Anda di halaman 1dari 18

ANAMNESIS

Dalam melakukan anamnesis, pemeriksa harus berupaya agar tercipa suasana yang
kondusif sehingga orangtua, pengantar, atau pasiennya dapat mengemukakkan keadaan
pasien dengan spontan, wajar, namun tidak berkepanjangan. Pada saat-saat yang tepat
pemeriksa harus mengajukan pertanyaan yang lebih rinci dan spesifik sehingga dapat
diperoleh gambaran keadaan pasien yang jelas dan akurat.
Biasanya orang yang paling berkompeten untuk memberikan informasi tentang
keadaan anak adalah ibu pasien, terutama bagi anak usia balita. Namun pesatnya arus
globalisasi yang menyebabkan perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat mengubah pola
asuh anak, sehingga seringkali hal ini tidak memungkinkan lagi. Ibu yang sibuk karena
bekerja di luar rumah, peran baby sitter yang makin besar, makin sering kita jumpai dalam
masyarakat, khususnya di kota besar. Hal ini mencurigakan bahwa sebenarnya sang ibu tidak
begitu mengetahui keadaan anak. Dalam hal demikian, maka penilaian atau interpretasi
terhadap informasi yang diperoleh harus dilakukan dengan hati-hati.
Teknik pengambilan anamnesis adalah unik. Tiap pemeriksa mempunyai cara dan
polanya sendiri, dan tiap pasien menunjukkan gambaran riwayat keadaan sakitnya sendiri,
tidak ada yang sama, meskipun mungkin serupa. Bahkan dua anak dengan penyakit yang
sama pun seringkali mempunyai gambaran riwayat keadaan sakit yang berbeda. Pertanyaan
yang diajukan oleh pemeriksa sebaiknya tidak sugestif, dan dihindarkan pertanyaan yang
jawabannya hanya “ya” atau “tidak”; berikan kesempatan untuk menceritakan riwayat
penyakit sesuai dengan persepsinya.
Langkah-Langkah Pembuatan Anamnesis
a. Identitas Pasien
Identitas diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar-benar anak yang
dimaksud, dan tidak keliru dengan anak lain. Kesalahan indetifikasi pasien dapat
berakibat sangat serius, baik secara medis, etika, maupun hukum. Identitas pasien terdiri
dari:
 Nama
 Usia
 Jenis kelamin
 Nama orangtua
 Alamat
 Usia, pendidikan, dan pekerjaan orangtua
 Agama dan suku bangsa
b. Keluhan Utama
Anamnesis tentang penyakit pasien diawali dengan keluhan utama, yaitu keluhan atau
gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada riwayat perjalanan penyakit disusun cerita yang kronologis, terinci, dan jelas
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum terdapat keluhan sampai ia dibawa
berobat. Perlu ditanyakan perkembangan penyakit, kemungkinan komplikasi, gejala sisa,
bahkan juga kecacatan. Dari riwayat ini diharapkan dapat diperoleh gambaran kearah
kemungkinan diagnosis dan diagnosis banding.
Pada dugaan penyakit keturunan, misalnya asma, perlu ditanyakan apakah saudara
sedarah (sekandung, orangtua, atau generasi sebelumnya) ada yang mempunyai stigmata
alergi. Pada umumnya, hal-hal berikut perlu diketahui mengenai keluhan atau gejala:
 Lamanya keluhan berlangsung
 Bagaimana sifat terjadinya gejala: apakah mendadak, perlahan, terus menerus
berupa bangkitan-bangkitan atau serangan, hilang-timbul, apakah berhubungan
dengan waktu (misalnya terjadi waktu pagi, sore, malam)
 Untuk keluhan lokal harus dirinci lokasi dan sifatnya
 Berat-ringannya keluhan dan perkembangannya
 Terdapat hal yang mendahului keluhan
 Apakah keluhan baru pertama kali dikeluhkan
 Upaya yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya
d. Riwayat Penyakit yang Pernah di Derita
Penyakit yang pernah diderita anak sebelumnya perlu diketahui, karena mungkin
hubungannya dengan penyakit sekarang, atau setidaknya memberi informasi untuk
membantu pembuatan diagnosis dan tata laksana penyakitnya sekarang.
e. Riwayat Kehamilan Ibu
Hal pertama yang perlu ditanyakan adalah keadaan kesehatan ibu selama hamil, ada
atau tidaknya penyakit, serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut.
Ditanyakan juga berapa kali ibu melakukan antenatal, apakah ibu terkena infeksi tertentu
ketika hamil, dan obat-obatan yang diminum selama kehamilan. Selain itu masa
kehamilan juga perlu ditanyakan, apakah cukup bulan, kurang bulan, atau lewat bulan.
f. Riwayat Kelahiran
Riwayat kelahiran harus ditanyakan dengan teliti, termasuk tanggal dan tempat
kelahiran, siapa yang menolong, cara kelahiran (spontan, vakum), adanya kehamilan
ganda, keadaan segera setelah lahir. Berat dan panjang badan lahir selalu ditanyakan.
Dengan adanya data berat badan lahir serta masa gestasi yang diterapkan, maka dapat
diketahui apakah berat lahir sesuai untuk masa kehamilan, kecil untuk masa kehamilan,
atau besar untuk masa kehamilan. Keadaan ini, terutama pada neonates dengan berat
badan lahir rendah, dapat berperan dalam menentukan prognosis. Morbiditas yang
berhubungan dengan kelahiran dan selama masa neonatus perlu ditanyakan dengan rnci
termasuk terdapatnya asfiksia, trauma lahir, infeksi intrapartum, ikterus dan sebagainya
yang mungkin berhubungan dengan masalah yang dihadapi sekarang.
g. Riwayat Makanan
Pada anamnesis tentang riwayat makanan diharapkan dapat diperoleh keterangan
tentang makanan yang dikonsumsi oleh anak, baik dalam jangka pendek (beberapa waktu
sebelum sakit), maupun jangka panjang (sejak bayi). Kemudian dinilai apakah kualitas
dan kuantitasnya adekuat, yaitu memenuhi angka kecukupan gizi yang dianjurkan.
Pada hakekatnya anamnesis tentang masukan makanan ini merupakan analisis
makanan secara besar. Hasil analisis ini berperan terutama pada kelainan gizi dan
gangguan tumbuh-kembang, serta harus digabungkan dengan data lain yaitu hasil
pemeriksaan fisis, antroprometri, dan pemeriksaan penunjang bila terindikasi. Dengan
demikian akan dapat disimpukan status nutrisi pasien secara lebih akurat.
h. Riwayat Imunisasi
Status imunisasi pasien, baik imunisasi dasar maupun imunisasi ulangan (booster)
harus secara rutin ditanyakan. Hal-hal tersebut, di samping diperlukan untuk mengetahui
status perlindungan pediatric yang diperoleh, mungkin dapat membantu diagnosis pada
keadaan tertentu (misal penyakit polio hampir tidak permah terjadi pada anak yang sudah
mendapatkan imunisasi polio).
i. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Status pertumbuhan anak terutama pada usia balita dapat ditelaah dari kurva berat
badan terhadap usia dan panjang badan terhadap usia. Data ini dapat diperoleh dari Kartu
Menuju Sehat (KMS) atau kartu pemeriksaan kesehatan lainnya.
Kurva panjang atau tinggi badan pasien menggambarkan status pertumbuhan. Dari
pola kurva tersebut dapat dideteksi teradpatnya riwayat penyakit kronik, kekurangan
nutrisi yang berlangsung kronik, penyakit endokrionlogois dan lain-lainnya.
Selain itu, status perkembangan pasien perlu ditelaah secara rinci untuk mengetahui
apakah semua tahapan perkembangan dilalui dengan mulus atau terdapat penyimpangan.
Pada anak balita perlu ditanyakan beberapa patokan perkembangan di bidang motorik
kasar, motorik halus, sosial-personal, dan bahasa adaptif. Pada anak usia sekolah
perkembangan secara kasar dapat diketahui dengan menelaah prestasi belajar anak,
misalnya anak duduk di kelas berapa di sekolah. Seorang anak yang terlalu tua untuk
kelasnya atau anak yang beberapa kali tinggal kelas mengarahkan kita kepada gangguan
perkembangan kognitif.
j. Riwayat Keluarga
Data keluarga pasien perlu diketahui dengan akurat untuk memperoleh gambaran
keadaan sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan keluarga pasien.

(A)adalah saat pembuatan anamnesis. Anamnesis dimulai dengan keluhan utama (1), dilanjutkan
dengan riwayat perjalanan penyakit (2) secara kronologis dari sejak awal gejala (B) sampai saat
anamnesis. Menyusul kemudian riwayat penyakit terdahulu (3), yakni sejak lahir (C) sampai
timbulnya gejala. Selanjutnya diungkap riwayat kehamilan ibu (4), dan riwayat kelahiran (5).
Anamnesis harus dilengkapi dengan riwayat makanan (6), imunisasi (7) dan tumbuh kembang (8)
yang sebaiknya disusun secara kronilogis. Anamnesis diakhiri dengan rincian keadaan keluarga (9),
termasuk corak reproduksi

k. Corak Reproduksi Ibu


Tumbuh kembang, kesehatan, penyebab kesakitan dan kematian anak sangat erat
berhubungan dengan corak reproduksi ibu, yaitu:
- Usia ibu saat hamil
- Jarak kelahiran
- Jumlah kelahiran (paritas)
Di samping itu, corak reproduksi ibu merupakan salah satu determinan penting
sttus kesehatan ibu. Ibu dengan corak reproduksi yang tidak baik (misalnya
melahirkan diluar kurun usia optimal untuk melahirkan, jarak kelahiran yang terlalu
dekat, atau jumlah kelahiran yang terlalu banyak) akan kurang baik kesehatannya dan
kurang mampu menciptakan suasana pengasuhan anak yang baik.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Cara pendekatan dan pemeriksaan
• Bersikap informal dan sedikit santai
• pemeriksaan dilakukan ketika bayi dalam pangkuan ibu
• lambat laun kemudian dipindahkan ke mejaperiksa (dengan di ajak bicara dan sang
ibu memegang tungkainya)
• pada anak yang lebih besar mulai melakukan pendekatan dengan menanyakan (nama,
usia, sekolah , kelas dll).
• Pada pemeriksaan daat menceritakan sesuatu yang menyenangkan agak anak merasa
nyaman dan tidak ketakutan
• anak dengan penurunan kesadaran tidak perlu dilakukan dan langsung di periksa
Pada pemeriksaan fisis pada anak sama seperti pemeriksaan fisis pada dewasa yang
meliputi inspeksi, perkusi, palpasi, auskultasi. Pada keadaan tertentu urutan pemeriksaan
tidak harus berurutan. Pada bayi dan anak kecil, setelah inspeksi umum, dianjurkan untuk
melakukan auskultasi abdomen (untuk mendegarkan bising usus) serta auskultasi jantung
karena jika anak menangis, bising usus akan meningkat dan suara jantung sulit dinilai.
Pemeriksaan dilakukan pada ruangan yang tenang dengan pencahayaan cukup. Sebelum
pemeriksaan, pemeriksa harus mencuci tangan terlebih dahulu, kemudian tangan dikeringkan
dan dihangatkan. Pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh, dari ujung rambut sampai ujung
kaki, namun tidak harus dengan urutan tertentu. Pemeriksaan yang dilakukan dengan alat
seperti pemeriksaan tenggorok, mulut, telinga, suhu tubuh, dan tekanan darah sebaiknya
dilakukan paling akhir.
Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum
Kesan keadaan sakit, kesadaran, kesan status gizi. Dengan nilai keadaan umum ini
akan dapat diperoleh kesan apakah pasien dalam keadaan distres akut yang memerlukan
pertolongan segera, atukan pasien dalam keadaan relatif stabil sehingga pertolongan dapat
dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan fisis yang lengkap.
 Kesan keadaan sakit
Hal pertama yang harus dinilai adalah apakah pasien tidak tampak sakit, sakit
ringan, sakit sedang, ataukah sakit berat (kesan tersebut diambil dengan penilaian
penampakan pasien secara keseluruhan.

 Kesadaran
Kesadaran dapat dinilai bila pasien tidak tidur. Penilaian kesadaran dinyatakan
sebagai:
- Kompos mentis
sadar sepenuhnya
- Apatik
sadar tapi acuh tak acuh terhadap keadaan sekitar ia memberika respon
ketika ada stimulus.
- Somnolens
mengantuk, selalu ingin tidur, ia tidak responsif terhadap stimulus ringan
tapi masih memberikan respon pada stimulus yang agak keras keudian
tidur lagi.
- Sopor
Tidak memberikan respon ringan maupun sedang tetapi masih
memberikan respon pada stimulus yang kuat, refleks pupil terhadap cahaya
positif.
- Koma
Tidak bereaksi pada stimulus apapun, tidak ada refleks pupil, ini
merupakan tingkat kesadaran yang pling rendah.
- Delirium
kesadaran menurun serta kacau, biasanya disorientasi, iritatif dan salah
persepsi terhadap rangsanagan sensorik hingga sering terjadi halusinasi.
 Status gizi/nutrisi
Penilaian status gizi secara klinis dilakukan dengan cara inspeksi dengan melihat
postur tubuhnya apkah baik, kurus, atau gemuk. Dilihat apakah kelainan dapat membuat
proporsi tubuh berubah, seperti hisdrosefalus, akondroplasia.
Tulang-tulang yang menonjol, kulit keriput, abdomen yang membuncit atau ceku
serta otot hipotrofik yang merupakan tanda mal nutrisi. Halhal tersebut dipastikan pada
palpasi dengan cara dicubit tebal.
Penilaian status gizi dilengkpi dengan data antroopometrik serta hasil pemeriksaan
laboratorium. Penilaian status gizi yang berdasarkan anamnesis (riwayat makan,
pemeriksaan fisis dan hasil pemeriksaan laboratorium akan memberikan ahasil yang
akurat.
Tanda-Tanda Vital
a. Nadi
Pemeriksaan nadi harus dilakukan pada keempat ekstremitas. Yang perlu dilihat
dari nadi adalah
 Laju nadi
Laju nadi paling baik dihitung dengan pasien dalam keadaan tidur.
Laju (denyut/menit)
Umur Istirahat Istirahat Aktif/demam
(bangun) (tidur)
Baru lahir 100 – 180 80 – 160 Sampai 220
1 minggu – 3 100 – 220 80 – 200 Sampai 220
bulan
3 bulan - 2 80 – 150 70 – 120 Sampai 200
tahun
2 tahun – 10 70 – 110 60 – 90 Sampai 200
tahun
>10 tahun 55 – 90 50 – 90 Sampai 200
Takikardia adalah laju jantung yang lebih cepat daripada normal. Pada
demam, kenaikkan badan 1oC diikuti oleh kenaikan denyut nadi sebanyak 15 –
20/menit. Bradikardia adalah frekuensi denyut jantung lebih lambat dari
frekuensi nprmal. Keadaan ini bila terjadi pada demam, menyarankan
terdapatnya infeksi salmonella.
 Irama nadi
Normal irama nadi adalah teratur (kelainan: aritmia adalah ketidak
teraturan nadi pada keadaan ini nadi teraba lebih cepat pada waktu inspirasi
dan lebih lambat pada waktu ekspirasi)
b. Tekanan Darah
Tekanan darah harus diukur tekanan darah pada keempat eksremitas.
Pemeriksaan tekanan darah pada satu eksremitas dapat dibenarkan bila pada palpasi
teraba nadi yang normal pada keempat eksremitas (nadi kedua a. Brakialis atau
radialis dan kedua a. Femoralis atau dorsalis pedis). Pada pengukuran tekanan darah
hendaknya dicatat keadaan pasien pada waktu diukur (duduk, berbaring tenang, tidur,
menangis), oleh karena keadaan pasien dapat mempengaruhi hasil dan penilaiannya.
Tekanan darah sistolik tanpa peningkatan diastolik (hingga tekanan nadi besar)
terdapat pada pasien duktus arteriosus persisten, insufisiensi aorta, fistula arterio vena,
dan keadaan hiperkinetik seperti ansietas atau anemia. Tekanan darah sistolik yang
rendah dengan tekanan diastolik yang normal (hingga tekanan nadi kecil) terdapat
pada stenosis aorta. Tekanan sistolik dan diastolik menurun pada keadaan renjatan
oleh karena sebab apapun.
c. Pernapasan
Tanda vital ketiga yang perlu dinilai adalah pernapasan pasien: pemeriksaan harus
mencakup (a) laju napas, (b) irama atau keteraturan, (c) kedalaman, dan (d) tipe atau
pola pernapasan. Dalam keadaan normal tipe pernapasan bayi adalah abdominal atau
diafragmatik.
Pada bayi baru lahir, terutama prematur kadang terdapat beberapa tipe
pernapasan yaitu sebagai berikut:
 cheyne-Stokes yang ditandai dengan pernapasan yang cepat dan dalam, diikuti
oleh periode pernapasan yang lambat dan dangkal, serta akhirnya periode apne
beberapa saat. Periode ini akan hilang setelah bayi berusia beberapa minggu,
Cheyne-stokes yang patologi terdapat pada berbagai penyakit yang
menyebabkan depresi susunan saraf pusat.
 kussmaul adalah tipe pernapasan yang cept dan dalam keadaan ini ditemukan
pada asidosis metabolik seperti dehidrasi, hipoksia, atau kracunan salisilat.
 biot ditandai dengan irama yang sama sekali tidak teratur, dan biasanya
merupakan petunjuk terdapatnya penyakit susunan saraf pusat seperti
ensefalitis atau poliomelitis bulbaris.
 Takipnu adalah pernapasan yang cepat yang seringkali terlihat pada berbagai
penyakit paru. Pada anak kecil takipnu ini merupakan tanda dini gagal
jantung.
 Bradipnu atau pernapasan yang lambat terdapat pada gangguan pusat
pernapasan, tekanan intrakranial meninggi, pengaruh obat sedatif, alkalosis
atau keracunan.
 Hiperpne adalah pernapasan yang dalam, dapat terjadi pada asidosis, anoksia,
sera kelainan susunan saraf pusat.
 Hipopne adalah pernapasan yang dangkal, dan biasanya menunjukkan
terdaptnya gangguan susunan saraf pusat.
 Eupne yaitu pernapasan yang kedalamannya normal.
 Dispne berarti kesulitan bernapas yang ditandai dengan pernapasan cuping
hidung, retraksi subkostal, interkostal atau suprasternal, dapat disertai sianosis
dan takipne. Dispne pada inspirasi lebih mengarah pada obstruksi tinggi
sedangkan distres pada ekspirasi lebih mengarah ke obstruksi rendah.
 Ortopne berarti kesulitan bernapas bila pasien berbaring, yang berkurang
apabila pasien duduk atau berdiri, keadaan ini terdapat pada asma, gagal
jantung, edema paru, epiglotitis, croup dan fibrosis kistik.
 Dispne nokturnal paroksismal trejadi beberapa jam setelah pasien tidur,
biasanya tengah malam, merupakan tanda edema paru akut misalnya pada
stenosis mitral berat.
d. Suhu Tubuh
Suhu tubuh diukur dengan menggunakan termometer badan. Pada umumnya suhu
yang diukur adalah suhu aksila. Pada bayi usia dibawah 2 tahun dapat pula diukur
direktum atau lipat paha. Pengukuran suhu rektum (jarang dilakukan). Bila terdapat
peradangan pada bagian rektum atau sekitarnya maka pengukuran suhu dapat
dilakukan ditempat lain. Pada anak usia 6 tahun suhu dapat diukur dimulut (oral)
dengan cara diletakkan termometer dibawah lidah (sublingual).
Suhu aksila 1 derajat lebih rendah dari pada sehu rektum, sedangkan suhu mulut
0,5 derajat lebih rendah dari pada suhu rektum. Dalam keadaan normal suhu aksila
adalah antara 36-37 derajat.
PEMERIKSAAN KEPALA DAN LEHER
a. Bentuk dan Ukuran Kepala
Lingkar kepala hendaknya diperiksa sampai anak usia 2 tahun. Pengukuran dilakukan
pada diameter oksipitofrontal. Beberapa jenis ukuran kepala :
- Makrosefali yaitu lingkar kepala yang llebih besar dari normal.
- Mikrosefali yaitu lingkar kepala kurang dari normal.
b. Kontrol Kepala
Bila bayi baru lahir sampai usia 1 bulan lehernya diangkat maka kepalanya akan
terjatuh kebelakang dan bila ia didudukkan kepala akan terjatuh kedepan. Pada akhir
bulan kedua bila ditengkurapkan bayi dapat mengangkat kepala sejenak. Pasa usia 3
bulan kemampuan mengangkat kepalanya tetap tegak untuk beberapa saat meskipun
belum stabil. Pada usia 5 bulan bayi normal dapat menegkkan kepalanya dalam posisi
duduk.
Kontrol kepala yang abnormal terjadi antara usia 2 minggu sampai 2 bulan,
timbul fenomena yang disebut sebagai asymmetric tonic neck refleks (TNR): bila
kepala dihadapkan kesatu sisi, maka lengan sisi ipsilateral akan ekstensi sedangkan
sisi kontralateral akan fleksi, TNR akan menghilang di usia 4-6 bulan.
c. Kraniotabes
Karniotabes adalah pelunakan tabula eksterna tulang tengkorak, diperiksa
dengan menekan tengkorak dibelakang telinga dan diatas telinga dengan cukup keras,
bila positif akan teraba seperti kita menekan bola pingpong. Hal ini masih normal
pada bayi sampai usia 6 bulan, karniotabe abnormal terdapat pada pasien rakitis,
sifilis, hipervitaminosis A, hidrosefalus.
d. Ubun-Ubun (Fontanel)
Ubun- ubun kecil teraba Sampai usia 4-8 minggu . pada usia 6 ulan sebagian
kecil bayi normal ubun—ubun tertutup (3%), pada usia 9 bulan lebih kurang (15%)
dan usia bayi 1 tahun (40%). Pada usia 19 bulan (90%) dan usia 24 bulan (100%) bayi
normal sudah tertutup ubun-ubunnya.
Ubun-ubun yang terlambat tertutup biasanya pada rakitis, hidrosefalus, sifilis,
hipotiodisme, osteogenesis imperfekta, rubela kongenital, malnutrisi, sindrom down
dan gangguan perkembangan lain.
e. Leher
Pada bayi leher tampak pendek baru pada usia 3-4 taun tampak memanjang.
Leher yang pendek abnormal terdapat pada banyak sindrom, termasuk sindrom
hunter, hurler, klippel-feil, morqquino, noonan dan turner dan terdapat juga pada
kondridistrofi.
 Tortikolis
Adalah kelainan posisi kepala yang miring ke satu sisi dan terputar kesisi yang
lain akibat pemendekan m.sternokleidomastoideus. Kelainan ini dapat bersifat
bawaan atau didapat. Tortikolis kongenital dapat terjadi akibat perdarahan
m.sternkleidomastoideus yang disebabkan trauma lahir. Tortikolis didapat
mungkin terjadi subluksasi non-traumatik sendi atlantoaksial akibat proses
peradangan disekitar leher, misalnya faringitis dan adenitis servikal atau dapat
menyertai artritis reumatoid, sindrom down, dan pseudo-akondroplasia.
 Kaku kuduk
 Massa dileher
Kelenjar getah bening servikal merupakan massa yang paling sering
ditemukan bila ditemukan kurannya >1 cm diameternya berarti abnormal.
Pemeriksaan Thoraks pada bayi dan anak kecil pemeriksaan dilakukan dengan
pasien terlentang, dan kelenjar tiroid diraba dari kedua sisinya dengan jari-jari
telunjuk dan tengah.
PEMERIKSAAN MULUT
a. Bibir
Perhatikan warna mukosa bibir. Anemia menyebabkan warna pucat, sedangkan
sianosis menyebabkan warna biru keabu-abuan. Pada asidosis mukosa bibir
berwarna merah anggur. Perhatikanlah fisura pada bibir yang sering terjadi akibat
angin atau sinar matahari. Fisura yang dalam, merupakan ekstensi dari hidung ke
bibir. Keilosis adalah fisura yang dalam di sudut bibir terasa nyeri, terjadi akibat
kekurangan vitamin B dan lainnya.
b. Lidah
c. Faring
Perhatikan dinding posterior faring apakah terdapat hiperemia, edema,
membran, eskudat, abses, atau post-nasal drips.
PEMERIKSAAN THORAKS
a. Payudara
Bayi prematur dengan masa gestasi kurang dari 34 minggu areola payudara
hampir tidak terlihat. Pada bayi cukup bulan teraba 5-6 mm. Setelah usia 2-4 hari
dapat terlihat pembesaran payudara yang kemudian akan berangsur akan
menghilang dalam beberapa minggu.
b. Paru
- Inspeksi
Keadaan pada paru telah dicakup pada waktu inspeksi dada, berbagai
keadaan fisiologis dan patologis pernapasan telah diuraikan pada
pemeriksaan tanda vital.
- Palpasi
Permukaan dada simetris atau tidak, fremitus normal akan meninggi
jika abnormal apabila terdapat adanya obstruksi jaan napas, krepitasi
subkutis yang menunjukkan terdapatnya adanya udara dibawah jaringan
kulit. Perhatikn luasnya krepitasi kemudian diperhatikan daerah krepitasi
menetap, meluas atau berkurang.
- Perkusi
Perkusi dilakukan mulai dari daerah supraklavikular kemudian turun
kebawah, setiap kali satu sela iga dan tiap kali dibandingkan sisi kanan dan
sisi kiri. Suara perkusi normal sonor, suara perkusi yang berkurang redup
atau pekak.
- Auskultasi
Dilakukan untuk mendeteksi suara napas dasar dan suara napas
tambahan, auskultasi harus dilakukan di seluruh dada dan punggung
termasuk daerah aksila.
 Jantung (IPPA)
PEMERIKSAAN ABDOMEN
 Inspeksi ( ukuran dan bentuk perut, gerakan dinding perut)
 Perkusi

 Palpasi
Palpasi dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya pembesaran hati dan pembesaran
limpa. Selain itu dilakukan pemeriksaan ginjal. Dalam keadaan normal ginjal tidak
dapat diraba kecuali pada neonatus. Ginjal yang membesar dapat diraba dengan cara
ballotement yang juga digunakan untuk meraba organ atau masa lain yang terletak
retroperitoneal.

 Auskultasi ( suara peristaltik :nyaring pada obstruksi traktus gastrointestinal,


menghilang pada peritonitis atau ileus paralitikus, bising/bruit terdengar pada seluruh
permukaan perut pada koarktasio aorta abdominalis).
PEMERIKSAAN ANUS DAN REKTUM
Pemeriksaan anus pada bayi dan anak tidak dilakukan secara rutin. Pemeriksaan colok
dubur hanya dikerjakan pada pasien sakit perut yang mengarah ke gawat perut (abdomen
akut). Berikut diuraikan secara ringkas kelainan yang mungkin ditemukan pada daerah
ini.
PEMERIKSAAN GENITALIA
 Laki-laki
Perhatikan bentuk dan ukuran penis, testis dan terdapatnya kelainan perkembangan
misalnya hipospadia, epispadia atau fimosis serta kelainan lainnya seperti infeksi,
ulserasi, dan lain-lainnya.
 Perempuan
Perhatikan perkembngan bagian-bagian genitalia eksterna, pada keadaan normal
genitalia eksterna bayi prematur dan seagian bayi cukup bulan belum tampak
berkembang dengan sempurna. Labiya mayora relatif menonjol serta berwarna
kemerahan, sudut labiya minora pada bayi baru lahir berwarna gelap.
PEMERIKSAAN ANGGOTA GERAK
Memperhatikan sikap kedua lengan, Kelainan kongenital, Cara berjalan, Perhatikan
jari-jari tangan dan kaki: jari tabuh sama panjang atau tidak
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Bila dalam pemeriksaan fisis atau evaluasi umum di curigai ada penyimpangan dari
keadaan normal, maka pemeriksaan neurologis perlu diulangi dan dicatat dalam bagian
terpisah. Beberapa gejala dan tanda neurologis yang sering terdapat pada bayi dan anak
diuraikan sebagai berikut:
- Kejang
Pada kejang perhatikan jenisnya kejang umum (tonik / kejang umum
disertai hilang kesadaran), (klonik, tinik-klonik, mioklonik adalah gerakan
menyentak), (atonik yaitu anak tibatiba jatuh seperti kehilangan tonus
otot), (absans yaitu hilang kesadaran beberapa detik atau disertai mata
berkedip-kedip atau mulut mengecap—ngecap).
Kejang fokal dapat disertai hilangnya kesadaran atau tanpa hilangnya
kesadaran, keadaan pasien baik walaupun dalam keadaan spasme.
- Tremor
Tremor atau gemetaran adalah gerakan halus yang konstan, Resting tremot
adlah tremor yang timbul pada saat istirahat akibat lesi di sistem
ekstrapiramidal, intertion tremor adalah tremor timbul pada saat
pergerakan akibat lesi di serebelum, pada bayi biasanya tremor muncul
pada saat hipoglikemia atau hipokalsemia dan dapat terjadi pada
hipertiroidisme, hipotermia, hipertermia atau degenerasi medulla spinalis.
- Twicting
Gerakan spasmodik yang berlangsung singkat dapat terlihat pada otot yang
lelah, nyeri setempat, atau menyertai korea. Biasanya menyertai
manifestasi psikologis (ansietas) biasanya bersifat periodik.
- Korea
Gerakan involunter ksar, tanpa tujuan, cepat dan tersentak-sentak, tidak
teratur, tidak terkoordinasi dan berhubungan dengan tonus otot yang
tinggi. Geraka ini menghilang saat tidur dan bertambah apabila pasien
diminta melkukan gerakan volunter.
- Paresis dan paralisis
Paresis adalah kelumpuhan otot yang tidak sempurna. Sedangkan paralisis
adalah kelumpuhan otot yang sempura. Baik paresis atau paralisis dapat
bersifat flaksid dan spastik. Flaksid pada umumnya menunjukkan adanya
lesi pada lower motor neuron. Spastid kerusakanada pada upper motor
neuron.

Refleks Superfisial
Refleks dinding abdomen diperksa dengan cara menggores kulit abdomen dengan 4
goresan yang membentuk segi empat dengan titik-titik sudut dibawah xifoid di atas simfiis
dan di kanan kiri umbilikus. Umbilikus akan bergerak disetiap goresan.
Interpretasi: Refleks negatif pada anak dengan poliomelitis atu anak dengan lesi sentral
Refleks tendon dalam
Refleks tendon dalam dilakukan pada refleks bicep, Refleks tricep, Refleks patella,
Refleks achilles. Perlu dibandingkan refleks kanan dan kiri, refleks tendon akan meninggi
pada lesi upper motor neuron, hipotiroidisme, hipokalsemia atau tumor batang otak.
Hiporefleks jika lesi pada lower motor neuron, sindro down, malnutrisi atau beberapa
kelainan metabolik.
Refleks patologis
Refleks babinski, refleks oppenheim, klonus pergelangan kaki, klonus patella.
Tanda rangsang meningeal
- Kaku kuduk
- Perasat Brudzinski I ( Brudzinskii neck sign)
- Perasat Brudzinski II ( Brudzinskii Contralateral leg sign)
- Perasat kernig
- Tanda tetan (Tanda Chvovsteck)

Uji kekuatan tonus otot

Kekuatan ototdapat dilakukan pada anak yang sudah dapat mengerjakan instruksi
oemeriksaan dan bersikap kooperatif. Pada bayi belum kooperatif sehingga hanya dinilai
secara keseluruhan saja.
Uji Sensibilitas
- Uji sentuhan
- Uji rasa nyeri
- Uji perasaan vibrasi
- Uji posisi
- Uji koordinasi

PEMERIKSAAN SARAF OTAK


Pemeriksaan 12 Nervus cranialis
Nervus I (Olfaktorius) Dextra Sinistra
Daya pembau
Nervus II (Optikus) Dextra Sinistra

Visus

Lapang Pandang

Refleks Cahaya (direk/Indirek)

Funduskopi

Papil edema

Arteri:Vena

Nervus III (Okulomotorius) Dextra Sinistra


Ptosis
Pupil    
a. Bentuk
b. Diameter
c. Reflex Cahaya
Direk
Indirek
Gerak bola mata    
a. Atas
b. Bawah
c. Medial
d. Medial atas

Nervus IV (Trokhlearis) Dextra Sinistra

Gerakan Mata

Medial Bawah Baik Baik


Strabismus divergen

Nervus VI (Abdusen) Dextra Sinistra

Gerakan mata ke lateral abduksi

Nervus V (Trigeminus) Dextra Sinistra


Motorik    
Mengunyah
Membuka Mulut
Reflex    
a. Kornea

N. VII   ( Fasialis ) Dextra Sinitra

Mengangkat alis

Mengerutkan dahi

Menutup mata

Menyeringai

Daya kecap lidah 2/3 depan

Nervus VIII (akustikus) Dextra Sinistra


mendengar suara berbisik
mendengar detik arloji
tes Rinne
tes Weber
tes Schwabach
Nervus IX (Glosofaringeus) & N. X (Vagus) Dextra Sinistra
arkus farings
daya kecap lidah 1/3 belakang
reflek muntah
Uvula
Nervus XI (Aksesorius) Dextra Sinistra
Memalingkan kepala
Mengangkat bahu

Nervus XII (Hipoglosus) Dextra Sinistra


sikap lidah
Artikulasi
tremor lidah

Anda mungkin juga menyukai