Anda di halaman 1dari 32

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA TANJUNG PANDAN

KECAMATAN KAUR TENGAH


KABUPATEN KAUR

PERATURAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA TANJUNG PANDAN


KECAMATAN KAUR TENGAH KABUPATEN KAUR
NOMOR ....… TAHUN 2021

TENTANG

TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA TANJUNG PANDAN

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Peraturan Daerah Kabupaten


Kaur Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Desa Bagian Badan
Permusyawaratan Desa, perlu menetapkan Peraturan Badan
Permusyawaratan Desa Tentang Tata Tertib Badan Permusyawaratan
Desa;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Otonomi Daerah
Pembentukan Daerah Kabupaten Kaur (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1965 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2756) dengan mengubah Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 1959 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1820) tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3
Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik

1
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah dengan Undang–Undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Republik Indonesia 5679);
5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5601);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539)
sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
7. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199);

2
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016 tentang
Badan Permusyawaratan Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 89);
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA TENTANG


TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA TANJUNG
PANDAN KECAMATAN KAUR TENGAH KABUPATEN KAUR

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Kaur.
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah
yang memimpin Pelaksanaan urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom.
4. Kepala Daerah yang selanjutnya disebut Bupati adalah Bupati Kaur.
5. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan DPRD dalam penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
6. Camat adalah pemimpin dan koordinator penyelenggaraan Pemerintahan di wilayah
kerja Kecamatan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan
kewenangan Pemerintahan dari Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi
daerah dan menyelenggarakan tugas umum Pemerintahan.
7. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan

3
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
8. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
9. Kepala Desa adalah Pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai wewenang, tugas dan
kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga Desanya dan melaksanakan tugas
dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
10. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu perangkat Desa sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Desa.
11. Dusun adalah bagian wilayah dalam Desa yang merupakan lingkungan kerja
pelaksanaan Pemerintahan Desa.
12. Badan Permusyawaratan Desa, yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang
melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari
penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
13. Musyawarah Desa adalah Musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa,
Pemerintah Desa dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan
Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.
14. Perangkat Desa adalah unsur staf yang membantu Kepala Desa dalam penyusunan
kebijakan dan koordinasi yang diwadahi dalam sekretariat desa dan unsur
pendukung tugas kepala desa dalam pelaksanaan kebijakan yang diwadahi dalam
bentuk pelaksana teknis dan unsur kewilayahan.
15. Staf Administrasi Badan Permusyawaratan Desa, yang selanjutnya disingkat Staf
Administrasi BPD adalah staf yang diangkat dengan Keputusan Kepala Desa untuk
melaksanakan tugas administrasi pada Sekretariat BPD yang secara operasional
bertanggung jawab kepada Ketua BPD melalui Sekretaris BPD dan secara
administratif bertanggung jawab kepada Kepala Desa.
16. Pengawasan Kinerja Kepala Desa adalah proses monitoring dan evaluasi BPD
terhadap pelaksanaan tugas Kepala Desa.
17. Laporan Keterangan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang selanjutnya disingkat
LKPPD adalah laporan Kepala Desa kepada BPD atas capaian pelaksanaan tugas
Kepala Desa dalam satu tahun anggaran.

4
18. Pembinaan adalah usaha untuk memberi pengarahan dan bimbingan guna mencapai
suatu tujuan.
19. Pemantauan adalah proses penilaian kemajuan suatu program/kegiatan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
20. Review adalah penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk memastikan
bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar,
rencana dan norma yang telah ditetapkan.
21. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil/prestasi suatu kegiatan
dengan standar, rencana atau norma yang telah ditetapkan dan menentukan faktor-
faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam
mencapai tujuan.
22. Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis dan evaluasi yang dilakukan secara
independen, objektif dan profesional berdasarkan standar audit, untuk menilai
kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisien dan keandalan informasi
pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah.
23. Fasilitasi adalah suatu proses mempermudah sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
24. Keputusan Bupati adalah Keputusan Bupati Kaur.
25. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, yang selanjutnya disingkat APBDesa adalah
Rencana Keuangan Tahunan Pemerintahan Desa.
26. Hari adalah hari kalender.

5
BAB II
KEANGGOTAAN DAN KELEMBAGAAN
Bagian Kesatu
Pasal 2

(1) Jumlah anggota BPD sebanyak 5 (Lima) orang, yang terdiri dari:
a. perwakilan perempuan sebanyak 2 (Dua) orang; dan
b. perwakilan wilayah sebanyak 0 (nol) orang.

Pasal 3
(1) Kelembagaan BPD terdiri atas :
a. pimpinan; dan
b. bidang.
(2) Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas :
a. 1 (satu) orang ketua;
b. 1 (satu) orang wakil ketua;
c. 1 (satu) orang sekretaris. dan
d. 2 (Dua) orang anggota
(3) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas :
a. bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembinaan kemasyarakatan;
dan
b. bidang pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa.
(4) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dipimpin oleh ketua bidang.
(5) Dalam hal semua pimpinan dan/atau Ketua bidang berhenti, rapat pemilihan
pimpinan dan/atau ketua bidang dipimpin oleh anggota Tertua dan dibantu oleh
anggota Termuda.
(6) Pimpinan BPD dan ketua bidang merangkap sebagai anggota BPD.
(7) Pimpinan BPD dan Ketua bidang ditetapkan dengan Keputusan BPD

Pasal 4
(1) Penempatan anggota BPD pada Bidang-bidang didasarkan atas tercapainya efisiensi
tugas BPD.
(2) Penempatan anggota BPD dalam Bidang serta perpindahannya ke Bidang lain,
diputuskan oleh pimpinan BPD berdasarkan hasil keputusan musyawarah.

Pasal 5
Bidang mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Melakukan pembahasan terhadap rancangan peraturan desa dan rancangan
keputusan BPD yang masuk ke dalam bidang tugas masing-masing Bidang;
b. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa, peraturan kepala desa,
serta peraturan-peraturan lain yang berlaku bagi desa;

6
c. Membantu pimpinan BPD untuk mengupayakan penyelesaian masalah yang
disampaikan Kepala Desa kepada BPD;
d. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Desa melalui Pimpinan
BPD terhadap rencana perjanjian yang menyangkut kepentingan Desa;
e. Menampung dan menindaklanjuti Aspirasi masyarakat;
f. Mengadakan rapat kerja dengan Pemerintah Desa, rapat dengar pendapat dengan
perangkat desa, lembaga, badan, dan organisasi kemasyarakatan;
g. Mengajukan usul dan saran kepada pimpinan BPD yang termasuk dalam ruang
lingkup bidang tugas masing-masing Bidang;
h. Menyusun pertanyaan tertulis dalam rangka pembahasan suatu masalah yang
menjadi bidang tugas Bidang masing-masing; dan
i. Memberikan laporan kepada pimpinan/ Ketua BPD tentang hasil kerja Bidang, setiap
Catur Ulan dalam hal mengevaluasi kinerja Bidang-Bidang

Pasal 6
Bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembinaan kemasyarakatan terdiri dari :
a. Membidangi bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, meliputi peraturan-
peraturan desa, kinerja Perangkat Desa, kamtibmas, kependudukan, organisasi dan
atau kelembagaan masyarakat dan keterangan pertanggungjawaban kepala desa, dan
lain lain sesuai kebutuhan dan kondisi desa.
b. Membidangi bidang pembinaan kemasyarakatan yaitu meliputi sarana nonfisik,
pendidikan, agama, kesehatan, sosial dan budaya, dan lain lain sesuai kebutuhan dan
kondisi desa.

Pasal 7
Bidang pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa terdiri dari :
a. Membidangi bidang pemberdayaan masyarakat Desa yaitu meliputi kepemudaan,
olahraga, PKK dan Keluarga Berencana dan lain lain sesuai kebutuhan dan kondisi
desa, dan lain lain sesuai kebutuhan dan kondisi desa.
b. Membidangi bidang pembangunan Desa, meliputi sarana fisik, APB desa,
perhitungan anggaran, perizinan, iuran desa, perdagangan, pertanian/peternakan,
pangan, perumahan, koperasi/ Bumdes, dan lingkungan hidup, dan lain lain sesuai
kebutuhan dan kondisi desa.

Pimpinan BPD dan Ketua Bidang


Pasal 8
(1) Pimpinan BPD dan ketua bidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dipilih
dari dan oleh anggota BPD secara langsung dalam rapat BPD yang diadakan secara
khusus.
(2) Rapat pemilihan pimpinan BPD dan ketua bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda.
(3) Rapat pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan paling lambat 3
(tiga) hari terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji.

7
(4) Rapat pemilihan pimpinan dan/atau ketua bidang berikutnya karena pimpinan
dan/atau ketua bidang berhenti, dipimpin oleh ketua atau pimpinan BPD lainnya
berdasarkan kesepakatan pimpinan BPD.
(5) Dalam hal semua pimpinan dan/atau ketua bidang berhenti, rapat pemilihan pimpinan
dan/atau ketua bidang dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota
termuda.

Pasal 9
(1) Pimpinan dan ketua bidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) yang
terpilih, ditetapkan dengan keputusan BPD.
(2) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku setelah
mendapatkan pengesahan Camat atas nama Bupati.
(3) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk pertama kali
ditandatangani oleh angota tertua dan anggota termuda.

Pasal 10
(1) Dalam hal Pimpinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) yang terpilih
adalah untuk mengisi kekosongan jabatan pimpinan yang lowong karena meninggal
dunia, berhenti atau diberhentikan.
(2) Jabatan pimpinan yang kosong sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat di isi dari
unsur pimpinan yang tersisa dan/atau dari anggota BPD.
(3) Pengisian jabatan Pimpinan yang kosong dari unsur pimpinan lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah pimpinan tersebut mengundurkan diri dari
jabatan pimpinan sebelumnya yang dibuktikan dengan surat pernyataan pengunduran
diri dari jabatan pimpinan sebelumnya.
(4) Surat pernyataan pengunduran diri sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diserahkan
pada saat rapat penetapan pimpinan BPD.
(5) Pengisian jabatan Pimpinan yang kosong dari unsur anggota lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diisi langsung oleh anggota lainnya pada Rapat Penetapan
Pimpinan BPD.
(6) Tanda tangan berita acara rapat, daftar hadir rapat dan keputusan BPD tentang
penetapan pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan oleh
Pimpinan BPD yang tersisa.

Pasal 11
(1) Pimpinan BPD mempunyai tugas dan kewajiban :
a. Menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja antara Ketua dan
Wakil Ketua BPD;
b. Memimpin Rapat/ musyawarah, dan Rapat– rapat/ musyawarah lainnya dengan
menjaga agar peraturan tata tertib bisa dilaksanakan dan menyimpulkan hasil
rapat/musyawarah untuk diambil keputusan;
c. Menyimpulkan persoalan yang dibicarakan dalam rapat/ musyawarah yang
dipimpinnya;

8
d. Menanda tangani Surat Keputusan BPD dan atau Surat Persetujuan dan/atau
Kesepakatan antara pemerintah Desa dan BPD;
e. Memimpin rapat paripurna dengan menjaga agar peraturan Tata Tertib
dilaksanakan dengan seksama, memberi izin bicara dan menjaga pembicaraan
dapat menyampaikan pandangannya dengan tidak mengganggu;
f. Menyampaikan keputusan rapat kepada pihak yang bersangkutan;
g. Memberitahukan kepada Kepala Desa hasil musyawarah yang perlu dan untuk
ditindak lanjuti;
h. Mengadakan koordinasi dengan pemerintah desa atau pihak-pihak lain yang
dianggap perlu;
i. Menentukan kebijakan anggaran belanja BPD;
j. Menerima dan menindak lanjuti laporan peserta rapat/ musyawarah/ warga
masyarakat;
k. Melaksanakan keputusan – keputusan rapat / musyawarah;
l. Sekurang – kurangnya 1 (satu) bulan sekali mengadakan Rapat / musyawarah
BPD untuk mengevaluasi terhadap pelaksanaan tugas dan kewajiban yang
dilakukan oleh Anggota BPD dan Kinerja Pemerintah Desa.

Pasal 12
(1) Persyaratan calon pimpinan BPD :
a. Dicalonkan atau mencalonkan diri menjadi pimpinan;
b. Dipandang memiliki kemampuan dan kualitas kepemimpinan;
c. Mempunyai pengalaman kepemimpinan dalam organisasi/lembaga
pemerintahan dan atau lembaga kemasyarakatan; dan
d. Cukup cakap serta mempunyai integritas moral yang tinggi.
(2) Tata cara pemilihan dilakukan dengan :
a. musyawarah mufakat;
b. dipilih secara langsung/ aklamasi; atau
c. dipilih secara voting tertutup.
(3) Untuk memimpin rapat pemilihan sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini pimpinan
sementara dapat menunjuk 2 (dua) orang anggota untuk menjadi pelaksana teknis
pemilihan pimpinan.
(4) Pemilihan pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan dalam 3 (tiga)
tahap, yaitu:
a. Tahapan Pemilihan Ketua dengan suara terbanyak yang terpilih;
b. Tahapan Pemilihan Wakil Ketua dengan suara terbanyak yang terpilih; dan
c. Tahapan Pemilihan Sekretaris dengan suara terbanyak yang terpilih;
Sekretaris Badan Permusyawaratan Desa
Pasal 13
(1) Sekretaris BPD adalah unsur pimpinan yang membantu BPD dalam
menyelenggarakan tugas dan kewajibannya.

9
(2) Dalam melaksanakan tugasnya Sekretaris BPD dibantu oleh staf adminstrasi BPD
yang diangkat oleh Pemerintah Desa atas persetujuan Pimpinan BPD dan bukan
berasal dari Perangkat Desa
(3) Staf administrasi BPD yang diangkat oleh Pemerintah Desa atas persetujuan Pimpinan
BPD dan bukan berasal dari Perangkat Desa.

Pasal 14
Apabila Sekretaris BPD berhalangan melaksanakan tugasnya, Ketua BPD dapat menunjuk
staf dalam lingkungan Sekretariat BPD untuk mewakili Sekretaris BPD.
Pasal 15
Tata cara Pencatatan surat masuk dan surat keluar serta penanganan selanjutnya diatur
oleh Sekretaris BPD.

BAB III
FUNGSI DAN TUGAS BPD
Bagian Kesatu
Fungsi BPD
Pasal 16

BPD mempunyai fungsi :


a. membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa;
b. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan
c. melakukan pengawasan Kinerja Kepala Desa.

Bagian Kedua
Tugas BPD
Pasal 17
BPD mempunyai tugas :
a. menggali aspirasi masyarakat;
b. menampung aspirasi masyarakat;
c. mengelola aspirasi masyarakat;
d. menyalurkan aspirasi masyarakat;
e. menyelenggarakan musyawarah BPD;
f. menyelenggarakan musyawarah Desa;
g. membentuk panitia pemilihan Kepala Desa;
h. menyelenggarakan musyawarah Desa khusus untuk pemilihan Kepala Desa antar
waktu;
i. membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa;
j. melaksanakan pengawasan terhadap Kinerja Kepala Desa;
k. melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
l. menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan Pemerintah Desa dan Lembaga
Desa lainnya; dan

10
m. melaksanakan tugas lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Penggalian Aspirasi Masyarakat


Pasal 18
(1) BPD melakukan penggalian aspirasi masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 huruf a.
(2) Penggalian aspirasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan langsung
kepada kelembagaan dan masyarakat Desa termasuk kelompok masyarakat miskin,
masyarakat berkebutuhan khusus, perempuan dan kelompok marjinal.
(3) Penggalian aspirasi dilaksanakan berdasarkan keputusan musyawarah BPD yang
dituangkan dalam agenda kerja BPD.
(4) Pelaksanaan penggalian aspirasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan
panduan kegiatan yang sekurang-kurangnya memuat maksud, tujuan, sasaran, waktu
dan uraian kegiatan.
(5) Hasil penggalian aspirasi masyarakat Desa disampaikan dalam musyawarah BPD.

Menampung Aspirasi Masyarakat


Pasal 19
(1) Pelaksanaan kegiatan menampung aspirasi masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 huruf b dilakukan di sekretariat BPD.
(2) Penampungan aspirasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di
administrasikan dan disampaikan dalam musyawarah BPD. BPD menyediakan sarana
pengaduan masyarakat dalam bentuk:
a. sms center 08..........; dan
b. dll.
(3) Di samping melalui sarana pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
masyarakat dapat menyampaikan aduan secara langsung kepada setiap anggota BPD.
(4) BPD melaksanakan rapat untuk menyelesaikan setiap aduan masyarakat paling lama
3 (tiga) hari diterimanya aduan masyarakat.
(5) Rapat BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus dihadiri oleh paling sedikit
2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota BPD.
(6) Dalam rapat BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (5), BPD dapat menghadirkan
pihak-pihak terkait.

Pengelolaan Aspirasi Masyarakat


Pasal 20
(1) BPD mengelola aspirasi masyarakat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
huruf c melalui pengadministrasian dan perumusan aspirasi.

11
(2) Pengadministrasian aspirasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan
pembidangan yang meliputi :
a. bidang pemerintahan;
b. bidang pembangunan; dan
c. bidang pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat Desa.
(2) Perumusan aspirasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara
menganalisa dan merumuskan aspirasi masyarakat Desa untuk disampaikan kepada
Kepala Desa dalam rangka mewujudkan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan
yang baik dan kesejahteraan masyarakat Desa.

Penyaluran Aspirasi Masyarakat


Pasal 21
(1) BPD menyalurkan aspirasi masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf
d dalam bentuk lisan dan atau tulisan.
(2) Penyaluran aspirasi masyarakat dalam bentuk lisan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) seperti penyampaian aspirasi masyarakat oleh BPD dalam musyawarah BPD yang
dihadiri Kepala Desa.
(3) Penyaluran aspirasi masyarakat dalam bentuk tulisan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) seperti :
a. penyampaian aspirasi melalui surat dalam rangka penyampaian masukan bagi
penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
b. permintaan keterangan kepada Kepala Desa; atau
c. penyampaian rancangan Peraturan Desa yang berasal dari usulan BPD.

Penyelenggaraan Musyawarah BPD


Pasal 22
(1) Musyawarah BPD dilaksanakan dalam rangka menghasilkan keputusan BPD terhadap
hal-hal yang bersifat strategis.
(2) Hal yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti:
a. Musyawarah pembahasan dan penyepakatan rancangan Peraturan Desa;
b. Evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
c. Menetapkan peraturan tata tertib BPD; dan
d. Usulan pemberhentian anggota BPD.
(3) Musyawarah BPD terdiri dari:
a. Musyawarah Internal BPD; dan
b. Musyawarah BPD dengan Pemerintah Desa dan/atau masyarakat.
c. Musyawarah BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan di Kantor BPD
atau di tempat lain sesuai kebutuhan.
d. Musyawarah BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan pada jam kerja
atau di luar jam kerja sesuai kebutuhan.
(4) BPD menyelenggarakan musyawarah BPD dengan mekanisme, sebagai berikut:
a. musyawarah BPD dipimpin oleh pimpinan BPD;

12
b. musyawarah BPD dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua
pertiga) dari jumlah anggota BPD;
c. pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah guna mencapai
mufakat;
d. apabila musyawarah mufakat tidak tercapai, pengambilan keputusan dilakukan
dengan cara Pemberian suara;
e. Pemberian suara sebagaimana dimaksud dalam huruf d dinyatakan sah apabila
disetujui oleh paling sedikit ½ (satu perdua) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota
BPD yang hadir;
f. Pembulatan 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota BPD sebagaimana dimaksud
pada huruf b dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pembulatan jumlah anggota BPD 5 orang adalah 3 orang anggota BPD yang
hadir musyawarah.
b. pembulatan jumlah anggota BPD 7 orang adalah 5 orang anggota BPD yang
hadir musyawarah.
c. pembulatan jumlah anggota BPD 9 orang adalah 6 orang anggota BPD yang
hadir musyawarah.
g. hasil musyawarah BPD ditetapkan dengan keputusan BPD dan dilampiri notulen
musyawarah yang dibuat oleh sekretaris BPD.

Pimpinan Musyawarah BPD


Pasal 23
(1) Musyawarah BPD dipimpin oleh unsur pimpinan BPD, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Ketua BPD menjadi pimpinan musyawarah apabila pimpinan dan anggota hadir
lengkap;
b. Wakil Ketua BPD menjadi pimpinan musyawarah apabila ketua BPD berhalangan
hadir; dan
c. Sekretaris BPD menjadi pimpinan musyawarah apabila Ketua BPD dan Wakil
Ketua BPD berhalangan hadir.
d. Apabila seluruh pimpinan BPD berhalangan hadir maka seluruh anggota yang
hadir melakukan kesepakatan yang dituangkan dengan berita acara untuk
menetapkan pimpinan rapat dari anggota yang tertua dan dan dibantu oleh
anggota yang termuda
(2) Dalam hal musyawarah BPD membahas materi khusus bidang maka pimpinan
musyawarah adalah ketua bidang.
(3) Dalam hal musyawarah BPD membahas penggantian anggota BPD antar waktu dan
BPD antar waktu sementara maka pimpinan musyawarah mengikuti ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Penyelenggaraan Musyawarah Desa


Pasal 24

13
(1) Musyawarah Desa diselenggarakan oleh BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
huruf f yang difasilitasi oleh Pemerintah Desa.
(2) Musyawarah Desa merupakan forum permusyawaratan yang diikuti oleh BPD,
Pemerintah Desa dan unsur masyarakat Desa untuk memusyawarahkan hal yang
bersifat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
(3) Hal yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :
a. penataan Desa;
b. perencanaan Desa;
c. kerja sama Desa;
d. rencana investasi yang masuk ke Desa;
e. pembentukan BUM Desa;
f. penambahan dan pelepasan Aset Desa; dan
g. kejadian luar biasa.
(4) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas :
a. tokoh adat;
b. tokoh agama;
c. tokoh masyarakat;
d. tokoh pendidikan;
e. perwakilan kelompok tani;
f. perwakilan kelompok nelayan;
b. perwakilan kelompok pengrajin;
c. perwakilan kelompok perempuan;
d. perwakilan kelompok pemerhati dan pelindungan anak; dan
j. perwakilan kelompok masyarakat tidak mapan.
(5) Selain unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4), musyawarah Desa
dapat melibatkan unsur masyarakat lain sesuai dengan kondisi sosial budaya
masyarakat.
(6) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai dari APBDesa.

Pembahasan dan Penyepakatan


Rancangan Peraturan Desa
Pasal 25
(1) BPD dan Kepala Desa membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa yang
diajukan BPD dan/atau Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 49 huruf i.
(2) Pembahasan rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan oleh BPD dalam musyawarah BPD.
(3) Rancangan Peraturan Desa yang diusulkan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibahas terlebih dahulu dalam musyawarah internal BPD paling lambat 10
(sepuluh) hari kerja terhitung sejak rancangan Peraturan Desa diterima oleh BPD.
(4) Pelaksanaan pembahasan rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) antara BPD dan Kepala Desa untuk pertama kali dilakukan paling lama 30
(tiga puluh) hari sejak pelaksanaan musyawarah internal BPD.

14
(5) Setiap pembahasan rancangan Peraturan Desa dilakukan pencatatan proses yang
dituangkan dalam notulen musyawarah.

Pasal 26
(1) Dalam hal pembahasan rancangan Peraturan Desa antara BPD dan Kepala Desa tidak
mencapai kata sepakat, musyawarah bersama tetap mengambil keputusan dengan
disertai catatan permasalahan yang tidak disepakati.
(2) Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan oleh
Kepala Desa kepada Bupati melalui Camat disertai catatan permasalahan yang tidak
disepakati paling lambat 7 (tujuh) hari sejak musyawarah pembahasan terakhir untuk
mendapatkan evaluasi dan pembinaan.
(3) Tindak lanjut evaluasi dan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
berbentuk :
a. penghentian pembahasan; atau
b. pembinaan untuk tindak lanjut pembahasan dan kesepakatan rancangan
Peraturan Desa.
(4) Tindak lanjut pembahasan dan kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b dapat dihadiri Camat atau pejabat lain yang ditunjuk Bupati.

Pelaksanaan Pengawasan Kinerja Kepala Desa


Pasal 27
(1) BPD melakukan pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa sebagaimana dimaksud
dalam pasal 17 huruf j.
(2) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui :
a. perencanaan kegiatan Pemerintah Desa;
b. pelaksanaan kegiatan; dan
c. pelaporan penyelenggaraan Pemerintah Desa.
(3) Bentuk pengawasan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa monitoring
dan evaluasi.

Pasal 28
Hasil pelaksanaan pengawasan kinerja Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
ayat (1) menjadi bagian dari laporan kinerja BPD.

Evaluasi Laporan Keterangan


Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Pasal 29
(1) BPD melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa
sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 huruf k.
(2) Evaluasi laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan evaluasi atas
kinerja Kepala Desa selama 1 (satu) tahun anggaran.

15
(3) Pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan berdasarkan prinsip
demokratis, responsif, transparansi, akuntabilitas dan objektif.
(4) Evaluasi pelaksanaan tugas Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
a. capaian pelaksanaan RPJMDesa, RKPDesa dan APBDesa;
b. capaian pelaksanaan penugasan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Daerah;
c. capaian ketaatan terhadap pelaksanaan tugas sesuai peraturan perundang-
undangan; dan
d. prestasi Kepala Desa.
(5) Pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian dari
laporan kinerja BPD.

Pasal 30
(1) BPD melakukan evaluasi LKPPD paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak Laporan
LKPPD diterima.
(2) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) BPD dapat :
a. membuat catatan tentang Kinerja Kepala Desa;
b. meminta keterangan atau informasi;
c. menyatakan pendapat; dan
d. memberi masukan untuk penyiapan bahan musyawarah Desa.
(3) Dalam hal Kepala Desa tidak memenuhi permintaan BPD sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b, BPD tetap melanjutkan proses penyelesaian evaluasi LKPPD
dengan memberikan catatan kinerja Kepala Desa.
(4) Evaluasi LKPPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi bagian dari laporan
kinerja BPD.

Menciptakan Hubungan Kerja Yang Harmonis Dengan


Pemerintah Desa dan Lembaga Desa Lainnya
Pasal 31
(1) Hubungan kerja antara BPD dan Pemerintah Desa sebagai mitra dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 huruf r.
(2) Hubungan kerja antara BPD dan lembaga kemasyarakatan desa bersifat konsultatif
dan koordinatif.
(3) Dalam rangka menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan Pemerintah Desa
dan lembaga Desa lainnya, BPD dapat mengusulkan kepada Kepala Desa untuk
membentuk Forum Komunikasi Antar Kelembagaan Desa (FKAKD).
(4) Forum Komunikasi Antar Kelembagaan Desa (FKAKD) sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) terdiri dari unsur Ketua/Kepala kelembagaan Desa yang telah terbentuk.
(5) Forum Komunikasi Antar Kelembagaan Desa (FKAKD) sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

BAB IV

16
HAK, KEWAJIBAN DAN WEWENANG BPD
Bagian Kesatu
Hak BPD
Pasal 32
BPD berhak :
a. mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa
kepada Pemerintah Desa;
b. menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa dan pemberdayaan
masyarakat Desa; dan
c. mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari APBDesa dan
PADes

Tata Cara Pelaksanaan Hak BPD


Pasal 33
(1) Ketentuan hak – hak yang dimaksud pasal 32, hanya dapat diajukan oleh sekurang –
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota BPD;
(2) Usul sebagaimana dimaksud ayat (1) disampaikan kepada pimpinan BPD secara
tertulis, singkat dan jelas ditanda tangani pengusul;
(3) Selambat – lambatnya 1 minggu setelah menerima usul dimaksud ayat (2) Pimpinan
BPD mengadakan rapat / musyawarah;
(4) Rapat / musyawarah dapat menerima atau menolak usul yang diajukan pengusul
dengan ketentuan, apabila usulan ditolak maka tidak boleh lagi diajukan untuk masa
sidang atau rapat / musyawarah pada tahun berjalan dan apabila diterima harus
ditindaklanjuti oleh Pimpinan BPD sesuai dengan kepentingannya.
Pengawasan
Pasal 34
(1) BPD melakukan pengawasan melalui monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas
Kepala Desa.
(2) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap
perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

Meminta Keterangan
Pasal 35
(1) Hak meminta keterangan  sebagaimana dimaksud pada pasal 32 huruf a diajukan
kepada Pimpinan BPD, disusun secara singkat, jelas dan ditandatangani oleh para
pengusul serta diberi nomor pokok oleh Sekretaris BPD ;
(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan dokumen yang memuat
sekurang-kurangnya:
a. materi kebijakan dan/atau pelaksanaan kebijakan Pemerintah Desa yang akan
dimintakan keterangan; dan
b. alasan permintaan keterangan.

17
Pernyataan Pendapat
Pasal 36
(1) BPD menggunakan hak menyatakan pendapat berdasarkan Keputusan BPD.
(2) Pernyataan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kesimpulan
dari pelaksanaan penilaian secara cermat dan objektif atas penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
(3) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui pembahasan dan
pendalaman suatu objek penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang dilakukan dalam
musyawarah BPD.
(4) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan hasil musyawarah
BPD.

Pasal 37
(1) Hak Menyatakan Pendapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf b diusulkan
kepada pimpinan BPD;
(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) serta penjelasannya disampaikan secara
tertulis kepada Pimpinan BPD, dengan disertai daftar nama dan tanda tangan para
pengusul serta diberi nomor pokok oleh Sekretaris BPD;
(3) Pengusulan hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai
dengan dokumen yang memuat sekurang-kurangnya:
a. Materi dan alasan pengajuan usul pernyataan pendapat ;
b. Materi dan bukti yang sah atas dugaan adanya tindakan atau materi dan bukti
yang sah atas dugaan tidak dipenuhinya syarat sebagai Kepala Desa.
(4) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diumumkan oleh pimpinan BPD dalam
rapat/musyawarah dan dibagikan kepada seluruh anggota BPD;
(5) Selama usul hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) belum disetujui oleh rapat / musyawarah pengusul berhak mengadakan
perubahan dan menarik usulnya kembali;
(6) Apabila usul sebagaimana dimaksud pada ayat (6) pengusul menarik usulnya
kembali, maka usul tersebut menjadi gugur dengan sendirinya;
(7) Dalam hal rapat / musyawarah menyetujui usul hak menyatakan pendapat, rapat /
musyawarah membentuk panitia khusus;
(8) Panitia khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (7), melakukan pembahasan dengan
Kepala Desa;
(9) Dalam melakukan pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) , Kepala Desa
dapat diwakilkan oleh Perangkat Desa;
(10) Dalam pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dan ayat (9), panitia khusus
dapat mengadakan rapat / musyawarah kerja, rapat / musyawarah dengar pendapat,
dan/atau rapat / musyawarah dengar pendapat umum dengan pihak yang
dipandang perlu, termasuk pengusul;

18
(11) Setelah pembahasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), ayat (9) dan ayat (10)
dilanjutkan dengan pengambilan keputusan dalam rapat / musyawarah untuk
menyetujui atau menolak pernyataan pendapat tersebut.

Pasal 38
(1) Keputusan BPD mengenai usul menyatakan pendapat yang berupa dugaan:
a. Melanggar sumpah / janji jabatan Kepala Desa/ Perangkat Desa dan/atau staf
Perangkat desa;
b. Tidak melaksanakan kewajiban sebagai Kepala Desa/ Perangkat Desa dan/atau
staf Perangkat Desa;
c. Melanggar larangan bagi Kepala Desa/ Perangkat Desa dan/atau staf perangkat
desa.
(2) Keputusan BPD mengenai usul menyatakan pendapat selain yang dimaksud pada
ayat (1), disampaikan kepada Kepala Desa;
(3) Apabila usul menyatakan pendapat terbukti atau dapat dibuktikan sebagaimana
dimaksud ayat (1), BPD menyelenggarakan rapat / musyawarah untuk meneruskan
usul pertimbangan pemberhentian sementara dan/atau pemberhentian Kepala Desa
kepada Bupati  melalui Camat dan pemberhentian sementara dan/atau
pemberhentian Perangkat Desa dan/atau staf perangkat desa kepada kepala desa.

Pasal 39
(1) Setiap anggota BPD berhak mengajukan pertanyaan sebagaimana dimaksud pada
pasal 38 ayat (2) huruf b kepada Kepala Desa;
(2) Pertanyaan sebagaimana dimaksud ayat (1) tentang pelaksanaan tugas Kepala Desa
dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa;
(3) Pimpinan BPD menerusk an usulan tersebut kepada Kepala Desa;
(4) Jawaban atas pertanyaan yang dimaksud ayat (2)  oleh Kepala Desa dilakukan secara
tertulis;
(5) Penanya dapat meminta kepada Kepala Desa agar memberikan jawaban secara lisan
dalam rapat / musyawarah paripurna BPD atau rapat panmus, atau rapat panitia atau
rapat gabungan;
(6) Jawaban yang diberikan Kepala Desa menjadi bahan penilaian BPD dan selanjutnya
BPD dapat menerima atau menolak jawaban tersebut;
(7) Jika jawaban dimaksud ayat (6) diterima, maka persoalannya dianggap selesai dan
sebaliknya jika ditolak maka konsekwensinya menjadi beban pertanggungjawaban
Kepala Desa.
Biaya Operasional
Pasal 40
(1) BPD mendapatkan biaya operasional yang bersumber dari APBDesa dan PADes
(2) Biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk dukungan
pelaksanaan fungsi dan tugas BPD.

19
(3) Alokasi biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan
memperhatikan komponen kebutuhan operasional dan kemampuan Keuangan Desa.

Pasal 41
(1) Hak mendapatkan biaya operasional BPD dalam melaksanakan fungsinya,
sebagaimana dimaksud pada pasal 32 huruf c digunakan untuk :
a. Biaya pelaksanaan rapat/ musyawarah;
b. Biaya administrasi kesekretariatan;
c. Biaya peningkatan kapasitas kelembagaan dan keanggotaan BPD;
d. Biaya lain yang tidak bertentangan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Disamping biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pimpinan dan
anggota BPD berhak mendapatkan :
a. Penghasilan tetap;
b. Tunjangan-tunjangan;
c. Pakaian dinas;
(3) Dalam setiap tahun anggaran, BPD menyusun dan menetapkan kebutuhannya dalam
Anggaran Belanja BPD ;
(4) Anggaran Belanja BPD sebagaimana dimaksud ayat (3) disusun oleh Pimpinan BPD
setelah menerima masukan dari para anggota BPD;
(5) Anggaran Belanja BPD sebagaimana dimaksud ayat (4) disampaikan oleh Ketua BPD
kepada Kepala Desa untuk dimasukan kedalam Rancangan APB Desa.

Bagian Kedua
Hak Anggota BPD
Pasal 42
(1) Anggota BPD berhak :
a. mengajukan usul rancangan Peraturan Desa;
b. mengajukan pertanyaan;
c. menyampaikan usul dan/atau pendapat;
d. memilih dan dipilih; dan
e. mendapat tunjangan dari APBDesa.
(2) Hak anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf
d digunakan dalam musyawarah BPD.
(3) Selain hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) BPD berhak :
a. memperoleh pengembangan kapasitas melalui pendidikan dan pelatihan,
sosialisasi, pembimbingan teknis dan kunjungan lapangan seperti studi banding
yang dilakukan di dalam negeri;
b. penghargaan dari Pemerintah Daerah bagi pimpinan dan anggota BPD yang
berprestasi;
c. mendapatkan jaminan kesehatan; dan
d. menerima jaminan ketenagakerjaan.

20
(4) Pemberian jaminan kesehatan dan jaminan ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf c dan huruf d diintegrasikan dengan jaminan pelayanan yang
dilakukan oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 43
(1) Pimpinan dan anggota BPD mempunyai hak untuk memperoleh tunjangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) huruf e.
(2) Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tunjangan pelaksanaan
tugas dan fungsi dan tunjangan lainnya.
(3) Tunjangan pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan tunjangan kedudukan.
(4) Tunjangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan tunjangan
kinerja.

Pasal 44
(1) Tunjangan kedudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (3) diberikan
berdasarkan kedudukan anggota dalam kelembagaan BPD.
(2) Tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (4), dapat diberikan
dalam hal terdapat penambahan beban kerja.
(3) Tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersumber dari Pendapatan
Asli Desa.
(4) Besaran tunjangan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan
oleh Bupati.
(5) Bupati menetapkan besaran tunjangan kedudukan :
a. Ketua;
b. Wakil ketua paling tinggi sebesar 90 % (sembilan puluh persen) dari tunjangan
kedudukan Ketua;
c. Sekretaris paling tinggi sebesar 80 % (delapan puluh persen) dari tunjangan
kedudukan Ketua;
d. Ketua Bidang paling tinggi sebesar 70 % (tujuh puluh persen) dari tunjangan
kedudukan Ketua; dan
e. Anggota paling tinggi sebesar 60 % (enam puluh persen) dari tunjangan
kedudukan Ketua.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tunjangan BPD diatur dalam Peraturan Bupati.

Pasal 45
Pembiayaan pengembangan kapasitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (3)
huruf a, bersumber dari APBDesa.

Bagian Ketiga
Kewajiban Anggota BPD
Pasal 46
Anggota BPD wajib :

21
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika;
b. melaksanakan kehidupan demokrasi yang berkeadilan gender dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
c. mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok dan/atau
golongan;
d. menghormati nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat Desa;
e. menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga Pemerintah Desa
dan lembaga desa lainnya; dan
f. mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dan kestabilan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa serta mempelopori penyelenggaraan Pemerintahan Desa
berdasarkan tata kelola pemerintahan yang baik. memperjuangkan peningkatan
kesejahteraan rakyat;
g. menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa;
h. menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat
Desa;
i. menaati tata tertib dan kode etik;
j. memberikan pertanggungjawaban secara moral kepada masyarakat

Bagian Keempat
Laporan Kinerja BPD
Pasal 47
(1) Laporan kinerja BPD merupakan laporan atas pelaksanaan tugas BPD dalam 1 (satu)
tahun anggaran.
(2) Laporan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dengan sistematika :
a. dasar hukum;
b. pelaksanaan tugas; dan
c. penutup.
(3) Laporan kinerja BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan secara tertulis
kepada Bupati melalui Camat serta disampaikan kepada Kepala Desa dan forum
musyawarah Desa secara tertulis dan/atau lisan.
(4) Laporan kinerja BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lama 4
(empat) bulan setelah selesai tahun anggaran.

Pasal 48
(1) Laporan kinerja BPD yang disampaikan kepada Bupati sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 47 ayat (3) digunakan Bupati untuk evaluasi kinerja BPD serta pelaksanaan
pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
(2) Laporan kinerja BPD yang disampaikan pada forum musyawarah Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47 ayat (3) merupakan wujud pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas BPD kepada masyarakat Desa.

Bagian Kelima

22
Kewenangan BPD
Pasal 49
BPD berwenang :
a. mengadakan pertemuan dengan mayarakat untuk mendapatkan Aspirasi;
b. menyampaikan aspirasi masyarakat kepada Pemerintah Desa secara lisan dan tertulis;
c. mengajukan rancangan Peraturan Desa yang menjadi kewenangannya;
d. melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja Kepala Desa;
e. meminta keterangan tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada Pemerintah
Desa;
f. menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa dan pemberdayaan
masyarakat Desa;
g. mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dan kestabilan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa serta mempelopori penyelenggaraan Pemerintahan Desa
berdasarkan tata kelola pemerintahan yang baik;
h. menyusun peraturan tata tertib BPD;
i. menyampaikan laporan hasil pengawasan yang bersifat insidentil kepada Bupati
melalui Camat;
j. menyusun dan menyampaikan usulan rencana biaya operasional BPD secara tertulis
kepada Kepala Desa untuk dialokasikan dalam RAPBDesa;
k. mengelola biaya operasional BPD;
l. mengusulkan pembentukan Forum Komunikasi Antar Kelembagaan Desa kepada
Kepala Desa; dan
l. melakukan kunjungan kepada masyarakat dalam rangka monitoring dan evaluasi
penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
m. Memberikan usul dan saran kepada Kepala Desa tentang penyelenggaraan
Pemerintahan Desa;
n. Menjelaskan kebijakan Pemerintah Desa kepada masyarakat;
o. Melaksanakan pemberdayaan masyarakat;
p. Membentuk panitia pemilihan kepala desa/panitia pemilihan kepala desa antar
waktu;
q. Meminta laporan keterangan penyelenggaran pemerintahan  secara tertulis dari
kepala desa setiap akhir tahun anggaran;
r. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan desa lain atau dengan
pihak ketiga;
s. Melaksanakan konsultasi dengan organisasi kemasyarakatan atau lembaga
kemasyarakatan; dan
t. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pelaksanaan Jam Musyawarah


Pasal 50
(1) Musyawarah dapat dilakukan pada waktu- waktu sebagai berikut:

23
a. siang hari
- hari senin sampai hari kamis , pukul 09.00-15.00 Wib
- hari jumat, pukul 09.00-11.00 Wib
- hari sabtu dan minggu (dalam hal tertentu)
b. malam (jika diperlukan), pukul 20.00-24.00 Wib
c. jam istirahat pukul 12.30-13.30 Wib
(2) penyimpangan hari dan waktu musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh rapat/musyawarah yang bersangkutan.
(3) Musyawarah tidak diselenggarakan pada hari raya keagamaan dan hari
kemerdekaan.
Tempat Musyawarah
Pasal 51
(1) Tempat penyelenggaraan Musyawarah Desa dapat berupa gedung balai Desa, gedung
pertemuan milik Desa, lapangan Desa, rumah warga Desa dan/atau gedung sekolah
yang ada di Desa, atau tempat lainnya yang layak.
(2) Tempat penyelenggaraan Musyawarah Desa harus berada di wilayah Desa.
(3) Tempat penyelenggaraan Musyawarah Desa disesuaikan dengan kondisi obyektif
Desa dan kondisi sosial budaya masyarakat.
(4) Tempat penyelenggaraan musyawarah dilengkapi dengan sarana/prasarana
pendukung.
Pasal 52
(1) Sarana/prasana pendukung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (4) dapat
berupa kendaraan transportasi peserta, konsumsi dan alat konsumsi, meja/kursi,
tenda, pengeras suara, papan tulis, alat tulis kantor (ATK).
(2) Sarana/prasana Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan
melalui swadaya gotong royong dengan mengutamakan pendayagunaan
sarana/prasarana yang sudah ada di Desa sesuai dengan kondisi obyektif Desa dan
sosial budaya masyarakat.
(3) Dalam hal pendayagunaan sarana/prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak dapat dilakukan secara swadaya gotong royong, Badan Permusyawaratan Desa
meminta Pemerintah Desa untuk menyediakan pembiayaan.

Rapat-Rapat BPD
Pasal 53
(1) Rapat – rapat terdiri dari :
a. Rapat / musyawarah Pimpinan BPD;
b. Rapat / musyawarah Kerja;
c. Rapat / musyawarah Dengar Pendapat;
d. Rapat / musyawarah lain – lain.
(2) Rapat / musyawarah Pimpinan BPD adalah rapat – rapat unsur pimpinan yang
dipimpin oleh ketua dan wakil ketua BPD;
(3) Rapat / musyawarah Kerja adalah Rapat / musyawarah dengan Kepala Desa dan
atau Perangkat Desa;

24
(4) Rapat / musyawarah Dengar Pendapat adalah rapat dengan lembaga kemasyarakatan
atau tokoh masyarakat;
(5) Rapat – rapat / musyawarah lain adalah rapat yang perlu diadakan yang dipimpin
oleh ketua atau wakil Ketua BPD dengan Kepala Desa atau Perangkat Desa atau
masyarakat desa.
Sifat Rapat
Pasal 54
(1) Rapat / musyawarah BPD bersifat terbuka untuk umum kecuali dinyatakan tertutup
berdasarkan peraturan tata tertib ini dan atas kesepakatan Pimpinan BPD;
(2) Rapat / musyawarah terbuka adalah Rapat anggota BPD yang dihadiri oleh umum;
(3) Rapat / musyawarah tertutup adalah rapat anggota BPD yang tidak boleh dihadiri
oleh umum;
(4) Pembicaraan dalam rapat tertutup rahasia dan tidak boleh diumumkan.

Pasal 55
(1) Untuk kelancaran jalannya rapat / musyawarah, Pimpinan rapat / musyawarah
dapat menetapkan tahapan pembicaraan setelah mendapat persetujuan dari peserta
rapat;
(2) Setiap anggota BPD yang akan berbicara mencatatkan namanya kepada Pimpinan
rapat / musyawarah sebelum sesuatu hal dimulai;
(3) Giliran berbicara diatur menurut urutan permintaan kecuali terdapat hal – hal tertentu
yang menurut pertimbangan ketua rapat memungkinkan giliran berbicara tidak
menurut urutan permintaan;
(4) Anggota berbicara ditempat yang telah disediakan setelah mendapat izin dari
pimpinan rapat / musyawarah selama anggota berbicara tidak boleh diganggu;
(5) Ketua rapat / musyawarah hanya dapat berbicara selaku pimpinan rapat /
musyawarah untuk menyelesaikan masalah yang menjadi pokok pembicaraan;
(6) Apabila ketua rapat / musyawarah ingin berbicara selaku anggota, maka pimpinan
rapat diserahkan sementara kepada anggota pimpinan rapat / musyawarah
sementara.
Pasal 56
(1) Pimpinan rapat / musyawarah mengingatkan pembicara apabila pembicaraan yang
disampaikan menyimpang dari peraturan tata tertib;
(2) Apabila peserta rapat / musyawarah mengeluarkan kata – kata yang tidak layak atau
mengganggu jalannya rapat / musyawarah, pimpinan rapat / musyawarah
memberikan peringatan supaya pembicara tertib kembali
(3) Apabila pembicara yang dimaksud ayat (1) dan (2) mengulangi hal yang sama, maka
pimpinan rapat / musyawarah melarang meneruskan pembicaraan atau meminta
kepada yang bersangkutan untuk meninggalkan jalannya rapat / musyawarah;
(4) Apabila terjadi sebagaimana ayat (3) dan rapat dimungkinkan tidak diteruskan, maka
pimpinan rapat / musyawarah dapat menunda rapat dengan batas waktu 1 x 24 jam,
kecuali rapat / musyawarah menentukan lain.
Berita Acara dan Notulen
Pasal 57

25
(1) Untuk setiap rapat / musyawarah, dibuat Berita Acara dan Notulen yang disusun
oleh sekretaris BPD dan ditanda tangani oleh Pimpinan rapat / musyawarah;
(2) Berita Acara dan Notulen sebagaimana dimaksud ayat (1) memuat secara lengkap
jalannya pembicaraan rapat / musyawarah disertai catatan mengenai :
a. Jenis dan sifat rapat / musyawarah;
b. Hari dan tanggal rapat / musyawarah;
c. Tempat rapat / musyawarah;
d. Acara rapat / musyawarah;
e. Waktu pembukaan dan penutupan rapat / musyawarah;
f. Pimpinan rapat / musyawarah;
g. Daftar hadir anggota BPD peserta rapat / musyawarah, dan keterangan anggota
yang tidak hadir;
h. Kepala Desa atau pejabat yang mewakilinya atau pejabat pemerintah  lainnya;
i. Undangan hadir;
j. Proses tentang pengambilan keputusan.
(3) Setelah rapat / musyawarah selesai, maka sekretaris BPD segera menyusun
rancangan Berita Acara dan Notulen rapat atau Berita Acara dan Notulen rapat /
musyawarah sementara untuk dibacakan atau dibagikan kepada Anggota BPD
peserta rapat / musyawarah atau pihak yang bersangkutan;
(4) Setiap anggota BPD peserta rapat / musyawarah dapat mengoreksi Berita Acara dan
Notulen rapat sebagaimana dimaksud ayat (3) untuk perbaikan atau penyempurnaan
sesuai dengan pokok pembicaraan dalam rapat / musyawarah.
(5) Dalam hal Sekretaris BPD berhalangan hadir sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Berita Acara dan Notulen disusun oleh anggota BPD yang lain.
(6) Berita Acara dan Notulen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijadikan dasar untuk
pembuatan Keputusan BPD.
(7) Berita Acara dan Notulen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan
format sebagaimana ketentuan peraturan perundang-undangan.
(8) Berita Acara dan Notulen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada
pihak terkait paling lambat 7 (tujuh) hari sejak pelaksanaan musyawarah BPD.
Ketentuan Dalam Rapat
Pasal 58
(1) Pimpinan BPD dan/atau Anggota wajib menghadiri secara fisik setiap rapat yang
menjadi tanggungjawabnya dan tepat waktu
(2) Anggota yang secara fisik tidak dapat hadir dalam rapat wajib memberitahukan
secara lisan dan/atau tertulis kepada Pimpinan Rapat, dengan terlebih dahulu
meminta ijin kepada Pimpinan Rapat.
(3) Ketidakhadiran Anggota secara fisik tanpa pemberitahuan sebanyak 6 (enam) kali
berturut-turut dalam rapat sejenis merupakan suatu pelanggaran Kode Etik.
(4) Ketidakhadiran Anggota yang disengaja, terlebih dahulu memberitahukan kepada
Pimpinan terhadap agenda tertentu sebagai hak yang tidak dapat disebut sebagai
pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

26
(5) Anggota yang sudah hadir karena perbedaan sikap terhadap keputusan tertentu dan
melakukan walk out dihormati sebagai hak yang tidak dapat disebut sebagai
pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

Perjalanan Dinas
Pasal 59
(1) Anggota BPD dapat melakukan perjalanan dinas di dalam Desa atau keluar Desa
dengan biaya APBDesa sebagaimana diatur dalam Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku.
(2) Anggota BPD tidak diperkenankan menggunakan fasilitas perjalanan dinas untuk
kepentingan di luar tugas badan permusyawaratan desa.
(3) Perjalanan dinas dilakukan dengan menggunakan anggaran yang tersedia
(4) Anggota BPD tidak dapat membawa keluarga dalam suatu perjalanan dinas, kecuali
dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan atau atas dasar biaya sendiri
(5) Dalam hal perjalanan dinas atas biaya pengundang, baik dari dalam Desa maupun
luar Desa, harus dengan sepengetahuan Pimpinan BPD.

Ijin Khusus
Pasal 60
(1) Ijin khusus dapat diberikan kepada Pimpinan BPD dan/atau Anggota.
(2) Ijin khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain:
a. untuk melaksanakan ibadah;
b. keikutsertaan dalam kegiatan diluar BPD;
c. mengikuti acara Organisasi;
d. serta kegiatan tertentu lainnya.
e. Ijin Khusus sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan oleh Pimpinan BPD.

Cuti
Pasal 61
(1) Cuti dapat diberikan kepada Pimpinan BPD dan/atau Anggota.
(2) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain:
a. Cuti Bersalin;
b. Cuti Besar;
c. Cuti tahunan;
d. Cuti sakit; dan
e. Cuti alasan penting.
(3) Cuti sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan oleh Pimpinan BPD apabila yang
meminta cuti adalah anggota BPD.
(4) Cuti sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan oleh Pimpinan BPD lainnya apabila
yang meminta cuti adalah Pimpinan BPD.
(5) Cuti bersalin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diberikan dengan
ketentuan:

27
a. untuk kelahiran anak pertama sampai dengan kelahiran anak ketiga pada saat
menjadianggota BPD, berhak atas cuti melahirkan.
b. Untuk kelahiran anak keempat dan seterusnya, kepada anggota BPD diberikan
cuti besar.
c. Lamanya cuti melahirkan adalah 3 (tiga) bulan.
d. yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pimpinan BPD
untuk memberikan hak atas cuti bersalin.
(5) Cuti Besar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diberikan dengan ketentuan:
a. Bekerja/masa Tugas BPD paling kurang 3 (tiga) tahun;
b. Lamanya hak atas cuti tahunan adalah 3 (tiga) bulan.
c. yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pimpinan BPD
untuk memberikan hak atas cuti besar.
d. PNS yang menggunakan hak atas cuti besar, tidak berhak atas cuti tahunan dalam
tahun yang bersangkutan.
(6) Cuti Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diberikan dengan
ketentuan:
a. Bekerja/ masa tuga BPD paling kurang 1 (satu) tahun;
b. Lamanya hak atas cuti tahunan adalah 12 (dua belas) hari kerja.
c. yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pimpinan BPD
untuk memberikan hak atas cuti tahunan.

(7) Cuti sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d diberikan dengan ketentuan:
a. Bekerja/ masa tugas BPD paling kurang 1 (satu) tahun;
b. Lamanya hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud adalah 14 (empat belas)
hari kerja.
c. yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pimpinan BPD
untuk memberikan hak atas cuti tahunan dengan melampirkan surat dokter.
d. PNS yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari, diberikan untuk
tambahan waktu cuti sakit paling lama 6 (enam) bulan apabila diperlukan,
berdasarkan surat keterangan Dokter Pemerintah sesuai ketentuan peraturan
perundang- undangan.
e. Anggota BPD yang mengalami gugur kandungan, berhak atas cuti sakit untuk
paling lama 45 (empat puluh lima) hari kalender.
(8) Cuti alasan penting sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e diberikan dengan
ketentuan:
a. ibu, bapak, isteri atau suami, anak, adik, kakak, mertua, atau menantu sakit keras
atau meninggal dunia.
b. salah seorang anggota keluarga yang dimaksud pada huruf a meninggal dunia,
dan menurut peraturan perundang-undangan yang bersangkutan harus
mengurus hak-hak dari anggota keluarganya yang meninggal dunia.
c. Melangsungkan perkawinan.
d. Lamanya hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud adalah 12 (dua belas) hari
kerja.

28
e. yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pimpinan BPD
untuk memberikan hak atas cuti alasan penting dengan melampirkan dokumen
pendukung.
(9) Dalam hal Pimpinan dan anggota BPD cuti, tunjangan kedudukannya tidak diberikan
apabila waktu/ masa cuti lebih dari 7 hari kalender untuk bulan berjalan.
Hal – Hal Mengetahui Kepantasan
Pasal 62
Pimpinan BPD dan/atau Anggota harus memperhatikan prinsip-prinsip kepantasan
sebagai berikut :
a. Tidak melakukan hal-hal yang menyimpang dari norma agama yang dianut, adat
istiadat dan etika masyarakat.
b. Menggunakan fasilitas BPD sesuai dengan prosedur yang benar
c. Tidak terlambat menghadiri rapat dan tidak meninggalkan rapat sebelum selesai
tanpa alasan yang bisa dipertanggungjawabkan.
d. Menjalin hubungan dengan Sekretariat BPD atas dasar sikap saling menghargai dan
menghormati
e. Menggunakan tutur kata yang jelas, mudah dipahami dan tidak menyinggung
perasaan pihak lain serta tidak meninggalkan sopan santun baik dalam rapat maupun
diluar rapat

Rahasia
Pasal 63
Anggota wajib menjaga rahasia yang dipercayakan kepadanya, termasuk hasil rapat yang
dinyatakan sebagai rahasia sampai batas waktu yang telah ditentukan atau sampai masalah
tersebut sudah dinyatakan terbuka untuk umum.

Tata Pakaian dan Tata Tempat


Pasal 64
(1) Pakaian Dinas Anggota BPD terdiri dari :
a. Pakaian Sipil Lengkap (PSL);
b. Pakaian Sipil Resmi (PSR);
c. Pakaian Sipil Harian (PSH);
d. Pakaian Dinas Lapangan (PDL);
e. Papan Nama dan Lencana BPD.
(2) Penggunaan Pakaian Dinas disesuaikan dengan undangan rapat.
(3) Pakaian kerja harian adalah :
a. Hari senin sampai dengan hari Rabu Pakaian Sipil Harian (PSH) atau Pakaian
Dinas Lapangan (PDL);
b. Hari kamis Batik/ Sasirangan;
c. Hari jumat Pakaian Olahraga.

Pasal 65

29
(1) Dalam hal melakukan kunjungan kerja atau peninjauan lapangan, Pimpinan dan
anggota BPD memakai Pakaian Sipil Harian (PSH) atau pakaian yang disesuaikan
dengan kebutuhan.
(2) Dalam hal acara-acara tertentu pimpinan dan anggota BPD dapat memakai pakaian
adat dan atau sesuai dalam Undangan
(3) Pakaian adat setempat sebagaimana dimaksud ayat (2) ditentukan oleh Musyawarah
BPD.
(4) Pakaian adat setempat dipakai pada saat menghadiri peringatan hari-hari tertentu.
(5) Tata tempat dalam rapat sebagai berikut :
a. Pimpinan Rapat berada duduk dibagian depan;
b. Anggota Rapat atau Anggota BPD duduk sebelah kiri dan kanan dari pimpinan
rapat;
c. Undangan atau mitra kerja duduk berhadapan dari pimpinan rapat;
d. Sekretaris rapat duduk dibelakang pimpinan rapat;
e. Sekretariat BPD wajib menyiapkan segala sesuatu fasilitas yang berhubungan
dengan rapat-rapat BPD.

Perubahan Peraturan Tata Tertib


Pasal 66
(1) Perubahan terhadap Peraturan BPD tentang Tata Tertib BPD dapat diusulkan oleh
anggota BPD dan/atau paling rendah oleh 2/3 ( dua per tiga) orang anggota;
(2) Pembahasan usul perubahan dimaksud ayat (1), dilakukan dalam rapat paripurna
BPD yang khusus diadakan untuk keperluan tersebut dan harus dihadiri oleh paling
rendah 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota;
(3) Keputusan yang diambil dengan persetujuan suara terbanyak bagi penetapan
perubahan terhadap peraturan tata tertib dapat dilaksanakan dengan persetujuan oleh
paling rendah 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota yang hadir.

Pasal 67
(1) Usul perubahan peraturan tata tertib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1),
disampaikan kepada Pimpinan BPD dalam bentuk rancangan perubahan peraturan
tata tertib disertai penjelasan secara tertulis dan diberikan nomor pokok oleh
sekretariat BPD;
(2) Usul prakarsa sebagaimana dimaksud ayat (1), oleh pimpinan BPD disampaikan
dalam rapat paripurna BPD setelah dikaji dan mendapatkan pertimbangan dari
Musyawarah BPD;  
(3) Dalam rapat/ Musyawarah BPD, para pengusul diberi kesempatan memberikan
penjelasan atas usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1);
(4) Pembicaraan mengenai usul prakarsa perubahan peraturan tata tertib dilakukan
dengan memberikan kesempatan kepada :

30
a. anggota lain untuk memberikan pandangannya;
b. para pengusul memberikan jawaban atas pandangan para anggota.
(5) Sebelum usul prakarsa sebagaimana dimaksud ayat (1) diputuskan menjadi prakarsa
BPD, para pengusul berhak mengajukan perubahan atau mencabut kembali usul
prakarsa;
(6) Pembicaraan diakhiri dengan keputusan BPD yang menerima atau menolak usul
prakarsa menjadi prakarsa BPD;
(7) Apabila BPD menyatakan menerima usul perubahan tata tertib menjadi usul BPD,
maka pembahasan selanjutnya dilakukan oleh Panitia Khusus.
Pasal 68
(1) Kehadiran Pimpinan dan Anggota Badan Permusyawaratan Desa dalam Rapat,
Pimpinan Rapat dan Penandatanganan Dokumen BPD sebelum berlakunya Peraturan
Tata Tertib ini, tetap sah.
(2) Dengan berlakunya peraturan ini, maka Peraturan BPD tentang Tata Tertib BPD
sebelumnya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
(3) Hubungan kerja BPD dengan Kepala Desa sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Desa dan bersifat kemitraan, koordinatif serta konsultatif dengan
Lembaga Kemasyarakatan lainnya
(4) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam tata tertib ini sepanjang mengenai teknis
pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Pimpinan BPD setelah dilakukan pembahasan
dalam rapat/ Musyawarah BPD.

BAB VII
PENDANAAN
Semua pembiayaan pelaksanaan Tata Tertib ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa;

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 69
Peraturan Tata Tertib ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Tanjung Pandan


Pada Tanggal :

KETUA BPD,

31
BURLIAN

32

Anda mungkin juga menyukai