Anda di halaman 1dari 7

Potensi Limbah Padi Sebagai Pakan Sapi Bali di Desa Sukoharjo II

Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu

The Potency of waste rice for feed of Bali Cows in Sukoharjo II Village Sukoharjo
Sub-District Pringsewu District

Faisal Abdul Azisa, Limanb, dan Yusuf Widodob


a
The Student of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University
b
The Lecture of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University
Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture Lampung University
Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145

ABSTRACT

The objective of the research were to study potency of rice by produce and its carrying
capacity in Sukoharjo II Village Sukoharjo Sub-District Pringsewu District. This research was
conducted in may 2013 located in Sukoharjo II Village Sukoharjo Sub-District Pringsewu District.
The methode of purposive sampling was used in the research. The Date used in this study
consisted of prime and secondary date. The prime date consist of agricultural land, harvested rice
area, product of rice mill, and product of straw. Secondary date consist of information about
agricultural potency and animal husbandry potency in Sukoharjo II Village Sukoharjo SubDistrict
Pringsewu District.
The result of this research showed that the straw can produce 683.537,4 kg/year and rice
bran 64.920 kg/year based on dry matter. The waste production of straw with range 40 % for feed
and rice bran with range of 50% for feed. Sukoharjo II Village Sukoharjo Sub-District Pringsewu
District can produce 752.957,4/kg/th waste of rice. Totaly for Carrying capacity of waste rice in
Sukoharjo II Village Sukoharjo Sub-District Pringsewu District were 371 UT/th.

Keyword : straw, rice bran, and carrying capacity

menghambat penyediaan hijauan, yakni


PENDAHULUAN terjadinya perubahan fungsi lahan yang
sebelumnya sebagai sumber hijauan pakan
Para peternak ruminansia pada menjadi lahan pemukiman, lahan untuk
umumnya memelihara ternaknya secara tanaman pangan, dan tanaman industri.
ekstensif atau tradisional dengan sumber Salah satu langkah untuk menurunkan
pakan atau hijauan hanya berasal dari keterbatasan hijauan dan pakan lainnya
rumput lapangan yang tumbuh di pinggir adalah dengan pemanfaatan limbah
jalan, sungai, pematang sawah, dan tegalan. pertanian sebagai pakan ternak. Dengan
Hijauan tersebut sangat tergantung dari demikian, perlu dicari potensi limbah
musim, ketersediaannya tidak tetap pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai
sepanjang tahun. Pada musim hujan sumber pakan.
produksinya berlimpah, sedangkan pada Banyak terdapat limbah, baik itu
musim kemarau relatif sedikit. Kurangnya limbah pertanian maupun limbah industri.
pakan sering membawa dampak terhadap Limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai
kelangsungan kehidupan ternak. sumber pengganti pakan yang dapat
Hijauan dan konsentrat merupakan memenuhi nilai gizi ransum yang setara,
sumber nutrient untuk ternak ruminansia, mudah diperoleh, dan penggunaannya
sehingga untuk meningkatkan produksi sebagai bahan pakan ternak yang tidak
ternak ruminansia harus diikuti oleh bersaing dengan manusia. Salah satu
peningkatan penyediaan hijauan dan diantaranya adalah pemanfaatan limbah dari
konsentrat yang cukup baik dalam kuantitas tanaman padi sebagai potensi hijauan dan
maupun kualitas. Beberapa faktor yang konsentrat berupa jerami dan dedak. Jerami

26
dan dedak merupakan limbah tanaman padi tentang potensi pertanian dan peternakan
yang mudah diperoleh dan dijadikan bahan yang ada di wilayah Desa Sukoharjo II.
campuran ransum karena nilai gizi yang Pengambilan data sekunder juga
dimiliki limbah tersebut dapat menunjang dilakukan dengan turun langsung ke
pertumbuhan dan perkembangan ternak. lapangan. Pengambilan dilakukan dengan
Jerami dan dedak merupakan sumber serat mengambil sampel jerami padi di lahan
kasar dan protein yang dibutuhkan untuk sawah yang sedang panen dengan plot 4x4m
2
produktivitas sapi Bali. dan sampel dedak padi di pabrik
Kabupaten Pringsewu merupakan salah penggilingan padi di Desa Sukoharjo II.
satu kabupaten di Provinsi Lampung yang
didominasi oleh tanaman padi. Produksi HASIL DAN PEMBAHASAN
padi kering giling di Kabupaten Pringsewu
mencapai 67.715,2 ton/tahun atau sekitar 5 A. Potensi Pakan Asal Tanaman Padi
ton per hektar untuk setiap tahunnya. Desa (Oryza sativa L) Desa Sukoharjo II
Sukoharjo II Kecamatan Sukoharjo
Kabupaten Pringsewu adalah salah satu desa Hasil penelitian menunjukan total
dengan luas wilayah 440 hektar dan luas produksi padi di Desa Sukoharjo II pada
lahan sawah 107 hektar. Luas lahan sawah tahun 2013 berjumlah 4.159 ton/th dari total
yang dimiliki Desa Sukoharjo II memiliki luas panen 107 ha. Produksi padi, jerami,
potensi berupa limbah tanaman padi, yaitu dan gabah dapat dilihat pada tabel 1.
jerami dan dedak yang dapat dimanfaatkan
sebagai pakan pengganti hijauan dan Tabel 1. Produksi padi, jerami, dan gabah
pelengkap konsentrat untuk ternak
ruminansia, karena populasi sapi Bali di No Komoditas Produksi BK
(%)
Desa Sukoharjo II yang memiliki populasi Segar Kering
(kg/th) (kg/th)
sebanyak 639 ekor. 1 Padi 4.159.625 - -
Berdasarkan uraian di atas, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian
2 Gabah 668.750 - -
mengenai potensi limbah yang dihasilkan
pada tanaman padi sebagai sumber pakan 3 Jerami 2.782.000 683.537,4 24,57
bagi ternak sapi Bali.
Desa Sukoharjo II mampu
memproduksi padi sebanyak 19.437,5 kg/ha.
MATERI DAN METODE Gabah dan jerami yang dihasilkan sebanyak
6.250 kg/ha dan 13.000 kg/ha. Produksi
Materi jerami lebih besar jika dibandingkan dengan
produksi gabah. Produksi jerami mencapai
Materi yang digunakan adalah jerami 60 % dari total panen. Produksi jerami
dan dedak padi di Desa Sukoharjo II berdasarkan bahan kering mencapai
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten 683.537,4 kg/th.
Pringsewu. Produksi padi dihitung dari plot yang
diambil sebagai sampel seluas (4 x 4 m2)
Metode sebanyak 10 sampel. Tanaman padi yang
berada di Desa Sukoharjo II dipanen
Metode yang digunakan dalam sebanyak 2 kali dalam 1 tahun.
penelitian ini adalah metode survei.
Pengumpulan data terdiri dari data primer
dan data sekunder serta analisis kadar air.
Data primer diperoleh dari responden
di lapangan , yaitu petani pemilik lahan,
pemilik pabrik penggilingan padi, pekerja
pabrik penggilingan padi. Data sekunder
diperoleh dari instansi-instansi/lembaga-
lembaga terkait, yaitu Gapoktan Desa
Sukoharjo II Kecamatan Sukoharjo, kantor
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu
dan Dinas Pertanian dan Peternakan wilayah
setempat. Data sekunder meliputi informasi

27
Tabel 2. Produksi limbah jerami dan gabah 1. Potensi jerami sebagai pakan ternak
segar pada setiap plot (4 x 4 m2 )
Dalam hal ketersediaan pakan, jerami
No Produksi Produksi Produksi padi sebagai limbah pertanian merupakan
jerami dan Jerami Gabah
gabah (kg) (kg)
salah satu sumber pakan yang banyak
(kg/plot) dijumpai. Limbah jerami padi terdiri dari
bagian batang pada tanaman padi (Oryza
1 30 20 10 sativa L) yang telah dipanen tetapi tidak
2 33 22 11 termasuk akar dan batang yang tertinggal
3 32 21 11 setelah disabit (Abriyanto,2011). Selama ini
4 30 20 10
adanya produksi limbah jerami yang begitu
5 33 23 10
besar dari hasil panen belum termanfaatkan
6 29 19 10
secara maksimal.
7 32 22 10
8 30 19 11
Desa Sukoharjo II Kecamatan
9 30 20 10 Sukoharjo dengan luas panen 107 ha/th,
10 32 22 10 diketahui memiliki produksi limbah jerami
Total 311 208 103 sebanyak 2.782.000 kg/ha . Produksi jerami
Rata-rata 31,1 20,8 10,3 kering adalah 683.537,4 kg/ha dan memiliki
bahan kering 24,57 %. Jerami padi
Berdasarkan Tabel 2 di atas, masing- merupakan limbah dari hasil sampingan
masing plot memiliki produksi yang relatif panen tanaman padi (Oryza sativa L) yang
berbeda-beda. Produksi jerami dan gabah jumlahnya hampir mencapai 68 % dari total
pada setiap kali panen dipengaruhi beberapa panen dan merupakan limbah terbesar.
faktor, yaitu varietas padi, pupuk yang Sebagai salah satu hasil sampingan
digunakan, permanenan dan penanganan pertanian, limbah jerami padi dapat
pascapanen. Anonim (1983) mengatakan digunakan sebagai makanan ternak terutama
bahwa terjadi kehilangan hasil panen dan ruminansia, khususnya sapi Bali. Dalam
pascapanen akibat dari ketidaksempurnaan pemanfaatannya beberapa kendala perlu
penanganan pascapanen, dimana kehilangan dipertimbangkan termasuk diantaranya
saat pemanenan 9,25%; perontokan 4,7%; adalah kandungan protein kasar yang
pengeringan 2,13%; dan penggilingan rendah, serat kasar tinggi dan kandungan
2,19%. Besarnya kehilangan pascapanen mineralnya yang tidak seimbang.
terjadi karena sebagian besar petani masih Limbah pertanian mengandung serat
menggunakan cara-cara tradisional atau kasar tinggi, jerami padi salah satunya yang
proses penanganan pascapanennya masih tinggi akan kandungan lignin sehingga sulit
belum baik dan benar. untuk dicerna oleh ternak namun baik
Pada penelitiaan ini, tanaman padi yang sebagai sumber serat. Oleh karena itu
diamati merupakan padi dengan varietas dengan sistem pengolahan pakan sederhana
atau jenis ciherang dengan umur tanam 3 dan diadakan perlakuan secara fisik, kimia
bulan sampai dengan panen. Haryono dan biologis ataupun kombinasinya, limbah
(2011) mengungkapkan bahwa saat ini jerami dapat diubah menjadi pakan bergizi
tanaman padi yang ditanam petan dan sumber energi bagi ternak.
didominasi varietas ciherang. Total luas Limbah jerami memiliki kandungan
panen padi Indonesia 12,8 juta hektar, 47 serat kasar yang tinggi namun ketersediaan
persennya adalah padi varietas ciherang. melimpah dengan total produksi 2.782.000
Selain padi ciherang, banyak jenis padi kg//th, sehingga limbah jerami memiliki
varietas yang dibudidayakan petani, seperti potensi sebagai alternatif pakan ternak
IR-64, cisadane, dodokan, ciliwung, pandan ruminansia, khususnya sapi Bali di Desa
wangi, rojolele,dan mekongga Banyaknya Sukoharjo II Kecamatan Sukoharjo
petani menanam padi varietas ciherang Kabupaten Pringsewu jika ditilik dari segi
karena tanaman padinya memiliki beberapa ketersediaan. Dari segi nutrient, jerami padi
keunggulan. Antara lain, produktivitas mengandung protein kasar antara 2 ± 6%
tinggi, umur pendek, rasa nasi pulen, dan dan energi 40 ± 48% TDN (Siregar, 1994)
tahan terhadap serangan wereng. Jenis dengan kandungan lignin yang sangat tinggi.
varietas ciherang memiliki umur tanam 116 Tingginya kandungan lignin mengakibatkan
± 125 hari. nilai cerna jerami padi rendah. (Anggorodi,
1980). Nilai cerna jerami padi yang rendah
menyebabkan kecepatan aliran pakan pada

28
saluran pencernaan juga rendah sehingga bersaing dengan manusia (Tangendjaja,
dapat membatasi konsumsi pakan. Salah 1991).
satu upaya untuk meningkatkan nutrient Dedak padi adalah bahan pakan yang
jerami padi adalah dengan cara amoniasi diperoleh dari pemisahan beras dengan kulit
menggunakan urea. gabahnya setelah proses penggilingan padi.
Amoniasi dengan urea selain Dedak merupakan hasil ikutan dalam proses
meningkatkan kandungan nitrogen juga pengolahan gabah menjadi beras yang
meningkatkan kecernaan jerami padi mengandung bagian luar yang tidak tebal,
tersebut. Ternak sapi yang diberi jerami tetapi tercampur dengan penutup beras. Hal
padi amoniasi urea perlu diberi konsentrat ini mempengaruhi tinggi atau rendahnya
dengan tujuan untuk lebih meningkatkan kandungan serat kasar dedak
kandungan energi dan protein pakan yang (Parakkasi,1999).
juga dibutuhkan oleh mikroba rumen Sebagian bahan makanan asal nabati,
sebagai sumber energi dan protein mudah dedak memang limbah pengolahan padi
larut dalam mencerna pakan berserat. menjadi beras. Oleh karena itulah,
Pengolahan dengan cara amoniasi kandungan nutrisinya juga cukup baik,
dimaksudkan agar lignin dan silika yang kandungan protein dedak halus sebesar 12 ±
terkandung di dalam jerami dapat diurai dan 13% dengan kandungan lemak cukup tinggi,
gizinya dapat dicerna. yaitu 13 %. Serat kasar yang dikandung
Pada prinsip jerami dilunakkan cukup tinggi yaitu sekitar 12%
kemudian ditambahkan amoniak atau (Rasyaf,1992). Tillman et.al.(1991)
nitrogen ke dalamnya agar protein kasar dan mengemukakan bahwa kandungan protein
serat kasarnya dapat dicerna dan jumlah kasar dedak 13,8%.
bakteri pencernaan dalam rumen sapi Berdasarkan penelitian di Desa
bertambah jumlahnya, sehingga lebih baik Sukoharjo II, diperoleh produksi limbah asal
mencernanya. Menurut Parakkasi (1999), tanaman padi berupa dedak sebesar 82,65
pemberian jerami amoniasi dan konsentrat ton/th. Produksi dedak padi berdasarkan
saja tidak cukup karena pada umumnya bahan kering adalah 69,42 ton/th. Sampel
sumber pakan di daerah tropis kekurangan dedak pada penelitian ini berasal dari tiga
mineral. Penambahan mineral bertujuan pabrik penggilingan padi yang ada di
untuk meningkatkan kinerja mikroba rumen, wilayah Desa Sukoharjo II Kecamatan
sehingga menghasilkan enzim yang dapat Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.
mencerna pakan, baik yang mudah larut Pabrik penggilingan pertama milik Pak
maupun yang sulit larut. Solehan, pabrik penggilingan kedua milik
Pak Yusuf dan pabrik penggilingan ketiga
2. Potensi dedak sebagai pakan ternak milik Pak Diman. Lokasi pabrik antara satu
penggilingan dengan penggilingan yang lain
Dedak merupakan hasil sampingan tidak terlalu jauh sehingga jalur pemasaran
yang diperoleh dari proses penggilingan padi dapat dengan mudah dijangkau warga desa
dari lapisan luar beras hasil pecah kulit Sukoharjo II.
dalam penyosohan. Dedak padi jika dilihat Produksi dedak yang dihasilkan tiap
dari kandungan gizinya mempunyai potensi pabrik berbeda, hal ini dipengaruhi oleh
yang sangat besar untuk penyediaan bahan jumlah dan kualitas gabah yang digiling.
pakan ternak ruminansia seperti sapi Bali Produksi limbah dedak yang dihasilkan dari
maupun ternak nonruminansia. Salah satu ketiga pabrik penggilingan berbeda, dapat
keuntungan dari penggunaan bahan pakan dilihat pada Tabel 3.
asal limbah tanaman padi adalah tidak

29
Tabel 3. Hasil produksi gabah, beras, dan dedak di beberapa pabrik penggilingan padi

No Pemilik pabrik Produksi


Gabah Beras Dedak Persentase
(kg) (kg) (kg) dedak (%)
1 Pak Solehan 1000 650 65 6,5%
2 Pak Yusuf 1000 630 50 5%
3 Pak Diman 1000 650 65 6,5%
Total 3000 1930 180 18%
Rata- 1000 643 60 6%
rata

Pada Tabel 3, diketahui masing-masing ruminansia maupun ternak non ruminansia.


penggilingan memiliki produksi relatif Hanya sebagian kecil dedak padi yang tidak
berbeda. Pabrik penggilingan pak yusuf dimanfaatkan, oleh karenanya penggunaan
memiliki produksi dedak paling rendah sebagai pakan dominan pada ternak
dibandingkan pabrik penggilingan yang ruminansia (Tangendjaja,1991).
lainnya. Pabrik penggilingan Pak Yusuf dari Berdasarkan data potensi atau
1 ton beras menghasilkan 630 kg dan 50 kg ketersediaan limbah asal tanaman padi yang
dedak. Persentase dedak dari hasil dihasilkan dari wilayah Sukoharjo II
penggilingan padi rata-rata mencapai 6% Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu
dari 1 ton gabah yang digiling. Pada dapat dijadikan peluang dengan
penelitian ini produksi limbah dedak memanfaatkan limbah jerami maupun dedak
dihasilkan sebesar 69,42 ton/th dengan padi sebagai bahan pakan alternatif
produksi bahan keringnya sebesar 84,9 %. khusunya ternak ruminansia, karena
Selain varietas padi yang mempengarhui ketersediaannya kontinyu sepanjang tahun.
komposisi dedak, juga besarnya derajat
penggilingan. B. Kapasitas Tampung Berdasarkan
Proses penggilingan padi menghasilkan Produksi Limbah Asal Tanaman Padi
biji beras utuh 55%, biji beras patah 15%, (Oryza Sativa L) di Desa Sukoharjo II
kulit atau sekam 20%; dan dedak padi
persentasenya sekitar 10% dari satu kali Berdasarkan penelitian yang
penggilingan padi (Waries, 2006). dilaksanakan di Desa Sukoharjo II
Penggilingan merupakan proses pelepasan Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
sekam dari beras, pelepasan dan pemisahan Pringsewu, dalam setahun dapat
bagian-bagian butir padi dari sturktur butiran memproduksi limbah asal tanaman padi
gabah, bagian-bagian yang akan dilepaskan (Oryza Sativa L) berupa limbah dedak dan
adalah palea , lemma , dan glume. Seluruh jerami cukup tinggi. Tingginya produksi
bagian tersebut dinamakan kulit gabah atau limbah pertanian maupun perkebunan yang
sekam. dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak di
Sebagian besar gabah yang dimasukkan Desa Sukoharjo II dan memungkinkan
ke dalam mesin pemecah kulit (husker ) akan banyaknya satuan ternak atau unit ternak
terkupas dan masih ada sebagian kecil yang yang dapat ditampung di lahan tersebut.
belum terkupas. Butiran gabah yang Asumsi konsumsi bahan kering pada
terkupas akan terlepas menjadi dua bagian, ruminansia berbeda-beda, misalnya satu
yaitu beras pecah kuit dan sekam. ekor sapi sebesar 3% dari bobot badan
Selanjutnya butiran gabah yang belum (Parakkasi,1999). Satu unit ternak (UT)
terkupas harus dipisahkan dari beras pecah setara dengan satu ekor sapi seberat 455 kg
kulit dan sekam untuk dimasukkan kembali (Santoso,1995) dan asumsi penggunaan
ke dalam mesin pemecah kulit. limbah mencapai 30% sebagai pakan. Pakan
Polishing adalah proses penyosohan beras digunakan untuk hidup, pertumbuhan,
yang menghasilkan beras sosoh/beras putih perkembangan, dan reproduksi. Menurut
dan memisahkan bagian beras putih dengan Ensminger (1961), satu unit ternak adalah
kulit tipis/dedak (Waries,2006). sama dengan seekor sapi, satu ekor kerbau,
Penggunaan dedak padi pada saat ini tujuh ekor kambing, dan tujuh ekor domba
hampir seluruhnya untuk pakan, baik ternak .

30
Tabel 4. Nilai konversi unit ternak(UT) pada dapat menggantikan konsentrat hingga 100%
ternak ruminansia (Haryadi, 1997). Nutrisi yang terkandung di
dalam dedak padi dapat digunakan sebagai
Jenis ternak 1 UT setara dengan campuran ransum sebagai sumber energi.
jumlah ternak (ekor) Dedak padi mengandung protein < 20% dan
Sapi 1 serat kasar < 18%.
Kerbau 1 Berdasarkan data di atas, Desa
Domba 7 Sukoharjo II Kecamatan Sukoharjo
kambing 7 Kabupaten Pringsewu memiliki total
Sumber : Ensminger (1961) produksi limbah padi berdasarkan bahan
kering sebesar 752.957,4 kg/th dan memiliki
Berdasarkan kebutuhan bahan kering kapasitas tampung 371 UT. Dari produksi
dan konversi Unit Ternak tersebut, maka limbah tanaman padi dapat menampung
dapat dihitung kapasitas tampung ternak 50% dari total populasi ternak yang ada.
berdasarkan potensi limbah asal tanaman Dalam memenuhi kebutuhan ransum, dapat
padi (Oryza sativa L), yaitu limbah dedak dilakukan pemanfaatan limbah perkebunan
dan jerami yang ada di wilayah Sukoharjo II dan pertanian yang ditanam di Desa
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo II sebagai bahan pakan.
Pringsewu. Menurut Resa (2010) semakin Pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan
tinggi produksi limbah persatuan luas lahan, pakan ternak ruminansia khususnya sapi
maka akan semakin tinggi pula merupakan suatu alternatif bijaksana dalam
kemampuannya untuk menampung sejumlah upaya memenuhi nutrisi bagi ternak, namun
ternak pada kurun waktu tertentu. ada beberapa hal lain yang perlu
Desa Sukoharjo II Kecamatan diperhatikan yaitu ketersediaan, kontinuitas
Sukoharjo Kabupaten Pringsewu dengan pengadaan, kandungan gizi, dan yang
limbah jerami berdasarkan bahan kering terpenting adalah daya tampung ternak
adalah 683.537,4 kg/th pada lahan seluas
107 ha memiliki kapasitas tampung untuk
ternak sapi sebesar 343 UT atau setara SIMPULAN DAN SARAN
dengan 343 ekor sapi. Penggunaan limbah
jerami sebagai pakan mencapai 40 % karena Simpulan
mengandung protein kasar antara 2 ± 6%
dan energi 40 ± 48% TDN (Siregar, 1994). Berdasarkan hasil penelitian yang
Kandungan lignin yang sangat tinggi dilakukan, maka simpulan dalam penelitian
mengakibatkan nilai cerna jerami padi ini sebagai berikut ;
rendah. Salah satu upaya untuk
meningkatkan nutrient jerami padi adalah a. Desa Sukoharjo II Kecamatan Sukoharjo
dengan cara amoniasi menggunakan urea. Kabupaten Pringsewu mampu
Amoniasi dengan urea selain meningkatkan memproduksi limbah tanaman padi
kandungan nitrogen juga meningkatkan berupa jerami dan dedak padi sebanyak
kecernaan jerami padi tersebut. 752.957,4 kg/th. Total produksi limbah
Pada pemanfaatan limbah dedak yang tanaman memiliki kapasitas tampung
memiliki angka produksi sebesar 69.420 sebesar 371 UT.
kg/th di Desa Sukoharjo II Kecamatan b. Asumsi penggunaan jerami padi sebagai
Sukoharjo Kabupaten Pringsewu memiliki pakan adalah 40% dan dedak padi
kapasitas tampung pada ternak sapi sebesar sebagai pakan 50%.
28 UT atau setara dengan 28 ekor sapi.
Penggunaan dedak padi sebagai pakan Saran
mencapai 50 % karena dedak mengandung
65% dari zat gizi mikro penting dalam beras. Berdasarkan hasil penelitian yang
Kandungan kaya akan gizi ini memuat dedak dilakukan pada wilayah Sukoharjo II
berpotensi sebagai bahan pakan yang Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu
fungsional. Provinsi Lampung tersebut, maka dapat
Dedak merupakan bahan bersifat disarankan beberapa hal yakni sebagai
hipoalergenik dan sumber serat sehingga berikut :
baik sebagai pakan ternak. Penggunaan
dedak sebagai pakan umum dilakukan dalam 1) limbah jerami padi yang tersedia dapat
formulasi ransum sapi, karena dedak padi dioptimalkan penggunaannya sebagai

31
bahan pakan ternak dengan amoniasi dan Rural Appraisal Khon Kaen University.
fermentasi sehingga menambah daya Thailand.
cerna dan suplai zat nutrisi bagi induk Haryadi, H,S. Reksohadiprojo, dan A.D.
semang; Tillman. 1997. Tabel Komposisi
Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada
2) masyarakat Desa Sukoharjo II dapat University Press,Yogyakarta.
memanfaatkan limbah tanaman Haryono, 2011. Varietas Padi
perkebunan yang banyak ditanam di Inpari/Ciherang. Wordpress. Jakarta
daerah tersebut, yaitu tanaman kakao Mcllroy, R.J. 1976. Pengantar Budidaya
sebagai bahan pakan; Padang Rumput Tropika.
3) potensi pertanian dan perkebunan di Diterjemahkan oleh susetyo, S.
Desa Sukoharjo II Kecamatan Sukoharjo Soedarmadi, T. Kismono, dan Sri
harus terus dijaga agar masyarakat tidak Harini, L.S. Pradya Paramita. Jakarta.
mengalami kesulitan dalam memenuhi Parakkasi, A. 1999. Nutrisi Makanan
kebutuhan pakan ternak. Ternak Ruminan. Universitas Indonesia
Press. Jakarta.
Resa, E. 2010. Potensi Pakan Konsentrat
DAFTAR PUSTAKA Asal Tanaman Padi dan Jagung di Kota
Metro Provinsi Lampung. Skripsi.
Abriyanto, P. 2011. Teknik Amoniasi Universitas Lampung. Bandar
Jerami Padi untuk Pakan Sapi. Lampung.
http://putraabriyanto.wordpress.com/20 Santoso, U. 1995. Tata laksana
11/01/08/teknik amoniasi jerami padi Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar
untuk pakan sapi/. Diakses tanggal 1 Swadaya. Jakarta.
Maret 2013. Siregar, S.B. 1994. Ransum Ternak
Anggorodi, R. 1980. Ilmu Makanan Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta.
Umum. PT. Gramedia Umum. Jakarta. Suparyono dan A.Setyono, 1994. Padi.
Anonim, 1983. Perbaikan Kualitas Jerami Penebar Swadaya. Jakarta.
Padi dan Pucuk Tebu Sebagai Pakan Susetyo, S. 1981. Padang Penggembalaan .
Ternak. Lipatan (lembar Informasi Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pertanian) Departemen Pertanian. Susetyo, S., I. Kismono, dan B. Soewandi.
Yogyakarta. 1980. Hijauan Makanan Ternak.
Anonim, 2012. Rencana Pembangunan Direktorat Peternakan. Departemen
Jangka Menengah Pekon Sukoharjo II. Pertanian. Jakarta.
Pemerintah Kabupaten Pringsewu. Tangendjaja, B. 1991. Pemanfaatan
Pringsewu. Limbah Padi Untuk Pakan. Penerbit
Badan Pusat Statistik. 2012. Sensus Puslitbang Badan Litbang Pertanian.
Ternak. Badan Pusat Statistik Provinsi Tillman, A.D.,S. Reksohadiprojo, S.
Lampung. Lampung. Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekojo.
Ensminger, 1961. Nilai Konversi AU pada 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar
Ternak Ruminansia. http://stpp- Cetakan ke-5. Gajah Mada University
Malang.ac.id//nilai koversi AU pada Press. Yogyakarta.
Berbagai Jenis dan Umur Fisiologi Waries, A. 2006. Tekonlogi Penggilingan
Ternak. Diakses pada 24 Juni 2013. Padi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Fathul, F. 2007. Kualitas dan Kuantitas Zat Jakarta.
Makanan dalam Bahan Makanan Zulbardi, M., A. A. Karto, U. Kusnadi, dan
Ternak. Penuntun Praktikum. A. Thalib. 2001. Pemanfaatan Jerami
Universitas Lampung. Bandar Padi Bagi Usaha Pemeliharaan Sapi di
Lampung. Daerah Irigasi Tanaman Padi dalam ;
Grandstaff, S.W. 1987. The Origins and Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Practice of Participatory Rural Peternakan dan Veteriner. Puslitbang
Apprasial. Proceedings of The Peternakan Departemen Pertanian
International Conference on Rapid Bogor. Hal.256-261.

32

Anda mungkin juga menyukai