Anda di halaman 1dari 18

PERSPEKTIF

Volume XVI No. 4 Tahun 2011 Edisi September

UPAYA HUKUM WAJIB PAJAK ATAS SURAT KETETAPAN


PAJAK KURANG BAYAR YANG DITETAPKAN OLEH FISKUS
DALAM PEMENUHAN HAK WAJIB PAJAK
Agung Retno Rachmawati
Joko Nur Sariono
Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
e-mail: retno.rachmawati@yahoo.com
ABSTRAK
Sistem pemungutan pajak self assessment system memberi kepercayaan kepada wajib pajak
untuk menghitung, melaporkan pajak yang terutang dalam Surat Pemberitahuan (SPT), kemudian
menyetor kewajiban perpajakannya. Pemberian kepercayaan yang besar kepada wajib pajak
sudah sewajarnya diimbangi dengan instrumen pengawasan, untuk keperluan itu fiskus diberi
kewenangan untuk melakukan pemeriksaan pajak. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan
adanya perbedaan atau selisih, fiskus berwenang mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP)
yang berfungsi sebagai surat tagihan. Dalam praktek seringkali terjadi perbedaan perhitungan
antara fiskus dengan wajib pajak, inilah salah satu sebab timbulnya sengketa pajak. Dalam hal
wajib pajak mengajukan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak dan keberatan ditolak, maka wajib
pajak dapat mengajukan banding. Sesuai dengan pasal 36 ayat (4) Undang-Undang Pengadilan
Pajak, wajib pajak diwajibkan membayar 50% (lima puluh persen) dari utang pajaknya sebelum
mengajukan permohonan banding. Persyaratan yang begitu berat dalam pengajuan banding
dimaksudkan agar lembaga banding tidak dijadikan sebagai alasan penundaan pembayaran
pajak. Akan tetapi apabila dilihat dari kepentingan wajib pajak ketentuan tersebut tentunya
sangat memberatkan. Disini wajib pajak diberikan suatu akses untuk mencari keadilan tetapi
di sisi lain ada persyaratan yang memberatkan wajib pajak dalam pemenuhan haknya.
Kata Kunci: sengketa pajak, surat ketetapan pajak, hak wajib pajak.

ABSTRACT
The self assessment system gives trust to the tax payer to count, report the tax in SPT and pay
it in the tax office. It is reasonable giving trust to the tax payer balanced with the controlling
instrument. For that reason, fiskus given the authorization to do tax inspection. If the inspection
result shows the difference, fiskus should establish Tax Permanent Letter function as the dunning
letter. Practically, it often happens the difference between fiskus and tax payer. It is one of the
causes of tax dispute. For tax payer can propose the objection of Tax permanent letter and if
it is refused, the tax payer can appeal consideration. It is in line with article (36) verse (4) of
law constitution, tax payer should pay 50% of tax burden before appealing consideration. The
heavy requirement of appealing consideration made in order that institution does not function as
excuses of cancelling taxation. Certainly the rule is being a problem for tax payer. That is why
tax payer has access to look for justice even though he/she has to fulfill the heavy requirements
to fulfill her/his right.
Keywords: tax dispute, tax permanent letter, the right of tax payer.

PENDAHULUAN Upaya pemerintah untuk mewujudkan tujuan


Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas negara dalam pembiayaan pembangunan adalah
negara yang digunakan untuk pembangunan nasional menggali sumber dana dari dalam negeri melalui
yang dilakukan secara terus-menerus, dengan tujuan pajak. Penghasilan negara dari rakyatnya melalui
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang sesuai pungutan pajak, dan/atau dari hasil kekayaan alam
dengan tujuan negara sebagaimana dirumuskan dalam yang ada di dalam negara. Dua sumber itu merupakan
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. sumber yang terpenting yang memberikan peng-

196
Rachmawati, Upaya Hukum Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ....

hasilan kepada negara. Penghasilan itu membiayai persetujuan dari rakyat melalui mekanisme per-
kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup undang-undangan. Melalui undang-undang, rakyat
kepentingan pribadi individu seperti untuk kesehatan lewat wakil-wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat
rakyat, pendidikan, kesejahteraan, dan sebagainya memberikan persetujuan mengenai pengenaan pajak.
(Erly Suandy, 2009:7). Hal ini sesuai sebagaimana dinyatakan dalam Pasal
Menurut Rochmat Soemitro, Pajak ialah peralihan 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 dan telah
kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara diamandemenkan dalam Pasal 23A amandemen ketiga
untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya Undang-Undang Dasar 1945.
digunakan untuk public saving yang merupakan Dalam pelaksanaan perpajakan seharusnya
sumber utama untuk membiayai public investment mengacu pada prinsip-prinsip pembebanan yang
(Thomas Sumarsan, 2009:3). Peran penting sektor adil, berkepastian hukum, pemungutan tepat waktu,
perpajakan dalam penyelenggaraan pemerintahan ekonomis dan disetorkan secara benar serta ber-
dapat dilihat pada Anggaran Pendapatan dan Belanja tanggungjawab. Dari sisi ekonomi, wajib pajak meng-
Negara (APBN) yang setiap tahun disampaikan inginkan agar beban pajak yang dipikulnya betul-betul
pemerintah, yaitu terjadinya peningkatan prosentase didasarkan pada kebenaran yang obyektif sesuai
penerimaan pajak dari tahun ke tahun. dengan peraturan perundangan-undangan. Sebaliknya,
Sumber penerimaan negara dari sektor pajak yang aparat pajak pada dasarnya menginginkan agar wajib
merupakan sumber penerimaan terbesar semakin pajak dapat memenuhi kewajiban perpajakan dengan
meningkat dari tahun ke tahun, hal ini terlihat baik, yaitu dapat melunasi pajak terutang yang
dari kenaikan penerimaan pajak yang signifikan seharusnya dengan benar. Seiring dengan kewajiban
sebagaimana tertera pada tabel berikut: wajib pajak tersebut, maka hak wajib pajak juga harus
Tabel 1
diindahkan oleh pihak fiscus.
Peranan Pajak dalam Penerimaan Dalam Negeri Hak wajib pajak dapat dikelompokkan sebagai
Tahun 2005 s/d Tahun 2010 (dalam miliar rupiah) wajib pajak pusat maupun sebagai wajib pajak daerah.
Penerimaan Penerimaan Pengelompokkan ini didasarkan bahwa terdapat
Tahun Prosentase perbedaan hak yang dimiliki oleh wajib pajak pusat
Dalam Negeri Pajak
2005 493.919 347.031 70,3 dengan hak yang dimiliki oleh wajib pajak daerah.
2006 636.153 409.203 64,3 Perbedaan ini disebabkan karena ketentuan tentang
2007 706.108 490.988 71,9
pemenuhan hak antara wajib pajak pusat dengan wajib
pajak daerah. Pemenuhan hak wajib pajak pusat diatur
2008 979.305 658.700 73,1
dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata
2009 847.095 619.922 74,9
Cara Perpajakan (UU KUP) yang berbeda pemenuhan
2010 990.502 743.325 78,2
dengan hak wajib pajak daerah yang diatur dalam
Sumber: Data Pokok Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Tahun 2005-2010
(UU PDRD) (Muhammad Djafar Saidi, 2010:63).
Pada Tabel 1 terlihat bahwa setiap tahun penerima- Pada penerapan peraturan perpajakan di lapangan,
an pajak selalu mengalami kenaikan. Pertumbuhan perbedaan pendapat relatif sering terjadi karena
kenaikan penerimaan pajak setiap tahunnya di atas adanya perbedaan penafsiran dan kepentingan
10% (sepuluh persen). antara petugas pajak atau fiskus (Fiscus) dengan
Di dalam pemungutan pajak terdapat hubungan wajib pajak. Perbedaan pendapat atau ketidaksamaan
hukum antara pemerintah dengan rakyat, yakni persepsi antara wajib pajak dengan Fiscus mengenai
pemerintah dalam kedudukannya sebagai pemungut penetapan pajak terutang yang diterbitkan atau adanya
pajak/fiskus (fiscus) berhadapan dengan rakyat dalam penagihan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
kedudukannya sebagai wajib pajak atau penanggung Pajak inilah yang dapat menyebabkan terjadinya
pajak yang merupakan hubungan hukum yang lahir sengketa pajak. Sengketa pajak berdasarkan ketentuan
dari undang-undang. Pajak dapat dipandang sebagai Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 14 Tahun
sebuah peralihan kekayaan dari satu pihak ke pihak 2002 tentang Pengadilan Pajak, yang dimaksud
lain, yakni dari rakyat selaku wajib pajak kepada dengan sengketa pajak adalah sengketa yang timbul
pemerintah, merupakan sesuatu yang membebani dalam bidang perpajakan antara wajib pajak atau
rakyat, dan untuk itu upaya dan kebijakan pemerintah penanggung pajak dengan pejabat yang berwenang
dalam rangka menghimpun dana dari masyarakat sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat
melalui pemungutan pajak harus mendapatkan diajukan banding atau gugatan kepada pengadilan

197
PERSPEKTIF
Volume XVI No. 4 Tahun 2011 Edisi September

pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling
perpajakan, termasuk gugatan atas pelaksanaan lama 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan
penagihan berdasarkan Undang-Undang, penagihan diterima, harus memberi keputusan atas permohonan
pajak dilakukan dengan surat paksa. yang diajukan. Apabila jangka waktu tersebut telah
Sebelum membahas mengenai upaya hukum yang lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak tidak memberi
dapat dilakukan wajib pajak dalam menyelesaikan suatu keputusan, permohonan wajib pajak dianggap
sengketa pajak dengan Fiscus, penulis membatasi dikabulkan; 2. Pengajuan Keberatan. Upaya keberat-
hanya pada pembahasan upaya hukum banding pajak- an merupakan upaya hukum yang diajukan oleh wajib
pajak pusat di pengadilan pajak. pajak sebagai akibat dari adanya perbedaan penafsiran
Pajak pada dasarnya adalah peralihan kekayaan dan pendirian mengenai ketentuan hukum di bidang
rumah tangga dari anggota masyarakat kepada pajak terhadap suatu kasus tertentu. Petugas pajak
pemerintah. Jadi, pajak adalah beban dan dalam (Fiscus), dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
pemungutannya dapat dipaksakan. Oleh karena itu, (SKP) berdasarkan hasil pemeriksaan maupun hasil
dalam pelaksanaan pemajakan terhadap masyarakat penelitian. Wajib pajak yang tidak menyetujui Surat
(wajib pajak) harus berdasarkan prinsip pembebanan Ketetapan Pajak dapat menyelesaikan sengketanya
yang adil. Dimana masalah keadilan dalam pe- dengan Fiscus dengan cara mengajukan keberatan
mungutan pajak dapat dibedakan atas (Waluyo, 2008: kepada Dirjen Pajak. Selanjutnya Direktur Jenderal
14): a. Keadilan horizontal. Pemungutan pajak adil Pajak dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan
secara horizontal apabila beban pajaknya sama atas harus memberikan putusan. Apabila lewat waktu
semua wajib pajak yang memperoleh penghasilan 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya pengajuan
yang sama dengan jumlah tanggungan yang sama, keberatan ternyata Direktur Jenderal Pajak (DJP) tidak
tanpa membedakan jenis penghasilan atau sumber memberikan keputusan, maka dianggap keberatan
penghasilan; b. Keadilan vertikal. Pemungutan yang diajukan oleh wajib pajak dikabulkan. Terdapat
pajak adil secara vertikal apabila wajib pajak yang kemungkinan terhadap putusan dari Direktur Jenderal
mempunyai penghasilan lebih besar dibandingkan Pajak atas pengajuan keberatan diajukan oleh wajib
dengan yang lain, harus memikul beban pajak yang pajak, yaitu: 1. Mengabulkan keberatan, baik untuk
lebih besar dengan dikenakan persentase tarif pajak sebagian atau seluruhnya; 2. Menolak keberatan, atau
yang lebih besar. 3. Menambah besarnya pajak yang terutang yang
Upaya wajib pajak untuk mencari keadilan ditetapkan dalam surat ketetapan pajak atau yang
bidang perpajakan tersebut dilakukan beberapa dipotong atau dipungut oleh pihak ketiga. Wajib pajak
tahap, yaitu: Pertama, Pada tahap awal ditangani masih belum merasa puas terhadap keputusan yang
oleh peradilan administrasi tidak murni dimana diberikan terhadap keberatan yang diajukan, maka
pengambilan keputusan hakim yang tidak mandiri, yang bersangkutan dapat menempuh saluran hukum
melainkan bagian dari administrasi. Peradilan tersebut lainnya, yaitu dengan mengajukan upaya hukum
dinamakan Peradilan Semu atau Quasi Peradilan, dan banding ke pengadilan pajak; Kedua, Pengajuan
dapat dilakukan melalui mekanisme: 1. Pengajuan banding yang disampaikan kepada pengadilan
peninjauan atas Ketetapan Pajak Pusat, disampaikan pajak. Pengajuan banding adalah salah satu hak
kepada Direktur Jenderal Pajak. Merupakan upaya yang diberikan oleh Undang-Undang Perpajakan
permohonan yang dilakukan oleh wajib pajak agar kepada wajib pajak untuk menyelesaikan sengketa
dilakukan koreksi terhadap ketetapan yang diterbitkan pajak yang dialaminya dengan Fiscus dihadapan
Fiskus. Sifat kesalahan tersebut tidak mengandung badan peradilan pajak.
perselisihan antara fiskus dan wajib pajak. Menurut Langkah ini merupakan upaya lanjutan yang dapat
ketentuan Pasal 16 dan Pasal 36 Undang-Undang ditempuh wajib pajak apabila upaya penyelesaian
Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum sengketa pajaknya dengan Fiscus di tahap keberatan
dan Tata Cara Perpajakan (KUP) masalah yang tidak dapat terselesaikan sesuai keinginan wajib
terjadi antara wajib pajak dan pejabat perpajakan pajak. Pengadilan Pajak adalah badan Peradilan
pada tahap ini masih dalam lingkup permohonan yang melaksanakan kekuasaan Kehakiman bagi
dimana sengketa pajak tidak ada. Dengan demikian Wajib pajak atau Penanggung pajak yang mencari
keputusan yang telah diterbitkan masih dapat ditinjau keadilan terhadap sengketa pajak. Namun untuk dapat
kembali untuk dibetulkan atau sanksi administrasi mengajukan Banding ke Pengadilan Pajak,
berupa bunga, denda, dan kenaikan yang telah Beberapa ketentuan dan persyaratan formal yang
ditetapkan dapat dihapuskan atau dikurangkan. telah ditetapkan oleh Undang-Undang yang harus

198
Rachmawati, Upaya Hukum Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ....

dipenuhi wajib pajak. Diantaranya seperti yang diatur Undang Pengadilan Pajak dikaitkan dengan ketentuan
pada ketentuan Pasal 36 ayat (4) Undang-Undang Pasal 45 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
Pengadilan Pajak bahwa dalam hal Banding diajukan tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang
terhadap besarnya jumlah pajak yang terutang, Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Banding hanya dapat dilakukan apabila jumlah Tata Cara Perpajakan. Ketentuan Pasal 45 mengatur
yang terutang dimaksud telah dibayar sebesar 50% bahwa ketentuan Pasal 27 Undang-Undang No. 28
(lima puluh persen). Sejak 1 Januari 2008, Undang- tahun 2007 baru berlaku terhadap pengajuan banding
Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan untuk tahun pajak 2008 ke atas. Dengan demikian
Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 apakah ketentuan Pasal 36 ayat (4) Undang-Undang
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pengadilan Pajak tetap diberlakukan terhadap
(KUP) telah resmi diberlakukan. Terdapat banyak pengajuan Banding untuk tahun pajak sebelum
klausula dan ketentuan lama yang diubah atau bahkan tahun 2008.
dihapus, dan tidak sedikit pula yang ditambahkan Penerapan ketentuan tersebut dapat menimbulkan
sebagai klausula baru dalam Undang-Undang KUP pengertian yang multitafsir terhadap penyelesaian
tersebut. penetapan pajak-pajak terutang, yang dapat berakibat
Salah satu ketentuan Undang-Undang KUP terjadinya kesalahan penerapan peraturan perpajakan
lama yang secara frontal dan signifikan diubah oleh fiskus. Wajib pajak sebagai pihak yang dirugikan
adalah ketentuan Pasal 27 Undang-Undang No. 28 oleh peristiwa tersebut dapat melakukan upaya hukum
Tahun 2007 mengenai Tata Cara Pengajuan Banding gugatan kepada Pengadilan Pajak untuk membatalkan
ke Pengadilan Pajak, yang mana dalam ayat 5 (a) Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan oleh Fiskus
menegaskan sebagai berikut: Dalam hal wajib pajak tersebut.
mengajukan Banding, jangka waktu pelunasan pajak Berdasarkan uraian tersebut di atas, mendorong
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3), ayat penulis untuk merumuskan masalah sebagai berikut
3(a) atau Pasal 25 ayat (7), atas jumlah pajak yang Bagaimana upaya hukum wajib pajak atas Surat
belum dibayar pada saat pengajuan keberatan, Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang ditetapkan oleh
tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak fiskus dalam pemenuhan hak wajib pajak.
tanggal penerbitan Putusan Banding. Selanjutnya
dalam Pasal 27 ayat (5c) dikatakan bahwa jumlah PEMBAHASAN
pajak yang terutang pada saat pengajuan permohon- Seperti diuraikan terdahulu sistem perpajakan
an Banding belum merupakan pajak yang terutang yang dianut oleh Indonesia dan telah diundangkan
sampai dengan Putusan Banding diterbitkan. adalah Self Asessment System, artinya suatu sistem
Dengan adanya ketentuan baru tersebut, maka pemungutan pajak yang memberi kepercayaan
kewajiban melunasi 50% (limapuluh persen) jumlah penuh kepada wajib pajak untuk menghitung,
pajak terutang seperti dicantumkan dalam Pasal 36 memperhitungkan dan membayar sendiri pajak
ayat (4) Undang-Undang Pengadilan Pajak bukan yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan
lagi menjadi persyaratan formal yang harus dipenuhi perundang-undangan perpajakan. Dengan demikian
wajib pajak ketika akan mengajukan permohonan penentuan besarnya pajak yang terutang berada
Banding. Maka, apakah itu artinya wajib pajak dapat pada wajib pajak sendiri. Sedangkan tugas aparatur
mengajukan permohonan banding terhadap keputusan perpajakan adalah melaksanakan pengendalian tugas,
keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar pembinaan, penelitian, pengawasan, dan penetapan
(SKPKB) atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sanksi. Sekalipun pejabat pajak hanya memberi
Tambahan (SKPKBT) tanpa harus terlebih dahulu bimbingan kepada wajib pajak untuk memenuhi
membayar jumlah pajak terutang yang tercantum kewajiban dan menjalankan haknya, kalau terjadi
dalam SKPKB maupun SKPKBT. pelanggaran dalam pemenuhan kewajiban dan
Dengan adanya perubahan tersebut maka ke- hak, pejabat pajak berwenang mengenakan sanksi
tentuan Pasal 36 ayat (4) Undang-Undang Pengadilan hukum berdasarkan tingkat pelanggaran hukum yang
Pajak dengan telah diberlakukan ketentuan Pasal 27 dilakukan oleh wajib pajak. Pejabat pajak tidak terlibat
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang dalam penentuan jumlah pajak yang terutang sebagai
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dapat beban yang dipikul oleh wajib pajak, melainkan hanya
dikatakan sudah tidak berfungsi lagi. Hal inilah mengarahkan cara bagaimana wajib pajak memenuhi
yang menjadi pembahasan dalam penulisan artikel kewajiban dan menjalankan hak agar tidak terjadi
ini. Mengenai penerapan Pasal 36 ayat (4) Undang- pelanggaran hukum.

199
PERSPEKTIF
Volume XVI No. 4 Tahun 2011 Edisi September

Demikian halnya Y. Sri Pudyatmoko mengatakan Selanjutnya, pada tahun 2007 sampai dengan
bahwa sistem self assesment ini umumnya diterapkan 2009, pemerintah bersama DPR sepakat melakukan
pada jenis pajak yang memandang wajib pajaknya perubahan atas Undang-Undang Perpajakan. Pe-
cukup mampu untuk diserahi tanggungjawab untuk rubahan Undang-Undang Ketentuan Umum dan
menghitung dan menetapkan utang pajaknya sendiri Tata Cara Perpajakan ditujukan dalam rangka lebih
(Y. Sri Pudyatmoko, 2009:81). Sistem pemungutan memberikan keadilan dan meningkatkan pelayanan
pajak yang selama ini dikenal dan diterapkan dalam kepada wajib pajak dan untuk lebih memberikan
pemungutan pajak sebagaimana yang telah melalui kepastian hukum serta mengantisipasi perkembangan
reformasi sistem perpajakan dan telah diundangkan di bidang teknologi informasi. Perubahan ketiga
tersebut adalah sebagai berikut: a. Undang-Undang Undang-Undang tersebut, yaitu: a. UU Ketentuan
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Tata Umum dan Tata Cara Perpajakan No. 16 Tahun
Cara Perpajakan (KUP); b. Undang-Undang Nomor 2000 diubah dengan Undang-Undang Nomor 28
7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh); c. Tahun 2007, mulai berlaku tanggal 1 Januari 2008; b.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 17 Tahun
Pertambahan Nilai atas Barang dan Jasa dan Pajak 2000 telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 36
Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM); Tahun 2008, mulai berlaku tanggal 1 Januari 2009;
d. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang c. UU Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB); e. Undang-Undang Pajak Penjualan atas Barang Mewah Nomor 18 Tahun
Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai. 2000 diubah dengan UU Nomor 42 Tahun 2009, mulai
Dengan diberlakukannya kelima Undang-Undang berlaku tanggal 1 April 2010 (Wirawan B. Ilyas dan
tersebut, semua lapisan masyarakat tentunya diharap- Richard Burton, 2010:4).
kan turut berpatisipasi dan dapat mengerti akan Dalam rangka penerimaan negara melalui pajak
kewajibannya untuk membayar pajak sesuai dengan tentu saja self assessment system harus diawasi agar
sistem self assesment yang berlaku sejak tahun 1983 wajib pajak menghitung dan/atau melaporkan pajak
berdasarkan reformasi perpajakan tersebut. yang terutang dengan benar dan sesuai dengan
Empat dari lima Undang-Undang tersebut pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk
tahun 1994 mengalami perubahan dengan mengubah itu ada instrumen berupa berkas yang digunakan untuk
beberapa pasal yang dipandang perlu dengan Undang- menghitung dan menetapkan pajak tersebut. Instrumen
Undang sebagai berikut: a. Undang-Undang Nomor 6 yang dimaksud adalah Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahun 1983 diubah dengan Undang-Undang Nomor adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
9 Tahun 1994; b. Undang-Undang Nomor 7 Tahun melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran
1983 diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak
Tahun 1994; c. Undang-Undang Nomor 8 Tahun dan/atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan
1983 diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 peraturan perundang-undangan perpajakan (Y. Sri
Tahun 1994; d. Undang-Undang Nomor 12 Tahun Pudyatmoko, 2009:133).
1985 diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Setiap wajib pajak wajib mengisi Surat Pem-
Tahun 1994 (Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton, beritahuan (SPT) dalam bahasa Indonesia dan
2010:3). menandatangani serta menyampaikannya ke kantor
Adanya perkembangan ekonomi dan masyarakat Direktorat Jenderal Pajak tempat wajib pajak
yang terus menerus dan dalam rangka memberikan terdaftar atau dikukuhkan. Sebagai salah satu bentuk
rasa keadilan dan meningkatkan pelayanan kepada diterapkannya self assessment system, dimana wajib
Wajib pajak, maka pada tahun 2000 pemerintah pajak tidak lagi dilayani dan bersifat pasif, melainkan
kembali mengadakan perubahan lengkap terhadap sudah harus bersikap aktif, yang dalam hal ini bahkan
Undang-Undang Perpajakan yang dibuat pada tahun mengambil sendiri blanko SPT tersebut di tempat
1983, sebagai berikut: a. Undang-Undang No. 9 Tahun yang telah ditetapkan. Blanko SPT yang telah diambil
1994 telah diubah dengan Undang-Undang Nomor oleh wajib pajak itu harus diisi dengan lengkap,
16 Tahun 2000; b. Undang-Undang No. 10 Tahun jelas dan benar. Lengkap memiliki artian semua
1994 telah diubah dengan Undang-Undang Nomor data dan keterangan yang diminta dipenuhi sesuai
17 Tahun 2000; c. Undang-Undang No. 11 Tahun dengan permintaan di dalam kolom yang disediakan,
1994 telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 sekaligus disertai atau dilampiri data dan keterangan
Tahun 2000 (Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton, yang diperlukan. Untuk wajib pajak yang melakukan
2010:4). pembukuan, harus menyertakan laporan keuangan

200
Rachmawati, Upaya Hukum Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ....

berupa neraca dan laba/rugi. Jelas memiliki arti waktunya, dan setelah ditegur secara tertulis tidak
bahwa informasi yang dimuatkan di dalam Surat juga disampaikan dalam waktu menurut surat teguran
Pemberitahuan (SPT) tersebut ditulis secara jelas dan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3); c.
mudah dipahami. Adapun benar memiliki arti sesuai Berdasarkan pemeriksaan mengenai PPN dan PPnBM
dengan apa yang senyatanya dan sesuai dengan yang ternyata tidak harus dikompensasikan selisih lebih
seharusnya (Y. Sri Pudyatmoko, 2009:134). pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0% (nol
Setelah Surat Pemberitahuan (SPT) diisi, wajib persen); d. Kewajiban menyelenggarakan pembukuan
pajak wajib menandatangani surat pemberitahuan atau pencatatan tidak terpenuhi, sehingga tidak dapat
tersebut untuk kemudian menyampaikannya kembali diketahui besarnya pajak yang terutang.
ke Kantor Direktorat Jendral Pajak tempat wajib pajak Tata cara penerbitan SKPKB menurut Pasal 13
terdaftar atau dikukuhkan. Surat pemberitahuan Undang-Undang KUP diatur berdasarkan peraturan
(SPT) yang sudah diisi dapat dikembalikan secara Menteri Keuangan untuk mengatur tata cara penerbit-
langsung oleh wajib pajak atau disampaikan kembali an surat ketetapan pajak kurang bayar. Pejabat pajak
melalui pos. Kebenaran isi SPT sangat penting karena tidak boleh melanggar atau menyimpang dari tata
merupakan dasar penetapan utang pajak wajib pajak cara penerbitan surat ketetapan pajak kurang bayar
yang bersangkutan. Oleh karena itu kesalahan dalam tersebut. Penerbitan surat ketetapan pajak kurang
pengisian SPT yang menimbulkan kerugian negara bayar tersebut akan diikuti dengan sanksi administrasi
di dalam undang-undang dianggap sebagai sebuah yang bisa berupa denda maupun berupa kenaikan.
tindakan pidana (Y. Sri Pudyatmoko, 2009:35). Hal-hal yang merupakan diterbitkannya SKPKB
Terhadap Surat Pemberitahuan (SPT) yang akan adalah: a. Apabila SKPKB dikeluarkan karena alasan
dilakukan penetapan jumlah pajak yang terutang SPT tidak disampaikan dalam waktunya dan setelah
tersebut maka outputnya adalah surat ketetapan ditegur secara tertulis tidak juga disampaikan dalam
pajak yang terdiri dari: a. Surat Ketetapan Pajak jangka waktu menurut surat teguran, maka jumlah
Kurang Bayar; b. Surat Ketetapan Pajak Kurang kekurangan pajak terutang ditambah dengan sanksi
Bayar Tambahan; c. Surat Ketetapan Pajak Lebih administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan
Bayar; d. Surat Ketetapan Pajak Nihil; e. Surat (maksimum 24 bulan), dihitung sejak saat terutangnya
Tagihan Pajak. pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun
Penjelasan masing-masing atas berbagai produk Pajak atau Tahun Pajak; b. Sanksi administrasi berupa
hukum yang dapat diterbitkan oleh Direktorat Jenderal kenaikan sebesar atas diterbitkannya SKPKB dapat
Pajak adalah berupa surat ketetapan pajak (SKP) berupa: 1) 50% dari Pajak Penghasilan yang tidak
tersebut di atas adalah sebagai berikut ini: atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak; 2)
100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong,
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang setor,
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang
adalah surat ketetapan pajak yang diterbitkan untuk disetorkan; 3) 100% dari PPN dan PPnBM yang tidak
menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang atau kurang dibayar. Fungsi atas dikeluarkan atau
terutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi adminis- tersebut adalah: a. Koreksi atas jumlah yang terutang
trasi, dan jumlah yang masih harus dibayar. SKPKB menurut SPTnya; b. Sarana untuk mengenakan
diatur dalam Pasal 13 Undang-Undang KUP yang sanksi; c. Alat untuk menagih pajak. Berdasarkan
dapat diterbitkan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) sistem self assessment yang dianut Undang-Undang
tahun sesudah saat terutang pajak, berakhirnya masa Perpajakan, bahwa seharusnya setiap wajib pajak
pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak (Wirawan wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan
B. Ilyas dan Richard Burton, 2010:66). ketentuan perundang-undangan perpajakan dengan
Pejabat pajak berwenang menerbitkan Surat tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan
Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam jangka waktu pajak dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sesudah
5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, saat terutang pajak, atau berakhirnya Masa Pajak,
atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur
atau tahun pajak, dalam hal-hal sebagai berikut: a. Jendral Pajak dapat menerbitkan SKPKB. Dalam
Berdasarkan hasil pemeriksaan atau ada keterangan hal Wajib pajak setelah jangka waktu 10 (sepuluh)
lain ternyata jumlah pajak yang terutang tidak atau tahun tersebut dipidanakan karena melakukan tindak
kurang dibayar; b. SPT tidak disampaikan dalam pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan

201
PERSPEKTIF
Volume XVI No. 4 Tahun 2011 Edisi September

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tersebut. Sanksi administrasi berupa kenaikan tidak
tetap. Direktur Jendral Pajak tetap dapat menerbitkan dikenakan apabila SKPKBT diterbitkan berdasarkan
SKPKB ditambah denda administratif berupa bunga keterangan tertulis dari wajib pajak atas kehendak
sebesar 48% (empat puluh delapan persen) dari jumlah sendiri, dengan syarat Direktur Jendral Pajak belum
pajak yang tidak atau kurang dibayar. mulai melakukan tindakan pemeriksaaan. Penerbitan
SKPKBT juga dapat dilakukan dalam jangka waktu
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan 10 (sepuluh) tahun sesudah saat pajak terutang,
(SKPKBT) berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan atau Tahun Pajak, Direktur Jendral Pajak dapat
(SKPKBT) adalah surat ketetapan pajak yang menerbitkan SKPKBT.
diterbitkan untuk menentukan tambahan atas jumlah Dalam hal wajib pajak setelah jangka waktu 10
pajak yang telah ditetapkan. SKPKBT diatur dalam (sepuluh) tahun tersebut di pidana karena melakukan
Pasal 15 UU KUP yang diterbitkan untuk menampung tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan
kemungkinan yang terjadi seperti: a. Adanya SKPKBT putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
yang telah ditetapkan ternyata lebih rendah daripada hukum tetap, Direktur Jendral Pajak tetap dapat
perhitungan yang sebenarnya; b. Adanya proses menerbitkan SKPKBT ditambah denda administrasi
pengembalian pajak yang telah ditetapkan dalam berupa bunga sebesar 48% (empat puluh delapan
SKPLB yang seharusnya tidak dilakukan; c. Adanya persen) dari jumlah pajak yang tidak atau kurang
pajak terutang dalam Surat Ketetapan Nihil (SKPN) dibayar.
yang ditetapkan ternyata lebih rendah (Wirawan B.
Ilyas dan Richard Burton, 2010:67). Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
Penerbitan SKPKBT dilakukan apabila di- Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
temukannya data baru (novum) dan/atau data yang adalah surat ketetapan pajak yang diterbitkan untuk
semula belum terungkap yang dapat menyebabkan menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak
penambahan pajak yang terutang. Penjelasan Pasal karena jumlah kredit pajak lebih besar yang terutang
15 Undang-Undang KUP menegaskan apa yang atau tidak seharusnya terutang (Undang-Undang
dimaksud dengan data baru dan data yang semula Nomor 28 Tahun 2007 (Undang-Undang KUP),
belum terungkap, yaitu bahwa data baru adalah pasal 1 angka 19). SKPLB diatur dalam Pasal 17
data atau keterangan mengenai segala sesuatu yang Undang-Undang KUP.
diperlukan untuk menghitung besarnya jumlah pajak Dalam penjelasan Pasal 17 Undang-Undang KUP
terutang yang oleh wajib pajak belum diberitahukan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar dapat diterbitkan
pada waktu penetapan semula, baik dalam surat untuk hal-hal sebagai berikut: a. Untuk PPh, jumlah
pemberitahuan dan lampiran-lampirannya maupun kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang
dalam pembukuan perusahaan yang diserahkan terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak
pada waktu pemeriksaan. Sementara itu, data yang yang seharusnya tidak terutang; b. Untuk jumlah
semula belum terungkap adalah data atau keterangan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), jumlah kredit pajak
lain mengenai segala sesuatu yang diperlukan untuk lebih besar dari jumlah pajak yang terutang, atau
menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang, telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya
yang menyangkut sebagai berikut: a. Data yang tidak terutang. Apabila terdapat pajak terutang yang
tidak diungkapkan oleh wajib pajak dalam Surat dipungut oleh pemungut PPN, maka yang dimaksud
Pemberitahuan beserta lampirannya (termasuk laporan dengan jumlah pajak terutang adalah jumlah pajak
keuangan); dan/atau b. Pada waktu pemeriksaan untuk keluaran setelah dikurangi pajak yang dipungut oleh
penetapan semula, wajib pajak tidak mengungkap- pemungut PPN tersebut; c. Untuk Pajak Penjualan
kan data dan/atau memberikan keterangan lain atas Barang Mewah, jumlah pajak yang dibayar lebih
secara benar, lengkap, terperinci sehingga tidak besar dari jumlah pajak yang terutang atau telah
memungkinkan fiskus menerapkan ketentuan dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya
peraturan perundang-undangan perpajakan dengan terutang. Fungsi dari diterbitkannya Surat Ketetapan
benar dalam menghitung pajak yang terutang. Pajak Lebih Bayar jika ada permohonan tertulis dari
Sanksi SKPKBT dapat berupa jumlah kekurangan wajib pajak kepada kepala Kantor Pelayanan Pajak
pajak yang terutang dalam SKPKBT, ditambah (KPP) harus sudah menerbitkan SKPLB paling lambat
dengan sanksi admnistrasi berupa kenaikan sebesar 12 (dua belas) bulan sejak permohonan diterima,
100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak kecuali untuk kegiatan tertentu akan ditetapkan lain

202
Rachmawati, Upaya Hukum Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ....

oleh Direktur Jendral Pajak. Apabila jangka waktu b. Untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN), jumlah
12 (dua belas) bulan telah lewat, maka permohonan kredit pajak sama dengan jumlah pajak yang terutang,
wajib pajak (WP) dianggap diterima dan wajib pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
berhak memperoleh pengembalian atas kelebihan Apabila terdapat pajak terutang yang dipungut oleh
pajaknya. apabila hasil pemeriksaan ternyata pajak pemungut PPN, maka yang dimaksud dengan jumlah
yang lebih bayar jumlahnya lebih besar dari kelebihan pajak terutang adalah jumlah pajak keluaran setelah
pembayaran pajak yang telah ditetapkan, maka dikurangi dengan pajak yang dipungut oleh pemungut
SKPLB masih dapat diterbitkan lagi. PPN tersebut; c. Untuk Pajak Penjualan atas Barang
Tata cara menerbitkan SKPLB, Perhitungan dan Mewah (PPnBM)), jumlah pajak yang dibayar sama
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak sebagai dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak
berikut: a. Wajib pajak mengajukan permohonan terutang dan tidak ada pembayaran pajak.
secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak
(DJP); b. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atas nama Surat Tagihan Pajak (STP)
Direktur Jendral Pajak menerbitkan SKPLB dalam Selain hal tersebut terdapat sanksi atas bunga atau
jangka waktu selambat-lambatnya 12 bulan sejak denda yang disebut dengan Surat Tagihan Pajak (STP).
permohonannya diterima; c. Apabila SKPLB tidak Surat Tagihan Pajak adalah surat yang diterbitkan
diterbitkan dalam jangka waktu 12 bulan, maka wajib untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi
pajak memberitahukan kepada Direktur Jendral Pajak administrasi berupa bunga dan/atau denda. Surat
bahwa permohonannya (sudah dianggap) dikabulkan; Tagihan Pajak diatur dalam Pasal 14 UU Nomor 6
d. Dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak surat Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
pemberitahuan diterima, Direktorat Jenderal Pajak Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan UU
menerbitkan SKPLB sesuai dengan permohonan Nomor 28 Tahun 2007 selanjutnya disebut KUP.
wajib pajak. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar ini Mengenai kapan saatnya pejabat pajak menerbit-
dikirim kepada wajib pajak dengan tembusan kepada kan surat tagihan pajak yang terkait dengan Pajak
KPP yang bersangkutan; e. KPP (Kantor Pelayanan Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak atas
Pajak) menerbitkan Surat Perintah Membayar Penjualan barang Mewah, tergantung dari Undang-
Kelebihan Pajak (SPMKP) dalam waktu 1 (satu) Undang Pajak secara tegas mengatur kapan saat
bulan setelah menerbitkan SKPLB; f. Apabila Wajib diterbitkannya sehingga diketahui dan dipahami kalau
pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan ada perbedaan yang ditimbulkannya. Surat Tagihan
pembayaran itu diperhitungkan lebih dahulu untuk Pajak diterbitkan oleh pejabat pajak apabila: a. Pajak
melunasi pajak yang terutang. Para wajib pajak dapat Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang
mengajukan permohonan agar kelebihan pembayaran bayar; b. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan
tersebut diperhitungkan dengan utang pajak yang akan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai
datang (dikompensasikan); g. Apabila pengembalian akibat salah tulis dan atau salah hitung; c. Wajib
kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda
jangka waktu 1 (satu) bulan sejak SKPP diterbitkan, dan/atau bunga; d. Pengusaha yang dikenakan pajak
Pemerintah memberikan bunga sebesar 2% sebulan berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan
atas keterlambatan pembayaran pajak tersebut. Nilai dan perubahannya tidak melaporkan kegiatan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) Kena Pajak; e. Pengusaha yang tidak dikukuhkan
Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi telah membuat
pajak yang diterbitkan untuk menentukan jumlah Faktur Pajak; f. Pengusaha yang dikukuhkan sebagai
pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit Pengusaha Kena Pajak tetapi tidak membuat atau
pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit tidak mengisi selengkapnya Faktur Pajak (Muhammad
pajak (Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, pasal Djafar Saidi, 2010:241),
1 angka 18). SKPN diatur dalam Pasal 17A Undang- Sanksi Administrasi Surat Tagihan Pajak (STP)
Undang KUP. berdasarkan penjelasan Undang-Undang Nomor 16
Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Nihil dalam Tahun 2000 Ketentuan Umum Perpajakan adalah
penjelasan Undang-Undang KUP Pasal 17A adalah sebagai berikut: a. Jumlah kekurangan pajak yang
sebagai berikut: a. Untuk Pajak Penghasilan, jumlah terutang dalam STP ditambah sanksi administrasi
kredit pajak sama dengan pajak yang terutang atau berupa bunga sebesar 2% sebulan (maksimum 24
pajak yang tidak terutang dan tidak ada kredit pajak; bulan), dihitung sejak saat terutangnya pajak atau

203
PERSPEKTIF
Volume XVI No. 4 Tahun 2011 Edisi September

Bagian Tahun Pajak atau Tahun pajak sampai dengan pajak yang sama, tetapi tahun pajaknya berbeda, maka
diterbitkannya Surat Tagihan Pajak; b. Terhadap masing-masing diajukan secara terpisah (dalam dua
Pengusaha Kena Pajak, dikenakan sanksi administrasi buah surat keberatan). Demikian pula halnya untuk
berupa denda sebesar 2% dari Dasar Pengenaan Pajak; dua jenis pajak berbeda dalam tahun pajak yang sama,
c. Dalam hal STP dikeluarkan terhadap Wajib pajak juga diajukan secara terpisah (Y. Sri Pudyatmoko,
yang dikenakan sanksi administrasi berupa denda 2009:160).
administrasi berupa denda dan atau bunga tidak lagi Keberatan yang diajukan oleh wajib pajak tertuju
dikenakan sanksi, karena dalam Undang-Undang pada materi atau isi dari bentuk perbuatan hukum
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan tidak yang dilakukan oleh pejabat pajak dan pemotong atau
diatur bunga atas bunga dan denda. pemungut pajak berupa: a. Jumlah kerugian; b. Jumlah
Ketetapan pajak sebagai suatu ketetapan yang besarnya pajak; c. Pemotongan atau pemungutan
dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Pajak selaku pajak; d. Penerapan tarif pajak; e. Penerapan
pejabat administrasi negara dapat menimbulkan persentase norma penghitungan penghasilan netto; f.
sengketa antara wajib pajak dengan aparatur Pajak. Penerapan sanksi administrasi; g. Penghitungan pajak
penghasilan tidak kena pajak; h. Penghitungan pajak
Upaya Hukum Keberatan atas Surat Ketetapan penghasilan dalam tahun berjalan; dan i. Penghitungan
Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak (STP) kredit pajak (Muhammad Djafar Saidi, 2010:168).
Upaya hukum keberatan Ketika wajib pajak Bentuk-bentuk perbuatan hukum dari pejabat
memperoleh suatu surat ketetapan pajak dan merasa pajak dalam melakukan penagihan pajak yang
tidak puas atas ketetapan pajak dimaksud, maka dapat diajukan keberatan oleh wajib pajak adalah
wajib pajak dapat mengajukan upaya hukum dengan sebagai berikut: a. Surat Ketetapan Pajak Kurang
nama keberatan. Sesuai dengan ketentuan Pasal 25 Bayar (SKPKB); b. Surat Ketetapan Pajak Kurang
Undang-Undang KUP, upaya hukum atas keberatan Bayar Tambahan (SKPKBT); c. Surat Ketetapan
dapat diajukan ke Direktorat Jendral Pajak, yaitu ke Pajak Lebih Bayar (SKPLB); d. Surat Ketetapan
Kantor Pelayanan Pajak tempat dimana wajib pajak Pajak Nihil (SKPN);
terdaftar (Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton, 2010: Untuk dapat mengajukan upaya hukum keberatan,
109). Keberatan merupakan upaya hukum biasa yang maka wajib pajak harus memenuhi tata cara pe-
diperuntukkan bagi wajib pajak untuk mendapatkan nyelesaian keberatan yaitu Keberatan tersebut
keadilan dan kebenaran terhadap perbuatan hukum diajukan kepada Direktur Jendral Pajak melalui
yang dilakukan oleh pejabat pajak dalam melakukan Kantor Pelayan Pajak (KPP) setempat, yang wilayah
penagihan pajak sebagaimana yang ditentukan dalam hukumnya meliputi tempat dimana wajib pajak berada
Undang-Undang KUP (Muhammad Djafar Saidi, atau berkedudukan. Keberatan diajukan secara tertulis
2010:167). dalam bahasa Indonesia dengan mengemukakan
Dalam memahami dan menginterprestasikan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang
ketentuan yang berlaku, dapat terjadi suatu perbedaan dipotong atau jumlah rugi menurut penghitungan.
antara satu pihak dengan pihak lain. Demikian pula Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga)
dalam bidang pajak, bisa saja muncul perbeda- bulan sejak tanggal surat, tanggal pemotongan atau
an penafsiran, antara pihak pemerintah sebagai pemungutan sebagaimana dimaksud, kecuali apabila
fiskus dengan pihak rakyat sebagai wajib pajak. wajib pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu
Perbedaan pemahaman dan penafsiran tersebut itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar
dapat mengakibatkan adanya penghitungan pajak kekuasaannya. Apabila wajib pajak mengajukan
yang berbeda. Apabila wajib pajak berpendapat keberatan atas surat ketetapan pajak, wajib pajak
bahwa jumlah rugi, jumlah pajak, dan pemotongan wajib melunasi pajak yang masih harus dibayar paling
atau pemungutan pajak tidak sebagaimana mestinya, sedikit sejumlah yang telah disetujui wajib pajak
maka wajib pajak dapat mengajukan keberatan kepada dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum
Direktur Jendral Pajak. Keberatan yang diajukan surat keberatan disampaikan. Ketentuan tersebut perlu
adalah terhadap materi atau isi ketetapan pajak, yaitu diperhatikan karena keberatan yang tidak memenuhi
jumlah rugi berdasarkan ketentuan undang-undang persyaratan seperti itu, tidak dianggap sebagai surat
perpajakan, jumlah besarnya pajak, pemotongan keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan. Apabila
atau pemungutan pajak. Keberatan tersebut harus diminta oleh wajib pajak untuk keperluan pengajuan
diajukan terhadap satu jenis pajak dan satu tahun keberatan, Direktur Jendral Pajak wajib memberikan
pajak sehingga apabila diajukan keberatan untuk jenis keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar

204
Rachmawati, Upaya Hukum Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ....

pengenaan pajak, penghitungan rugi, pemotongan atau mengajukan permohonan banding, sanksi administrasi
pemungutan pajak (Y. Sri Pudyatmoko, 2009:161). berupa denda sebesar 50% tidak dikenakan (Y. Sri
Waktu pengajuan keberatan tersebut dapat Pudyatmoko, 2009:163).
ditentukan berdasarkan Pasal 25 ayat (3) UU Tata cara pengajuan dan penyelesaian keberatan
KUP dengan maksud antara lain agar wajib pajak diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
mempunyai waktu yang cukup memadai untuk Keuangan. Tata cara pengajuan dan penyelesaian
mempersiapkan surat keberatan beserta alasannya. keberatan sebagaimana dimaksud antara lain
Apabila ternyata bahwa batas waktu 3 (tiga) bulan mengatur pemberian hak kepada wajib pajak untuk
tersebut tidak dapat dipenuhi oleh wajib pajak karena hadir memberikan keterangan atau memperoleh
keadaan di luar kekuasaan wajib pajak, maka tenggang penjelasan mengenai keberatannya.
waktu selama 3 (tiga) bulan tersebut masih dapat Apabila wajib pajak tidak menggunakan hak
dipertimbangkan untuk diperpanjang oleh Direktur untuk hadir memberikan keterangan atau memperoleh
Jendral Pajak. penjelasan mengenai keberatannya, proses keberatan
Keleluasaan waktu tersebut memang bisa sangat tetap dapat diselesaikan (Y. Sri Pudyatmoko, 2009:
dibutuhkan oleh wajib pajak untuk mengumpulkan 163).
bahan, dokumen, catatan dan semua hal yang berkait- Surat keberatan yang tidak memenuhi persyaratan
an dengan keberatan yang diajukannya. Apabila wajib tersebut, maka surat keberatan tersebut tidak dianggap
pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan sebagai surat keberatan, sehingga surat keberatan
pajak, wajib pajak wajib melunasi pajak yang tersebut tidak dapat dipertimbangkan atau tidak dicatat
masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang dalam buku register penerimaan surat keberatan.
telah disetujui wajib pajak dalam pembahasan akhir Namun demikian, sekalipun surat keberatan tidak
pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan. memenuhi persyaratan tersebut, akan tetapi surat
Ketentuan tersebut berbeda dengan ketentuan permohonan keberatan masih dalam jangka waktu
sebelumnya yang menentukan bahwa pengajuan yang ditentukan oleh Undang-Undang, maka kantor
keberatan tidak menghalangi tindakan penagihan pajak dapat meminta Wajib pajak agar melengkapi
sampai dengan pelaksanaan lelang. Dengan demikian persyaratan. Ini dilakukan tentunya dalam rangka
jangka waktu pelunasan pajak yang ditetapkan dalam memberikan pelayanan yang baik kepada wajib
surat tagihan, SKPKB, SKPKBT, Surat Keputusan pajak, karena bisa saja wajib pajak tidak memahami
Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan betul Undang-Undang Pajak.
Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar Keputusan Keberatan
bertambah, menjadi tangguh begitu ada keberatan Setelah kantor pajak melakukan proses pe-
(Y. Sri Pudyatmoko, 2009:162). meriksaan, sesuai Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang
Terhadap Surat Keberatan yang diajukan oleh KUP, ada 4 (empat) kemungkinan keputusan yang
wajib pajak, kewenangan penyelesaian dalam dapat diterbitkan atau dikeluarkan oleh Direktur
tingkat pertama diberikan kepada Direktur Jendral Jenderal Pajak dalam jangka waktu 12 (dua belas)
Pajak dengan ketentuan batasan waktu penyelesaian bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima.
keputusan atas keberatan wajib pajak ditetapkan Keputusan tersebut adalah sebagai berikut: Keputusan
paling lama duabelas bulan sejak tanggal Surat Direktorat Jenderal Pajak dapat berupa: a. Ditolak;
Keberatan diterima. Dengan ditentukannya batas b. Diterima sebagian; c. Diterima seluruhnya; d.
waktu penyelesaian keputusan atas keberatan tersebut, Menambah besarnya jumlah pajak yang terutang
berarti akan diperoleh suatu kepastian hukum bagi (Undang-Undang KUP Nomor 28 Tahun 2007,
wajib pajak di samping terlaksananya administrasi Pasal 26 ayat (3)).
perpajakan. Wajib pajak tidak ditempatkan pada posisi Apabila dalam proses pemeriksaan yang dilakukan
tidak menentu, sampai kapan keputusan itu dianggap oleh Direktur Jendral Pajak diketahui tidak terdapat
telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Dalam cukup alasan dan bukti, maka Direktur Jenderal Pajak
hal keberatan wajib pajak ditolak atau dikabulkan akan mengeluarkan keputusan menolak keberatan
sebagian, wajib pajak dikenai sanksi administrasi wajib pajak. Jika terjadi keputusan demikian,
berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) konsekuensinya hanya ada dua yaitu Pertama, wajib
dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan pajak harus tetap melunasi utang pajak sebesar yang
dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum tercantum dalam keputusan keberatan. Kedua, wajib
mengajukan keberatan. Dalam hal wajib pajak pajak dapat mengajukan upaya hukum lebih lanjut,

205
PERSPEKTIF
Volume XVI No. 4 Tahun 2011 Edisi September

yaitu banding ke pengadilan pajak (Wirawan B. adalah apabila atas keberatan wajib pajak ditolak atau
Ilyas dan Richard Burton, 2010:111). Selanjutnya, dikabulkan hanya sebagian dan wajib pajak tidak
apabila surat keberatan wajib pajak setelah dilakukan mengajukan upaya hukum banding, maka wajib pajak
pemeriksaan ternyata hanya sebagian alasan dan dikenakan sanksi administrasi denda sebesar 50%
bukti yang mendukung untuk dikuranginya jumlah (lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan
pajak yang tercantum dalam ketetapan pajak, maka keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang
Direktur Jendral Pajak akan mengeluarkan keputusan telah dibayar sebelum mengajukan keberatan, dengan
menerima sebagian. catatan: a. Dalam mengajukan keberatan wajib pajak
Dalam proses pemeriksaan diketahui adanya alasan dapat meminta Dirjen Pajak untuk memberikan secara
dan bukti yang mendukung untuk diterimanya seluruh tertulis hal-hal mengenai dasar pengenaan pajak,
keberatan Wajib pajak sesuai perhitungan wajib pajak, penghitungan rugi, pemotongan atau pemungutan
maka Direktur Jenderal Pajak akan menerbitkan pajak; b. Sebelum Surat Keputusan Keberatan
keputusan keberatan yang menerima seluruh ke- diterbitkan wajib pajak dapat menyampaikan alasan
beratan wajib pajak. Kemungkinan keputusan tambahan atau penjelasan tertulis.
yang terakhir adalah keputusan keberatan dengan
menambah utang pajak. Artinya apabila wajib pajak Pengurangan dan Pembatalan Pajak
telah ditetapkan mempunyai utang pajak yang telah Dalam berbagai produk hukum yang dapat
ditetapkan kemudian mengajukan keberatan maka diterbitkan oleh Direktorat Jendral Pajak, dalam
setelah dilakukan pemeriksaan Direktur Jendral Pajak hal ini Kantor Pelayanan Pajak, untuk mengetahui
ternyata berdasakan bukti yang ada akan dikeluarkan hak dan kewajiban wajib pajak maka diterbitkanlah
keputusan keberatan yang akan menambah ketetapan Surat Tagihan Pajak (STP). Surat Tagihan Pajak ini
pajak yang semula telah ditetapkan. Kemungkinan diatur dalam Pasal 14 Undang-Undang KUP Nomor
dikeluarkannya keputusan yang akan menambah 28 Tahun 2007.
ketetapan pajak tentunya menjadi persoalan tersendiri Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) didasarkan
apakah adil atau tidak. pada Pasal 14 UU KUP No. 28 Tahun 2007 ayat 1 (b)
Dalam Undang-Undang KUP memang tidak disebabkan dari hasil penelitian terdapat kekurangan
dijelaskan secara tegas dalam hal apa saja keputusan pembayaran pajak akibat salah tulis dan/atau salah
keberatan yang menambah ketetapan pajak bisa hitung. Penghitungan dan penetapan pajak menjadi
dilakukan. Hal tersebut bisa saja dikarenakan tidak benar, hal tersebut terjadi karena kesalahan
adanya kesalahan hitung atau kesalahan penulisan pihak fiskus atau kekeliruan wajib pajak. Apabila
yang dilakukan pemeriksa pajak. Apabila hal ini yang terjadi ketidakbenaran dalam penetapan utang pajak
terjadi seharusnya pemeriksa pajak menganut prinsip maka terhadapnya dapat dilakukan pengurangan atau
hukum umum bahwa keputusan yang dikeluarkan pembatalan ketetapan tersebut. Hal ini diatur dalam
berikutnya tidak boleh merugikan wajib pajak. Untuk Pasal 36 ayat (1) huruf b Undang-Undang tentang
kepastian hukum, wajib pajak harus mendapat mana KUP, dan diatur lebih lanjut di dalam Keputusan
yang lebih menguntungkan. Menteri Keuangan No. 607/kmk04/1994 tentang
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 27 Tata Cara Pengurangan atau Penghapusan Sanksi
Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Administrasi dan Pengurangan atau Pembatalan
KUP, aspek hukum atas upaya hukum keberatan yang Ketetapan Pajak (Y. Sri Pudyatmoko, 2009:169).
diajukan wajib pajak mengalami perubahan khususnya Dirjen Pajak karena jabatannya atau atas per-
mengenai utang pajak yang timbul dalam ketetapan mohonan wajib pajak dapat mengurangkan atau
pajak. Dalam ketentuan sebelumnya wajib pajak tetap membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar.
diperbolehkan mengajukan keberatan, tanpa perlu Permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan
adanya persyaratan pembayaran terlebih dahulu. pajak yang tidak benar tersebut harus menyebutkan
Namun, sejak 1 Januari 2008, dalam Pasal 25 ayat jumlah pajak yang menurut penghitungan wajib pajak
3a UU Nomor 27 Tahun 2008, disyaratkan adanya seharusnya terutang. Permohonan itu hanya dapat
pembayaran sejumlah yang disetujui wajib pajak yang diajukan oleh wajib pajak paling banyak 2 (dua) kali.
tercantum dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, Dirjen Pajak, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
sebelum surat keberatan disampaikan. Selanjutnya sejak surat permohonan wajib pajak diterima wajib
atas jumlah pajak yang belum dibayar pada saat memberikan keputusan atas permohonan pengurangan
mengajukan keberatan digolongkan sebagai bukan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar.
utang pajak (ayat 8). Sebagai konsekuensi hukumnya Jika setelah lewat waktu 6 (enam) bulan sejak surat

206
Rachmawati, Upaya Hukum Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ....

Dirjen Pajak tidak memberikan suatu keputusan maka disampaikan secara tertulis oleh wajib pajak kepada
permohonan pengurangan atau pembatalan dianggap Dirjen Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak yang
diterima. Terhadap keputusan yang dikeluarkan oleh mengenakan sanksi administrasi, selambat-lambatnya
Dirjen Pajak tidak dapat diajukan banding. 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterbitkannya Surat
Pengurangan atau pembatalan pajak secara jabatan Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak berkaitan atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,
dengan adanya kemungkinan bahwa kesalahan dengan memberikan alasan yang jelas dan meyakin-
penetapan utang pajak itu terjadi bukan karena kan untuk mendukung permohonannya.
kesalahan wajib pajak. Wajib pajak yang bersangkutan Keputusan atas permohonan pengurangan atau
bisa saja benar dan pihak fiskuslah yang kurang teliti penghapusan sanksi administrasi tersebut dikeluar-
di dalam penetapan utang pajak sehingga terjadi kan oleh Dirjen Pajak selambat-lambatnya 6 (enam)
kesalahan. Dalam hal ini tidak harus ada permohonan bulan sejak surat permohonan diterima oleh Kantor
pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak dari Pelayanan Pajak. Apabila setelah lewat waktu enam
wajib pajak, melainkan Direktur Jendral Pajak diberi bulan ternyata Direktur Jendral Pajak tidak mem-
kewenangan untuk secara jabatan mengurangi atau berikan keputusan maka permohonan pengurangan
membatalkan ketetapan pajak yang dimaksud. Dalam atau penghapusan ketetapan pajak dikabulkan (Y. Sri
kaitannya dengan kemungkinan kesalahan penetapan Pudyatmoko, 2009:171).
utang pajak, petugas pajak dalam menghitung atau Apabila wajib pajak masih merasa tidak puas ter-
menetapkan pajak tidak sesuai dengan Undang- hadap keputusan Direktur Jendral Pajak maka wajib
Undang Perpajakan yang berlaku sehingga merugikan pajak dapat melakukan upaya hukum ke Pengadilan
negara maka petugas pajak yang bersangkutan dapat Pajak dengan mengajukan permohonan upaya hukum
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan banding dan upaya hukum gugatan.
perundang-undangan yang berlaku. Hal tersebut
dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada Upaya Hukum Banding
wajib pajak dan meningkatkan kemampuan petugas Upaya hukum banding merupakan kelanjutan dari
pajak. Oleh karena itu terhadap petugas pajak yang upaya hukum keberatan. Apabila wajib pajak tetap
menghitung atau menetapkan pajak yang tidak sesuai merasa tidak puas atas keputusan keberatan yang
dengan undang-undang perpajakan yang berlaku telah dikeluarkan oleh Direktur Jendral Pajak dapat
sehingga menimbulkan kerugian negara, dikenakan dimungkinkan adanya upaya hukum dengan nama
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- banding.Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14
undangan yang berlaku, sehingga para fiskus dapat Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak terhadap surat
lebih berhati-hati dalam menjalankan tugasnya. keputusan keberatan yang diterbitkan akan menjadi
dasar untuk diajukannya upaya hukum banding ke
Pengurangan dan Pembatalan Sanksi Admi- Pengadilan Pajak. Upaya hukum banding sebagai
nistrasi upaya hukum hanya bersifat upaya hukum biasa
Kepada wajib pajak apabila dikenakan sanksi yang memberi peluang untuk mempersoalkan surat
administrasi maka kepadanya dimungkinkan untuk keputusan keberatan di tingkat Pengadilan Pajak.
diberikan pengurangan ataupun penghapusan sanksi Pengadilan Pajak mempunyai kompetensi untuk
administrasi. Demikian juga kepada wajib pajak memeriksa, memutus, mengadili sengketa pajak.
yang telah ditetapkan utang pajaknya maka yang Sengketa pajak itu secara garis besarnya terdiri
bersangkutan juga dimungkinkan untuk mendapatkan dari upaya hukum banding, yaitu mengenai jumlah
pengurangan atau pembatalan ketetapan pajaknya. utang pajak yang ada di Surat Ketetapan Pajak
Dalam kaitannya dengan pengurangan dan (SKP) pada khususnya. Kemudian gugatan terhadap
penghapusan sanksi administrasi, wajib pajak pelaksanaan penagihan pajak. Secara keseluruhan
dapat mengajukan permohonan pengurangan atau mulai surat paksa, surat sita, pemblokiran, penyitaan,
penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, pengumuman lelang dan lelang kecuali penyanderaan
dan kenaikan yang ternyata dikenakan karena adanya atau paksa badan. Dengan diberlakukannya Undang-
kekhilafan dari wajib pajak atau bukan kesalahannya. Undang Pengadilan Pajak, maka kepastian hukum
Permohonan tersebut hanya dapat diajukan oleh yang diharapkan wajib pajak menjadi jelas. Pasal
wajib pajak paling banyak 2 (dua) kali. Permohonan 77 (1) UU No. 14 Tahun 2002 menegaskan bahwa
pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi putusan pengadilan pajak merupakan putusan akhir
berupa bunga, denda, dan kenaikan tersebut harus yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Penegasan

207
PERSPEKTIF
Volume XVI No. 4 Tahun 2011 Edisi September

lainnya juga disebutkan dalam Pasal 27 ayat (2) UU perpajakan yang diajukan banding, atau 60 (enam
KUP bahwa putusan badan peradilan pajak bukan puluh) hari sejak tanggal diterimanya Keputusan
merupakan keputusan tata usaha negara. Artinya, tidak yang dibanding kecuali diatur lain dalam peraturan
dimungkinkan lagi wajib pajak mengajukan gugatan perundang-undangan perpajakan; c. Terhadap 1 (satu)
atas keputusan keberatan maupun putusan pengadilan keputusan diajukan 1 (satu) surat banding; d. Banding
pajak ke PTUN. Meskipun demikian, sistem pe- diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas dan
radilan yang berpuncak pada Mahkamah Agung dicantumkan tanggal diterimanya surat keputusan
tetap berjalan, yaitu sesuai dengan ketentuan Pasal banding; e. Pada surat banding dilampirkan salinan
91 UU Pengadilan Pajak dengan dimungkinkannya keputusan yang dibanding; f. Dalam hal banding
wajib pajak mengajukan upaya hukum peninjauan diajukan terhadap besarnya jumlah pajak yang
kembali ke Mahkamah Agung. terutang, Banding hanya dapat diajukan apabila
Banding yang diajukan ke Pengadilan Pajak ini jumlah yang terutang dimaksud telah dibayar 50%
merupakan upaya hukum lanjutan yang diajukan (lima puluh persen).
wajib pajak atau penanggung pajak. Banding diajukan Suatu surat banding harus berisikan atau memuat
terhadap keputusan dari pejabat yang berwenang, hal-hal mengenai: a. Identitas pihak-pihak yang
misalnya berkaitan dengan keputusan atas upaya bersengketa, baik pembanding maupun terbanding
hukum keberatan. Akan tetapi, harap dipahami yang meliputi nama, pekerjaan, nomor pokok wajib
bahwa yang dinamakan upaya hukum banding tidak pajak atau nomor pengusaha kena pajak, alamat atau
sama persis dengan upaya hukum banding pada kedudukan; b. Fundamentum petendi (posita), yakni
Peradilan Umum ataupun Peradilan Tata Usaha uraian mengenai alasan-alasan pengajuan banding,
Negara karena dalam Peradilan Umum ataupun baik alasan-alasan berdasarkan keadaan maupun
Peradilan Tata Usaha Negara, yang dinamakan alasan-alasan berdasarkan hukum; c. Petitum, yakni
upaya hukum banding merupakan upaya hukum hal-hal yang dimohonkan oleh pembanding agar dapat
pada Peradilan Tingkat II. Artinya sengketa hukum dikabulkan dalam persidangan.
itu telah diberi putusan oleh lembaga pengadilan Banding dapat diajukan oleh wajib pajak, ahli
pada tingkat sebelumnya. Sementara itu, banding warisnya, seorang pengurus atau kuasa hukumnya.
yang ada dalam konteks Pengadilan Pajak adalah Apabila selama proses banding, pemohon banding
upaya hukum yang diajukan oleh wajib pajak atau meninggal dunia, banding dapat dilanjutkan oleh
penanggung pajak terhadap keputusan yang menurut ahli warisnya, kuasa hukum dari ahli warisnya atau
peraturan perundang-undangan di bidang pajak dapat pengampunya dalam hal pemohon banding pailit.
diajukan banding. Apabila selama proses banding pemohon banding
Mekanisme banding dimulai dari adanya pe- melakukan penggabungan, peleburan, pemecahan
nolakan atau ketidaksetujuan pemohon banding atau pemekaran usaha atau likuidasi, permohonan
terhadap keputusan penolakan keberatan oleh dimaksud dapat dilanjutkan oleh pihak yang me-
fiskus,yang dianggap bahwa keputusan tersebut nerima pertanggungjawaban karena penggabungan,
sudah mengandung sengketa. Dan tujuan wajib peleburan, pemecahan atau pemekaran usaha, atau
pajak mengajukan banding adalah: a. Pengajuan likuidasi dimaksud. Pengajuan pemohonan banding
banding bertujuan untuk mencari kebenaran dan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan
keadilan. Proses yang telah dilalui, yakni lembaga pelaksanaan penagihan pajak.
keberatan, ternyata ditolak atau diterima sebagian, Pemohon Banding dapat melengkapi surat
sehingga tujuan akhir untuk mencari kebenarannya bandingnya untuk memenuhi ketentuan yang
dirasakan belum tercapai; b. Sebagai sarana untuk berlaku sepanjang masih dalam jangka waktu 3
mempertahankan hak-hak wajib pajak yang dirasakan (tiga) bulan sejak tanggal diterima keputusan yang
telah dilanggar dan dianggap merugikan secara dibanding, kecuali diatur lain dalam peraturan
materiil maupun kepentingan para wajib pajak. perundang-undangan perpajakan. Terhadap banding
Seperti halnya upaya hukum keberatan apabila dapat diajukan surat pernyataan pencabutan kepada
wajib pajak akan mengajukan upaya hukum banding, Pengadilan Pajak. Banding yang dicabut tersebut
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: dihapus dari daftar sengketa dengan: a. Penetapan
a. Permohonan diajukan secara tertulis dengan Ketua dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan
menggunakan bahasa Indonesia; b. Diajukan dalam sebelum sidang dilaksanakan; b. Putusan Majelis atau
jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima Hakim Tunggal melalui pemeriksaan dalam hal surat
Keputusan Direktur Jendral Pajak mengenai keberatan pernyataan pencabutan diajukan dalam sidang atas

208
Rachmawati, Upaya Hukum Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ....

persetujuanTerbanding. Banding yang telah dicabut pajak untuk menyelesaikannya. Disinilah, penanggung
melalui penetapan atau putusan sebagaimana tersebut pajak terlibat secara langsung untuk bertanggung-
tidak dapat diajukan kembali. jawab terhadap kewajiban wajib pajak.
Ketentuan Pasal 36 ayat (4) Undang-Undang Gugatan sebagai upaya hukum biasa berbeda
Pengadilan Pajak yang mensyaratkan harus di- dengan banding, karena banding dapat menangguhkan
lunasinya utang pajak sebesar 50% (lima puluh keputusan keberatan sehingga tidak memiliki
persen) agar banding dapat diproses seringkali kekuatan hukum yang mengikat. Sementara itu,
menjadi pertanyaan Wajib pajak. Dalam Undang- gugatan tidak demikian halnya karena yang digugat
Undang Pengadilan Pajak tidak menjelaskan alasan bukan surat keputusan keberatan dari lembaga
disyaratkannya pembayaran 50% (lima puluh persen) keberatan melainkan keputusan pejabat pajak yang
dari utang pajak. Oleh karenanya, wajib pajak merasa terkait dengan penagihan pajak. Gugatan hanya
diperlakukan tidak adil. Persyaratan pembayaran diperuntukkan bagi wajib pajak atau penanggung
lima puluh persen dari pajak yang terutang, kalau pajak untuk melawan surat tagihan pajak maupun
banding itu diperuntukkan terhadap besarmya keputusan yang terkait dengan pelaksanaan penagihan
pajak yang terutang tidak boleh dilegalkan karena pajak secara paksa yang dianggap tidak sesuai dengan
timbulnya utang pajak tidak selalu karena kesalahan ketentuan hukum pajak. Dalam arti, pejabat pajak
pembanding (wajib pajak) tidak melunasi pajak yang dalam proses gugatan selalu dalam kedudukan sebagai
terutang, tetapi dapat pula terjadi karena penetapan pihak tergugat dan wajib pajak atau penanggung pajak
pejabat pajak berdasarkan ketetapan pajak secara selalu berada dalam kedudukan sebagai penggugat.
jabatan adalah benar, tidak menimbulkan persoalan Dalam arti, pejabat pajak tidak boleh mengajukan
hukum. gugatan kepada pengadilan pajak sebagai penggugat
Sebaliknya, apabila tidak benar penetapan melawan wajib pajak atau penanggung pajak.
mengenai pajak yang terutang dalam ketetapan Gugatan tanpa suatu objek yang dapat digugat
pajak secara jabatan, pejabat tersebut melakukan berarti bukan merupakan gugatan secara yuridis
perbuatan yang melanggar hukum pajak. Apabila karena objek gugatan yang menjadi pokok per-
hal itu diajukan banding berarti pembanding (wajib selisihan dalam sengketa pajak. Objek gugatan
pajak) harus membayar 50% (lima puluh persen) adalah pajak yang belum terbayar, penerapan sanksi
dari pajak yang terutang karena kesalahan pejabat administrasi, penerapan tarif pajak, dan penghitungan
pajak. Hal ini tidak dibenarkan dalam hukum pajak, kredit pajak. Objek gugatan tersebut di atas dapat
karena hal tersebut merupakan kesalahan pejabat tercantum dalam surat tagihan pajak, surat keputusan
pajak, tetapi yang menanggung resiko adalah wajib pembetulan, surat keputusan penagihan seketika dan
pajak sehingga tidak benar konstruksi hukum yang sekaligus, surat paksa, dan surat keputusan sebagai
terdapat pada Pasal 36 ayat (4) Undang-Undang pelaksanaan surat paksa, dan surat keputusan sebagai
Pengadilan Pajak. pelaksanaan surat paksa bukan merupakan objek
gugatan, melainkan hanya memuat objek sengketa
Upaya Hukum Gugatan yang diperkenankan untuk diajukan. Untuk dapat
Selain upaya banding yang dapat diajukan ke mengajukan gugatan, harus dipenuhi syarat-syarat
pengadilan pajak, wajib pajak juga dapat mengajukan sebagai berikut diatur dalam Undang-Undang Pajak
upaya hukum gugatan. Yang dimaksud dengan adalah: a. Diajukan secara tertulis dalam bahasa
gugatan adalah upaya hukum yang dilakukan wajib Indonesia; b. Jangka waktu untuk gugatan terhadap
pajak terhadap pelaksanaan penagihan pajak atau pelaksanaan penagihan pajak adalah 14 (empat belas)
terhadap keputusan yang dapat diajukan gugatan hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan, sedangkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan per- untuk gugatan terhadap Keputusan adalah 30 (tiga
pajakan yang berlaku. puluh) hari sejak tanggal diterima Keputusan yang
Berdasarkan pengertian tersebut, ternyata yang digugat. Jangka waktu ini tidak mengikat apabila
berhak untuk mengajukan gugatan hanya wajib pajak jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena
dan tidak termasuk penanggung pajak. Perlu diketahui keadan di luar kekuasaan penggugat. Perpanjangan
bahwa, wajib pajak berbeda dari aspek yuridis dengan jangka waktu dapat dilakukan adalah 14 (empat
penanggung pajak. Wajib pajak pada mulanya adalah belas) hari terhitung sejak berakhirnya keadaan
pihak yang dibebani kewajiban perpajakan melunasi di luar kekuasaan penggugat; c. Terhadap 1 (satu)
pajak yang terutang, tetapi kemampuannya tidak ada. pelaksanaan penagihan atau 1 (satu) keputusan
Maka, kewajiban itu dilimpahkan kepada penanggung diajukan 1 (satu) surat gugatan.

209
PERSPEKTIF
Volume XVI No. 4 Tahun 2011 Edisi September

Gugatan diajukan oleh penggugat, ahli waris, kelemahan pelaksanaan penagihan pajak atau
seorang pengurus, atau kuasa hukumnya dengan keputusan yang digugat sebab alasan-alasan yang
disertai alasan-alasan yang jelas, mencantumkan menjadi dasar pengajuan surat gugatan merupakan
tanggal diterima, pelaksanan penagihan, atau pokok surat gugatan sehingga tidak boleh dibuat
keputusan yang digugat dan dilampiri salinan hanya sekadar pelengkap saja untuk pengajuan surat
dokumen yang digugat. Apabila selama proses gugatan kepada pengadilan pajak.
gugatan, penggugat meninggal dunia, gugatan dapat
dilanjutkan oleh ahli warisnya, kuasa hukum dari ahli Pelaksanaan Putusan Pengadilan Pajak
warisnya atau pengampunya dalam hal penggugat Putusan pengadilan pajak adalah perbuatan
pailit. Apabila diperhatikan, persyaratan dalam hukum yang dilakukan oleh hakim sebagai akhir
gugatan tidak diwajibkan adanya pembayaran 50% dari penyelesaian sengketa pajak dan merupakan
(lima puluh persen) dari utang pajak yang timbul. manifestasi dari kewenangannya. Sekalipun putusan
Sehingga surat gugatan atas keputusan Direktur merupakan manifestasi tanggung jawab hakim dalam
Jendral Pajak atas Surat Tagihan Pajak (STP) memeriksa sengketa pajak. Dalam putusan sela tidak
berdasarkan Pasal 16 dan pasal 36 Undang-Undang termasuk dalam pengertian putusan di atas karena
Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum putusan sela bukan putusan akhir dari pemeriksaan
dan Tata Cara Perpajakan dapat diajukan wajib sengketa pajak melainkan bagian dari putusan
pajak meskipun pajak yang terutang belum dibayar. akhir.
Ini berarti wajib pajak tetap dapat mengajukan gugatan Putusan ditetapkan karena hasil penilaian pem-
tanpa harus membayar 50% terlebih dahulu dari pajak buktian, berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang terutang sebagaimana tercantum dalam Surat perpajakan yang bersangkutan, dan keyakinan hakim.
Tagihan Pajak (STP). Dalam hal pemeriksaan dilakukan oleh majelis,
Terhadap gugatan yang telah diajukan, pemohon putusan pengadilan pajak diambil berdasarkan
dapat mengajukan surat pernyataan pencabutan musyawarah yang dipimpin oleh hakim ketua dan
gugatan kepada pengadilan pajak, dan selanjutnya apabila dalam musyawarah tidak dapat dicapai
gugatan yang dicabut, dihapus dari daftar sengketa kesepakatan, putusan diambil dengan suara terbanyak.
melalui penetapan Ketua Pengadilan pajak dalam hal Apabila Majelis di dalam mengambil putusan dengan
surat pernyataan pencabutan diajukan sebelum sidang, cara musyawarah dapat dicapai kesepakatan sehingga
atau melalui Putusan Majelis atau Hakim Tunggal putusan diambil dengan suara terbanyak, pendapat
melalui pemeriksaan dalam hal surat pernyataan hakim anggota yang tidak sepakat dengan putusan
pencabutan diajukan setelah sidang atas persetujuan tersebut dinyatakan dalam putusan pengadilan
tergugat. Atas gugatan yang telah dicabut baik melalui pajak. Putusan pengadilan pajak dapat berupa: a.
penetapan maupun putusan, pemohon gugatan tidak menolak; artinya materi banding atau gugatannya
dapat mengajukan gugatan kembali (Wirawan B. Ilyas sudah diperiksa. Syarat formal sudah dipenuhi; b.
dan Richard Burton, 2010:119). mengabulkan sebagian atau seluruhnya; c. menambah
Menurut pasal 43 ayat (1) Undang-Undang pajak yang harus dibayar; d. tidak dapat diterima,
Pengadilan Pajak menegaskan bahwa gugatan misalnya syarat formalnya tidak dipenuhi. Kalau di
tidak menunda atau menghalangi dilaksanakannya pajak itu biasanya karena utang pajak yang minimal
penagihan pajak atau kewajiban perpajakan. Dengan 50% tidak dibayar; e. membetulkan kesalahan tulis
demikian, sekalipun wajib pajak sedang mengajukan dan/atau kesalahan hitung; dan/atau; f. membatalkan
gugatan, misalnya atas gugatan pelaksanaan surat (Galang Asmara , 2006:82).
paksa, maka wajib paksa tetap berkewajiban melunasi Semua keputusan majelis hakim pengadilan pajak
utang pajak yang ada dalam ketetapan pajak. Di dapat langsung dijalankan tanpa memerlukan lagi
lain pihak, juru sita pajak bisa terus melaksanakan keputusan pejabat yang berwenang kecuali peraturan
tindakan penagihan sesuai ketentuan Undang-Undang perundang-undangan mengatur lain. Terhadap putusan
Penagihan Pajak. pengadilan pajak tidak dapat lagi diajukan gugatan,
Sebelum memasukkan surat gugatan kepada banding, atau kasasi. Karena putusan pengadilan
Pengadilan Pajak, pembuatan surat gugatan harus pajak adalah putusan akhir dan mempunyai kekuatan
dilakukan secermat-cermatnya untuk menghindari hukum tetap, maka putusan pengadilan pajak tidak
pencabutan surat gugatan. Khususnya, mengenai dapat diajukan gugatan ke Peradilan Umum, Peradilan
alasan-alasan yang dijadikan dasar untuk mengajukan Tata Usaha Negara, atau badan peradilan lain,
surat gugatan, sedapat mungkin terfokus kepada kecuali putusan berupa tidak dapat diterima yang

210
Rachmawati, Upaya Hukum Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ....

menyangkut kewenangan atau kompetensi. Hal harus melaksanakan pelunasan pajak terutangnya
ini diatur dalam Pasal 77 ayat (1) Undang-Undang sebesar 50% (lima puluh persen). Jadi yang menjadi
Pengadilan Pajak. Berkekuatan hukum tetap berarti pusat perhatian wajib pajak disini adalah pemenuhan
setara dengan putusan tingkat kasasi. Kalau dilihat syarat pembayaran sebagian utang pajaknya tersebut.
dari segi praktik, putusan Pengadilan pajak bukan Dalam hal adanya fiksi hukum, yang menyatakan
putusan akhir tetapi tetap mempunyai kekuatan semua keputusan pejabat tata usaha negara adalah
hukum yang tetap. Putusan itu masih dapat diajukan berdasarkan undang-undang, maka untuk persyaratan
perlawanan dengan menggunakan upaya hukum luar pembayaran pendahuluan tersebut di atas, kiranya
biasa, yakni peninjauan kembali kepada Mahkamah dapat mengarah pada pendapat bagaimana sistim self
Agung. Pada saat dilakukan peninjauan kembali, asessment diterapkan padahal untuk suatu ketetapan
pada saat putusan pengadilan pajak bukan merupakan yang nyata-nyata diterbitkan oleh pejabat tata usaha
putusan akhir karena masih ada Mahkamah Agung negara dalam hal ini fiskus sendiri, maka wajib pajak
yang dapat mengukuhkan dan bahkan mengubah dipaksa untuk menyetujuinya dengan alasan upaya
putusan tersebut. hukum di tingkat yang lebih tinggi.
Putusan pengadilan pajak setelah dibacakan dalam Kedua, Proses Beracara. Di tingkat keberatan,
sidang terbuka, maka harus disampaikan ke wajib dimana fiskus lebih banyak dituntut untuk mengatur
pajak dan Direktorat Jenderal Pajak yang selanjutnya sendiri dalam mengelola berkas keberatan, yang
disebut DJP. Dari praktek yang dilaksanakan, dilakukan fiskus hanya penelitian formal yang
keputusan ini akan dikirim oleh pengadilan pajak menyangkut persyaratan formal keberatan seperti
ke Kantor Pusat DJP. Dalam hal ini akan diterima yang diatur dalam pasal 25, 26 dan 32 Undang-
di Direktorat Pengurangan, Keberatan dan Banding. Undang KUP. Fiskus dalam hal ini penulis keberatan
Maka tembusan keputusan juga dikirim ke Kantor terkadang tidak lagi mem-pertimbangkan dan tidak
Pelayanan Pajak dimana wajib pajak terdaftar. Apabila melakukan penelitian mengenai proses bagaimana
wajib pajak atau Direktorat Jenderal Pajak masih suatu ketetapan diterbitkan misalnya dalam proses
merasa kurang puas atas putusan Pengadilan Pajak, pemeriksaan yang telah dilaksanakan, apakah telah
keduanya dimungkinkan untuk mengajukan sengketa sesuai dengan ketentuan mengenai pemeriksaan yang
pajak tersebut dalam upaya hukum Peninjauan mengaturnya. Kecenderungan peneliti keberatan
Kembali ke Mahkamah Agung. adalah memusatkan pada hasil koreksi material
Jika dilihat dari awal penyelesaian sengketa pajak yang dijadikan dasar penerbitan ketetapan. Di tingkat
yang dilalui oleh wajib pajak, dapat disimpulkan banding, penelitian formal di-lakukan sampai tingkat
beberapa aspek-aspek dimana wajib pajak harus bagaimana ketetapan tersebut diterbitkan, karena
mengantisipasi setiap tahap dengan kondisi yang hal ini dilakukan untuk mendapatkan fakta-fakta
dihadapi. Aspek-aspek yang meliputi pengajuan yang mendukung suatu penerbitan ketetapan, selain
persyaratan, proses beracara, pengambilan keputusan, dari penelitian material yang diajukan oleh wajib
kedudukan hakim, lokasi acara. pajak. Dari penelitian formal sebelum penerbitan
Perbandingan proses penyelesaian sengketa pajak ketetapan tidak dapat dikesampingkan. Persamaan
di tingkat keberatan dan banding, terdapat 5 aspek dalam jangka waktu sampai pengambilan keputusan
yang dapat diperhatikan, yaitu: seperti yang ditetapkan adalah 12 (dua belas) bulan,
Pertama, Dalam Pengajuan Persyaratan. Di sejak permohonan keberatan dan banding diterima,
tingkat keberatan, dalam pemenuhan persyaratan akan tetapi di tingkat banding, jangka waktu ini dapat
keberatan, wajib pajak hanya memperhatikan diperpanjang selama 3 (tiga) bulan apabila mengenai
tenggang waktu yang ditentukan yakni 3 (tiga) hal-hal khusus.
bulan serta kelengkapan penyampaian atau isi Ketiga, Pengambilan Keputusan. Di tingkat
surat keberatan tersebut. Walaupun keberatan tidak keberatan, pengambilan keputusan, masih diwarnai
menunda tindakan penagihan, akan tetapi wajib oleh pengaruh atasan langsung dari si peneliti
pajak bisa menginformasikan ke Kantor Pelayanan keberatan, hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan
Pajak (KPP) setempat untuk mempertimbangkan pendapat yang terkadang diputuskan oleh pimpinan
pengajuan keberatan yang sedang diprosesnya. tertinggi. Netralitas yang diharapkan kadang menjadi
Dan wajib pajak tidak perlu untuk melunasi dahulu sulit bagi para peneliti keberatan untuk memposisikan
utang pajaknya. Di tingkat banding, persyaratan diri sebagai penengah dalam suatu sengketa pajak. Di
formal suatu sengketa untuk dapat diproses selain tingkat banding, pengambilan keputusan didasarkan
format surat banding yang diajukan, wajib pajak selain dari pada penilaian pembuktian, juga dengan

211
PERSPEKTIF
Volume XVI No. 4 Tahun 2011 Edisi September

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang per-pajakan, sehingga peneliti keberatan tidak berani
berlaku juga didasarkan oleh keyakinan hakim. memutuskan dan lebih cenderung mempertahankan
Keyakinan hakim ini yang memberikan otonomi pendapat pemeriksa; 5. Adanya unsur sebagai dasar
bagi para hakim untuk dapat bersikap netral dalam pembenar bagi fiskus yang berupa data yang harus
menengahi suatu sengketa pajak. diterima dari instansi lain, seperti jawaban konfirmasi
Keempat, Kedudukan Hakim. Di tingkat keberatan, yang berkaitan dengan dokumen kepabeanan atau
peneliti keberatan sebagai hakim doleansi, adalah perbankan. Hal ini berkaitan dengan informasi
seorang pegawai negeri sipil dan bertugas dalam mengenai konfirmasi arus dokumen dan arus uang.
jenjang hierarkhi organisasi, dengan demikian Apabila jawaban tidak atau belum diterima maka
independensi tidak dapat diwujudkan karena secara dapat berpengaruh kepada keputusan yang diambil.
organisatoris, seorang pegawai negeri sipil harus patuh Dari adanya keputusan penolakan keberatan
dan taat pada pimpinan yang berada di atasnya baik yang diterbitkan di Kantor Pelayanan Pajak ter-
secara jabatan maupun hierarki. Di tingkat banding sebut, berakibat sebagian besar wajib pajak tersebut
majelis hakim pengadilan pajak adalah seorang melanjutkan upaya pencarian keadilan ke tingkat
pejabat negara, yang secara jabatan diatur oleh yang lebih tinggi yakni banding di Pengadilan
lembaga peradilan yang lebih tinggi yakni Mahkamah Pajak. Upaya ini dilakukan oleh wajib pajak yang
Agung, walaupun secara administrasi kepegawaian mampu menyanggupi persyaratan banding, yakni
dikoordinasi oleh Departemen Keuangan. pembayaran pendahuluan dari ketetapan yang sedang
Kelima, Lokasi. Di tingkat keberatan, wajib pajak disengketakan. Bagi wajib pajak yang tidak mampu
dapat mengajukan melalui Kantor Pelayanan Pajak untuk membayar jumlah pembayaran pendahuluan
setempat, dimana wajib pajak terdaftar dan ini berlaku tersebut maka haknya untuk maju ke tingkat banding
di seluruh Indonesia. Dalam hal ini, wajib pajak gugur atau tidak akan diproses oleh Pengadilan Pajak.
dimanapun relatif tidak akan mengalami kesulitan Sebagai konsekuensi lanjutan, keputusan keberatan
untuk mengajukan permohonannya. tersebut adalah keputusan yang telah bersifat tetap dan
bisa digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai
PENUTUP dasar penagihan pajak atas wajib pajak terkait.
Kesimpulan
Bahwa makna Pajak yang Terutang merupakan Rekomendasi
pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Agar tidak salah tafsir antara wajib pajak maupun
Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun fiskus maka pengertian tentang Pajak yang Terutang
Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- didasarkan pada penafsiran menurut ketentuan
undangan akan menjadi utang pajak apabila wajib peraturan perpajakan maupun pada realita pajak.
pajak tidak membayar pada waktu yang ditentukan. Untuk mewujudkan peradilan yang bersifat sederhana,
Dalam penyelesaian keberatan yang dilaksanakan di cepat dan murah, maka disarankan reformasi Undang-
Kantor Pelayanan Pajak sebagian besar keberatan Undang Perpajakan serta Undang-Undang tentang
ditolak. Adapun faktor-faktor penolakan keberatan Pengadilan Pajak, khususnya pasal 36 ayat (4)
adalah: 1. Surat keberatan telah melampui jangka yang dirasakan keberatan oleh wajib pajak. Penulis
waktu 3 (tiga) bulan setelah penerbitan ketetapan menyarankan bagi wajib pajak yang masih belum
pajak; 2. Wajib pajak tidak dapat menghadiri menyelesaikan hak dan kewajibannya untuk Tahun
undangan fiskus untuk menyampaikan alasan-alasan Pajak 2001 sampai dengan 2007 dalam hal pengajuan
keberatan dan tidak mampu memberikan data-data banding tidak lagi harus membayar 50% dari utang
sebagai bukti pendukung alasan keberatannya; 3. pajak, tetapi diberi keringanan untuk dikenakan 25%
Data dan bukti dokumen pembukuan wajib pajak (dua puluh lima persen) dari utang pajak. Mengingat
yang tidak dapat memberikan keyakinan fiskus prinsip hukum dan asas praduga tak bersalah,
karena menurut pendapat peneliti keberatan tidak seyogyanya sebelum putusan banding diterbitkan oleh
sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku; pengadilan pajak, wajib pajak belum bisa dianggap
4. Keterbatasan wewenang peneliti keberatan, yang bersalah (belum bisa dianggap mempunyai utang
dibatasi oleh administrasi pajak dan hierarkhi jabatan pajak). Di sisi pemerintah, pembayaran 25% tersebut
dari pengambil keputusan. Hal ini terjadi jika terdapat juga memberi masukan pada kas negara agar tercapai
perbedaan pendapat di antara peneliti keberatan dan target pemasukan pajak yang telah ditentukan dalam
para atasannya. Begitu pun jika sengketa pajak Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
tidak diatur dalam ketentuan perundang-undangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

212
Rachmawati, Upaya Hukum Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ....

DAFTAR PUSTAKA Waluyo, 2008, Perpajakan Indonesia, Jakarta:


Buku: Salemba Empat.
Asmara, Galang, 2006, Peradilan Pajak, Yogyakarta:
LaksBang Pressindo. Peraturan Perundang-undangan:
Ilyas, Wirawan B. dan Richard Burton, 2010, Hukum Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Pajak, Jakarta: Salemba Empat. Tahun 1945.
Marzuki, Peter Mahmud, 2010, Penelitian Hukum, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Jakarta: Kencana. (Setelah Perubahan) Tahun 1945.
Nasution, Bahder Johan, 2008, Metode Penelitian Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang
Ilmu Hukum, Bandung: Mandar Maju. Pengadilan Pajak.
Pudyatmoko, Y. Sri, 2009, Pengantar Hukum Pajak, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Perubahan
Yogyakarta: Andi. Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun
Rasjidi, Lili, 1999, Dasar-dasar Filsafat Hukum, 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Bandung: Citra Aditya Bakti. Perpajakan.
Saidi, Muhammad Djafar, 2010, Pembaharuan Hu- Susunan Satu Naskah 8 (Delapan) Undang-Undang
kum Pajak, Jakarta: Rajawali Pers. Perpajakan 2010.
Suandy, Erly, 2009, Hukum Pajak, Jakarta: Salemba
Empat. Artikel:
Sumarsan, Thomas, 2009, Perpajakan Indonesia, Prasetyo, Tulus Imam, Pajak yang Terutang, Materi
Bogor: Esia Media. Diklat Keuangan, Balikpapan, 2010.
Valentina, Sri S. dan Aji Suryo, 2006, Perpajakan
Indonesia, Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

213

Anda mungkin juga menyukai