Anda di halaman 1dari 154

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PENYAKIT


GAGAL JANTUNG KONGESTIF (CHF) DI ICCU YANG
DIRAWAT RSUD ABDUL WAHAB SJARANIE
SAMARINDA

Disusun Oleh :
Muhammad Dihva
Pramana
NIM. P07220119029

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN D-III KEPERAWATAN SAMARINDA
2022

i
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PENYAKIT
GAGAL JANTUNG KONGESTIF (CHF) DI ICCU YANG
DIRAWAT RSUD ABDUL WAHAB SJARANIE
SAMARINDA

Disusun Oleh :
Muhammad Dihva
Pramana
NIM. P07220119029

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN D-III KEPERAWATAN SAMARINDA
2022

i
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PENYAKIT
GAGAL JANTUNG KONGESTIF (CHF) DI ICCU YANG
DIRAWAT RSUD ABDUL WAHAB SJARANIE
SAMARINDA

Disusun Oleh :
Muhammad Dihva
Pramana
NIM. P07220119029

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN D-III KEPERAWATAN SAMARINDA
2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DISETUJUI UNTUK DIUJIKAN

TANGGAL........................

Oleh

Pembimbing

Ismansyah, S.Kp., M.Kep NIDN : 4018126802

Pembimbing Pendamping

Ns. Frana Andrianur, S. Kep NIDN : 4012127901

Mengetahui

Ketua Program Studi DIII Keperawatan Samarinda Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Ns. Andi Lis AG, M.Kep


NIP. 196803291994022001

i
LEMBAR PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH


ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PENYAKIT GAGAL
JANTUNG KONGESTIF (CHF) DI ICCU YANG DIRAWAT
RSUD ABDUL WAHAB SJARANIE
SAMARINDA

Disusun Oleh :

Muhammad DIHVA PRAMANA NIM : P07220119029


Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Pada tanggal :
SUSUNAN DEWAN PENGUJI

1. Dr. Drs. H. Lamri., M. (…………………………….)


Kes NIDN : 4017115801

2. Ismansyah, S. Kp., M. Kep (…………………………….)


NIDN : 4018126802

3. Ns. Frana Andrianur, S. Kep (…………………………….)


NIDN : 4012127901

Mengetahui

Ketua Ketuaa Jurusan Keperawatan Ketua Program Studi DIII Keperwatan


Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Hj. Umi Kalsum, S. Pd., M. Kes Ns. Andi Lis AG, M. Kep
NIP. 196508251985032001 NIP. 196803291994022001

v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Muhammad Dihva Pramana

NIM : P07220119029

Jurusan/Program Studi : D-III Keperawatan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang saya

tulis ini benar-benar tulisan saya, dan bukan hasil plagiat baik sebagian atau

seluruhnya. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa Karya

Tulis Ilmiah (KTI) ini hasil Plagiasi, baik sebagian atau seluruhnya, maka saya

bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

Samarinda, Juni 2022

Yang membuat pernyataan

Muhammad Dihva Pramana


P07220119029

v
RIWAYAT HIDUP

A. Identitas
Nama : Muhammad Dihva Pramana
Tempat, Tanggal Lahir : Samarinda, 09 November 2001
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Alamat : Jl. Bingkirai RT 01 Desa Long Bagun Ilir,
Kec. Long Bagun, Kab. Mahakam Ulu,
Kalimantan Timur
B. Pendidikan
1. Taman Kanak-Kanak Sinar Bhakti Tenggarong Seberang, Lulus tahun
2006-2007
2. Sekolah Dasar Negeri 003 Long Bagun Ilir, Lulus tahun 2012-2013
3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 001 Long Bagun, Lulus Tahun 2015-
2016
4. Sekolah Menengah Atas Negeri 001 Long Bagun, Lulus tahun 2018-
2019
5. Memasuki Jenjang Pendidikan Diploma III Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kalimantan Timur tahun 2019.

v
ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PENYAKIT GAGAL JANTUNG


KONGESTIF (CHF) DI ICCU YANG DIRAWAT RSUD ABDUL
WAHAB SJARANIE SAMARINDA

Pendahuluan : Gagal jantung kongestif merupakan suatu keadaan patofisiologis


yang menunjukan terjadinya kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak
mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Data
tahun 2015 menunjukkan terdapat 23 juta atau sekitar 54% kematian yang
disebabkan oleh gagal jantung atau Congestive Heart Failure (CHF). Tujuan
penelitian ini untuk menggambarkan asuhan keperawatan pasien dengan gagal
jantung kongestif.
Metode : Desain penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dalam bentuk
review kasus yang menganalisis suatu masalah asuhan keperawatan pada pasien
pasien yang mengalami gagal jantung kongestif. Lokasi penelitian pasien 1 dan
pasien 2 di ruang ICCU RSUD Abdul Wahab Sjaranie.
Hasil dan pembahasan : Hasil review kasus terhadap kedua pasien
ditemukannya keluhan utama yang sama yaitu sesak nafas. Dimana sesak nafas
sendiri merupakan gejala khas pada gagal jantung. Selain itu pada pasien 1
ditemukannya gejala edema tungkai bawah sedangkan pada pasien 2 tidak. Pada
penenggakkan diagnosa terdapat 2 diagnosa yang sama dan 2 diagnosa yang
berbeda.
Kesimpulan dan saran : Berdasarkan data pasien ditemukan adanya kesenjangan
dan kurangnya penggalian terhadap keluhan pasien sehingga dalam penenggakan
diagnosa masih terdapat data kurang menunjang. Kedepannya diharapkan agar
dapat melakukan pengkajian yang menyeluruh dengan tepat dan akurat. Serta
dalam pengolahan data lebih teliti lagi agar asuhan keperawatan yang dilakukan
dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan kebutuhan pasien.

Kata Kunci : Gagal jantung kongestif, Asuhan Keperawatan Pasien dengan gagal
jantung Kongestif

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan

judul “Asuhan Keperawatan Pasien Penyakit Gagal Jantung Kongestif (CHF)

Yang Di Rawat Di Ruang ICCU RSUD Abdul Wahab Sjaranie Samarinda” dapat

terselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat

diselesaikan karena adanya bantuan dan dukungan dalam penulisan banyak sekali

pihak yang telah membantu penulis baik dalam memberi motivasi, bimbingan

materi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya

kepada yang terhormat :

1. Dr. H. Supriadi B, S. Kp., M.Kep selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

2. Hj. Umi Kalsum, S. Pd., M. Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

3. Ns. Andi Lis AG, M. Kep selaku Ketua Program Studi D-III Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

4. Dr. Drs. H. Lamri., M. Kes selaku Penguji Utama yang telah memberikan

saran dan arahan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Ismansyah, S. Kp., M.Kep selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan saran dan bimbingan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

i
6. Ns. Frana Andrianur, S.kep selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan saran bimbingan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Direktur beserta staff RSUD Abdul Wahab Sjaranie Samarinda yang telah

membantu proses penelitian.

8. Para Dosen dan Staf Pendidikan pada Program Studi D-III Keperawatan

Samarinda Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Kalimantan Timur.

9. Untuk seluruh keluarga saya, terkhusus kedua orang tua saya, adik saya,

Bapak Nurdin, Ibu Nuryani, Adik Dihka, Dhani, Dhaffa, Iqram yang

selalu memberikan do’a dan motiviasi yang tiada henti serta dukungan

baik moral dan materi.

10. Teman-teman mahasiswa Program Studi D-III Keperawatan Samarinda

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Kalimantan Timur angkatan tahun 2019 yang telah memberikan

dukungan, masukan, dan juga kritik untuk Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan

semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk proses pelaksanaan

penulisan Karya Tulis Ilmiah selanjutnya.

Samarinda, Juni 2022

Penulis

x
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan


Lembar Persetujuan.....................................................................................................i
Kata Pengantar............................................................................................................ii
Daftar Isi....................................................................................................................iv
Daftar Gambar...........................................................................................................vi
Daftar Istilah.............................................................................................................vii
Daftar Tabel.............................................................................................................viii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................4
1. Tujuan Umum....................................................................................................4
2. Tujuan Khusus...................................................................................................4
D. Ruang Lingkup......................................................................................................5
E. Manfaat Penelitian.................................................................................................5
1. Bagi Peneliti.......................................................................................................5
2. Bagi Institusi......................................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................6
A. Konsep Medis........................................................................................................6
1. Definisi...............................................................................................................6
2. Etiologi...............................................................................................................7
3. Anatomi dan Fisiologi Jantung..........................................................................8
4. Manisfestasi Klinis..........................................................................................17
5. Pathway Gagal Jantung....................................................................................18
6. Klasifikasi Gagal Jantung................................................................................19
7. Penatalaksanaan...............................................................................................19
8. Pemeriksaan Penunjang...................................................................................20
B. Konsep Asuhan Keperawatan..............................................................................20
1. Pengkajian Keperawatan..................................................................................20

x
2. Diagnosa Keperawatan....................................................................................25
3. Intervensi Keperawatan...................................................................................31
4. Implementasi Keperawatan..............................................................................36
5. Evaluasi Keperawatan......................................................................................37
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................38
A. Desain Penelitian.................................................................................................38
B. Subyek Penelitian.................................................................................................38
C. Definisi Operasional............................................................................................38
D. Lokasi dan Waktu Penelitian...............................................................................39
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data...........................................................39
F. Keabsahan Data....................................................................................................40
G. Analisis Data........................................................................................................40
BAB IV HASIL HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................42
A. Hasil Studi Kasus...................................................................................................42
1. Gambaran Lokasi Penelitian…...........................................................................42
2. Data Asuh Keperawatan….................................................................................43
B. Pembahasan….........................................................................................................123
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................133
A. Kesimpulan............................................................................................................133
B. Saran......................................................................................................................136
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................137

x
DAFTAR

Gambar 2.1 Anatomi Jantung.......................................................................35


Gambar 2.2 Lapisan Jantung........................................................................36
Gambar 2.3 Peredaran Darah Jantung..........................................................39

x
DAFTAR

ACEI : Angiotensin-converting enzyme


AMI : Audit Mutu Internal
ARB : Angiotensin Receptor Blocker
BUN : Blood urea nitrogen
CHF : congestive heart failure
DM: Diabetes melitus
EKG : Elektrokardiogram

ICCU : Intensive Cardiologi Care Unit


JVP : Jugular venous pressure
NYHA : New York Heart Association
PJK : Penyakit Jantung Koroner
PND : Paroxysmal Nocturnal Dyspnea
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SDKI : Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
SIKI : Standar Intervensi Keperawatn Indonesia
WHO : World Health Organization

x
DAFTAR

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan..................................................................3

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jantung merupakan organ tubuh manusia yang mempunyai peran penting

dalam kehidupan manusia dan pastinya sangat berbahaya jika organ jantung

mempunyai masalah, mengingat bahwa banyak kematian disebabkan oleh

penyakit jantung (Fajar Agung Nugroho, 2018). Penyakit Jantung merupakan

penyakit yang disebabkan karena gangguan fungsi jantung dan pembuluh

darah. Terdapat banyak jenis penyakit jantung, namun yang paling umum

adalah penyakit jantung koroner dan stroke, namun pada beberapa kasus yang

ditemukan terdapat penyakit kegagalan pada sistem kardiovaskuler

(Rahmadhani, 2020).

Kegagalan sistem kardiovaskuler yang dikenal dengan istilah gagal

jantung adalah kondisi medis di mana jantung tidak dapat memompa cukup

darah ke seluruh tubuh sehingga jaringan tubuh membutuhkan oksigen dan

nutrisi tidak terpenuhi dengan baik. Gagal jantung kongestif merupakan suatu

keadaan patofisiologis yang menunjukan terjadinya kelainan fungsi jantung,

sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme jaringan. Gagal jantung dapat dibagi menjadi gagal jantung kiri

dan gagal jantung kanan (Bariyatun, 2018).

1
2

Kondisi ini disertai peninggian volume diastolik secara abnormal. Gagal

jantung kongestif menunjukkan adalah ketidakmampuan jantung untuk untuk

memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Astuti, 2017).

Congestive Healt Failure (CHF) mengakibatkan ketidakmampuan pasien

dalam melakukan aktifitas sehari-hari, ini terjadi karena adanya kerusakan

kontralisitas ventrikel, peningkatan preload dan afterload yang menyebabkan

penurunan curah jantung. Menurut data WHO, (2013) di dunia, penyakit CHF

menjadi penyebab kematian tertinggi keempat dinegara dengan ekonomi

lemah, tertinggi pertama di negara berkembang, tertinggi pertama di negara

maju.

Penyakit Congestive Healt Failure (CHF) dapat menimbulkan

komplikasi serius seperti episode tromboemboli, syok kardiognestik,

temponade perikardium, efusi perikardium, dan komplikasi potensial seperti

hipoksemia, distrima, edema paru jika penanganan tidak baik dan

ketidakseimbangan elektrolit. Serta dapat menyebabkan komplikasi dari aspek

ekonomi yang dapat berdampak negatif sebagai beban ekonomi dan

produktifitas bangsa. Dikarenakan pengobatan penyakit tidak menular sering

kali memerlukan biaya besar dan memakan waktu lama (Muti, 2019).

Menurut data yang diperoleh oleh World Health Organization (WHO)

tahun 2016 menunjukkan pada tahun 2015 terdapat 23 juta atau sekitar 54%

kematian yang disebabkan oleh gagal jantung atau Congestive Heart Failure

(CHF). Data di Indonesia pada tahun 2018 diperoleh bahwa penyakit gagal

jantung masuk 10 penyakit tidak menular di Indonesia yang diperkirakan


3

sebanyak 229,696 (0,13%) orang menderita gagal jantung (Nursita & Pratiwi,

2020)

Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian utama di negara

maju seperti Amerika Serikat, Negara di benua Eropa, Jepang dan Singapura.

Di negara Amerika Serikat diperkirakan 16.300.000 orang atau 7% dari

populasi penduduk Amerika Serikat yang berumur lebih dari 20 tahun

terdiagnosa PJK. Dari angka tersebut 18,3% adalah pria dan 6,1% adalah

wanita (Roger dkk, 2011). Berdasarkan laporan WHO (2011) penyakit jantung

menjadi penyebab utama kematian di negara–negara Asia pada tahun 2010.

Untuk wilayah Asia Tenggara ditemukan 3,5 juta kematian akibat penyakit

kardiovaskuler, 52% diantaranya disebabkan oleh penyakit infark miokard

(Indrawati, 2012).

Di Indonesia tingkat kejadian PJK terus meningkat setiap tahun.

Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (2013) menunjukkan prevalensi

PJK di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala adalah

sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.340 orang. Prevalensi PJK yang

terdiagnosis dokter adalah 0,5%, sedangkan yang terdiagnosis dokter pasien

dengan gejala mirip PJK adalah 1,1% (Riskesdas,2013). Di kalimantan timur

tingkat PJK terus meningkat setiap tahun. Prevelensi jantung berdasarkan

diagnosis dokter indonesia sebesar 1,5%, dengan peringkat prevelensi tertinggi

Provinsi Kalimantan Timur 1,9% (Riskesdas,2018).

Dengan ditemukan data perkembangan prevalensi penyakit gagal jantung

yang semakin meningkat setiap tahun dan tingginya angka mortalitas yang
4

diakibatkan, tanpa adanya upaya yang signifikan untuk menaganinya penyakit

jantung kongestif akan menyebabkan permasalahan yang serius bagi mayarakat

global. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis ingin mengajukan

permasalahan tersebut dalam karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan

Keperawatan Pasien Penyakit Gagal Jantung Kongestif (CHF) Di Ruang ICCU

yang Dirawat RSUD Abdul Wahab Sjaranie”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pasien dengan gagal jantung

kongestif (CHF) ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang

mengalami gagal jantung kongestif (CHF).

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien yang mengalami gagal

jantung kongestif (CHF).

b. Mampu menegakkan diasnosa keperawatan pada pasien yang

mengalami gagal jantung kongestif (CHF).

c. Menyuusun perencanaan keperawatan pada pasien yang mengalami

gagal jantung kongestif (CHF).


5

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami

gagal jantung kongestif (CHF).

e. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien yang

mengalami gagal jantung kongestif (CHF).

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini termasuk kedalam lingkup asuhan

keperawatan medikal bedah.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti adalah agar peneliti dapat menegakkan diagnosa

dan intervensi dengan tepat untuk pasien dengan masalah keperawatan pada

system peredaran darah, khususnya dengan pasien yang mengalami gagal

jantung kongestif (CHF), sehingga perawat dapat melakukan tindakan

asuhan keperawatan yang tepat.

2. Bagi Institusi

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan

dalam asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung kongestif (CHF).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis

1. Definisi

Penyakit jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat

melaksanakan fungsinya dengan baik, sehingga kerja jantung sebagai

pemompa darah dan oksigen ke seluruh tubuh terganggu. Terganggunya

peredaran oksigen dan darah tersebut dapat disebabkan karena otot jantung

yang melemah, adanya celah antara serambi kiri dan serambi kanan yang

mengakibatkan darah bersih dan darah kotor tercampur (Anies, 2017).

Gagal jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang

paling sering terjadi di seluruh dunia yang mengakibatkan tingginya angka

mortalitas, morbiditas dan juga berdampak secara finansial terutama bagi

lanjut usia (Prihatiningsih & Sudyasih, 2018).

Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu

lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi

tubuh untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu,

sedangkan tekanan pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi

(Paramita, 2021).

2. Etiologi

Gangguan penyakit jantung yang dapat mengganggu kemampuan

jantung sebagai organ pemompa darah menyebabkan suatu kondisi gagal

jantung yang biasanya diakibatkan oleh kegagalan fungsi otot jantung

6
7

sehingga menyebabkan kerusakan jantung, keadaan hemodinamis kronis

yang menetap yang disebabkan karena tekanan atau volume overload yang

menyebabkan hipertrofi dan dilatasi dari ruang jantung, dan kegagalan

jantung dapat juga terjadi karena beberapa faktor eksternal yang

menyebabkan keterbatasan dalam pengisian ventrikel (Rachma, 2014) .

Etiologi gagal jantung kongestif disebabkan oleh, kelainan pada otot

jantung, aterosklerosis coroner, hipertensi sistemik, penyakit jantung lain,

faktor sistemik (Paramita, 2021).

3. Anotomi dan Fisiologi Jantung

a. Anatomi

Anatomi jantung manusia terdiri dari empat ruang:

1) Atrium atau serambi jantung kanan: Menerima darah dari pembuluh

darah dan memompanya ke bilik kanan.

2) Vertikel atau bilik jantung kanan: Menerima darah dari serambi kanan

kemudian memompanya menuju paru-paru.

3) Serambi jantung kiri: Menerima darah kaya oksigen dari paru-paru

dan memompanya ke bilik kiri.

4) Bilik jantung kiri: Menerima darah yang mengandung oksigen lalu

memompanya ke seluruh tubuh. Kontraksi bilik kiri yang kuat

menjadi penanda tekanan darah.


8

Gambar 2.1. Anatomi Jantung

Sumber : https://www.ruangbiologi.co.id/anatomi-jantung/

Selain ruang, struktur anatomi jantung memiliki aorta yang

merupakan arteri besar yang terhubung dengan bilik jantung bagian kiri,

terdapat pembuluh darah yang terhubung dengan antrium kanan disebut

dengan istilah vena cava superior, terdapat katup tricuspid sebagai

pengatur aliran darah yang terdapat di serambi dan bilik kanan, katup

aorta yang mengatur darah kaya oksigen dari bilik kiri mengalir ke aorta,

terdapat katup yang menjaga agar aliran darah tidak mengalir dari

vertikel kiri ke atrium disebut sebagai katup mitral, dan katup pulmonal

yang mengatur aliran darah yang ada di serambi dan bilik kiri.

Jantung memiliki bentuk yang menyerupai buah pir atau berbentuk

kerucut seperti piramida terbalik dengan apeks (superior-posterior:C-II)

berada di bawah dan basis ( anterior-inferior ICS – V) berada di atas.

Pada basis jantung terdapat aorta, batang nadi paru, pembuluh balik atas
9

dan bawah dan pembuluh balik. Jantung sebagai pusat sistem

kardiovaskuler terletak pada sebelah rongga dada (cavum thoraks)

sebelah kiri yang terlindung oleh costae tepatnya pada mediastinum.

Untuk mengetahui denyutan jantung, kita dapat memeriksa dibawah

papill mamae 2 jari setelahnya. Berat organ jantung pada orang dewasa

berkisar 250-350 gram.

1) Hubungan jantung dengan alat sekitarnya

a) Dinding depan berhubungan dengan sternum dan kartilago kostalis

setinggi kosta III-I.

b) Samping berhubungan dengan paru dan fasies mediastilais.

c) Atas setinggi torakal IV dan servikal II berhubungan dengan aorta

pulmonalis, brongkus dekstra dan bronkus sinistra.

d) Belakang alat-alat mediastinum posterior, esophagus, aorta desendes,

vena azigos, dan kolumna vetebrata torakalis.

e) Bagian bawah berhubungan dengan diafragma.

2) Lapisan Jantung

Gambar 2.2 Lapisan Jantung


1

Sumber : https://www.biologiedukasi.com/2016/07/pembagian-katup-jntung-dan-

lapisan.html

a) Luar/pericardium Berfungsi sebagai pelindung jantung atau

merupakan kantong pembungkus jantung yang terletak di

mediastinum minus dan di belakang korpus sterni dan rawan iga II- IV

yang terdiri dari 2 lapisan fibrosa dan serosa yaitu lapisan parietal dan

viseral. Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lender sebagai

pelican untuk menjaga agar gesekan pericardium tidak mengganggu

jantung.

b) Tengah/ miokardium Lapisan otot jantung yang menerima darah dari

arteri koronaria. Susunan miokardium yaitu:

(1) Otot atria: Sangat tipis dan kurang teratur, disusun oleh dua

lapisan. Lapisan dalam mencakup serabut-serabut berbentuk

lingkaran dan lapisan luar mencakup kedua atria.

(2) Otot ventrikuler: membentuk bilik jantung dimulai dari cincin

antrioventikuler sampai ke apeks jantung.

(3) Otot atrioventrikuler: Dinding pemisah antara serambi dan bilik(

atrium dan ventrikel).

c) Dalam / Endokardium Dinding dalam atrium yang diliputi oleh

membrane yang mengilat yang terdiri dari jaringan endotel atau

selaput lender endokardium kecuali aurikula dan bagian depan sinus

vena kava.
1

3) Bagian- bagian dari jantung

a. Basis kordis: Bagian jantung atas yang berhubungan dengan

pembuluh darah besar dan dibentuk oleh atrium sinistra dan sebagian

oleh atrium dekstra.

b. Apeks kordis : Bagian bawah jantung yang berbentuk puncak kerucut

tumpul.

4. Permukaan jantung (fascies kordis)

a) Fascies sternokostalis: Permukaan menghadap kedepan berbatasan

dengan dinding depan toraks, dibentuk oleh atrium dekstra, ventrikel

dekstra dan sedikit ventrikel sinistra.

b) Fascies dorsalis: Permukaan jantung menghadap kebelakang

berbentuk segiempat berbatas dengan mediastinum posterior, dibentuk

oleh dinding atrium sinistra, sebgain atrium sinistra dan sebgain kecil

dinding ventrikel sinistra.

c) Fascies diafragmatika: Permukaan bagian bawah jantung yang

bebatas dengan stentrum tindinium diafragma dibentuk oleh dinding

ventrikel sinistra dan sebagian kecil ventrikel dekstra.

5. Tepi jantung ( margo kordis)

a) Margo dekstra: bagian jantung tepi kanan membentang mulai dari

vena kava superior sampai ke apeks kordis


1

b) Margo sinistra: bagian ujung jantung sebelah tepi membentang dari

bawah muara vena pulmonalis sinistra inferior sampai ke apeks

kordis.

6. Alur permukaan jantung

a) Sulkus atrioventrikularis: Mengelilingi batas bawah basis kordis

b) Sulkus langitudinalis anterior: dari celah arteri pulmonalis dengan

aurikula sinistra berjalan kebawah menuju apeks kordis.

c) Sulkus langitudinals posterior: dari sulkus koronaria sebelah kanan

muara vena cava inferior menuju apeks kordis.

7. Peredaran darah jantung

Gambar 2.3 Peredaran Darah Jantung

Sumber : https://www.dosenpendidikan.co.id/sistem-peredaran-darah/
1

a) Arteri koronaria kanan: berasal dari sinus anterior aorta berjalan

kedepan antara trunkus pulmonalis dan aurikula memberikan cabang-

cabangke atrium dekstra dan ventrikel kanan.

b) Arteri koronaria kiri: lebih besar dari arteri koronaria dekstra

c) Aliran vena jantung: sebagian darah dari dinding jantung mengalir ke

atrium kanan melalui sinus koronarius yang terletak dibagian belakang

sulkus atrioventrikularis merupakan lanjutan dari vena.

b. Fisiologi

Fungsi jantung adalah memompa darah ke paru dan seluruh tubuh

untuk memberikan sari-sari makanan dan 𝑂2 hingga sel terjadi

metabolisme. Pembuluh arteri dan vena berfungsi sebagai pipa yaitu

bertugas menyalurkan darah dari jantung keseluruh jaringan tubuh,

perbedaan mendasar pada arteri dan vena terdapat pada susunan

histoanatomi yang menunjang fungsinya masing – masing (‫ו‬Yudha,

2017).

Jantung dapat dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah

terkait fungsinya sebagai pompa darah. Masing-masing terdiri dari satu

atrium-ventrikel kiri dan kanan. Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian

pompa jantung tersebut, pompa kanan berfungsi untuk sirkulasi paru

sedangkan bagian pompa jantung yang kiri berperan dalam sirkulasi

sistemik untuk seluruh tubuh. Kedua jenis sirkulasi yang dilakukan oleh

jantung ini adalah suatu proses yang berkesinambungan dan berkaitan

sangat erat untuk asupan oksigen manusia demi kelangsungan hidupnya.


1

Terdapat 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah dari

dan menuju ke jantung. Vena cava inferior dan vena cava superior

mengumpulkan darah dari sirkulasi vena (disebut darah biru) dan

mengalirkan darah biru tersebut ke jantung sebelah kanan. Darah masuk

ke atrium kanan, dan melalui katup trikuspid menuju ventrikel kanan,

kemudian ke paru-paru melalui katup pulmonal. Darah yang biru tersebut

melepaskan karbondioksida, mengalami oksigenasi di paru-paru,

selanjutnya darah ini menjadi berwarna merah. Darah merah ini

kemudian menuju atrium kiri melalui keempat vena pulmonalis. Dari

atrium kiri, darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katup mitral dan

selanjutnya dipompakan ke aorta.

Tekanan arteri yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel kiri,

dinamakan tekanan darah sistolik. Setelah ventrikel kiri berkontraksi

maksimal, ventrikel ini mulai mengalami relaksasi dan darah dari atrium

kiri akan mengalir ke ventrikel ini. Tekanan dalam arteri akan segera

turun saat ventrikel terisi darah. Tekanan ini selanjutnya dinamakan

tekanan darah diastolik. Kedua atrium berkontraksi secara bersamaan,

begitu pula dengan kedua ventrikel.

1) Metabolisme Otot Jantung Seperti otot kerangka, otot jantung juga

menggunakan energy kimia untuk berkontraksi. Energy terutama berasal

dari metabolisme asam lemak dalam jumlah yang lebih kecil dari

metabolisme zat gizi terutama laktat dan glukosa. Proses metabolisme

jantung adalah aerobic yang membutuhkan oksigen.


1

2) Pengaruh Ion Pada Jantung

a) Pengaruh ion kalium : kelebihan ion kalium pada CES menyebabkan

jantung dilatasi, lemah dan frekuensi lambat.

b) Pengaruh ion kalsium: kelebihan ion kalsium menyebabkan jantung

berkontraksi spastis.

c) Pengaruh ion natrium: menekan fungsi jantung.

3) Elektrofisiologi Sel Otot jantung

Aktifitas listrik jantung merupakan akibat perubahan permeabilitas

membrane sel. Seluruh proses aktifitas listrik jantung dinamakan

potensial aksi yang disebabkan oleh rangsangan listrik, kimia, mekanika,

dan termis. Lima fase aksi potensial yaitu:

a) Fase istirahat : Bagian dalam bermuatan negative (polarisasi) dan

bagian luar bermuatan positif.

b) Fase depolarisasi (cepat) : Disebabkan meningkatnya permeabilitas

membrane terhadap natrium sehingga natrium mengalir dari luar ke

dalam.

c) Fase polarisasi parsial : Setelah depolarisasi terdapat sedikit

perubahan akibat masuknya kalsium ke dalam sel, sehingga muatan

positih dalam sel menjadi berkurang.

d) Fase plato (keadaan stabil) : Fase depolarisasi diikiuti keadaan stabil

agak lama sesuai masa refraktor absolute miokard.

e) Fase repolarisasi (cepat) : Kalsium dan natrium berangsur-angsur

tidak mengalir dan permeabilitas terhadap kalium sangat meningkat.


1

4) Siklus Jantung Empat pompa yang terpisah yaitu:

Dua pompa primer atrium dan dua pompa tenaga ventrikel. Periode

akhir kontraksi jantung sampai kontraksi berikutnya disebut siklus

jantung.

5) Fungsi jantung sebagai pompa

Lima fungsi jantung sebagai pompa yaitu:

a) Fungsi atrium sebagai pompa.

b) Fungsi ventrikel sebagai pompa

c) Periode ejeksi

d) Diastole

e) Periode relaksasi isometric

Dua cara dasar pengaturan kerja pemompaan jantung

a) Autoregulasi intrinsic pemompaan akibat perubahan volume darah

yang mengalir ke jantung

b) Reflex mengawasi kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung melalui

saraf otonom.

6) Curah jantung

Normal, jumlah darah yang dipompakan ventrikel kiri dan kanan sama

besarnya. Jumlah darah yang dipompakan ventrikel selama satu menit

disebut curah jantung (cardiac output). Faktor-faktor utama yang

mempengaruhi otot jantung:

a) Beban awal
1

b) Kontraktilitas

c) Beban akhir

d) Frekuensi jantung

Periode pekerjaan jantung yaitu:

a) Periode systole

b) Periode diastole

c) Periode istirahat

4. Manisfestasi Klinis

Gejala Congestive Heart Failure (CHF) menurut NHFA, 2016 sebagai

berikut:

a. Sesak nafas terjadi saat beraktifitas pada sebagian besar pasien, awalnya

sesak dengan aktifitas berat, tetapi kemudian berkembang pada tingkat

berjalan dan akhirnya saat istirahat.

b. Ortopnea, pasien menopang diri dengan sejumlah bantal untuk tidur. Hal

ini menunjukkan bahwa gejala lebih cenderung disebabkan oleh

Congestive Heart Failure (CHF), tetapi terjadi pada tahap berikutnya.

c. Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND) juga menunjukkan bahwa gejala

lebih cenderung disebabkan oleh Congestive Heart Failure (CHF), tetapi

sebagian besar pasien dengan (CHF) tidak memiliki PND.

d. Batuk kering dapat terjadi, terutama pada malam hari. Pasien

mendapatkan kesalahan terapi untuk asma, bronkitis atau batuk yang

diinduksi ACEi.
1

e. Kelelahan dan kelemahan mungkin jelas terlihat, tetapi umum pada

kondisi yang lain.

f. Pusing atau palpitasi dapat menginduksi aritmia


1

5. Pathway Gagal Jantung

Sumber : (WOC) dengan menggunakan Standar


Diganosa Keperawatan Indonesia dalam
(PPNI,2017)
2

6. Klasifikasi Gagal Jantung

Klasifikasi Fungsional gagal jantung menurut New York Heart

Association (NYHA), sebagai berikut :

a. Kelas 1 Tidak ada batasan : aktivitas fisik yang biasa tidak menyebabkan

dipsnea napas, palpitasi atau keletihan berlebihan.

b. Kelas 2 Gangguan aktivitas ringan : merasa nyaman ketika beristirahat,

tetapi aktivitas biasa menimbulkan keletihan dan palpitasi.

c. Kelas 3 Keterbatasan aktifitas fisik yang nyata : merasa nyaman ketika

beristirahat, tetapi aktivitas yang kurang dari biasa dapat menimbulkan

gejala.

d. Kelas 4 Tidak dapat melakukan aktifitas fisik apapun tanpa merasa tidak

nyaman : gejala gagal jantung kongestif ditemukan bahkan pada saat

istirahat dan ketidaknyamanan semakin bertambah ketika melakukan

aktifitas fisik apapun (Aspiani, 2016).

7. Penatalaksanaan

Penatalakasanaan gagal jantung dibagi menjadi 2 terapi yaitu

sebagai berikut :

a. Terapi farmakologi : Terapi yang dapat iberikan antara lain golongan

diuretik, angiotensin converting enzym inhibitor (ACEI), beta

bloker, angiotensin receptor blocker (ARB), glikosida jantung ,

antagonis aldosteron, serta pemberian laksarasia pada pasien dengan

keluhan konstipasi.
2

b. Terapi non farmakologi : Terapi non farmakologi yaitu antara lain tirah

baring, perubahan gaya hidup, pendidikan kesehatan mengenai

penyakit, prognosis, obat-obatan serta pencegahan kekambuhan,

monitoring dan kontrol faktor resiko.

8. Pemeriksaan Penunjang

a. Foto thorax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung,

edema atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF.

b. EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung

dan iskemi (jika disebabkan AMI), ekokardiogram.

c. Pemeriksaan laboratorium : Hiponatremia, hiperkalemia pada tahap

lanjut dari gagal jantung, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan

kreatinin meningkat, peninkatan bilirubin dan enzim hati.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

1) Identitas :

1) Identitas pasien :

Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,

suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit

(MRS), nomor register, dan diagnosa medik.

2) Identitas Penanggung Jawab :

Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan

dengan pasien.
2

2) Keluhan utama

1) Sesak saat bekerja, dipsnea nokturnal paroksimal, ortopnea

2) Lelah, pusing

3) Nyeri dada

4) Edema ektremitas bawah

5) Nafsu makan menurun, nausea, dietensi abdomen

6) Urine menurun

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan

pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat

dengan gejala-gejala kongesti vaskuler pulmonal, yakni munculnya

dispnea, ortopnea, batuk, dan edema pulmonal akut. Tanyakan juga

gajala-gejala lain yang mengganggu pasien.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada

pasien apakah pasien sebelumnya menderita nyeri dada khas infark

miokardium, hipertensi, DM, atau hiperlipidemia. Tanyakan juga obat-

obatan yang biasanya diminum oleh pasien pada masa lalu, yang

mungkin masih relevan. Tanyakan juga alergi yang dimiliki pasien.

5) Riwayat Penyakit Keluarga

Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung, dan

penyakit keteurunan lain seperti DM, Hipertensi.


2

6) Pengkajian data

1) Aktifitas dan istirahat : adanya kelelahan, insomnia, letargi, kurang

istirahat, sakit dada, dipsnea pada saat istirahat atau saat beraktifitas

2) Sirkulasi : riwayat hipertensi, anemia, syok septik, asites, disaritmia,

fibrilasi atrial,kontraksi ventrikel prematur, peningkatan JVP, sianosis,

pucat.

3) Respirasi : dipsnea pada waktu aktifitas, takipnea, riwayat penyakit

paru.

4) Pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan muntah.

5) Eliminasi : penurunan volume urine, urin yang pekat, nokturia, diare

atau konstipasi.

6) Neuorologi : pusing, penurunan kesadaran, disorientasi.

7) Interaksi sosial : aktifitas sosial berkurang

8) Rasa aman : perubahan status mental, gangguan pada kulit/dermatitis

7) Pemeriksaan fisik

1) Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan,

distress, sikap dan tingkah laku pasien.

2) Tanda-tanda Vital :

a) Tekanan Darah Nilai normalnya :

Nilai rata-rata sistolik : 110-140 mmHg

Nilai rata-rata diastolik : 80-90 mmHg

b) Nadi Nilai normalnya :

Frekuensi : 60-100x/menit (bradikardi atau takikkardi)


2

c) Pernapasan Nilai normalnya :

Frekuensi : 16-20 x/menit Pada pasien : respirasi meningkat, dipsnea

pada saat istirahat / aktivitas

d) Suhu Badan Metabolisme menurun, suhu menurun.

8) Head to toe examination

1) Mata: konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak

2) Mulut: apakah ada tanda infeksi

3) Telinga : kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan

4) Muka; ekspresi, pucat

5) Leher: apakah ada Kepala : bentuk , kesimetrisan

6) pembesaran kelenjar tiroid dan limfe

7) Dada: gerakan dada, deformitas

8) Abdomen : Terdapat asites, hati teraba dibawah arkus kosta kanan

9) Ekstremitas: lengan-tangan:reflex, warna dan tekstur kulit, edema,

clubbing, bandingakan arteri radialis kiri dan kanan.

10) Pemeriksaan khusus jantung :

a) Inspeksi : vena leher dengan JVP meningkat, letak ictus cordis

(normal : ICS ke5)

b) Palpasi : PMI bergeser kekiri, inferior karena dilatasi atau

hepertrofi ventrikel

c) Perkusi :

batas jantung normal pada orang dewasa

Kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis

Dextra
2

Kanan bawah : SIC IV Linea Para Sternalis

Dextra Kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis

sinistra

Kiri bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra

d) Auskulatsi : bunyi jantung I dan II

BJ I : terjadi karena getaran menutupnya katup atrioventrikular,

yang terjadi pada saat kontraksi isimetris dari bilik pada permulaan

systole.

BJ II : terjadi akibat getaran menutupnya katup aorta dan arteri

pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada

permulaan diastole.

(BJ II normal selalu lebih lemah daripada BJ I)

9) Pemeriksaan penunjang

1) Foto thorax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung,

edema atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF.

2) EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung

dan iskemi (jika disebabkan AMI), ekokardiogram.

3) Pemeriksaan laboratorium : Hiponatremia, hiperkalemia pada tahap

lanjut dari gagal jantung, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin

meningkat, peninkatan bilirubin dan enzim hati.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon

pasien terhadap masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

Diagnosa berdasarkan SDKI adalah :


2

1) Gangguan pertukaran gas (D.0003)

Definisi : kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eliminasi

karbondioksida pada membran alveolus kapiler

Penyebab : Perubahan membran alveolus-kapiler Batasan karakteristik

Kriteria mayor :

1) Subjektif : Dispnea

2) Objektif : PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun,takikardia, pH

arteri meningkat/menurun, bunyi nafas tambahan

Kriteria minor :

1) Subjektif : Pusing, penglihatan kabur

2) Objektif : Sianosis, diaforesis, gelisah,nafas cuping hidung, pola nafas

abnormal, warna kulit abnormal, kesadaran menurun.

Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung Kongestif

2) Pola nafas tidak efektif (D.0005)

Definisi : inspirasi dan/atau ekprasi yang tidak memberikan ventilasi

adekuat.

Penyebab : hambatan upaya nafas (mis: Nyeri saat bernafas) Batasan

karakteristik :

Kriteria mayor :

1) Subjektf : Dipsnea

2) Objektif : Penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspirasi

memanjang, pola nafas abnormal

Kriteria minor :
2

1) Subjektif : Ortopnea

2) Objektif : Pernafasan pursed, pernafasan cuping hidung, diameter

thoraks anterior-posterior meningkat, ventilasi semenit menurun,

kapasitas vital menurun, tekanan ekpirasi dan inspirasi menurun,

ekskrusi dada berubah.

Kondisi klinis terkait : Trauma Thorax

3) Penurunan curah jantung (D.0008)

Definisi : ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme tubuh.

Penyebab : perubahan preload, perubahan afterload dan/atau perubahan

kontraktilitas.

Batasan karakteristik :

Kriteria mayor :

1) Subjektif : Lelah

2) Objektif : Edema, distensi vena jugularis, central venous pressure

(CVP) meningkat/,menurun

Kriteria minor :

1) Subjektif : -

2) Objektif : Murmur jantung, berat badan bertambah, pulmonary artery

wedge pressure (PAWP) menurun.

3) Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung Kongestif.


2

4) Nyeri akut (D.0077)

Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau

lambatberintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3

bulan.

Penyebab : agen pencedera fisiologis (mis: iskemia).

Batasan karakteristik :

Kriteria mayor :

1) Sujektif : Mengeluh nyeri.

2) Objektif : Tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi

meningkat, sulit tidur.

Kriteria minor :

1) Subjektif : -

2) Objektif : Tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan

berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri

sendiri, diaforesis.

3) Kondisi klinis terkait : Cedera Traumatis.

5) Hipervolemia (D.0022)

Definisi : peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisiel, dan/atau

intraseluler.

Penyebab : ganguan mekanisme regulasi

Batasan karakteristik :

Kriteria mayor :
2

1) Subjektif : Ortopnea, dispnea, paroxymal nocturnal dyspnea (PND).

2) Objektif : Edema anasarka dan/atau edema perifer, berat badan

meningkat dalam waktu singkat, JVP dan/atau CVP meningkat ,

refleks hepatojugular (+).

Kriteria minor :

1) Subjektif : -

2) Objektif : Distensi vena jugularis, suara nafas tambahan,

hepatomegali, kadar Hb/Ht turun, oliguria, intake lebih banyak dari

output, kongesti paru.

Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung Kongestif

6) Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)

Definisi : penurunan sirkulasi darah pada level kalpiler yang dapat

menggangu metabolisme tubuh.

Penyebab : penurunan aliran arteri dan/atau vena.

Batasan karakteristik :

Kriteria mayor :

1) Subjektif : -

2) Objektif : Pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun atau tidak

teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, tugor kulit menurun.

Kriteria minor :

1) Subjektif : Parastesia, nyeri ektremitas (klaudikasi intermiten).

2) Objektif : Edema, penyembuhan luka lambat, indeks ankle- brakial.


3

7) Intoleransi aktivitas (D.0056)

Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Penyebab : kelemahan.

Batasan karakteristik :

Kriteria mayor :

1) Subjektif : Mengeluh lelah.

2) Objektif : Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat.

Kriteria minor :

1) Subjektif : Dispnea saat/setelah beraktifitas, merasa tidak nyaman

setelah beraktifitas, merasa lemah.

2) Objektif : Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat,

gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktifitas, gambaran

EKG menunjukkan iskemia,sianosis.

Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung Kongestif.

8) Ansietas (D.0080)

Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap

objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang

memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi

ancaman.

Penyebab : kurang terpapar informasi.

Batasan karakteristik :

Kriteria mayor :
3

1) Subjektif : Merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari

kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi.

2) Objektif : Tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur.

Kriteria minor :

1) Subjektif : Mengeluh pusing, anorexia, palpitasi, merasa tidak

berdaya.

2) Objektif : Frekuensi napas dan nadi meningkat, tekanan darah

meningkat, diaforesis, tremor, muka tampak pucat, suara bergetar,

kontak mata buruk, sering berkemih, berorientasi pada masa lalu.

Kondisi klinis terkait : Penyakit Akut.

9) Defisit nutrisi (D.0019)

Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme.

Penyebab: ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis (mis:

stress, keengganan untuk makan).

Batasan karakteristik :

Kriteria mayaor :

1) Subjektif : -

2) Objektif : Berat badan menurun minimal 10 % dibawah rentang ideal.

Kriteria minor :

1) Subjektif : Cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu

makan menurun.
3

2) Objektif : Bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan

lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun,

rambut rontok berlebihan, diare.

10) Resiko Gangguan integritas kulit (D.0139)

Definisi : beresiko mengalami kerusakan kulit (dermis dan/atau

epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon,

tulang, kartilago, kapsul sendi, dan/atau ligamen).

Faktor resiko : kekurangan/kelebihan cairan, kurang terpapar informasi

tentang upaya mempertahankan/ melindungi integritas jaringan.

Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung Kongestif

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala bentuk treatment yang

dikerjakan oleh perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis

untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,

2018). Diagnosa berdasarkan SIKI adalah :

Tujuan Dan Kriteria


DX. Keperawatan Intervensi
Hasil
1. Pola nafas tidak Tujuan : Setelah (Manajemen jalan nafas
efektif b.d dilakukan tindakan I.01011)
hambatan upaya keperawatan 1. 1 Monitor pola nafas
nafas (mis: diharapkan pola nafas (frekuensi, kedalaman,
nyeri saat membaik. usaha nafas)
bernafas) 1. 2 Monitor bunyi nafas
Kriteria hasil : (pola tambahan (mis: gagling,
nafas L.01004) mengi, Wheezing, ronkhi)
1. Frekuensi nafas 1. 3 Monitor sputum (jumlah,
dalam rentang warna, aroma)
3

normal 1. 4 Posisikan semi fowler atau


2. Tidak ada fowler
pengguanaan otot 1. 5 Ajarkan teknik batuk
bantu pernafasan efektif
3. Pasien tidak 1. 6 Kolaborasi pemberian
menunjukkan bronkodilato, ekspetoran,
tanda dipsnea mukolitik, jika perlu.
2. Defisit nutrisi b.d Tujuan : setelah (Manajemen gangguan makan
ketidakmampuan dilakukan tindakan I.03111)
mencerna keperawatan 2.1 Monitor asupan dan
makanan, faktor diharapkan status keluarnya makanan dan
psikologis nutrisi membaik. cairan serta kebutuhan
(mis:stress,keeng kalori
ganan untuk Kriteria hasil : (status 2.2 Timbang berat badan
makan nutrisi L.03030) secara rutin
1. Porsi makan yang 2.3 Anjurkan membuat
dihabiskan catatan harian tentang
meningkat perasaan dan situasi
2. Perasaan cepat pemicu pengeluaran
kenyang menurun makanan
3. Nafsu makan (mis:pengeluaran yang
membaik disengaja, muntah,
aktivitas berlebihan)
2.4 Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang target berat
badan, kebutuhan kalori
dan pilihan makanan

3. Gangguan Tujuan : Setelah (Pemantauan Respirasi I.01014)


pertukaran gas dilakukan tindakan 3.1 Monitor frekuensi irama,
b.d perubahan keperawatan kedalaman dan upaya
membran diharapkan pertukaran nafas
alveolus-kapiler gas meningkat. 3.2 Monitor pola nafas
3.3 Monitor kemampuan
Kriterian hasil : batuk efektif
(Pertukaran gas 3.4 Monitor nilai AGD
L.01003) 3.5 Monitor saturasi oksigen
1. Dipsnea menurun 3.6 Auskultasi bunyi nafas
2. bunyi nafas 3.7 Dokumentasikan hasil
tambahan pemantauan
menurun 3.8 Jelaskan tujuan dan
3. pola nafas prosedur pemantauan
membaik 3.9 Informasikan hasil
4. PCO2 dan O2 pemantauan, jika perlu
membaik 3.10 Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktifitas
3

dan/atau tidur

4. Ansietas b.d Tujuan : setelah (Terapi reduksi I.09314)


kurang terpapar dilakukan tindakan 4.1 Identifikasi saat tingkat
informasi keperawatan ansietas berubah
diharapkan tingkat 4.2 Pahami situasi yang
ansietas menurun. membuat ansietas
4.3 Dengarkan dengan penuh
Kriterian hasil : perhatian
(Tingkat ansietas 4.4 Gunakan pendekatan yang
L.09093) teang dan meyakinkan
1. Pasien 4.5 Informasikan secara faktual
mengatakan telah mengenai diagnosis,
memahami pengobatan, dan prognosis
penyakitnya 4.6 Anjurkan keluarga untuk
2. Pasien tampak tetap menemani pasien, jika
tenang perlu
3. Pasien dapat 4.7 Anjurkan
beristirahat mengungkapkan perasaan
dengan nyaman dan persepsi
5. Hipervolemia b.d Tujuan : setelah (Manajemen hipervolemia
gangguan dilakukan tindakan I.03114)
mekanisme keperawatan 5.1 Periksa tanda dan gejala
regulasi diharapkan hipervolemia (mis:
keseimbangan cairan ortopnes,dipsnea,edema,
meningkat. JVP/CVP
meningkat,suara nafas
Kriteria hasil : tambahan)
(keseimbangan ciran 5.2 Monitor intake dan output
L. 03020) Tererbebas cairan
dari edema 5.3 Monitor efek samping
1. Haluaran urin diuretik (mis : hipotensi
meningkat ortortostatik,hipovolemia,
2. Mampu hipokalemia,hiponatremia
mengontrol 5.4 Batasi asupan cairan dan
asupan cairan garam
3

5.5 Anjurkan melapor


haluaran urin

6. Nyeri akut b.d Tujuan : setelah (Manajemen nyeri I.08238)


gen penedera dilakukan tindakan 6.1 Identifikasi lokasi,
fisiologis (Mis: keperawatan karakteristik nyeri, durasi,
Iskemia) diharapkan tingkat frekuensi, intensitas nyeri
nyeri menurun. 6.2 Identifikasi skala nyeri
Kriteria hasil : Tingkat 6.3 Identifikasi faktor yang
nyeri (L.08066) memperberat dan
1. Pasien memperingan nyeri
mengatakan nyeri 6.4 Berikan terapi non
berkurang dari farmakologis untuk
skala 7 menjadi 2 mengurangi rasa
2. Pasien nyeri
menunjukkan 6.5 Kontrol lingkungan yang
ekspresi wajah memperberat rasa nyeri
tenang (mis: suhu ruangan,
3. Pasien dapat pencahayaan,kebisingan)
beristirahat 6.6 Anjurkan memonitor
dengan nyaman nyeri secara mandiri
6.7 Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
6.8 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
7. Resiko gangguan Tujuan : setelah (Edukasi Edema I.12370)7
integritas kulit dilakukan tindakan 7..1 Identifikasi kemampuan
d.d kelebihan keperawatan pasien dan keluarga
volume cairan diharapkan integritas menerima informasi
kulit dan jaringan 7..2 Persiapkan materi dan
meningkat. media edukasi (mis:
formulir balance cairan)
Kriteria hasil : 7..3 Berikan kesempatan
(integritas kulit dan pasien dan keluarga
jaringan L.14125) bertanya
1. Resiko 7..4 Jelaskan tentang defenisi,
kerusakan tanda, dan gejala edema
jaringan 7..5 Jelaskan cara penanganan
2. integritas kulit dan pencegahan edema
meningkat 7..6 Intruksikan pasien dan
3. Tidak ada tanda keluarga untuk
3

kemerahan menjelaskan kembali


4. Tidak ada definisi, penyebab, gejala
keluhan dan tanda, penanganan
nyeri pada dan pencegahan edema.
daerah
edema
8. Penurunan curah Tujuan : setelah (Perawatan jantung I.02075)
jantung b.d dilakukan tindakan 8. 1 Identifikasi tanda/gejala
perubahan keperawatan primer penurunan curah
preload/ diharapkan curah jantung
perubahan jantung meningkat. 8. 2 Identifikasi tanda/ gejala
afterload/ sekunder penurunan curah
perubahan Kriteria hasil : (curah jantung
kontraktilitas jantung L.02008) 8. 3 Monitor intake dan output
1. Tanda vital cairan
dalam rentang 8. 4 Monitor keluhan nyeri
normal dada
2. Kekuatan nadi 8. 5 Berikan terapi terapi
perifer relaksasi untuk
meningka mengurangi strees, jika
3. Tidak ada perlu
edema 8. 6 Anjurkan beraktifitas fisik
sesuai toleransi
8. 7 Anjurkan berakitifitas
fisik secara bertahap
8. 8 Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
9. Intoleransi Tujuan : setelah (Manajemen energi I.050178)
aktifitas b.d dilakukan tindakan 9.1 Monitor kelelahan fisik dan
kelemahan keperawatan emosional
diharapkan toleransi 9.2 Monitor pola dan jam tidur
aktifitas meningkat. 9.3 Sediakan lingkungan yang
nyaman dan rendah
Kriteria hasil : stimulus (mis: cahaya,
Toleransi aktivitas suara, kunjungan)
(L.05047) 9.4 Berikan aktifitas distraksi
1. kemampuan yang menenangkan
melakukan 9.5 Anjurkan tirah baring
aktifitas 9.6 Anjurkan melakukan
sehari-hari aktifitas secara bertahap
meningkat 9.7 Kolaborasi dengan ahli
2. Pasien Mampu gizi tentang cara
berpindah meningkatkan asupan
dengan atau makanan
tanpa bantuan
3

3. Pasien
mangatakan
dipsnea saat
dan/atau
setelah
aktifitas
menurun
10. Perfusi perifer Tujuan : setelah (Perawatan sirkulasi I.02079)
tidak efektif b.d dilakukan tindakan 10.1. Periksa sirkulasi
penurunan aliran keperawatan perifer(mis:nadi
arteri dan/atau diharapkan perfusi perifer,edema,pengisian
vena perifer meningkat. kapiler, warna,suhu)
10.2. Identifikasi faktor resiko
Kriteria hasil : perfusi gangguan sirkulasi
perifer (L.02011) 10.3. Lakukan hidrasi
1. Nadi perifer 10.4. Anjurkan menggunakan
teraba kuat obat penurun tekanan
2. Akral teraba darah, antikoagulan, dan
hangat penurun kolestrol, jika
3. Warna kulit perlu
tidak pucat 10.5. Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan
darah secara teratur
10.6. Informasikan tanda dan
gejala darurat yanng
harus dilaporkan.

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi yang dilakukan untuk diagnosa penurunan cardiac

output adalah auskultasi bunyi jantung. Tindakan ini sangat penting karena

menurut Smeltzer (2002), jantung diauskultasi mengenai adanya bunyi

jantung S3 dan S4. Adanya tanda tersebut berarti bahwa pompa mulai

mengalami kegagalan, dan pada setiap denyutan, darah yang tersisa di

dalam ventrikel semakin banyak. Frekuensi dan irama juga harus dicatat.

Frekuensi yang terlalu cepat menunjukkan bahwa ventrikel membutuhkan


3

waktu yang lebih banyak untuk pengisian, serta terdapat stagnasi darah yang

terjadi di atrium dan akhirnya juga di paru.

Implementasi selanjutnya yaitu mengobservasi gambara ECG dan foto

thorax. Adanya depresi segmen ST dan datarnya gelombang T dapat terjadai

karena peningkatan kebutuhan oksigen miokard meskipun tak ada penyakit

arteri koroner. Foto dada dapat menunjukkan pembesaran jantung dan

perubahan kongesti pulmonal.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan setiap hari setelah semua implementasi dilakukan.

Berdasarkan implementasi yang sudah dilakukan, kondisi pasien mengalami

peningkatan. Hal ini terlihat dari keadaan umum, tanda vital yang mulai

membaik setelah pemberian tindakan keperawatan.

Evaluasi terakhir dilakukan pada tanggal 31 Desember 2021 pukul

11:00 dimana planningnya adalah melanjutkan intervensi karena pasien

masih memerlukan beberapa intervensi, sehingga implementasi yang sudah

dilakukan akan dapat memperbaiki kondisi klien.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dalam

bentuk Literature review yang mengeskplorasi suatu masalah asuhan

keperawatan terhadap pasien yang mengalami gagal jantung kongestif (CHF).

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang

meliputi identifikasi data hasil pengkajian, diagnosis keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang digunakan adalah 2 pasien dengan kasus

penyakit gagal jantung kongestif di RSUD Abdul Wahab Syahranie

Samarinda.

C. Definisi Operasional

1. Gagal Jantung Kongestif

Merupakan keadaan dimana jantung sebagai organ pompa untuk

mengantarkan darah yang kaya akan oksigen keseluruh tubuh tidak cukup

untuk memenuhi kebutuhan tubuh sehingga tubuh mengalami kelemahan

atau intoleransi dalam aktivitas (Wulan, 2017). Pada kasus ini untuk

menentukan gagal jantung kongestif adalah berdasarkan rekam medik

pasien yang telah didiagnosis oleh dokter.

38
2. Asuhan keperawatan

Asuhan keperawatan yang komprehensif dimana proses kegiatan

praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien gagal

jantung kongestif dalam tatanan pelayanan kesehatan meliputi : pengkajian,

diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi untuk

mengatasi masalah pada pasien dengan gagal jantung kongestif.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Lokasi penelitian dilakukan berdasarkan rekam medik 2 pasien yang dirawat

di ruang ICCU RSUD Abdul Wahab Syahranie.

2. Waktu

Penelitian dilakukan pada tanggal Desember 2021

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Agar dapat diperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam

penelitian ini, diperlukan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara meliputi hasil anamnesis yang berisi mengenai identitas

pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,

riwayat penyakit keluarga, sumber data dari klien, keluarga, perawat

lainnya.

3
2. Observasi dan pemeriksaan fisik

Teknik pengumpulan data ini meliputi, inspeksi, palpasi, perkusi,

auskultasi pada sistem tubuh pasien.

3. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

cara mempelajari dokumen untuk mendapatkan suatu data atau informasi

yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Studi dokumentasi dalam

penelitian ini adalah dengan melihat hasil dari pemeriksaan diagnostik dan

data lain yang relevan, seperti hasil laboratorium, radiologi, ataupun

pemeriksaan fisik lainnya untuk mengetahui kelainan-kelainan pada pasien.

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini merupakan format

asuhan keperawatan medikal bedah sesuai ketentuan yang berlaku di

Poltekkes Kemenkes Kaltim.

F. Keabsahan Data

Keabsahan data yang dilakukan peneliti dimaksudkan untuk

membuktikan kualitas data atau informasi yang diperoleh peneliti dengan

melakukan pengumpulan data menggunakan format asuhan keperawatan

sehingga menghasilkan sebuah data yang akurat. Selain itu, keabsahan data

dilakukan dengan memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan minimal

selama tiga hari, sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga

sumber data utama yaitu pasien, perawat dan keluarga pasien yang berkaitan

dengan masalah yang teliti.

4
G. Analisis Data

Pengumpulan data sebelumnya dilakukan melalui teknik observasi,

wawancara, dan studi dokumentasi, dalam teknik pengumpulan data tersebut

menggunakan analisa data. Analisa data dilakukan sewaktu pengumpulan data

sampai semua data terkumpul. Data yang dikumpulkan tersebut dapat berupa

data subjektif dan data objektif. Setelah itu peneliti menegakkan diagnosa

keperawatan. Kemudian dari diagnosa tersebut sebagai acuan dalam menyusun

intervensi atau rencana asuhan keperawatan. Kemudian melakukan

implementasi atau pelaksanaan serta mengevaluasi asuhan keperawatan yang

telah diberikan kepada pasien.

4
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil dan pembahasan mengenai asuhan

keperawatan pasien dewasa dengan Congestive Heart Failure (CHF) dan

gambaran lokasi umum penelitian, yaitu RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda. Pengambilan data dilakukan dengan me-review 2 karya tulis ilmiah

dari ruangan ICCU dengan mengambil sampel sebanyak 2 pasien. Adapun hasil

penelitiannya diuraikan sebagai berikut :

A. Hasil Studi Kasus

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang ICCU RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda yang terletak di Jl. Palang Merah Indah N0. 01, Kelurahan Sidodadi

Kecematan Samarinda Ulu, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur. RSUD

Abdul Wahab Sjahranie diresmikan pada tanggal 22 Februari 1986, dimana

sebelumnya bernama Lanschap Hospital yang dibangun pada tahun 1933. RSUD

Abdul wahab Sjahranie adalah rumah sakit tipe A sebagai Rumah Sakit rujukan

terdapat fasilitas pelayanan IGD 24 jam, Poliklinik Spesialis, Laboratium,

Instalisasi radiologi, Instalisasi Bedah Sentral, Apotek, Instalisasi Gizi, Histologi?

kamar Jenazah, Fisioterapi, Ruang Kemoterapi, CSSD, Ruang Intensif Terpadu,

Ruang Hemodalisa, Ruang Bersalin/VK, Gedung Pavilium, Instalisasi Rawat Inap

(kelas I,II,III, dan VIP).

4
Pada studi kasus ini peneliti melakukan studi kasus di ruang ICCU

(Intensive Cardiologi Care Unit) merupakan ruangan yang melayani perawatan

pasien yang mengalami gangguan pada jantung. Pada ruang ICCU sendiri terdapat

9 tempat tidur pasien menggelilingi nurse station, 1 ruang isolasi pasien, 2 toilet

pasien, 1 ruang kepala perawat dan perawat, 1 toilet perawat, 1 ruang obat, 1

ruang laken bersih dan 1 nurse station terlletak ditengah tempat tidur pasein.

2. Data Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Tabel 4.1. pengkajian klien dengan Penyakit Jantung Koroner di Ruang

ICCU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda tahun 2022

Data
No. Pasien I ( Tn. J) II (Tn.T)
Anamnesis
1 Nama Pasien Tn. J Tn. T
2 Tanggal Lahir 13 September 1976 15 Desember 1960
3 Suku/bangsa Jawa Gorontalo
4 Agama Islam Khatolik
5 Pendidikan SMP S1
6 Pekerjaan IRT Frelance
Jl. Kadrie Oning gg
7 Alamat Jl. Anggana komplek bersama blok b
no.29
Sumber
8 Keluarga dan pasien Keluarga dan pasien
Informasi
9 No. Registrasi 0119989 01145734
10 Tanggal MRS 24 desember 2021 26 desember 2021
11 Tanggal 27 desember 2021 27 desember 2021

4
Pengkajian
Pasien masuk melalui
UGD RSUD Abdul
Pasien masuk melalui
Wahab Sjahranie pada
UGD RSUD Abdul
tanggal 24 Desember
Wahab Sjahranie pada
2021 pukul 13.30 WIB.
Tanggal 26 Desember
Saat dilakukan
2021 Pukul 21.30 WIB.
pengkajian tentang
Dengan keluhan sesak
riwayat kesehatan sesak
nafas sejak 3 jam yang
nafas dirasakan sejak ±2
lalu disertai dengan nyeri
hari yang lalu sebelum
dada yang tidak menjalar
masuk rumah sakit,
dan keringat dingin yang
semakin sesak saat
12 Keluhan utama dirasakan saat istirahat.
beraktivitas, nyeri pada
Tampak lemah dan wajah
dada sebelah kiri, durasi
pucat. Hasil pemeriksaan
5 menit, skala nyeri 5,
Tanda-tanda vital:
tubuh terasa lemah,
- TD: 125/61 mmhg
edema pada ekstermitas
- Suhu: 36,5
bawah. Hasil
- Nadi : 96x/i
pemeriksaan
- RR: 30x/i
Tanda-tanda vital:
- TD : 110/59 mmhg
- suhu : 36.9
.
- Nadi : 99x/i
- RR : 28x/i
Sesak nafas sejak ±2
Riwayat hari saat aktivitas terasa Sesak nafas saat
13 Penyakit sesak, perut membesar beraktivitas,terdapat edem
Sekarang sejak ±1 Bulan yang dikedua kaki pasien.
lalu kaki tangan bengkak

4
Riwayat
Pasien tidak ada riwayat Pasien tidak ada riwayat
14 Penyakit
penyakit dahulu penyakit dahulu
Dahulu
Pasien mengatakan
Riwayat Pasien mengatakan
memiliki riwayat
15 penyakit memiliki riwayat
Diabetes dari orang tua
keluarga Hipertensi dan jantung
bapak

16 Pasien Tn. J Pasien Tn. T

Keterangan:
Keterangan:
: Laki-laki hidup
: Laki-laki hidup
: Laki-laki meninggal
: Laki-laki meninggal

: Pasien
: Pasien

: Perempuan hidup
: Perempuan hidup

: Perempuan meninggal
: Perempuan meninggal

Tabel 4.2. Hasil Pengkajian Klein dengan Jantung Koroner di RSUD Abdul

4
Wahab Sjahranie Samarinda tahun 2022

No Observasi Pasein I (Tn. J) Pasien II (Tn.T)

Posisi pasien semi


Posisi pasien semi fowler,
fowler, terpasang alat
1 Keadaan Umum terpasang alat IV ditangan
IV ditangan kana, KU
kana, KU sedang
sedang
Compos mentis Compos mentis
2 Kesadaraan
E4M6V5 E4M6V5
TD : 110/59mmhg TD :125/61mmHg
Nadi : 99x/menit Nadi : 96x/menit
Temp : 36,9 º C Temp : 36.6 ºC
3 Tanda-tanda Vital
RR : 28x/menit RR : 30x/menit
Spo2 : 98% Spo2 : 98%
MAP : mmHg MAP : mmHg
Pasien mengeluh
Paseien mengeluh nyeri
nyeri
P : saat beraktivitas dan
P : saat beraktivitas
istirahat
Q : seperti ditusuk -
Q : seperti ditusuk-tusuk
4 Kenyamanan/Nyeri tusuk
R : dada kiri
R : dada kiri
S : skala 5
S : skala 5
T : sewaktu-waktu ( 5-
T : sewaktu-waktu
10menit)
timbul ( 5-10 menit)
Masalah
5 Nyeri akut Nyeri akut
Keperawatn

4
Total skor : 9
Total skor : 11
Dengan ketegori
Dengan ketegori tingkat
Status Fungsional tingkat
6 katergantungan pasien
Barthel Index katergantungan pasien
adalah ketergantungan
adalah
berat
ketergantungan berat

Masalah
7 Intoleransi aktivitas Intoleransi aktivitas
Keperawatan

Tabel 4.3. Hasil Anamnesia Pemeriksaan Fisik Pasien Dengan Jantung Koroner di

RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda tahun 2022

No Pemeriksaan Fisik Pasien I (Tn.J) Pasien II (Tn.T)

1 Pemeriksaan Fisik Kepala : Kepala :

Kepala Simetris, kulit kepala Simetris, kulit kepala

bersih, penyebaran rambut bersih, penyebaran

merata, warna rambut rambut merata, warna

hitam rambut hitam

Mata : Mata :

Sklera putih, konjungtiva Sklera putih,

merah muda, palpebral konjungtiva merah

tidak ada edema, reflek muda, palpebral tidak

4
No Pemeriksaan Fisik Pasien I (Tn.J) Pasien II (Tn.T)

cahaya (+), pupil isokor ada edema, reflek

dan tidak ada kelainan. cahaya (+), pupil

isokor dan tidak ada

Hidung : kelainan.

tidak ada pernafasan

cuping hidung, posisi Hidung :

septum nasal ditengah, tidak ada pernafasan

lubang hidung bersih, cuping hidung, posisi

tidak ada penurunan septum nasal ditengah,

ketajaman penciuman dan lubang hidung bersih,

tidak ada kelainan. tidak ada penurunan

ketajaman penciuman

Rongga mulut dan lidah dan tidak ada kelainan.

Warna bibir Rongga mulut dan

kecoklatan,warna lidah lidah :

merah muda,mukosa Warna bibir

lembab, ukuran tonsil kecoklatan,warna lidah

T1/T1, letak uvula merah muda,mukosa

simetris di tengah. lembab, ukuran tonsil

T1/T1, letak uvula

simetris di tengah.

4
No Pemeriksaan Fisik Pasien I (Tn.J) Pasien II (Tn.T)

2 Masalah Tidak terdapat masalah Tidak terdapat masalah

Keperawatan keperawatan keperawatan

3 Pemeriksaan Keluhan : Keluhan :

Thorax Pasien mengeluh sesak Pasien mengeluh sesak

nafas dan nyeri dada nafas dan nyeri dada

Inspeksi : Inspeksi :

Bentuk dada simteris, Bentuk dada simteris,

tidak ada batuk, frekuensi tidak ada batuk,

nafas 22x/menit, pola frekuensi nafas

napas cepat irama nafas 25x/menit, pola napas

teratur, pola napas cepat irama nafas

dispnea, tidak ada teratur, pola napas

pernafasan cuping hidung, dispnea, tidak ada

tidak ada penggunaan otot pernafasan cuping

bantu nafas. Pasien hidung, tidak ada

terpasang O2 nasal kanul penggunaan otot bantu

3 lpm dengan posisi semi nafas. Pasien terpasang

fowler. O2 nasal kanul 4 lpm

dengan posisi semi

Palpasi : fowler.

a. Vokal premitus dada

4
No Pemeriksaan Fisik Pasien I (Tn.J) Pasien II (Tn.T)

teraba getaran meningkat Palpasi :

diseluruh lapang dada a. Vokal premitus dada

baik dextra maupun teraba getaran

sinistra saat pasein meningkat diseluruh

mengatakan tujuh puluh lapang dada tidak baik

tujuh dextra maupun sinistra

b. Ekspansi paru antcrior saat pasein mengatakan

dan posterior simetris tujuh puluh tujuh

antara dextra dan sinistra. b. Ekspansi paru

c. Tidak ada kelainan antcrior dan posterior

simetris antara dextra

Perkusi : dan sinistra.

Sonor, batas paru hepar c. ada kelainan

pada ICS ke IV

Perkusi :

Auskultasi : Sonor, batas paru hepar

Suara nafas vesikuler pada ICS ke IV

Auskultasi :

Suara nafas vesikuler

4 Masalah Pola nafas tidak efektif Pola nafas tidak efektif

Keperawatan

5
No Pemeriksaan Fisik Pasien I (Tn.J) Pasien II (Tn.T)

5 Pemeriksaan a) Klein mengeluh nyeri a) Klein mengeluh

Jantung dada nyeri dada

P : saat beraktivitaas dan P : saat beraktivitaas

istirahat dan istirahat

Q : seperti ditusuk-tusuk Q : seperti ditusuk-

R : dada kiri tusuk

S : skala 5 R : dada kiri

T : sewakti-waktu (5- S : skala 3

10menit) T : sewakti-waktu (1-

5menit)

b) Inspeksi : tidak adanya

pulsasi iktus kordis, CRT b) Inspeksi : tidak

<3 detik, tidak ada adanya pulsasi iktus

sianosis kordis, CRT <3 detik,

c) palpasi : ictus cordis tidak ada sianosis

teraba di ICS V linea c) palpasi : ictus cordis

midelavikula sinistra, teraba di ICS V linea

tidak ada pembengkakan midelavikula sinistra,

jantung, akral hangat. tidak ada

pembengkakan

d) perkusi : jantung, akral hangat.

5
No Pemeriksaan Fisik Pasien I (Tn.J) Pasien II (Tn.T)

a. batas atas: ICS II

linea sterna dextra d) perkusi :

b. batas bawah : ICS V a. batas atas: ICS II

line midcalvicula linea sterna dextra

sinistra b. batas bawah : ICS

c. batas kanan : ICS IV V line

line sterna dextra midcalvicula

d. batas kiri : ICS IV sinistra

line sterna sinistra c. batas kanan : ICS

IV line sterna

e) Auskultasi : dextra

a. BJ II-Aorta : irama d. batas kiri : ICS IV

reguler, tunggal dan line sterna sinistra

intensitas kuat.

b. BJ II-Pulmonal : e) Auskultasi :

irama reguler, a. BJ II-Aorta : irama

tunggal dan reguler, tunggal

intensitas kuat dan intensitas

c. BJ I-Trikuspid : kuat.

irama reguler, b. BJ II-Pulmonal :

tunggal dan irama reguler,

intensitas kuat tunggal dan

5
No Pemeriksaan Fisik Pasien I (Tn.J) Pasien II (Tn.T)

d. BJ I-Mitral : irama intensitas kuat

reguler, tunggal dan c. BJ I-Trikuspid :

intensitas kuat. irama reguler,

tunggal dan

intensitas kuat

d. BJ I-Mitral : irama

reguler, tunggal

dan intensitas

kuat.

6 Masalah Penurunan curah jantung Penurunan curah

Keperawatan jantung

7 Pemeriksaan Berat badan pasien 60 Berat badan pasien 60

Sistem Pencernaan Kg, tinggi badan pasien Kg, tinggi badan

dan Nutrisi 165 cm dan IMT 18,5 pasien 175 cm dan

(berat badan normal). IMT 18,5 (berat badan

BAB 1x sehari konsistensi kurang). BAB 1x

lunak, frekuensi makan 2x sehari konsistensi

sehari nafsu makan baik lunak, frekuensi makan

tidak menurun. 3x sehari nafsu makan

baik tidak menurun.

Pemeriksaan Abdomen

5
No Pemeriksaan Fisik Pasien I (Tn.J) Pasien II (Tn.T)

Inpeksi : Pemeriksaan Abdomen

Bentuk abdomen buncit, Inpeksi :

tidak ada benjolan/massa Bentuk abdomen

Auskultasi : buncit, tidak ada

Peristalic 18x/menit benjolan/massa

Palpasi : Auskultasi :

Tidak ada nyeri tekan. Peristalic 18x/menit

Tidak ada massa Palpasi :

Perkusi : Tidak ada nyeri tekan.

Ginjal tidak ada nyeri Tidak ada massa

ketuk dan tidak ada asites Perkusi :

Ginjal tidak ada nyeri

ketuk dan tidak ada

asites

8 Sistem Persyarafan Memory panjang, Memory panjang,

perhatian dapat perhatian dapat

mengulang, bahasa baik mengulang, bahasa

kongnisi baik, orientasi baik kongnisi baik,

baik, saraf sensori nyeri orientasi baik, saraf

tusuk, suhu, dan sentuhan sensori nyeri tusuk,

baik. Saraf koordinasi suhu, dan sentuhan

baik baik. Saraf koordinasi

5
No Pemeriksaan Fisik Pasien I (Tn.J) Pasien II (Tn.T)

baik

Reflex Fisisologis:

• Patella: normal Reflex Fisisologis:

• Achilles: normal • Patella: normal

• Bisep: normal • Achilles: normal

• Trisep: normal • Bisep: normal

• Brakioradialis: normal • Trisep: normal

• Brakioradialis:

Reflex Patologis : Tidak normal

ada keluhan pusing,

istirahat/tidur 6-8 jam Reflex Patologis :

/hari. Pemeriksaan saraf Tidak ada keluhan

kranial : pusing, istirahat/tidur

• N1 (olfaktorius) :Normal 6-8 jam /hari.

(pasien mampu Pemeriksaan saraf

membedakan bau minyak kranial :

kayu putih dan alcohol) • N1 (olfaktorius)

• N2 (optikus) : Normal :Normal (pasien

(pasien mampu melihat mampu membedakan

dengan jarak 30 cm) bau minyak kayu putih

• N3 (okulomotorius) : dan alcohol)

Normal (dapat • N2 (optikus) : Normal

5
No Pemeriksaan Fisik Pasien I (Tn.J) Pasien II (Tn.T)

menggerakan bola mata (pasien mampu melihat

ke atas dan ke bawah) dengan jarak 30 cm)

• N4 (troklearis) : Normal • N3 (okulomotorius) :

(dapat menggerakan bola Normal (dapat

mata ke atas dan ke menggerakan bola

bawah) mata ke atas dan ke

• N5 (trigeminus) : bawah)

Normal (pasien mampu • N4 (troklearis) :

mengunyah) • N6 Normal (dapat

(abdusen) : Normal menggerakan bola

(pasien mampu mata ke atas dan ke

menggerakan mata bawah)

kesamping) • N5 (trigeminus) :

• N7 (fasialis) : Normal Normal (pasien mampu

(pasien mampu mengunyah) • N6

membedakan rasa pahit (abdusen) : Normal

dan manis) (pasien mampu

• N10 (vagus) : Normal menggerakan mata

(pasien mampu berbicara kesamping)

dengan baik dan jelas) • N7 (fasialis) : Normal

• N11 (asesoris) : Normal (pasien mampu

(pasien mampu membedakan rasa pahit

5
No Pemeriksaan Fisik Pasien I (Tn.J) Pasien II (Tn.T)

menggerakan lengan dan dan manis)

melawan tekanan) • N10 (vagus) : Normal

• N12 (hipoglosus) : (pasien mampu

Normal (posisi dan berbicara dengan baik

gerakan lidah dan jelas)

baik)mengangkat alis • N11 (asesoris) :

mata) Normal (pasien mampu

• N8 menggerakan lengan

(verstibulocochlearis) : dan melawan tekanan)

Normal (pendengaran • N12 (hipoglosus) :

baik) Normal (posisi dan

• N9 (glosofaringeus) : gerakan lidah

Normal (pasien mampu baik)mengangkat alis

mata)

• N8

(verstibulocochlearis) :

Normal (pendengaran

baik)

• N9 (glosofaringeus) :

Normal (pasien mampu

9 Masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah

Keperawatan keperawatan keperawatan

5
No Pemeriksaan Fisik Pasien I (Tn.J) Pasien II (Tn.T)

10 Pemeriksaan a) Kebersihan : Bersih a) Kebersihan : Bersih

Sistem Perkemihan b) Kemampuan berkemih b) Kemampuan

: berkemih :

1. Spontan 1. Spontan

2. Produksi urine : 2. Produksi urine :

1200ml/hari 1500ml/hari

3. Warna: kuning cerah 3. Warna: kuning

c) Tidak ada distensi cerah

kandung kemih c) Tidak ada distensi

d) Tidak ada nyeri tekan kandung kemih

pada kandung kemih d) Tidak ada nyeri

tekan pada kandung

kemih

11 Pemeriksaan 1. Pergerakan sendi : 1. Pergerakan sendi :

Sistem Bebas 2. Kekuatan otot Bebas

Muskuloskeletal 2. Kekuatan otot

dan Itegumen 5 5 5 5

5 5 5 5

3. Tidak ada kelainan

3. Tidak ada kelainan ekstermitas

ekstermitas 4. Tidak ada kelainan

4. Tidak ada kelainan tulang belakang

5
No Pemeriksaan Fisik Pasien I (Tn.J) Pasien II (Tn.T)

tulang belakang 5. Tidak ada fraktur

5. Tidak ada fraktur 6. Turgor kulit baik

6. Turgor kulit baik 7. Tidak ada luka

7. Tidak ada luka 8. Tidak ada edema

8. Tidak ada edema pada pada ekstermitas

ekstermitas

12 Masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah

Keperawatan keperawatan keperawatan

13 Pemeriksaan Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran

Sistem Endokrin kelenjar tyroid dan tidak kelenjar tyroid dan

ada pembesaran kelenjar tidak ada pembesaran

getah bening kelenjar getah bening

14 Masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah

Keperawatn keperawatan keperawatan

Tabel 4.4. Hasil Pengkajian Psikologis dan lingkungan dengan pasien jantung

koronerdi RSUD Abdul wahab Sjahranie Samarinda tahun 2022

No Jenis Pemeriksaan Pasien I (Tn.J) Pasien II (Tn.T)

5
Total skor penilaian
resiko pasien jatuh Total skor penilaian resiko
Keamanan dengan skala morse pasien jatuh dengan skala
1
Lingkungan adalah : 25 pasien morse adalah : 25 pasien
dalam kategori dalam kategori sedang
sedang
• Persepsi klien
terhadap penyakitnya • Persepsi klien terhadap
adalah merupakan penyakitnya adalah
kesalahan ia sewaktu merupakan kesalahan ia
muda dikarenakan sewaktu muda dikarenakan
pola hidup yang pola hidup yang kurang
kurang baik dengan baik dengan pernah
pernah meminum meminum alkohol dan
Pengkajian
2 alkohol dan merokok. merokok.
Psikososial
• Ekspresi klien • Ekspresi klien terhadap
terhadap penyakitnya penyakitnya adalah
adalah murung/diam. murung/diam.
• Pasien kooperatif • Pasien kooperatif saat
saat interaksi. interaksi.
• Pasien tidak • Pasien tidak mengalami
mengalami gangguan gangguan konsep diri
konsep diri
Masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah
3
Keperwatan keperawatan keperawatan
• Mandi 2 kali sehari • Mandi 2 kali sehari
• Keramas 2 kali • Keramas 2 kali sehari
Personal Hygiene &
4 sehari • Ganti pakaian • Ganti pakaian 2 kali
Kebiasaan
2 kali sehari sehari
• Sikat gigi 2 kali • Sikat gigi 2 kali sehari

6
sehari

Kebiasaan beribadah Kebiasaan beribadah


pasien sebelum dan pasien sebelum dan selama
5 Pengkajian Spiritual
selama sakit pasien sakit pasien sering
sering beribadah beribadah

Tabel 4.5. Penatalaksanaan terapi Klein dengan penyakit jantung koroner di

RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda tahun 2022

Pasien I (Tn.J) Pasien II (Tn.T)


Obat Oral
1. CPG 75mg, 1x1 Obat Oral
2. ASA 80mg, 1x1 1. Brilinta 90mg, 2x1
3. Simvastatin 20mg, 1x1 2. Atorvastatin 20mg, 1x1
4. ISDN 5mg, 3x1 5. Captopril 25mg, 3. Bisoprolol fumarate 5mg, 3x1
3x1 4. ISDN 5mg, 3x1
5. Miniaspi 80mg, 1x1
Obat Injeksi
1. Pethidin ½ ampul (intramuscular) Obat Injeksi
2. Diviti 1x2,5 cc (subkutan) 1. NTG (syrnge pump) Kec 3,0
3. IV Line RL 10tpm CC/Jam
4. Sp Dobutamin ( syrnge pump) kec 2. RL 10tpm
2,8 CC/Jam

6
Tabel 4.6. Hasil pemeriksaan penunjang pada Tn. J dan Tn. T dengan

penyakit jantung koroner di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarida

tahun 2022

1. Pasien I (Tn. J)

No Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal


1 Laboratium Leukosit : 10,35 103 /μl 4,80 – 10,80
Eritrosit : 4,07 106 /μl 103/μl
Hemoglobin : 12,2 g/dl 4,20 – 5,40 106 /μ
Hematokrit : 35,6 % 12,0 – 16,0 g/dl
Creatinin : 0,8 mg/dl 37,0 – 54,0 %
Troponin : 1 ng/dl PCO2 : 0,6 – 1,2 mg/dl
45.80 mmHg PO2 : 79.60
mmHg
2 EKG Irama : Reguler Reguler
Frekuensi : 58 x/menit 60-100 x/menit
Segmen ST : Elevasi Segmen ST :
Aritmia Segaris/isoelektris
Sinus Rythm

2. Pasein II (Tn. T)

No Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal


1 Laboratium Hemoglobin 11.6g/dl 12-16
Leukosit 10,310mm3 5.000 - 10.000
Trombosit: 142.000/mm3 150.000 - 400.000
Hematrokrit: 49% 37-43%
Ureum darah: 329mg/dl 10,0- 50,0mg/dl
Kreatinin darah:9.4mg/dl 0,6- 1,2mg/dl
Natrium : 136Mmol/L 136- 146Mmol/L

6
Kalium:4.6Mmol/L 3,5- 5,2Mmol/L
Klorida serum: 104Mmol/L 97- 111 Mmol/L

2 EKG Irama : Reguler Reguler


Frekuensi : 58 x/menit 60-100 x/menit
Segment ST : Elevasi Segaris/isoelektris
Aritmia Sinus Rythm

b. Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.7. Diagnosa Keperawatn dengan penyakit jantung koroner di ruang

ICCU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda tahun 2022

1. Pasien I (Tn. J)

Analisa Data Etiologi Diagnosis Keperawatan

DS : - klei megeluh Perubahan preload dan Penurunan curah jantung


sesak setiap afterload
melakukan aktivitas
tingan ataupu berat
DO : - klein nampak
lemah meringis
- warna kulit pucat
dan sianosis

6
DS : - klein Agen pencedra fisologis Nyeri akut
mengeluh nyeri di
bagian darah sebelah
kanan
P : pada saat
beraktivitas
Q : seperti tertusuk-
tusuk
R : dada kanan
S : 3
T : 1-5menit
DO : - klein tampak
meringis
- klein tampak
gelisah
DS : - klein Kelebihan asupan cairan Hipervolemia
mengatakan sakit
dileher terasa kering
DO : - klein nampak
lemah
- klein nampak
membran mukosa
kering dan turgor
kulit menurun
DS : - klein Hambatan upaya nafas Pola Nafas Tidak Efektif
mengatakan sesak
dibagian dada
DO : - klein
dipasangkan simple
mask

6
- klein nampak
meringis
DS : - klein Ketidak keseimbangan Intoleransi Aktivitas
mengatakan sering suplai dan kebutuhan
mengalami keletihan oksigen
atau lemah setiap
kali aktivitas
DO : - klein nampak
berbaring ditempat
tidur
- mobilisasi dibantu
oleh keluarga
- skala aktivitas 2
(memerlukan
bantuan orang lain)
- klein tampak
lemah

2. Pasien II (Tn. T)

Analisa Data Etiologi Diagnosis


Keperawatan
DS : - klein mengeluh Perubahan preload dan Penurunan Curah
sesak sesak setiap perubahan afterload Jantung
melakukan aktifitas
ringan ataupun berat
DO : - klein nampak
lemah
- warna kulit klein
pucat dan sianosis

6
DS : - klein mengeluh Agen pencedra fisologis Nyeri Akut
nyeri di bagian darah
sebelah kanan
P : pada saat
beraktivitas
Q : seperti tertusuk-
tusuk
R : dada kanan
S : 5
T : 5-10menit
DO : - klein tampak
meringis
- klein tampak gelisah
DS : - klein mengeluh Hambatan upaya nafas Pola Nafas Tidak
sesak nafas Efektif
DO : - klein terpasang
02 nasal kanul dengan
flow 3 lpm
DS : - klein mengeluh Ketidakseimbangan antara Intoleransi Aktivitas
lelah saat melakukan suplai dan kebutuhan
kegiatan oksigen
DO : - klein tampak
lemah

6
c. Intervensi Keperawatan

Tabel 4.8. Intevensi Keperawatan pada pasien I (Tn. J) di ruang ICCU RSUD

Abdul Wahab Sjahranie Samarinda tahun 2022

Diagnosis Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Keperawatan Hasil
Penurunan curah Curah Perawatan jantung (1.02075)
jantung b.d jantung(L.02008) Observasi :
Perubahan preload Setelah dilakukan 1.1 Identifikasi tanda/gejala
dan jantung tindakan keperawatan primer penurunan curah
perubahan selama 3x8 jam jantung (meliputi dispnea,
afterload (D.0088) diharapkan masalah kekelahan, edema, ortopnea,
keperawatan paraoxysmal, nocturnal
ketidakadekuatan dyspnea, peningkatan CVP)
jantung memopa darah 1.2 monitor tekanan darah
meningkat dengan (termasuk tekanan darah
kriteria hasil : ortostastik, jika perlu)
1. tekanan darah 1.3 monitor intake dan output
2. CRT sedang <3 cairan
detik 1.4 monitor keluhan nyeri
3. distensi vena dada
jugularis menurun 1.5 monitor keluhan nyeri
4. gambaran EMG dada (mis. Intensitas, lokasi,
arituna menurun radiasi, durasi, presivitasl yang
5. lelah menurun mengurangi nyeri)
1.6 monitor saturasi oksigen
1.7 monitor EKG 12
Terapeutik :
1.8 posisikan pasien semi-
fowler atau fowler dengan

6
kaki kebawah atau posisi
nyaman
1.9 berikan diet jantung yang
sesuai (mis. Batasi asupan
kafein, natrium, kolestrol, dan
makanan tinffi lemak)
1.10 berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi :
1.1 anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
1.12 anjurkan beraktivitas
secara bertahap
Kolaborasi :
1.13 kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
Nyeri akut b.d Tingkat nyeri Manajemen Nyeri (L.08238)
Agen pencedra (L.08066) Observasi :
fisologis (D.0077) Setelah dilakukan 2.1 Identifikasi lokasi,
tindakan keperawatan karakteristik, durasi, frekuensi,
selama 3x8 jam kulitas, intensitas nyeri
diharapkan tingkat 2.2 identifikasi skala nyeri
nyeri menurun dengan 2.3 indentifikasi respons nyeri
kriteria hasil : non verbal
1. keluhan nyeri 2.4 identifikasi factor yang
2. meringis memperberat dan
3. sikap protektif memperingan nyeri
4. gelisah 2.5 identifikasi pengatahuan
5. kesulitan tidur dan keyakinan tentang nyeri
2.6 identifikasi pengaruh nyeri

6
pada kualitas hidup
2.7 monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik :
2.8 berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2.9 kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
2.10 fasilitasi istirahat dan
tidur
2.11 pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi :
2.12 jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2.13 jelaskan strategi
meredakan nyeri
2.14 anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
2.15 ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
2.16 kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Hipervolemia b.d Keseimbangan cairan Manajemen hipervolemia
Kelebihan asupan (L.03020) (L.03114)
cairan (D.0022) Setelah dilakukan Observasi :
tindakan keperawatan 3.1 periksa tanda dan gejala

6
selama 3x8 jam hypervolemia
diharapkan 3.2 identifikasi penyebab
keseimbangan cairan hypervolemia
meningkat. Dengan 3.3 monitor status
kriteria hasil : hemodinamik
1. asupan cairan 3.4 monitor intake dan output
2. saluran urin cairan
3. kalembapan 3.5 monitor tanda
membran mukosa hemokonsentrasi
4. dehidrasi 3.6 monitor tanda peningkatan
5. tekanan darah onkotik plasma
3.7 monotor kecepatan infus
secara ketat
3.8 monitor efek samping
diuretie
Terapeutik :
3.9 timbang berat badan
setiap hari pada waktu yang
sama
3.10 batasi asupan cairan dan
garam
3.11 tinggikan kepala tempat
tidur 30-40º
Edukasi :
3.12 anjurkan melapor jika
saluran urin <0,5 ml/kg/jam
dalam 6 jam
3.13 anjurkan melapor jika BB
bertambah >1kg dalam sehari
3.14 ajarkan cara mengukur
dan mencatat asupan dan

7
saluran urin
3.15 ajarkan cara membatasi
cairan
Kolaborasi :
3.16 kolaborasi pemberian
diuretic
3.17 kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
diuretik
3.18 kolaborasi pemberian
Contimous renal replaccement
therapy (CHRRT), jika perlu
Pola nafas tidak Pola nafas (L.01004) Manajem jalan nafas
efektif b.d Setelah dilakukan (L.01011)
Hambatan upaya tindakan keperawatan Observasi :
nafas (D.0005) selama 3x8 jam 4.1 monitor pola nafas
diharapkan pola nafas 4.2 monitor bunyi nafas
membaik. Dengan 4.3 monitor sputum
kriteria hasil : Terapeutik :
1. dispnea 4.4 pertahankan kepatenan
2. penggunaan otot jalan nafas dengan head-tilt
bantu nafas dan chun-lift (jaw thrust jika
3. frekuensi nafas curiga trauma servikal)
4. kedalaman nafas 4.5 posisikan semi-fowler atau
fowler
4.6 berikan minum hangat
4.7 lakukan fisioterapi dada.
Jika perlu
4.8 lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan lendir
kurang dari 15detik

7
4.9 keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
4.10 berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi :
4.11 anjurkan asupan cairan
200ml/hari, jika perlu
kontraindikasi
Kolaborasi :
4.12 pemberian bronkodilator,
ekspentoran, mukolatik jika
perlu
Intoleransi Intoleransi aktivitas Manajemen energi (L.05178)
aktivitas b.d (L.05047) Observasi :
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 5.1 identifikasi gangguan
antara suplai dan tindakan keperawatan fungsi tubuh yang
kebutuhan oksigen selama 3x8 jam mengakibatkan kelelahan
(D.0056) diharapkan toleraansi 5.2 monitor kelelahan fisik
aktivitas meningkat dan emosional
dengan kriteria hasil : 5.3 monitor pola jam tidur
1. frekuensi nadi 5.4 monitor lokasi dan
2. saturasi oksigen ketidaknyamanan selama
3. keluhan lelah melakukan aktivitas
4. dispnea saat 5.5 menanyakan kenyamanaan
aktifitas dan jam tidur
Terapeutik :
5.6 sediakaan lingkungan
nyaman dan rendah stimulus
(mis. Cahaya, suara,
kunjungan)
5.7 lakukan rentang gerak

7
pasif dan aktif
5.8 berikan aktivitas distrasi
yang menenangkan
5.9 fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak dapat
berubah atau berjalan.
Edukasi :
5.10 anjurkan pasien untuk
istirahat
5.11 anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kesehatan tidak berkurang
5.12 ajarkan strategi koping
untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
5.13 kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

Tabel 4.9. Intervensi Keperawatan pada pasein II (Tn. T) di ruang ICCU RSUD

Abdul Wahab Sjahranie Samarinda tahun 2022

Diagnosis Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Keperawatan Hasil
Penurunan curah Curah Perawatan jantung (1.02075)
jantung b.d jantung(L.02008) Observasi :
Perubahan preload Setelah dilakukan 1.1 Identifikasi tanda/gejala
dan jantung tindakan keperawatan primer penurunan curah

7
perubahan selama 3x8 jam jantung (meliputi dispnea,
afterload (D.0088) diharapkan masalah kekelahan, edema, ortopnea,
keperawatan paraoxysmal, nocturnal
ketidakadekuatan dyspnea, peningkatan CVP)
jantung memopa darah 1.2 Identifikasi tanda/gejala
meningkat dengan sekunder penurunan curah
kriteria hasil : jantung ( meliputi peningkatan
1. tekanan darah berat badan, hepatomegali,
2. CRT sedang <3 distensi vena jugalaris,
detik palpatsasi, ronkhi basah,
3. distensi vena oliguria, batuk, kulit pucat)
jugularis menurun 1.3 monitor tekanan darah
4. gambaran EMG (termasuk tekanan darah
arituna menurun ortostastik, jika perlu)
5. lelah menurun 1.4 monitor intake dan output
cairan
1.5 monitor keluhan nyeri
dada (mis. Intensitas, lokasi,
radiasi, durasi, presivitasl yang
mengurangi nyeri)
Terapeutik :
1.6 posisikan pasien semi-
fowler atau fowler dengan
kaki kebawah atau posisi
nyaman
1.7 berikan diet jantung yang
sesuai (mis. Batasi asupan
kafein, natrium, kolestrol, dan
makanan tinffi lemak)
1.8 berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi

7
oksigen >94%
1.9 melihat hasil EKG
Edukasi :
1.10 anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
1.11 anjurkan beraktivitas
secara bertahap
Kolaborasi :
1.12 kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
Nyeri akut b.d Tingkat nyeri Manajemen Nyeri (L.08238)
Agen pencedra (L.08066) Observasi :
fisologis (D.0077) Setelah dilakukan 2.1 Identifikasi lokasi,
tindakan keperawatan karakteristik, durasi, frekuensi,
selama 3x8 jam kulitas, intensitas nyeri
diharapkan tingkat 2.2 identifikasi skala nyeri
nyeri menurun dengan 2.3 indentifikasi respons nyeri
kriteria hasil : non verbal
- keluhan nyeri 2.4 identifikasi factor yang
- meringis memperberat dan
- sikap protektif memperingan nyeri
- gelisah 2.6 identifikasi pengatahuan
- kesulitan tidur dan keyakinan tentang nyeri
2.7 identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
2.8 monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik :
2.9 berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

7
2.10 kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
2.11 fasilitasi istirahat dan
tidur
2.12 pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi :
2.13 jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2.14 jelaskan strategi
meredakan nyeri
2.15 anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
2.16 ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
2.17 kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Nyeri akut b.d Pola nafas (L.01004) Manajem jalan nafas
Hambatan upaya Setelah dilakukan (L.01011)
nafas (D.0005) tindakan keperawatan Observasi :
selama 3x8 jam 3.1 monitor pola nafas
diharapkan pola nafas 3.2 monitor bunyi nafas
membaik. Dengan 3.3 monitor sputum
kriteria hasil : Terapeutik :
1. dispnea 3.4 pertahankan kepatenan
2. penggunaan otot jalan nafas dengan head-tilt
bantu nafas dan chun-lift (jaw thrust jika
3. frekuensi nafas curiga trauma servikal)

7
4. kedalaman nafas 3.5 posisikan semi-fowler atau
fowler
3.6 berikan minum hangat
3.7 lakukan fisioterapi dada.
Jika perlu
3.8 lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan lendir
kurang dari 15detik
3.9 keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
3.10 berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi :
1.11 anjurkan asupan cairan
200ml/hari, jika perlu
kontraindikasi
Kolaborasi :
3.12 pemberian bronkodilator,
ekspentoran, mukolatik jika
perlu
Intoleransi Intoleransi aktivitas Manajemen energi (L.05178)
aktivitas b.d (L.05047) Observasi :
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 4.1 identifikasi gangguan
antara suplai dan tindakan keperawatan fungsi tubuh yang
kebutuhan oksigen selama 3x8 jam mengakibatkan kelelahan
(D.0056) diharapkan toleraansi 4.2 monitor kelelahan fisik
aktivitas meningkat dan emosional
dengan kriteria hasil : 4.3 monitor pola jam tidur
1. frekuensi nadi 4.4 monitor lokasi dan
2. saturasi oksigen ketidaknyamanan selama
3. keluhan lelah melakukan aktivitas

7
4. dispnea saat Terapeutik :
aktifitas 4.5 sediakaan lingkungan
nyaman dan rendah stimulus
(mis. Cahaya, suara,
kunjungan)
4.6 lakukan rentang gerak
pasif dan aktif
4.7 berikan aktivitas distrasi
yang menenangkan
4.8 fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak dapat
berubah atau berjalan.
Edukasi :
4.9 anjurkan tirah baring
4.9 anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kesehatan tidak berkurang
4.10 ajarkan strategi koping
untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
4.11 kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

7
d. Implementasi Keperawatan

Tabel 4.10. Implememtasi Keperawatan pada pasien I (Tn. J) di ruang ICCU

RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda tahun 2022

No Hari/Tanggal/jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan


1 Senin, 27 Desember Membina hubungan saling Pasien terlihat
2021 percaya dengan pasien lemas
1.1 Identifikasi tanda/gejala
primer penurunan curah
jantung (meliputi dispnea,
kekelahan, edema, ortopnea,
paraoxysmal, nocturnal
dyspnea, peningkatan CVP)

2.1 Identifikasi lokasi,


karakteristik, durasi, Pasien mengatakan
frekuensi, kualitas, nyeri saat istirahat
intensitas nyeri dan beraktivitas,
2.2 identifikasi skala nyeri nyeri seperti
2.3 indentifikasi respons ditusuk-tusuk, nyeri
nyeri non verbal didada kiri, skala
4.4 monitor lokasi dan 3,pasein
ketidaknyamanan selama mengatakan nyeri
melakukan aktivitas hilang timbul (1-5
menit)

5.1 identifikasi gangguan


fungsi tubuh yang Pasien mengatakan
mengakibatkan kelelahan kaki terasa lemas

7
3.1 periksa tanda dan gejala
hypervolemia Suara nafas
3.2 identifikasi penyebab vesikuler, jvp 12cm
hypervolemia H20

3.9 timbang berat badan


setiap hari pada waktu yang
sama Berat badan pasien
58kg

1.3 monitor tekanan darah


(termasuk tekanan darah TD : 110/59 mmHg
ortostastik, jika perlu) N : 99x/menit
1.5 memonitor tekanan RR : 28x/menit
darah dan frekuensi nadi T : 36.9ºC
sebelum dan sesudah SP02 : 98%
aktivitas
3.1 monitor pola nafas

1.8 melihat hasil EKG Hasil EKG st


elevasi Aritmia

5.5 menanyakan Pasien mengatakan


kenyamanaan dan jam tidur suka terbangun saat
malam hari karena
nyeri dada
Pasien terlihat
nyaman

1.6 posisikan pasien semi- Pasien terlihat


fowler atau fowler dengan nyaman dengan

8
kaki kebawah atau posisi posisi sekarang
nyaman

1.8 berikan oksigen untuk Pasien


mempertahankan saturasi menggunakan nasal
oksigen >94% kanul 4lpm dengan
3.10 berikan oksigen ke Spo2 98%
pasien

2.16 ajarkan teknik Pasien mengatakan


nonfarmakologis untuk paham setelah
mengurangi rasa nyeri dijelaskan cara
meredakan nyeri
dengan teknik
relaksasi napas
dalam.

5.8 anjurkan pasien untuk Pasien terlihat dapat


istirahat melakukan teknik
relaksasi napas
dalam
Pasien terlihat
sedang
beristirahat
1.4 monitor intake dan ditempat tidur
output cairan
Pasien dan keluarga
pasien mengatakan
paham tentang
mencatat intake dan
1.7 berikan diet jantung output pasien

8
yang sesuai (mis. Batasi
asupan kafein, natrium, Pasien
kolestrol, dan makanan menghabiskan
tinffi lemak) makanan diet
1.3 monitor tekanan darah rendah lemak dan
(termasuk tekanan darah kalori
ortostastik, jika perlu)
1.5 memonitor tekanan TD : 110/59 mmHg
darah dan frekuensi nadi N : 99x/menit
sebelum dan sesudah RR : 28x/menit
aktivitas T : 36.9ºC
3.1 monitor pola nafas SP02 : 98%

2.16 pemberian obat


analgetik, jika perlu
Pasien mengatakan
nyeri berkurang 10
menit setelah
1.4 monitor intake dan meminum obat
output cairan
Pasein mengatakan
minum 800ml,
makan 2x dari pagi
sampai siang, urine
3.16 kolaborasi pemberian 500ml, Bab 1x
obat diuretic (100ml)

obat analgetic sp
dobutamine di
5.1 identifikasi gangguan synge pump
fungsi tubuh yang kecepatan 2.8cc/jam

8
mengakibatkan kelelahan
5.2 monitor kelelahan fisik Pasien mengatakan
dan emosional sangat khawatir
dengan kondisi
istrinya dirumah
dan ingin segera
pulang
Selasa, 28 Desember 4.1 monitor tekanan darah TD : 120/60 mmHg
2021 (termasuk tekanan darah N : 99x/menit
ortostastik, jika perlu) RR : 28x/menit
1.5 memonitor tekanan T : 35.2ºC
darah dan frekuensi nadi SP02 : 99%
sebelum dan sesudah
aktivitas
3.1 monitor pola nafas
1.1 Identifikasi tanda/gejala
primer penurunan curah
jantung (meliputi dispnea,
kekelahan, edema, ortopnea,
paraoxysmal, nocturnal
dyspnea, peningkatan CVP)
Pasien mengatakan
2.1 Identifikasi lokasi, nyeri saat istirahat
karakteristik, durasi, dan beraktivitas,
frekuensi, kualitas, nyeri seperti
intensitas nyeri ditusuk-tusuk, nyeri
2.2 identifikasi skala nyeri di dada kiri, skala 3,
2.3 indentifikasi respons pasien mengatakan
nyeri non verbal nyeri hilang timbul
4.4 monitor lokasi dan (1-5 menit)
ketidaknyamanan selama Pasien mengatakan

8
melakukan aktivitas tidur sudah lebih
5.3 monitor pola dan jam nyaman dari
tidur kemarin

Berat badan pasien


58kg
3.9 timbang berat badan
setiap hari pada waktu yang Pasien mengatakan
sama kram pada kaki
yang membuat
3.1 periksa tanda dan gejala pasien tidak bisa
hypervolemia bergerak bebas
5.1 identifikasi gangguan
fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan Pasien terlihat
nyaman
1.6 posisikan pasien semi-
fowler atau fowler dengan
kaki kebawah atau posisi
nyaman Pasien terlihat
beristirahat
5.5 anjurkan tirah baring ditempat tidur

Pasien mengatakan
minum 1500ml air,
1.4 monitor intake dan makan 1x, dan
output cairan urine 400ml, dan
BAB 1x (200ml)

Pasien nampak
rileks dan

8
5.6 lakukan rentang gerak melakukan tarik
pasif dan aktif napas dalam ketika
5.7 berikan aktivitas distrasi sedang merasa
yang menenangkan bosan karena
5.8 anjurkan pasien untuk memikirkan
istirahat istrinya, dan pasien
mengurangi
kegiatan tersebut

3.17 kolaborasi pemberian obat analgetic sp


obat diuretic dobutamine di
synge pump
kecepatan 2.8cc/jam
1.6 posisikan pasien semi- Pasien mengatakan
fowler atau fowler dengan nyaman dengan
kaki kebawah atau posisi posisi seperti ini
nyaman (semi-fowler)
5.8 anjurkan pasien untuk
istirahat

2.16 pemberian obat Pasien mengatakan


analgetik, jika perlu nyeri berkurang 10
menit setelah
meminum obat

1.3 monitor tekanan darah TD : 130/70 mmHg


(termasuk tekanan darah N : 80x/menit
ortostastik, jika perlu) RR : 22x/menit
1.5 memonitor tekanan T : 36.5ºC
darah dan frekuensi nadi SP02 : 98%
sebelum dan sesudah

8
aktivitas
3.1 monitor pola nafas

Rabu, 29 Desember 1.3 monitor tekanan darah TD : 120/70 mmHg


2021 (termasuk tekanan darah N : 65x/menit
ortostastik, jika perlu) RR : 20x/menit
1.5 memonitor tekanan T : 36.5ºC
darah dan frekuensi nadi SP02 : 98%
sebelum dan sesudah
aktivitas
Pasien terlihat sesak
3.1 monitor pola nafas napas dan lemas
1.1 Identifikasi tanda/gejala Pasien mengatakan
primer penurunan curah nyeri saat istirahat
jantung (meliputi dispnea, dan beraktivitas,
kekelahan, edema, ortopnea, nyeri seperti
paraoxysmal, nocturnal ditusuk-tusuk, nyeri
dyspnea, peningkatan CVP) di dada kiri, skala 3,
2.1 Identifikasi lokasi, pasien mengatakan
karakteristik, durasi, nyeri hilang timbul
frekuensi, kualitas, (1-5 menit)
intensitas nyeri
2.2 identifikasi skala nyeri
2.3 indentifikasi respons
nyeri non verbal
4.4 monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas Pasien tampak
paham tentang
3.9 timbang berat badan mobilisasi
setiap hari pada waktu yang sederhana dengan

8
sama melakukan mika
miki tiap 2 jam

obat analgetic sp
dobutamine di
3.17 kolaborasi pemberian synge pump
obat diuretic kecepatan
2.8cc/jam.

Pasien terlihat
2.2 identifikasi skala nyeri meringis dan
2.3 indentifikasi respons gelisah
nyeri non verbal

5.4 monitor lokasi dan Passien mengatakan


ketidaknyamanan selama kaki terasa lemas
melakukan aktivitas

5.5 menanyakan Pasien mengatakan


kenyamanaan dan jam tidur tidur sudah lebih
nyaman dari
kemarin
1.6 posisikan pasien semi-
fowler atau fowler dengan Pasien terlihat
kaki kebawah atau posisi nyaman
nyaman

2.17 kolaborasi pemberian


analgetik, jika perlu Pasien mengatakan
nyeri berkurang 10
menit setelah

8
meminum obat
1.4 monitor intake dan
output cairan Pasien mengatakan
minum 1200ml air,
makan 1x, dan
urine 500ml, dan
BAB 1x (200ml)
1.7 berikan diet jantung
yang sesuai (mis. Batasi Pasien
asupan kafein, natrium, menghabiskan
kolestrol, dan makanan makanan diet
tinffi lemak) rendah lemak dan
kalori
1.3 monitor tekanan darah
(termasuk tekanan darah
ortostastik, jika perlu) TD : 120/60 mmHg
1.5 memonitor tekanan N : 99x/menit
darah dan frekuensi nadi RR : 28x/menit
sebelum dan sesudah T : 35.2ºC
aktivitas SP02 : 99%
3.1 monitor pola nafas

2.17 kolaborasi pemberian


analgetik, jika perlu Pasien mengatakan
nyeri berkurang 10
menit setelah
meminum obat
1.4 monitor intake dan
output cairan Pasien mengatakan
minum 1500ml air,
makan 1x, dan

8
urine 350ml, dan
5.6 lakukan rentang gerak BAB 1x (200ml)
pasif dan aktif Pasien nampak
5.7 berikan aktivitas distrasi rileks dan
yang menenangkan melakukan tarik
5.8 anjurkan pasien untuk napas dalam ketika
istirahat sedang merasa
bosan karena
memikirkan
istrinya, dan pasien
3.16 kolaborasi pemberian mengurangi
obat diuretic kegiatan tersebut

obat analgetic sp
dobutamine di
1.6 posisikan pasien semi- synge pump
fowler atau fowler dengan kecepatan 2.8cc/jam
kaki kebawah atau posisi
nyaman Pasien mengatakan
nyaman dengan
5.8 anjurkan pasien untuk posisi seperti ini
istirahat (semi-fowler)

Pasien terlihat
nyaman

8
Tabel 4.11. Implementasi Keperawatan pada pasien II (Tn. T) di ruang ICCU

RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda tahun 2022

No Hari/Tanggal/jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan


1 Senin, 27 Desember Membina hubungan saling Pasien terlihat
2021 percaya dengan pasien sesak lemas
1.1 Identifikasi
tanda/gejala primer
penurunan curah jantung
(meliputi dispnea,
kekelahan, edema,
ortopnea, paraoxysmal,
nocturnal dyspnea,
peningkatan CVP)

1.3 monitor tekanan darah TD : 125/61 mmHg


(termasuk tekanan darah N : 96x/menit
ortostastik, jika perlu) RR : 30x/menit
1.5 memonitor tekanan T : 36.5ºC
darah dan frekuensi nadi SP02 : 88%
sebelum dan sesudah
aktivitas

3.1 monitor pola nafas Pasien terlihat


sesak napas dan
lemas

2.4 identifikasi factor yang Pasien mengatakan


memperberat dan kram pada kaki
memperingan nyeri yang membuat

9
2.6 identifikasi pasien tidak bisa
pengatahuan dan bergerak bebas
keyakinan tentang nyeri
2.7 identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup

4.3 monitor pola jam tidur Pasien terlihat


beristirahat di
tempat tidur

1.9 melihat hasil EKG Hasil EKG sinus st


elevasi Aritmia

2.1 Identifikasi lokasi, Pasien mengatakan


karakteristik, durasi, nyeri saat istirahat
frekuensi, kualitas, dan beraktivitas,
intensitas nyeri nyeri seperti
2.2 identifikasi skala nyeri ditusuk-tusuk, nyeri
2.3 indentifikasi respons di dada kiri, skala
nyeri non verbal 4, pasien
4.4 monitor lokasi dan mengatakan nyeri
ketidaknyamanan selama hilang timbul (1-5
melakukan aktivitas menit)

1.6 posisikan pasien semi- Pasien terlihat


fowler atau fowler dengan nyaman
kaki kebawah atau posisi
nyaman
3.1 monitor pola nafas Pasien terlihat
3.4 pertahankan kepatenan nyaman ditempat
jalan nafas dengan head- tidur

9
tilt dan chun-lift (jaw
thrust jika curiga trauma
servikal)

3.10 berikan oksigen, jika Pasien


perlu menggunakan nasal
kanul 4lpm dengan
Spo2 98%

1.4 monitor intake dan Pasien mengatakan


output cairan paham tentang
mencatat intake dan
output pasien

4.3 monitor pola jam tidur Pasien mengatakan


hanya tidur
beberapa jam
terbangun karena
nyeri pada dada

2.17 kolaborasi pemberian Pasien meminum


analgetik, jika perlu obat ISDN 5mg 1
tablet

1.7 berikan diet jantung Pasien


yang sesuai (mis. Batasi menghabiskan
asupan kafein, natrium, makanan diet
kolestrol, dan makanan rendah lemak dan
tinffi lemak) kalori

1.3 monitor tekanan darah TD : 120/60 mmHg

9
(termasuk tekanan darah N : 99x/menit
ortostastik, jika perlu) RR : 28x/menit
1.5 memonitor tekanan T : 35.2ºC
darah dan frekuensi nadi SP02 : 99%
sebelum dan sesudah
aktivitas
3.1 monitor pola nafas

1.4 monitor intake dan Pasien mengatakan


output cairan minum 1000ml air,
makan 1x, dan
urine 250ml, pasien
mengatakan belum
ada BAB
Selasa, 28 Desember 3.1 monitor pola napas TD : 129/70 mmHg
2021 1.3 monitor tekanan darah N : 99x/menit
(termasuk tekanan darah RR : 25x/menit
ortostastik, jika perlu) T : 36.6ºC
1.5 memonitor tekanan SP02 : 98%
darah dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah
aktivitas Pasien terlihat
nafas sesak napas dan
lemas
1.1 Identifikasi
tanda/gejala primer
penurunan curah jantung
(meliputi dispnea,
kekelahan, edema,
ortopnea, paraoxysmal,
nocturnal dyspnea, Pasien terlihat

9
peningkatan CVP) beristirahat di
tempat tidur
1.6 posisikan pasien semi-
fowler atau fowler dengan
kaki kebawah atau posisi Pasien mengatakan
nyaman tidur sudah lebih
nyaman dari
4.3 monitor pola jam tidur kemarin

Pasien terlihat
nyaman

1.6 posisikan pasien semi-


fowler atau fowler dengan
kaki kebawah atau posisi
nyaman Pasien mengatakan
4.9 anjurkan tirah baring nyeri saat istirahat
dan beraktivitas,
2.1 Identifikasi lokasi, nyeri seperti
karakteristik, durasi, ditusuk-tusuk, nyeri
frekuensi, kualitas, di dada kiri, skala
intensitas nyeri 4, pasien
2.2 identifikasi skala nyeri mengatakan nyeri
2.3 indentifikasi respons hilang timbul (1-5
nyeri non verbal menit)
4.4 monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama Pasien meminum
melakukan aktivitas obat ISDN 5mg 1
tablet
2.17 kolaborasi pemberian

9
analgetik, jika perlu Pasien
1.7 berikan diet jantung menghabiskan
yang sesuai (mis. Batasi makanan diet
asupan kafein, natrium, rendah lemak dan
kolestrol, dan makanan kalori
tinggi lemak)

1.3 monitor tekanan darah TD : 130/70 mmHg


(termasuk tekanan darah N : 80x/menit
ortostastik, jika perlu) RR : 25x/menit
1.5 memonitor tekanan T : 36.6ºC
darah dan frekuensi nadi SP02 : 98%
sebelum dan sesudah
aktivitas
3.1 monitor pola nafas

1.4 monitor intake dan Pasien mengatakan


output cairan minum 50ml air,
makan 2x, dan
urine 500ml, pasien
saat ganti pampers
pasien terlihat
sedikit BAB

Rabu, 29 Desember 1.3 monitor tekanan darah TD : 110/60 mmHg


2021 (termasuk tekanan darah N : 80x/menit
ortostastik, jika perlu) RR : 25x/menit
1.5 memonitor tekanan T : 35.0ºC
darah dan frekuensi nadi SP02 : 99%
sebelum dan sesudah
aktivitas

9
3.1 monitor pola nafas

1.1 Identifikasi Pasien terlihat


tanda/gejala primer sesak napas dan
penurunan curah jantung lemas
(meliputi dispnea,
kekelahan, edema,
ortopnea, paraoxysmal,
nocturnal dyspnea,
peningkatan CVP)

2.1 Identifikasi lokasi, Pasien mengatakan


karakteristik, durasi, nyeri saat istirahat
frekuensi, kualitas, dan beraktivitas,
intensitas nyeri nyeri seperti
2.2 identifikasi skala nyeri ditusuk-tusuk, nyeri
2.3 indentifikasi respons di dada kiri, skala
nyeri non verbal 4, pasien
4.4 monitor lokasi dan mengatakan nyeri
ketidaknyamanan selama hilang timbul (1-5
melakukan aktivitas menit)

1.6 posisikan pasien semi- Pasien terlihat


fowler atau fowler dengan beristirahat di
kaki kebawah atau posisi tempat tidur
nyaman

2.17 kolaborasi pemberian Pasien meminum


analgetik, jika perlu obat ISDN 5mg 1
tablet

9
1.6 posisikan pasien semi- Pasien terlihat
fowler atau fowler dengan nyaman
kaki kebawah atau posisi
nyaman
4.9 anjurkan tirah baring

1.6 posisikan pasien semi- Pasien terlihat


fowler atau fowler dengan beristirahat di
kaki kebawah atau posisi tempat tidur
nyaman

4.3 monitor pola jam tidur Pasien mengatakan


tidur sudah lebih
nyaman dari
kemarin

1.7 berikan diet jantung Pasien


yang sesuai (mis. Batasi menghabiskan
asupan kafein, natrium, makanan diet
kolestrol, dan makanan rendah lemak dan
tinggi lemak) kalori
1.3 monitor tekanan darah TD : 130/80 mmHg
(termasuk tekanan darah N : 68x/menit
ortostastik, jika perlu) RR : 22x/menit
1.5 memonitor tekanan T : 36.5ºC
darah dan frekuensi nadi SP02 : 98%
sebelum dan sesudah
aktivitas
3.1 monitor pola nafas

9
1.4 monitor intake dan Pasien mengatakan
output cairan minum 50ml air,
makan 1x, dan
urine 250ml, pasien
saat ganti pampers
pasien terlihat
sedikit BAB

e. Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.12. Evaluasi Keperawatan pada pasien I (Tn. J) di ruang ICCU

RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda tahun 2022

No Hari/Tanggal Diagnosis Evaluasi (SOAP)


Keperawatan
1 Senin, 27 Penurunan Curah S :
Desember 2021 Jantung (D.0008) - Pasien mengatakan mudah
Lelah - Pasien mengatakan
sesak napas

O : - Pasien tampak sesak -


Pasien tampak lemah
- TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 90x/menit

9
RR : 21x/menit
T : 35,6oC
SpO2 : 98%

A : Penurunan curah jantung


membaik

P : Lanjutkan Intervensi :
- 1.1 Identifikasi tanda/gejala
penurunan curah jantung
- 1.3 Monitor tekanan darah
- 1.6 Monitor saturasi
oksigen
- 1.12 Monitor tekanan darah
dan frekuensi nadi sebelum
dan sesudah aktivitas
- 1.20 Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
- 1.26 Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
Nyeri Akut (D.0077) S:
- Pasien mengeluh nyeri dada
P: Saat aktivitas maupun
saat istirahat nyeri, saat diberi
obat nyeri perlahanlahan
nyeri berkurang
Q : Pasien mengatakan
seperti ditusuk-tusu
R : Pasien mengatakan nyeri
di dada kanan

9
S : Skala nyeri 4
T : Nyeri hilang timbul

O:
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak sulit tidur

A : Nyeri akut menurun (6-


1)

P : Lanjutkan Intervensi :
2.1 Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
2.2 Identifikasi skala nyeri
2.18 Ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
2.19 Kolaborasi pemberian
analgetik
Hipervolemia (D.0022) S : Pasien mengatakan sesak
saat bernapas berkurang

O : - Pasien tampak sesak


berkurang - Jvp 12 cm
- Berat badan pasien 58kg
yang sebelumnya 58kg
- TTV :
TD : 120/80 mmHg

10
N : 68x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,5oC
SpO2 : 98%
- Urine pasien : 900cc/8jam

A : Hiverpolemia meningkat

P : Lanjutkan Intervensi
4.1 Periksa tanda dan gejala
hipervolemia
4.3 Monitor status
hemodinamik
4.4 Monitor intake dan output
cairan
4.10 Batasi asupan cairan dan
garam
4.11 Tinggikan kepala tempat
tidur 30-40®
4.15 Ajarkan cara membatasi
cairan
4.16 Kolaborasi pemberian
diuretic
Pola Napas Tidak S : Pasien mengatakan sesak
Efektif (D.0005) napas berkurang

O:
- Pasien tampak sesak
berkurang
- TTV : TD : 120/80 mmHg
N : 68x/menit

10
RR : 20x/menit
T : 36,5oC
SpO2 : 98%
A : Pola nafas tidak efektif
membaik

P : Lanjutkan Intervensi :
3.1 Monitor pola napas
3.5 Posisikan semi fowler
atau fowler
Intoleransi Aktivitas S :
(D.0056) - Pasien mengeluh mudah
lelah berkurang
- Pasien mengatakan sesak
saat/setelah aktivitas
berkurang - Pasien mengeluh
merasa lemah berkurang

O : - Pasien terlihat lemas

A : Inoleransi aktifitas
meningkat

P : Lanjutkan Intervensi :
5.1Identifikasi gangguan
fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
5.8Fasilitasi duduk disisi
tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan 5.9

10
Anjurkan tirah baring 5.13
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Selasa, 28 Penurunan curah S : - Pasien mengatakan
Desember 2021 jantung (D.0008) mudah Lelah berkurang
- Pasien mengatakan sesak
napas berkurang

O : - Pasien tampak sesak


- Pasien tampak lemah
- TTV :
TD : 120/70 mmHg
N : 80x/menit
RR : 21x/menit
T : 36,5oC
SpO2 : 98%

A : Penurunan curah jantung


menurun

P : Lanjutkan Intervensi :
- 1.1 Identifikasi tanda/gejala
penurunan curah jantung
- 1.3 Monitor tekanan darah
- 1.6 Monitor saturasi
oksigen
- 1.12 Monitor tekanan darah
dan frekuensi nadi sebelum
dan sesudah aktivitas
- 1.20 Berikan oksigen untuk

10
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Nyeri Akut (D.0077) S:
- Pasien mengeluh nyeri dada
- P : Saat aktivitas maupun
saat istirahat nyeri, saat diberi
obat nyeri perlahanlahan
nyeri berkurang
- Q : Pasien mengatakan
seperti ditusuk-tusuk
- R : Pasien mengatakan
nyeri di dada kanan
- S : Skala nyeri 4
- T : Nyeri hilang timbul

O : - Pasien tampak meringis


- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak sulit tidur

A : Nyeri akut menurun (6-


1)

P : Lanjutkan Intervensi :
2.1 Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
2.2 Identifikasi skala nyeri
2.18 Ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri

10
2.19 Kolaborasi pemberian
analgetik
Hipervolemia (D.0022) S : Pasien mengatakan sesak
saat bernapas berkurang

O : - Pasien tampak sesak


- Jvp 12 cm
- Berat badan pasien 59kg
yang sebelumnya 58kg
- TTV :
TD : 120/70 mmHg
N : 80x/menit
RR : 21x/menit
T : 36,5oC
SpO2 : 98%
- Urine pasien : 800cc/8jam

A : Hivervolemia meningkat

P : Lanjutkan Intervensi
4.1 Periksa tanda dan gejala
hypervolemia
4.3 Monitor status
hemodinamik
4.4 Monitor intake dan output
cairan
4.10 Batasi asupan cairan dan
garam
4.11 Tinggikan kepala tempat
tidur 30-40o
4.15 Ajarkan cara membatasi

10
cairan
4.16 Kolaborasi pemberian
diuretic
Pola Napas Tidak S : Pasien mengatakan sesak
Efektif (D.0005) napas berkurang

O : - Pasien tampak masih


sesak - TTV :
TD : 120/70 mmHg
N : 80x/menit
RR : 21x/menit
T : 36,5oC
SpO2 : 98%

A : Pola nafas tidak efektif


membaik

P : Lanjutkan Intervensi :
3.1 Monitor pola napas
3.5 Posisikan semi fowler
atau fowler
Intoleransi Aktivitas S :
(D.0056) - Pasien mengeluh mudah
Lelah - Pasien mengatakan
sesak saat/setelah aktivitas
berkurang - Pasien mengeluh
merasa lemah

O : Pasien terlihat lemas

10
A : Intoleransi aktivitas
meningkat

P : Lanjutkan Intervensi :
5.1Identifikasi gangguan
fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
5.8Fasilitasi duduk disisi
tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
5.9 Anjurkan tirah baring
5.13 Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Rabu, 29 Penurunan Curah S :
Desember 2021 Jantung (D.0008) - Pasien mengatakan mudah
Lelah
- Pasien mengatakan sesak
napas

O:
- Pasien tampak sesak
- Pasien tampak lemah
- TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 90x/menit
RR : 21x/menit
T : 35,6oC
SpO2 : 98%

10
A : Penurunan curah jantung
menurun

P : Lanjutkan Intervensi :
- 1.1 Identifikasi tanda/gejala
penurunan curah jantung
- 1.3 Monitor tekanan darah
- 1.6 Monitor saturasi
oksigen
- 1.12 Monitor tekanan darah
dan frekuensi nadi sebelum
dan sesudah aktivitas
- 1.20 Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
- 1.26 Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
Nyeri Akut (D.0077) S:
- Pasien mengeluh nyeri dada
- P : Saat aktivitas maupun
saat istirahat nyeri, saat diberi
obat nyeri perlahanlahan
nyeri berkurang
- Q : Pasien mengatakan
seperti ditusuk-tusuk
- R : Pasien mengatakan
nyeri di dada kanan
- S : Skala nyeri 5
- T : Nyeri hilang timbul

O:

10
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak sulit tidur

A : Nyeri akut menurun (6-


1)

P : Lanjutkan Intervensi :
2.1 Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
2.2 Identifikasi skala nyeri
2.18 Ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
2.19 Kolaborasi pemberian
analgetik
Hipervolemia (D.0022) S : Pasien mengatakan sesak
saat bernapas

O:
- Pasien tampak sesak
- Jvp pasien 12 cm
- Berat badan pasien 60kg
yang sebelumnya 58kg
- TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 90x/menit
RR : 22x/menit
T : 36,5oC

10
SpO2 : 98%
- Urine pasien : 1000cc/8jam

A : Hiverpolemia meningkat

P : Lanjutkan Intervensi
4.1 Periksa tanda dan gejala
hypervolemia
4.3 Monitor status
hemodinamik
4.4 Monitor intake dan
output cairan
4.10 Batasi asupan cairan dan
garam
4.11 Tinggikan kepala tempat
tidur 30-40o
4.15 Ajarkan cara membatasi
cairan
4.16 Kolaborasi pemberian
diuretic
Pola Napas Tidak S : Pasien mengatakan sesak
Efektif (D.0005) napas

O:
- Pasien tampak masih sesak
- Pasien menggunakan nasal
kanul 3lpm
- TTV :
TD : 1200/80 mmHg
N : 90x/menit
RR : 22x/menit

11
T : 36,5oC
SpO2 : 98%

A : Pola nafas tidak efektif


membaik
P : Lanjutkan Intervensi :
3.1 Monitor pola napas
3.5 Posisikan semi fowler
atau fowler Berikan oksigen
Intoleransi Aktivitas S :
(D.0056) - Pasien mengeluh mudah
Lelah
- Pasien mengatakan sesak
saat/setelah aktivitas
- Pasien mengeluh merasa
lemah

O:
- Pasien terlihat lemas
- Pasien terlihat dapat
melakukan mobilisasi
sederhana dengan duduk di
samping tempat tidur dibantu
dengan perawat

A : Intoleransi aktifitas
meningkat

P : Lanjutkan Intervensi :
5.1Identifikasi gangguan
fungsi tubuh yang

11
mengakibatkan kelelahan
5.8Fasilitasi duduk disisi
tempat tidur

Tabel 4.13. Evaluasi Keperawatan pada pasien II (Tn. T) di ruang ICCU RSUD

Abdul Wahab Sjahranie Samarinda tahun 2022

No Hari/Tanggal Diagnosis Evaluasi (SOAP)


Keperawatan
1 Senin, 28 Penurunan Curah S :
Desember 2021 Jantung (D.0008) - Pasien mengatakan masih
sesak napas
- Pasien mengatakan mudah
Lelah
- Pasien mengatakan sering
terbangun saat malam hari
karena sesak napas

O:
- Pasien terlihat masih sesak
napas
- Hasil EKG : sinus rhytem
- TTV:
TD : 130/80mmHg
N : 72x/menit
RR : 22x/menit
T : 36,5oC
SpO2 : 98%

11
A : Penurunan curah jantung
menurun

P : Lanjutkan Intervensi :
1.1 Identifikasi tanda/gejala
penurunan curah jantung
1.3 Monitor tekanan darah
1.6 Monitor saturasi oksigen
1.12 Monitor tekanan darah
dan frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
1.20 Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
1.26 Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
Nyeri Akut (D.0077) S:
- Pasien mengeluh nyeri dada
- P : Saat aktivitas maupun saat
istirahat nyeri, saat diberi obat
nyeri perlahanlahan nyeri
berkurang
- Q : Pasien mengatakan
seperti ditusuk-tusuk
- R : Pasien mengatakan nyeri
di dada kiri
- S : Skala nyeri 4
- T : Nyeri hilang timbul

O:
- Pasien tampak meringis

11
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak sulit tidur

A : Nyeri akut menurun (5-1)

P : Lanjutkan Intervensi :
2.1 Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan intensitas nyeri
2.2 Identifikasi skala nyeri
2.18 Ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
2.19 Kolaborasi pemberian
analgetik
Pola Napas Tidak S : Pasien mengatakan sesak
Efektif (D.0005) napas

O:
- Pasien tampak masih sesak
- Pasien menggunakan nasal
kanul 3lpm
- TTV :
TD : 130/80 mmHg
N : 72x/menit
RR : 22x/menit
T : 36,5oC
SpO2 : 98%

A : Pola nafas tidak efektif


membaik

11
P : Lanjutkan Intervensi :
3.1 Monitor pola napas
3.5 Posisikan semi fowler atau
fowler Berikan oksigen
Intoleransi Aktivitas S :
(D.0056) - Pasien mengeluh mudah
Lelah
- Pasien mengatakan sesak
saat/setelah aktivitas
- Pasien mengeluh merasa
lemah

O:
- Pasien terlihat lemas
- Pasien terlihat dapat
melakukan mobilisasi
sederhana dengan duduk di
samping tempat tidur dibantu
dengan perawat

A : Intoleransi Aktifitas
meningkat

P : Lanjutkan Intervensi :
5.1Identifikasi gangguan
fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
5.8Fasilitasi duduk disisi
tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan

11
5.9 Anjurkan tirah baring
5.13 Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Selasa, 28 Penurunan Curah S :
Desember 2021 Jantung (D.0008) - Pasien mengatakan sesak
napas berkurang
- Pasien mengatakan mudah
Lelah

O:
- Pasien terlihat masih sesak
napas
- TTV:
TD : 130/70mmHg
N : 80x/menit
RR : 21x/menit
T : 36,5oC
SpO2 : 98%

A : Penurunan curah jantung


menurun

P : Lanjutkan Intervensi :
1.1 Identifikasi tanda/gejala
penurunan curah jantung
1.3 Monitor tekanan darah
1.6 Monitor saturasi oksigen
1.12 Monitor tekanan darah
dan frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas

11
1.20 Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
1.26 Kolaborasi pemberian
1antiaritmia, jika perlu
Nyeri Akut (D.0077) S:
- Pasien mengeluh nyeri dada
- P : Saat aktivitas maupun saat
istirahat nyeri, saat diberi obat
nyeri perlahanlahan nyeri
berkurang
- Q : Pasien mengatakan
seperti ditusuk-tusuk
- R : Pasien mengatakan nyeri
di dada kiri
- S : Skala nyeri 4
- T : Nyeri hilang timbul

O:
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak sulit tidur

A : Nyeri akut menurun (5-1)

P : Lanjutkan Intervensi :
2.1 Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan intensitas nyeri
2.2 Identifikasi skala nyeri
2.18 Ajarkan Teknik

11
nonfarmakol ogis untuk
mengurangi nyeri
2.19 Kola borasi pemberian
analgetik
Pola Napas Tidak S : Pasien mengatakan sesak
Efektif (D.0005) napas berkurang

O:
- Pasien tampak masih sesak
- TTV : TD : 130/70 mmHg
N : 80x/menit
RR : 21x/menit
T : 36,5oC
SpO2 : 98%

A : Pola nafas tidak efekif


membaik

P : Lanjutkan Intervensi :
3.1 Monitor pola napas
3.5 Posisikan semi fowler atau
fowler
3.11 Berikan oksigen
Intoleransi Aktivitas S :
(D.0056) - Pasien mengeluh mudah
Lelah
- Pasien mengatakan sesak
saat/setelah aktivitas
- Pasien mengeluh merasa
lemah

11
O:
- Pasien terlihat lemas
- Pasien terlihat dapat
melakukan mobilisasi
sederhana dengan duduk di
samping tempat tidur dibantu
dengan perawat

A : Intoleransi Aktifitas
meningkat

P : Lanjutkan Intervensi :
5.1Identifikasi gangguan
fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
5.8Fasilitasi duduk disisi
tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
5.9 Anjurkan tirah baring
5.13 Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Rabu, 29 Penurunan Curah S :
Desembeer 2021 Jantung (D.0008) - Pasien mengatakan sesak
napas berkurang
- Pasien mengatakan mudah
Lelah

O:
- Pasien terlihat masih sesak

11
napas
- TTV:
TD : 130/70mmHg
N : 80x/menit
RR : 21x/menit
T : 36,5oC
SpO2 : 98%

A : Penurunan curah jantung


menurun

P : Lanjutkan Intervensi :
1.1 Identifikasi tanda/gejala
penurunan curah jantung
1.3 Monitor tekanan darah
1.6 Monitor saturasi oksigen
1.12 Monitor tekanan darah
dan frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
1.20 Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
1.26 Kolaborasi pemberian
1antiaritmia, jika perlu
Nyeri Akut (D.0077) S:
- Pasien mengeluh nyeri dada
- P : Saat aktivitas maupun saat
istirahat nyeri, saat diberi obat
nyeri perlahanlahan nyeri
berkurang
- Q : Pasien mengatakan

12
seperti ditusuk-tusuk
- R : Pasien mengatakan nyeri
di dada kiri
- S : Skala nyeri 5
- T : Nyeri hilang timbul

O : - Pasien tampak meringis


- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak sulit tidur

A : Nyeri akut menurun (5-1)

P : Lanjutkan Intervensi :
2.1 Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan intensitas nyeri
2.2 Identifikasi skala nyeri
2.18 Ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
2.19 Kolaborasi pemberian
analgetik
Pola Napas Tidak S : Pasien mengatakan sesak
Efektif (D.0005) napas berkurang

O:
- Pasien tampak masih sesak
- TTV : TD : 130/70 mmHg
N : 80x/menit
RR : 21x/menit
T : 36,5oC

12
SpO2 : 98%

A : Pola nafas tidak efekif


membaik

P : Lanjutkan Intervensi :
3.1 Monitor pola napas
3.5 Posisikan semi fowler atau
fowler
3.11 Berikan oksigen
Intoleransi Aktivitas S :
(D.0056) - Pasien mengeluh mudah
Lelah
- Pasien mengatakan sesak
saat/setelah aktivitas
- Pasien mengeluh merasa
lemah

O:
- Pasien terlihat lemas
- Pasien terlihat dapat
melakukan mobilisasi
sederhana dengan duduk di
samping tempat tidur dibantu
dengan perawat

A : Intoleransi Aktifitas
meningkat

P : Lanjutkan Intervensi :
5.1Identifikasi gangguan

12
fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
5.8Fasilitasi duduk disisi
tempat

B. Pembahasan
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas tentang masalah

keperawatan yang sesuai dengan teori dan hasil asuhan keperawatan yang

dilakukan pada Tn. J dan Tn. T dengan kasus CHF yang dilakukan pada

tanggal 27 Desember samapai dengan 29 Desember 2021 di ruang Iccu RSUD

Abdul Wahab Syahranie. Tindakan yang dilakukan pada pasien meliputi

pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan, implementaasi

keperawatan, serta evaluasi keperawatan. Adapun diagnosis yang didapat dari

pasien CHF yaitu penurunan curah jantung, nyeri akut, pola napas tidak efektif,

hypervolemia, intoleransi aktivitas berikut pembahasan mengenai diagnosis

keperawatan yang ditemukan pada pasien saat melakukan asuhan keperawatan

selama 3x8jam.

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload &

perubahan afterload (D.0008)

Hasil dari pengkajian pasien 1 didapatkan data pasien nadi normal,

nadi 72x/menit , pasien merasa lemas, gambaran EKG sinus aritmia,

dispnea, tekanan darah 110/59 mmHg, data penunjang lainnya dari foto

thorax didapatkan tidak adanya pembesaran jantug, echocardiography

12
fungsi diastolic dalam batas normal dan pada pasien 2 didapatkan data

nadi normal, nadi 80x/menit, pasien merasa lemas, gambaran EKG sinus

aritmia, dispnea, tekanan darah 120/80 mmHg, data penunjang lainnya

dari foto thorax didapatkan adanya pembesaran jantung ke Kanan,

echocardiography didapatkan disfungsi Distolik.

Pada pasien 1 dan 2 didapatkan data yang menunjang untuk

diagnosis penurunan curah jantung. Menurut Herdman & Kamitsuru

(2015), penurunan curah jantung adalah ketidakadekuatan darah yang

dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolic tubuh. Dan

juga menurut (Hermawatisira, 2014), penyempitan atau penyumbatan

pembuluh darah pada arteri coroner yang menumpuk dapat

menghentikan aliran darah ke otot jantung dan juga dapat menyebabkan

kemampuan jantung untuk memompa darah berkurang, sehingga

tergangguanya kinerja jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh.

Menurut pendapat penulis penyempitan pembuluh darah coroner di

jantung disebabkan oleh arteroklorosis bisa berupa lemak, kolestrol atau

zat lain yang ada di arteri sehingga menyebabkan suplai oksigen

menurun dan terjadinya seluler hipoksia sehingga menyebabkan

kontratilitas menjadi menurun dan menyebabkan penurunan curah

jantung.

Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan intervensi

keperawatan yang sesuai dengan SIKI (2018). Intervensi yang dilakukan

pada pasien 1 dan 2 yaitu monitor tekanan darah, monitor nadi

12
(frekuensi, kekuatan,irama), monitor pernapasan, monitor suhu tubuh,

monitor saturasi oksigen, monitor intake dan output pasien, identifikasi

tanda/gejala penurunan curah jantung, monitor EKG 12 sadapan,

posisikan pasien semi-fowler atau fowler, berikan diet jantung yang

sesuai.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh ( Winda Asmara,

2021) pemberian posisi semi-fowler dapat membantu meningkatkan

kualitas tidur pada pasien dengan gagal jantung, dikarenakan manfaat

posisi semi-fowler akan mempengaruhi keaadan curah jantung dan

pengambangan rongga paru-paru pasien, sehingga sesak nafas berkurang

dan mengoptimalkan kualitas tidur pasien.

Untuk perbandingan pada diagnosis keperawatan penurunan curah

jantung berhubungan dengan perubahan irama preload dan perubahan

afterload penulis mendapat hasil perbandingan antara data dan evaluasi

yang muncul pada pasien 1 dan 2 yaitu pasien 1 kenaikan berat badan

yang pada saat masuk 95 kg menjadi 98 kg dengan jvp 12 cmH2o, ada

edema di ekstermitas, tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi

74x/menit dan pasien 2 mengalami tekanan darah 130/80 mmHg,

frekuensi nadi 68x/menit. Setelah dilakukan Tindakan keperawatan 3x8

jam curah jantung kedua pasien sedikit membaik dengan Tindakan yang

perawat lakukan maupun Tindakan kolaboratif membuat oksigen dalam

darah menjadi meningkat dan membuat pelebaran pada pembuluh darah

sehingga kontraktilitas otot jantung perlahan membaik.

12
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)

Hasil dari pengkajian pasien 1 Tn. J didapatkan data pasien

mengeluh nyeri pada dada diri P : saat beraktivitas dan istirahat, Q :

seperti ditusuk-tusuk, R : dada sebelah kiri, S : skala 1, T : hilang timbul,

frekuensi nadi 72x/menit, tekanan darah 130/80 mmHg, pasien terlihat

meringis, dyspnea. Hasil dari pengkajian pasien 2 Tn. T didapatkan data

pasien mengeluh nyeri pada dada diri P : saat beraktivitas dan istirahat, Q

: seperti ditusuk-tusuk, R : dada sebelah kiri, S : skala 4, T : hilang

timbul, frekuensi nadi 82x/menit, tekanan darah 120/80 mmHg, pasien

terlihat meringis, dyspnea.

Pada pasien 1 dan pasien Tn. J dan Tn. T didapatkan data yang

menunjang untuk diangkat diagnosis keperawatan nyeri akut. Menurut

(Ridwan, dkk 2020), angina atau nyeri dada disebabkan oleh terjadinya

penyempitan pembuluh darah coroner yang menyebabkan menurunnya

aliran darah koroner menuju jantung. Menurut pendapat penulis supply

dan kebutuhan oksigen ke jantung tidak seimbang membuat suplai

oksigen ke miokard menurun dan menyebabkan metabolisme anaerob

yang membuat timbunan asam laknat meningkat sehingga menyebabkan

perubahan metabolisme sel-sel miokard sehingga mestimulasi reseptor

nyeri.

Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan intervensi

keperawatan yang sesuai dengan SIKI (2018). Intervensi yang dilakukan

12
pada pasien 1 dan 2 Tn. J dan Tn. T ,yaitu identifikasi lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi

skala nyeri, identifikasi respon nyeri non verbal, jelaskan strategi

meredakan nyeri, ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi

nyeri, dan kolaborasi pemberian analgetik jika perlu.

Pada pasien 1 dan pasien 2 Tn. J dan Tn. T mendapatkan tindakan

mengurangi nyeri dengan melakukan Teknik relaksasi mendengarkan

murottal Al-Qur’an dan pemberian analgetik. Saat melakukan teknik

relaksasi, mendengarkan murottal Al-Qur’an dapat bersinergi dengan

terapi farmakologi dalam menurunkan nyeri. Pemberian terapi Al-Qur’an

memberikan efek nonfarmakologi adjuvant dalam mengatasi nyeri. Ini

dapat terjadi karena terpai murottal membantu individu untuk

mengambengkan koping mengatasi nyeri. Koping diperlukan sebagai

antisipasi terhadap kecemasan dan stress akibat kondisi nyeri. Pemberian

analgetik pada Tn. J dan Tn. T dapat membuat pelebaran pembuluh darah

dan memperlancar darah ke miokardium.

Pada pasien 1 dan pasien 2 Tn. J dan Tn. T mendapatkan tindakan

mengurangi nyeri dengan melakukan Teknik relaksasi napas dalam dan

pemberian analgetik. Saat melakukan teknik relaksasi napas dalam dapat

meningkatkan oksigen dalam darah dan dapat memberikan efek rileks

kepada pasien. Pemberian analgetik pada Tn. J dan Tn. T dapat membuat

pelebaran pembuluh darah dan memperlancar darah ke miokardium.

12
Pada diagnosis keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen

pencedera fisiologis penulis mendapatkan hasil data dan evaluasi setelah

dilakukan tindakan keperawatan 3x8 jam nyeri akut penulis mendapatkan

nilai hasil perbandingan antara data dan evaluasi yang muncul pada

pasien 1 dan 2 yaitu Skala nyeri pada pasien 1 Tn. J menjadi skala 5 dan

pasien 2 Tn. T menjadi skala 4. dikarenakan pasien mendapat kolaborasi

obat analgetik ISDN sehingga skala nyeri pasien menurun.

3. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi

(D.0022)

Hasil dari pengkajian pasien 1 Tn. J didapatkan data pasien

mengeluh sesak napas, pasien tampak sesak,Hasil foto thoax terjadi

pembesaran jantung ke arah kanan , berat badan pasien meningkat dari

58kg menjadi 60kg.

Pada pasien 1 Tn. J didapatkan data penunjang untuk di angkat

diagnosa hipervolemia. Distensi vena jugulari 12cmH2o dan juga dari

hasil foto thorax di dapatkan terjadi pembesaran pada jantung bagian

kanan (Hepatomegali).

Menurut penulis Distensi vena jugularis pada pasien muncul dari

penumpukan cairan akibat terganggunya mekanisme keseimbangan

cairan sebagai tanda dari gagal ventrikel kanan memompa sehingga

semua darah yang kembali dari vena tidak dapat terakomodasi.

Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan intervensi

keperawatan yang sesuai dengan SIKI (2018). Intervensi yang dilakukan

12
yaitu periksa tanda dan gejala hypervolemia, monitor status

hemodinamik, monitor intake dan output cairan, timbang berat badan,

batasi asupan cairan dan garam, tinggikan kepala tempat tidur 30-40o, ,

ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran urine dan

berkolaborasi pemberian diuretic.

Pada diagnosis keperawatan hipervolemia berhubungan dengan

Kelebihan Asupan Cairan penulis mendapat hasil data dan evaluasi

setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x8 jam keseimbangan cairan

pasien teratasi karena Jvp 10cmH20, kenaiakan berat badansehingga

pasien di beri kolaborasi pemberian diuretic berupa Sp Dobutamine yang

diberikan melalui syrnge pump dengan kecepatan 2.8 cc/jam.

4. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya

napas (D.0005)

Hasil dari pengkajian 1 didapatkan data pasien merasa sesak napas,

pola napas cepat, respirasi 22x/menit, SpO2 98%, terpasang nasal kanul

3lpm dan pada pasien 2 didapatkan data pasien merasa sesak, pasien

merasa sesak saat istirahat dan setelah beraktivitas sesak bertambah, pola

napas cepat, respirasi 25x/menit, SpO2 98%, terpasang nasal kanul 4lpm.

Pada pasien 1 dan 2 didapatkan data yang menunjang untuk

diangkat diagnosis pola napas tidak efektif. Menurut Nugroho (2015),

pada pasien gagal jantung kongesif dengan pola napas tidak efektif

terjadi karena ventrikel kiri tidak mampu memmpa darah yang dating

12
dari paruparu sehingga terjadi peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru

yang menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru.

Menurut pendapat penulis disebabkan karena jantung tidak dapat

memompa darah dengan maksimal sehingga darah yang seharusnya di

pompa ke tubuh namun tidak dapat terpompa maksimal menyebabkan

darah Kembali ke jantung sehingga suplai oksigen ke otak berkurang

sehingga pasien menjadi sesak napas.

Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan intervensi

keperawatan yang sesuai dengan SIKI (2018). Intervensi yang dilakukan

pada pasien 1 dan 2 yaitu monitor pola napas, monitor saturasi oksigen,

posisikan pasien semi-fowler atau fowler, dan kolaborasi pemberian

oksigen.

Menurut ( Kozier, 2010) pemberian posisi semi fowler

menyebabkan gravitasi menarik diafragma kebawah, memungkinkan

ekspansi dada dan ventilasi paru lebih besar sehingga pasien dapat

bernafas dengan lebih lancar.

Untuk perbandingan pada diagnosis keperawatan pola napas tidak

efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas penulis mendapatkan

nilai hasil perbandingan antara data dan evaluasi yang muncul pada

pasien 1 dan 2 yaitu respirasi pada pasien 1 Tn. J menjadi 20x/menit dan

pasien 2 Tn. T menjadi 22x/menit. Setelah dilakukan tindakan

manajemen jalan napas selama 3x8 jam pada kedua pasien membuat

respirasi pasien menurun secara perlahan.

13
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)

Hasil dari pengkajian pada pasien 1 dan pasien 2 Tn. J dan Tn. T

didapatkan data pasien mengeluh mudah lelah, pasien mengeluh badan

lemas, pasien 1 Tn. J mengeluh sesak napas saat /setelah istirahat,

frekuensi nadi 72x/menit, tekanan darah 130/80 mmHg, respirasi

22x/menit. pasien 2 Tn. T mengeluh sesak napas saat /setelah istirahat,

frekuensi nadi 80x/menit, tekanan darah 120/80 mmHg, respirasi

24x/menit

Pada pasien 1 dan pasien 2 Tn. J dan Tn. T didapat data yang

menunjang untuk di angkat intolerasi aktivitas mengeluh lelah,Frekuensi

jantung meningkat dimana pada kelas fungsional kedua akan

menimbulkan gangguan fisik ringan berupa gejala keletihan pada

aktivitas biasa.

Menurut penulis bahwa intoleransi aktivitas pasien muncul dari

kurangnya suplai oksigen ke jaringan sehingga menimbulkan

penumpukan ATP yang mengakibatkan gejala kelelahan.

Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan intervensi

keperawatan yang sesuai dengan SIKI (2018). Intervensi yang dilakukan

yaitu identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan,

monitor kelelahan fisik, monitor pola dan jam tidur, fasilitasi duduk di

sisi tempat tidur jika tidak dapat berpindah atau berjalan, anjurkan tirah

baring, dan berkolaborasi dengan ahli gizi.

13
Menurut (Nugroho, 2016) tirah baring dilakukan untuk mengurangi

kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung dan menurunkan

tekanan darah dengan menurunkan volume intra vaskuler melalui induksi

dioresis terbaring.

Pada diagnosis keperawatan intoleransi aktivitas berhubungan

dengan kelemahan penulis mendapat hasil data dan evaluasi setelah

dilakukan tindakan keperawatan 3x8 jam toleransi aktivitas sedikit

membaik yaitu keluhan mudah lelah berkurang, keluhan sesak berkurang

saat/setelah beraktivitas.

13
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus pada pasien 1 dan 2 dengan Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Di Ruang ICCU Rumah

Sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil dari pengkajian yang didapatkan dari kedua pasien umumnya keluhan

yang dirasakan pada pasien 1 dan 2 sama dan hasil dari pengkajian pasien 1

mengatakan sesak napas, nyeri dada kiri, pasien merasa badan lemas, pasien

terlihat lemas, pasien terlihat meringis, tekanan darah 130/80 mmHg,

respirasi 22x/menit, frekuensi nadi 72x/menit,SpO2 98%, P : saat

beraktivitas dan istirahat, Q : seperti ditusuk-tusuk, R : dada kiri, S : skala 4,

T : hilang timbul sedangkan pada pasien 2 mengatakan sesak napas, pasien

merasa badan lemas, pasien terlihat lemas tekanan darah 120/80 mmHg,

respirasi 22x/menit, frekuensi nadi 80x/menit,SpO2 98%, P : saat

beraktivitas dan istirahat, Q : seperti ditusuk-tusuk, R : dada kanan, S : skala

4, T : hilang timbul

2. Diagnosis keperawatan yang muncul pada kedua pasien ada persamaan dan

perbedaan. Pasien 1 dan 2 memiliki diagnosis keperawatan yang sama yaitu

penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan Preload dan

Perubahan Afterload dan kontrakilitas dan pola napas tidak efektif

berhubungan dengan hambatan upaya napas, nyeri akut berhubungan

13
dengan agen pencedera fisiologis dan intoleransi aktivitas berhubungan

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen Namun ada

perbedaan diagnosis juga pada pasien 1 dan 2 yaitu pasien pertama diangkat

diagnosis keperawatan hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan

cairan. Sedangkan pasien kedua tidak ada peningkatan cairan didalam

tubuh.

3. Intervensi keperawatan disusun dengan menggunakan panduan SIKI (2018)

yang telah penulis susun. Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk

pasien 1 yaitu penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan

Preload dan Perubahan Afterload, pola napas tidak efektif berhubungan

dengan hambatan upaya napas, nyeri akut berhubungan dengan agen

pencedera fisiologis, hypervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan

cairan, intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen, sedangkan pasien 2 penurunan curah jantung

berhubungan dengan Perubahan Preload dan Perubahan Afterload, pola

napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas, nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, intoleransi aktivitas

berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen.

4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan intervensi keperawatan yang

telah penulis susun. Implementasi keperawatan yang telah dilakukan untuk

pasien 1 seperti penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

irama jantung, pola napas tidak efektif akut berhubungan dengan agen

13
pencedera fisiologis, hypervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan

cairan, intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen, sedangkan pasien 2 penurunan curah jantung

berhubungan dengan Perubahan Preload dan Perubahan Afterload, pola

napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas, nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, intoleransi aktivitas

berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen. Dalam tindakan implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai

dengan intervensi yang dibuat dan penulis tidak menemukan perbedaan

antara intervensi keperawatan yang telah dibuat dengan implementasi

keperawatan yang dilakukan.

5. Hasil dari evaluasi keperawatan yang dilakukan oleh penulis pada kedua

kasus dilakukan selama 3 hari perawatan. Hasil evaluasi keperawatan yang

dilakukan oleh penulis dengan kedua pasien yaitu untuk pasien 1 seperti

penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan Preload dan

Perubahan Afterload, pola napas tidak efektif berhubungan dengan

hambatan upaya napas, nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera

fisiologis, hypervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan,

intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

dan kebutuhan oksigen, sedangkan pasien 2 penurunan curah jantung

berhubungan dengan Perubahan Preload dan Perubahan Afterload, pola

napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas, nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, intoleransi aktivitas

13
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen.

B. Saran

1. Bagi Penulis

Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

ilmu pengetahuan dan menambah wawasan dalam melakukan Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Dengan Jantung Kongestif (CHF).

2. Bagi RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda

Diharapkan dapat sebagai data tambahan bagi manajemen

keperawatan. Khususnya terkait dengan Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Dengan Penyakit Jantung Kongestif (CHF).

3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan informasi

tambahan bagi perkembangan keperawatan dan sebagai acuan untuk

meningkatkan ilmu pengetahuan dan pemahaman mengenai Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Jantung Kongestif (CHF).

13
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, D. P. T. (2017). Gagal Jantung. Ilmu Penyakit Dalam, 1002005139, 1513.


Bariyatun, S. (2018). Penerapan Pemberian Oksigen Pada pasien congestive heart
failure (CHF) dengan gangguan kebutuhan oksigenasi. Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Yogyakarta, 22–37.
Fajar Agung Nugroho. (2018). Perancangan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit
Jantung. Jurnal Informatika Universitas Pamulang, 3, 6–10.
Muti, Y. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ny.S.B.M Dengan Diagnosa Medis
Efusi Perikardium Di Ruangan Cempaka Rsud Prof. Dr.W.Z Johannes
Kupang.
Nursita, H., & Pratiwi, A. (2020). Peningkatan Kualitas Hidup Pada Pasien Gagal
Jantung: a Narrative Review Article (Improved Quality of Life in Heart
Failure Patients: a Narrative Review Article). Jurnal Berita Ilmu
Keperawatan, 13(1), 10–21. https://doi.org/10.23917/bik.v13i1.11916
Paramita. (2021). Konsep Gagal Jantung. 9–20.
Prihatiningsih, D., & Sudyasih, T. (2018). Perawatan Diri Pada Pasien Gagal
Jantung. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 4(2).
https://doi.org/10.17509/jpki.v4i2.13443
Wulan, Y. (2017). Program studi d-iii keperawatan padang jurusan keperawatan
tahun 2017. 1–174.
‫ו‬Yudha. (2017). No Title Реформа закупок. 93(I), 259.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia

Asmara Winda (2021) PENERAPAN PEMBERIAN POSISI SEMI FOWLER


TERHADAP KUALITAS TIDUR PASIEN CONGESTIVE GAGAL
JANTUNG. Akademi Keperawatan Dharma Wacana Metro. Lampung. Di
akses 21 Juni 2022.
https://jurnal.akperdharmawacana.ac.id/index.php/JWC/article/viewFile/196
/107#:~:text=Tujuan%20penerapan%20pemberian%20posisi%20semi,tidur
%20pada%20pasien%20gagal%20jantung.

Eldessa Vava Rilla (2014) TERAPI MUROTTAL EFEKTIF MENURUNKAN


TINGKAT NYERI DIBANDING TERAPI MUSIK PADA PASIEN

13
PASCABEDAH. Stikkes Karsa Husada. Garut. Di akses 21 Juni 2022.
http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/444

Fajar Agung Nugroho, Sawiji, W. P. (2019). TINGKAT KUALITAS TIDUR


PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF (CHF) DENGAN
POSISI TIDUR SEMI FOWLER, SEMI FOWLER MIRING KANAN,
DAN SEMI FOWLER MIRING KIRI DI RUMAH SAKIT PKU
MUHAMMADIYAH GOMBONG. 15(1), 40–46.
https://doi.org/10.26753/jikk.v15i1.326

Herdman, T.H. and Kamitsuru, S. (2015) Nanda International. Nursing


Diagnoses: Definitions and Classification 2014-2015. Wiley Blackwell,
Oxford.

Hermawati, Risa, Asri Candra Dewi. (2014). Penyakit Jantung Koroner. Jakarta:
Fmedia

Kozier. (2010). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta : EGC

Muhammad Ridwan, Yusni, & Nurkhalis. (2020). Analisis Karakteristik Nyeri


Dada Pada Pasien Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Journal of Medical Science, 1(1), 20–26.
https://doi.org/10.55572/jms.v1i1.5

Nugroho, dkk. 2016. Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.


Yogyakarta:Nuha Medika

13

Anda mungkin juga menyukai