Anda di halaman 1dari 5

ORIGINAL ARTICLE

Intisari Sains Medis 2021, Volume 12, Number 1: 83-87


P-ISSN: 2503-3638, E-ISSN: 2089-9084

Korelasi Total Nasal Symptom Score (TNSS)


dengan kualitas tidur penderita rhinitis alergi
mahasiswa fakultas kedokteran
Universitas Mataram
Published by Intisari Sains Medis

Ni Made Metrya Savita Gera1*, Didit Yudanto2, Muhammad Ghalvan Sahidu2, Ilsa Hunaifi3

ABSTRACT
Introduction: Allergic rhinitis is a disease that is a assess RA symptoms and the Pittsburgh Sleep Quality
worldwide concern because of its increasing prevalence Index (PSQI) questionnaire to assess sleep quality using
and morbidity. Among the various symptoms of the google form application.
RA, nasal congestion is one of the most disturbing Results: There were 50 respondents who filled out
symptoms and is often associated with sleep problems. the questionnaire. Based on the results of the PSQI
Sleep problems that occur will reduce the quality of questionnaire, 98% had poor sleep quality and only
sleep and then can cause other health problems. This 2% had good sleep quality. 46% of respondents with
study aims to determine the relationship between poor sleep quality had moderate RA, and 24% had
RA symptoms and the sleep quality of RA patients severe RA. The Spearman rank correlation test showed
in students of the Faculty of Medicine, University of a significant correlation (p value <0.05) between TNSS
Mataram. RA on sleep quality with a correlation coefficient (r) of
Methods: This cross-sectional study involved students 0.558.
of the Faculty of Medicine, University of Mataram Conclusion: This shows that there is a moderate
who met the inclusion criteria and did not meet the positive correlation between the TNSS and the sleep
exclusion criteria. Data were collected by filling out the quality of students at the Faculty of Medicine, University
Total Nasal Symptom Score (TNSS) questionnaire to of Mataram.

Keywords: Rhinitis severity, sleep quality, allergic rhinitis.


Cite This Article: Gera, N.M.M.S., Yudanto, D., Sahidu, M.G., Hunaifi, I. 2021. Korelasi Total Nasal Symptom Score
(TNSS) dengan kualitas tidur penderita rhinitis alergi mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Mataram. Intisari
Sains Medis 12(1): 83-87. DOI: 10.15562/ism.v12i1.877

1
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, Nusa
Tenggara Barat, Indonesia ABSTRAK
2
Departemen Ilmu Penyakit Hidung Telinga Pendahuluan: Rhinitis alergi merupakan penyakit kriteria eksklusi. Pengambilan data dilakukan melalui
Tenggorokan, Fakultas Kedokteran Universitas
yang kini menjadi perhatian di dunia karena prevalensi pengisian kuesioner Total Nasal Symptom Score (TNSS)
Mataram, Nusa Tenggara Barat, Indonesia
3
Departemen Ilmu Penyakit Saraf, Fakultas dan morbiditasnya yang semakin meningkat. Dari untuk menilai gejala RA dan kuesioner Pittsburgh
Kedokteran Universitas Mataram, Nusa Tenggara berbagai gejala RA, kongesti hidung merupakan salah Sleep Quality Index (PSQI) untuk menilai kualitas tidur
Barat, Indonesia satu gejala yang sangat mengganggu dan sering menggunakan aplikasi google form.
dihubungkan dengan masalah tidur. Masalah tidur Hasil: Terdapat 50 responden yang melakukan
yang terjadi akan menurunkan kualitas tidur dan pengisian kuesioner. Berdasarkan hasil kuesioner PSQI,
*Korespondensi: kemudian dapat menyebabkan masalah kesehatan sebanyak 98% memiliki kualitas tidur buruk dan hanya
Ni Made Metrya Savita Gera; lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 2% yang memiliki kualitas tidur baik. Sebesar 46%
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, Nusa hubungan gejala RA dengan kualitas tidur penderita responden dengan kualitas tidur yang buruk memiliki
Tenggara Barat, Indonesia;
RA di mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas RA derajat sedang, dan 24% memiliki RA derajat berat.
savitagera27@gmail.com
Mataram. Uji korelasi rank Spearman menunjukkan adanya
Metode: Penelitian cross-sectional ini melibatkan korelasi yang signifikan (nilai p <0,05) antara TNSS RA
Diterima: 08-12-2020 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mataram terhadap kualitas tidur dengan koefisien korelasi (r)
Disetujui: 17-03-2021 yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi sebesar 0,558.
Diterbitkan: 01-04-2021

Published
Open access:
by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(1): 83-87 | doi: 10.15562/ism.v12i1.877
http://isainsmedis.id/ 83
ORIGINAL ARTICLE

Kesimpulan: Hal ini menunjukkan adanya korelasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mataram.
positif yang cukup antara TNSS dengan kualitas tidur

Kata kunci: Derajat rhinitis, kualitas tidur, rhinitis alergi.


Sitasi Artikel ini: Gera, N.M.M.S., Yudanto, D., Sahidu, M.G., Hunaifi, I. 2021. Korelasi Total Nasal Symptom Score
(TNSS) dengan kualitas tidur penderita rhinitis alergi mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Mataram. Intisari
Sains Medis 12(1): 83-87. DOI: 10.15562/ism.v12i1.877

PENDAHULUAN hidup.4 Gejala lain seperti hidung gatal dari mahasiswa di Fakultas Kedokeran
juga dapat membangunkan pasien. Sebuah Universitas Mataram.
Rhinitis Alergi merupakan penyakit survei terkini pada 2355 pasien RA di
alergi terbanyak dari seluruh penyakit Amerika Serikat melaporkan bahwa lebih METODE
alergi. Rhinitis Alergi (RA) menjadi dari 80% responden terbangun di malam
perhatian di dunia karena prevalensi dan Penelitian ini melibatkan semua mahasiswa
hari dan sulit untuk tidur.6
morbiditasnya yang semakin meningkat. Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
Kualitas tidur yang baik penting untuk
Prevalensi RA di dunia bervariasi antara yang berusia 17 hingga 24 tahun dan
hidup sehat bagi semua orang. Kualitas
10 – 20% dan cenderung lebih tinggi pada memiliki gejala rhinitis alergi. Mahasiswa
tidur mencakup aspek kuantitatif dan
negara maju, mencapai 29% di Inggris dan yang memiliki riwayat polip, memiliki
kualitas tidur seperti durasi tidur, waktu
33% di Amerika. Sementara itu, prevalensi riwayat diagnosis penyakit gangguan tidur,
yang diperlukan untuk bisa tertidur,
RA di negara berkembang seperti Thailand mengonsumsi obat gangguan tidur selama
frekuensi terbangun, dan aspek subjektif
sekitar 20% dan di Indonesia sendiri 1 bulan, dan mahasiswa yang menolak atau
seperti kedalaman dan kepulasan
mencapai 1,5 – 12,4%.1 tidak mengisi kuesioner dengan lengkap
tidur.7 Salah satu intrumen yang dapat
Menurut Allergic Rhinitis and its Impact dieksklusi dari penelitian. Mahasiswa
digunakan untuk menilai kualitas
on Asthma-World Health Organization dipilih menggunakan consecutive sampling
tidur adalah kuesioner Pittsburgh Sleep
(ARIA-WHO) 2008, RA didefinisikan hingga jumlah sampel penelitian yang
Quality Index (PSQI). Pittsburgh Sleep
sebagai suatu inflamasi mukosa hidung diperlukan terpenuhi.
Quality Index telah banyak digunakan
berupa kelainan pada hidung yang dipicu Pengambilan data gejala rhinitis dan
dan dapat mengukur tujuh indikator
oleh paparan alergen dan diperantarai oleh kualitas tidur dilakukan secara cross-
kualitas tidur meliputi kualitas tidur
IgE.2 Gejala khas rhinitis alergi ditandai sectional (dalam satu waktu yang sama).
secara subyektif (subjective sleep quality),
dengan hidung tersumbat, bersin-bersin Gejala rhinitis alergi dinilai menggunakan
waktu yang diperlukan untuk memulai
dan ingus yang encer. Gejala - gejala kuesioner Total Nasal Symptom Score
tidur (sleep latency), lamanya waktu tidur
tersebut umumnya timbul pada usia (TNSS), sedangkan kualitas tidur diukur
(sleep duration), efisiensi tidur (habitual
remaja dan dewasa muda.3 Beratnya gejala menggunakan kuesioner Pittsburgh
sleep efficiency), gangguan tidur yang
RA dapat diukur berdasarkan Total Nasal Quality Index (PSQI). Pengisian kuesioner
sering dialami pada malam hari (sleep
Symptom Score (TNSS) berupa seluruh dilakukan menggunakan aplikasi google
disturbance), penggunaan obat untuk
gejala hidung yakni bersin, hidung berair, form. Hasil dari pengukuran kuesioner
membantu tidur (medication use), dan
tersumbat, gatal dan gejala di luar hidung kemudian dikelompokkan sesuai skor
gangguan tidur yang sering dialami pada
seperti mata gatal, merah, berair, gatal yang diperoleh, gejala RA sesuai TNSS
siang hari (daytime disfunction).8 Saat ini
pada telinga, palatum, serta tenggorokan. dikategorikan menjadi ringan (<7), sedang
kualitas tidur menjadi perhatian dunia
Walaupun tidak mengancam jiwa, namun (7 – 10), dan berat (>11), sedangkan
penurunan kualitas tidur semakin sering
gejala RA yang berat dapat mempengaruhi kualitas tidur dinyatakan menjadi baik
terjadi.9
kesehatan seseorang karena gejala tersebut (<5) dan buruk (≥5) sesuai hasil PSQI.
Salah satu kelompok masyarakat
bersifat kronis, progresif, rekuren, Hubungan antara gejala rhinitis alergi
yang rentan mengalami gangguan tidur
ireversibel pada tahap lanjut, dan terutama dan kualitas hidup kemudian diuji
dan secara bersamaan memiliki risiko
menggangu kualitas tidur.4 menggunakan uji korelasi Pearson atau
menderita RA adalah kelompok usia
Dari berbagai gejala tersebut, gejala Spearman. Uji korelasi Pearson digunakan
muda. Sebagian besar penduduk usia
yang paling mempengaruhi tidur penderita jika data berdistribusi normal, sebaliknya
muda merupakan pelajar dimana kualitas
RA adalah kongesti hidung dan rhinorea.5 Uji korelasi Spearman digunakan jika data
tidur sangat penting mencapai kesuksesan
Kongesti hidung sendiri sering dikaitkan tidak berdistribusi normal.
dalam pembelajaran. Oleh karena itu,
dengan kualitas tidur yang buruk dan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
mengarah pada penurunan kemampuan HASIL
korelasi antara TNSS terhadap kualitas
belajar, penurunan produktivitas kerja tidur penderita rhinitis alergi pada Studi ini melibatkan 50 responden
atau sekolah, hingga penurunan kualitas mahasiswa, dimana sampel diperoleh yang merupakan mahasiswa Fakultas

84 Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(1): 83-87 | doi: 10.15562/ism.v12i1.877
ORIGINAL ARTICLE

Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian Spearmam, karena data tidak berdistribusi


Karakteristik Responden n % normal (shapiro wilk; p<0,05). Hasil uji
korelasi didapatkan adanya hubungan
Jenis Kelamin
signifikan (p < 0,0001) antara keduanya
Laki-laki 22 44
Perempuan 28 56
dengan koefisien korelasi (r) sebesar
Gejala Rhinitis Alergi
0,558. Hal ini menunjukkan bahwa ada
Bersin berulang >5 kali dalam sehari 41 82 korelasi positif yang cukup antara kualitas
Hidung berair 3 6 tidur (berdasarkan skor PSQI) dengan
Hidung gatal 1 2 skor TNSS pada kasus rhinitis alergi.
Hidung gatal dan hidung berair 5 10
Tanda Rhinitis Alergi PEMBAHASAN
Allergic salute 26 52
Allergic salute dan allergic shiner 10 20 Rhinitis alergi didefinisikan oleh Allergic
Allergic shiner 5 10 Rhinitis and its Impact on Asthma-World
Allergic shiner, allergic salute dan allergic crease 2 4 Health Organization (ARIA-WHO)
Allergic salute dan allergic crease 1 2 pada tahun 2008 sebagai suatu inflamasi
Allergic salute dan cobblestone appearance 1 2 mukosa hidung berupa kelainan pada
Allergic salute dan geographic tongue 1 2 hidung yang dipicu oleh paparan alergen
Allergic shiner dan allergic crease 1 2 dan diperantarai oleh IgE.4 Perjalanan
Allergic shiner, allergic salute, dan cobblestone appearance 1 2 penyakit rhinitis alergi yang cenderung
Allergic shiner, allergic salute, dan facies adenoid 1 2
kronis menyebabkan penurunan kualitas
Allergic shiner, allergic salute, dan geographic tongue 1 2
hidup penderitanya, terutama kualitas
Skor Total Nasal Symptoms Score (TNSS)
3-6 15 30 tidur.6
7-10 23 46 Sebagian besar responden pada
>11 12 24 penelitian ini berjenis kelamin perempuan
Skor Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) (56%). Penelitian lain yang dilakukan
≤5 1 2 oleh Satria (2010) di Semarang dengan
>5 49 98 melibatkan 74 penderita rhinitis alergi
dimana sebagian besar penderita rhinitis
alergi adalah perempuan (54,1%). Hal
Tabel 2. Kualitas Tidur Berdasarkan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) pada yang sama juga didapatkan oleh penelitian
Setiap Kelompok Derajat Rhinitis Alergi lainnya yang dilakukan oleh Susanti dkk.
(2016) dimana penderita rhinitis alergi
Kelompok Derajat Gejala Rhinitis n (%) berjenis kelamin perempuan berjumlah
Ringan (TNSS 3-6) 37 dari 49 penderita (75,51%).3
Kualitas Tidur Baik 1 (2%) Sebanyak 12 dari 50 responden
Kualitas Tidur Buruk 14 (28%) (24%) pada penelitian ini berusia 21
Sedang (TNSS 7-10) tahun. Usia rata-rata onset rhinitis alergi
Kualitas Tidur Buruk 23 (46%) adalah 8-11 tahun, namun sebanyak 80%
Buruk (TNSS >11) kasus rhintis alergi berkembang pada
Kualitas Tidur Buruk 12 (24%) usia 20 tahun.3 Insiden rhinitis alergi
mengalami peningkatan pada saat remaja
dan mencapai dua kali lipatnya pada
Kedokteran Universitas Mataram skor TNSS 7-10. Kualitas tidur pada masa reproduktif. Hormon estrogen dan
dengan gejala dan tanda rhinitis alergi. hampir semua responden (98%) adalah progesteron pada perempuan mempunyai
Karakteristik responden telah tercantum buruk dengan nilai PSQI >5. Hanya satu efek pro inflamasi, sebaliknya hormon
pada Tabel 1. Sebagian besar responden orang responden (2%) yang tergolong testosteron pada laki-laki mempunyai efek
berjenis kelamin perempuan (56%) dan memiliki kualitas tidur yang baik dengan antiinflamasi.10
berusia 21 tahun (24%). Gejala rhintis nilai PSQI ≤ 5. Satu responden dengan Selain jenis kelamin dan usia, gejala
alergi yang paling banyak dialami oleh kualitas tidur baik tergolong mengalami serta tanda dari rhinitis alergi juga turut
responden penelitian adalah bersin gejala rhinitis ringan (skor TNSS 3-6). diteliti. Gejala rhinitis alergi yang khas
berulang >5 kali (82%) dan tanda rhinitis Distribusi kualitas tidur setiap responden yaitu serangan bersin berulang. Bersin
alergi yang paling banyak ditemukan berdasarkan derajat gejala rhinitis alergi merupakan gejala yang normal, terutama
adalah allergic salute (52%). terdapat pada Tabel 2. pada pagi hari atau bila terdapat kontak
Sebagian besar responden mengalami Korelasi antara kualitas tidur dengan sejumlah besar debu. Bersin
gejala rhinitis alergi sedang dimana berdasarkan skor PSQI dengan derajat skor dianggap patologis bila terjadinya lebih
sebanyak 23 responden (46%) memperoleh TNSS diuji menggunakan uji korelasi rank dari 5 kali setiap serangan sebagai akibat

Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(1): 83-87 | doi: 10.15562/ism.v12i1.877 85
ORIGINAL ARTICLE

pada pasien rhinitis alergi dapat timbul


sebagai akibat dari adanya rhinitis alergi.
Atau, memang gangguan tidur mungkin
disebabkan oleh efek dari gangguan itu
sendiri, seperti perubahan patofisiologis
yang mendasari terkait dengan rhinitis
alergi yang mengarah ke pelepasan sitokin
dan mediator inflamasi lainnya.4 Hal ini
juga didukung dengan penelitian oleh
Damien Leger yang dimuat dalam Allergic
Rhinitis and Its Consequances on Quality
of Sleep, yang menunjukkan bahwa semua
dimensi tidur terganggu oleh rhinitis
alergi, khususnya pada derajat berat.
Penelitian ini tidak terlepas dari
beberapa kelemahan diantaranya jumlah
sampel yang relatif kecil, pengumpulan
data melalui kuisioner daring, serta
analisa data yang kurang terperinci
pada tingkat faktor risiko individu.
Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut
untuk mengkonfirmasi temuan dengan
memperhatikan kekurangan-kekurangan
Gambar 1. Korelasi Nilai Total Nasal Score Symptoms (TNSS) dengan Nilai Pittsburgh dari penelitian sangat diperlukan.
Sleep Quality Index (PSQI)
KESIMPULAN
dilepaskannya histamin. Gejala lain Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Rhinitis alergi kerap bersifat rekuiren,
seperti keluar ingus (rinore) yang encer Pittsburgh Sleep Quality Index terdiri kronis, dan progresif. Gejala hidung
dan banyak, hidung tersumbat, hidung dari 7 (tujuh) komponen penilaian, yaitu tersumbat pada rhinitis alergi kerap
dan mata gatal, kadang-kadang dapat kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi menyebabkan sumbatan saluran nafas
disertai dengan banyak keluar air mata tidur, efisiensi sehari-hari, gangguan tidur, sehingga menyebabkan penurunan
atau hiperlakrimasi.11 Pada penelitian penggunaan obat tidur, dan disfungsi kualitas tidur pada penderita rhinitis
ini juga didapatkan bahwa gejala rhinitis aktivitas siang hari.7 Berdasarkan skor alergi. Penelitian ini mendapatkan Total
alergi yang paling banyak dialami oleh total PSQI, kualitas tidur dikelompokkan Nasal Symptom Score (TNSS) berkorelasi
responden adalah bersin berulang lebih menjadi baik (skor PSQI ≤ 5) dan buruk positif cukup terhadap kualitas tidur
dari 5 kali dalam sehari, yakni sebanyak (skor PSQI >5). Hampir seluruh responden penderita rhinitis alergi seccara signifikan
41 orang (82%). Sedangkan tanda rhinitis pada penelitian ini memiliki kualitas tidur di kalangan mahasiswa Fakultas
alergi yang paling banyak dialami adalah yang buruk (98%). Hasil uji korelasi rank Kedokteran Universitas Mataram.
allergic salute yaitu sebanyak 26 orang Spearman juga menunjukkan adanya
(52%). korelasi positif cukup yang signifikan (r = SUMBER PENDANAAN
Derajat keparahan rhinitis alergi 0,558, p < 0,0001) antara skor TNSS dan Penelitian ini tidak mendapatkan bantuan
diukur menggunakan TNSS (Total Nasal skor PSQI. Hal ini menunjukkan bahwa dana maupun bantuan dari pihak ketiga
Sympton Score). Skor ini meliputi jumlah semakin berat gejala rhinitis alergi yang manapun.
keseluruhan gejala yang didapatkan pada dialami, maka semakin buruk kualitas
rhinitis alergi seperti gatal hidung, bersin, tidur pada penderita rhinitis alergi. KONFLIK KEPENTINGAN
buntu hidung, rinore, dan post nasal Rhinitis alergi dapat berdampak pada
drip.12 Derajat keparahan rhinitis alergi kualitas tidur karena adanya gejala rinorea Penulis menyatakan tidak ada konflik
kemudian dapat diklasifikasikan menjadi dan kongesti mukosa, menyebabkan kepentingan terkait penelitian dan
ringan (TNSS 3-6), sedang (TNSS 7-10), terjadinya resistensi dan obstruksi penulisan naskah ilmiah ini.
dan berat (TNSS >11). Pada penelitian jalan nafas sehingga mengganggu tidur.
ini didapatkan hasil bahwa dari total 50 Obstruksi hidung terkait kongesti mukosa KONTRIBUSI PENULIS
orang responden, sebanyak 15 orang merupakan faktor risiko terjadinya NMMSG, DDT, MGS menyusun
(30%) mengalami rhinitis alergi derajat gangguan pernapasan saat tidur yang konsep dan desain penelitian. NMMSG
ringan, 23 orang (46%) mengalami derajat dapat berupa apnea, hypopnea, dan mengumpulkan data. NMMSG, DDT,
sedang dan 12 orang (24%) mengalami mendengkur. Penurunan kualitas tidur MGS dan IH menganalisis data,
derajat berat. Kualitas tidur diukur dengan dan karakteristik kelelahan siang hari interpretasi dan menyusun pembahasan.

86 Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(1): 83-87 | doi: 10.15562/ism.v12i1.877
ORIGINAL ARTICLE

DAFTAR PUSTAKA 5. Berson SR, Klimczak J, Prezio EA, Hu S, Quality of Life, Daytime Somnolence, and
Abraham M. Clinical associations between Fatigue):87–91.
1. Subagiarta IKA, Hadi W, Isbandiati E. The allergies and rapid eye movement sleep 10. Osman M, Hansell AL, Simpson CR, Hollowell
Effectiveness Of Saline Nasal Spray Therapy On disturbances. Int Forum Allergy Rhinol. J, Helms PJ. Gender-specific presentations for
Changes In Nasal Mucociliary Transport Time 2018;8(7):817–24. asthma , allergic rhinitis and eczema in primary
In Patient With Allergic Rhinitis. J Widya Med 6. Muñoz-Cano R, Ribó P, Araujo G, Giralt E, care. Nat Publ Gr. 2007;16(1):28–35.
Jr. 2019;1(2):53–62. Sanchez-Lopez J, Valero A. Severity of allergic 11. Mullol J, M M, J B. Sleep and allergic rhinitis’,
2. Fauzi, Sudiro M, Lestari BW. Prevalence of rhinitis impacts sleep and anxiety: Results from Journal of Investigational Allergology and
Allergic Rhinitis based on World Health a large Spanish cohort. Clin Transl Allergy. Clinical Immunology. J Investig Allergol Clin
Organization (ARIA-WHO) questionnaire 2018;8(1):1–9. Immunol. 2008;18(6):415–9.
among Batch 2010 Students of the Faculty of 7. Mullol J, Maurer M, Bousquet J. Sleep and 12. Klimek L, Eggers G. Olfactory dysfunction in
Medicine Universitas Padjadjaran. Althea Med allergic rhinitis. J Investig Allergol Clin Immunol. allergic rhinitis is related to nasal eosinophilic
J. 2015;2(4):620–5. 2008;18(6):415–9. inflammation. J Allergy Clin Immunol.
3. Nurjannah. Faktor Risiko Rinitis Alergi Pada 8. Buysse, D.J., Reynolds, C.F., Monk, T.H., 1997;100(2):158–64.
Pasien Rawat Jalan Di Poliklinik THT-KL Berman, S.R., & Kupfer DJ. The Pittsburgh
Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin Sleep Quality Index : A New Instrument for
(RSUDZA) Banda Aceh Tahun 2011. J Kedokt Psychiatric Practice and Research. Vol. 28,
Syiah Kuala. 2011;11(2):60–5. Psychiatry Research. 1998. p. 193–213.
4. Craig TJ, McCann JL, Gurevich F, Davies MJ. 9. Craig GS and TJ. Allergy and asthma: Practical
The correlation between allergic rhinitis and diagnosis and management: Second edition.
sleep disturbance. J Allergy Clin Immunol. Allergy Asthma Pract Diagnosis Manag Second
2004;114(5 SUPPL.). Ed. 2016;(The Effect of Rhinitis on Sleep,

Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(1): 83-87 | doi: 10.15562/ism.v12i1.877 87

Anda mungkin juga menyukai