6359 15281 1 SM
6359 15281 1 SM
Abstrak
Article Info Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis
implementasi pemanfaatan tehnologi informasi terhadap
Received : 14 Juli 2019 pemenuhan hak keluh pasien atas pelayanan rumah sakit. Rumah
Accepted : 25 Juli 2019 Sakit dan pasien adalah subjek hukum yang saling
Published : 10 November 2019 berhubungan,sehingga masing-masing mempunyai hak dan
kewajiban yang harus dipenuhi. Hal yang menarik dari pengaturan
hak dan kewajiban yang dimiliki pasien adalah hak keluh atas
pelayanan rumah sakit. Hak untuk mengeluh atas pelayanan rumah
sakit ini dilindungi oleh undang undang. Metode penelitian ini
menggunakan metode yuridis normatif melalui pendekatan
perundang-undangan,yang akan analisa melalui analisa kualitatif.
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu bahwa pada saat yang lalu
keluhan pasien atas pelayanan rumah sakit seringkali di sampaikan
secara langsung atau melalui kotak saran yang disediakan. Namun
dengan berkembangnya tehnologi informasi saat ini menjadikan
pasien kadang menyalurkan keluhannya melalui media baik cetak
atau elektronik . Keluhan pasien yang disampaikan melalui tehnologi
informasi utamanya media elektronik akan dengan mudah di ketahui
oleh publik, hal ini tentu akan sangat merugikan terkait dengan nama
baik dan kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit yang
bersangkutan. Oleh karena itu perlu ada pengaturan penyampaian
hak keluh pasien melalui tehnologi informasi
Kata Kunci : pemanfaatan; tehnologi informasi; hak keluh;
pasien; rumah sakit.
Abstract
This paper aims to determine and analyze the implementation of
information technology utilization to fulfill the patient's right to complain
about hospital services. Hospitals and patients are interrelated legal
subjects, so that each has rights and obligations that must be fulfilled. The
interesting thing about regulating the rights and obligations of patients is
the right to complain about hospital services. The right to complain about
the hospital's services is protected by law. This research method uses a
normative juridical method through a statutory approach, which will be
analyzed through qualitative analysis. The results of the research obtained
were that in the past the patient's complaints about hospital services were
often conveyed directly or through the suggestion box provided. But with the
Anggraeni Endah Kusumaningrum, Implementasi Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Pemenuhan Hak Keluh Pasien
Atas Pelayanan Rumah Sakit
1
Periksa Pasal 29 UU No. 44 Tahun 2009 2
Periksa Pasal 30 UU No. 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit tentang Rumah Sakit
485
Simposium Hukum Indonesia Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019
Kesehatan tidak mengenal hak pasien untuk merugikan nama baik rumah sakit. Rumah sakit
melakukan hak keluh. Pasal 29 UU No 36 Tahun sebagai sebuah institusi pada hakekatnya tentu
2009 tentang Kesehatan lebih mengutamakan akan mengutamakan nama baik (good will) sebagai
mekanisme mediasi sebagai lembaga alternatif jaminan atas pelayanan kesehatan yang baik dan
penyelesaian sengketa yang utama apabila terjadi bermutu. Nama baik ini tentu akan dijaga dan di
sengketa antara tenaga kesehatan dengan pasien. upayakan sedemikian rupa sehingga tetap dikenal
Pengaturan hak keluh ini dapat juga dijumpai dan diakui oleh masyarakat atas kualitas
dalam pasal 4 angka 4 UU No 8 tahun 1999 pelayanan kesehatannya. Permasalahan timbul
tentang Perlindungan Konsumen yang mengatur manakala usaha untuk menjaga nama baik Rumah
bahwa “Konsumen berhak untuk didengar Sakit ini berhadapan dengan hak pasien untuk
pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau menyampaikan keluhannya di media
jasa yang digunakan” cetak/elektronik. Pada saat pasien menggunakan
Pengaturan hak keluh dalam pelayanan hak keluhnya di media massa./elektronik tentang
kesehatan ini sebenarnya merupakan hal yang pelayanan rumah sakit yang menurutnya tidak
sangat baru mengingat mekanisme keluhan memuaskan, maka secara langsung akan
pasien biasanya disampaikan kepada pihak rumah berdampak kerugian imateriil bagi rumah sakit
sakit secara langsung dan tidak disampaikan terkait dengan nama baik dan kepercayaan
kepada pihak luar. Di dalam hukum perlindungan masyarakat.
konsumen sebenarnya pasien yang adalah Berdasarkan uraian di atas perlu dibahas lebih
konsumen memiliki hak untuk mendapatkan lanjut mengenai bagaimana pelaksanaan dari hak
pelayanan sesuai dengan informasi yang keluh seorang pasien terhadap pelayanan rumah
ditawarkan, apabila pasien melihat terdapat hal- sakit melalui tehnologi informasi?.
hal yang tidak sesuai dengan informasi maka ia
dapat mengajukan permintaan ganti rugi kepada METODE PENELITIAN
pihak pelaku usaha, yang dalam hal ini adalah Metode penelitian yang digunakan dalam
rumah sakit. Keberadaan hak keluh ini sendiri jika tulisan ini adalah penelitian hukum normatif,
dilihat dari sisi perlindungan konsumen memang karena meletakkan hukum sebagai sebuah
sangat baik karena memberikan jaminan atas bangunan sistem norma. Sistem norma yang
kebebasan berbicara bagi konsumen hanya saja dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma,
bagi pihak rumah sakit, keberadaan hak keluh ini kaidah dari peraturan perundang-undangan serta
bisa berdampak negatif. Hal tersebut dapat doktrin, dengan mempergunakan metode
dipahami karena apabila seorang pasien setelah pendekatan yuridis, dengan meneliti kaidah atau
mendapatkan pelayanan kesehatan oleh tenaga aturan hukum sebagai suatu bangunan sistem
kesehatan di sebuah rumah sakit berpendapat yang terkait dengan suatu peristiwa hukum.3 Jenis
bahwa pelayaan kesehatannya tidak baik atau datanya menggunakan data sekunder berupa
kurang memuaskan kemudian menuliskan bahan hukum baik primer, sekunder, dan tersier
keadaan itu di media massa tanpa terlebih dahulu yang diperoleh dari buku-buku, literatur,
menyampaikan keluh kesahnya kepada pihak makalah, peraturan perundang-undangan dan
rumah sakit tentunya hal ini akan sangat sumber data lain. Pengumpulan data sekunder
3
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme
Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Cetakan I,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 36
486
Anggraeni Endah Kusumaningrum, Implementasi Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Pemenuhan Hak Keluh Pasien
Atas Pelayanan Rumah Sakit
4 6
Al-Debie and Walker, Martin. Fundamental Basuki, Sulistyo. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan.
Information Analysis: An Extension and UK Evidence. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Hal.87
7
British Accounting Review, Vol 31, No 3, September Thomson et.al dalam Wijana., Nyoman. Pemanfaatan
1999 Teknologi Informasi Dan Pengaruhnya Pada Bank
5
Williams dan Sawyer. 2003. Using Information Perkreditan Rakyat Dikabupaten Tabanan. Jurnal ilmiah
Technology: A Practical Introduction to Computers and Akutansi dan Bisnis.Vol.4,No.1. Januari 2009
Communications. London: Career Education. Universitas Udayana: Bali
487
Simposium Hukum Indonesia Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019
8
Rahmawati, Diana. Analisis Faktor-faktor yang mencantumkan tentang transaksi Kedokteran sebagai
Berpengaruh Terhadap Pemanfaatan Teknologi berikut : transaksi terapeutik adalah hubungan hukum
Informasi. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. Vol. 5 antara dokter dan prnderita yang dilakukan dalam situasi
No.1.2008 saliing percaya ( konfidensial ) serta senantiasa diliputi
9 oleh segala emosi, harapa dan kekhawatiran mahluk
Mukadimah Kode Etik Kedokteran Indonesia (
KODEKI ) yang terdapat dalam Keputusan menteri insani. Oleh karena itu bersifat menjelaskan, memerinci,
Kesehatan RI Nomor 434/Men.Kes/X/1983 tentang ataupun menegaskan berlakunya suatu kode etik untuk
berlakunya Kode Etik Kedokteran di Indonesia yang melindungi dokter dan pasien
488
Anggraeni Endah Kusumaningrum, Implementasi Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Pemenuhan Hak Keluh Pasien
Atas Pelayanan Rumah Sakit
489
Simposium Hukum Indonesia Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019
2. Objek Hukum, Objek Hukum adalah maupun tenaga kesehatan agar mendapatkan
segala sesuatu yang menjadi fokus atau tujuan pengaturan yang jelas dan tegas tentang
diadakannya hubungan hukum pelayanan kesehatan yang dilakukan di sebuah
3. Hubungan Hukum,Hubungan hukum institusi bernama rumah sakit adalah UU No. 44
terjadi karena adanya peristiwa hukum Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Lahirnya
4. Perlindungan Hukum undang-undang ini juga tidak dapat dilepaskan
Segala sesuatu yang mengatur dan dari pengaturan dua Undang-undang di bidang
menentukan hak dan kewajiban masing-masing kesehatan yang terlebih dahulu ada, yaitu
pihak yang melakukan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
hubungan hukum,sehingga kepentingannya Kesehatan dan UU No 29 Tahun 2004 tentang
terlindungi. Setiap upaya pelayanan medis Praktek Kedokteran. Secara khusus, UU No. 36
yaitu pengobatan, penyembuhan penyakit dan Tahun 2009 memberikan sebuah paradigma sehat
pemulihan kesehatan yang diberikan oleh rumah yang baru yaitu paradigma kesehatan yang
sakit terhadap pasien adalah wujud pelaksaan dari mengutamakan upaya promotif dan preventif
kewajiban rumah sakit memenuhi hak-hak tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif
pasien. Sebaliknya kewajiban pasien untuk (Penjelasan Umum UU No. 36 Tahun 2009
memberikan informasi medis yang dibutuhkan , tentang Kesehatan). Paradigma ini sangat
mengikuti nasihat dan pertunjuk dokter yang berbeda jika di bandingkan dengan UU No. 23
merawatnya, mengikuti peraturan-peraturan yang Tahun 1992 tentang Kesehatan yang
ditetapkan oleh rumah sakit dan juga termasuk menekankan paradigma kuratif saja
memberi imbalan jasa terhadap pelayanan yang (pengobatan), masyarakat memandang masalah
diberikan oleh rumah sakit dan dokter adalah kesehatan sebagai hal yang bersifat pemborosan
rangkaian untuk memenuhi hak-hak rumah sakit. dan bukan sebagai hal yang pokok.
Pelaksanaan Hak dan kewajiban antara rumah Paradigma sehat sebagaimana ditekankan
sakit dan pasien atau sebaliknya merupakan dalam UU No. 36 Tahun 20009 ini memang
sebuah tanggung jawab yang lahir dari hubungan sesuai dengan UUD 1945 yang mengatur hak atas
hukum diantara keduanya. Hubungan hukum kesehatan sebagai hak konstitusional. Pasal 28H
tersebut berupa perikatan atau perjanjian dalam ayat (1) UUD 1945 menyebutkan “Setiap orang
upaya pelayanan medis ( perjanjian terapeutik ) berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
yang disepakati oleh rumah sakit sebagai pemberi tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
pelayanan medis dan pasien sebagai penerima dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
pelayanan medis. Untuk memenuhi persyaratan kesehatan.” Paling tidak terdapat 3 (tiga) macam
hubungan hukum, maka masing-masing pihak hak atas kesehatan sebagaimana diatur dalam
bertindak sebagai subjek hukum yaitu pihak yang Pasal 28H ayat (1) UUD 1945, diantaranya:
mampu memenuhi kewajibannya yang menjadi 1. Hak diri sendiri atas kesehatan;
hak pihak lain dan sebaliknya. yang menerima 2. Hak atas tempat tinggal dan lingkungan
hak-haknya yang menjadi kewajiban pihak lain hidup yang baik dan sehat;
untuk memenuhinya. 3. Hak memperoleh pelayanan kesehatan.
1. Hak Pasien Menyampaikan Keluhan atas Cakupan hak asasi manusia di bidang
Pelayanan Rumah Sakit kesehatan pada dasarnya dapat ditinjau melalui
Satu produk hukum di bidang kesehatan yang Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia,
memang telah lama dinanti-nantikan, baik pasien International Covenant, maupun ketentuan hukum
490
Anggraeni Endah Kusumaningrum, Implementasi Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Pemenuhan Hak Keluh Pasien
Atas Pelayanan Rumah Sakit
10
Roberia dan Siti Maimunah, “Cakupan Hak Asasi
Manusia bidang Kesehatan”, Jurnal Hukum Kesehatan,
Vol. 2 No.4 Tahun 2009, hlm. 69
491
Simposium Hukum Indonesia Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019
492
Anggraeni Endah Kusumaningrum, Implementasi Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Pemenuhan Hak Keluh Pasien
Atas Pelayanan Rumah Sakit
pelayanan kesehatan yang tidak memuaskan hukum. Hukum dalam kaitannya dengan hak
dirinya. memiliki hubungan yang erat tetapi berada dalam
Keberadaan hak keluh yang dimiliki pasien ini kapasitas yang berbeda. Hak sebagai hal esensi
jika dilihat latar belakang pengaturannya (isi) sedangkan hukum seperti wadah yang
mempunyai satu maksud agar pasien juga terlibat menjaganya. Peter Mahmud menegaskan
secara aktif dan bertanggung jawab atas hubungan ini dengan mengatakan ”hukum
kesehatannya. Di samping itu bagi rumah sakit diciptakan karena adanya hak”13 dan bukan
merupakan kewajiban untuk menghormati hak- sebaliknya. Jika ditinjau dari sisi penggunaan
hak pasien. istilah ’hak’ dan ’hukum’ sendiri digunakan istilah
’recht’ dalam bahasa Belanda yang dibedakan
4. Ruang Lingkup dan Tujuan dari Hak menjadi subjectief recht untuk hak dan objectief recht
Keluh untuk hukum14. Oleh karena itu hak terlebih
Pemikiran mengenai hak yang dimiliki dahulu ada daripada hukum dan keberadaan
manusia di dalam sejarah pemikiran hukum tidak hukum untuk menjaga pelaksanaan hak, termasuk
dapat dipisahkan dari perkembangan manusia itu didalamnya hak keluh.
sendiri dalam menilai arti penting dari hak. Paton Hak keluh pasien merupakan hak yang harus
menyebutkan bahwa terdapat hak yang timbul diakui oleh Rumah Sakit untuk selanjutnya
dari hukum dan ada juga hak yang timbul dari dikelola dengan profesional karena merupakan
norma yang lain.11 Ruang lingkup hak dapat bagian penting dari tata kelola klinis yang
dibedakan menjadi hak yang dilindungi memenuhi standar. Pasien dapat mengajukan
berdasarkan hukum (legal rights) dan ada juga hak atau menyampaikan keluhannya terkait
yang tidak berdasarkan hukum tetapi berdasarkan kekurangan pelayanan yang didasarkan atas
norma yang lain. Keberadaan dari hak disini standar pelayanan yang ada secara langsung pada
sangat bergantung pada hukum yang rumah sakit sebagai pemberi layanan kesehatan.
mengaturnya sebagai hak yang dilindungi ataukah Pengaturan berbeda terdapat dalam pasal 32
tidak. Peran legislator menjadi sangat krusial huruf r UU No. 44 Tahun 2009, hak keluh tidak
ketika menentukan hak mana yang akan diatur disampaikan kepada pemberi pelayanan tetapi
atau dilindungi oleh Undang-undang. Sudikno secara tidak langsung kepada masyarakat luas
Mertokusumo juga memberikan definisi tentang melalui media cetak dan media elekronik. Hak
hak sebagai “kepentingan hukum yang dilindungi pasien untuk menyampaikan keluhan atas
oleh hukum sedangkan kepentingan adalah pelayanan kesehatan rumah sakit melalui media
tuntutan yang diharapkan untuk dipenuhi”12. cetak dan elektronik ini sangat baru dan tidak
Hukum di tempatkan sebagai alat yang konsisten jika dikaitkan dengan semangat
berfungsi untuk menjamin eksistensi dan Undang-undang Rumah Sakit.
pelaksananaan hak yang dimiliki manusia karena Pasal 3 huruf d UU No 44 Tahun 2009
memang pada dasarnya demikianlah tujuan menegaskan salah satu tujuan pengaturan
11 13
G.W. Paton, A Textbook of Jurisprudence (Oxford: Ibid
14
Clarendon Press, Fourth Editions, 1972). Ibid, hlm. 165
12
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu
Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, Yogyakarta, 1986),
hlm. 40
493
Simposium Hukum Indonesia Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019
494
Anggraeni Endah Kusumaningrum, Implementasi Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Pemenuhan Hak Keluh Pasien
Atas Pelayanan Rumah Sakit
Jurnal
495