Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan prinsip syariah,

yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak

lain dalam penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha. Bank

Syariah sudah beroperasi di Indonesia sejak tahun, yang dimulai dengan

beroperasinya Bank Muamalat Indonesia. Bank Syariah diatur secara

formal sejak diamandemennya UU No. 7 tahun 1992 dengan UU No. 10

tahun 1998 dan UU No. 23 tahun 1999 (Mangani,2009).

Bank syariah muncul pertama kali di Mesir, lembaga dengan nama

Mit Ghamr Bank binaan Ahmad Najjar tersebut hanya beroperasi di

pedesaan Mesir dan berskala kecil, namun institusi tersebut mampu

menjadi pemicu yang sangat berarti bagi perkembangan sistem finansial

dan ekononomi islam (Muhammad,2014). Lalu bank syariah berkembang

di berbagai negara islam seperti Paskitan, Kuwait, Bahrain Uni Emirat

Arab, Malaysia, Iran. Berkembangnya Bank-bank Syariah di Negara Islam

berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai

bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan (Antonio,2001).

Bank syariah di Indonesia berawal dari prakarsa Majelis Ulama

Indonesia (MUI) pada acara loka karya bunga bank dan perbankan yang

dilakukan pada tanggal 18-20 Agustus 1990 di Cisarua, Bogor


(Yudiana,2014). Hasil loka karya tersebut didukung oleh aksponon ikatan

cendekiawan Indonesia dan beberapa pengusaha muslim. Sehingga sebagai

tindak lanjut pada tahun ditanda tangani akta pendirian Bank Muamalat

Indonesia sebagai Bank Umum syariah pertama di Indonesia. Bank

Muamalat Indonesia sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun

sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal. Di Indonesia

Bank Syariah telah diatur dalam UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan

UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan (Yudiana,2014).

Perkembangan bank syariah di Indonesia cukup berkembang pesat,

walaupun demikian, jumlah bank maupun kantor bank yang sudah cukup

banyak,namun jumlah aset Bank Syariah masih kecil di bandingkan bank

konvensional. Perbankan Syariah di Indonesia yang masih muda umurnya,

dituntut untuk bersaing dengan perbankan konvensional. Lebih jauh dari

itu, sebagai lembaga intermediasi keuangan, perbankan syariah juga

dituntut untuk memainkan peranan yang sangat vital dalam menggerakkan

roda perekonomian bangsa sebagaimana perbankan yang berbasis sistem

bunga

Berkenaan dengan hukum bunga bank, Majelis Ulama Indonesia

(MUI) telah mengeluarkan fatwa No. 1 Tahun 2004 tentang hal tersebut.

Dalam fatwa yang dikeluarkan pada tanggal 24 Januari 2004 di Jakarta

tersebut, MUI memutuskan bahwa praktek pembungaan yang dilakukan

oleh bank, Asuransi, Pasar Modal, Pegadaian, Koperasi, dan lembaga

keuangan lainnya, hukumnya adalah haram.Fatwa MUI No. 1 Tahun 2004


tentang keharaman bunga dalam lembaga keuangan menjadi salah satu

faktor pendorong berkembangnya Bank Syariah di Indonesia. Adanya

fatwa MUI tersebut memotivasi berbagai pihak untuk mendirikan 20

perbankan syariah. Bahkan, bank konvensional pun juga mendirikan

layanan dengan menggunakan prinsip syariah. Hal itu dapat terjadi karena

prospek lembaga keuangan syariah dinilai sangat menjanjikan dilihat dari

animo masyarakat di Indonesia.

Bank syariah mempunyai prinsip yang berbeda dengan Bank

Konvensional. Perbedaan yang paling mendasar adalah pada bagaimana

memperoleh keuntungan, dimana pada Bank Konvensional dikenal dengan

perangkat bunga, sedangkan pada Bank Syariah melarang adanya bunga

yaitu dengan menggunakan prinsip bagi hasil (Antonio).

Penerapan prinsip Islam inilah yang membedakan lembaga

keuangan syariah dengan lembaga keuangan umum (konvensional).

Misalnya dalam hal pembiayaan usaha, Bank Syariah hanya bersedia

membiayai kegiatan-kegiatan atau usaha yang halal dan bermanfaat,

sedangkan Bank Konvensional dalam memberikan pembiayaan tidak

menilai halal atau tidak usaha tersebut.

Berdasarkan fenomena yang terjadi diduga bahwa tingkat

pengetahuan masyarakat mengenai perbankan syariah masih tergolong

rendah. Dengan masih terbatasnya pemahaman masyarakat mengenai

kegiatan usaha jasa keuangan perbankan syariah, menyebabkan banyak


masyarakat yang memiliki persepsi yang kurang tepat mengenai

operasional bank syariah. Mereka mengatakan bank syariah hanya sekedar

perbankan konvensional yang ditambah label syariah dan beranggapan

bahwa dengan tidak dijalankannya sistem bunga, bank syariah tidak akan

memperoleh pendapatan. Konsekuensinya adalah bank syariah akan sulit

untuk survive.

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, berkenaan

dengan hal (Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia). Pengetahuan

dapat diperoleh melalui berbagai media informasi seperti koran, televisi,

radio, pamflet dan lain-lain atau bisa juga melalui pengalaman yang telah

dilakukan seseorang.

Pengetahuan adalah semua informasi yang dimiliki konsumen

mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya

yang terkait dengan produk dan jasa tersebut dan informasi yang

berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen (Sunyoto).

Menurut Anni pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku

mengingat atau mengenali informasi (materi pembelajaran) yang telah

dipelajari sebelumnya.

Tahap pengetahuan dimulai ketika konsumen menerima stimulus

fisik atau sosial yang memberikan pemaparan dan perhatian pada produk

baru dan cara kerjanya. Dalam tahap ini konsumen sadar akan produk

bersangkutan, tetapi tidak membuat keputusan apapun sehubungan dengan


relevensi produk dengan suatu masalah atau kebutuhan yang dikenali

( Engel ).

Religiusitas berasal dari kata region (agama). Menurut Harun

Nasution yang dikutip oleh Jalaludin, pengertian agama berasal dari kata

al- Din, yang berarti Undang-undang atau Hukum.Sedangkan religius

menurut Islam adalah menjalankan agama secara menyeluruh.

Menurut Driyarkaya kata religi berasal dar bahasa latin religio

yang akar katanya religare yang berarti mengikat. Maksudnya adalah suatu

kewajian-kewajiban atau aturan-aturan yang harus dilaksanakan, yang

semuanya itu berfungsi untuk mengikat dan mengutuhkan diri seseorang

atau sekelompok orang dalam hubungannya dengan tuhan atau sesama

manusia, serta alam sekitar.

Menurut Subroto menjelaskan bahwa manusia religius adalah

manusia yang struktur mental keseluruhannya secara tetap diarahkan

kepada pencipta niai mutlak, memuaskan dan tertinggi yaitu Tuhan.

Pendapatan berasal dari kata dasar “dapat”. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, pendapatan adalah hasil kerja (usaha atau sebagainya).

Pada perkembangannya, pengertian pendapatan memiliki penafsiran yang

berbeda- beda tergantung dari latar belakang disiplin ilmu yang digunakan

untuk menyusun konsep pendapatan bagi piak-pihak tertentu. Disiplin

ilmu yang pertama adalah Ilmu Ekonomi mengatakan pendapatan

merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi seseorang dalam suatu


periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode

seperti keadaan semula. Sedangkan yang kedua adalah disiplin Ilmu

Akuntansi mengatakan jumlah hata kekayaan awal periode ditambah

keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang

di konsumsi.

Dalam Kamus Ekonomi, pendapatan (income) adalah uang yang

diterima seseorang dalam perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa,

bunga, laba dan lain sebagainya, bersama dengan tunjangan pengangguran,

uang pensiun dan lain sebagainya (Christopher Pass dan Bryan Lowes).

Diposible Income adalah pendapatan setelah dikurangi pajak dan

merupakan pendapatan yang siap dibelanjakan. Pendapatan deposibel yang

digunakan untuk menabung merupakan pendapatan yang tersisa karena

tidak habis digunakan untuk konsumsi. Secara tidak langsung tabungan

masyarakat ditentukan oleh besarnya pendapatan dan juga besarnya

konsumsi. Selain itu, tabungan ini juga ditentukan oleh tingkat suku

bunga. Jika tingkat suku bunga naik, maka masyarakat akan cenderung

untuk menabung dan mengurangi konsumsinya dan sebaliknya (Ernita).

Minat menabung merupakan bagian atau salah satu elemen penting

dari perilaku nasabah dalam menilai, mendapatkan dan mempergunakan

barang- barang serta jasa ekonomi. Secara umum, perilaku pengambilan

keputusan untuk membeli atau mempergunakan jasa tertentu dipengaruhi


oleh beberapa faktor yaitu : harga, servis yang ditawarkan, lokasi,

kemampuan tenaga penjual, periklanan (Kotler).

Dari latar belakang di atas, penulis bermaksud mengadakan

penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan, Religiusitas, dan

Tingkat Pendapatan Terhadap Minat Menabung di Bank Syariah Pada

Santri Pondok Pesantren di Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah :

1. Apakah pengetahuan mempengaruhi minat Santri Pondok Pesantren di

Kecamatan Mranggen kabupaten Demak menabung di Bank Syariah ?

2. Apakah religiusitas mempengaruhi minat Santri Pondok Pesantren di

Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak menabung di Bank

Syariah ?

3. Apakah tingkat pendapatan mempengaruhi minat Santri Pondok

Pesantren di Kecamatan Mranggen kabupaten Demak menabung di

Bank Syariah ?

4. Apakah pengetahuan, religiusitas dan tingkat pendapatan bersama-

sama mempengaruhi minat Santri Pondok Pesantren di kecamatan

Mranggen Kabupaten Demak menabung di Bank Syariah ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui apakah pengetahuan mempengaruhi minat Santri

Pondok Pesantren di kecamatan Mranggen Kabupaten Demak

menabung di Bank Syariah.

2. Untuk mengetahui apakah religiusitas mempengaruhi minat Santri

Pondok Pesantren di Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak

menabung di Bank Syariah.

3. Untuk mengetahui apakah tingkat pengetahuan mempengaruhi minat

Santri pondok Pesantren di Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak

menabung di Bank Syariah.

4. Untuk mengetahui apakah pengetahuan, religiusitas, dan tingkat

pendapatan bersama-sama mempengaruhi minat santri pondok

Pesantren di Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak menabung di

Bank Syariah.

1.4 Manfaat Penelitian

A. Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan untuk menambah serta memperluas

pengetahuan penulis yang khususnya mengenai masalah

pengetahuan dan tingkat pendapatan terhadap minat santri Pondok

pesantren di Kecamatan Mranggen Kabupaten demak menabung di

bank syariah.

B. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi

atau referensi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

Pengaruh.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan teori

2.1.1 Pengetahuan

2.1.1.1 Pengertian Pengetahuan


Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui,

berkenaan dengan hal (Tim penyusun Kamus Besar Bahasa

Indonesia). Pengetahuan dapat diperoleh melalui berbagai

media informasi seperti koran, televisi, radio, pamflet dan lain-

lain atau bisa juga melalui pengalaman yang telah dilakukan

seseorang.

Pengetahuan adalah semua informasi yang dimiliki

konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa,serta

pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa

tersebut dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya

sebagai konsumen (Sunyoto). Menurut Anni pengetahuan

didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali

informasi (materi pembelajaran) yang telah dipelajari

sebelumnya.

Tahap pengetahuan dimulai ketika konsumen menerima

stimulus fisik atau sosial yang memberikan pemaparan dan

perhatian pada produk baru dan cara kerjanya. Dalam tahapan

ini konsumen sadar akan produk bersangkutan, tetapi tidak

membuat keputusan apapun sehubungan dengan relevensi

produk dengan suatu masalah atau kebutuhan yang dikenali (

Engel).
2.1.1.2 Jenis-Jenis Pengetahuan

Menurut Peter & Olson secara luas, terdapat dua jenis

pengetahuan yaitu yang pertama pengetahuan umum mengenai

lingkungan dan perilaku mereka, kedua pengetahuan prosedur

mengenai cara melakukan sesuatu.

 Pengetahuan umum (general knowledge) membahas

interpretasi konsumen atas informasi relevan dalam

lingkungan. Misalnya konsumen menciptakan

pengetahuan umum mengenai kategori produk, toko atau

bank, perilaku tertentu, orang lain atau mereka sendiri.

 Pengetahuan prosedural (procedural knowledge) yaitu

pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu. Pengetahuan

procedural juga tersimpan dalam memori sebagai jenis

hubungan “jika…, maka…” antara konsep peristiwa dan

perilaku yang bersesuain.

Menurut Sumarwan para ahli psikologi kognitif

membagi pengetahuan ke dalam pengetahuan deklaratif

(declarative knowledge) dan pengetahuan prosedur (procedural

knowledge). Pengetahuan deklaratif adalah fakta subyektif yang

diketahui oleh seseorang. Arti subyektif disini adalah

pengetahuan seseorang tersebut mungkin tidak selalu harus

sesuai dengan realitas yang sebenarnya. Misalnya, kacang

kedelai adalah bahan baku untuk membuat tempe dan tahu.


Pengetahuan prosedur adalah pengetahuan mengenai

bagaimana fakta-fakta tersebut digunakan. Misalnya,

pengetahuan bagaimana cara membuat kacang kedelai menjadi

tempe dan tahu. Ini merupakan pembagian pengetahuan secara

umum.

Mowen dan Minor dalam Sumarwan membagi

pengetahuan konsumen menjadi tiga kategori:

a. Pengetahuan objektif (objective knowledge)

Informasi yang benar mengenai kelas produk yang

disimpan melalui memori jangka panjang konsumen.

b. Pengetahuan subjektif (subjective knowledge)

Persepsi konsumen mengenai apa dan berapa banyak yang

dia ketahui mengenai kelas produk.

Informasi mengenai pengetahuan lainnya

Engel, Blakwell, dan Miniard dalam Sumarwan membagi

pengetahuan konsumen ke dalam tiga macam:

c. Pengetahuan ProdukPengetahuan produk yaitu kumpulan

berbagai informasi mengenai produk. Pengetahuan ini

meliputi kategori produk, merek, terminology produk,

atribut atau fitur produk, harga produk, dan kepercayaan

mengenai produk.

d. Pengetahuan Pembelian
Berbagai informasi yang diproses oleh konsumen untuk

memperoleh suatu produk. Pengetahuan pembelian terdiri

atas pengetahuan tentang di mana membeli produk dan

kapan membeli produk. Ketika konsumen memutuskan

akan membeli suatu produk, maka ia akan menentukan di

mana ia membeli produk tersebut dan kapan akan

membelinya. Keputusan konsumen mengenai tempat

pembelian produk akan sangat ditentukan oleh

pengetahuannya. Implikasi penting bagi strategi pemasaran

adalah memberikan informasi kepada konsumen di mana

konsumen bias membeli produk tersebut.

e. Pengetahuan Pemakaian, Suatu produk akan memberikan

manfaat kepada konsumen jika produk tersebut telah

digunakan atau di konsumsi oleh konsumen. Agar produk

tersebut bisa memberikan manfaat yang maksimal dan

kepuasan yang tinggi kepada konsumen, maka konsumen

harus bisa menggunakan atau mengkonsumsi produk

tersebut dengan benar. Kesalahan yang dilakukan

konsumen dalam menggunakan suatu produk akan

menyebabkan produk tidak bisa berfungsi dengan baik. Ini

akan menyebabkan konsumen kecewa, padahal kesalahan

terletak pada diri konsumen. Produsen tidak menginginkan

konsumen menghadapi hal tersebut, karena itu produsen


sangat berkepentingan untuk memberitahu konsumen

bagaimana cara menggunakan produknya dengan benar.

2.1.2 Religiusitas

2.1.2.1 Pengertian Religiusitas

Berasal dari kata region(agama). Menurut Harun

Nasution yang dikutip oleh Jalaludin, pengertian agama

berasal dari kata al-Din, yang berarti Undang-undang atau

Hukum. Sedangkan religius menurut Islam adalah

menjalankan agama secara menyeluruh.

Menurut Driyarkaya kata religi berasal dari bahasa latin

religio yang akar katanya religare yang berarti mengikat.

Maksudnya adalah suatu kewajian-kewajiban atau aturan-

aturan yang harus dilaksanakan, yang semuanya itu

berfungsi untuk mengikat dan mengutuhkan diri seseorang

atau sekelompok orang dalam hubungannya dengan tuhan

atau sesama manusia, serta alam sekitar.

Menurut Subroto ( ) menjelaskan bahwa manusia religius

adalah manusia yang struktur mental keseluruhannya secara

tetap diarahkan kepada pencipta niai mutlak, memuaskan

dan tertinggi yaitu Tuhan.

2.1.2.2 Dimensi-dimensi Religiusitas


Menurut Glock & Stark dalam (Ancok, )

mengatakan bahwa terdapat lima dimensi dalam religiusitas,

yaitu:

a. Dimensi keyakinan atau Ideologis, Dimensi

keyakinan dimensi ini berisi pengharapan-

pengharapan dimana seseorang yang religius

berpegang teguh pada pandangan teologi tertentu

dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut.

b. Dimensi praktik agama atau ritualistik, Dimensi

praktik agama yaitu tingkatan sejauh mana

seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual

dalam agama. Unsur yang ada dalam dimensi ini

mencakup pemujaan, ketaatan, serta hal-hal yang

lebih menunjukkan komitmen seseorang dalam

agama yang dianutnya. Wujud dari dimensi ini

adalah perilaku masyarakat pengikut agama

tertentu dalam menjalankan ritus-ritus yang

berkaitan dengan agama. Dimensi praktek dalam

agama Islam dapat dilakukan dengan menjalankan

ibadah shalat, puasa, zakat, haji ataupun praktek

muamalah lainnya. Dimensi pengalaman atau

eksperiensial
c. Dimensi pengalaman adalah perasaan-perasaan atau

pengalaman yang pernah dialami dan dirasakan.

Misalnya merasa dekat dengan Tuhan, merasa takut

berbuat dosa, merasa doanya dikabulkan,

diselamatkan oleh Tuhan, dan sebagainya.

d. Dimensi pengetahuan agama atau intelektual,

Dimensi pengetahuan agama adalah dimensi yang

menerangkan seberapa jauh seseorang mengetahui

tentang ajaran-ajaran agamanya, terutama yang ada

di dalam kitab suci manapun yang lainnya. Paling

tidak seseorang yang beragama harus mengetahui

hal-hal pokok mengenai dasar-dasar keyakinan,

ritus-ritus, kitab suci dan tradisi. Dimensi ini dalam

Islam meliputi pengetahuan tentang isi Al-Quran,

pokok-pokok ajaran yang harus di imani dan

dilaksanakan, hukum Islam dan pemahaman

terhadap kaidah-kaidah keilmuan ekonomi

Islam/perbankan syariah.

2.1.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Religiusitas

Religiusitas atau keagaman seseorang ditentukan dari

banyak hal, di antaranya: pendidikan keluarga, pengalaman,

dan latihan yang dilakukan pada waktu kita kecil atau pada

masa kanak-kanak. Seorang remaja yang pada masa


kecilnya mendapat pengalaman-pengalaman agama dari

kedua orang tuanya, lingkungan sosial dan temen-teman

yang taat menjalankan perintah agama serta mendapat

pendidikan agama baik di rumah maupun disekolah, sangat

berbeda dengan anak yang tidak mendapatkan pendidikan

agama di masa kecilnya, maka pada dewasanya ia tidak

merasakan pentingnya agama dalam hidupnya.

Thoules menyebutkan beberapa faktor yang

mempengaruhi religiusitas, yaitu: Pengaruh pendidikan atau

pengajaran dan berbagai tekanan sosial (factor sosial).

Faktor ini mencakup semua pengaruh sosial dalam

perkembangan keagamaan itu, termasuk pendidikan dari

orang tua, tradisi-tradisi sosial, tekanan dari lingkungan

sosial untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat

dan sikap yang disepakati oleh lingkungan itu.

2.1.3 Tingkat Pendapatan

2.1.3.1 Pengertian Pendapatan

Pendapatan berasal dari kata dasar “dapat”. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendapatan adalah hasil

kerja (usaha atau sebagainya). Pada perkembangannya,

pengertian pendapatan memiliki penafsiran yang berbeda-

beda tergantung dari latar belakang disiplin ilmu yang

digunakan untuk menyusun konsep pendapatan bagi pihak-


pihak tertentu. Disiplin ilmu yang pertama adalah Ilmu

Ekonomi mengatakan pendapatan merupakan nilai

maksimum yang dapat dikonsumsi seseorang dalam suatu

periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada

akhir periode seperti keadaan semula. Sedangkan yang

kedua adalah disiplin Ilmu Akuntansi mengatakan jumlah

hata kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil

yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang di

konsumsi.

Dalam Kamus Ekonomi, pendapatan (income) adalah

uang yang diterima seseorang dalam perusahaan dalam

bentuk gaji, upah, sewa, bunga, laba dan lain sebagainya,

bersama dengan tunjangan pengangguran, uang pensiun dan

lain sebagainya (Christopher Pass dan Bryan Lowes, ).

Senada dengan definisi di atas, dalam Webster‟s juga

disebutkan bahwa Earningis money gained by labor,

services or performance, wages, salary, etc (Jean L. Mc.

Kechnie, ). Artinya, pendapatan adalah uang yang diperoleh

dari hasil bekerja, pelayanan diri, gaji, upah dan lain-lain.

Menurut Kadariyah, pendapatan seseorang terdiri dari

penghasilan berupa upah/gaji, bunga sewa, dividend,

keuntungan, dan merupakan suatu arus uang yang diukur

dalam suatu jangka waktu, umpamanya seminggu, sebulan


atau setahun (Kadariyah, ).Selain itu, pendapatan atau

income dari seseorang adalah hasil penjualannya dari

faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor

produksi.

Menurut Munandar ( ), pengertian pendapatan adalah

suatu pertambahan asset yang mengakibatkan bertambahnya

owners equity, tetapibukan karena pertambahan modal baru

dari pemiliknya dan bukan pula merupakan pertambahan

asset yang disebabkan karena bertambahnya liabilities.

Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup

perusahaan, semakin besar pendapatan yang diperoleh maka

semakin besar kemapuan perusahaan untuk membiayai

segala pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang akan

dilakukan oleh perusahaan.

Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan

konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang

yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama

jangka waktu tertentu (Samuelson dan Nordhaus, ). Definisi

lain dari pendapatan adalah jumlah penghasilan yang

diperoleh dari hasil pekerjaan dan biasanya pendapatan

seseorang dihitung setiap tahun atau setiap bulan. Dengan

demikian pendapatan merupakan gambaran terhadap posisi

ekonomi keluarga dalam masyarakat. Pendapatan keluarga


berupa jumlah keseluruhan pendapatan dan kekayaan

keluarga, dipakai untuk membagi keluarga dalam tiga

kelompok pendapatan, yaitu: pendapatan rendah,

pendapatan menengah dan pendapatan tinggi. Pembagian di

atas berkaitan dengan, status, pendidikan dan keterampilan

serta jenis pekerja seseorang namun sifatnya sangat relatif.

Sebagaimana pendapat di atas, bahwa pendapatan

merupakan gambaran terhadap posisi ekonomi keluarga

dalam masyarakat, oleh karenanya setiap orang yang

bergelut dalam suatu jenis pekerjaan tertentu termasuk

pekerjaan di sektor informal atau perdagangan, berupaya

untuk selalu meningkatkan pendapatan dari hasil usahanya

yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup

keluarganya dan sedapat mungkin pendapatan yang

diperoleh dapat meningkatkan taraf hidup keluarganya.

2.1.3.2 Sumber Pendapatan

Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga

golongan (Suparmoko, ), yaitu :

 Gaji dan Upah. Imbalan yang diperoleh setelah

orang tersebut melakukan pekerjaan untuk orang

lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu

minggu maupun satu bulan.


 Pendapatan dari Usaha Sendiri. Merupakan nilai

total dari hasil produksi yang dikurangi dengan

biaya-biaya yang dibayar dan usaha ini

merupakan usaha milik sendiri atau keluarga dan

tenaga kerja berasal dari anggota keluarga

sendiri, nilai sewa kapital milik sendiri dan

semua biaya ini biasanya tidak diperhitungkan.

 Pendapatan dari Usaha Lain. Pendapatan yang

diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja, dan

ini biasanya merupakan pendapatan sampingan

antara lain :

 Pendapatan dari hasil menyewakan aset

yang dimiliki seperti rumah,

 Ternak dan barang lain,

 Bunga dari uang,

 Sumbangan dari pihak lain,

 Pendapatan dari pensiun,

 Dan lain-lain.

Menurut Mulyanto ( : - ), pendapatan terdiri dari sebagai

berikut:

 Pendapatan berupa uang

Yaitu segala penghasilan berupa uang yang

sifatnya reguler dan yang di terima karena balas


jasa atau kontra prestasi. Sumber-sumber

pendapatanya adalah:

 Gaji dan upah yang diperoleh dari:

 Kerja pokok

 Kerja sampingan

 Kerja lembur

 Kerja kadang-kadang

 Usaha sediri, yang meliputi:

 Hasil bersih dari usaha sendiri

 Komisi

 Penjualan dar kerajinan rumah

 Hasil investasi, yakni pendapatan yang

diperoleh dari hak milik tanah.

 Keuntungan sosial, pendapatan yang

diperoleh dari kerja sosial.

 Pendapatan berupa barang

Yaitu segala penghasilan yang sifatnya reguler

dan biasa akan tetapi tidak selalu berbentuk balas

jasa dan diterimakan dalam bentuk barang dan

jasa. Pendapatan berupa barang yaitu pendapatan

yang berupa:

 Bagian pembayaran upah dan gaji yang

dibentukan dalam:
 Beras

 Pengobatan

 Transportasi

 Perumahan

 Rekreasi

 Barang yang diproduksi dan dikonsumsi

di rumah, antara lain:

 Pemakaian barang yang

diproduksi di rumah

 Sewa yang seharusnya

dikeluarkan terhadap rumah

sendiri yang ditempati.

 Penerimaan yang bukan merupakan pendapatan,

yaitu penerimaan yang berupa:

 Pengambilan tabungan

 Penjualan barang-barang yang dipakai

 Penagihan piutang

 Pinjaman uang

 Kiriman uang

 Hadiah/pemberian

 Warisan

 Menang judi.
Menurut Michael P. Todaro, distribusi pendapatan

seseorang dapat ditentukan melalui: .

 Cara memperolehnya, baik itu melalui gaji, uang,

tabungan, hadiah, dan warisan.

 Sumber penghasilan atau bidang kegiatannya

biasa berupa pertanian, industri, perdagangan dan

jasa.

 Lokasi sumber penghasilan, baik di kota atau di

desa.

2.1.3.3 Hubungan Antara Pendapatan dan Konsumsi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi.

Diantaranya Keynes menyatakan bahwa konsumsi

dipengaruhi oleh pendapatan disposibel. Pendapatan

disposibel yang digunakan untuk menabung merupakan

pendapatan yang tersisa karena tidak habis digunakan untuk

konsumsi. Secara tidak langsung tabungan masyarakat

ditentukan oleh besarnya pendapatan dan juga besarnya

konsumsi (Ernita,et.al, : ). Hubungan diantara pendapatan,

konsumsi, dan tabungan dapat dinyatakan dengan

menggunakan persamaan berikut:

Yd= C + S
Dimana: Yd adalah pendapatan disposible,

C adalah konsumsi rumah tangga dan

S adalah tabungan rumah tangga

2.1.3.4 Hubungan Antara Pendapatan dan Tabungan

Menurut Keynes (Sharaswati, et. al, : ), tabungan

masyarakat dipengaruhi oleh pendapatan. Secara

matematika teoritabungan Keynes dapat dituliskan sebagai

berikut:

S=Y-C

Dimana:

S : saving (tabungan),

Y : Pendapatan,

C : Pengeluaran.

Secara teori hubungan antara tabungan dengan

pendapatan adalah positif. Peningkatan pendapatan akan

meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menabung.

Jika tingkat pendapatan meningkat maka tingkat tabungan

juga akan meningkat, dan sebaliknya. Pengertian tabungan


sendiri yaitu bagian dari pendapatan yang tidak

dikonsumsikan pada periode yang sama. Tingginya tingkat

tabungan bergantung kepada besar kecilnya pendapatan

yang siap dibelanjakan. Oleh karena itu hasrat menabung

akan meningkat sesuai dengan tingkat pendapatan.

Sehingga besar kecilnya tabungan dipengaruhi secara

positif oleh besar kecilnya pendapatan (Keynes dalam

Disertasi Muhclis (2011:30 ).

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan kumpulan hasil-hasil penelitian

yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu dan mempunyai

kaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Hasil-hasil penelitian yang

berkaian dengan pengaruh pengetahuan, religiusitas, dan tingkat

pendapatan terhadap inat masyarakat menabung di bank syariah telah

diteliti oleh berbagai peneliti terdahulu.

Penelitian dilakukan oleh Atik Masruroh dengan judul “Analisis

Pengaruh Tingkat Religiusitas dan Disposible Income terhadap Minat

Menabung Mahasiswa di Perbankan Syariah (Studi Kasus Mahasiswa

STAIN Salatiga)”. Hasil penelitian menyebutkan adanya pengaruh

signifikan dari disposable income terhadap minat menabung di Bank

Syariah jika dimoderasi dengan variabel religiusitas.

Penelitian oleh Priaji yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Intensi Menabung di Bank Syariah” menyatakan bahwa


ada beberapa faktor yang mempengaruhi intensi menabung di Bank

Syariah secara signifikan. Faktor-faktor yang diteliti antara lain: sikap,

norma subjektif, perceived behavior control, religiusitas, penghasilan,

pendidikan dan usia. Hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor-faktor

yang berpengaruh signifikan terhadap intensi menabung di Bank Syariah

adalah sikap, norma subjektif, dan penghasilan. Sedangkan perceived

behavior control, religiusitas, pendidikan, dan usia tidak berpengaruh

signifikan.

Penelitian oleh Desi Fatmawati yang berjudul “Pengaruh

Pendapatan, Religiusitas, dan Informasi Terhadap Intensi Menabung di

Bank Syariah”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa pendapatan tidak

berpengaruh pada intensi menabung di bank syariah, tetapi religiusitas dan

informasilah yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi

menabung di Bank Syariah.

Penelitian oleh Indra Siswanti yang berjudul “Pengaruh

Pengetahuan, Agama, Iklan/Informasi, dan Pengalaman Mahasiswa

STAIN Salatiga tentang Sistem Perbankan Syariah Terhadap Minat

Menabung di Bank Syariah”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa

Pengetahuan, Agama, Iklan/Informasi, dan Pengalaman Mahasiswa

STAIN Salatiga tentang Sistem Perbankan Syariah berpengaruh signifikan

terhadap minat menabung di bank syariah. dengan kata lain semakin tinggi

tingkat pendidikan masyarakat semakin tinggi peluang Perbankan Syariah

berkembang dengan maksimal.


Penelitian yang ditulis oleh Rachmad Agung Sulistyo berjudul

“Pengaruh Pengetahuan Mahasiswa Tentang Perbankan Syariah Terhadap

Minat Menabung di Perbankan Syariah Di Yogyakarta” mengungkapkan

bahwa dari hasil penelitian ini diperoleh bahwasanya minat menabung

mahasiswa sangat tinggi, terutama mahasiswa UGM dan UII karena secara

kultur, mempunyai background keagamaan yang tinggi terutama UII dan

mempunyai Kelompok Studi Ekonomi Islam serta adanya pelajaran

tentang EkonomiIslam, sehingga mengacu pengetahuan Mahasiswa, dan

pembayaran Mahasiswa melalui bank syariah, sehingga secara langsung

memacu minat menabung mahasiswa, sedangkan UPN minat menabung

tidak setinggi UII dan UGM, dikarenakan sistem didalamnya masih

memakai konvensional.

Dari penelitian diatas ditemukan perbedaan hasil penelitian.

Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang pernah diakukan

sebelumnya adalah responden yang digunakan dalam variabel pengetahuan

adalah masyarakat biasa, yang belum tentu mempunyai pengetahuan lebih

tentang bank syariah dibandingkan dengan pelajar, serta lokasi penelitian

ini bertempatkan di Pondok Pesantren Kecamatan Mranggen Kabupaten

Demak.

2.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan landasan teori dan penelitian terhadulu maka

dapat disusun model riset dalam penelitian ini, seperti yang disajikan

dalam gambar berikut :


2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang kebenarannya masih

harus di uji, atau rangkuman kesimpulan teoritis yang diperoleh dari

tinjauan pustaka (Martono, : ). Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis

dan hasil penemuan beberapa penelitian, maka hipotesis dapat dirumuskan

sebagai berikut:

2.4.1 Pengaruh Pengetahuan terhadap menabung di bank syariah

Penelitian yang dilakukan oleh Indra Siswanti ( ) hasil penelitian

menunjukan bahwa pengetahuan, agama, iklan/informasi dan pengalaman

secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap minat menabung di

bank syariah.

Sehingga pengetahuan mempengaruhi minat masyarakat menabung

di bank syariah karena apabila masyarakat tidak mengetahui sistem dan

produk-produk bank syariah maka kemungkinan minat menabung menjadi

berkurang. Hipotesis penelitian ini adalah:

H1 = Pengetahuan berpengaruh positif dan signfikan terhadap minat

masyarakat menabung di bank syariah.

2.4.2 Pengaruh religiusitas terhadap menabung di bank syariah

Penelitian yang dilakukan oleh Desi Fatmawati ( ) hasil penelitian

menunjukan bahwa religiusitas dan informasi berpengaruh signifikan

terhadap minat masyarakat menabung di bank syariah.


Sehingga religiusitas mempengaruhi minat masyarakat menabung

di bank syariah karena seseorang yang memiliki ketaatan agama yang

tinggi mereka akan memilih produk-produk yang bebas riba, maka

kemungkinan seseorang yang imannya tinggi akan meningkatkan minat

menabung di bank syariah. Hipotesis penelitian ini adalah:

H2 = Religiusitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat

masyarakat menabung di bank syariah.

2.4.3 Pengaruh tingkat pendapatan terhadap menabung di bank

syariah

Penelitian yang dilakukan oleh Priaji ( ) hasil penelitian

menunjukan bahwa sikap, norma subyektif dan penghasilan berpengaruh

signifikan terhadap minat masyarakat menabung di bank syariah.

Sehingga tingkat pendapatan mempengaruhi minat masyarakat

menabung di bank syariah karena pada umumnya seseorang yang memiliki

pendapatan yang tinggi merekan akan menyimpan uangnya di bank untuk

kebutuhan yang akan datang. Hipotesis penelitian ini adalah:

H3 = Tingkat Pendapatan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap minat masyarakat menabung di bank syariah.


2.4.4 Pengaruh pengetahuan, religiusitas dan tingkat pendapatan

terhadap menabung di bank syariah

Semakin baik pengetahuan masyarakat tentang bank syariah maka

minat menabung semakin tinggi, keimanan masyarakat semakin tinggi

maka minat memilih produk bank syariah semakin tinggi, dan semakin

tinggi pendapatan masyarakat maka minat menabung di bank syariah

semakin tinggi pula.

Sehingga hipotesis untuk uji secara bersama-sama antara variabel

independen terhadap dependen adalah:

H4 = Pengetahuan, Religiusitas, Tingkat Pendapatan secara

bersamasama berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat

masyarakat menabung di bank syariah.


BAB III

METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

3.1.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau

subjek yang menjadi karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk di

pelajari dan kemudian di tarik kesimpulan.Populasi di golongkan menjadi

dua jenis, yaitu populasi terbaas dan tidak terbatas (Sugiyono, : ).

Sedangkan menurut Bawono ( : ) definisi populasi adalah keseluruhan

wilayah objek dan subjek penelitian yang ditetapkan untuk di analisis dan

ditarik kesimpulan oleh peneliti. Sedangkan Menurut Supardi ( : ) dalam

bukunya Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis, Populasi adalah

suatu kesatuan individu atau subyek pada wilayah dan waktu serta dengan

kualitas tertentu yang akan diamati/diteliti.

3.1.2 Sampel

Sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang di pilih dengan

menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili

populasinya (Sugiarto, : ).

Sampel adalah bagian dari populasi yang dijadikan subyek

penelitian sebagai “wakil” dari para anggota populasi (Supardi, : ).


Hal ini dilakukan untuk mempersingkat waktu dan biaya. Sehingga

di dalam menentukan sample harus hati-hati, karena kesimpulan yang

dihasilkan, nantinya merupakan kesimpulan dari populasi.

Penentuan jumlah sampel sangat tergantung dari karakteristik dan

jumlah populasi. Apabila jumlah populasi diketahui secara jelas jumlahnya

maka dapat digunakan beberapa rumus atau table. Salah satu rumus yang

sering digunakan adalah rumus Slovin:

Anda mungkin juga menyukai