Anda di halaman 1dari 8

As Siyasah, Vol. 1, No.

1, 2016 ISSN 2549 1865

KAPITALISASI DEMOKRASI DAN JARINGAN PATRONASE POLITIK


(KETERLIBATAN PENGUSAHA TAMBANG DALAM PILKADA
DI KALIMANTAN SELATAN)

M. Uhaib As’ad
FISIP, Universitas Islam Kalimantan MAB (UNISKA) Banjarmasin
Email: uhaibm@yahoo.com

Abstract

This paper explain the conspiracy and involvement boss mine (coal) in several provincial elections
(regents and governors) in South Kalimantan. As is known, the political landscape of post Soeharto New
Order government that gave birth to democracy and radical change in the institutions of power, namely
from the centralized power-authoritarian system to a democratic system of government has spawned a
democratic transition prolonged until today. In the midst of a prolonged transition to democracy at this
time, the arena of democracy has been hijacked and the stage of political and economic power has been
controlled by entrepreneurs or local and national capitalist power by doing pesekongkolan between
candidates authorities or local authorities that one of them through the local election process. The
businessmen are involved as a supplier of funds to the local authorities candidat candidate to win as a
form of money politics and transactional politics. In some cases the local elections in South Kalimantan,
such as the election of the regent and the governor, political practice as it was very clear and has already
become a political culture that is structured and massive post-New Order government.

Keywords: capitalisation democracy, election, mine bosses, political clientelism

PENDAHULUAN Praktik kekuasaan oligarki Orde Baru


tidak saja mewarnai struktur politik tetapi juga
Sejak berakhirnya panggung kekuasaan pada struktur ekonomi yang didominasi oleh
Orde Baru dan bangkitnya Orde Reformasi telah elite-elite Orde dan kroni bisnis (business-client)
melahirkan transisi demokrasi politik dari Suharto. Menurut Yahya Muhaimin, para
kekuasaan otoriter ke kekuasan demokratis. pengusaha yang dibesarkan di dalam lingkaran
Transisi demokrasi politik yang diiringi Suharto menjadi patronase ekonomi dan politik
perubahan pada institusi-institusi kekuasaan dan (patron-client) yang mendapat fasilitas
lembaga-lembaga demokrasi telah memberikan kebijakan, proteksi, lisensi, dan monopoli. Para
ruang politik lebih terbuka bagi warga dalam elite Orde Baru atau orang-orang yang ada
mengaktualisasikan kepentingan politik secara dalam lingkaran birokrasi (inner circle
rasional. Seperti diketahui, di era kekuasaan bureaucracy) saling mempertukarkan sumber
Orde Baru ruang demokrasi bagi warga sangat daya masing-masing (exchange resources) yang
terbatas karena kuatnya kontrol dari negara yang saling menguntungkan (Muhaimin, 1991).
merampas hak-hak politik warga untuk Institusi kekuasaan dan regulasi dijadikan arena
mengekspresikan aspirasi politik secara terbuka persekongkolan antara penguasa dan pengusaha
di tengah sistem kekuasaan otoriter. Pilihan dan berlindung dibalik institusi-institusi negara
politik yang serba terbatas bagi warga telah atau lembaga-lembaga demokrasi seperti partai
melahirkan kebisuan politik (political silent), politik.
pembangkangan (disobidience) dan loyalitas Pola struktur birokrasi paternalistik ini,
semu terhadap kekuasaan oligarki yang Karl D. Jackson menyebut sebagai bureaucratic
mendistorsikan nilai-nilai demokrasi selama polity yang memberikan struktur kesempatan
Orde Baru berkuasa. bagi kelompok oligarki atau para predator
ekonomi untuk mengakumulasi sumber daya

M. Uhaib As’ad│Kapitalisasi Demokrasi ….. | 34


As Siyasah, Vol. 1, No. 1, 2016 ISSN 2549 1865

ekonomi negara secara monopolistik (Jackson, Merujuk pada pemikiran Hadiz (2010)
1978). Argumentasi teoritik Jackson tersebut, bahwa perubahan institusi kekuasaan namun
bahwa negara Orde Baru dalam konsepsi tidak diiringi oleh perubahan perilaku para aktor
bureaucratic polity telah menjadikan aparat politik, para aktor politik masih berperilaku
birokrasi memiliki peran dalam mengelolah oligarki pridatoris yang berlatar belakang
kebijakan-kebijakan ekonomi. Pada sisi lain, pengusaha. Era demokratisasi tidak serta merta
para pengusaha dalam menjalankan aktivitas diiringi tumbangnya kekuatan oligarki
bisnis tampil sebagai pemburu rente (rent- predatoris, justru terdesentralisasi ke daerah.
seekers) melalui jaringan bisnis politik, Era demokratisasi yang melahirkan perubahan
pesekongkolan dan monopolistik. Perilaku institusi kekuasaan sebagai upaya mengakhiri
pengusaha seperti ini oleh Yoshihara Kunio kekuasaan oligarki dan praktek korupsi, kolusi,
digambarkan sebagai kapitalis semu (erzast dan nepotisme melalui hadirnya kelembagaan
capitalism), yaitu kelompok pengusaha yang baru (new institutionalism), tetapi justru
lahir karena mendapatkan fasilitas dan proteksi dimanfaatkan kembali oleh aktor lokal
dari negara (Kunio, 1988). menguasai institusi demokrasi (lembaga
Menurut Edward Aspinall dan Greg legislatif dan partai politik)
Fealy, bahwa kekuasaan politik Orde Baru telah Selanjutnya Hadiz dalam Localising
mewarisan pemerintahan otoritarian birokratik Power in Post Authoritarian Indonesia: A
yang berdampak lahirnya perilaku oligarki Southeast Asia Perspective menggambarkan
predator dan mengakar secara terstruktur dalam bahwa pasca kejatuhan Orde Baru, kekuatan
realitas ekonomi dan politik sampai ke tingkat oligarki sebagai sekutu Soeharto telah berhasil
lokal (Aspinall, 2003). Struktur ekonomi dan mengamankan diri dalam pemerintahan dan
kekuasaan politik yang dikuasai oleh para menguasai struktur ekonomi dan kekuasaan
oligarki, beberapa daerah mengalami politik. Robison dan Hadiz semakin
ketimpangan pembangunan sosial- ekonomi, memperjelas bahwa ada tidaknya perubahan
ketidakadilan, keterbelakangan infrastruktur demokratisasi ekonomi dan politik pasca
pembangunan, resistensi serta konflik di kejatuhan kekuasaan politik Orde Baru
sejumlah daerah akibat rasa ketidakadilan ditentukan oleh ada tidaknya keruntuhan di
selama pemerintahan Orde Baru. Di sejumlah dalam the social interests and relations of power
daerah yang memiliki potensi sumber daya alam in wich they were embedded.
tidak memberikan dampak secara sosial dan Menurut Robison dan Hadiz dalam
ekonomi bagi daerah, karena sistem pengelolaan Marijan mengatakan “the conglomeraters and
sumber daya alam lebih banyak dikendalikan the big politico-business families of the Soeharto
oleh pusat dari pada daerah. era proved less vulnerable than their
Berdasarkan uraian tersebut di atas predecessors”. Bertahannya perilaku oligarki
sebagai jastifikasi teoritik bahwa: Pemerintahan pasca kekuasaan politik Orde Baru akar
pasca Orde baru, dinamika politik lokal semakin persoalannya terletak pada kerangka institusi
menguat yang diiringi munculnya orang-orang kekuasaan. Perubahan institusi kekuasaan tanpa
kuat daerah (local strongmen) atau bos-bos lokal diiringi perubahan fundamental dalam struktur
(local bossism) yang berlatar belakang relasi kekuasaan dan perilaku politik para aktor,
pengusaha yang menguasai panggung politik. sementara institusi kekuasaan telah dikuasai
Sebagai kelompok yang memiliki kuasa para kelompok oligarki.
ekonomi yang menguasai panggung politik lokal Dalam Aspinall dan As’ad (2013)
telah membajak demokrasi melalui kuasa uang, mengenai Local Election: Mining and Local
muncul sebagai oligarki dan patronase baru Bossism in South Kalimantan and Central
daerah (the new emerging of local oligarchy Kalimantan, memperlihatkan sejumlah fakta
and patronage). Di era demokratisasi yang tentang keterlibatan sejumlah pengusaha
diiringi kebijakan desentralisasi dan Pilkada tambang batubara menjadi political broker
langsung telah melahirkan sisi gelap demokrasi dalam pilkada di sejumlah daerah di
(the dark side of democracy). Kalimanatan Selatan dan Tengah. Keterlibatan
sejumlah pengusaha tambang menjadi political

M. Uhaib As’ad│Kapitalisasi Demokrasi ….. | 35


As Siyasah, Vol. 1, No. 1, 2016 ISSN 2549 1865

broker dalam pilkada dengan harapan akan terhadap pemahaman manusia. Fenomenologi
memperoleh balas jasa politik dari penguasa tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti
yang terpilih dalam pilkada, khususnya terkait sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti
dengan pengelolaan sumber ekonomi daerah (Moleong, 2000). Pengumpulan data, analisis,
atau proyek-proyek pembangunan infrastruktur. dan interpretasi dilakukan terhadap fenomena
Oleh karena itu, pasca pilkada berbagai atau peristiwa yang terjadi pada objek yang
kebijakan yang dibuat oleh pejabat yang terpilih diteliti.Pendekatan fenomenologi seperti yang
maka kebijakan itu akan berpihak kepada dikembangkan oleh Maurice Natanson dalam
kepentingan patronase politik. Bukunya Philosophy of social science: A
Reader (Mulyana, 2002: 59) mengemukakan
METODE PENELITIAN bahwa pendekatan fenomenologi yang
menjelaskan bahwa untuk memahami perilaku
Penelitian ini dilakukan dalam desain seseorang tidak bisa hanya dilihat dari
penelitian kualitatif. Desain ini dipilih perbuatannya yang tampak, namun harus
mengingat penelitian bertujuan untuk memperhatikan motif dan nilai yang melatar
mengungkapkan apa yang terjadi dalam belakangi perbuatan tersebut. Pendekatan
kenyataan empirik. Penelitian ini lebih banyak fenomenologi dimaksudkan untuk mengamati
mengobservasi dan mengeksplorasi perilaku setiap peristiwa yang terjadi pada objek.
objek yang diteliti, sehingga memungkinkan Penelitian kualitatif ini berbasis pada konsep
untuk ditarik hubungan sebab akibat dari going exploting yang melibatkan in-depth and
penelitian ini. case-oriented study atas satu kasus maupun
Realitas yang diamati bervariasi dan sejumlah kasus (Finlay, 2006).
banyak fakta yang tidak mungkin diungkapkan Penelitian ini juga sesuai dalam
melalui obsevasi seperti latar belakang prilaku mengungkap dan memahami sesuatu dibalik
objek, bagaimana menjalankan kebijakan, dan fenomena yang baru sedikit diketahu (Straus and
bagaimana interaksi elite politik dengan instansi Corbin, 2003). Dengan menggunakan desain
birokrasi pemerintah, komparador lokal kualitatif dan pendekatan fenomenologis
(pengusaha tambang), politisi atau elite partai diharapkan penelitian ini dapat menggambarkan
politik, serta dengan masyarakat. Dengan realitas obyek penelitian, selanjutnya
demikian, akan terungkap dari observasi dan memberikan penafsiran dan pemaknaan, disusul
interaksi antara peneliti dengan objek untuk dengan mengkaitakan hasil analisa dengan teori
memperoleh penafsiran emik, yaitu deskripsi yang sudah ada. Ini berarti bahwa metode
yang didasarkan pada persepsi informan kualitatif akan memiliki kontribusi terhadap
terhadap suatu fenomena yang sedang diteliti. pengembangan teori dan konsep dari obyek yang
Penelitian ini tidak untuk digeneralisasi, diteliti.
namun untuk menguraikan fakta dan realitas
secara rinci (thick description) dan tidak Populasi dan Sampel
bertujuan menguji atau menguatkan teori Ketajaman hasil dan analisis sangat
tertentu, namun secara induktif akan dipengaruhi oleh kemampuan dalam
mengeksplorasi data empirik untuk menarik menentukan fokus penelitian yang tepat.
kesimpulan, sehingga penelitian ini memenuhi Penentuan fokus penelitian penting dilakukan
syarat sebagai penelitian kualitatif (Merriam, dengan pertimbangan utama seperti ditegaskan
1998:18). Patton (1980) yaitu membatasi studi atau
Penelitian ini menggunakan pendekatan membatasi bidang penyelidikan pada penelitian.
fenomenologi, yaitu suatu pendekatan sosiologi Oleh karena itu untuk menentukan kriteria-
fenomenologi yang dikembangkan oleh filsuf kriteria dalam memasukkan atau mengeluarkan
Edmund Husserl dan Alfred Schultz, sebagai suatu informasi yang diperoleh dilapangan.
metode yang berusaha memahami arti peristiwa Artinya, melalui bimbingan dan arahan fokus
dan kaitannya terhadap orang-orang dalam yang telah ditetapkan peneliti dapat mengetahui
situasi tertentu. Menurut Weber disebut sebagai dengan persisi data mana yang perlu
verstehen, sebagai pengertian interpretatif dikumpulkan dan data mana yang tidak perlu

M. Uhaib As’ad│Kapitalisasi Demokrasi ….. | 36


As Siyasah, Vol. 1, No. 1, 2016 ISSN 2549 1865

dimasukakan ke dalam data yang sedang a. Data primer, ditempuh melalui


dikumpulkan. Terkait dengan penelitian ini, wawancara mendalam (in-depth and
berdasarkan permasalah penelitian yang telah semi-structured) dengan nara sumber
dirumuskan, maka fokus penelitian ini adalah: kunci (key person). Data ini digali
Aktor-aktor yang terlibat dan memiliki dengan menggunakan instrumen
jaringan dalam pengelolaan kebijakan berupa pedoman wawancara.
pertambangan, antara lain: Para aktor yang b. Data sekunder, antara lain berupa
terlibat dalam bsnis tambang, birokrat daerah dukumentasi mengenai kebijakan
dan instansi terkait dalam kebijakan pengelolaan pertambangan.
pertambangan. Anggota legislatif yang memiliki c. Data tersier, misalnya berupa
jaringan dengan pengusaha tambang, dan. publikasi berbentuk jurnal, buku-
Aparat kemanan yang memiliki jaringan dengan buku, berita koran. Jenis data ini
pengusaha Tambang. Pola keterlibatan aktor terutama penting untuk memperkuat
dalam bisnis tambang, antara lain: Penerbitan kerangka konseptual, analisa teoritik,
Izin Usaha Pertambangan, Pembiaran terhadap dan literature review untuk
Pertambangan tanpa izin (PETI). Regulasi menopang studi ini.
pengelolaan kebijakan pertambangan dan Sumber data dalam pendekatan penelitian
dampaknya terhadapan kehidupan sosial, kualitatif adalah semua pihak yang
ekonomi, dan pollitik. Ssub fokus adalah: berkepentingandan pelaku utama yang meliputi
Konflik antara warga lokal dengan perusahaan Bupati Tanah Bumbu, Ketua DPRD Tanah
tambang. Kerusakan lingkungan dan Bumbu, Gubernur Kalimantan Selatan, Ketua
marjinalisasi komunitas adat DPRD Provinsi, Sekda Kabupaten dan Provinsi,
Menurut Lofland dan Lofland (1984) Dinas Pertambangan Kabupaten dan Provinsi,
sumber data utama dalam penelitian kualitatif Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten dan
ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah Provinsi, Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. dan Provinsi, Komisi tiga DPRD Provinsi,
Sumber data dan informasi dalam suatu Aparat keamanan, Preman tambang,
penelitian sangat penting, karena data tidak mafia/broker tambang dan instansi yang terkait
mungkin akan diperoleh tanpa ada sumber data. dengan penelitian ini, LSM, Pers, Walhi
Sumber data dalam penelitian ini dipilih dengan Banjarmasin dan Pusat, tokoh masyarakat dan
teknik purposive sampling, dimana informan msyarakat di sekitar tambang, Jatam (jaringan
yang dipilih adalah aktor-aktor atau elite politik Tambang) Kementrian dan elite partai politik.
yang menguasai permasalahan, memiliki data
dan bersedia memberikan data yang benar-benar Analisis Data
relevan serta kompeten dengan masalah Proses analisis data dalam penelitian
penelitian. Sedangkan informan selanjutnya dilakukan secara terus menerus selama
diminta kepada informan awal untuk pengumpulan data di lapangan hingga
menunjukkan orang lain yang sekiranya dapat pengumpulan selesai dilaksanakan yang
memberikan informasi serupa dan begitu mencakup beberapa kegiatan, yaitu; menelaah
seterusnya sampai menunjukkan kejenuhan data, mengelompokkan data, dan menemukan
informasi. Dalam kaitan ini, jumlah reponden apa yang penting sesuai dengan fokus penelitian
juga bisa mengalami penambahan (snow-ball) serta mempelajari dan memutuskan apa yang
sesuai kebutuhan sepanjang proses penelitian akan dilaporkan.
berlangsung. Analisis data selama pengumpulan data
Pada dasarnya, sumber data yang dilakukan setiap kali peristiwa yang menjadi
dibutuhkan dalam penelitian akan fokus penelitian selesai direkam dan dirupakan
memanfaatkan seluruh data sepanjang memiliki dalam bentuk laporan lapangan. Analisis
relevansi dengan substansi dan metodelogi yang datanya telah diusahakan dapat mengungkapkan:
diinginkan. Adapun jenis-jenis data tersebut (1) data apa yang perlu dicari, (2) hipotesa apa
dapat dirinci menjadi 3 (tiga) kelompok sebagai yang harus dites, (3) pertanyaan apa yang harus
berikut: dijawab, (4) metode apa yang harus dipakai

M. Uhaib As’ad│Kapitalisasi Demokrasi ….. | 37


As Siyasah, Vol. 1, No. 1, 2016 ISSN 2549 1865

untuk mencari informasi baru, (5) kesalahan apa membangun patronase dan berinvestasi politik
yang harus diperbaiki (Nasution, 1988: 130). sebagai donatur bagi kandidat Kepala Daerah.
Dalam menganalisa data penelitian ini Calon kepala daerah yang berhasil terpilih akan
mengacu pada teori yang telah dikemukakan memberikan konsesi ekonomi sebagai balas jasa
oleh Miles dan Huberman (1992: 21) yang politik melalui pemberian proyek-proyek
meliputi beberapa tahap sebagai berikut: infstruktur dan fasilitas ekonomi lainnya yang
a. Reduksi data; dalam proses ini data dipilah- telah berperan sebagai political broker dalam
pilah dan disederhanakan, sedangkan data pemilihan kepala daerah (As’ad, 2013).
yang tidak diperlukan diseleksi agar Kalimantan Selatan sebagai daerah yang
memberikan kemudahan dalam kaya sumber daya alam khususnya sektor
menampilkan, menyajikan, dan menarik pertambangan menjadi arena persekongkolan
kesimpulan sementara. membangun jaringan bisnis politik antara
b. Penyajian data; data yang telah dipilah dan penguasa daerah dengan pengusaha tambang.
disisihkan tersebut menurut kelompok data Para aktor dan kelompok kepentingan saling
serta disusun dengan kelompok kategori mempertemukan sumber daya (exchange
sejenis untuk ditampilkan sesuai dengan resources). Di tengah trend kapitalisme
permasalahan yang dihadapi, termasuk global(global capitalism), Kalimantan Selatan
kesimpulan sementara yang diperoleh setelah menjadi “the golden boy” yang menggiurkan
data direduksi. bagi para investor. Pemerintah Daerah melalui
c. Menarik kesimpulan; dalam proses menarik sejumlah kebijakan atau regulasi telah
kesimpulan ini diambil dari kategori-kategori memberikan kemudahan bagi para investor
data yang telah direduksi dan disajikan untuk untuk berinvestasi dalam industri ekstraktif
menuju pada kesimpulan akhir yang mampu tersebut. Dalam konteks makro, kehadiran para
menjawab permasalahan penelitian. investor dalam industri ekstraktif telah
menempatkan daerah ini sebagai arena
HASIL DAN PEMBAHASAN persekongkolan para aktor (daerah dan pusat).
Pada kasus pertambangan batubara di
Munculnya problem demokratisasi Kalimantan Selatan, seiring dengan terbukanya
karena masih kuatnya perilaku predator oligarki pasar batubara yang lebih luas baik pasar
(predatory oligarchy) sebagai warisan Orde domestik maupun pasar luar negeri terus
Baru yang terdesentralisasi di daerah. Para aktor meningkat. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
lokal telah memanfaatkan perubahan institusi Kalimantan Selatan tahun 2013 produksi
kekuasaan untuk tetap bertahan dalam pola batubaranya pada tahun kedua adalah
patronase. Perilaku predatoty oligarchy ini 65.086.681,82 metrik ton. Sebagian besar
setidaknya dapat dijelaskan tiga faktor, antara produksi batubara tersebut dihasilkan oleh
lain: Pertama, para aktor yang menguasai perusahaan besar dengan modal asing (PMA)
perekonomian saat ini perilaku politiknya seperti PT Arutmin dan PT Adaro Indonesia.
(political behaviour) relatif sama dengan aktor- Dengan 29 PKP2B dan 380 kuasa pertambangan
aktor era Orde Baru. Kedua, pola relasi kuasa (KP) yang mengkapling sekitar 1,8 juta hektare
antar aktor, baik pada tingkat nasional maupun lahan di Kalimantan Selatan (sepertiga luas
di tingkat lokal sama-sama berwatak predatoris. Kalsel yang mencapai 3,7 juta hektare) telah
Ketiga,pola pendekatan yang digunakan para menjadi sebuah permasalahan serius yang
aktor lokal dalam menjalankan kekuasaan berkepanjangan, terutama menyangkut aspek
menggunakan institusi kekuasaan dan birokrasi ingkungan. Kalimantan Selatan sebagai
melakukan praktik rent-seeking (perburuan penghasil batubara sebesar 78 juta ton pertahun
rente). Perpaduan dari ketiga hal tersebut ternyata 70% batubara itu diekspor ke luar
melahirkan kontinuitas yang berujung berpola negeri, 29% dikirim ke pulau Jawa dan Bali.
elite capture corruption di tingkat lokal. Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan telah
Di era desentralisasi yang ditandai dengan menempatkan sektor pertambangan batubara
pemilihan kepala daerah (Pemilukada) langsung sebagai andalan utama dalam pembangunan
menjadi arena kontestasi para aktor lokal ekonomi daerah yang berlangsung selama ini.

M. Uhaib As’ad│Kapitalisasi Demokrasi ….. | 38


As Siyasah, Vol. 1, No. 1, 2016 ISSN 2549 1865

Sejalan dengan kebijakan Pemerintah Daerah instrumen membangun jaringan bisnis politik
Kalimantan Selatan, pada tahun 2009, membuat (business politic network) dalam landscape
kebijakan untuk mengizinkan dibukanya suatu Kalimantan Selatan. Oleh karena itu, para aktor
usaha pertambangan batubara di sejumlah ber-lomba-lomba mereposisi diri masuk dalam
kabupaten, misalnya izin PKP2B PT.Mantimin lingkaran kekuasaan, misalnya menjadi tim
Coal Mining, walaupun mendapat penolakan sukses atau sponsor dana politik dalam proses
dari Pemerintah Daerah setempat, begitu pula Pilkada (As’ad, 2013).
dengan adanya izin eksplorasi 6 kuasa Proses Pilkada yang diwarnai praktik
pertambangan (KP) di Pulau Laut, Kabupaten persekongkolan politik dan bisnis, jika dalam
Kotabaru yang juga mendapat penolakan dari penyelenggaraan pemerintahan pasca Pilkada,
warga setempat. Hal ini seolah menjadi bukti Kepala Daerah yang terpilih akan lebih
bahwa sebenarnya masyarakat menyangsikan memberikan loyalitasnya kepada para klien
bahwa pertambangan batubara yang dikatakan politik (political client) dan klien bisnisnya
akan mensejahterakan masyarakat sekitar hanya (business client) dari pada (konstituen). Proses
sebuah mitos. Pilkada di era kapitalisasi politik berkaitan erat
Eksploitasi terhadap pertambangan dengan biaya politik. Pada perkembangan
batubara di Kalimantan Selatan dilakukan oleh selanjutnya para pemilik modal (pengusaha
beberapa perusahaan besar, menengah,dan skala tambang) akan berperan sebagai pemerintah
kecil (koperasi) serta perorangan. Perusahaan bayangan (shadow government) dalam
pertambangan batubara terdiri dari perusahaan terminologi White (1996) atau bos lokal (local
pemegang izin PKP2B (Perjanjian Karya bossism) dalam terminologi Sidel (Sidel, 2013).
Pengusahaan Pertambangan Batubara) dan Pemerintah bayangan dan bos lokal akan
perusahaan atau koperasi pemegang izin, kuasa mengendalikan serta mendikte kebijakan
pertambangan (KP), pengelola pelabuhan, para pemerintah (bupati atau gubernur), khususnya
trader, dan eksportir. Eksploitasi pertambangan kebijakan yang terkait dalam pengelolaan
batubara di Kalimantan Selatan dalam trend pertambangan dan menyandera institusi
kapitalis global (investor asing), kapitalis kekuasaan dan penguasa daerah. Hal ini terjadi
nasional, dan kapitalis lokal memiliki nilai karena penguasa daerah yang terpilih dalam
strategis yang menggiurkan untuk menguasai proses pemilihan kepala daerah, para pengusaha
ekonomi pertambangan. Oleh karena itu, bisa tambang memiliki andil besar dalam hal
dipahami posisi Kalimantan Selatan sebagai dukungan dana (suppoting financial) untuk
penghasil tambang batubara terbesar kedua memenangkan sang calon penguasa dalam
setelah Kalimantan Timur menjadi arena proses Pilkada. Di tengah kapitalisasi pasar
perebutan aktivitas ekonomi oleh sejumlah demokrasi, keterlibatan sejumlah pengusaha
perusahaan pertambangan lokal, nasional, tambang yang menjadi calon kepala daerah
maupun investor asing. semakin menjadikan pasar demokrasi semakin
Sampai saat ini, walaupun aktivitas terbuka dan bernilai mahal di tengah
pertambangan batubara telah berlangusung pragmatisme politik rakyat. Pada kasus pilkada
selama puluhan tahun ternyata belum di beberapa daerah di Kalimantan Selatan, isu
memberikan dampak ekonomi secara signifikan pilkada dan konsesi pertambangan sangat erat
bagi rakyat Kalimantan Selatan. Aktivitas hubungannya sebagai bentuk relasi kuasa dan
ekonomi pertambangan batubara lebih banyak sekaligus menjadi political marketing dan
dinikmati oleh para aktor, baik aktor lokal strategi untuk memenangkan salah satu kandidat
maupun aktor yang berada di pusat di Jakarta kepala daerah.
yang memiliki jaringan bisnis dengan aktor yang Di tengah jaringan bisnis politik, posisi
ada di Kalimantan Selatan. Aktivitas partai politik di Kalimantan Selatan lebih
pertambangan batubara tidak hanya dilihat banyak dikendalikan oleh para pengusaha
dalam perspektif aktivitas ekonomi, akan tetapi tambang. Logikanya adalah bahwa dengan
juga dalam konteks jaringan bisnis politik. mengendalikan partai politik sebagai ketua atau
Bila diamati, aktivitas pertambangan memiliki posisi strategis di partai secara
batubara di Kalimantan Selatan menjadi otomatis akan memiliki posisi tawar secara

M. Uhaib As’ad│Kapitalisasi Demokrasi ….. | 39


As Siyasah, Vol. 1, No. 1, 2016 ISSN 2549 1865

politik dalam proses landscape politik, permainan untuk berkonstribusi dalam proses
khususnya dalam Pilkada. Para pengusaha pilkada.
tambang batubara telah menjadikan institusi Para aktor ini berusaha membangun
partai politik sebagai strategi membangun relasi relasi kuasa dengan lembaga legislatif dan
kuasa ekonomi dan politik di antara para aktor pemerintah untuk mendapatkan dukungan
lokal dan pusat. kebijakan melalui pembuatan sejumlah
Di era pemerintahan Orde Baru, Partai peraturan daerah (perda) yang berkaitan dengan
Golkar mendominasi jagat politik di negeri ini. kebijakan pengelolaan pertambangan. Sebagian
Pada pasca rezim Orde Baru Partai Golkar tidak orang-orang yang menjadi anggota legislatif
lagi menjadi kekuatan tunggal atau dominan adalah orang-orang yang memiliki latar
dalam membangun struktur kekuasaan, akan belakang pengusaha tambang. Para anggota
tetapi telah terfregmentasi melalui berbagai legislatif yang berlatar belakang tambang ini
kekuatan Partai Politik dalam membangun memliki jaringan yang kuat dengan sejumlah
struktur kekuasaan politik pada level nasional perusahaan atau pengusaha tambang. Konspirasi
maupun lokal. Oleh karena itu, pada kasus di sistematis antara pengusaha tambang dengan
Kalimantan Selatan, beberapa pengusaha anggota legislatif yang berlatar pengusaha
tambang menguasai posisi-posisi strategis dalam tambang dan juga aparat biroksi pemerintah
partai. Dengan menguasai partai, maka oligarki telah menempatkan pengusaha tambang sebagai
lokal akan semakin terstruktur karena telah local strongmen dalam bidang ekonomi telah
menjadikan partai sebagai kartel atau lembaga mendikte kebijakan pemerintah. Artinya,
korporasi ketimbang menjadi katalisator politik kebijakan pertambangan yang selama ini lebih
rakyat. mengakomidir kepentingan elite dari pada
Oleh karena tidak itu para pengusaha masyarakat. Terminologi local strongmen
tambang yang bermodal besar dan memiliki diperkenalkan oleh Sidel (2003) sebagai
sejumlah perusahaan tambang, demikian pula pengatur bayangan dalam kebijakan pemerintah
para pensiunan birokrat (bupati dan gubernur) karena memiliki kuasa ekonomi dan mampu
yang memiliki modal besar, berlomba-lomba membeli kekuasaan politik.
memperebutkan posisi strategis dalam partai Oligarki ekonomi pertambangan batubara
politik atau menjadi ketua dari salah satu partai dalam pengelolaan telah dibesakan oleh proteksi
politik. Dengan menguasai lembaga demokrasi kebijakan penguasa daerah sebaga business
akan memiliki nilai strategis dan potition client. Para business client ini adalah para
bargaining bagi para kadidat pejabat publik, loyalis penguasa daerah (bupati dan gubernur)
baik dari segi kekuatan dana maupun dari segi yang memiliki hubungan kepentingan bisnis dan
nilai politik. politik yang sebelumnya ikut bermain dalam
arena pilkada. Para pihak yang terlibat dalam
KESIMPULAN arena pilkadapada akhirnya akan tampil sebagai
rent-seekers dalam pengelolaan pertambangan
Pada pasca pilkada, isu tentang kebijakan atau mafia tambang. Pemberian izin usaha
pertambangan batubara menjadi arena patronase pertambangan (IUP) yang akan lebih mudah
dan transaksional untuk kepentingan ekonomi diberikan bagi para business client sebagai
dan politik. Oleh karena jaringan bisnis tambang bentuk balas budi politik karena berhasil
hanya akan berputar di sekitar orang-orang yang memenangkan pejabat publik tersebut dalam
telah berhasil masuk dalam jaringan kekuasaan pertarungan politik atau proses pilkada.
dan membentuk business client di bawah proteks
kekuasaan pejabat publik (bupati atau gubernur) REFERENSI
yang terpilih dalam proses pilkada. Para aktor
yang bermain dalam arena industri petambangan Aspinall dan As’ad. 2013. Local Election:
adalah orang-orang yang yang lahir sebagai Mining and Local Bossism in South Kalimantan
business client, shadow government, dan local and Election in South Kalimantan. ANU.
bossism yang dipelihara dan dibesarkan oleh Canberra.
penguasa daerah yang telah memainkan

M. Uhaib As’ad│Kapitalisasi Demokrasi ….. | 40


As Siyasah, Vol. 1, No. 1, 2016 ISSN 2549 1865

Aspinall, Edward dan Fealy, Greg (Editor).


2003. Local Power and Politics in Indonesia.
Descentralisation end Democratisation.

Hadiz, Vedi R. 2010. Localising Power in Post-


Authoritarian Indonesia: A Southeast Asia
Perspective, Stanford University Press, Stanford,
California.

Hadiz, Vedi R. 2005. Dinamika Kekuasaan:


Ekonomi Politik Indonesia Pasca Soeharto:
Jakarta. LP3ES.

Harris-White, B. 1996. A Political Economy of


Agricultural Trade in South India: Master of
Countryside. Sage. New Delhi.

Hidayat, S., Susanto, H., Erman, E., Soesilowati,


E.S. & Usman, T.S. 2006. Bisnis dan Politik di
Tingkat Lokal: Pengusaha, Penguasa, dan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Pasca
Pilkada, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI). Jakarta. LIPI Press.

Kunio, Yoshihara. 1988. The Rise of Ersatz


Capitalism in Southeast Asia. Oxford University
Press.

MacIntyre, Andrew. 1994. Organising Interests:


Corporatism in Indonesia Politics. Working
paper No. 43. Murdoch University. Australia.

Muhaimin, Yahya. 1991. Bisnis dan Politik,


Kebijakan Ekonomi Indonesia 1950-1980.
Jakarta. LP3ES.

Robison, Richard. 1985. Class, Capital and the


State in New Order Indonesia, dalam Higgot,
Richard dan R. Robison, Southeast Asia: Assay
in the Political Economy of Structural Change.
London. Routledge and Kegan Paul, Ltd.

Robison, R. 1986., Indonesia: The Rise of


Capital. Sydney. Allen & Unwin.

Robinson, R. and Hadiz, V. 2004. Reorganising


Power in Indonesia: The Politics of Oligarchy in
An Age of Markets. London. Routledge Curz.

Sidel, John. 2013. Bossism and Democracy in


the Philippine, Thailand, and Indonesia: To
wards an alternative framwork for the study of
local strongmen. Palgrave Macmillan.

M. Uhaib As’ad│Kapitalisasi Demokrasi ….. | 41

Anda mungkin juga menyukai