Anda di halaman 1dari 51

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMK Negeri 3 Bandung

Mata Pelajaran : Komposisi Photo Digital

Kelas/Semester : XI / Gasal

Materi Pokok : Pengertian fotografi, Sejarah fotografi

Jenis-jenis fotografi
Pertemuan Ke- :1

Alokasi Waktu : 1 x 4 JP @45 menit

A. Kompetensi Inti (KI)


KD-1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KD-2 Menghayati dan Mengamalkanperilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong,kerjasama, toleran, damai), santun,responsif dan proaktif
danmenunjukan sikap sebagai bagiandari solusi atas berbagaipermasalahan
dalam berinteraksisecara efektif dengan lingkungansosial dan alam serta
dalammenempatkan diri sebagai cerminanbangsa dalam pergaulan dunia.
KD-3 Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaran, dan peradaban terkait fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan mintanya untuk memecahkan masalah.
KD-4 Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu melaksanakan tugas secara spesifik di bawah pengawasan langsung.

B. Kompetensi Dasar
1.1. Memahami nilai-nilai keimanan dengan menyadari hubungan keteraturan dan
kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya.
1.2. Memahami kebesaran Tuhan
1.3. Mengamalkan nilai-nilai keimanan sesuai dengan ajaran agama dalam kehidupan
sehari-hari.
2.1. Menunjukan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti, cermat,
tekun, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif, inovatif, dan peduli
lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam
melakukan percobaan dan berdiskusi.

1
2.2. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan
3.1. Menganalisis jenis-jenis
Fotografi
4.1. Menyajikan hasil analisis terhadap jenis-jenis fotografi

C. Indikator Pencapaian Kompetensi


3.1.1 Menjelaskan jenis-jenis fotografi
3.1.2 Memahami manfaat fotografi
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah berdiskusi, menggali informasi, dan diharapkan siswa dapat :
1. Menjelaskan jenis-jenis fotografi dengan tepat secara aktif.
2. Memahami manfaat fotografi dengan percaya diri

E. Materi Pembelajaran

A. Sejarah Fotografi

Kamera Obscura
Istilah fotografi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yakni photos yang berarti cahaya
dan graphein yang berarti menggambar. Pada awalnya teknik pengambilan objek ini
dipergunakan untuk tujuan mempermudah para seniman lukis untuk melukis objek di bidang
kanvas seperti lukisan portrait sehingga lukisan bias sama persis dengan objek aslinya.
Kamera pertama yang tercatat dalam sejarah adalah kamera obscura. Obscura berasa dari
bahasa Latin yang berarti ruang gelap. Kamera ini berbentuk ruangan khusus. Sinar akan
masuk ke dalam kamar gelap melalui lubang kecil sehingga kemudian terbentuklah objek dari
luar kamar gelap menjadi bayangan objek di dingding kamar gelap terbalik. . Prinsip
pengambilan gambar objek ini diyakini telah ditemukan pada pemerintahan Yunani kuno oleh
Aristoteles pada tahun 384 SM-322 SM, kemudian ditulis ulang oleh Leonardo DaVinci (1452-
1519). Setelah jaman Yunani kuno kamera ini dikembangkan pertama kali oleh Alhazen
antara tahun 965-1039 Setelah Masehi. Namun, sebenarnya cara kerja kamera ini sudah ada
sejak 470-390 Sebelum Masehi yang ditemukan oleh seorang filsuf China, Mozi.

2
Kamera Portable Obscura
Pada tahun 1960-an, seorang peneliti Inggris, Robert Boyle dan pembantunya Robert Hooke,
menemukan kamera portable (bisa dipindah-pindah) obscura. Penemuan mereka ini
disempurnakan lagi oleh Johann Zahn tahun 1685. Kamera ini sering kita lihat di film-film
bertema jaman dahulu. Kamera ini memakai lampu kliat yang meledak dan mengeluarkan
asap.
Merekam Gambar

Orang yang berjasa menyempurnakan kamera adalah Jacques Daguerre. Tahun 1837, dia
mengembangkan cara membuat foto, yang kemudian disebut daguerreotype. Prosesnya
menggunakan lempengan copper (tembaga). Daguerre adalah seniman asal Perancis yang
ingin membuat gambar lebih bagus. Dia bekerjasama dengan Joseph Nicephore Niepce yang
lebih dahulu sukses. Niepce sebenarnya sudah membuat foto di tahun 1826. Tapi proses
pembuatan foto ini tidak praktis. Orang harus bergaya di depan kamera selama 8 jam untuk
menghasilkan satu foto. Hasilnya pun masih buram. Meski begitu, mereka kemudian
memberitahukan penemuan itu ke masyarakat. Sebagai jasanya, pemerintah Perancis
memberi pensiun seumur hidup kepada Daguerre dan anak Niepce. Niepce tidak menerima
penghargaan itu karena sudah meninggal lebih dulu.
Cetak Banyak

Penemuan Daguerre luar biasa, meski cuma bisa mencetak satu kali. Kemudian muncul
teknologi baru calotype yang bisa memperbanyak foto lewat kertas film negatif. Teknologi ini
ditemukan William Fox Talbot dari Inggris tahun 1844. Meski cetakannya tidak sebagus foto
Daguerre, tapi dia bisa memperbanyak hasilnya.
Cetak Cepat

Setelah Daguerre dan William Talbot, tahun 1852 Frederick Scott Archer membuat temuan
mencetak foto lebih cepat. Hanya dalam waktu kurang dari lima detik, foto udah tercetak.
Prosesnya, gambar sudah dicetak ketika plat masih basah. Teknik ini dinamakan collodion.
Bahan gelatin

3
Tahun 1871, Richard Maddox menemukan gelatin, sebuah bahan untuk mencetak foto.
Bahan ini menggantikan plat fotografik. Dengan penemuannya ini, gambar bisa dicetak lebih
banyak dan kualitasnya lebih bagus. Ketika itu, kamera sudah ada yang lebih handy alias bisa
ditenteng.
Abad ke-20

Memasuki abad ke-20, penemuan di bidang kamera terus berlanjut. Misalnya ditemukannya
film berwarna tahun 1901. Setelah itu, film berwarna berlapis yang disebut Kodachrome
ditemukan. Kodak juga menemukan film berukuran 35 mm yang sangat populer itu.
Belakangan ditemukan lagi kamera digital.

Kamera adalah alat untuk merekam gambar (bayangan). Bayangan yang ditangkap oleh
lensa akan diproyeksikan ke sebuah media film atau digital sensor. Dengan berpedoman
terhadap alat ukur cahaya atau lighmeter maka kebutuhan akan jumlah cahaya yang tepat
dapat dihitung secara akurat. Jumlah cahaya yang tidak terukur akan menyebabkan
film(sensor) tercahayai secara over/under eksposure yang pada gilirannya akan
menyebabkan gambar terlalu terang atau terlalu gelap.

B.Jenis-Jenis Fotografi

Dalam dunia fotografi, setiap fotografer mempunyai minat yang berbeda terhadap jenis-jenis
fotografi, ada beberapa jenis-jenis fotografi yaitu:

a. Fotografi komersil adalah fotografi yang diperuntukkan untuk tujuan komersil,


atau seorang fotografer menjual jasa foto sesuai kebutuhan konsumennya,
misalnya: food fotografi, dokumentasi, wedding-prewedding, arsitektur,fashion dll.
b. Fotografi stillife adalah fotografi memotret objek-objek benda mati

F. Pendekatan, Model, dan Metode


Pendekatan : Saintifik
Model : Discovery Learning
4
Metode : Ceramah, Diskusi, Praktek, dan Tanya Jawab

G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Kesatu:

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1) Guru dan siswa bersama-sama menyanyikan lagu
Indonesia Raya
2) Ketua kelas memimpin doa pada awal proses
pembelajaran
3) Guru menjelaskan materi dan tujuan pembelajaran
yang harus dicapai oleh siswa dari aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan
15 menit
4) Guru menjelaskan manfaat penguasaan kompetensi
dasar ini sebagai modal awal untuk menguasai
kompetensi dasar lainnya.
5) Menjelaskan pendekatan, model pembelajaran yang
digunakan serta metodanya, serta penilaian yang
akan dilaksanakan.

Inti Stimulasi (Stimulation) /Mengamati: 50 menit


Guru meminta siswa untuk menyimak materi dalam
bentuk bacaan, gambar, dan tayangan video tentang
sejarah fotografi
Guru meminta siswa untuk mengamati jenis-jenis
fotografi
Identifikasi Masalah (Problem Statement)
/Menanya:
 Siswa berdiskusi tentang sejarah fotografi
Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi jenis-jenis
fotografi
Siswa mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi
dalam klarifikasi jenis-jenis fotografi
Siswa mendiskusikan perbedaan jenis-jenis fotografi

Pengumpulan Data (Data Collection) /


Mengumpulkan Informasi/Mengeksplorasi:
 Guru meminta siswa untuk menentukan prosedur yang
digunakan untuk membedakan jenis-jenis fotografi
 Siswa mencoba menggunakan media

5
Pembuktian (Verification) / Menalar :
 Siswa diminta untuk memberikan argumentasi terkait
perbedaan antara jenis-jenis fotografi
 Siswa diminta untuk mempresentasikan perbedaan
antara jenis-jenis fotografi
Kesimpulan (Generalization) /
mengkomunikasikan:
 Siswa diminta untuk menyajikan prosedur yang
digunakan dalam menentukan jenis-jenis dalam
fotografi
 Siswa menanggapi hasil penyajian temannya
Siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang
dipelajari
Penutup 1) Siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan
hal-hal terkait materi yang masih belum dipahami
atau diragukan
2) Guru membantu peserta didik untuk menjelaskan
hal-hal yang belum dipahami atau diragukan, 25 menit
sehingga tidak terjadi kesalahpahaman terhadap
materi
3) Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan
memberikan pesan untuk tetap belajar

H. Penilaian Pembelajaran, Remedial, dan Pengayaan

Penilaian yang dilakukan menggunakan pendekatan otentik, dengan rincian sebagai


berikut :

No. Ranah Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Penilaian

1. Sikap Observasi Daftar Skala Penilaian

2. Pengetahuan

3.1 Menerapkan etimologi Tes Tertulis Mensuplai jawaban


multimedia (jawaban singkat dan uraian)

3. Keterampilan

4.1. Menyajikan hasil Unjuk Kerja Daftar skala 1-4


penerapan etimologi
multimedia

1. Penilaian Sikap

6
1. Aktif 3. Percaya Diri
a. Ikut ambil bagian dalam kegiatan awal
a. Berinteraksidengan luwes kepada seluruh
pembelajaran
teman di kelas
b. Ikut ambil bagian dalam kegiatan inti
b. Berkomunikasidenganbahasa yang
pembelajaran
tidakmenyinggungperasaan
c. Ikut ambil bagian dalam kegiatan akhir
c. Menggunakanbahasatubuh yang bersahabat
pembelajaran
d. Berperilakusopan
d. Berperan aktif dalam kegiatan diskusi
siswa antar kelompok
2. Jujur 4. TanggungJawab

a. Menyampaikansesuatuberdasarkankeadaa a Melaksanakan tugassecarateratur


n yang sebenarnya b Peransertaaktifdalamkegiatandiskusikelompo
b. Tidakmenutupikesalahan yang terjadi k
c. Tidakmenyontekataumelihat c Mengajukanusulpemecahanmasalah
data/pekerjaan orang lain d Mengerjakantugassesuai yang ditugaskan
d. Mencantumkansumberbelajardari yang
dikutip/dipelajari
IndikatorPenilaianSikap:

Nilai akhir sikap diperoleh dari modus (skor yang sering muncul) dari kelima aspek sikap di atas.

Kategori nilai sikap:

Sangat Baik : apabila memperoleh nilai akhir 4

Baik : apabila memperoleh nilai akhir 3

Cukup : apabila memperoleh nilai akhir 2

Kurang : apabila memperoleh nilai akhir 1

2. Penilaian Pengetahuan

T
Kompetensi Jenis
Indikator Indikator Soal H Soal
Dasar Soal
B

3.1.Menganalisi 3.1.1. Menjela 1. Siswa dapat C Tes Tulis 1. Sebutkan


s jenis-jenis skan mendeskripsi 1 (Singkat pengertian

7
T
Kompetensi Jenis
Indikator Indikator Soal H Soal
Dasar Soal
B

Fotografi jenis- kan fotografi dan fotografi?


jenis 2. Siswa dapat Uraian) 2. jelaskan
fotograf memahami secara
i sejarah singkat
3.1.2. Memah fotografi sejarah
C
ami 3. Siswa dapat fotografi!
3
manfaat menentukan 3. Sebutkan
fotograf perbedaan jenis-jenis
i jenis-jenis fotografi!
fotografi 4. Apa yang
4. Siswa dapat C dimaksud
memahami 3 dengan
sejarah gelatin
fotografi pada masa
5. Siswa dapat sejarah
memahami fotografi?
contoh- 5. Sebutkan
C
contoh contoh
3
fotografi fotografi
komersir C komersil?
3

Kunci Jawaban Soal:

1. Istilah fotografi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yakni photos yang berarti
cahaya dan graphein yang berarti menggambar

Sejarah fotografi: Pada awalnya teknik pengambilan objek ini dipergunakan untuk tujuan
mempermudah para seniman lukis untuk melukis objek di bidang kanvas seperti lukisan
portrait sehingga lukisan bias sama persis dengan objek aslinya. Kamera pertama yang
tercatat dalam sejarah adalah kamera obscura. Obscura berasa dari bahasa Latin yang
berarti ruang gelap. Kamera ini berbentuk ruangan khusus. Sinar akan masuk ke dalam
kamar gelap melalui lubang kecil sehingga kemudian terbentuklah objek dari luar kamar
gelap menjadi bayangan objek di dingding kamar gelap terbalik. . Prinsip pengambilan
gambar objek ini diyakini telah ditemukan pada pemerintahan Yunani kuno oleh Aristoteles
pada tahun 384 SM-322 SM, kemudian ditulis ulang oleh Leonardo DaVinci (1452-1519).
Setelah jaman Yunani kuno kamera ini dikembangkan pertama kali oleh Alhazen antara tahun

8
965-1039 Setelah Masehi. Namun, sebenarnya cara kerja kamera ini sudah ada sejak 470-
390 Sebelum Masehi yang ditemukan oleh seorang filsuf China, Mozi.
a. 3.jenis-jenis fotografi: Fotografi komersil adalah fotografi yang diperuntukkan untuk
tujuan komersil, atau seorang fotografer menjual jasa foto sesuai kebutuhan
konsumennya, misalnya: food fotografi, dokumentasi, wedding-prewedding,
arsitektur,fashion dll.
b. Fotografi stillife adalah fotografi memotret objek-objek benda mati

4. Gelatin adalah Tahun 1871, Richard Maddox menemukan gelatin, sebuah bahan untuk
mencetak foto. Bahan ini menggantikan plat fotografik. Dengan penemuannya ini,
gambar bisa dicetak lebih banyak dan kualitasnya lebih bagus. Ketika itu, kamera sudah
ada yang lebih handy alias bisa ditenteng.
5. Fotografi komersil: food fotografi, dokumentasi, wedding-prewedding, arsitektur,fashion

    

Penskoran Jawaban dan Pengolahan Nilai:

ContohPengolahanNilai
No soal Skor Nilai
1. 2
2. 2
3. 2 (JS/10) x4 =v...

4. 2 (jumlahskor/skormaks jumlahsoal) x nilaimaks)


5. 2
Jumlah 10

3. Penilaian Keterampilan

Teknik Penilaian : Produk


Bentuk Instrumen : Daftar Cek

N Skor Aspek/Produk Yang Dinilai (1 - 4)


Nama Siswa
o media

             

             

             

9
Rubrik Penilaian Keterampilan

Aspek
yang
dinilai
1 2 3 4

media Kurang sempurna Sudah cukup baik Dibuat baik Sudah


dalam pemilihan dalam pemilihan dalam pemilihan sangat baik
media media media dalam
pemilihan
media

Program Remedial :
Remedial Tes diberikan kepada siswa yang mendapatkan nilai di bawah 2,67 (untuk
pengetahuan dan keterampilan), dengan catatan jumlah siswa yang remedialnya sebanyak
maksimal 30% dari seluruh jumlah siswa di kelas. Dan jika jumlah siswa yang remedial
mencapai  70% maka diadakan remedial teaching.

Program Pengayaan :
Program pengayaan diberikan/ditawarkan kepada siswa yang mendapatkan nilai diatas 2,67
sebagai bentuk pendalaman terhadap materi yang diberikan.
I. Alat, Bahan, Media, dan Sumber Belajar
Alat, Bahan, dan Media : PC, Software 3dmax, graphis, see picture, Lembar
Kerja Siswa, Bahan
TayanganMateri, Laptop, Speaker. LCD Projector
Sumber Belajar : Buku Teks Siswa,Buku Pegangan Guru, Internet, dan
Sumber lain yang relevan

Bandung, Agustus 2017


Pendamping KG Guru Mata Pelajaran,

H. Bahar Nugraha Praja S.Pd Drs. Agi Firmansyah, MM


NIP. 19620811 198803 1 004 Nip.196708311998031002

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

10
Satuan Pendidikan : SMK Negeri 3 Bandung

Mata Pelajaran : Komposisi Photo Digital

Kelas/Semester : XI / Gasal

Materi Pokok : jenis-jenis kamera.

Sub materi : jenis-jenis kamera, anatomi kamera DSLR ,


Memahami fungsi tombol kamera DSLR,
memahami fungsi menu dalam kamera DSlR

Pertemuan Ke- : 2 dan 3

Alokasi Waktu : 2 x 4 JP @45 menit

A. Kompetensi Inti (KI)


KD-1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KD-2 Menghayati dan Mengamalkanperilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong,kerjasama, toleran, damai), santun,responsif dan proaktif
danmenunjukan sikap sebagai bagiandari solusi atas berbagaipermasalahan
dalam berinteraksisecara efektif dengan lingkungansosial dan alam serta
dalammenempatkan diri sebagai cerminanbangsa dalam pergaulan dunia.
KD-3 Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaran, dan peradaban terkait fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan mintanya untuk memecahkan masalah.
KD-4 Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu melaksanakan tugas secara spesifik di bawah pengawasan langsung.

B. Kompetensi Dasar
1.4. Memahami nilai-nilai keimanan dengan menyadari hubungan keteraturan dan
kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya.
1.5. Memahami kebesaran Tuhan
1.6. Mengamalkan nilai-nilai keimanan sesuai dengan ajaran agama dalam kehidupan
sehari-hari.
2.3. Menunjukan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti, cermat,
tekun, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif, inovatif, dan peduli
lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam
melakukan percobaan dan berdiskusi.

11
2.4. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan
3.2. Menganalisis jenis-jenis kamera.

4.2 Menyajikan hasil analisis jenis-jenis kamera

C. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Menjelaskan jenis-jenis kamera
2. Memahami anataomi kamera SLR dan DSLR
3. Mengidentifikasi fungsi tombol kamera SLR dan DSLR
4. Mendemonstrasikan fungsi menu kamera DSLR

D. Tujuan Pembelajaran
Setelah berdiskusi, menggali informasi, dan diharapkan siswa dapat :
1. Menjelaskan jenis-jenis kamera dengan percaya diri
2. Memahami Anatomi kamera SLR adan DSLR dengan percaya diri
3. Mengidentifikasi Fungsi tombol kamera SLR dan DSLR dengan jujur, percaya diri dan
tanggung jawab
4. Mendemonstrasikan fungsi menu kamera DSLR dengan aktif, percaya diri dan penuh
tanggung jawab

E. Materi Pembelajaran
Anatomi KAmera SLR dan DSLR

12
13
FUNGSI TOMBOL DALAM KAMERA DSLR DAN SLR

A : Singkatan dari auto, yaitu sebuah sandi untuk pilihan fasilitas otomatis. Artinya, bila
selector diputar ke posisi ini, bukaan diafragma akan bekerja secara otomatis setelah
pemotret memilih suatu kecepatan (shutter speed) atau sebaliknya.

AF : singkatan dari auto focus, yaitu cara kerja kamera tanpa mengharuskan pemotret
memutar-mutar sendiri penemu fokus(jarak). Sistem ini bekerja setelah pemotret menekan
tombol “on” pada perintah fokus.

AL servo AF : saran pilihan autofocus yang digunakan untuk memotret objek2 bergerak.
Pilihan yang efektif untuk pemotretan olahraga.

Angle of view : Sudut pandang atawa sudut pemotretan. Cara melihat dan mengambil objek
yang akan difoto

Aperture diafragma : yaitu lubang tempat cahaya masuk kedalam kamera dari lensa keatas
film.

14
Aperture priority auto exposure (A) : pencahayaan otomatis prioritas bukaan diafragma.
Jika bukaan diafragma disetel terlebih dahulu, kecepatan rana akan bekerja otomatis.

Artificial light : cahaya buatan manusia yang digunakan untuk memotret misalnya lampu
kilat, api, dll.

Asa : singkatan dari american standar assosiation. Yaitu standar kepekaan film.
Pengertiannya sama dengan ISO, hanya saja nama ASA dahulu umumnya dipakai diwilayah
amerika. Kecepatannya diukur secara aritmatis.

Auto Program (P) : fasilitas otomatis untuk memilih pencahayaan terprogram secara normal
dan high speed (kecepatan tinggi), tergantung pada pemakaian panjang-pendek fokus lensa.

Back light : Cahaya dari belakang, yaitu cahaya yang berasal dari belakang objek. Arah
cahaya ini berlawanan dengan posisi kamera. Secara umum efek yang dihasilkan dapat
menciptakan siluet; objek foto dikelilingi “rim light” atau cahya yang ada disekitar objek. Efek
cahaya ini bisa merugikan pemotret sebab bila mengenai lensa akan menimbulkan flare.

Bayonet : Sistem dudukan lensa yang hanya memerlukan putaran kurang dari 90 derajat
untuk melakukan penggantian lensa.

Birds eye view : Sudut pandang dalam pemotretan yang mirip dengan apa yang diliat seekor
burung yang sedang terbang.

Blitz: Lampu kilat atau flashgun. Alat ini merupakan cahaya buatan yang berfungsi
menggantikan peran cahya matahari dalam pemotretan. Untuk menangkap kilatannya
diperlukan suatu kecepatan tertentu yang telah disesuaikan (disinkronkan) dengan kamera.
Cahaya blitz umumnya bisa ditangkap dengan kecepatan kamera 1/60 detik.

Blur : Kekaburan seluruh atau sebagian gambar karena gerakan yang disengaja atau tidak
sengaja pada saat pemotretan dan efek besar kecilnya diafragma. Hal ini terjadi misalnya
saat melakukan teknik panning atau zooming yang menggunakan kecepatan rendah.

Bottom light : Cahaya dari bawah objek, biasa juga disebut ‘base light’. Biasa digunakan
sebagai cahaya pengisi dari arah depan. Fungsinya mengurangi kontras cahaya utama.

Bounce Flash : Sinar pantul. Pancaran cahaya tidak langsung yang berasal dari sumber
cahaya (lampu kilat). Cara paling efektif yang dapat dicoba adalah memantulkan pancaran
sinarnya kesudut lain sebelum cahaya itu mengenai objek pemotretan. Teknik pencahayan
ini cocok untuk menghasilkan penyinaran lunak.

Bracketing : Suatu teknik pengambilan gambar yang sama dengan memberikan kombinasi
pencahayaan yang berbeda-beda pada suatu objek (disamping pengukuran pencahayan
normal).
15
Built-in diopter : Pengatur dioptri (lensa plus atau minus)yang sudah terpasang pada
pembidik kamera. Berguna bagi pemotret berkacamata.

Bulb, B(ulb) bolam : Sarana kecepatan rana yang sangat lambat dikamera yang digunakan
untuk memotret objek. Lama membuka rana ditentukan oleh pemotret, yaitu dengan
menekan lalu melepas tekanan pada tombol shutter.

C : Singkatan dari continuous,yaitu sandi yang terdapat pada kamera. Fungsinya


menyatakan penggunaan bidikan gambar secara beruntun dengan kecepatan tertentu
(umumnya 3 bingkai per detik).

Candid camera : foto atau potret yang dibuat dengan cara sembunyi2 sehingga objek foto
tidak menyadarinya. Cara ini biasanya menghasilkan foto yang terkesan wajar atau alami.
Umumnya tidak ada komunikasi antrara pemotret dan objek foto.keberhasilan foto sangat
ditentukan oleh kemahiran pemotret mengungkapkan pesannya.oleh Karena itu pemotret
harus ekstra tekun, jeli,teliti dan sabar.

CCD : singkatan dari charge couple device,yaitu chip pengganti filmyang digunakan pada
kamera digital untuk merekam gambar (citra).

Center of focus : pusat perhatian. Sering juga disebut center of interest atau focus of
interest. Pusat perhatian membuat pesan dan teknis yang ingin disampaikan pemotret
tergambar secara fisik pada foto.

Center weight : pengukuran pencahayaan yang tertuju hanya pada 60 persen daerah
tengah gambar (bidang) foto.

Coating : pemberian suatu lapisan tipis pada permukaan lensa. Fungsinya menahan
pantulan cahaya dan melindungi lensa dari berbagai bahaya, mjsalnya jamur.

Cold tone : warna yang bernada dingin; berwarna biru kelabu dengan nada warna ringan.

Color balance : keseimbangan warna.

Composition : komposisi, yaitu penempatan atau penyusunan bagian2 sebuah gambar


untuk membentuk kesatuan dalam sebuah bidang tertentu sehingga enak dipandang.

Continuous light : lampu kilat yang digunakan untuk memotret; cahayanya dapat menyala
terus menerus (berulang-ulang).

Contrast : kontras. Secara umum kontras diartikan sebagai perbedaan gradasi,kecerahan,


atau nada (warna) antara bidang gelap (shadow) dengan bidang terang, atau warna putih
yang mencolok sekali pada objek.
16
Cropping : pemadatan/pemotongan gambar dalam foto atau sesuatu yang tercetak dengan
membuang bagian2 tertentu yang kurang dikehendaki.

Depth : kedalaman, yaitu efek dimensional yang timbul karena ada perbedaan ketajaman.

Depth of field : bagian yang tampak tajam (tidak buram) dan jelas,yang berada dalam
jangkauan tertentu. Biasanya juga disebut sebagai ruang tajam.

Diaphragm : diafragma,yaitu lubang pada lensa kamera tempat cahaya masuk saat
melakukan pemotretan. Lubang lensa ini dibentuk dari kepingan2 logam tipis yang berada
didalam atau dibelakang lensa. Bisa diciutkan atau dilebarkan.

Distortion : distorsi,yaitu penyimpangan bentuk. Pada fotografi biasa terjadi pada


pemotretan dengan lensa sudut lebar.

Fill in Flash : Lampu kilat pengisi. Dalam kondisi pemotretan yang tidak memerlukan lampu
kilat, lampu ini tetap dinyalakan untuk menerangi bagian-bagian gelap dari objek, misalnya
bayangan pada pemotretan diluar ruangan.

Film : Media untuk merekam gambar. Gambar dibuat diatas dasar yang fleksibel dan
transparan. Film terdiri dari lapisan tipis yang mengandung emulsi peka cahaya, diatas dasar
yang fleksibel dan transparan. Emulsi sendiri terdiri dari perak halida, yaitu senyawa yang
peka cahaya.

Film Frame Counter : Penghitung jumlah bingkai film. Pendeteksi berangka yang
menunjukkan jumlah film yang sudah terpakai.

Film transparency : Slide warna atau color reversal film, yaitu film positif yang biasa
digunakan untuk keperluan iklan, pers, dll. Tujuannya adalah mendapatkan ketajaman dan
warna gambar yang baik.

Filter : Penyaring dalam bentuk kaca (atau bahan lain yang tembus cahaya) yang
mempunyai ketebalan rata; dipasang pada ujung tabung lensa.

Fix Lens : Lensa fix, yaitu lensa yang memiliki panjang fokus (titik api) tunggal, sudut
pandangnya tetap.

Flash : Lampu kilat, yaitu jenis lampu buatan yang mampu menyediakan cahaya yang bisa
dikendalikan.

Flash exposure compensation : Kompensasi pencahayaan lampu kilat, yaitu cara membuat
alternatif pencahayaan lebih atau kurang dengan menggunakan lampu kilat.
17
FPS : singkatan dari frame persecond, yaitu satuan pengambilan gambar dalam gambar per
detik.

GN : Singkatan dari guide number, yaitu kekuatan daya pancar cahaya lampu kilat yang
merupakan perkalian antara jarak (dalm meter taau feet) dan diafragma.

High angle : pandangan tinggi. artinya, pemotret berada pada posisi yang lebih tinggi dari
objek foto.

High-Key photo : sebutan untuk suatu foto yang didominasi nuansa putih.

High light : bagian-bagian yang terang pada sebuah foto karena pantulan sinar.

Honeycomb : Perangkat atau alat tambahan berbentuk seperti sarang tawon.

Hot shoe : sepatu panas. terdapat pada bagian atas kamera, berfungsi untuk memasang
lampu kilat elektronik.

Image : gambar yang terbentuk pada film atau pada tirai pengamat.

Incident light metering : Pengukuran cahaya jatuh, yaitu mengukur kuat cahaya yang
menerangi objek.

Infinity : jarak tak terhingga dengan tanda pada skala jarak.

Infrared : inframerah, yaitu sinar merah diluar spektrum.

ISO : singkatan dari international standart organization, yaitu badan yang berwenang
memberikan standar untuk kategori film yang digunakan didunia fotografi.

JIS : singkatan dari japan industrial standart, yaitu ukuran kepekaan film, seperti asa
digunakan di Jepang.

Lens : Lensa, yaitu alat yang terdiri dari beberapa cermin yang mengubah benda menjadi
bayangan yang bersifat terbalik, diperkecil, dan nyata.

Lens Hood : Tudung lensa yang digunakan untuk menutupi elemen lensa terdepan dari
cahaya yang masuk secara frontal. Cahaya seperti ini akan menimbulkan efek flare (bintik
cahaya putih) pada foto.

Light contrast : Kontras cahaya, yaitu tingkat kepekaan cahaya yang dihasilkan oleh suatu
sumber cahaya. Hal yang paling mempengaruhi kontras cahaya adalah besar kecilnya
sumber cahya.
18
Light meter : Pengukur kekuatan sinar. Biasa dipakai dalam pemotretan untuk menentukan
besar diafragma atau kecepatan pada suatu kondisi pencahayaan.

Long Shot : Sudut pandang yang lebar yang memberi perhatian lebih pada objek
pemotretan dengan cara memisahkannya dari latar belakang yang mungkin mengganggu.

Low angle : Pandangan rendah, yaitu sudut pandang dalam pemotretan dengan kedudukan
pemotret lebih rendah dari objek pemotretan. Menghasilkan gambar seolah-olah objek lebih
tinggi dari aslinya.

LT : Long time Exposure, sama dengan pencahayaan panjang misalnya 2 detik atau lebih.

Macro : Makro. Pengertian makro dalam fotografi adalah sarana untuk pemotretan jarak
dekat. Fotografi makro akan menghasilkan rekaman objek (pada film) yang sama besar
dengan objek aslinya (1:1), atau paling tidak setengah besar objek aslinya (1:2). Namun,
lensa zoom yang mempunyai fasilitas menghasilkan rekaman objek seperempat besar benda
aslinya (1:4) juga sudah bisa dikatakan makro.

Macro Lens : Lensa makro, yaitu lensa yang digunakan untuk memotret objek berukuran
kecil atau pemotretan jarak dekat (mendekatkan objek). Umumnya dipakai untuk keperluan
reproduksi karena dapat memberikan kualitas prima dan minim distorsi.

Main light : Sinar utama dalam pemotretan yang biasanya berasal dari depan objek.
Biasanya digunakan untuk memunculkan bentuk atau wajah objek.

Medium format camera : Kamera format medium, yaitu jenis kamera SLR yang
menggunakan jenis film 120 mm. Dibandingkan dengan kamera format kecil, kamera ini
mempunyai keunggulan dalam pembesaran cetakan.

Medium shoot : Pandangan yang lebih mengarah kepada suatu tema pokok dengan latar
belakang yang agak dihindari. Bisa digunakan untuk pemotretan berobjek orang, kira2
sebatas pinggul keatas.

Metering : Pola pengukuran cahaya yang biasanya terbagi dalam 3 kategori : center weight,
evaluative/matrix dan spot

Metering center weight : Pola pengukuran cahaya menggunakan 60 persen daerah tengah
gambar

Metering matrix : Pola pengukuran cahaya berdasarkan segmen-segmen dan persentase


tertentu

19
Metering spot : Pola pengukuran cahaya yang menggunakan satu titik tertentu yang
terpusat.

MF : singkatan dari manual focus, yaitu cara penajaman atau pemfokusan yang dilakukan
secara manual.

Microphotography : Fotografi yang menggunakan film berukuran kecil, dengan bantuan


mikroskop.

Monopod : sandaran atau penyangga kamera berkaki satu. Berfungsi membantu menahan
kegoyangan. Sering pula disebut “unipod”

Nebula Filter : Filter yang menghasilkan gambar dengan efek pancaran sinar radial yang
berpelangi.

Non-reflex camera : kamera non refleks yang tidak menggunakan cermin putar. Contohnya
adalah kamera kompak atau kamera langsung jadi (Polaroid)

Normal lens : Lensa berukuran normal berfokus panjang, 50 mm atau 55 mm, untuk film
berukuran 35 mm. Sudut pandangnya sama dengan sudut pandang mata manusia.

Obscura : Cikal bakal kamera zaman sekarang. Prinsipnya dalam sebuah kamar gelap yang
tertutup lubang (pin hole). Jika kamera obscura dihadapkan ke benda yang diterangi cahaya,
sebuah gambar proyeksi terbalik dari benda tersebut akan tampak pada dinding yang
berhadapan dengan lubang.

Optical Sharpness : ketajaman optis, yaitu suatu ketajaman yang dapat dicapai karena
lensa berkualitas baik.

Optik : berkenaan dengan penglihatan (cahaya, lensa, dsb)

Overexposure : kelebihan pencahayaan. Bagian shadow tampak pekat (tanpa detail)


sehingga negative tampak hitam total. Bila kepekatan bagian ini melampaui batas, hasil cetak
foto akan menjadi abu2; bagian high akan menjadi putih.

Overhead lighting : sinar dari atas. Lampu atau penyinaran yang dibuat untuk menyinari
objek dari atas.

Polarizing filter : Filter polarisasi, dipakai untuk menghilangkan refleksi dari segala
permukaan yang mengkilap. Filter ini terdiri dari dua bagian, bagian yang satu dengan lain
dapat diputar-putar untukmendapatkan sudut paling ideal menghilangkan refleksi, menambah
saturasi warna dan menembus kabut atmosfer. Juga berguna untuk membirukan langit.

Pop up flash : Lampu kilat kecil terbuat atau menyatu dengan kamera.
20
Rana: Adalah tirai yang menggantikan fungsi penutup manual di bagian depan lensa, besar
kecilnya dapat diatur sesuai kebutuhan.

RELEASE CABLE:Kabel penghubung dengan shutter sehingga memungkin pemotret


menekan shutter dari jarak beberapa meter dari kamera.

REMBRANDT LIGHTING:Cahaya yang berasal dari jendela atau sering juga disebut window
lighting. Cahaya yang datang dari sudut 45 derajat. Pencahayaan tersebut berasal dari nama
pelukis Belanda Rembrandt.

RETOUCH:Mengubah, sifatnya memperbaiki atau menambah warna dengan menggunakan


tangan atau kuas, atau juga pada masa ini dengan komputer seperti melukis sehingga
menghasilkan gambar yang baik dan tanpa cacat seperti sebelumnya.

REVERSE ADAPTER:Suatu alat penyambung yang digunakan untuk memotret saat


menggunakan lensa kamera yang dibalik sehingga elemen belakang lensa menghadap ke
objek. Dengan alat ini menjadikan kita dapat menggunakan lensa biasa untuk membuat
pemotretan makro dengan hasil yang cukup baik.

SELF TIMER penangguh waktu. Sebuah tuas yang digunakan untuk keperluan
memperlambat membukanya rana kamera sekalipun tombol pelepas kamera telah ditekan.
Biasanya digunakan untuk memotret diri sendiri. Penangguhan waktunya umumnya berkisar
10 detik.

SHADE:Teduh, bayangan yang tak berbentuk.

SHADOW:Bidang gelap/hitam atau bayangan pada sebuah foto yang berbentuk objek yang
membayang.

SHAPE:Bidang, suatu bentuk dalam aspek dua dimensi yang terjadi tidak hanya oleh karena
adanya kesan garis, baik berupa segi tiga, lingkaran, elips, dll. Namun selain itu bisa juga
dibentuk oleh suatu bidang warna karena adanya suatu kesan bentuk tiga dimensi yang
mempunyai volume.

SHARPNESS:Ketajaman film, yaitu suatu kemampuan film untuk merekam setiap garis dari
pandangan yang dipotret dengan ketajaman yang baik. Ketajaman ini ditentukan dengan
jumlah garis per milimeter.

SIDE LIGHT:Cahaya dari samping, yaitu cahaya yang berasal dari arah samping objek, baik
kiri atau kanan dan dapat ditempatkan pada sudut 45 atau 90 derajat. Pencahayaan seperti
ini menghasilkan foto dengan efek yang menonjol permukaan atau objek fotonya serta
terciptanya kesan tiga dimensional. Umumnya digunakan untuk menampilkan foto-foto yang
berkarakter, misalnya foto potret (portrait).
21
SIDE LIGHTING:Sinar dalam pemotretan yang datangnya dari arah samping kanan atau kiri
– 90 derajat dihitung dari sudut pandang kamera. Arah datangnya sinar seperti ini akan
menghasilkan foto dengan detail dan tekstur dari benda dengan baik. Bayangan yang
dihasilkan akan menampakkan bentuk benda dengan lebih menarik dengan separo dari
muka terang dan separo lagi gelap.

SINGLE LENS REFLECT:Refleks lensa tunggal (RLT), adalah kamera yang memiliki satu
lensa untuk membidik yang menggunakan cermin dan prisma. Lensanya berfungsi untuk
meneruskan bayangan objek ke pembidik dan meneruskannya ke film. Apa yang terlihat
pada jendela pengamat sama seperti apa yang terjadi pada film atau fotonya.

SMALL FORMAT CAMERA:Kamera format kecil yaitu kamera jenis SLR (Single Lens
Reflect) yang menggunakan film berukuran 35 mm namun fleksibel dan enak dipegang serta
ringan. Karena itu kamera seperti ini yang paling banyak digunakan oleh para fotografer.
Jenis maupun ukuran filmnya sangat mudah didapat juga proses filmnya terutama bagi yang
menggunakan film jenis negatif. Namun kekurangannya, untuk hasil pencetakan besar,
maksimal hanya seukuran majalah.

SNAPSHOT:Bidikan spontan, tanpa modelnya diatur terlebih dahulu. Cara ini umumnya
digunakan untuk membuat foto human interest, sehingga menghasilkan foto yang apa
adanya dan tampak alami tak terkesan dibuat-buat.

SNOOT:Suatu alat berbentuk kerucut yang berlubang pada ujungnya dan digunakan untuk
memperkecil penyebaran cahaya dari lampu kilat studio. Umumnya menghasilkan cahaya
yang tampak membulat bila diproyeksikan pada bidang datar.

SOFT SCREEN (LENS):Lensa yang berguna untuk menghindari kontras sehingga hasil
gambar terkesan seolah-olah agak kabur dengan sisi-sisi yang tak tampak ketegasan
batasnya.

SOFT FOCUS LENS:Lensa yang berdaya lukis lembut.

SOFT TONE FILTER:Filter yang bertujuan untuk membuat gambar pemandangan lunak
tanpa menurunkan ketajaman dan mengubah warna, juga tidak mengubah bentuk. Kontras
pun menjadi lembut tanpa mengaburkan pandangan.

SPECIAL EFFECT:Efek khusus dengan menggunakan teknik tertentu.

SPECIAL LENS:Lensa spesial yang digunakan secara khusus untuk keperluan khusus.
Misalnya fish eye lens (lensa mata ikan – 180 derajat). yang pada dasarnya bukan filter
karena fungsinya tidak menyaring sesuatu melainkan mengubah pandangan guna mencapai
hasil yang menyimpang dari pemotretan biasa.

22
SPECTRUM:Berkas sinar yang terlihat oelh mata, terpecahkan oleh pembiasan prisma
dalam warna-warni.

SPEEDLIGHT:Lampu-kilat yang mempunyai kecepatan menyala tinggi atau cepat.

STILL LIFE:Berarti lukisan atau pemotretan benda mati. Fotografi yang khusus
menempatkan benda-benda kecil buatan manusia sebagai objeknya.

STOP:Satuan yang menunjukkan pergeseran nilai bukaan diafragma atau kecepatan rana
dari suatu nilai ke nilai yang lain, naik atau turun. Misalnya dari diafragma f:16 ke f:22 atau
dari kecepatan 1/125 detik ke 1/250 detik.

STROBO:Lampu dengan kemampuan menyorot bertubi-tubi dengan selang waktu singkat.

SUPER WIDE LENS:Lensa bersudut super lebar yang biasa digunakan untuk pemotretan
arsitektur, interior, eksterior, pemandangan, dll. Misalnya lensa 15 mm, 17 mm.

SYNC SHUTTER SPEED:Kecepatan rana yang sinkron dengan lampu kilat.

TABLE-STAND:Kaki tiga (tripod) kecil. Sandaran kamera yang membantu menahan goyang
yang dipakai di atas meja.

TEXTURE:Tekstur, sifat permukaan atau sifat bahan., merupakan elemen seni visual yang
sangat penting karena mampu memberi kesan “rasa” seperti halus, kasar, mengkilat, dll.

TELE CONVERTER:Lensa tambahan yang dipasang di antara lensa asli dan tubuh kamera,
yang dapat mengubah lensa normal menjadi tele dan lensa tele menjadi tele panjang.
Umumnya kelipatannya dua atau tiga kali jarak fokus lensa asal.

TELE LENS:Lensa tele yang digunakan untuk memperbesar objek yang akan difoto. Lensa
ini dapat digunakan untuk memperoleh ruang tajam yang pendek. Khusus untuk pemotretan
potret (portrait) penggunaan lensa seperti ini akan menghasilkan perspektif wajah yang
mendekati aslinya. Misalnya: lensa 85 mm, lensa 135 mm, lensa 200 mm, dll.

Top Light:Cahaya (dari) atas. Cahaya yang berasal dari atas objek. Biasanya digunakan
untuk menerangi bagian atas kepala model yang akan difoto. Arah cahaya juga dapat
menampilkan detail benda.

23
Transparan:Tembus pandang ialah permukaan suatu benda yang tidak menghambat
pandangan untuk melihat benda di belakangnya. Kaca dan plastik misalnya bersifat tembus
pandang.

Tripod:Kaki-tiga. Suatu alat yang digunakan untuk menyangga kamera yang berbentuk kaki-
tiga, yang dapat dipanjangkan dan dipendekkan sesuai keinginan (terbatas). Biasa
digunakan untuk membantu mengatasi goyang saat melakukan pemotretan yang
menggunakan lensa telefoto, atau yang menggunakan kecepatan rendah sehingga
kedudukan kameranya tetap stabil dan pemotretan terhindar dari goyang.

Tripod Socket:Tempat (ulir) untuk tripod. Suatu bagian di kamera, biasanya berlubang
dengan ulir di dalamnya, yang berguna untuk tempat memasang tripod atau kaki-tiga
kamera.

TTL:Singkatan dari Through the Lens Metering. Sistem pengukuran cahaya melalui lensa.
Biasa juga disebut OTF (Off the Film Metering). Kamera harus terisi film untuk mendapatkan
pengukuran yang akurat. Atau dengan cara lain yaitu menggantikannya dengan kertas buram
yang diletakkan pada jendela lintas film yang harus menutupi seluruh jendela tersebut. Jika
tidak maka akan mendapatkan kalkulasi pengukuran yang salah karena sensor di dalam
kamera akan membaca pelat hitam penekan film.

Tungsten Film:Film yang khusus diperuntukkan bagi pemotretan yang dilakukan dengan
cahaya buatan dengan lampu biasa atau photo-flood, namun juga tetap dapat dipakai untuk
pemotretan di bawah cahaya alami.

VARIO FOCAL LENS:Lensa zoom. Lensa yang mempunyai panjang focus yang dapat
diubah-ubah atau dapat bergeser. Misalnya: lensa 20-35 mm, lensa 35-70 mm, lensa 80-200
mm, dsb.

VARIO LENS:Lensa vario atau sering disebut sebagai lensa zoom. Yaitu sebuah lensa yang
memiliki jangkauan panjang focus yang bervariasi atau dapat diubah-ubah. Dengan demikian
memudahkan pemotret memilih berbagai ruang pandang hanya dengan menarik-ulur lensa
atau memutarnya.

VERTICAL GRIP:Alat pelepas rana untuk pengambilan gambar secara vertikal tanpa harus
memutar tangan.

VIEW FINDER:Jendela bidik. Bagian dari kamera yang berfungsi sebagai tempat mata
melihat bayangan benda yang akan diabadikan.

WAIST LEVEL FINDER: Pembidik sebatas pinggang.

24
WARM TONE:Bernada warna hangat. Suatu warna yang terasakan tidak terlampau
menyilaukan mata, atau berwarna ke arah cokelat gelap ke arah hitam pekat.

dengan GN = 30.

WIDE ANGLE LENS:Lensa sudut lebar, misalnya lensa 20 mm atau 24 mm. Jenis lensa
dengan tubuh pendek yang biasa digunakan untuk memotret sebuah panorama luas atau
untuk pemotretan sejumlah besar orang. Lensa ini menampakkan gambar yang lebih kecil
.
WIDE SHOT: Pemotretan dengan sudut pandang lebar. Biasanya merupakan satu jepretan
panjang diawal suatu sekuen. Tujuannya untuk mengarahkan penonton pada adegan
berikutnya pada gambar hidup (movie).

WIRELESS TTL:Sistem pengukuran lewat lensa tanpa melalui kabel.

WORM EYE: Pandangan cacing. Berarti memotret dari sudut pandang permukaan tanah.
Hasilnya adalah rekaman foto dengan kesan tinggi yang ekstrim, hasil gambarnya pun unik
karena sudut pandang seperti itu.

ZOOM LENS:Lensa zoom. Jenis lensa yang memiliki elemen yang mampu bergerak hingga
membuat panjang fokal bervariasi. Panjang focus dapat diganti-ganti dengan memendekkan
atau mengulur tabung lensa.

F. Pendekatan, Model, dan Metode


Pendekatan : Saintifik
Model : Discovery Learning
Metode : Ceramah, Diskusi, Praktek, dan Tanya Jawab

G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Kedua:

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1) Guru dan siswa bersama-sama menyanyikan 15 menit
25
lagu Indonesia Raya
2) Ketua kelas memimpin doa pada awal proses
pembelajaran
3) Guru menjelaskan materi dan tujuan pembelajaran
yang harus dicapai oleh siswa dari aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan
4) Guru menjelaskan manfaat penguasaan kompetensi
dasar ini sebagai modal awal untuk menguasai
kompetensi dasar lainnya.
5) Menjelaskan pendekatan, model pembelajaran yang
digunakan serta metodanya, serta penilaian yang
akan dilaksanakan.

Inti Stimulasi (Stimulation) /Mengamati:


Guru meminta siswa untuk menyimak materi dalam
bentuk bacaan, gambar, dan tayangan video tentang el
kamera SLR dan DSLR

Identifikasi Masalah (Problem Statement)


/Menanya:
 Siswa berdiskusi tentang kamera SLR dan
kamera DSLR
 Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi
tentang tombol pada kamera DSLR

Pengumpulan Data (Data Collection) /


Mengumpulkan Informasi/Mengeksplorasi: 50 menit
Guru meminta siswa untuk menentukan prosedur yang
digunakan dalam menentukan fungsi tombol kamera

Pembuktian (Verification) / Menalar :


Siswa diminta untuk memberikan argumentasi terkait
menu dan fungsi tombol kamera
Kesimpulan (Generalization) /
mengkomunikasikan:
 Siswa diminta untuk menyajikan prosedur yang
digunakan dalam menentukan syarat media
 Siswa menanggapi hasil penyajian temannya
Siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang
dipelajari
Penutup 1) Siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan 25 me
hal-hal terkait materi yang masih belum
26
dipahami atau diragukan
2) Guru membantu peserta didik untuk
menjelaskan hal-hal yang belum dipahami atau
diragukan, sehingga tidak terjadi nit
kesalahpahaman terhadap materi
3) Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan
memberikan pesan untuk tetap belajar

Pertemuan Ketiga:

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1) Guru dan siswa bersama-sama menyanyikan
lagu Indonesia Raya
2) Ketua kelas memimpin doa pada awal
proses pembelajaran
3) Guru menjelaskan materi dan tujuan pembelajaran
yang harus dicapai oleh siswa dari aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan
15 menit
4) Guru menjelaskan manfaat penguasaan kompetensi
dasar ini sebagai modal awal untuk menguasai
kompetensi dasar lainnya.
5) Menjelaskan pendekatan, model pembelajaran yang
digunakan serta metodanya, serta penilaian yang
akan dilaksanakan.

Inti Stimulasi (Stimulation) /Mengamati: 50 menit


Guru meminta siswa untuk mengamati kamera SLR
dan DSLR d

Identifikasi Masalah (Problem Statement)


/Menanya:
Siswa mendiskusikan tentang jenis-jenis kamera

Pengumpulan Data (Data Collection) /


Mengumpulkan Informasi/Mengeksplorasi:
Guru meminta siswa untuk menentukan prosedur yang
digunakan tentang jenis-jenis kamera

Pembuktian (Verification) / Menalar :

27
Siswa diminta untuk mempresentasikan tentang funsi
tombol da menu kamera

Kesimpulan (Generalization) /
mengkomunikasikan:
 Siswa diminta untuk menyajikan prosedur yang
digunakan dalam menentukan kamera SLR dan DSLR
 Siswa menanggapi hasil penyajian temannya
Siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang
dipelajari
Penutup 6) Siswa diberikan kesempatan untuk
menanyakan hal-hal terkait materi yang
masih belum dipahami atau diragukan
7) Guru membantu peserta didik untuk
26 me
menjelaskan hal-hal yang belum dipahami
nit
atau diragukan, sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman terhadap materi
8) Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan
memberikan pesan untuk tetap belajar

H. Penilaian Pembelajaran, Remedial, dan Pengayaan

Penilaian yang dilakukan menggunakan pendekatan otentik, dengan rincian sebagai


berikut :

No. Ranah Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Penilaian

1. Sikap Observasi Daftar Skala Penilaian

2. Pengetahuan

3.2 Menerapkan etimologi multimedia Tes Tertulis Mensuplai jawaban

(jawaban singkat dan uraian)

3. Keterampilan

4.2. Menyajikan hasil penerapan etimologi Unjuk Kerja Daftar skala 1-4
multimedia

2. Penilaian Sikap

28
IndikatorPenilaianSikap:

2. Aktif 3. Percaya Diri


e. Ikut ambil bagian dalam kegiatan awal
a. Berinteraksidengan luwes kepada seluruh teman
pembelajaran
di kelas
f. Ikut ambil bagian dalam kegiatan inti
b. Berkomunikasidenganbahasa yang
pembelajaran
tidakmenyinggungperasaan
g. Ikut ambil bagian dalam kegiatan akhir
c. Menggunakanbahasatubuh yang bersahabat
pembelajaran
d. Berperilakusopan
h. Berperan aktif dalam kegiatan diskusi siswa
antar kelompok
2. Jujur 4. TanggungJawab

e. Menyampaikansesuatuberdasarkankeadaan e Melaksanakan tugassecarateratur


yang sebenarnya f Peransertaaktifdalamkegiatandiskusikelompok
f. Tidakmenutupikesalahan yang terjadi g Mengajukanusulpemecahanmasalah
g. Tidakmenyontekataumelihat data/pekerjaan h Mengerjakantugassesuai yang ditugaskan
orang lain
h. Mencantumkansumberbelajardari yang
dikutip/dipelajari
Nilai akhir sikap diperoleh dari modus (skor yang sering muncul) dari kelima aspek sikap di
atas.

Kategori nilai sikap:

Sangat Baik : apabila memperoleh nilai akhir 4

Baik : apabila memperoleh nilai akhir 3

Cukup : apabila memperoleh nilai akhir 2

Kurang : apabila memperoleh nilai akhir 1

4. Penilaian Pengetahuan
T
Kompetensi Jenis
Indikator Indikator Soal H Soal
Dasar Soal
B

1. Siswa C Tes Tulis 1. Sebutkan

3.2 dapat 1 (Singkat jenis-jenis


3.1.1 Menjelask
Mener menjelask dan kamera ?
an
apkan an Uraian) 2. Sebutkan
elemen-
produ kamera perbedaan
elemen
k- SLR dan kamera
multimedi
produ DSLR DSLR dan
29
T
Kompetensi Jenis
Indikator Indikator Soal H Soal
Dasar Soal
B

k a 2. Siswa C SLR ?

multi 3.1.2 Memahami dapat 3 3. Gambarkan

media produk- menentuk Anatomi


produk an kamera
multimedia kamera DSRL
DSLR dan 4. Sebutkan
C
SLR fungsi
3
3. Siswa tombol
dapat dalam
menentuk kamera
an fungsi DSLR
tombol 5. Sebutka
pada C n fungsi
kamera 3 tombol
kamera
4. Siswa C
DSLR
dapat 3
memaha
mi jenis
multimedi
a
5. Siswa
dapat
memaha
mifunsi
menu
dalam
kamera!

30
Kunci Jawaban Soal:

Fungsi tombol

A : Singkatan dari auto, yaitu sebuah sandi untuk pilihan fasilitas otomatis. Artinya, bila
selector diputar ke posisi ini, bukaan diafragma akan bekerja secara otomatis setelah
pemotret memilih suatu kecepatan (shutter speed) atau sebaliknya.

AF : singkatan dari auto focus, yaitu cara kerja kamera tanpa mengharuskan pemotret
memutar-mutar sendiri penemu fokus(jarak). Sistem ini bekerja setelah pemotret menekan
tombol “on” pada perintah fokus.

AL servo AF : saran pilihan autofocus yang digunakan untuk memotret objek2 bergerak.
Pilihan yang efektif untuk pemotretan olahraga.

Angle of view : Sudut pandang atawa sudut pemotretan. Cara melihat dan mengambil objek
yang akan difoto

31
Aperture diafragma : yaitu lubang tempat cahaya masuk kedalam kamera dari lensa keatas
film.

Aperture priority auto exposure (A) : pencahayaan otomatis prioritas bukaan diafragma.
Jika bukaan diafragma disetel terlebih dahulu, kecepatan rana akan bekerja otomatis.

Artificial light : cahaya buatan manusia yang digunakan untuk memotret misalnya lampu
kilat, api, dll.

Asa : singkatan dari american standar assosiation. Yaitu standar kepekaan film.
Pengertiannya sama dengan ISO, hanya saja nama ASA dahulu umumnya dipakai diwilayah
amerika. Kecepatannya diukur secara aritmatis.

Auto Program (P) : fasilitas otomatis untuk memilih pencahayaan terprogram secara normal
dan high speed (kecepatan tinggi), tergantung pada pemakaian panjang-pendek fokus lensa.

Back light : Cahaya dari belakang, yaitu cahaya yang berasal dari belakang objek. Arah
cahaya ini berlawanan dengan posisi kamera. Secara umum efek yang dihasilkan dapat
menciptakan siluet; objek foto dikelilingi “rim light” atau cahya yang ada disekitar objek. Efek
cahaya ini bisa merugikan pemotret sebab bila mengenai lensa akan menimbulkan flare.

Bayonet : Sistem dudukan lensa yang hanya memerlukan putaran kurang dari 90 derajat
untuk melakukan penggantian lensa.

Birds eye view : Sudut pandang dalam pemotretan yang mirip dengan apa yang diliat seekor
burung yang sedang terbang.

Blitz: Lampu kilat atau flashgun. Alat ini merupakan cahaya buatan yang berfungsi
menggantikan peran cahya matahari dalam pemotretan. Untuk menangkap kilatannya
diperlukan suatu kecepatan tertentu yang telah disesuaikan (disinkronkan) dengan kamera.
Cahaya blitz umumnya bisa ditangkap dengan kecepatan kamera 1/60 detik.

Blur : Kekaburan seluruh atau sebagian gambar karena gerakan yang disengaja atau tidak
sengaja pada saat pemotretan dan efek besar kecilnya diafragma. Hal ini terjadi misalnya
saat melakukan teknik panning atau zooming yang menggunakan kecepatan rendah.

Bottom light : Cahaya dari bawah objek, biasa juga disebut ‘base light’. Biasa digunakan
sebagai cahaya pengisi dari arah depan. Fungsinya mengurangi kontras cahaya utama.

Bounce Flash : Sinar pantul. Pancaran cahaya tidak langsung yang berasal dari sumber
cahaya (lampu kilat). Cara paling efektif yang dapat dicoba adalah memantulkan pancaran
sinarnya kesudut lain sebelum cahaya itu mengenai objek pemotretan. Teknik pencahayan
ini cocok untuk menghasilkan penyinaran lunak.

32
Bracketing : Suatu teknik pengambilan gambar yang sama dengan memberikan kombinasi
pencahayaan yang berbeda-beda pada suatu objek (disamping pengukuran pencahayan
normal).

Built-in diopter : Pengatur dioptri (lensa plus atau minus)yang sudah terpasang pada
pembidik kamera. Berguna bagi pemotret berkacamata.

Bulb, B(ulb) bolam : Sarana kecepatan rana yang sangat lambat dikamera yang digunakan
untuk memotret objek. Lama membuka rana ditentukan oleh pemotret, yaitu dengan
menekan lalu melepas tekanan pada tombol shutter.

C : Singkatan dari continuous,yaitu sandi yang terdapat pada kamera. Fungsinya


menyatakan penggunaan bidikan gambar secara beruntun dengan kecepatan tertentu
(umumnya 3 bingkai per detik).

Penskoran Jawaban dan Pengolahan Nilai:

ContohPengolahanNilai
No soal Skor Nilai
1. 2
2. 2
3. 2 (JS/10) x4 =v...

4. 2 (jumlahskor/skormaks jumlahsoal) x nilaimaks)


5. 2
Jumlah 10

5. Penilaian Keterampilan

Teknik Penilaian : Produk


Bentuk Instrumen : Daftar Cek

Skor Aspek/Produk Yang Dinilai (1 - 4)

N Pra- Pasca
Nama Siswa produks
o produks produks
i
i i

             

             
33
             

Rubrik Penilaian Keterampilan

Aspek yang 4
dinilai
Pra- Kurangsempurna Sudahcukupbaikdala Dibuatbaikdalamdala Sudahsangatbaik
produksi dalampembuatan mdalampembuatanpr mpengaturanpembua dalamdalampemb
praproduksi aproduksi tanpraproduksi uatanpraproduksi

produks Kurangsempurna Sudahcukupbaikdala Dibuatbaikdalamdala Sudahsangatbaik


dalamproduksi mdalamproduksi mproduksi dalamdalamprod
uksi

Pascaprodu Kurangsempurna Sudahcukupbaikdala Dibuatbaikdalamdala Sudahsangatbaik


ksi dalampascaprodu mdalampascaproduks mpascaproduksi dalamdalampasca
ksi i produksi

Program Remedial :
Remedial Tes diberikan kepada siswa yang mendapatkan nilai di bawah 2,67 (untuk
pengetahuan dan keterampilan), dengan catatan jumlah siswa yang remedialnya sebanyak
maksimal 30% dari seluruh jumlah siswa di kelas. Dan jika jumlah siswa yang remedial
mencapai  70% maka diadakan remedial teaching.

Program Pengayaan :
Program pengayaan diberikan/ditawarkan kepada siswa yang mendapatkan nilai diatas 2,67
sebagai bentuk pendalaman terhadap materi yang diberikan.
I. Alat, Bahan, Media, dan Sumber Belajar
Alat, Bahan, dan Media : PC, Software 3dmax, graphis, see picture, Lembar
Kerja Siswa, Bahan
TayanganMateri, Laptop, Speaker. LCD Projector
Sumber Belajar : Buku Teks Siswa,Buku Pegangan Guru, Internet, dan
Sumber lain yang relevan
Mengetahui,
Bandung, Agustus 2017
Pendamping KG Guru Mata Pelajaran,

34
H. Bahar Nugraha Praja S.Pd Drs. Agi Firmansyah, MM
NIP. 197509092010011010 NIP.196708311998031002

MAtERI FOTOGRAFI

2.Eksposure atau pencahayaan.

Pencahayaan atau eksposure adalah proses menghitung jumlah cahaya yang tepat sesuai
dengan kebutuhan pemotretan. Kita mengenal lighmeter sebagai alat pengukur cahaya.
Dengan alat ini kita bisa membaca jumlah cahaya yang masuk ke kamera berada di posisi
normal,kurang atau lebih. Ada tiga faktor yang mempengaruhi besar kecil cahaya yang
masuk ke kamera :

a. Diafragma.
b. Shutter Speed
c. Pengatur kepekaan sensor (iso)
Diafragma adalah lobang di dalam lensa yg dilalui cahaya dan dapat disetel menjadi besar
dan kecil Besar kecilnya diafragma ditentukan sederetan angka yg menyatakan besar
kecilnya diafragma.

1,4 2 2,8 4 5,6 8 11 16 22 32.

Angka kecil menunjukkan diafragma(lobang) besar. Sebaliknya angka besar menunjukkan


diafragma kecil. Satuan cahaya dalam fotografi dikenal dengan istilah stop.Perbedaan satu
angka ke angka berikutnya menunjukkan besar cahaya satu stop. Contoh: ketika kita
memindahkan posisi diafragma 1,4 ke 2 berarti kita mengurangi jumlah cahaya sebesar
1stop.

35
Shutter adalah tirai yang berada persis di depan film. Shutter dapat membuka dan menutup
selama waktu tertentu. Shutter speed mengatur berapa lama film atau sensor digital
dicahayai. Sederetan angka yang menunjukkan rentang waktu pencahayaan dimulai dari
angka sebagai berikut.

B 1 2 4 8 15 30 60 125 250 500 1000 2000 4000 8000 dst.

1 berarti 1 detik

2 berarti ½ detik

4 berarti ¼ detik

4” berarti 4 detik

B (bulb) berarti film dicahayai selama pemotret menekan tombol pelepas rana (shutter
release). Satuan cahaya dalam speed juga adalah stop. Misalnya ketika kita memindahkan
Shutter Speed dari 1 ke 15 berarti jumlah cahaya akan berkurang sebanyak 4 stop.

ISO atau ASA adalah angka yang menyatakan kepekaan film (sensor cahaya). Angka ini
menunjukkan kebutuhan akan jumlah cahaya. Angka ini dimulai dari :

25 50 100 200 400 800 1600 3200

Semakin rendah angka ISO yang dipilih maka kebutuhan cahaya akan semakin besar.
Sebaliknya angka ISO tinggi menunjukkan kebutuhan cahaya yang semakin sedikit.
Karakteristik gambar yang dihasilkan oleh sensor dengan iso rendah menunjukkan butiran
pembentuk gambar ( grain pada film) yang halus. Sedangkan asa tinggi karakternya kasar.
Asa rendah sering digunakan untuk pemotretan outdoor atau landscape. Sedangkan asa
tinggi dipilih terutama karena ketersediaan cahaya yang minim lalu pemotretan
membutuhkan shutter speed tinggi.

Dengan angka ISO sama jumlah cahaya yang dibutuhkan selalu sama untuk setiap saatnya.
Baik dalam kondisi gelap ataupun terang. Hasil cetak yang sama akan didapat untuk dua
kondisi sebagai berikut. Memotret di dalam ruang (indor) dengan lighmeter menunjukkan
normal di shutter speed 1/15 dan f 5,6. Memotret di luar ruang (outdoor) dengan ligmeter
normal di shutter speed 1/250 dan f 11. Kuncinya adalah lighmeter berada diposisi normal.

Prinsip pencahayaan equivalen

Karena jumlah cahaya yang dibutuhkan pada kepekaan tertentu (iso) selalu sama pada
setiap saatnya maka kita mengenal prinsip pencahayaan equivalen. Kecerahan gambar yang
dihasilkan pada speed 125 dan f 5,6 akan sama dengan kecerahan gambar yang dihasilkan
pada shutter speed 1/60 dan f 8. Shutter speed diturunkan (1/125 ke 1/60) satu stop maka
diafragma harus dikecilin (5,6 ke 8)satu stop pula.

Kompensasi pencahayaan.

Tidak selalu pencahayaan yang paling tepat dihasilkan pada posisi lighmeter normal.
Kondisi ideal pemotretan dengan lighmeter normal harusnya perimbangan antara gelap dan

36
terang, antara warna putih dan hitam adalah sama. Di dalam fotografi kita mengenal istilah
greycard18%. Jika kita mengarahkan kamera ke greycard pada posisi lighmeter normal
maka hasil printnya juga akan sama dengan kecerahan warna greycard 18% tersebut.
Namun tidak selalu bidang pemotretan kita seideal greycard 18%.

Pada saat kita memotret kebidang dominan hitam denganlighmeter posisi normal akan
didapat hasil keabu-abuan. Perlu kompensasi ekposure dengan seting lighmeter ke minus 1-
2 stop. Sehingga bidang hitam yg kita foto akan tetap berwarna hitam pada saat di cetak

Pada saat kita memotret ke bidang dominan putih dengan lighmeter posisi normal akan
didapat hasil keabu-abuan juga. Perlu kompensasi ekposure dengan seting lighmeter ke plus
1-2 stop. Sehingga bidang putih yg kita foto akan tetap berwarna putih pada saat di cetak.

Kondisi lain yang membutuhkan kompensasi pencahayaan adalah kondisi dimana kontras
cahaya antara objek dan latar belakang terlalu tinggi.

Objek dengan latar belakang dominan lebih terang akan menghasilkan gambar siluet. Perlu
kompensasi cahaya dengan setting lighmeter over.

Objek dengan latar belakang dominan lebih gelap akan menghasilkan objek yang over
eksposure. Perlu kompensasi cahaya dengan setting lighmeter under.

Untuk kondisi pencahayaan yang kontras seperti diatas akan didapatkan hasil pengukuran
akurat kalau metode metering dilakukan secara selective reading.Membaca pantulan
cahaya ke area tertentu saja. Misalnya hanya pantulan cahaya di objek saja. Metode ini
bisa dilakukan dengan memilih setting spot meter di kamera. Cara lain dengan
mendekatkan kamera atau zooming ke objek saja sampai view finder dipenuhi oleh objek.
Dengan demikian kamera haya membaca pantulan dari objek saja bukan dari latarbelakang.
Hasil pengukuran ini kemudian dipakai pada pemotretan. Walau lighmeter kemudian
menunjukkan over karena latar belakang lebih terang atau under karena latar belakang
lebih gelap.

Pemotretan gerak.

Objek yang bergerak dengan kecepatan tinggi bisa dihentikan (freezing) hanya dengan
pemilihan shutter speed yang tinggi pula. Pemilihan shutter speed rendah terhadap sebuah
objek bergerak akan menghasilkan gambar blurring. Panning adalah teknik pemotretan
objek bergerak dengan cara kamera mengikuti objek bergerak pada saat tombol pelepas
rana ditekan. Hasil dari teknik panning ini adalah objek tajam dengan latar belakang blur.

Untuk menghindarkan gambar kabur karena goncangan kamera pada saat tombol pelepas
rana ditekan maka minimal speed yang diperlukan adalah minimal sebesar angka titik api
lensanya. Misalnya untuk lensa 50mm perlu minimal speed 1/60. Untuk lensa tele 200mm
perlu minimal speed 1/250. Jika karena kondisi pencahayaan tidak memungkinkan untuk
memenuhi kecepatan minimal tersebut maka dalam pemotretan harus menggunakan tripod
(alat penyangga kamera).

37
Ruang Tajam pemotretan atau Depth Of Field (DOF)

Adalah kedalaman sebuah ruang dimana objek yang berada pada rentang jarak tersebut
akan kelihatan tajam. Ruang tajam ini salah satunya ditentukan oleh pemilihan diafragma.

Semakin besar diafragma terpilih semakin sempit DOF.

Semakin kecil diafragma semakin besar jarak DOF.

Faktor lain yang menentukan DOF adalah jarak pemotretan dan pemilihan sudut pandang
lensa.

Dengan demikian kita sudah dapat menentukan prioritas ketika akan melakukan sebuah
pemotretan. Apakah diafragma terdahulu yang diatur ( ada setting aperture priority pada
kamera) atau shutter speed terdahulu ( setting shutter priority). Prioritas diafragma dipilih
jika kita mau mengendalikan ruang tajam pemotretan. Prioritas shutter speed dipilih ketika
kita mau mengendalikan kesan gerak terhadap sebuah objek. (freezing atau bluur).

Lensa

Berdasarkan sudut pandang, lensa dapat dibagi menjadi menjadi beberapa jenis sebagai
berikut :

Normal

Sudut pandangnya sama seperti sudut pandang mata manusia. Tidak ada distorsi bentuk
maupun ruang. Lensa normal dikenal dengan lensa 50mm.

Wide

Sudut pandangnya lebih lebar dari sudut pandang mata manusia. Objek terlihat lebih kecil
dan jarak tampak lebih jauh. Beberapa lensa wide adalah sebagai berikut : 17mm,
20mm,28mm,35mm.

Tele

Sudut pandangnya lebih sempit dari sudut pandang mata manusia. Objek terlihat lebih
besar (close up) dan jarak tampak lebih dekat. Beberapa lensa wide adalah sebagai
berikut : 105mm, 200mm,400mm,1000mm.

Lensa zomm

Lensa yang didesain supaya sudut pandangnya bisa berubah ubah. Misalnya kita mengenal
lensa zoom 18-200mm. Artinya dengan memiliki satu lensa ini kita bisa mengubah sudut
pandang pemotretan ke wide,normal dan tele. Lensa zoom baik dipergunakan untuk
kebutuhan travelling karena tidak perlu repot repot mengganti lensa.

38
Pemakaian lampu kilat (flash).

Lampu kilat atau Flash dipergunakan untuk berbagai keperluan. Didalam ruang yang kurang
pencahayaan dia dapat berfungsi sebagai cahaya utama. Sedangkan di luar ruang yang
terang dia bisa berfungsi sebagai fill in light (cahaya pengisi) supaya kontras pencahayaan
menjadi lebih seimbang.

Lampu kilat mempunyai durasi nyala yang sangat singkat. Diumpamakan sebagai cahaya
petir sehingga dikenal dengan istilah lampu kilat atau flash. Durasinya berkisar 1/1000
detik atau lebih cepat lagi. Berbeda dengan cahaya matahari atau lampu pijar yang bersifat
continous light maka besar cahaya flash tidak lagi ditentukan oleh besaran shutter speed.
Namun ditentukan hanya oleh besaran lobang diafragma yg dipilih. Sehingga Lighmeter
tidak menjadi pedoman lagi dalam hal pemotretan memakai flash. Lighmeter hanya untuk
mengukur besar cahaya yang bersifat continous dimana besaran diafragma dan speed
mempengaruhi jumlah cahaya yg masuk ke kamera. Indikator lighmeter menunjukkan
kondisi available light yang terekam.jika tidak sedang menggunakan teknik pencahayan mix
light maka abaikan saja indikator lighmeter yang menunjukkan minus. Tapi waspada dengan
indikator over. Gambar akan terlihat terlalu terang.

Alat ukur flash disebut flashmeter. Alat ini menentukan besaran diafragma berdasarkan
sebuah angka power flash yang disebut dengan istilah GN (guide number) dan jarak
pemotretan. Faktor jarak mempengaruhi pantulan kembali cahaya yang mengenai sebuah
objek. Semakin jauh jarak tempuh cahaya semakin lemah intensitas cahaya pantulannya.

Rumus pemakaian flash.

F (diafragma)= GN (iso 100)

Jarak (meter)

Misalnya dalam sebuah pemotretan kita menggunakan sebuah flash dengan GN 28 dengan
jarak pemotretan 4 meter maka diafragmanya adalah 28 : 4 = 7. Maka dalam pemotretan
kita mengunakan diafragma 7 atau dengan pembulatan ke diafragma 5,6 ( over 2/3 stop).
Dalam beberapa hal pembulatan ke diafragma yg lebih besar (angka kecil) memberikan
kondisi pencahayaan yg lebih pas. Penentuan angka GN adalah berdasarkan setting pabrik
pembuat flash biasanya ditulis pada buku panduan produk. Cara lain menentukan GN adalah
dengan memakai flashmeter. Setting ASA di 100 lalu ukur cahaya flash pada jarak 1 meter.
Angka F yang tertera dari pengukuran menunjukkan GN flash bersangkutan. GN= diafragma
dikali jarak.

Teknik Bouncing Flash.

Memantulkan cahaya ke sebuah bidang pemantul (reflector) sebelum mengenai objek


pemotretan. Teknik ini bertujuan menghasilkan cahaya yang bersifat lembut namun
dipengaruhi juga oleh sifat permukaan reflector. Biasanya fotografer dapat memanfaatkan
langit langit bangunan atau styrofoam sebagai bidang pemantul. Dua bahan tersebut

39
menghasilkan cahaya yang lembut. Apabila dipantulkan ke aluminium foil atau cermin
cahaya masih keras dan menghasilkan bayangan yang kuat.

Yang perlu diperhatikan ketika memakai teknik ini adalah faktor jarak yang semakin jauh.
Dari flash ke bidang pemantul lalu jarak dari pemantul ke objek. Selain itu bidang pemantul
(reflector) akan menyerap sebagian cahaya. Bidang pemantul selain cermin tidak
memantulkan cahaya 100%. Perlu kompensasi pencahayaan over 1-2 stop dari hasil
penghitungan normal.

Sinkron speed

Kecepatan maksimal dimana rana masih terbuka sempurna pada saat lampu flash menyala.
Jika bekerja dengan shutter speed melebihi sinkron speed maka gambar akan terpotong
sebagian menjadi hitam karena cahaya dihalangi oleh rana yang sudah mau tertutup.
Bahkan untuk kecepatan yang sangat tinggi (1/1000) gambar tidak jadi samasekali.
Sedangkan pemakaian speed dibawah speed sinkron tidak menjadi masalah atau
menyebabkan kelebihan eksposur.

Freezing by flash

Karakter cahaya flash yang berdurasi singkat (1/4000dtk) dapat menghentikan gerak sebuah
objek misalnya percikan air. Logikanya ketika sebuah objek bergerak dicahayai selama
1/4000 dtk walau shutter terbuka selama1/125 dtk maka waktu pencahayaannya sama saja
dengan 1/4000dtk. Akibatnya gerakan objek akan terhenti (freeze ) dengan sempurna.

Memakai flash secara manual dan otomatis.

Secara manual power flash dapat disetel ke kondisi full power 1/1 atau ½ atau ¼ bahkan
1/128 untuk kebutuhan cahaya yang sangat kecil. Pengurangan cahaya setengah dari
sebelumnya akan menurunkan cahaya sebesar satu stop. Berarti untuk jarak yang sama
diafragmanya harus dibesarin satu stop supaya cahaya yg terekam tetap normal. Demikian
sebaliknya penambahan cahaya 2 kali dari sebelumnya akan menaikkan pencahayaan
sebesar 1 stop. Jika kondisi ini yang dipilih berarti diafragma akan bertambah kecil satu
stop, konsekuensi lain akan menambah DOF.

Ada fasilitas otomatis dalam teknik pemakaian secara cepat misalnya untuk kegiatan
dokumentasi. TTL (Through The Lens) adalah teknologi dalam flash yang mampu mengatur
power lampu yang dikeluarkan berdasarkan data jarak yang terekam melalui sistem
autofokus lensa. Pemakaiannya cukup sederhana, tinggal pilih diafragma dan speed lalu
jepret-jepret. Di layar lcd flash akan tertera rentang jarak yang diperbolehkan dengan
pemilihan suatu diafragma. Misalnya dengan f 5,6 maka jarak pemotretanya bisa untuk
rentang 1-5 mtr. Rentang jarak ini dipengaruhi oleh GN dan ISO yang terpilih.

Cek list sebelum memulai pemotretan :

1. Focusing system : manual atau auto fokus.


2. Metering atau reading mode : general atau selective (partial)
40
3. Kompensasi eksposure
4. Exposure mode : Manual, Aperture priority, Shutter priority, Auto(program)
5. ISO : Kepekaan film atau sensor
6. Image quality dan white balance
7. Flash : Manual atau TTL, direct flash atau bouncing flash
8. Lensa sesuai kebutuhan ruang pemotretan
9. Tripod
10. Survey lokasi pemotretan. Pemetaan titik aktifitas yang difoto dan posisi memotret.
11. Dilanjutkan sesuai kebutuhan pemotretan...

Materi dipersiapkan oleh Ariangin (angin photography)

www.ariangin.fotografer.net,www.ariangin.multiply.com

pages di fb : angin photography (searching)

KOMPOSISI

Komposisi adalah penempatan posisi objek foto pada bidang pemotretan,


sehingga menjadi pusat perhatian. Penentuan komposisi dilakukan pada saat
membidik obyek foto. Untuk itu diperlukan penataan terhadap unsur-unsur yang
mempengaruhi kekuatan suatu gambar dalam sebuah bidang gambar, sehingga
obyek fotografi dapat tampil sebagai point of interest (pusat perhatian). Lebih dulu
mata pengamat karya foto akan dipandu untuk memperhatikan bagian yang menjadi
pusat perhatian utama (main point of interest), baru kemudian memperhatikan
pusat perhatian kedua (secondary point of interest), sehingga sebagian pesan yang
akan kita sampaikan melalui foto dapat diterima dengan baik.
Komposisi menuntun mata kita menuju titik perhatian yang menyatukan objek photo secara
keseluruhan. Oleh karena itu, komposisi menentukan artistik tidaknya sebuah photo.
Untuk menentukan komposisi yang tepat tergantung kepekaan dan kreatifitas
menempatkan objek dalam jendela bidik, termasuk memperhitungkan latar belakang
(background) dan latar depan (foreground) sebagai satu kesatuan dari objek
foto.Penguasaan komposisi yang benar berdasarkan pedoman komposisi akan sangat
41
membantu pemotret pemula untuk melatih kepekaan estetiknya dalam memotret sehingga
dihasilkan foto yang memiliki nilai seni lebih daripada sekedar foto biasa. Foto yang asal
jepret seringkali hasilnya berkesan biasa saja, hanya menarik minat orang yang
berkepentingan. Sedangkan orang lain yang tidak berkepentingan sama sekali tidak tertarik
untuk melihatnya.
Komposisi lebih menyangkut kepada rasa bukan pikiran. Oleh karena itu kita bebas berkreasi
mengasah kepekaan, dan tidak takut mencoba hal baru. Tentunya berpedoman kepada
aturan-aturan komposisi yang baik dan juga faktor pencahayaan, serta pemilihan lensa yang
sesuai dengan kebutuhan kita pada saat memotret. Unsur- unsur komposisi sebagai berikut :
• Ujud (shape), yaitu tatanan dua dimensional, mulai dari titik, garis lurus, poligon
(garis lurus majemuk/terbuka/tertutup), dan garis lengkung (terbuka, tertutup, lingkaran).
Tekniknya dapat berupa kontras pencahayaan yang ekstrim seperti siluet, penonjolan
detail-detail benda, mengikutkan subyek menjadi garis luar atau outline dari sebuah tone
warna tertentu. Ujud benda dapat diambil dari berbagai posisi kamera, seperti dari bawah
subyek. Manipulasi ujud dengan menggunakan berbagai macam lensa, mulai dari lensa
sudut lebar hingga lensa fokus panjang atau long-focus. Contohnya adalah foto siluet
manusia yang berdiri di tepi pantai menyaksikan matahari terbenam, siluet nelayan yang
mempersiapkan diri di saat matahari terbenam di tepi pantai untuk menangkap ikan, atau
foto piramid dan Sphinx dengan menonjolkan tekstur batunya di Mesir.

• Bentuk (form), yaitu tatanan yang memberikan kesan tiga dimensional, seperti
kubus, balok, prisma, dan bola. Dalam fotografi ditunjukkan dengan gradasi cahaya dan
bayangan, dan kekuatan warna. Untuk menghasilkan foto yang baik sebaiknya mengambil
cahaya samping dengan sudut-sudut tertentu, dan menghindari pencahayaan frontal.

• Pola (pattern), yaitu tatanan dari kelompok sejenis yang diulang untuk mengisi
bagian tertentu di dalam bingkai foto, sehingga memberikan kesan adanya keseragaman.
Contohnya adalah foto segerombolan bebek, tumpukan pot dari tanah liat.

• Tekstur (texture) yaitu tatanan yang memberikan kesan tentang keadaan


permukaan suatu benda (halus, kasar, beraturan, tidak beraturan, tajam, lembut, dan
seterusnya). Tekstur akan tampak dari gelap terang atau bayangan dan kekontrasan yang
timbul dari pencahayaan pada saat pemotretan. Cahaya yang paling baik adalah cahaya
langsung matahari pagi dan matahari sore yang merupakan kunci sukses foto lansekap.
Contohnya adalah foto close up kembang kol atau tekstur pohon.

• Kontras (contrast) atau disebut juga nada, yaitu kesan gelap atau terang yang
menentukan suasana (atmosphere/mood), emosi, dan penafsiran sebuah citra. Kontras
warna disebabkan oleh warna-warna primer, yaitu merah, biru, dan kuning, atau akibat di
penempatan warna primer terhadap warna komplemennya , seperti hijau, jingga,

42
dan ungu. Meskipun penggunaan warna tergantung pada pengalaman pribadi, namun ada
aturan umum bahwa warna yang berat akan menyeimbangkan warna-warna lemah.
Warna-warna berat atau keras berkesan penting dan bila digunakan sedikit kontras
warna akan ada aksentuasi yang tidak mengganggu keseluruhan warna. Misalnya, foto
pemandangan di tepi danau dengan aksentuasi rumah kayu bercat merah menyala.
• Warna (colour) yaitu unsur warna yang dapat membedakan objek, menentukan mood
daripada foto kita, serta memberi nilai tambah untuk menyempurnakan daya tarik.
Warna dapat ditimbulkan melalui pilihan pencahayaan serta exposure, sedikit
underexposing akan memberikan hasil yang low-key, dan sedikit overexposing atau
penggunaan filter warna akan memberikan hasil warna yang kontras. Idealnya, sebuah
foto mempunyai satu subyek utama dan satu warna utama, sedang subyek dan warna
lainnya merupakan pendukung. Sebuah komposisi yang warnanya terdiri dari tingkat
warna sejenis akan menghasilkan foto yang tenang.

Unsur-unsur pendukung komposisi ini sangat dipengaruhi oleh sumber cahaya yang berupa
cahaya seadanya, seperti cahaya matahari, lampu jalan atau cahaya dari lampu studio.
Perbedaan sumber cahaya dan sudut pencahayaan akan meberikan hasil yang beJENIS-
JENIS KOMPOSISI

Dari satu obyek yang sama dapat dihasilkan berbagai macam komposisi. Hasil
pemotretan sebuah obyek dengan sudut pengambilan dari sisi kiri akan berbeda
dibandingkan dari sisi kanan, berbeda pula bila diambil dari sisi atas, dan bawah.
Perbedaan sudut pengambilan gambar akan membedakan hasil gambar. Cara pemotretan
demikian dapat memberikan beberapa alternatif karya untuk dapat dipilih yang terbaik
bagi suatu keperluan pemotretan.

43
Ada beberapa macam komposisi yang dapat dipergunakan dalam memotret obyek,
antara lain komposisi simetris, asimetris (tidak simetris), sentral, diagonal, vertikal, dan
horizontal.
1. Komposisi simetris

2. Komposisi asimetris (tidak simetris)

3. Komposisi sentral

4. Komposisi diagonal

5. Komposisi vertikal

6. Komposisi horizontal

PEDOMAN KOMPOSISI

Ada beberapa pedoman sederhana dalam menentukan komposisi, yaitu


1. Ruangan gambar dibagi menjadi tiga bagian, vertikal dan horizontal dengan garis-garis
khayal. Titik-titik dimana garis-garis berpotongan merupakan tempat terbaik untuk
meletakkan obyel-obyek utama dan obyek tambahan. Sebuah gambar dengan obyek

2. utama berada di pusat ruangan kurang menarik untuk dipandang.

3. Garis sejajar horizontal akan mengarahkan mata langsung ke luar gambar dan dengan
demikian dapat merusak suasana. Sebaiknya digunakan garis-garis sejajar vertikal
(seperti batang pohon) yang ditarik dari atas ke bawah asalkan mereka diseling pada
titik-titik tertentu.

4. Garis-garis yang berpotongan akan menjuruskan mata ke arah sudut. Jika mereka tidak
berpotongan akan menjuruskan mata ke arah titik pada gambar dimana mereka
sebenarnya akan dapat berpotongan jika dikehendaki. Garis-garis yang paling berhasil
pada komposisi yang baik ialah yang melintang diagonal pada gambar.

5. Daerah-daerah yang penting sebaiknya tidak sama luasnya. Jangan sekali-kali membagi
gambar tepat setengah cakrawala atau kaki langit. Letakkan agak ke bawah sepertiga
atau ke atas duapertiga. Misalnya memotret matahari terbenam dari tepi pantai.

44
1. Arah mencari cahaya. Daerah putih atau terang pada latar belakang yang gelap akan
menarik mata lebih kuat daripada tempat gelap pada latar belakang yang cemerlang.

2. Gambar disusun demikian rupa sehingga mata akan diarahkan pada titik pusat perhatian
utama.

3. Orang atau obyek apapun yang menghadap ke arah tertentu hendaknya mempunyai
ruangan yang lebih besar di depannya daripada di belakang, sehingga berkesan orang itu
memandang atau menuju ke suatu tujuan tertentu.

Praktek penggunaan komposisi di lapangan sebaiknya diawali dengan mengasah


kepekaan estetik melalui kliping karya-karya fotografi yang pernah dikumpulkan. Kegiatan
ini dapat ditingkatkan dengan mencoba untuk meng ‘croping’ (membuang) bagian-bagian
foto yang tidak perlu

Basic Light Patterns


In this article I will provide you with some diagrams of light patterns and its brief descriptions. The intention of
this article is to introduce these names and light setups, which you will encounter among photographers.
 Butterfly
 Loop
 Rembrandt
 Split Lighting
 Broad Lighting
 Short Lighting

Butterfly
This probably is one of the most used light pattern and I would say the easiest ones. The light is placed above the
camera but closer to the subject, so there is a small shadow under the nose of the person. The shape of the
shadow could remind you a butterfly, which gave the name to the light pattern. This light pattern could be
combined with short lighting (see below). When using the pattern don't forget to let the in the eye sockets of the
subject, it will make nice eye catchlights.

45
Butterfly pattern

~ Top ~

Loop
With this light pattern you create a small loop-like shadow on either side of the nose. It is achieved by placing
the main light source above the camera (almost like with Butterfly pattern) and moving it slightly to a side. Just
watch for the changes in the nose shadow and don't forget cast some light into the eye sockets. The light pattern
will create the results as shown below in the image:

Loop pattern

~ Top ~

Rembrandt
This light pattern was named because of the great master, who often used the light pattern in his portraits. The
general idea of the pattern is to create a small upside-down triangle on the opposite to the light cheek on the
subject's face. This is a very flattering pattern (especially for people with prominent cheekbone structure) and was
often used in old Hollywood portraits. And as usual watch for the catchlights in both eyes. To create this pattern
you have move the main light source closer to the subjects face and to the side and a bit above the eye level. You
have to play with the light a bit to ensure that there is a definite triangle on the subject's cheek as well the light
reaches the both eyes.

46
Rembrandt lighting pattern

~ Top ~

Split Lighting
This is very simple pattern and often used for dramatic results, so don't over use it in your studio. The concept is
reflected by the name - you split the subject's face with the light. So only half of the face is lit by the light, the
other half lays in the shadow. As you understand, the main light source is placed way to the side of the subject
and almost on the same plane as the subject's head.

Splitt lighting pattern

~ Top ~

Broad Lighting

47
Here I want to say not a particular light pattern, but somewhat a combination of light patterns with subject's and
main light's orientation to the camera. As you noticed, all light patterns were shown for a full face view. When
you turn the subject's face to 3/4 view you have two choices to place the main light, which will create different
effects. Broad lighting will create an effect of a broad face, because the wider [visible] part of the face, neck and
shoulders will be lit and as such more prominent in the photograph. This approach is flattering mostly for slim
and thin people, don't use it with heavy people, it will produce the opposite effect.

Broad lighting

To achieve this effect you have to place the main light to the opposite side from the direction of the subject's
face. So if the subject looks to your left (to the camera's left) - as shown below - you place the main light to your
(camera's) right or very close to the camera.

48
Broad lighting studio setup

~ Top ~

Short Lighting
This approach is opposite to the broad lighting and achieves opposite results, it reduces the visible part of the
subject's face, neck and shoulders that are lit by the main light. As the result, the heavy people with such
approach seem thinner, which creates a flattering effect.

49
Short lighting

The diagram below shows the main light placement in relation to the camera and the subject. In contrary to the
broad lighting the main light is placed in front of the subject's face (butterfly light pattern is often used with this

approach.

50
Short lighting studio setup

51

Anda mungkin juga menyukai