Personal Refleksi Sesi 2-Joshua P Tinambunan (K15191069)
Personal Refleksi Sesi 2-Joshua P Tinambunan (K15191069)
Setelah yang saya pelajari di sesi 9 dan 10, saya telah mempelajari apa itu yang
dimaksud dengan proses semiotic dan Though of Ethics. Sebelum menggali lebih
dalam kita harus mengetahui apa itu etika. Etika merupakan cabang dari filsafat yang
menjelaskan bahwa bagaimana kita seharusnya tinggal dengan ide dari kebaikan dan
menjadi konsep baik atau salah. Bahwa moral harus didasari oleh keberlanjutan social,
keadilan dan eksistensi kemanusiaan. Semiotic merupakan pelajaran mengenai tanda
dari proses, dimana itu merupakan bentuk dari aktivitas, keadaan atau proses yang
dimaksud adalah arti dari produksi. Tanda tersebut merupakan segala sesuatu
komunikasi yang berarti, tidak memuncukan tanda itu sendiri akan tetapi dengan
menginterpretasi tanda tersebut. Semiotic dapat dihubungkan melalui perasaan,
penglihatan, pendengaran, perabaan dan penciuman.
Tingkatan semiotic ada 3 tingkat disertai dengan konsep dimensi nya yaitu
pertama adalah tingkat pragmatic, dimana tingkat tersebut merupakan sub bidang
semiotic yang mempelajari cara-cara dimana konteks berkontribusi terhadap makna,
pragmatic meliputi teori tindak tutur, percakapan yang impikatur, pembicaraan dalam
interaksi dan pendapatan lain terhadap perilaku dalam bahasa filsafat dengan konsep
dimensi strategi produksi. Kedua adalah tingkat semantic, dimana tingkatan ini adalah
sebuah teori semiotic yang memiliki bahasa alami yang sangat formal dimana
ungkapan diberi makna seperti individu, nilai nilai kebenaran atau sebuah fungsi dari
satu ke yang lain, kebenaran hanya sebuah kalimat dan dapat dihubungkan dengan
kalimat logis yang lain dan dapat dievaluasi relative terhadap model kemudian konsep
dimensi yang digunakan adalah persepsi dari pengguna tersebut. Yang terakhir adalah
tahapan syntac, dimana tahapan tersebut merupakan teori teori kebenaran yang
diungkapkan melalui ilmu pengetahuan konsep dimensi yang dipakai adalah konfirmasi
produk.
Dalam kegiatan bisnis tingkatan pragmatis dapat terjadi ketika seseorang atau
keuntungan organisasi dapat menyediakan barang atau jasa dalam menukarkan
dengan uang, pada tingkatan semantic mengungkapkan bahwa bisnis adalah segala
sesuatu yang dinyatakan dalam sebuah transaksi dan tingkatan syntac
mengungkapkan bahwa bisnis merupakan aktivitas operasional ( yang meliputi kegiatan
pemasaran, penjualan dan distribusi), aktivitas investasi dan aktivitas dari keuangan.
Dari sesi 10 yang saya ketahui tentang thought ethics atau etika dalam konsep
pemikiran memiliki 3 konsep berpikir yaitu Virtue Ethics ( yang berpatokan pada benar
dalam suatu tindakan ), pemikiran etika berdasarkan Deonotology/ Kantian dan
Pemikiran etika yang bersangkut dengan teori kontrak sosial. Pertama yang dibahas
adalam mengenai virtue ethics . Virtue ethics merupakan pendekatan yang
menekankan karakter dan moralitas, dalam bahasa filsafat moral melakukan tugas atau
bertindak seseorang yang menghasilkan konsekuensi yang baik dan tempat untuk
berfokus untuk tindakan dari kebaikan seseorang. Permasalahan ini tidak seutamanya
memiliki intensi yang benar, merupakan pikiran yang penting maupun terutama diikuti
oleh peraturan yang benar, maupun terutama pada tindakan yang berkonsekuensi baik.
Kebenaran mengutamakan orang yang mengekspresikan kebaikan baik secara moral
atau tidak.
Virtue ethics merupakan tindakan atau pilihan benar secara moral, jika diangkat
dalam sebuah tindakan, sebuah latihan, sebuah pameran atau pengembangan karakter
dengan moral yang baik. Ahli etika mendefinisikan kebaikan berasak dari tindakan
dengan konsekuensi yang baik yang dapat diterapkan di berbagai kontek kehidupan
nyata dan apakah itu berakar dari sifat manusia yang universal atau dapat dikatakan
secara pluralitas budaya.
Etika kebajikan telah dianggap sebagai tatanan moralitas itu sendiri, etika
kebajikan itu sendiri tampaknya menjadi konflik untuk aspek aspek yang lain selain dari
teori moralitas tersebut, Hume berpikir bahwa kebajikan secara alami tidak
membutuhkan peraturan social atau persetujuan dan tidak secara khusus berpikir
dalam moral yang artinya tidak berpikir tentang apa yang benar dan apa yang salah,
dan diantara kebajikan kebajikan yang diklasifikasikan sebagai alami yang dirasakan
adalah kebajikan, perhatian orang tua untuk anak anak, rasa terimakasih dan
kelemahlembutan.
Karakter yang menekan selalu banyak bicara mengenai orang yang memiliki
budi luhur. Seperti gambaran yang hanya bisa diterapkan terhadap keangkuhan yang
mustahil, kemalasan bisa menjadi sifat yang buruk dan itu bisa saja diterima oleh para
ahli etika modern tetapi kita tidak bisa menyebut seorang pria itu ganas karena mereka
malas. Ganas hanya kata untuk anjing yang sedang mengigit. Itu benar dan penting
yang terkadang membutuhkan terminology lama yang telah dipakai oleh etika modern
yang baru, seperti sangat banyak pernyataan kebajikan yang dibutuhkan, seperti
kebijaksanaan, keadilan dan kesederhanaan.
Etika deontology merupakan teori etika yang mempunyai tempat yang memiliki
penekanan terhadap hubungan antara tugas dan moralitas tindakan manusia.
Pernyataan deontology berasal dari the green deon, tugas dan logos, ilmu. Dalam
tindakan etika deontologi menyatakan moral yang baik karena karakteristik dari
tindakan itu sendiri, bukan karena dari beberapa karakteristik tindakan dan juga bukan
karena hasil dari tindakan tersebut adalah bagus, etika deontology menahan bahwa
setidaknya beberapa tindakan merupakan kewajiban secara moral dan terlepas dari
konsekuensi bagi kesejahteraan manusia. Penggambaran secara etika memiliki
ekspresi “tugas demi tugas”, kebajikan sebagai hadiah milik kita dan” biarkan keadilan
dilakukan meskipun langit telah jatuh”.
Etika deontology diangkat dari sebuah ide ahli filosofi yang terkenal bernama
Immanuel kant pada tahun 1724-1804 bahwa yang dikemukakan yaitu “orang yang baik
atau buruk tergantung dari motivasi tindakan itu sendiri dan tidak pada konsekuensi
kebaikan pada tindakan tersebut “. Motivasi yang dimaksud adalah apa penyebab dari
yang dia lakukan, kant berpendapat bahwa motivasi tersebut dapat menjadi moral yang
berharga hanya jika termotivasi oleh moralitas. Di lain kata jika emosi dari seseorang
atau penyebab keinginan mereka untuk melakukan sesuatu, lalu tindakan tersebut tidak
memberikan moral yang berharga maka itu terdengar aneh akan tetapi pasti ada alasan
lain mengapa dia melakukan itu.
Sekian dari paling banyak filosofi tergolong non eudaimonistic, dengan tergolong
eudemonistic yang artinya ide yang tidak memiliki sifat kebajikan kecuali kalau hanya
dilayani dalam keuntungan, ketertarikan mereka yang miliki, secara relative sedikit
filsafat modern yang dianggap eudemonistic. Akan tetapi etika utilitarianism dan Kantian
telah jauh dari sifat eudemonistic, mungkin yang menjadi alasan utama mengapa ini
bisa menjadi sangat nyaman untuk mengatakan bahwa kedua etika tersebut berpikir
mengenai moralitas dan terkadang menjadi suatu syarat untuk mengorbankan
ketertarikan diri sendiri. Kant tidak menyetujui adanya etika dualism yang telah
digambarkan akan tetapi dia termasuk etika dualism dalam arti yang lebih besar dari
karakter yang modern.
Kant percaya bahwa moralitas didasarkan pada alasan yang praktis murni dan
tampaknya berpendapat bahwa tidak rasional untuk bertindak dengan cara yang
bertentangan dengan moralitas dan irasional menjadi tindakan yang mengatasnamakan
immoral (tidak bermoral).
Kontrak social merupakan sumber yang paling mendasar bahwa semua itu baik,
dimana kita bergantung pada kehidupan yang baik. Pilihan kita adalah tetap tinggal oleh
ketentuan kontrak atau kembali pada keadaan alam itu sendiri, Hobbs mengemukakan
bahwa tidak ada orang yang masuk akal untuk bisa memilih. Teori kontrak social
mengemukakan bahwa pandangan moral seseorang dan politik obligasi terikat pada
kontrak atau persetujuan pada bentuk masyarakat yang tinggal