Anda di halaman 1dari 19

PENCATATAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

A. PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH


1. PENGERTIAN UMUM
Berdasarkan ketentuan umum UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan
daerah, sebagai berikut :
1. Daerah Otonomi
2. Wilayah Administratif
3. Urusan Pemerintahan wajib
4. Urusan Pemerintaha n pilihan
5. Pelayanan dasar
6. Standar pelayanan minimal
7. Cakupan wilayah
8. Perangkat daerah

2. KEUANGAN DAERAH
Ruang lingkup keuangan daerah berdasarkan Peraturan pemerintah No. 58
Tahun 2005 Pasal 2, meliputi sebagai berikut :
1. Hak daerah untuk pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan pinjaman
2. Kewajiban daerah untuk meyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan
membayar tagihan pihak ke tiga.
3. Penemerimaan daerah
4. Pengeluran daerah
5. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah.
6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.
3. PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Pasal , meliputi sebagai berikut.
1. Asas umum pengelolaan keungan daerah
2. Pejabat-pejabat yang mengelola keuangan daerah
3. Struktur APBD
4. Penyusunan RKPD,KUA,PPAS,dan RKA-SKPD
5. Penyusunan dan penetapan APBD
6. Pelaksanaan dan perubahan APBD
7. Penata usahaan keungan daerah
8. Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
9. Pengendalian defisit dan penggunaan surplus APBD
10. Pengelolaan kas umum daerah
11. Pengelolaan piutang daerah
12. Pengelolaan investasi daerah
13. Pengelolaan barang milik daerah
14. Pengelolaan dana cadangan
15. Pengelolaan utang daerah
16. Pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah
17. Penyelesaian kerugian daerah
18. Pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah
19. Peraturan pengelolaan keuangan daerah

4. ASAS UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH


Asas umum pengelolaan keuangan daerah diatur dalam Peraturaan Pemerintah
Nomor 58 Tahun 2005 Pasal 4, meliputi sebagai berikut.

1. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perudang-


undangan, efisiensi, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan asas keadilan, kepatuhan dan manfaat untuk
masyarakat.
2. Pengelola keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintregasi
yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan
daerah.
B. PENCATATAN PENDAPATAN

1. Pengertian Pendapatan
Pendapatan dalam akuntansi komersial adalah aliran kas masuk atau kenaikan aset
entitas atau penurunan utang atau kombinasi keduanya dalam suatu periode yang
berasal dari penyerahan barang, jasa atau kegiatan utama lain dari suatu entitas.
Pendapatan daerah merupakan semua penerimaan pada bendahara umum daerah atau
bendahara penerimaan yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan menjadi hak pemerintah daerah dan tidak perlu dibayar
kembali oleh pemerintah daerah.

2. Klasifikasi pendapatan berdasarkan Pemendagri nomor 64 Tahun 2013, pendapatan


diklasifikasikan menjadi:
a) Pendapatan Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Pendapatan LRA adalah semua penerimaan rekening kas umum negara/daerah
yang menambah saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar oleh
pemerintah, atau Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh entitas pemerintah
melalui bendahara yang menambah SiLPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran)
pada tahun anggaran yang bersangkutan, yang menjadi hak pemerintah dan tidak
perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Pendapatan LRA dicatat berdasarkan
basis kas (hanya akan mencatat transaksi jika ada penerimaan atau pengeluaran),
yaitu dicatat apabila pendapatan tersebut sudah berupa kas dan disajikan dalam
laporan realisasi anggaran.
b) Pendapatan Laporan Operasional (LO)
Pendapatan LO merupakan hak pemerintah yang diakui sebagai penambah ekuitas
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
Pendapatan LO dicatat berdasarkan basis akrual (Ketika timbulnya hak atas
pendapatan walaupun belum ada penerimaan kas atau pengeluaran kas), yaitu
dicatat pada saat transaksi pendapatan terjadi tanpa memperhatikan saat
penerimaan kas dan disajikan dalam laporan operasional.
3. Klasifikasi pendapatan berdasarkan sumbernya:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
yaitu pendapatan daerah yang bersumber dari daerah itu sendiri.
Komponen pendapatan asli daerah yaitu:
1) Pajak daerah, adalah kontribusi wajib kepada daerah terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang.
Pajak daerah ini digunakan untuk keperluan daerah Bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Menurut undang-undang nomor 28 tahun 2009 jenis-
jenis pajak daerah dibagi jadi 2 bagian yang dipungut Pemerintah
kabupaten atau kota dan yang dipungut oleh pemerintah provinsi, jadi
pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah Kabupaten atau kota ada
pajak hotel pajak, restoran pajak hiburan, pajak reklame, selain itu ada
pajak penerangan jalan pajak air tanah pajak parker dan pajak bumi dan
bangunan untuk pedesaan dan perkotaan. Pajak daerah yang dipungut oleh
pemerintah provinsi ada pajak kendaraan bermotor, bea balik nama
kendaraan bermotor, pajak air permukaan ,pajak bahan bakar kendaraan
bermotor, dan pajak rokok.
2) Retribusi daerah, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh
pemerintah daerah. Retribusi daerah dibagi menjadi tiga jenis seperti yang
tertuang dalam undang-undang nomor 28 tahun 2009 yaitu retribusi jasa
umum, retribusi jasa usaha, dan Retribusi perizinan tertentu.
3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, adalah penerimaan
yang diperoleh dari hasil keuntungan badan usaha milik daerah (BUMD)
dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
4) Lain-lain PAD yang sah, adalah penerimaan daerah yang tidak termasuk
dalam jenis pajak dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Sumber pendapatan daerah dari lain-lain PAD yang sah dapat berasal dari
hasil penjualan aset tetap dan aset lainnya, pengembalian kelebihan
belanja, keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing,
tuntutan ganti rugi, dan denda pajak.
b. Dana Perimbangan (transfer pendapatan)
Yaitu pendapatan yang bersumber dari transfer pemerintah pusat dalam rangka
pelaksanaam otonomi daerah atau Pendapatan Transfer adalah pendapatan berupa
penerimaan uang atau hak untuk menerima uang oleh entitas pelaporan dari suatu
entitas pelaporan lain yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan. Yang
tujuan utamanya untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat
semakin meningkat dan mengalami perbaikan, seperti pemerintah pusat
mengalokasikan dananya ke daerah otonom untuk renovasi sekolah sebagai
peningkatan pelayanan pada bidang Pendidikan,
Bentuk dari Dana perimbangan :
1) Dana bagi hasil pajak, dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk menandai
kebutuhan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi. Penerimaan pajak
berasal dari penerimaan pajak bumi dan bangunan (pbb), biaya perolehan
ha katas tanah dan bangunan (BPHTB), pajak penghasilan 25 dan pasal 29,
dan pajak penghasilan pasal 21.
2) Dana alokasi umum (DAU), Dana yang bersumber dari APBN yang
dialokasikan untuk pemerataan kemampuan keuangan pemerintah daerah,
dan membiayai segala pengeluaran dalam rangka mewujudkan
desentralisasi. Terdiri atas objek pendapatan dana alokasi umum.
3) Dana alokasi khusus (DAK), Dana yang telah dialokasikan dari APBN
kepada daerah tertentu. Dirinci menurut objek pendapatan menurut
kerugian yang ditetapkan oleh pemerintah.
c. Lain-lain pendapatan yang sah
adalah pendapatan yang tidak bisa digolongkan ke dalam pendapatan asli daerah
dan juga Dana perimbangan atau pendapatan transfer
Kelompok Lain-lain Pendapatan yang Sah, antara lain:
1) Hibah, merupakan bantuan berupa uang, barang, dan jasa yang berasal
dari pemerintah pusat, daerah yang lain, masyarakat, dan badan usaha
negeri atau luar negeri. Tujuannya untuk menunjang peningkatan
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.
2) Dana Darurat, dapat dialokasikan pada daerah dalam APBN untuk
mendanai keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana yang tidak
mampu ditanggulangi oleh daerah dengan menggunakan sumber APBD.
3) Dana bagi hasil pajak dari provinsi pada kabupaten/kota
4) Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh
pemerintah
5) Bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya.

4. Surplus nonoperasional
Pos surplus/deficit dari kegiatan non operasional terdiri dari pendapatan dan beban
yang sifatnya tidak rutin dan bukan merupakan tugas pokok dan fungsi entitas.
Surplus/defisit dari kegiatan non operasional adalah kenaikan atau penurunan
Ekuitas yang berasal dari kegiatan non operasional diantaranya surplus/defisit
penjualan Aset non lancar, surplus/defisit penyelesaian kewajiban jangka panjang,
dan surplus/defisit dari kegiatan non operasional lainnya. Sementara itu, surplus
anggaran daerah adalah selisih lebih antara pendapatan daerah dan belanja daerah.
Sementara itu, defisit anggaran daerah adalah selisih kurang antara pendapatan
daerah dan belanja daerah.

5. Pendapatan luar biasa


Pos luar biasa terdiri dari pendapatan dan beban yang sifatnya tidak sering terjadi,
tidak dapat diramaikan, dan berada di luar kendali entitas. Pos luar biasa
menampung kenaikan atau penurunan Ekuitas akibat peristiwa luar biasa yaitu
kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa, tidak diharapkan
sering atau rutin terjadi, dan berada diluar kendali atau pengaruh entitas
bersangkutan. Pos
luar biasa terdiri dari pendapatan luar biasa dan beban luar biasa. Suatu transaksi
digolongkan sebagai kejadian luar biasa apabila memenuhi kondisi:
1) kejadian yang tidak dapat diprediksi pada awal tahun anggaran;
2) tidak diharapkan terjadi berulang-ulang; dan
3) kejadian diluar kendali entitas pemerintah
C. PENCATATAN BELANJA
A. DEFINISI BELANJA
Belanja adalah semua pengeluaran yang telah diterbitkan SP2D yang mengurangi
Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak
akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Belanja merupakan
unsur/komponen penyusunan Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Belanja terdiri
dari belanja operasi, belanja modal, dan belanja tak terduga, serta belanja transfer.

B. Jenis – Jenis Belanja


a. Belanja oprasi
Belanja Operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari yang
memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi antara lain meliputi belanja
pegawai, belanja barang dan jasa, belanja bunga, belanja subsidi, belanja
hibah, dan belanja bantuan sosial.

b. Belanja Modal
Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan
aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja
modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan
bangunan, peralatan, dan aset tak berwujud dan pengeluaran setelah perolehan
yang menambah nilai aset yang bersangkutan (Subsequent Expenditures).
Nilai yang dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga beli/bangunan
asset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan
aset sampai aset tersebut siap digunakan.

c. Belanja Tak Terduga


Belanja Tak Terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang
sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan
bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang
sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan Pemerintah
Kota.

d. Belanja Transfer
Belanja Transfer adalah belanja berupa pengeluaran uang atau kewajiban
untuk mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada suatu entitas
pelaporan lain yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.

D. PENCATATAN PEMBIAYAAN

A. Definisi Pembiayaan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 02,
pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik
penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali,
yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup
defisit dan/atau memanfaatkan surplus anggaran, Penerimaan pembiayaan antara
lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil investasi. Sementara itu, pengeluaran
pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman.
pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah
Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun anggaran yang akan datang Esensi pokok
pembiayaan (financing) adalah pemanfaatan surplus dan penutupan defisit
anggaran.

B. Elemen Pembiayaan

1. Penerimaan pembiayaan, yaitu semua penerimaan rekening kas umum daerah


antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah,
hasil privatisasi perusahaan daerah, penerimaan kembali pinjaman yang
diberikan kepada pihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan
pencairan dana cadangan
2. Pengeluaran pembiayaan, yaitu semua pengeluaran rekening kas umum
negara/daerah, antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga,
penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam
periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan
Pembentukan dana cadangan berfungsi untuk mendanai kegiatan yang
penyediaan dananya tidak dapat sekaligus sepenuhnya dibebankan dalam satu
tahun anggaran
3. Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah
dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu
E. . PENCATATAN KEWAJIBAN
1. . Pengertian Kewajiban
Pengertian kewajiban sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) No. 09 adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesainya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
Pengertian menurut Fahmi, hutang adalah kewajiban, maka hutang merupakan
kewajiban yang di mikili oleh pihak perusahaan yang bersumber dari dana eksternal
baik yang berasal dari sumber pinjaman perbankan,leasing,penjualan obligasi dan
sejenisnya. Karakteristik utang kewajiaban adalah bahwa pemerintah mempunyai
kewajiban sampai saat ini yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan pengorbanan
sumber daya ekonomi dimasa yang akan datang.
Ada 3 karakteristik penting, yaitu:

a) Adanya kewajiban (artinya sudah terjadi yang menimbulkan kewajiban


membayar)

b) Berasal dari kejadian masa lalu

c) Mengakibatkan adanya arus keluar dari sumber daya (kas, barang, dan jasa)

2. Klasifikasi Kewajiban
Kewajiban pemerintah diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kewajiban jangka
pendek dan kewajiban jangka panjang:

a) Kewajiban Jangka Pendek, merupakan kewajiban yang diharapkan dibayar


dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Beberapa kewajiban
jangka pendek, seperti utang transfer pemerintah atau utang kepada pegawai
merupakan suatu bagian yang akan menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan
berikutnya.

b) Kewajiban jangka pendek lainnya. Misalnya bunga pinjaman, utang jangka


pendek dari pihak ketiga, utang Perhitungan Pihak Ketiga, dan bagian lancar utang
jangka panjang. Kewajiban Jangka Panjang, merupakan kewajiban yang jatuh
tempo lebih dari 12 bulan. Jika pada akhir periode akuntansi, pemerintah
mempunyai utang jangka panjang, maka pemerintah harus melakukan reklasifikasi
kewajiban tersebut ke kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.

Berikut penerapan nilai keuangan untuk masing-masing pos kewajiban pada laporan
keuangan seperti yang di jelaskan dalam PSAP No.09 paragraf 35-55:

a) Utang pihak ketiga, merupakan utang jangka pendek yang harus segera dibayar setelah
barang / jasa diterima.

b) Utang transfer, adalah kewajiban suatu entitas pelaporan untuk melakukan pembayaran
kepada entitas lain sebagai akibat ketentuan perundang-undangan.

c) Utang bunga, adalah biaya bunga yang telah terjadi dan belum dibayar yang harus diakui
dan dicatat pada setiap akhir periode pelaporan sebagi bagian dari kewajiban yang berkaitan.

d) Utang perhitungan pihak ketiga, adalah utang perintah daerah kepada pihak lain yang
disebabkan kedudukan pemerintah daerah sebagai pemotong pajak/ pungutan lainya.

e) Bagian lancar utang jangka panjang, adalah jumlah bagian utang jangka panjang yang akan
jatuh tempo dan harus dibayarkan dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan.

f) Kewajiban lancar lainnya, adalah kewajiban lancar yang tidak termasuk dalam kategori
yang ada.

g) Utang pemerintah yang tidak diperjualbelikan, adalah merupakan kewajiban entitas kepada
pemberi utang sebesar pokok utang dan bunga.

h) Utang pemerintah yang dapat diperjualbelikan. Jenis sekuritas utang pemerintah harus
dinilai sebesar nilai pari (original face value) dengan memperhitungkan atau premium
sebelum diamortisasi.
F. . PENCATATAN EKUITAS
1. Laporan Perubahan Ekuitas
Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara
aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan.

Sedangkan ekuitas menurut para ahli merupakan modal perusahaan yang hak
residu atas aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Atau dengan kata lain
ekuitas adalah salah satu sumber dana perusahaan yang berasal dari pemegang saham
atau pemilik perusahaan dan laba yang diperoleh perusahaan.

Sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No. 09


ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan
kewajiban pemerintah pada tanggal laporan.

Laporan perubahan ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos:

a) Ekuitas awal, yaitu ekuitas yang berasal dari akhir tahun sebelumnya yang diperoleh
dari laporan perubahan ekuitas tahun sebelumnya.

b) Surplus/defisit pada periode bersangkutan atau tahun berjalan.

c) Koreksi-koreksi yang langsung menambah atau mengurangi ekuitas, yang antara lain
berasal dari dampak kumalatif yang disebabkan oleh perusahaan kebijakan akuntansi
dan koleksi kesalahan mendasar, misalnya koleksi kesalahan mendasar dari persediaan
yang terjadi pada periode-periode sebelumnya, perubahan nilai aset tetap karena
revaluasi aset tetap.

d) Ekuitas akhir, yang diperoleh dari hasil penjumlahan antara ekuitas awal ditambah
surplus/defisit LO periode berjalan dan koreksi kesalahan.
2. Ekuitas SAL
Ekuitas SAL digunakan untuk mencatat akun perantara dalam rangka
penusunan laporan realisasi anggaran dan laporan perubahan SAL, yang mencakup
antara lain estimasi pendapatan, estimasi penerimaan pembiayaan, apropriasi belanja,
apropriasi pengeluaran pembiayaan, dan estimasi perubahan SAL, surplus/defisit-
LRA. Ekuitas untuk dikonsolidasikan digunakan untuk mencatat reciprocal account
untuk kepentingan konsolidasi, yang mencakup antara lain rekening koran PPKD.
G. PENGAKUAN,PENGUKURAN DAN PENGUNGKAPAN

1. Pengakuan dan pengukuran pendapatan LRA


a. Pengakuan Pendapatan LRA
Pendapatan diakui pada saat:

1) diterima di rekening kas umum daerah,atau

2)diterima oleh SKPD, atau

3) diterima entitas lain diluar pemerintah daerah atas nama BUD.

b. Pengukuran Pendapatan LRA

1) Akuntansi Pendapatan - LRA berdasarkan asas bruto,dan tidak mencatat


jumlah netonya.
2) Pendapatan - LRA diukur dengan menggunakan nilai nominal kas yang
masuk ke kas daerah dari sumber pendapatan dengan menggunakan asas
bruto.
3) Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan - LRA bruto (biaya)
bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan
terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai,maka asas bruto dapat
dikecualikan.
4) Pengecualian asas bruto dapat terjadi jika penerimaan kas dari pendapatan
tersebut lebih lebih mencerminkan aktivitas pihak lain daripada pemerintah
daerah atau penerimaan kas tersebut berasal dari transaksi yang
perputarannya cepat,volume transaksi banyak,dan jangka waktunya singkat.
2. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan LO

a. Pengakuan pendapatan LO

Pendapatan LO diakui pada saat:

- Timbulnya hak atas pendapatan (earned)


- Pendapatan direalisasi

1) Pengakuan pendapatan-LO pada PPKD

a) Pendapatan asli daerah (PAD)

Merupakan pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan


peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan
tersebut dapat dikelompokan kedalam 3 kategori,yaitu PAD melalui penetapan,
PAD tanpa penetapan,dan PAD

dari hasil eksekusi jaminan.

> PAD melalui penetapan

adalah tuntutan ganti kerugian daerah,pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan


pekerjaan,pendapatan denda pajak,dan pendapatan denda retribusi. Dapat diakui ketika telah
diterbitkan Surat Ketetapan atas pendapatan terkait.

>PAD tanpa penetapan

antara lain penerimaan jasa giro,pendapatan bunga deposito,komisi,potongan dan selisih


nilai tukar rupiah,pendapatan dari pengembalian,fasilitas sosial dan fasilitas
umum,pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan,pendapatan dari
angsuran/cicilan penjualan,dan hasil dari pemanfaatan kekayaan daerah. Tersebut diakui
ketika pihak terkait telah melakukan pembayaran langsung rekening kas umum daerah.

> PAD dari hasil eksekusi jaminan

Pendapatan hasil eksekusi jaminan diakui pada saat pihak ketiga tidak menunaikan
kewajibannya. PPKD akan mengeksekusi uang jaminan yang sebelumnya telah
disetorkan,dan mengakuinya sebagai pendapatan. Pengakuan ini dilakukan pada saat
dokumen eksekusi yang sah diterbitkan.

b) Pendapatan transfer

Pemerintah pusat akan mengeluarkan ketetapan mengenai jumlah jumlah dana transfer
yang akan diterima oleh pemerintah daerah.
c) Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Merupakan kelompok pendapatan lain yang tidak termasuk dalam kategori pendapatan
sebelumnya.

d) Pendapatan nonoperasional

Pendapatan nonoperasional mencakup antara lain surplus penjualan aset


nonlancar,surplus penyelesaian kewajiban jangka panjang,surplus dari kegiatan
nonoperasional lainnya.

2) Pengakuan pendapatan - LO pada SKPD

Alternatif pengakuan pendapatan tersebut dapat dibagi menjadi 3,yaitu:

a) Alternatif satu (1),yaitu kelompok pendapatan pajak yang didahului oleh penerbitan SKP
Daerah untuk kemudian dilakukan pembayaran oleh wajib pajak yang bersangkutan.

b) Alternatif dua (2),yaitu kelompok pendapatan pajak yang didahului dengan perhitungan
sendiri oleh wajib pajak (self-assessment) dan dilanjutkan dengan pembayaran oleh wajib
pajak berdasarkan perhitungan tersebut.

c) Alternatif tiga (3),yaitu kelompok pendapatan retribusi yang pembayarannya diterima


untuk memenuhi kewajiban dalam periode tahun berjalan.

b. Pengukuran pendapatan LO

1) Pendapatan LO nonpertukaran diukur sebesar aset yang diperoleh dari transaksi


nonpertukaran yang pada saat perolehan tersebut diukur dengan nilai wajar.

2) Pendapatan LO dari transaksi pertukaran diukur dengan menggunakan harga sebenarnya


(actual price) yang diterima ataupun menjadi tagihan sesuai dengan perjanjian yang telah
membentuk harga.

3. Pengakuan dan Pengukuran Belanja


a. Pengakuan belanja

1) Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening kas umum daerah.

2) Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran,pengakuan terjadi pada saat


pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh pengguna anggaran.

b) Pengukuran belanja

Akuntansi belanja dilaksanakan berdasarkan asas bruto dan tercantum dalam dokumen
pengeluaran yang sah.

4. Pengakuan dan Pengukuran pembiayaan

a. Pangakuan Pembiayaan

1) Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada rekening kas umum daerah.

2) Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari rekening kas umun daerah.

b. Pengukuran pembiayaan

1) Pengukuran pembiayaan menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai sekarang kas
yang diterima atau yang akan diterima dan nilai sekarang kas yang dikeluarkan atau yang
akan dikeluarkan.

2) Pembiayaan yang diukur dengan mata uang asing dikonversikan ke mata uang rupiah
berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada tanggal transaksi pembiayaan.

5. Pengakuan dan Pengukuran Kewajiban

a. Pengakuan kewajiban

Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya


ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada saat pelaporan.
Kewajiban dapat timbul dari:

1) Transaksi dengan pertukaran (exchange transactions).

2) Transaksi tanpa pertukaran (non-exchange transactions)

3) Kejadian yang berkaitan dengan pemerintah (government-related events)

4) Kejadian yang diakui pemerintah (government-acknowledged events).

b. Pengukuran kewajiban

Kewajiban dicatat sebesar nominal. Nilai nominal atas kewajiban mencerminkan


nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung seperti nilai
yang tertera pada lembar surat uang pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai