Belair
| Otonomi Daerah sebagai
Wujud Demokrasi dan Upaya
Mencegah Disintegrasi Bangsa
_ Pemerintah daerah dengan: ‘iny:
kebebasan untuk menentukan kebijal
melaksanakan pembangunan daerah
adanya rasa curiga dan khawatir terhadap —
_pemerintah daerah.Otonomi Daerah sebagai Wujud Demokrasi
URGENSI OTONOMI DAERAH
Rs ‘otonomi daerah yang seluas-
Tuasnya merupakan tema diskursus yang
sangat menarik tidak saja pada masa orde baru
bahkan pada saat-saat sckarang. Kalimat pela
sanaan otonomi daerah yang scluas-luasnya
‘masih merupakan tanda kutip yang penuh mis-
teri dari pelaksanaan perluasan otonomi dae-
rah yang sebenar-benarnya menurut Undang-
Undang tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok
Pemerintah di Daerah, apalagi pada masa pe-
‘merintaban orde baru, Rakyat Indonesia hanya
dieri kebjjakan retorika yang sangat manis da-
fam sistem pemerintahan sementara pelaksa
Naannya masih jauli dari harapan, sehingga
tidak heran banyak para pakar mempertanya-
Kan kenapa pelaksanaan otonomi daerah yang
dicanangkan oleh rezim orde baru pada tanggal
25 April 1995 hanya dilaksanakan pada 26 Dati
II di seluruh Indonesia bahkan ironisnya ha-
nya sebagai Daerah Otonomi Percontohan saja
yang jumlah dinas-dinas juga ditentukan oleh
pemerintah pusat dan sesuai realitas kondisi
pemerintah daerah,
Hal tersebut memperlihatkan bahwa be-
sarnya campur tangan pemeriniah pusat yang
tersentralisasi dalam setiap urusan pemerintah
daerah, banyaknya jumlah proyek dan besar-
nya jumlah dana pemberian proyek-proyek
DIP dan Inpres oleh pemerintah pusat menjadi
ukuran terhadap berhasil tidaknya pelaksa-
haan pembangunan di daerah, sementara peme-
rintah pusat selulu menekankan dan mengha-
ruskan agar pemerintah daerah mampu me-
ngembangkan dan membangun daerahnya
sendit tanpa campur tangan pemerintah pusat.
Terciptanya ketergantungan pemerintah
daerah kepada pemeriniah pusat tidak hanya
dapat ditelusuri dari besarnya jumlah anggaran
yang diperoleh pemerintah dacrah tetapi juga
Saiman
dalam proses pemilihan kepala-kepala dacrah
Yang selalu menimbulkan konflik di antara pe-
Jabat pemerintah daerah dikarenakan calon
kepala dacrah yang dinilai hasil aspirasi dan
‘musyawarah melalui pemilihan wakil-wakil
rakyat di dacrah menjadi berubah hanya gara
gara dinilai tidak sejalan dan sependapat de-
gan Kebijakan pemerintah pusat
Pentingnya pelaksanaan perluasan oto-
nomi daerah yang sebenar-henarnya berdasar-
Jndang No. 5 Tahun 1974
tang Pokok-Pokok Pemerintahan di
kan Undang.
Daerah
merupakan faktor yang sangat penting dalam
menyukseskan pelaksanaan pembangunan di
daerah maupun secara nasional dan terlebih
lagi untuk tereiptanya persatuan dan kesatuan
Bangsa Indonesia,
Adanya kemandirian dalam penentuan
Kebijakan daerah dan pelaksanaan pemba-
ngunan dapat men
ptakan kepereayaan dan
kepuasan dari pemerintah daerah yang pada
akhimya akan memberikan dukungan dan
Toyalitas kepada pemerintah pusat dalam pe
laksanaan Kebijakan Nasional Bangsa Indo
nesia.
Pelajaran dari pemberontakan yang ter-
jadi pada pemerintahan Presiden Sockarno,
salah satu penyebabnya karena pemetintah dae-
rah dianaktitikan oleh pemerintab pusat,ter-
nyata pelajaran ini Kurang menjadi perhatian
pada pemerintahan Presiden Soeharto sehingga
walaupun pertahanan dan keamanan (Stabi-
Titas) yang dilakukan oleh pemerintah pusat
melalui ABRI sangat solid dan loyal kepada
Socharto tetnyats tidak membuat eiut nyali
‘mahasiswa dan rakyat di daetal sehingga ter-
Jadilah reformasi pada tanggal 21 Mei 1998
yang Halu
Dahlan Ranuwihardja, tokob HMI dalam
seminar Lembaga Administrasi Negara (LAN)
32
Bestari, September-Desember 1998.1
a
rs
bn
Saiman
‘mengatakan “Mengapa sekarang ada upaya
menyalahkan Negara Kesatuan, lalu akan di-
anti dengan Negara Federal? Selama ini yang
salah bukan negara kesatuan, yang salah adalah
manian Presiden Socharto, yang tidak memberi
Kebebasan daerah untuk otonom selama dia
memerintah. Jad jangan negtranya diubah dan
disalahkan, akan tetapi Socharto diminta per-
fanggungjawabannya " (Republika, 14/9 1998),
SIDANG ISTIMEWA
MPR 1998
Otonomi Daerah sebagai Wujud Demokrasi
bagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasio-
nal yang Berkeadilan; serta Perimbangan Ke-
uangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia
‘Tap ‘MPR 1998 ini merupakan aspirasi
‘masyarakat khususnya masyarakat di dacrah
ddan sekaligus kebijaksanaan pemerintah dalam
rangka pelaksanaan reformasi total khususnya
reformasi di bidang pemerintaban dan demo-
krasi yang tentunya dalam pelaksanaan ‘Tap
MPR 1998 ini masih me-
merlukan Peraturan Pe=
Hasil Sidang Istimewa
MPR tanggal 10-13 No-
vember 1998 menetapkan
12 Ketetapan MPR, walau-
pun sebelum hingga selesai
Sidang Istimewa aksi demo
imahasiswa dan masyarakat
(termasuk tokob-tokoh ma-
syarakat) terjadi pro dan
Selama ini yang salah bukan
negara kesatuan, yang salah
adalah mantan Presiden
Soeharto, yang tidak
memberi kebebasan daerah
untuk otonom selama dia
memerintah. Jadi jangan
negaranya diubah dan
lahkan, akan tetapi
merintah yang lebih kon-
‘kret terutaia berkaitan
ppelaksanaan otonomi dae-
rah yang benar-benar de-
mokrasi.
Kasus-kasus de-
‘monstrasi seperti di Irian
Jaya, DI Aceh dan Timor
‘Timur merupakan kasus-
kontra terhadap pelaksa-
naan dan hasil-hasil sidang
istimewa MPR sehingga
‘menelan korbunt yany tidak terelakkan,
‘Terlepas dari pro dan kontra, maka per-
Kembangan di tingkat bawah (masyarakat),
‘mahasiswa maupun elite politik-pemerintah
‘merupakan gambaran awal dari apa yang di-
sebut sebagai demokrasi yang selama 32 tahun
terbelenggu oleh suatuy Kekuasaan yang ter-
pusat pada satu orang (presiden), schingga
‘menyambut pelaksanaan Sidang Istimewa 1998
anesa, berart) telah
potensi dacrahnya sendiri
torjadi kesenjangan yang.
sangat besar dan tidak
38
Restari, Seprember-Desember 1998sre mee ete Re
a ST
Saiman
‘Sesima masyarskat antara daerah di polosok
‘ezeri dengan daerah yang dekat dengan pusat
Semerintahan maupun terhadap pemerintah
jeesat yang majunya dactah pusat pemetintalian
sessebut dan sekitamnya itu dibiayai dengan
Sckayaan alam dari daerah pelosok seperti
-limantan yang kaya akan potensi alam
sermasuk Irian Jaya dan sebagainya
Dalam upaya mencegah terjadinya di-
sintegrasi bangsa Indonesia yang kita cintai in,
Scranya sudah saatnya pemerintah pusat harus
saelaksanakan perluasan otonomi dacrah de-
gan sebenar-benarnya tanpa alasan apapun.
Pemerintah daerah dengan sepenubnya diberi
Kebebasan untuk menentukan kebijakan dan
melaksanakan pembangunan daerah tanpa
adanya rasa curiga dan khawatir pemerintah
daerah akan melakukan disintegrasi yang
‘meliputi segala sektor kecuali urusan perta-
hanan keamanan, kebijakan keuangan dan
hubungan Iuar negeri.
Hal ini kiranya harus segera dilaksanakan
anpa menunggu bangsa Indonesia yang ber-
anekaragam sifat dan kemajemukannya hancur
berantakan dan membawa penderitaan yang
selama ini sudab cukup lama dirasakan.
Otonomi Daerah sebagai Wujud Demokrasi
DAFTAR PUSTAKA
Esten, Mussa. 1998, Negara Federal: Sebuah
Solus? Jakarta: Republika.
Maas, Ahmad Syafit. 1998. Akankah Bango ini
Beriahan? Jakarta: Republika,
Maschab, Meshuri, 1998, Tinjawan Empiris O1o-
hom Daerah Berdasarkan UU No.5/1974.
‘Yoayakana: FISIPOL UGM-CIDES.
Solan, 1998, Menyikapi Pemikiran Amien Rais:
Otonami arau Federasi. Jakarta: Republika
Suny, Ismail. 1998 Otonomi Daerah, Demokrasi
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Jakarta: Republika,
Suvaro, Pl, 1998, Negara Kesatuan dan Negara
Seria Jaana: Republika,
‘Thoha, Mifta, 1998. Oronomi Daerak Seluas-
Laasnya, Jakarta: Republika
Utomo, Warsito, 1998, Peneembangan Transparansi
Penyelongaaraan Pemerinahan Daerah (Di-
Imensi Administrasi Publik). Yogyskara: Fl
SIPOL UGM-CIDES.
Utomo, Warsito, 1998. Sistem Federal Dalam
‘Negara Kesaruan (Kasus Pengaturan Desen-
‘ralisas: Otonom). Masog: FISIP-UMM,
Zalkaenain, Happy Bone. 1994, Oronom dan Demo-
-ratisas dar Perspekif Regional. C518 Tahun
XX No.4
Bestari, September-Desember 1998