Filosofi Kuwangen
Filosofi Kuwangen
Oleh:
Ni Gusti Ayu Putu Suryani
NIP. 19660915 199903 2 001
UPT-PPKB
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
"Om Swastyastu"
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan anugerah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu
yaitu makalah yang berjudul "FILOSOFI KWANGEN SEBAGAI SIMBOLIS TUHAN
YANG MAHA ESA".
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari yang namanya
kata sempurna, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat, maupun isi. Oleh sebab itu
dengan segala kerendahan hati, kami selaku penulis menerima segala bentuk kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sekalian.
Demikian sepatah kata yang dapat kami sampaikan, kami berharap bahwa
makalah ini dapat memberikan wawasan kepada para khalayak umum serta para
pembaca sekalian.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa filosofi kwangen?
1.2.2 Apa saja unsur-unsur estetika pembentuk kwangen?
1.2.3 Apa hubungan antara bentuk, estetika, serta fungsi dari kwangen?
1.2.4 Bagaimana komposisi keindahan kwangen?
1.2.5 Bagaimana solusi agar masyarakat tahu makna kwangen?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Unsur-unsur Estetika Kwangen
Keindahan (estetika) hasil dari kreativitas manusia baik sengaja atau tidak, pada
prinsipnya adalah untuk memenuhi kepuasan bathun atau rohani bagi masyarakat.
Kehidupan manusia dalam kesehariannya selalu memerlukan keindahan untuk
memenuhi kepuasan bathinnya, baik yang diperoleh dari keindahan alami maupun
keindahan karya manusia. Manusia tidak dapat dipisahkan dengan keindahan (estetika),
karena keindahan sebagai penyeimbang logika manusia. Keindahan dan seni sebagai
penghalus hidup manusia. Tanpa keindahan (estetika), hidup manusia akan terasa kaku
dan kehilangan nilai rasa. Oleh karena itu kahadiran karya estetika sangat dibutuhkan
manusia sebagai penghalus rasa dalam kehidupannya. Demikian juga halnya dalam
simbol upakara "Omkara" dalam bentuk 'Kwangen' yang merupakan hasil buatan
manusia yang mengandung nilai estetika. "Kwangen" memang bukan karya seni, karena
tidak sengaja diciptakan untuk keperluan seni.
Akan tetapi tanpa disadari 'kwangen' yang merupakan sarana dalam
persembahyangan umat Hindu di Bali memiliki keindahan (estetika). "Kwangen"
sebagai sarana dalam persembahyangan yang ditujukan kepada Tuhan, hendaknya
membawa suasana bathin yang indah, senang, suci, kusyuk dan nyaman sehingga
memudahkan berkonsentrasi dalam memuja atau memulikan Tuhan. Karena itulah
"kwangen" dibuat dengan bentuk yang indah yang mampu menciptakan suasana senang,
suci, kusyuk dan nyaman dalam sembahyang.
1. Kojong kwangen
Kojong kwangen dibuat dari daun pisang, bagian bawahnya dibentuk lancip,
bagian atas lebih lebar, dan bagian depan atas terlihat ada lekukan atau cekungan.
Unsur ini dibentuk mengikuti kaidah-kaidah seni bentuk (seni rupa) sehingga bentuk
yang ditampilkan indah untuk dilihat. Lekukan kojong kewangen melambangkan
"Arda Candra", badan kojong melambangkan 'Suku Tunggal'.
4
2. Plawa
Plawa adalah sejenis daun-daunan (cukup selembar), daun yang dimaksud
bisa dari daun kemuning, daun pandan harum, daun kayu (puring) atau daun
sejenisnya. Pelawa tersebut melambangkan ketenangan dan kejernihan pikiran.
Pelawa juga memiliki bentuk dan warna yang menarik sehingga dapat mendukung
estetika "kwangen".
3. Porosan silih asih
Porosan silih asih adalah dua lembar daun sirih yang digabung berhadap-
hadapan, ditengahnya berisi kapur sirih dan buah pinang. Porosan silih asih simbol
dari kedekatan umat dengan Dewa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa). Unsur ini juga
melengkapi keindahan komposisi dari bentuk 'kwangen'.
4. Sampian kwangen
Sampian kwangen berbentuk cili dari daun kelapa (busung) dan dihiasi
dengan bunga-bunga yang harum. Sampian kwangen sebagai simbol "Nada". Unsur
ini paling dominan terlihat dalam mendukung estetika kwangen. Sampian kwangen
dari rangkaian tuesan/ rerunggitan daun kelapa yang melambangkan rasa ketulusan
hati, dibuat mengikuti unsur-unsur keindahan bentuk dan dipadukan dengan bunga
warna-warni serta harum serta penataan yang mengikuti komposisi seni bentuk (seni
rupa) tentu akan menambah keindahan (estetika) sebuah 'kwangen'.
5. Pis bolong
Pis Bolong atau uang kepeng adalah sejenis uang yang diperlukan dalam
upacara keagamaan umat Hindu. Uang kepeng melambangkan sesari / sarining
manah. Selain itu uang kepeng berfungsi sebagai penebus segala kekurangan yang
ada. Kalau kita perhatikan dengan seksama, uang kepeng juga memiliki keindahan
tersendiri yang terdapat huruf mandarin dan Sanskerta pada sisi uang tersebut.
Keindahan uang kepeng ini tentu juga mendukung estetika dari 'kwangen'. Uang
kepeng simbol dari "Windu" (O), yaitu penyatuan Siwa Budha.
5
6. Bunga
Bunga yang digunakan adalah bunga yang berbau harum dan tidak layu.
Bunga merupakan simbol dari rasa cinta kasih dan rasa bhakti. Contoh bunga yang
digunakan adalah bunga jepun (kamboja), pacah (pacar air), sandat (kenanga),
kembang kertas, dan lain-lain.
6
sarana dalam upacara yaitu sebagai pelengkap upakara atau bebantenan. Kwangen
paling banyak digunakan dalam upacara persembahyangan. Selain itu juga sebagai
pelengkap dalam upakara untuk upacara Panca Yadnya.
1. Dewa Yadnya, sebagai pelengkap banten tetebasan, prascita, dan berbagai j enis
sesayut.
2. Rsi Yadnya, juga sebagai pelengkap banten tetebasan.
3. Pitra Yadnya, dipakai dalam upacara menghidupkan mayat secara simbolis
untuk diupacarakan yaitu pada setiap persendian tubuhnya.
4. Manusa Yadnya, digunakan pada setiap upacara ngotonoin, potong gigi,
perkawinan, dan pelengkap banten.
5. Bhuta Yadnya, digunakan dalam upacara memakuh, macam, dan lain-lain.
1. Keseimbangan
Penataan unsur-unsur 'kwangen' dengan memperhatikan keseimbangan
antara bagian kiri dan kanan dengan menerapkan keseimbangan simetris yaitu
bagian kiri dan kanan diusahakan unsur-unsurnya memiliki bentuk, ukuran, dan
warna yang sama. Hal ini dilakukam agar 'kwangen' tidak berkesan berat sebelah.
2. Kesatuan
Penataan unsur-unsur 'kwangen' agar berkesan suatu keutuhan bentuk. Unsur
yang mendukung unsur yang lainnya sehingga tidak ada kesan yang lepas atau
terpisah antara bagian-bagian dari 'kwangen' itu sendiri. Penataan ini perlu
dilakukan agar pandangan orang terhadap 'kwangen' terfokus pada keutuhan bentuk
'kwangen'.
7
3. Irama
Penataan unsur-unsur 'kwangen' berdasarkan irama untuk menimbulkan
keharmonisan bentuk 'kwangen'. Penataan ini dapat dilakukan dengan mengatur
gradiasi bentuk, ukuran, dan warna unsur misalnya dari bentuk kecil ke bentuk yang
lebih besar dan kembali ke bentuk yang kecil, atau dari warna yang terang ke warna
yang lebih gelap dan kembali ke warna yang terang.
4. Proporsi
Proporsi merupakan perbandingan dalam penataan unsur-unsur pembentuk
'kwangen' termasuk ketepatan penempatan posisi dari masing-masing bagian dari
'kwangen' seperti penempatan sampian kwangen pada bagian belakang pis bolong
pada bagian depan dan sebagainya. Penempatan unsur-unsur kwangen yang tepat
pada posisinya tentu akan mendukung keindahan kwangen.
8
c. Rajin-rajin ikut acara yang berkaitan dengan upacara keagamaan seperti ngayah
mejejaitan, dharma wacana yang berkaitan dengan j ejaitan, dan lain-lain.
d. Rajin browsing internet jika sempat karena jaman sekarang sudah canggih,
segala informasi mudah untuk diakses.
e. Perlu diadakan pesantren budi pekerti tiap sebulan sekali di tiap-tiap banjar
karena biasanya kegiatan yang dilaksanakan tidak jauh-jauh dari mejejaitan.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agama Hindu terkenal dengan agama yang memiliki banyak sekali upacara
ritual serta sarana upakaranya. Upakara ritual pun kaya dengan jenis dan bentuk. Baik
dari bentuk yang paling kecil dan sederhana, sampai yang paling besar dan rumit.
Sebagai contoh dalam pelaksanaan upacara keagamaan atau dalam persembahyangan
diperlukan beberapa sarana, seperti penjor, gebogan, daksina, dan sebagainya.
Termasuk juga salah satunya adalah 'kwangen'. Kwangen memiliki makna dan arti yang
sangat penting, yaitu agar kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan harus selalu mengingat,
mengucap, dan selalu bersyukur kepada Tuhan. Dalam persembahan kwangen ini
biasanya disediakan berbagai macam sesajian seperti bunga yang indah dan harum serta
buah yang segar. Disini dapat diartikan bahwa Tuhan itu indah, harum, dan suci untuk
dipuja dan dimuliakan.
3.2 Saran
Sesungguhnya kwangen ini tidak hanya menjadi hiasan belaka. Namun
didalamnya sarat makna simbolisnya, dimana kwangen sebagai media bagi umat untuk
menghubungkan diri dengan sang pencipta yakni Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Seperti
yang kita ketahui bahwasanya kwangen tidak hanya digunakan atau dipakai pada
upacara persembahyangan saja tetapi juga dipakai sebagai pelengkap upacara-upacara
Panca Yadnya sebagai contohnya adalah pada upacara Bhuta Yadnya kwangen
ditempatkan diatas kulit binatang yang dipersembahkan, upacara Pitra Yadnya
diletakkan pada persendian-persendian seseorang yang sudah meninggal ataupun pada
puspa (sekah), upacara Dewa Yadnya kwangen dipakai sebagai pelengkap pedagingan.
Akan tetapi masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui makna serta fungsi dari
kwangen. Seharusnya mereka perlu diberi pengarahan atau bimbingan akan pentingnya
dari kwangen yang kita gunakan di setiap upacara keagamaan.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://hindualulcta.blogspotxom/2015/04/makna-dan-fungsi-kwangen.html
https://baliexpress.jawaposxoiTL/read/2017/07/30/4472/kwangen-punya-fungsi-
khusus-dalam-rsi-dan-pitra-yadnya
http://putriandiniidaaymrias.blogspotxom/2016/12/makna-kwangen
http://radheyasuta.blogspot.com/2012/07/kwangen-sebagai-simbolisasi-omkara.html
11