasi adalah serangkaian tindakan investigasi dalam masalah dan
dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang ini untuk mencari dan mengumpulkan
alat bukti yang dengan jelas menjelaskan tindak pidana dan untuk menemukan
tersangka".
5. Tersangka adalah orang yang karena perbuatan atau keadaannya,
berdasarkan bukti permulaan harus disangka sebagai penjahat
(Pasal 8 UU No 14 Tahun 1970). Tersangka adalah orang yang berhak
tindakan atau keadaannya berdasarkan bukti awal
harus dicurigai sebagai penjahat (Pasal 1 angka 14 UU No.
KUHAP). "Bukti awal adalah bukti dalam
bentuk Laporan Polisi dan 1 (satu) alat bukti hukum yaitu
digunakan untuk menduga bahwa seseorang telah melakukan kejahatan sebagai dasar untuk
penangkapan ”(Pasal 1 angka 21 Perkap No.14 Tahun 2012). Di dalam
proses, "Dalam pemeriksaan di tingkat penyidik pengadilan,
tersangka atau terdakwa berhak memberikan informasi secara bebas
kepada penyidik dan hakim "(pasal 52 Pidana
Kode Prosedur).
Referensi
Abdulkadir, Muhammad. 2004. Hukum Dan Penelitian Hukum .
Bandung: Citra Aditya Bakti.
Agustian, Tomi. 2009. “Formalisasi Hukum Islam Kedalam Tata
Hukum Indonesia. ” dalam Pertanggungjawaban Hukum , diedit
oleh Ali Imran. Semarang: Walisongo Pres.
Ali, Zainuddin. 2014. Metode Penelitian Hukum . Jakarta: Sinar
Grafika.

Halaman 21
Oktavia Wulandari dkk, Dugaan Tak Bersalah Terhadap Pidana ...
Wahanisa, Rahmawati Prihastuty
WALISONGO LAW REVIEW (WALREV) Vol 02 No 1 April 2020 ║ 37
Bakhri, Syaiful. 2014. Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia .
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baro, Rachmad. 2016. Tren Penelitian Hukum Non-Doktrinal
Penggunaan Metode Dan Tekhnik Penelitian Sosial Di
Bidang Hukum . Yogyakarta: Deepublish.
Hamzah, Andi. 2008. Hukum Acara Pidana Indonesia . Jakarta:
Sinar Grafika.
Harahap, M. Yahya. 2006. Pembahasan Permasalahan Dan
Penerapan KUHAP Penyidikan Dan Penuntutan . Jakarta:
Sinar Grafika.
Hatta, Moh. 2009. Beberapa Masalah Penegakan Hukum Pidana
Umum Dan Pidana Khusus . Yogyakarta: Liberty.
Husin, Kadri dan Budi Rizki Husin. 2016. Sistem Peradilan Pidana
Di Indonesia . Jakarta: Sinar Grafika.
Wawancara dengan Cristian, 2020.
Wawancara dengan Pamungkas, 2019.
Wawancara dengan Noviandry, 2020.
Wawancara dengan Kristanto, 2020
Wawancara dengan H, 2019.
Interveiw dengan SA, 2019.
Wawancara dengan R, 2019.
Wawancara dengan GS, 2019.
Wawancara dengan SA, 2019.
Nurhasan. 2017. “Keberadaan Asas Praduga Tak Bersalah Pada
Proses Peradilan Pidana. ” Jurnal Ilmiah 17 (3).
Pemerintah RI. 1945. “Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945.”
Pemerintah RI. 1981. “Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang
Kitab Undag-Undang Hukum Acara Pidana. ”
Pemerintah RI. 1999. “Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 1999

Halaman 22
Oktavia Wulandari dkk, Dugaan Tak Bersalah Terhadap Pidana ...
Wahanisa, Rahmawati Prihastuty
TINJAUAN HUKUM WALISONGO (WALREV) Vol 02 No 1 April 2020 ║ 38

Anda mungkin juga menyukai