Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA TERHADAP SISTEM KETATANEGARAAN

REPUBLIK INDONESIA BERDASARKAN PERSPEKTIF UUD 1945

Chania Yasmin dan Theresia Yuriandani


Bahasa Inggris Fakultas Bahasa Inggris, Politeknik Negeri Sriwijaya Jl.Sungai Sahang No.3654, Lorok Pakjo,
Kec.Ilir Bar.1, Kota Palembang,Sumatera Selatan 30151
Telp (0711)353414
E-mail : yuriandanitheresia@gmail.com
chaniayasmin@icloud.com

ABSTRAK

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia. UUD 1945 merupakan dasar konstitusi negara
Indonesia. Pancasila mengandung nilai-nilai yang hendaknya dapat diterapkan masyarakat.
Sedangkan UUD 1945 memuat dasar hukum yang bentuknya tertulis. Menurut Winarno dalam buku
Paradigma Baru Pendidikan Pancasila (2016) karya Winarno, Pancasila merupakan dasar negara
Indonesia, kedudukan pancasila sebagai dasar negara bersifat kuat tetap dan tidak dapat diubah
karena terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea ke empat. Walaupun tidak disebutkan
secara eksplisit. Mengutip dari buku Pendidikan Pancasila (2019) karya Irawaty, Pembukaan UUD 1945
adalah pokok kaidah yang dijadikan landasan serta peraturan hukum tertinggi bagi bentuk hukum
lainnya, termasuk hukum dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis. Antara Pancasila sebagai dasar
negara dan UUD 1945, khususnya bagian pembukaan, sebagai dasar hukum, keduanya memiliki
hubungan yang saling berkaitan atau tidak dapat dipisahkan. Dapat digambarkan jika Pancasila adalah
rohnya, sedangkan UUD 1945 adalah raganya. Pancasila merupakan unsur pokok dalam Pembukaan
UUD 1945. Unsur pokok ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal UUD 1945, sebagai
norma hukum dasar dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Melansir dari buku Pendidikan
Pancasila: Pendekatan Berbasis Nilai-Nilai (2020) karya Ardhamon Prakoso, Pancasila yang termuat
dalam Pembukaan UUD 1945 berarti Pancasila memiliki kedudukan yang kuat dan posisinya tidak
dapat tergantikan. Pancasila merupakan dasar filsafat negara yang termuat dalam Pembukaan UUD
1945. Artinya setiap hal dalam konteks penyelenggaraan negara harus sesuai dengan nilai Pancasila,
termasuk peraturan, perundang-undangan, pemerintahan, sistem demokrasi, dan lainnya. Maka dapat
disimpulkan bahwa Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945 merupakan hubungan yang sifatnya
formal. Artinya Pancasila dijadikan dasar dalam penyelenggaraan negara, serta sebagai norma positif.
Pancasila memiliki kedudukan yang kuat dan tidak dapat diubah. Sedangkan Pembukaan UUD 1945
berkedudukan sebagai tertib hukum tertinggi. Selain itu, Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 juga
memiliki hubungan material. Artinya UUD 1945 merupakan kaidah hukum negara Indonesia, yang
mana seluruh unsur dan pokok kaidahnya bersumber dari Pancasila. Maka dapat dikatakan jika
Pancasila juga merupakan tertib hukum Indonesia.

Kata kunci : Pancasila,Sistem Ketatanegaraan,UUD 1945


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila sebagai paradigma karakter bangsa dapat dilihat dari dua sudut, secara hitoris dan secara kultural.
Pertama, secara historis, Pancasila adalah merupakan suatu pandangan hidup bangsa yang nilai-nilainya sudah
ada sebelum secara yuridis bangsa Indonesia membentuk negara. Bangsa Indonesia secara historis ditakdirkan
oleh Tuhan YME, berkembang melalui suatu proses dan menemukan bentuknya sebagai suatu bangsa dengan
jati dirinya sendiri. Kedua, secara kultural dasar-dasar pemikiran tentang Pancasila dan nilai-nilai Pancasila
berakar pada nilai-nilai kebudayaan dan nilai-nilai religius yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri sebelum
mendirikan negara (Kaelan, 2011:8). Nilai-nilai tersebut harus diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, untuk menerapkan nilai pancasila tersebut menurut Zabda (2016) menyatakan Sila Ketuhanan
Yang Maha Esa, dapat dioperasionalkan seperti: setiap orang Indonesia seharusnya beriman kepada Tuhan
Yang Maha Esa, yang wujud perilakunya adalah menjalankan perintah ajaran agamanya masing, bertoleransi
terhadap orang lain yang menjalani ajaran agamanya. Kemudian mengamalkan ajaran agama betul memberi
manfaat bagi kepentingan orang lain/banyak. Sila Kemanusian yang adil dan beradab, diwujudkan dalam
bentuk perilaku yang saling menghargai harkat dan martabat manusia, kesamaan dalam kemasyarakatan dan
hukum, saling mengasihi, dan menyayangi satu sama lain hingga mewujudkan kondisi yang serasi selaras
dalam masyarakat. Sila Persatuan Indonesia, diwujudkan tiadanya diskriminasi individu dan antar golongan,
kesedian bekerjsasama untuk kepentingan bersama, bergotong royong, rela berkorban, senantiasa sama
berupaya menciptakan kerukunan, mencitai tanah air dengan cara mencintai karya bangsa sendiri, dan lain-
lain. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Sila itu
diwujud ke dalam menyelesaikan masalah dengan musyawarah, demokrasi substansial, dan tidak memaksakan
kehendak, dan seterusnya. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, diwujudkan dalam bentuk
perilaku menghargai hak orang lain, karya cipta orang lain, mengedepankan kewajiban kemudian hak yang
dilaksanakan secara seimbang. Berdasarkan hal itu, maka diupayakan konsep yang efektif dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia. Konsep yang dibangun dalam tulisan ini yaitu bagaimana implementasi nilai
pancasila dalam sistem ketatanegaraan Indonesia dan bagaimana sistem ketatanegaraan Indonesia
berdasarkan UUD 1945. Maka dari itu penulis tertarik membuat artikel ilmiah ini yang berjudul
“IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA TERHADAP SISTEM KETATANEGARAAN REPUBLIK
INDONESIA BERDASARKAN PERSPEKTIF UUD 1945” .

1.2 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan maka artikel ilmiah ini hanya
difokuskan pada pembahasan mengenai Implementasi Nilai Pancasila terhadap Sistem
Ketatanegaraan Republik Indonesia Berdasarkan Perspektif UUD 1945.

1.3 Hipotesis

Pancasila dan UUD 1945 sudah seharusnya menjadi pedoman bagi Republik Indonesia karena
Antara Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945, khususnya bagian pembukaan, sebagai dasar
hukum, keduanya saling berkaitan atau tidak dapat dipisahkan. Dapat digambarkan jika Pancasila
adalah rohnya, sedangkan UUD 1945 adalah raganya. Pancasila merupakan unsur pokok
dalam Pembukaan UUD 1945.
1.4 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam artikel ilmiah ini dapat digambarkan sebagai berikut

Nilai Pancasila
terhadap sistem
Kelembagaan Negara Hubungan Nilai Pancasila dengan UUD
ketatanegaraan
menurut UUD 1945 1945 dan Pasal-Pasal UUD 1945
berdasarkan
UUD 1945

Struktur Pemerintahan Indonesia


menurut UUD 1945

1.5 Metodeologi
Metode yang dipakai dalam pembuatan pembahasan ini ialah metode studi pustaka . Menurut M.Nazir
dalam bukunya yang berjudul ‘Metode Penelitian’ mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan :
“Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan
terhadap buku-buku, litertur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya
dengan masalah yang dipecahkan.”(Nazir,1988: 111). Studi Kepustakaan yaitu mengadakan
penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan
permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Penelitian tersebut bertujuan untuk memperoleh
pemaparan yang objektif mengenai analisis bagaimana peranan Pancasila dalam berjalannya sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia yang dipadukan dengan unsur-unsur hukum dimasa sekarang.

BAB II
2. Kajian Teori

2. 1 Implementasi
Implementasi dalam hal ini dapat diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan ataupun juga
keadaan gerak, tentunya pelaksanaan atau keadaan gerak dari nilai pancasila dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia. Secara teoritis nilai dasar Pancasila pada umumnya dikemukakan Dayanto
(2013) menyatakan konsepsi paradigmatik Negara hukum Indonesia yang hendak dibangun dan
dikembangkan tidak bisa dipisahkan dari Pancasila sebagai ideologi atau jalan hidup (modus vivendi)
berbangsa dan bernegara yang secara yuridis-konstitusional sudah diterima dan ditetapkan pada 18
Agustus 1945 sebagai filsafat dan ideologi negara sebagaimana terdapat dalam alenia keempat
Pembukaan UUD 1945 yang menyebutkan bahwa: “…dengan berdasar pada Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan Yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Nilai-nilai pancasila tersebut harus sesuai sistem
ketatanegaraan Indonesia terutama dalam penyelenggaraan sistem pemerinatahan yang demokratis.
2.2 Sistem Ketatanegaraan Indonesia
Kamus Besar Bahasa Indonesia, mendefinisikan kata “system” diartikan sebagai:
(1) seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehngga membentuk suatu totalitas;
(2) susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dan sebagainya;
(3) metode (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Sastra, 1990:78

Sistem ketatanegaraan Indonesia dalam penjelasan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada
pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, itu artinya Negara Indonesia
merupakan Negara yang menjunjung tinggi aturan hukum karena hukum sebagai pengontrol social.
Dalam pandangan Sakban (2016:55) menjelaskan bahwa karena kesepakatan Pancasila sebagai
dasar negara, maka Pancasila pun menjadi sumber hukum yang ditetapkan dalam Ketetapan MPR
Nomor III/MPR/2000 Pasal 1 Ayat (3) yang menyebutkan, “Sumber hukum dasar nasional adalah
Pancasila sebagaimana yang tertulis dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia, dan batang tubuh Undang-
Undang Dasar 1945”.

2.3 Nilai-Nilai Pancasila


Nilai – nilai yang terkandung dalam Pancasila Menurut Rahayu ( 2013 : 32) Adapun nilai-nilai
yang terkandung dalam setiap sila-sila Pancasila adalah sebagai berikut :
1. Nilai Ketuhanan Nilai Ketuhanan mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan bangsa
Indonesia terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Nilai ini menyatakan bangsa
Indonesia adalah bangsa yang religius dan sebagai bentuk pengejewantahan tujuan manusia sebagai
makhluk Tuhan yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing – masing.
2. Nilai Kemanusiaan Nilai Kemanusiaan mengandung arti kesadaran sikap dan perilaku yang sesuai
dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan
memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya, dan adanya pengakuan terhadap hak asasi
manusia.
3. Nilai Persatuan Nilai persatuan tercermin dalam sila Persatuan Indonesia yang merupakan suatu
kesatuan yang bersifat sistematis. Dalam sila persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara
adalah penjelmaan sifat kodrati manusia monodualis yaitu sebagai individu dan makhluk sosial.
4. Nilai Kerakyatan Nilai Kerakyatan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga - lembaga perwakilan.
Sebagai penjelmaan sifat kodrati manusia sebagai makhluk indvidu dan makhluk sosial serta
terkandung nilai demokrasi yang tidak hanya mendasarkan kebebasan individu.
5. Nilai Keadilan Nilai Keadilan mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya
masyarakat Indonesia yangadil dan makmur secara lahiriah ataupunbatiniah. Nilai keadilan tercermin
dalam sila kelima terkandung yang merupakan tujuan negara sebagai tujuan dalam hidup bersama.
BAB III

3.1 Objek

Adapun objek yang diteliti oleh penulis yaitu Sistem ketatanegaraan. Sistem ketatanegaraan
Indonesia dalam penjelasan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 1 ayat (3) bahwa Negara
Indonesia adalah Negara hukum, itu artinya Negara Indonesia merupakan Negara yang menjunjung
tinggi aturan hukum karena hukum sebagai pengontrol social.. sistem ketatanegaraan yang diartikan
sebagai suatu susunan ketatanegaraan, yaitu segala sesuatu yang berkenaan dengan organisasi
negara, baik menyangkut susunan dan kedudukan lembaga-lembaga negara berkaitan dengan tugas,
fungsi dan wewenangnya masing-masing maupun hubungan satu sama lain

BAB IV

Pembahasan

4.1 Hubungan Pancasila dengan UUD 1945 dan Pasal-pasal UUD 1945

Inti dari Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada hakikatnya terdapat dalam alinea ke IV,
sebab segala aspek penyelenggaraan pemerintahan negara berdasarkan Pancasila terdapat dalam
alinea IV yang berbunyi: “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan,
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
secara formal yuridis Pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia. Maka
hubungan antara Pembukaan UUD 1945 adalah bersifat timbal balik sebagai berikut:

a. Hubungan secara formal

Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan UUD 1945, maka Pancasila
memperoleh kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Dengan demikian tata kehidupan
bernegara tidak hanya bertopang pada asas-asas sosial, ekonomi, politik akan tetapi dalam
perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural,
religius, dan asas-asas kenegaraan yang unsurnya terdapat dalam Pancasila. Berdasarkan tempat
terdapatnya Pancasila secara formal dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Bahwa rumusan Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia adalah seperti yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV.
2) Bahwa Pembukaan UUD 1945 berdasarkan pengertian ilmiah merupakan pokok kaidah negara
yang fundamental dan terhadap tertib hukum Indonesia mempunyai dua macam kedudukan, yaitu:

a) Sebagai dasarnya, karena Pembukaan UUD 1945 itulah yang memberikan faktor-faktor mutlak
bagi adanya tertib hukum Indonesia.

b) Memasukkan dirinya di dalam tertib hukum tersebut sebagai tertib hukum tertinggi.

3) Bahwa dengan demikian Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi selain sebagai
Mukadimah dari UUD 1945 dalam kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, juga berkedudukan sebagai
suatu yang bereksistensi sendiri yang hakikat kedudukan hukumnya berbeda dengan pasal-pasalnya.
Karena pembukaan UUD 1945 yang intinya adalah Pancasila adalah tidak tergantung pada Batang
Tubuh UUD 1945, bahkan sebagai sumbernya.

4) Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan mempunyai hakikat, sifat, kedudukan, dan
fungsi sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, yang menjelmakan dirinya sebagai dasar
kelangsungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamirkan tanggal 17 Agustus
1945.

5) Bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945, dengan demikian mempunyai kedudukan
yang kuat, tetap, dan tidak dapat diubah dan terlekat pada kelangsungan hidup Negara Republik
Indonesia.

Dengan demikian, Pancasila sebagai substansi esensial dari Pembukaan dan mendapatkan
kedudukan formal yuridis dalam Pembukaan, sehingga baik rumusan maupun yuridiksinya sebagai
dasar negara adalah sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Maka perumusan yang
menyimpang dari Pembukaan tersebut adalah sama halnya dengan mengubah secara tidak sah
Pembukaan UUD 1945, bahkan berdasarkan hukum positif sekalipun, dan hal ini sebagaimana
ditentukan dalam ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 (juncto Tap No. V/MPR/1973).

b. Hubungan secara Material

Bilamana kita tinjau kembali proses perumusan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, maka secara
kronologis, materi yang dibahas oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat Pancasila,
baru kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah pada sidang pertama Pembukaan UUD 1945 BPUPKI
membicarakan dasar filsafat negara Pancasila yang disusun oleh Panitia Sembilan sebagai wujud
pertama Pembukaan UUD 1945. Jadi berdasarkan urut-urutan tertib hukum Indonesia, Pembukaan
UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi, adapun tertib hukum Indonesia bersumberkan
pada Pancasila atau dengan lain perkataan Pancasila sebagai sumber tertib hukum Indonesia. Hal ini
berarti secara material tertib hukum Indonesia dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Pancasila sebagai sumber tertib hukum Indonesia meliputi sumber nilai, sumber materi,
sumber bentuk, dan sumber sifat. Selain itu, dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan
Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, maka sebenarnya secara
material yang merupakan esensi atau intisari dari pokok kaidah negara fundamental tersebut tidak
lain adalah Pancasila (Notonegoro, tanpa tahun: 40). Pasal-pasal dalam UUD 1945 adalah penjabaran
dari pokok-pokok pikiran yang ada dalam Pembukaan UUD 1945. Contoh:

1. Sila pertama, dijabarkan di pasal 29 UUD 1945, pasal 28E dan pasal 28J (UUD 1945 amandemen).
2. Sila kedua, dijabarkan di pasal 28 A-J yang memuat mengenai hak asasi manusia.

3. Sila ketiga, dijabarkan di pasal 18, pasal 35, pasal 36 UUD 1945.

4. Sila keempat dijabarkan pada pasal 2 s.d 24 UUD 1945.

5. Sila kelima dijabarkan pada pasal 33 dan 34 UUD 1945.

Atau dengan kata lain bahwa pembukaan UUD 1945 yang memuat dasar falsafah negara Pancasila,
merupakan satu kesatuan nilai dan norma yang terpadu yang tidak dapat dipisahkan dengan
rangkaian pasal-pasal dan batang tubuh UUD 1945. Jadi, Pancasila itu disamping termuat dalam
pembukaan UUD 1945 (rumusannya dan pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalamnya)
dijabarkan secara pokok dalam wujud pasal-pasal batang tubuh UUD 1945.

Pancasila adalah jiwa, inti sumber dan landasan UUD 1945. Secara teknis dapat dikatakan bahwa
pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945 adalah garis besar cita-cita yang
terkandung dalam Pancasila. Batang tubuh UUD 1945 merupakan pokok-pokok nilai-nilai Pancasila
yang disusun dalam pasal-pasal. Setiap pasal-pasal yg ada dalam UUD 1945 dibuat berdasarkan
dasar negara (Pancasila).

4.2 Struktur Pemerintahan Indonesia menurut UUD 1945

Sistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945 secara garis besar gambaran tentang sistem
pemerintahan negara yang dianut oleh UUD 1945 yang telah diamandemen adalah sebagai berikut:

1 Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal I ayat 2).

Dalam UUD 1945 yang telah diamandemen, MPR tidak mempunyai kewenangan untuk memilih
Presiden dan Wakil Presiden, tetapi hanya sebatas melantik (pasal 3 ayat 3 dan pasal 8 ayat 3).
Dengan demikian hanya dengan GBHN, UUD 1945 tidak lagi mengenal istilah GBHN sebagai produk
MPR. Kewenangan terbesar MPR adalah menetapkan dan mengubah UUD (pasal 3 ayat 1) selain
mengenai Pembukaan UUD dan bentuk Kesatuan Negara Republik Indonesia (pasal 37 ayat 5).

2. Sistem Konstitusional

Sistem konstitusional dalam UUD 1945 tercermin dalam ketentuan-Ketentuan sebagai berikut:

a. Kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2), b. MPR hanya dapat
memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD (pasal 3
ayat 3), c. Presiden RI memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD (pasal 4 ayat 1), d. Presiden
dan/atau Wakil Presiden sebelum memangku jabatanya bersumpah atau berjanji memegang teguh
UUD (pasal 9 ayat 1). Hak-hak DPR ditentukan oleh UUD (pasal 20A). Setiap UU yang berlaku tidak
boleh bertentangan dengan UUD pasal 24C ayat 1). Kewenangan lembaga negara ditentukan oleh
UUD (pasal 24C ayat I).h. Putusan dugaan pelanggaran oleh Presiden dan atau Wakil Presiden ole
Mahkamah Konstitusi menurut UUD (pasal 24C ayat 2).

3. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal I ayat 3)


4. Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintah menurut UUD (pasal 4 ayat 1). Namun dalam
kewajibannya Presiden dibantu oleh Wakil Presiden.

5.Presiden adalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang tertinggi. Presiden memegang


tanggung jawab atas jalannya pemerintahan menurut UUD, dan Presiden diberi kewenangan untuk
membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasehat dan pertimbangan
kepada Preisden.

6 Menteri negara ialah pembantu Presiden (pasal 17 ayat I), oleh karena itu kedudukan menteri
sangat tergantung pada Presiden (pasal 17 ayat 2)

7 Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas. Presiden selaku kepala negara mempunyai kekuasan
yang sangat luas, meskipun tidak bersifat mutlak. Kekuasaan kepala negara yang tidak tak terbatas
it adalah dimana kontrol DPR atas berbagai kewenangan presiden sangatlah dominan.

4.3 Kelembagaan Negara menurut UUD 1945

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Keanggotaan MPR terdiri atas anggota DPR yang dipilih melalui pemilu, dengan suara terbanyak dan
sedikitnya MPR bersidang sekali dalam lima tahun di ibukota negara. Kewenangan MPR adalah
mengubah dan menetapkan UUD (pasal 3).

2. Presiden dan Wakil Presiden

Presiden memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD, dan dalam melakukan kewajibannya
dibantu oleh seorang Wakil Presiden. Presiden berhak mengajukan RUU, dan menetapkan Peraturan
Pemerintah untuk menjalankan UO (pasal 5). Presiden memegang masa jabatan selama lima tahun.
Syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden adalah :

1. WNI sejak kelahirannya


2. Tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri.
3. Tidak pernah menghianati negara
4. Mampu secaraa jasmani dan rohani untuk melakukan kewajibannya
5. Syarat-syarat lainnya akan diatur dengan UU (pasal 6Syarat-syarat lainnya akan diatur
dengan UU (pasal 6).

3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Keanggotaan DPR dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak. DPR memiliki fungsi legislatif,
anggaran, dan pengawasan, untuk itu DPR diberikan hak-hak interpelasi, angket, menyatakan
pendapat, mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat serta imunitas (pasal 20).

4. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

Anggota DPD juga dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak dari setiap provinsi. DPD bersidang
paling sedikitnya sekali dalam setahun. DPD berhak mengajukan RUU kepada DPR dan ikut
membahasnya sesuai dengan bidangnya.

5. Komisi Pemilihan Umum (KPU)


KPU biasa ditugaskan dalam rangka Pemilu agar terselenggara sesuai asas (luberjurdil).

6. Bank Sentral

Negara memiliki satu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab dan
independensinya diatur dengan UU (pasal 23D).

7. Badan Pengawas Keuangan (BPK)

BPK diadakan untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang pengelolaan keuangan
yang bebas dan mandiri. Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan
DPRD untuk ditindklanjuti (pasal 23E).

8. Mahkamah Agung (MA)

Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan


guna menegakkan hukum dan keadilan, dan dilakukan ole sebuah MA dan badan peradilan yang
berada dibawahnya.

9. Komisi Yudisial

Komisi yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan
mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluruhan
martabat serta perilaku hakim.

10. Mahkamah Konstitusi

MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan tingkat terakhir yang putusannya bersifat final
untuk mengkaji UU terhadap UUD, dan lain-lain.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pancasila secara formal tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945, maka Pancasila memperoleh
kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Dengan demikian tata kehidupan bernegara tidak
hanya bertopang pada asas-asas sosial, ekonomi, politik akan tetapi dalam perpaduannya dengan
keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural, religius, dan asas-asas
kenegaraan yang unsurnya terdapat dalam Pancasila. Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai tertib
hukum yang tertinggi, adapun tertib hukum Indonesia bersumberkan pada Pancasila atau dengan
lain perkataan Pancasila sebagai sumber tertib hukum Indonesia. Dengan menggunakan sistem
ketatanegaraan berdasarkan pada nilai-nilai dan yang berhubungan dengan Pancasila, dapat
menjadikan karakter suatu bangsa memiliki moral yang sesuai dengan yang tercermin dalam sila-sila
Pancasila. Negara Indonesia dan masyarakat Indonesia dengan ketatanegaraannya berdasar pada
Pancasila akan membawa dampak positif bagi terbentuknya bangsa Indonesia.

5.2 Saran

Gunakanlah artikel ini sebagai sumber penambah ilmu dan wawasan. Semoga bermanfaat bagi kita
semua. Jika mendapat kekeliruan terhadap materi, kami harap bisa meluruskannya dan
memakluminya. Maka kami banyak berharap kepada para pembaca untuk tidak segan memberikan
kritik, saran, dan masukan yang membangun kepada kami.

DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.balitbangham.go.id/index.php/kebijakan/article/view/405

https://www.academia.edu/32947539/PANCASILA_DALAM_KONTEKS_KETATANEGARAAN_REPUBL
IK_INDONESIA_docx

https://www.researchgate.net/publication/345323993_IMPLEMENTASI_NILAI_PANCASILA_DALAM_
SISTEM_KETATANEGARAAN_INDONESIA

https://osf.io/preprints/inarxiv/vjc3u/

Anda mungkin juga menyukai