Anda di halaman 1dari 14

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN 3M DALAM MENULIS

CERPEN ANAK BAGI MAHASISWA TINGKAT II PGSD


STKIP SANTU PAULUS RUTENG

Yohanes Mariano Dangku & Fransiskus de Gomes


Prodi Bahasa Indonesia STKIP Santu Paulus, Jl. Jend. Ahmad Yani, No. 10, Ruteng-Flores 86508
Prodi PG-PAUD STKIP Santu Paulus, Jl. Jend. Ahmad Yani, No. 10, Ruteng-Flores 86508
e-mail:ymdangku73@gmail.com

Abstract: Developing of The 3M Learning Model to Write Child’s Short Story for Students at the Second
Grade of Teacher Training Elementary School of STKIP Saint Paul Ruteng. The aim of this Research and
Development (RD) was produce the learning model to write child’s short story. Background of this RD was students
at Teachers Training Elementary School of STKIP of Saint Paul Ruteng met with difficulty to write child’s short story.
Whereas, child’s short story was a material study what learned by teacher of elementary school. Product of this RD
was a learning model to write child’s short story. The product was tested by expert judgement and users. The test
result showed that the 3M Learning Model was a effective, efficient, and acceptable product to improve students’ skill
in a write child’s short story learning. Besides, effectivity, efficiency, and acceptability of the product was proved by
improvement of students’ involvement in learning process. It was improve students’ skill in write child short story
learning.

Keywords: developing, learning model, the 3M writing, child’s short story

Abstrak: Pengembangan Model Pembelajaran 3M dalam Menulis Cerpen Anak bagi Mahasiswa Tingkat II
PGSD STKIP Santu Paulus Ruteng. Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan suatu model
pembelajaran menulis cerpen anak. Alasan pengembangan produk ini adalah para mahasiswa berkesulitan dalam
menulis cerpen anak. Sementara cerpen anak adalah salah satu materi ajar yang harus diajarkan seorang guru SD.
Produk yang dikembangkan adalah suatu model pembelajaran menulis cerpen anak yakni model 3M (Membaca,
Mengidentifikasi, dan Menciptakan). Produk yang dikembangkan telah diujicoba oleh subjek ahli dan pengguna.
Hasil ujicoba menunjukkan bahwa Model Pembelajaran 3M efektif, efisien, dan aseptable untuk membelajarkan
keterampilan menulis cerpen anak. Efektivitas, efisiensi, dan aseptablitas penggunaan produk ini juga dibuktikan
oleh peningkatan keterlibatan aktif mahasiswa dalam proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan adanya peningkatan
keterampilan menulis cerpen anak dalam diri mahasiswa.

Kata kunci: pengembangan, model pembelajaran, menulis 3M, cerpen anak

PENDAHULUAN diterima materinya. Tampilan yang demikian amat


memprihatinkan karena para mahasiswa harus
Menulis merupakan aktivitas kreatif dan
menempuh dan menunaikan tugas berkala dan tugas
khas kaum terpelajar. Idealnya adalah semua kaum akhir yang berhubungan dengan menulis. Menurut
terpelajar mampu menulis. Karena kemampuan pengamatan sekilas penulis, kecenderungan dan
menulis merupakan ciri pembeda kaum terpelajar ketergodaan untuk melakukan plagiasi sebenarnya
dari masyarakat umum. karena ketakberdayaan pelaku dalam menulis. Jika
Para mahasiswa sebagai sekelompok dirunut lebih ke belakang, hal tersebut disebabkan
kaum terpelajar seyogyanya terampil menulis. oleh kurangnya keterampilan menulis.
Namun faktanya berkebalikkan. Para mahasiswa Persoalan ini memerlukan solusi kreatif.
cenderung pasif dan reseptif. Mereka hadir dan Penulis yakin bahwa tak ada pendapat yang
mengikuti perkuliahan semata sebagai bagian dari berseberangan jika mengatakan keterampilan
rutinitas harian. Sementara dosen sering dianggap menulis idealnya ditanamkan sejak dini, yakni
sebagai sumber ilmu yang wajib didengar dan di Sekolah Dasar (SD). Penanaman sejak dini

13
14 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, hlm. 1-136

dimaksudkan agar para pembelajar benar-benar disiapkan untuk terjun ke lapangan sebagai guru
terampil menulis sebab keterampilan tersebut SD yang terampil menulis cerpen anak dan terampil
amat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. pula mengajar murid-murid SD.
Keterampilan menulis yang ditanamkan sejak dini Menurut hemat penulis, Model Pembelajaran
membiasakan seseorang untuk menulis sehingga Menulis 3M merupakan model sederhana dan
tugas atau kegiatan menulis apa pun tidak dirasakan praktis karena penyediaan dan penetapan teks
sebagai suatu kesulitan, tetapi suatu kebutuhan. sumber sebagai titik tolak menulis mengondisikan
Satu upaya konkrit dari kesadaran akan peserta didik untuk berpikir jauh, bukan sekadar
penanaman keterampilan menulis sejak dini teks yang di depan mata, tetapi juga refleksi dan
adalah menyiapkan tenaga pengajar (guru) SD imaginasi atas teks yang tersedia untuk sesuatu
yang terampil menulis. Untuk menjadi guru SD, yang baru. Sebaliknya, bertolak dari tulisan yang
orang tentu saja menempuh Pendidikan Guru ada sebagai ‘master’, mereka memulai menemukan
Sekolah Dasar (PGSD). Dalam kapasitasnya ide baik berupa kalimat menarik, penggalan kisah
yang demikian, para mahasiswa PGSD harus yang mengesankan atau juga inspirasi yang timbul
menerampilkan diri dalam keterampilan menulis, dari pembacaan.
khususnya menulis cerpen anak. Namun demikian, Salah satu andalan model yang ditawarkan ini
dalam pengamatan dan pengalaman penulis, para adalah aplikabilitasnya. Keberterapan itu tampak
mahasiswa berkesulitan menulis cerpen. Kesulitan pada dominasi praktik daripada teori. Hal ini
tersebut disebabkan oleh banyak faktor. amat mendesak karena kecenderungan pengajaran
Salah satu kesulitan klasik adalah ketiadaan menulis didominasi aktivitas mengajarkan teori
bakat. Padahal, menulis merupakan keterampilan menulis daripada praktik menulis baik dalam
yang bisa dibentuk dan dilatih. Masalahnya bentuk latihan maupun dalam karya produk.
adalah penanaman dan pembiasaan keterampilan Sejauh telusuran penulis, ada dua model
ini kurang digarap serius. Sebaliknya, pada pihak pembelajaran yang berbasis pada teori yang sama.
mahasiswa cenderung menyerah dan lazim mencari Penulis presentasikan pertama, dua model yang
solusi pintas, seperti meniru atau menjiplak karya- mirip, yaitu TOK (Tiru, Olah, dan Kembangkan)
karya orang lain. Oleh karena itu, penanaman dan dan 3M (Meniru, Mengolah, dan Mengembangkan).
pembiasaan menulis harus terus digalakkan agar Secara substansial, kedua model ini sama. Masing-
para mahasiswa terlatih dan terampil. masing penulis memilih bentukan yang berbeda
Kesulitan lain yang paling dirasakan dalam penamaan. Model TOK menggunakan
adalah kesulitan memulai sebuah tulisan. Untuk bentuk kata dasar, sedangkan 3M memakai bentuk
mengatasi itu, para mahasiswa membutuhkan kata jadian.
tulisan lain, cerpen lain, sebagai model atau Mencermati model yang disajikan kedua
contoh untuk kemudian dilakukan pengutipan, penulis ini, kami menilai bahwa batasan fase-
pemilihan sebagian atau fragmen (fragmentasi), fasenya masih mengambang. Tindakan meniru,
atau menjadikannya inspirasi untuk kemudian mengolah, dan mengembangkan tidak diberi
dikembangkan menjadi tulisan baru. Hal itu batasan yang jelas. Apa atau bagian mana yang
dilakukan karena para penulis pemula lebih ditiru, diolah, dan dikembangkan? Kondisi
mudah mengikuti contoh daripada memulai dari mengambang ini membingungkan pembelajar
kekosongan. untuk memulai dan mencapai tujuan pembelajaran.
Daripada mengutuki kegelapan, lebih Seharusnya, model yang ditawarkan harus bisa
baik kita menyalakan lilin. Perancangan Model memecahkan masalah yang sudah ada, dan
Pembelajaran Menulis berbentuk 3M, yakni bukannya menciptakan masalah baru.
Membaca, Mengidentifikasi (imitasi, fragmentasi, Model lain yang menarik perhatian penulis
inspirasi), dan Menciptakan (Menulis) ini adalah model DCKC, yaitu Dari Cerpen ke Cerpen,
merupakan lilin kecil yang coba dinyalakan yang dikembangkan oleh Widyastuti (dalam
bagi para mahasiswa agar mereka tidak merasa Seloka-UNNES, 2012:29-34). Peneliti ini secara
ketinggalan, tetapi merasa dan mengalami linear menyesuaikan gagasan “copy the master”
Dangku & Gomes, Pengembangan Model Pembelajaran 3M Dalam Menulis ... 15

menjadi Dari Cerpen Ke Cerpen (DCKC). Cerpen diturunkan, ditiru. Sebaliknya, hasil tiruan, salinan
‘master’ sebagai titik tolak menulis cerpen baru. mencerminkan masternya. Dikaitkan dengan
Namun, Widyastuti juga tidak memberi batasan tulisan sebagai suatu entitas, tulisan adalah
yang tegas. Apa atau bagian mana dari cerpen produksi imitasi ide penulis yang dituangkan
‘master’ yang dijadikan titik tolak untuk menulis melalui tindakan menulis. Sedangkan kreasi tulisan
cerpen baru? Apakah seluruh atau sebagian cerpen baru merupakan imitasi dari karya tulis terdahulu.
yang dijadikan titik tolak? Jadi, desain penulis Berbeda dengan gurunya, Plato, Aristoteles
tersebut juga tidak memberi batasan yang tegas menyajikan teori mimesis yang lebih kreatif.
tentang titik tolaknya. Menurutnya, penciptaan itu tidak semata-mata
Secara teoretis, model 3M merupakan semacam copy-paste dari ide yang sudah ada, tetapi
modifikasi model copy the master. Tulisan terdahulu paduan ide yang terkonsep dan kreasi pencipta
menjadi ‘master’, contoh,, untuk dikembangkan sebuah karya. Betapa pun sebuah karya bertolak
dalam menulis. Secara genetis, teori copy the dari sebuah ide terdahulu, tetapi karya cipta itu
master berasal dari dunia seni lukis. Karya lukisan sendiri tetaplah sesuatu yang baru baik secara
primer dan perdana dijadikan sebagai master, temporal maupun secara subtansial. Aristoteles
pokok, sumber untuk pembuatan lukisan berikut, menyatakan bahwa mimesis bukan sekadar
baik oleh pelukisnya sendiri maupun pelukis lain menjiplak kenyataan atau jiplakan dari ide mutlak,
yang menjadikannya sebagai contoh. Misalnya, tetapi proses kreatif yang, sambil bertolak dari
Lukisan Malam Perjamuan Terakhir karya Michael kenyataan atau ide terdahulu, menciptakan sesuatu
Angelo direproduksi menjadi lukisan-lukisan yang baru (van Luxemburg, Bal, dan Weststeijn,
duplikat, seperti yang beredar, sebab lukisan aslinya 1989: 17). Bertolak dari perspektif mimesis
tetap tersimpan di museum. Nalar reproduksi dan Aristoteles ini, peneliti mengelaborasi basis teoretis
peniruan contoh pada dunia seni lukis dipakai copy the master untuk mengembangkan desain
dalam produksi dan reproduksi karya tulis (bdk. turunannya, yaitu M3 (Membaca, Mengidentifikasi,
Widyastuty dalam SELOKA 1, 2012:30). dan Menulis). Fase pembacaan dalam M3 bukan
Para penulis momodifikasi dan saja prasyarat, tetapi sebagai batu pijakan model
mengembangkan teori tersebut. Modifikasinya secara menyeluruh. Dengan aktivitas membaca,
berbasiskan teori mimesis, konstruktivisme ala pembelajar diberi waktu untuk mencerna dan
Vigotsky, teori kekerabatan membaca dan menulis mengolah naskah ‘master’ secara cermat dan kritis
dalam pengaksaraan manusia, dan teori belajar lalu memikirkan (mengimaginasikan) peluang
sosial yang memberi dasar bagi dampak pengiring pengembangan untuk menciptakan karya baru.
model yang didesain ini. Selanjutnya teori tersebut
Teori Konstruktivisme
diimplementasikan dalam pengembangan salah
satu materi ajar Kajian Sastra Anak, yaitu apresiasi Selain teori mimesis kreatif, aktivitas
produktif berupa Menulis Cerpen Anak Sederhana. menulis pada hakikatnya adalah aktivitas kognitif
mengkonstruksi makna. Skemata berpikir seseorang
Teori Mimesis menjadi basis kognitif penciptaan sebuah karya
Salah satu pijakan teoretis model copy the tulis. Sebab menulis itu sendiri adalah produksi
master adalah teori mimesis. Teori ini berasumsi aktivitas berpikir. Sebuah adagium mengafirmasi
bahwa manusia berkecenderungan meniru. Fakta gagasan tersebut. “To write is to think. Learning
yang ada merupakan salinan, copy, dari ‘master’ to write is learning to think”. Menulis adalah
fakta berupa ide abstrak yang mengonsepkan fakta berpikir. Belajar menulis adalah belajar berpikir.
tersebut. Teori mimesis yang demikian dikemukan Secara teoretis, menulis adalah proses konstruktif
oleh Plato (van Luxemburg, Bal, dan Weststeijn, (Cooper, 2000:334)”.
1989: 16). Bagi Plato, hanya ada satu ide mutlak, Salah satu varian teori konstruktivisme
sedangkan ide-ide yang lain merupakan turunan, adalah konstruktivisme sosial ala Lev Vygotsky.
salinan, dan perwujudan. Ide mutlak tersebut Perintis Konstruksivisme (kognitif), Jean Peaget,
adalah ‘master’ dari mana salinan atau duplikatnya menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses
16 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, hlm. 1-136

perkembangan yang melibatkan perubahan, yang terserap dalam pikiran merupakan konstruksi
pemunculan diri, dan konstruksi, yang dibangun pembaca atas bacaannya. Apa yang tertulis dalam
atas pengalaman-pengalaman pembelajaran suatu tulisan merupakan aktualisasi konstruksi
sebelumnya. Memperluas teori pendahulunya, makna dalam kegiatan berpikir dan berkreasi
Vygotsky menyatakan bahwa “pemikiran dan penulis. Atas alasan itu Cooper menyimpulkan
konstruksi makna pada diri pembelajar dibentuk bahwa membaca-menulis merupakan proses
secara sosial dan muncul dari interaksi sosial simultan mengkonstruksi makna.
mereka dengan lingkungan mereka” (Kaufman Dalam diskursus pembelajaran bahasa,
dalam Brown, 2007:13). Tendensi individual membaca berhubungan dengan menulis. Karena
Peaget dalam teorinya dikoreksi Vygotsky dengan membaca dan menulis adalah kegiatan berpikir
menekankan segi sosial. Pelaku belajar memang melalui kodifikasi, dekodifikasi, organisasi,
pribadi individu, tetapi interaksi sosial antara dan komposisi. Keduanya sama-sama berperan
pembelajar dapat memperkaya pembentukan dalam pembentukan/konstruksi makna, baik
skemata berpikir dengan saling belajar dan saling dengan menangkap untuk mengorganisasikannya,
berbagi dalam bingkai belajar sosial, the social dalam otak maupun mengaktifkan otak untuk
learning. mengonstruksikan segala makna dan konsep
Pembacaan secara saksama atas naskah dalam komposisi sebuah tulisan. Membaca dan
cerpen master sudah merupakan proses konstruktif. menulis memiliki koneksi, hubungan kekerabatan
Dengan aktivitas itu pembelajar mengkontruksi konstruktif dan skematis. Seperti dikatakan Carol
makna untuk memperluas skemata berpikirnya. Booth Olson, dalam bukunya Reading/Writing
Penambahan dan pengluasan skemata berpikir Connection (seperti dikutip Noden: 2003; bdk.
pembelajar menjadi titik tolak proses kreatif. Ide, Cox, 1999:354-361), membaca dan menulis
inspirasi, dan bahkan, kerangka naskah cerpen berhubungan bukan hanya dalam kerangka
master menjadi dasar bagi pembelajar dalam proses ‘kekerabatan’ rumpun dalam pembelajaran bahasa,
kreatif melalui reproduksi dan penciptaan sebuah tetapi kemiripan proses dan kesalingmenunjangan
karya baru. dalam mengkonstruksi pemahaman pembaca dan
penulis.
Teori Kekerabatan Membaca-Menulis
J.David Cooper secara telak menegaskan
Teori Belajar Sosial
bahwa membaca dan menulis merupakan proses Dalam membentuk kompetensi tersebut para
konstruktif yang melibatkan dua hal sekaligus, pembelajar bekerja sama secara koperatif dan
yaitu membaca dan menulis. Keduanya berpaut-erat konstruktif. Mereka tidak hanya menjalankan
dan tidak dapat dipisahkan. Membaca dan menulis satu pendapat, tetapi berparitisipasi dan saling
adalah dua sisi dari satu mata uang dalam kerangka membangun (konstruktif). Dengan demikian
konstruksi makna pembelajar. Secara lebih luas, mereka tidak saling menggurui atau mendominasi,
Cooper memaparkan 5 alasan keterkaitan membaca tetapi saling memperkaya dan mengoreksi. Itulah
dan menulis (Cooper, 2000:334), yakni: (1) Both hakikat pembelajaran sosial (social learning). Jadi,
wiriting and reading are constructive processes, (2) secara teoretis, teori belajar sosial juga menunjang
Reading and writing share similar processes and model ini. Pembelajar tidak hanya sekadar belajar
kind of knowledge, (3) Writing and reading, when dalam suatu kondisi kebersamaan, dalam ruang
taught together, improve achievement, (4) Reading dan waktu secara bersama saja, tetapi untuk saling
and writing together foster communication, dan (5) belajar dengan berbagi pengetahuan dan bekal
Combining reading and writing leads to ciritical nilai sambil menghayati keberagaman derajat
thinking. kemampuan dan penghargaan citra diri masing-
Keterkaitan membaca dan menulis dari segi masing yang unik dan otonom.
proses merupakan proses konstruktif. Membaca Dari sisi pembelajar, secara teoretik model
mengkonstruksi makna secara kognitif dan menulis ini dilandasi pandangan bahwa seorang pembelajar
mengkonstruksi makna secara presentual. Apa merupakan makhluk individual-personal
Dangku & Gomes, Pengembangan Model Pembelajaran 3M Dalam Menulis ... 17

sekaligus sosial-kolektif. Manusia adalah pribadi efektif, efisien, dan dapat diterima oleh para
yang memasyarakat. Berkenaan dengan teori pengguna?
pembelajaran, model ini memfasilitasi pembelajar Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk
membangun skemata pemahaman baru melalui menghasilkan produk berupa Model Pembelajaran
aktivitas belajar bersama. Sebagaimana teori Menulis 3M demi meningkatkan keterampilan
konstruktivisme sosial Lev Vygotsky, “pemikiran menulis cerpen anak bagi mahasiswa dalam
dan pembentukan makna pada diri anak dikonstruksi perkuliahan Kajian Sastra Anak di PGSD. Bagi
secara personal sekaligus sosial dan muncul dari dosen, penelitian ini menawarkan suatu model
interaksi sosial mereka dengan lingkungan mereka” pembelajaran menulis yang dapat digunakan dalam
(dalam Brown, 2007:13-14). Karena bagi Vigotsky membelajarkan keterampilan menulis cerpen anak
pengetahuan seseorang terbentuk dari pengalaman bagi mahasiswa dalam perkuliahan Kajian Sastra
personal dalam ruang sosial. Anak di PGSD.
Dalam kerangka belajar sosial (sosial
learning) tersebut, pada finalisasi para siswa METODE
saling menukarkan tulisan untuk disunting. Karena Metode yang digunakan dalam penelitian
hakikat pembelajaran bersama (learning together) ini adalah metode penelitian pengembangan
bukan sekadar berada dalam ruang dan waktu yang (research and development). Desain yang dipilih
sama, tetapi perilaku saling belajar dan berbagi adalah model pengembangan produk Borg &
pengetahuan tanpa mencampakkan keunikan dan Gall (Sukamadinata, 2009: 169-170). Mengacu
otonomi masing-masing pembelajar. Mengoreksi pada model pengembangan Borg & Gall (1983),
dan memberikan masukan konstruktif seperti penulis menetapkan tiga tahap yang dilalui dalam
menyunting memberikan makna tersendiri bagi penelitian ini, yakni tahap studi pendahuluan, tahap
pembelajar. pengembangan model pembelajaran, dan tahap uji
produk.
Dari sisi pendidik, model ini menghendaki
model pengajaran sosial (Joyce dkk., 2009: 295- Aktivitas pada tahap studi pendahuluan
297). Model ini berfokus pada karakter sosial adalah mengidentifikasi kebutuhan siswa akan
pembelajaran menulis cerpen anak dan menentukan
manusia dalam mempelajari tingkah laku sosial
desain model yang tepat dengan mengkaji berbagai
yang dapat meningkatkan hasil pembelajaran
pustaka yang relevan. Pada tahap pengembangan,
akademik. Salah satunya adalah pembelajaran
kegiatan yang dibuat adalah: merumuskan tujuan
berpola kemitraan John Dewey (Joyce dkk., 2009:
(umum & khusus), menganalisis karakteristik
299-324) . Berangkat dari pandangannya tentang
siswa, menganalisi sumber belajar, menyusun
kebebasan tanpa mengabaikan kesetaraan, Dewey desain model, dan menyusun instrument evaluasi.
mengkritisi bahaya kapitalisme dan individualisme Kegiatan pada tahap ujicoba produk adalah uji ahli,
di balik pendewaan kebebasan di Amerika. ujicoba kelompok kecil, dan ujicoba kelompok
Karena itu dalam dunia pendidikan, Dewey besar.
mengembangkan pola pengajaran kemitraan agar
Subjek ujicoba produk pengembangan ini
tidak terjadi kesenjangan derajat kemajuan dalam terdiri atas 2 subjek ahli, yakni ahli isi dan ahli
pembelajaran. Siswa yang pandai dapat membantu desain pembelajaran. Subjek uji coba kelompok
yang lemah. Pembelajar yang nakal dapat kecil dan kelompok besar adalah mahasiswa
meneladani mitranya yang santun. Tingkat II PGSD STKIP Santu Paulus Ruteng.
Fokus penelitian ini adalah meng-embangkan Jenis data uji coba produk pengembangan
suatu model pembelajaran menulis cerpen anak. desain model pembelajaran ini bersifat kualitatif
Pertanyaan yang hendak dijawab dalam penelitian dan kuantitatif. Data kualitatif berupa tanggapan
ini adalah: (1) Bagaimanakah Model Pembelajaran dan saran perbaikan yang diperoleh dari angket
Menulis 3M dalam pembelajaran menulis cerpen dan wawancara. Data kuantitatif diperoleh melalui
anak pada perkuliahan Kajian Sastra Anak di angket yang menggunakan skala penilaian 1
PGSD? (2) Apakah Model Pembelajaran Menulis – 4 dan tes hasil belajar (pretest dan posttest).
3M dalam pembelajaran menulis cerpen anak Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan
18 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, hlm. 1-136

data dalam penelitian pengembangan ini adalah dalam membelajarkan keterampilan menulis cepen
angket, wawancara, dan tes. anak bagi mahasiswa PGSD.
Analisis data dalam penelitian pengembangan Pertama, kerangka teori Model Pembelajaran
dilakukan secara bertahap dan menggunakan tiga Menulis 3M. Teori kekerabatan membaca dan
teknik analisis. Pertama, teknik analisis deskriptif menulis memberi pendasaran linguistik bagi
yang digunakan untuk mengolah data hasil revisi Model Pembelajaran 3M. secara operasional
ahli isi, ahli desain pembelajaran, mahasiswa, dan teori ini diimplementasikan dalam pembelajaran
dosen mata kuliah Kajian Sastra Anak. Kedua, bahasa terpadu antaraspek. Membaca dan menulis
teknik analisis statistik deskriptif yang digunakan merupakan dua aspek dalam pembelajaran bahasa
untuk mengolah data yang diperoleh melalui yang dapat dikembangkan secara terpadu.
angket dalam bentuk deskriptif persentasi. Teknik Kompetensi dasar membaca pemahaman
ini menggunakan rumus sebagai berikut: dapat dibentuk melalui tindakan pencermatan,
pemahaman dan penalaran. Pencermatan berarti
Persentasi = ∑(Jawaban X bobot pilihan X 100% pembaca menelusuri baris demi baris aksara teks
N X bobot tertinggi untuk menyelami kontruksi makna yang terkandung
dalam struktur bacaan tersebut. Pemahaman berarti
Untuk menemukan kesimpulan dari data
pembaca menangkap isi atau pesan bacaan lalu
yang diperoleh, maka ditetapkan kriteria sesuai
mengakomodasi dan mengasimilasinya dalam
dengan tingkat validasi berikut (Bdk. Arikunto,
skemata otaknya sampai mencapai ekuilibrium
2002: 313).
(Nurhadi dan Senduk, 2009:43-45). Bersamaan
Table 3. 1
dengan itu berlangsung penalaran pembaca
Konversi Tingkat Validasi
atas bacaan dengan kritik atau seleksi sehingga
Persentasi
Kualifikasi Keterangan yang benar-benar terakomodasi dan asimilasi
(%)
adalah kebenaran atau kesalahan, kesetujuan atau
90 - 100 Sangat Baik Tidak perlu direvisi
ketidaksetujuan terhadap konten bacaan.
75 - 89 Baik Tidak perlu direvisi
65 - 74 Cukup Baik Direvisi Representasi konten bacaan dalam skemata
55 - 64 Kurang Direvisi diartikulasikan kembali melalui ujaran dan tulisan.
0 – 54 Sangat Kurang Direvisi
Hasil pembacaan komprehensif diartikulasikan
kembali melalui tulisan baru (karya). Proses kreatif
ini dapat ditempuh dengan beberapa kemungkinan.
Ketiga, teknik analisis statitistik parametrik
yang digunakan untuk mengolah data hasil tes 1. Imitasi (imitation). Cerita yang dibaca ditiru,
belajar yang diperoleh dari sekali pretest dan bukan di-copy-paste. Cara menggambarkan
sekali posttest. Analisis ini bertujuan untuk melihat tokoh, cara menalarkan cerita lewat tahapan
signifikansi perbedaan antara nilai pretest dan alur, atau cara penulis mengarang unsur-unsur
posttest. Jenis statistik parametrik yang digunakan lain dalam membuat ceritanya. Misalnya,
untuk melihat signifikansi perbedaan yang penulis meniru alur sebuah cerita dan kemudian
dimaksud adalah ‘uji t’ (t test). mengubah unsur-unsur lainnya.
Namun kemungkinan ini hanya
HASIL DAN PEMBAHASAN dimanfaatkan dalam kerangka pembelajaran.
Karena, sebagaimana dikatakan Plato, peniruan
Hasil penelitian ini adalah berupa Model
juga merupakan sebentuk pembelajaran.
Pembelajaran Menulis 3M yang dipakai dalam
Penegasan ini penting untuk mencegah
membelajarkan keterampilan menulis cerpen anak memfosilnya mental artifisial dan imitasional
bagi mahasiswa PGSD. pada diri siswa sementara hakikat proses kreatif
Model Pembelajaran Menulis 3M adalah penciptaan yang orisinal. Kemungkinan
ini hanya dipakai sebagai rangsangan
Ada beberapa hal pokok yang ada dalam awal untuk meyakinkan mahasiswa bahwa
Model Pembelajaran Menulis 3M yang digunakan ‘mengarang itu gampang’.
Dangku & Gomes, Pengembangan Model Pembelajaran 3M Dalam Menulis ... 19

Dalam kerangka pembelajaran sosial, penghargaan citra diri masing-masing yang unik
para siswa mendiskusikan pilihan-pilihan unsur dan otonom
yang hendak ditiru untuk menghindari ‘saling Kedua, prosedur Model Pembelajaran
contek’ dan memperagam hasil kerja sama. Menulis 3M. Bertolak dari paparan teori
2. Fragmentasi (fragmentation). Cerita yang sebagaimana diuraikan sebelumnya, penulis
ada dipenggal lalu memilih penggalan yang menamai model ini Pembelajaran Menulis
disukai siswa sendiri untuk dikreasikan 3M, yaitu Membaca, Mengidentifikasi, dan
sebagai cerita baru. Kepandaian seseorang Menciptakan. Secara prosedural, model ini dapat
mengembangkan penggalan ini mencerminkan dilakukan secara bertahap dalam tiga fase.
logikanya menalari cerita yang sudah dibaca
Fase 1: Membaca Bersama
dan kepekaan intuisi dan imaginasi kreatifnya
mengembangkan ceritanya sendiri. Jadi, proses Para siswa membaca secara cermat baris
kreatif dapat ditempuh dengan memenggal demi baris teks bacaan untuk menangkap konstruksi
cerita yang dibaca lalu dikembangkan sesuai makna yang terkandung di dalamnya (eksplorasi).
imaginasi siswa. Kemampuan para siswa Fase 2: Mengidentifikasi
melakukan ini semakin menyakinkan mereka
bahwa mereka pun bisa mengarang. Para siswa berusaha menangkap isi
atau pesan bacaan lalu mengakomodasi dan
3. Inspirasi. Cerita yang dibaca hanya sebagai mengasimilasinya dalam skemata otaknya sampai
inspirasi. Pembacaan atas sebuah cerita mencapai ekuilibrium (Nurhadi dan Senduk,
menghadirkan inspirasi bagi pembaca. Rasa 2009:43-45). Bersamaan dengan itu berlangsung
simpati dan empati dengan tokoh, rasa terkesan penalaran pembaca atas bacaan dengan kritik atau
dengan pesan, serta berbagai pengalaman seleksi sehingga yang benar-benar terakomodasi
bathiniah dari membaca cerita dapat menjadi dan asimilasi adalah kebenaran atau kesalahan,
inspirasi bagi siswa untuk membuat cerita baru. kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap konten
Demikian juga kalimat-kalimat yang menarik bacaan.
dapat memantik mereka untuk menulis. Dalam kerangka pembelajaran, fase ini
Daripada hanya sebatas ornamen atau jargon, dapat menempuh 3 kemungkinan di atas yaitu
lebih bermanfaat kalimat-kalimat tersebut imitasi, fragmentasi, dan inspirasi atau meniru,
dapat dimanfaatkan secara kreatif dengan memenggal, mengutip. Mulai dari meniru cerita
menjadikannya sebagai titik tolak menulis yang dibaca sebagai model, mengembangkan
cerita. Cerita yang dibangun berdasarkan penggalan cerita yang ada menjadi cerita baru
inspirasi dapat menjadi sebuah cerita orisinal atau cerita yang dibaca hanya sebagai inspirasi.
siswa. Konsisten dengan model yang ditawarkan ini, para
Dalam membentuk kompetensi tersebut para siswa mengidentifikasi dan mengutip kalimat-
siswa bekerja sama secara koperatif dan konstruktif. kalimat inspiratif yang memantik perumusan topik
Mereka tidak hanya menjalankan satu pendapat, penulisan cerita.
tetapi berparitisipasi dan saling membangun Fase 3: Menciptakan (Menulis)
(konstruktif). Dengan demikian mereka tidak
saling menggurui atau mendominasi, tetapi saling Para mahasiswa memperluas horizon,
memperkaya dan mengoreksi. Itulah hakikat mengembangkan secara imaginatif inspirasi
pembelajaran sosial (social learning). Jadi, secara bacaan dan memikirkan desain yang sesuai untuk
teoretis, teori belajar sosial juga menunjang model sebuah penulisan (Ekstensi). Para siswa menulis
ini. Pembelajar tidak hanya sekadar belajar dalam cerita baru berdasarkan hasil identifikasi kalimat
suatu kondisi kebersamaan, dalam ruang dan waktu inspiratif dalam cerita lama.
secara bersama saja, tetapi untuk saling belajar Ketiga, bagan Model Pembelajaran Menulis
dengan berbagi pengetahuan dan bekal nilai sambil 3M. Model tersebut dapat digambarkan pula
menghayati keberagaman derajat kemampuan dan dengan bagan berikut.
20 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, hlm. 1-136

Gambar 1
Model Pembelajaran Menulis 3M

Keempat, tujuan dan dampak pengiring Hasil Ujicoba Produk Pengembangan


Model Pembelajaran Menulis 3M. Model ini
Hasil uji coba produk pengembangan berupa
bertujuan mengembangkan keterampilan menulis
Model Pembelajaran Menulis 3M menunjukkan
cerpen anak para mahasiswa PGSD STKIP
bahwa ahli isi memberikan penilaian sebesar
St.Paulus Ruteng. Selain tujuan tersebut, beberapa
83,33% atau kualifikasi baik. Komentar dan saran
dampak pengiring berikut menunjang pembentukan
revisi yang diberikan oleh ahli isi mata kuliah
citra diri mahasiswa sebagai insan akademis.
Kajian Sastra Anak di PGSD adalah petunjuk
Pertama, model pembelajaran ini membentuk
pelaksanaan tes harus lebih rinci dan pemilihan
kemampuan mahasiswa dalam mengonstruksi
teks cerpen yang digunakan dalam pembelajaran
pengetahuan, memperluas skemata pengetahuan
harus didasarkan pada analisis tingkat keterbacaan
dan merekonstruksi pengetahuan berupa cerita
teks.
baru. Kedua, konstruksi dan rekonstruksi cerpen
menerampilkan mahasiswa dalam menyusun pola/ Hasil penilaian/tanggapan ahli desain
model sehingga nalar dan kreasi siswa terasah. pembelajaran adalah sebesar 84,29% atau
Ketiga, secara kognitif pembelajar mampu kualifikasi baik. Komentar dan saran yang diberikan
mengidentifikasi dan mengembangkan kemampuan oleh ahli desain pembelajaran terhadap produk
kreatifnya. Keempat, secara sosial, para pembelajar pengembangan adalah: (1) tata letak (layout)
saling berbagi hasil identifikasi dan saling belajar. terutama penomoran untuk setiap bagian dan sub-
Kelima, secara humanistik, terbentuk solidaritas bagian dari produk pengembangan harus lebih
dan subsidiaritas antar, yaitu kerja sama dan saling jelas, (2) paduan warna yang digunakan harus lebih
membantu antarmahasiswa. serasih dan menarik, dan (3) tampilan halaman
Dangku & Gomes, Pengembangan Model Pembelajaran 3M Dalam Menulis ... 21

depan dan bagan desain produk pengembangan harus jelas. Waktu untuk kagiatan awal dan penutup
harus menarik. sebanyak 5 – 10% dari keseluruhan waktu yang
Subjek uji coba kelompok kecil tersedia.
memberikan penilaian sebesar 89,37%. atau Berdasarkan saran perbaikan dari subjek
kualifikasi baik. Komentar dan saran yang ahli dan subjek ujicoba, penulis melakukan revisi.
diberikan oleh para subjek kelompok kecil Revisi yang dibuat berkaitan dengan petunjuk
adalah: (1) perhatikan kelengkapan huruf dalam pelaksanaan tes, pemilihan teks cerpen, rata letak
tulisan, (2) perhatikan teknik mengutip sesuai (layout) terutama penomoran untuk setiap bagian
dengan kaidah yang berlaku, dan (3) utamakan dan sub-bagian dari produk pengembangan,
keserasihan dan kemenarikan paduan warna,
konstruksi kalimat pasif.
kemenarikan tampilan halaman depan dan bagan
Penilaian subjek uji coba kelompok besar desain produk pengembangan, kelengkapan huruf
adalah sebesar 92.15% atau kualifikasi sangat dalam tulisan, teknik pengutipan, konstruksi kalimat
baik. Beberapa komentar dan saran yang diberikan pasif, penulisan istilah-istilah asing, kejelasan
adalah: (1) perhatikan kelengkapan huruf dalam nomor untuk langkah-langkah pembelajaran, dan
tulisan, (2) istilah-istilah asing dicetak miring, (3) alokasi waktu untuk kegiatan pembelajaran yang
langkah-langkah pembelajaran diberi nomor. harus jelas.
Hasil penilaian atau tanggapan dosen Efektifitas penggunaan produk
pengasuh mata kuliah Kajian Sastra Anak adalah pengembangan Model Pembelajaran Menulis 3M
sebesar 88,88% atau kualifikasi baik. Komentar dalam pembelajaran sastra anak dapat diketahui
dan saran yang diberikan oleh dosen pengasuh dengan mengukur hasil belajar siswa antara
mata kuliah Pengembangan Apresiasi Sastra di SD sebelum dan sesudah menggunakan produk.
adalah: (1) pemilihan teks cerpen sudah baik, dan Analisis terhadap hasil belajar mahasiswa terdapat
(2) alokasi waktu untuk kegiatan pembelajaran pada tabel berikut.

Tabel 1
Nilai Rata-rata Pretest dan Posttest
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pretest 54.3318 50 7.88115 1.11456
Posttest 70.7784 50 7.25705 1.02630

Tabel 2
Perbedaan Nilai Rata-rata Pretest dan Posttest dan Nilai tHitung

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Interval of the Sig.
Std. Std. Error t df
Mean Difference (2-tailed)
Deviation Mean
Lower Upper
Pretest –
Pair 1 Posttest -16.4466 5.37838 .76062 -17.97512 -14.91808 -21.623 49 .000

Dari tabel 1 diperoleh hasil analisis bahwa tes akhir adalah -16.4466. Tanda negatif (-) pada
nilai rata-rata (mean) tes awal (variabel X) adalah perbedaan nilai rata-rata antara nilai tes awal
54.3318 dan tes akhir (variabel Y) adalah 70.7784. dan tes akhir menunjukkan bahwa nilai rata-rata
Hal ini berarti nilai rata-rata tes awal lebih kecil tes awal lebih kecil dari nilai rata-rata tes akhir
dari tes akhir. Selisih antara nilai tes awal dan (54.3318 ˂ 70.7784).
22 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, hlm. 1-136

Tingkat signifikansi efektifitas penggunaan adalah 3.5 cm tepi kiri, 3 cm tepi kanan, 3 cm
produk pengembangan terhadap hasil belajar tepi atas, dan 3 cm tepi bawah. Ukuran huruf/
mahasiswa dapat diketahui dari taraf signifikansi font (type sizes) yang digunakan adalah 12. Jenis
hasil berhitungan, yakni sebesar 0.000. Taraf huruf (typefaces) yang digunakan adalah Calibri,
signifikansi hasil berhitungan ini (0.000) lebih penggunaan huruf besar dan kecil (capital and
kecil dari taraf signifikansi yang ditetapkan, yakni small letters). Penggunaan huruf miring (italicized
5% dan 1% di mana 0.000 ˂ 0.05 dan 0.000 ˂ letters) disesuaikan dengan kaidah Ejaan Yang
0.01. Hasil analisis ini membuktikan bahwa ada Disempurnakan (EYD). Penggunaan spasi (spacing
perbedaan yang signifikan antara nilai tes awal dan the text) dalam tulisan ini adalah sebesar 1,5.
tes akhir. Makna dari hasil pembuktian ini adalah Dari segi tata letak (layout) teks, karakteristik
ada peningkatan perolehan hasil belajar siswa produk ini mencakup penempatan judul (titles),
yang signifikan setelah menggunakan produk kerangka isi (epitome), rangkuman (summaries),
pengembangan berupa Model Pembelajaran dan penomoran (numbers in text). Judul produk
Menulis 3M dalam pembelajaran sastra anak. ini ditempatkan pada tengah tepi atas kertas A4.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Nomor bab dan sub judul diletakan pada margin
penggunaan produk pengembangan Model kiri teks. Kerangka isi mencakup prosedur model
Pembelajaran Menulis 3M dalam pembelajaran 3M, bagan model 3M diletakan sebelum tujuan dan
sastra anak efektif untuk peningkatan keterampilan dampak pengirng model 3M. Rangkuman diletakan
menulis cerpen anak bagi mahasiswa PGSD STKIP pada bagian akhir dari suatu sub pokok bahasan.
St. Paulus Ruteng. Penomoran menggunakan angka untuk item-item
yang menunjukkan jierarkis sedangkan item-
Kajian Produk Pengembangan item yang berkedudukan parallel menggunakan
Secara umum kajian produk akhir bulleting.
pengembangan Model Pembelajaran Menulis 3M Dari segi kemudahan dalam memahami
mencakup: pertama, tipografi yang meliputi ukuran teks, mencakup pilihan kata atau diksi, kalimat
kertas (page sizes), ukuran tepi kertas (margin), majemuk, letak kalimat inti dalam satu alinea, dan
ukuran huruf/font (type sizes), jenis huruf (type panjang alinea. Kata-kata yang digunakan dalam
faces), penggunaan huruf besar dan kecil (capital produk berupa Model Pembelajaran Menulis 3M
and small letters), penggunaan huruf miring adalah kata-kata baku bahasa Indonesia yang
(italicized letters), penggunaan warna (color), dan mudah dimengerti oleh pembaca. Selain itu, produk
penggunaan spasi (spacing the text). Kedua, layout pengembangan ini menggunakan beberapa kalimat
teks mencakup penempatan judul (titles), kerangka majemuk sederhana (satu induk kalimat dan satu
isi (epitome), rangkuman (summaries), daftar anak kalimat). Letak kalimat inti dalam paragraf
poin/item (itemizing lists), penomoran (numbers pada umumnya pada awal paragraf, namun masih
in text). Ketiga, kemudahan dalam memahami ada paragraf yang letak kalimat intinya pada tengah
teks mencakup, pilihan kata atau diksi, kalimat atau akhir paragraf. Dalam produk pengembangan
majemuk, letak kalimat inti dalam satu alinea, dan ini pula, pengembang menggunakan kalimat
panjang alinea. pendek.
Ada empat bagian penting dari keseluruhan Kedua, materi ajar. Bahan ajar yang baik
produk pengembangan ini, yakni (1) desain Model umumnya ditunjukkan oleh kualitas isi dan fisik
Pembelajaran Menulis 3M, (2) materi ajar, (3) SAP, (Arifin & Kusrianto, 2009). Kualitas isi berkaitan
dan (4) instrument tes. dengan cakupan materi yang dapat menjawab
Pertama, desain Model Pembelajaran tujuan pembelajaran, sistematika penyajian, dan
Menulis 3M. Ada tiga karakteristik desain produk pengorganisasian isi, penggunaan bahasa yang
yang dikembangkan, yakni tipografi, tata letak komunikatif dan mudah dimengerti, dan ilustrasi
(layout) teks, dan kemudahan dalam memahami gambar yang mendukung uraian materi. Kualitas
teks. Dari segi tipografi, karakteristik produk fisik berkenaan dengan pemilihan jenis dan ukuran
ini mencakup ukuran kertas (page sizes) yang huruf, tata letak, penggunaan warna, ukuran dan
digunakan yakni A4. Ukuran tepi kertas (margin) jenis kertas, dan kualitas penjilidan.
Dangku & Gomes, Pengembangan Model Pembelajaran 3M Dalam Menulis ... 23

Secara garis besar struktur materi ajar dalam Tampilan fisik SAP berbentuk tabel dan
Model Pembelajaran Menulis 3M terdiri atas gambar. Hal ini bertujuan untuk memudahkan
pengantar, uraian materi, dan simpulan. Pengantar pengguna dalam menyajikan materi ajar secara
berisikan tentang apresiasi reseptif dan produktif, sistematis sesuai dengan prosedur dan langkah-
Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), langkah Model Pembelajaran Menulis 3M.
tujuan pembelajaran, dan indikator pembelajaran. Penggunaan gambar atau bagan bermaksud untuk
Uraian materi berisikan materi yang dibelajarkan memudahkan pengguna dalam memahami konsep
sesuai dengan prosedur Model Pembelajaran yang dibelajarkan.
Menulis 3M. Pada bagian akhir berisikan simpulan. Keempat, instrumen tes. Isntrumen tes
Kualitas fisik materi ajar umumnya dalam pembelajaran sastra bertujuan untuk
mencakup: mencakup tipografi, layout teks, mengungkapkan kompetensi bersastra peserta didik
dan kemudahan dalam memahami teks. Pada dan menunjang tercapainya tujuan pembelajaran
prinsipnya, ketiga aspek kualitas fisik materi ajar kompetensi bersastra (Nurgiyantoro, 2010: 453).
sama dengan kualitas fisik model desain produk Dalam produk pengembangan ini, jenis tes yang
digunakan adalah tes menulis cerpen, dengan
pengembangan ini secara keseluruhan.
menggunakan dua aspek penilaian, yakni aspek
Ketiga, Satuan Acara Perkuliahan (SAP). kesastraan dan kebahasaan.
SAP dengan menggunakan Model Pembelajaran
Aspek kesastraan menulis cerpen dalam
Menulis 3M berisikan Standar Kompetensi (SK),
produk pengembangan ini meliputi struktur minimal
Komptensi Dasar (KD), indikator pembelajaran,
(awal, tengah, dan akhir), plot (hubungan kausalitas
tujuan pembelajaran, dan materi pembelajaran
dan kontinuitas), tema, dan tokoh. Keempat aspek
untuk setiap pertemuan, langkah-langkah kesatraan menulis cerpen tersebut dinilai dengan
pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, menggunakan skala penilaian 1 – 3. 1 bermakana
dan instrumen penilaian. Pertemuan pembelajaran tidak jelas, 2 memiliki arti cukup jelas, dan 3 berarti
seluruhnya berjumlah 16 termasuk di dalamnya jelas. Adapun rubrik penilaian kesastraan menulis
satu kali ujian midsemester dan satu kali ujian cerpen dalam produk pengembangan ini terdapat
akhir semester. pada tabel berikut.

Tabel 3
Rubrik Penilaian Aspek Kesastraan
dalam Model Pembelajaran Menulis Cerpen 3M

No. Aspek Kesastraan Skor Deskriptor


3 Ketiga unsur ada
Struktur minimal: awal,
1. 2 Hanya ada dua unsur
tengah, dan akhir
1 Hanya ada salah satu: awal, tengah, atau akhir)
3 Ada hubungan sebab-akibat dan kontinuitas cerita
Plot: hubungan kausalitas
2. 2 Ada hubungan sebab-akibat tetapi tidak ada kontinuitas
dan kontinuitas
1 Hanya ada salah satu unsur: sebab-akibat
3 Ada gagasan pokok yang jelas
3. Tema 2 Ada gagasan pokok tetapi belum jelas
1 Tidak ada gagasan pokok
3 Ada tokoh dan hubungan antar tokoh
4. Tokoh 2 Ada tokoh tetapi hubungan antar tokoh kurang jelas
1 Ada tokoh tetapi tidak ada hubungan antartokoh

Skor maksimal untuk penilaian aspek 3, dan skor minimal adalah 4 yang diperoleh dari 4
kesastraan dalam menulis satu cerpen adalah 12 aspek dikalikan dengan 1.
yang diperoleh dari 4 aspek dikalikan dengan skor
24 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, hlm. 1-136

Aspek kebahasaan menulis cerpen dalam tidak jelas, 2 memiliki arti cukup jelas, dan 3
produk pengembangan ini mencakup ejaan, berarti jelas. Adapun rubrik penilaian kebahasaan
diksi, dan kalimat. Ketiga aspek kebahasaan dalam menulis cerpen pada produk pengembangan
dalam menulis cerpen tersebut dinilai dengan ini terdapat pada tabel berikut.
menggunakan skala penilaian 1 – 3. 1 bermakana

Tabel 4
Rubrik Penilaian Aspek Kebahasaan
dalam Model Pembelajaran Menulis Cerpen 3M
No. Aspek Kebahasaan Skor Deskripto
3 Tidak ada kesalahan ejaan
1. Ejaan 2 Ada kesalahan ejaan tetapi tidak banyak
1 Banyak kesalahan ejaan
3 Pilihan tepat
2. Diksi 2 Ada pilihan kata yang tidak tepat tetapi tidak banyak
1 Pilihan kata banyak yang tidak tepat
3 Konstruksi kalimat jelas
3. Kalimat 2 Ada konstruksi kalimat yang tidak tepat tetapi sedikit
1 Banyak konstruksi kalimat tidak tepat

Skor maksimal untuk penilaian aspek menggunakan Model Pembelajaran Menulis 3M


kebahasaan dalam menulis satu cerpen adalah 9 dalam pembelajaran keterampilan menulis cerpen
yang diperoleh dari 3 aspek dikalikan dengan skor anak.
3, dan skor minimal adalah 3 yang diperoleh dari 3 Komentar dan saran, baik oleh mahasiswa
aspek dikalikan dengan 1. maupun dosen pengasuh mata kuliah Kajian Sastra
Anak menunjukkan bahwa Model Pembelajaran
KESIMPULAN Menulis 3M yang telah dikembangkan sungguh
Berdasarkan ujicoba Model Pembelajaran sangat membantu meningkatkan kualitas
Menulis 3M yang digunakan dalam pembelajaran pembelajaran. Model Pembelajaran Menulis
menulis cerpen anak diperoleh hasil bahwa produk 3M dapat membantu subjek pengguna untuk
pengembangan ini efektif, efisien, dan dapat membelajarkan materi keterampilan menulis
diterima oleh para pengguna yakni mahasiswa cerpen anak efektif, efisien, dan aseptable.
PGSD STKIP Santu Paulus Ruteng yang Hasil observasi terhadap proses
mempelajari keterampilan menulis cerpen anak dan pembelajaran menujukkan bahwa para mahasiswa
dosen yang mengampuh mata kuliah Kajian Sastra sangat antusias mengikuti pembelajaran. Hal
Anak. Penilaian ahli isi, ahli desain pembelajaran, ini dibuktikan dengan aktivitas belajar reseptif
dan subjek pengguna (dosen dan mahasiswa) dan produktif. Aktivitas belajar reseptif berupa
menunjukkan bahwa Model Pembelajaran keaktifan mendengar penjelasan dosen sangat baik.
Menulis 3M yang digunakan dalam mempelajari Aktivitas produktif berupa bertanya/menjawab
keterampilan menulis cerpen anak berkualifikasi pertanyaan dan mengerjakan soal latihan menulis
baik. Penilaian tersebut didukung oleh perolehan cerpen anak juga sangat aktif.
hasil belajar mahasiswa pada posttest. Rata- Bukti efektivitas, efisiensi, dan aseptabilitas
rata perolehan hasil belajar mahasiswa setelah dari produk pengembangan ini juga ditujukkan
menggunakan Model Pembelajaran Menulis 3M oleh perolehan hasil belajar mahasiswa sesudah
dalam mempelajari keterampilan menulis cerpen menggunakan Model Pembelajaran Menulis 3M
anak terkategori tinggi. Kesimpulan demikian dalam pembelajaran keterampilan menulis cerpen
dibuktikan dengan hasil angket, wawancara, anak. Perolehan rata-rata hasil belajar mahasiswa
observasi langsung pengembang pada praksis pada posttest lebih tinggi dari pretest. Dengan
pembelajaran, dan hasil belajar mahasiswa setelah demikian, produk pengembangan ini dapat memberi
Dangku & Gomes, Pengembangan Model Pembelajaran 3M Dalam Menulis ... 25

kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan sebab itu, bila produk pengembangan Model
kualitas pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen Pembelajaran Menulis 3M ini digunakan pada
anak dan perolehan hasil belajar mahasiswa yang program studi atau lembaga lain perlu disesuaikan
optimal. dengan karakteristik mahasiswa dan kebutuhan di
Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa program studi atau lembaga bersangkutan terutama
saran pengembang berkaitan dengan pemanfaatan, berkaitan dengan kompetensi dan cakupan materi
diseminasi, dan pengembangan lebih lanjut. yang dibelajarkan.
Pertama, saran pemanfaatan. Untuk memanfaatkan Ketiga, saran pengembangan lebih lanjut.
produk pengembangan Model Pembelajaran Efektivitas, efisiensi, dan aseptabilitas produk
Menulis 3M dalam pembelajaran menulis cerpen pengembangan Model Pembelajaran Menulis
anak, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yakni: 3M ini hanya teruji melalui uji ahli dan uji
(1) Produk pengembangan Model Pembelajaran lapangan yang sifatnya terbatas. Oleh sebab itu,
Menulis 3M ini didesain untuk memenuhi untuk kepentingan pengembangan lebih lanjut,
kebutuhan proses perkuliahan khususnya untuk disarankan untuk menguji produk pengembangan
mata kuliah Kajian Sastra Anak. Oleh sebab itu, ini pada konteks yang lebih luas.
peran dosen masih sangat diperlukan sebagai
fasilitator demi kelancaran dan meningkatkan DAFTAR RUJUKAN
kualitas keterlaksanaan kegiatan pembelajaran. Ampera, Taufik. 2010. Pengajaran Sastra, Teknik
(2) Hasil ujicoba produk pengembangan ini Mengajar Sastra Anak. Bandung: Widya
menujukkan bahwa Model Pembelajaran Menulis Padjajaran.
3M ini dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran dan hasil belajar mahasiswa. Oleh Andersen, Hans Christian. 2012. Dongeng
sebab itu, dosen pengasuh mata kuliah Kajian Sepanjang Masa.Jakarta: PT Bhuana
Sastra Anak disarankan agar menggunakan Model Ilmu Populer.
Pembelajaran Menulis 3M dalam meningkatkan Arifin, Syamsul & Adi Kusryanto. 2009. Sukses
kemampuan mahasiswa untuk menulis cerpen anak. Menulis Buku Ajar dan Referensi. Jakarta:
(3) Dalam produk ini terdapat sejumlah tahapan PT Grasindo.
dan prosedur pembelajaran yang teruji efektif
Arikunto, M. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta:
dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran
Renika Cipta.
dan hasil belajar mahasiswa. Oleh sebab itu, dosen
yang menggunakan produk ini disarankan agar Brown, H. Douglas. Prinsip Pembelajaran dan
mengikuti tahapan dan prosedur pembelajaran Pengajaran Bahasa. Jakarta: Kedutaan
dalam Model Pembelajaran Menulis 3M dengan Besar Ameriak Serikat.
cermat. Burhan, Nurgiyantoro. 2005. Sastra Anak.
Kedua, saran diseminasi. Produk Yogyakarta: Gajah Mada University
pengembangan Model Pembelajaran Menulis Press.
3M ini dapat didiseminasi ke pengguna yang
Cooper, J. David. 2000. Literacy : Helping
lebih luas dengan saran, bahwa tujuan utama dari
Children Construct Meaning. New York:
produk pengembangan ini adalah untuk memenuhi Houghton Mifflin Company.
kebutuhan perkuliahan dalam mencapai kompetensi
menulis cerpen anak bagi mahasiswa. Dengan Cox, Carole. 1996. Teaching Language Arts,
demikian pengembangan Model Pembelajaran A Student- and Response-Centered
Menulis 3M ini disesuaikan dengan karakteristik Classroom. Long Beach-California:
mahasiswa dan kebutuhan pembelajaran menulis California State University.
cerpen anak pada mata kuliah Kajian Sastra Anak Ibrahim, Abdul Kadir. 2013. Harta Karun, Antologi
khususnya pada program studi Pendidikan Guru Cerpen Anak. Yogyakarta: Komodo
Sekolah Dasar STKIP St. Paulus Ruteng. Oleh Books.
26 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, hlm. 1-136

Joyce, Bruce, Marsha Weil dan Emily Calhoun. Toha-Sarumpaet, Riris K. 2010. Pedoman
2009. Models of Teaching: Model-Model Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan
Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Obor Indonesia.
Landenwich, Mary Frances. Matching Reading Widyastuti, Rita Triantari. 2012. Pembelajaran
Models and Strategies dalam The Menulis Cerpen Dengan Model Dari
Quarterly, Vo.23, No.4. Cerpen Ke Cerpe1n (DCKC) dan Model
Bersafari pada Siswa SMA dalam Seloka:
Noden, Harry. Book Review The Reading/Writing Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Connection by Carol Booth Olson dalam Indonesia 1 (1) 2012 (On line:journal.
The Quarterly, Vol. 25, No.3. unnes.ac.id/sju/index/seloka).
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Zulela M. S. 2012. Pembelajaran Bahasa
Pembelajaran Berbahasa Berbasis Indonesia, Apresiasi Sastra di Sekolah
Kompetensi. Yogyakarta: BPFE Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yogyakarta.
Sukmadinata, N.S. 2009. Metode Penelitian
Pendidikan. Cet. ke-5. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai