Anda di halaman 1dari 12

SIMPOSIUM HUKUM INDONESIA

Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019


ISSN (Cetak) : 2686 - 150X, ISSN (Online) : 2686 - 3553
Dipublikasikan oleh Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura dan dapat diakses
secara online pada http://journal.trunojoyo.ac.id/shi

IMPLEMENTASI PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI


TERHADAP PEMENUHAN HAK KELUH PASIEN ATAS PELAYANAN
RUMAH SAKIT
Anggraeni Endah Kusumaningrum
Fakultas Hukum Untag Semarang
e-mail : anggraeniwijayanto@yahoo.com

Abstrak
Article Info Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis
implementasi pemanfaatan tehnologi informasi terhadap
Received : 14 Juli 2019 pemenuhan hak keluh pasien atas pelayanan rumah sakit. Rumah
Accepted : 25 Juli 2019 Sakit dan pasien adalah subjek hukum yang saling
Published : 10 November 2019 berhubungan,sehingga masing-masing mempunyai hak dan
kewajiban yang harus dipenuhi. Hal yang menarik dari pengaturan
hak dan kewajiban yang dimiliki pasien adalah hak keluh atas
pelayanan rumah sakit. Hak untuk mengeluh atas pelayanan rumah
sakit ini dilindungi oleh undang undang. Metode penelitian ini
menggunakan metode yuridis normatif melalui pendekatan
perundang-undangan,yang akan analisa melalui analisa kualitatif.
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu bahwa pada saat yang lalu
keluhan pasien atas pelayanan rumah sakit seringkali di sampaikan
secara langsung atau melalui kotak saran yang disediakan. Namun
dengan berkembangnya tehnologi informasi saat ini menjadikan
pasien kadang menyalurkan keluhannya melalui media baik cetak
atau elektronik . Keluhan pasien yang disampaikan melalui tehnologi
informasi utamanya media elektronik akan dengan mudah di ketahui
oleh publik, hal ini tentu akan sangat merugikan terkait dengan nama
baik dan kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit yang
bersangkutan. Oleh karena itu perlu ada pengaturan penyampaian
hak keluh pasien melalui tehnologi informasi
Kata Kunci : pemanfaatan; tehnologi informasi; hak keluh;
pasien; rumah sakit.

Abstract
This paper aims to determine and analyze the implementation of
information technology utilization to fulfill the patient's right to complain
about hospital services. Hospitals and patients are interrelated legal
subjects, so that each has rights and obligations that must be fulfilled. The
interesting thing about regulating the rights and obligations of patients is
the right to complain about hospital services. The right to complain about
the hospital's services is protected by law. This research method uses a
normative juridical method through a statutory approach, which will be
analyzed through qualitative analysis. The results of the research obtained
were that in the past the patient's complaints about hospital services were
often conveyed directly or through the suggestion box provided. But with the
Anggraeni Endah Kusumaningrum, Implementasi Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Pemenuhan Hak Keluh Pasien
Atas Pelayanan Rumah Sakit

development of information technology today makes patients sometimes


channel their complaints through media either printed or electronic. Patient
complaints that are conveyed through information technology, especially
electronic media, will be easily known to the public, this will certainly be
very detrimental related to the good name and public trust in the hospital
concerned. Therefore there needs to be an arrangement for the delivery of
patient's complaint rights through information technology
Key words: utilization; information Technology; complaint rights;
patient; hospital.

PENDAHULUAN pengaturan yang bersifat pasif bagi pasien,artinya


Peran penting rumah sakit sebagai institusi pasal 31 ayat 1 UU tahun 2009 tersebut tidak
penyelenggara pelayanan kesehatan tentunya mengatur secara spesifik bentuk kewajiban apa
adalah menjaga dan meningkatkan standar saja yang harus dilakukan oleh pasien terhadap
kualitasnya guna memenuhi kewajibannya dalam rumah sakit. Baru di dalam penjelasan Pasal 31
memberikan pelayanan kepada pasien. UU No.44 Ayat (1) UU No. 44 Tahun 2009 di berikan
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit mengatur ada penjabaran tentang kewajiban pasien ini meliputi
20 kewajiban yang harus dipenuhi oleh Rumah mematuhi ketentuan yang berlaku dalam rumah
Sakit dalam kaitannya dengan peningkatan sakit, memberikan imbalan jasa atas pelayanan
standar kualitas pelayanan tersebut.1 Disamping yang diterima di rumah sakit, memberikan
itu juga ada 8 hak yang dimiliki oleh rumah sakit.2 informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
Apabila rumah sakit di berikan beban kewajiban kesehatannya pada tenaga kesehatan dan
maupun diberikan hak untuk menyelenggarakan mematuhi kesepakatan dengan rumah sakit.
pelayanan kesehatan dengan baik, tentunya Tujuan dari pengaturan tentang hak dan
pasienpun juga harus dibebani kewajiban maupun kewajiban antara rumah sakit dan pasien ini
diberikan hak yang seimbang dengan rumah sakit untuk menjamin agar pelayanan kesehatan dapat
karena keduanya merupakan subjek hukum yang benar-benar berjalan dengan standar pelayanan
keduanya terikat dalam suatu hubungan hukum. yang baik. Hal yang menarik dari pengaturan hak
Hubungan hukum tersebut berupa perikatan atau dan kewajiban yang dimiliki pasien adalah hak
perjanjian dalam upaya pelayanan medis ( keluh atas pelayanan rumah sakit di media massa
perjanjian terapeutik ) yang disepakati oleh rumah (media elektronik dan media cetak). Hak ini
sakit sebagai pemberi pelayanan medis dan pasien diatur dalam Pasal 32 huruf r. UU No. 44 Tahun
sebagai penerima pelayanan medis. 2009 mengakui “setiap pasien memiliki hak untuk
Pasal 31 ayat (1) UU No. 44 Tahun 2009 mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak
mengatur bahwa ”Setiap pasien mempunyai sesuai dengan standar pelayanan melalui media
kewajiban terhadap Rumah Sakit atas pelayanan cetak dan media elektronik sesuai dengan
yang diterimanya.” Pengaturan ini apabila di peraturan perundang-undangan”. Namun
perhatikan secara teliti ternyata memberikan demikian UU No. 36 Tahun 2009 tentang

1
Periksa Pasal 29 UU No. 44 Tahun 2009 2
Periksa Pasal 30 UU No. 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit tentang Rumah Sakit

485
Simposium Hukum Indonesia Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019

Kesehatan tidak mengenal hak pasien untuk merugikan nama baik rumah sakit. Rumah sakit
melakukan hak keluh. Pasal 29 UU No 36 Tahun sebagai sebuah institusi pada hakekatnya tentu
2009 tentang Kesehatan lebih mengutamakan akan mengutamakan nama baik (good will) sebagai
mekanisme mediasi sebagai lembaga alternatif jaminan atas pelayanan kesehatan yang baik dan
penyelesaian sengketa yang utama apabila terjadi bermutu. Nama baik ini tentu akan dijaga dan di
sengketa antara tenaga kesehatan dengan pasien. upayakan sedemikian rupa sehingga tetap dikenal
Pengaturan hak keluh ini dapat juga dijumpai dan diakui oleh masyarakat atas kualitas
dalam pasal 4 angka 4 UU No 8 tahun 1999 pelayanan kesehatannya. Permasalahan timbul
tentang Perlindungan Konsumen yang mengatur manakala usaha untuk menjaga nama baik Rumah
bahwa “Konsumen berhak untuk didengar Sakit ini berhadapan dengan hak pasien untuk
pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau menyampaikan keluhannya di media
jasa yang digunakan” cetak/elektronik. Pada saat pasien menggunakan
Pengaturan hak keluh dalam pelayanan hak keluhnya di media massa./elektronik tentang
kesehatan ini sebenarnya merupakan hal yang pelayanan rumah sakit yang menurutnya tidak
sangat baru mengingat mekanisme keluhan memuaskan, maka secara langsung akan
pasien biasanya disampaikan kepada pihak rumah berdampak kerugian imateriil bagi rumah sakit
sakit secara langsung dan tidak disampaikan terkait dengan nama baik dan kepercayaan
kepada pihak luar. Di dalam hukum perlindungan masyarakat.
konsumen sebenarnya pasien yang adalah Berdasarkan uraian di atas perlu dibahas lebih
konsumen memiliki hak untuk mendapatkan lanjut mengenai bagaimana pelaksanaan dari hak
pelayanan sesuai dengan informasi yang keluh seorang pasien terhadap pelayanan rumah
ditawarkan, apabila pasien melihat terdapat hal- sakit melalui tehnologi informasi?.
hal yang tidak sesuai dengan informasi maka ia
dapat mengajukan permintaan ganti rugi kepada METODE PENELITIAN
pihak pelaku usaha, yang dalam hal ini adalah Metode penelitian yang digunakan dalam
rumah sakit. Keberadaan hak keluh ini sendiri jika tulisan ini adalah penelitian hukum normatif,
dilihat dari sisi perlindungan konsumen memang karena meletakkan hukum sebagai sebuah
sangat baik karena memberikan jaminan atas bangunan sistem norma. Sistem norma yang
kebebasan berbicara bagi konsumen hanya saja dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma,
bagi pihak rumah sakit, keberadaan hak keluh ini kaidah dari peraturan perundang-undangan serta
bisa berdampak negatif. Hal tersebut dapat doktrin, dengan mempergunakan metode
dipahami karena apabila seorang pasien setelah pendekatan yuridis, dengan meneliti kaidah atau
mendapatkan pelayanan kesehatan oleh tenaga aturan hukum sebagai suatu bangunan sistem
kesehatan di sebuah rumah sakit berpendapat yang terkait dengan suatu peristiwa hukum.3 Jenis
bahwa pelayaan kesehatannya tidak baik atau datanya menggunakan data sekunder berupa
kurang memuaskan kemudian menuliskan bahan hukum baik primer, sekunder, dan tersier
keadaan itu di media massa tanpa terlebih dahulu yang diperoleh dari buku-buku, literatur,
menyampaikan keluh kesahnya kepada pihak makalah, peraturan perundang-undangan dan
rumah sakit tentunya hal ini akan sangat sumber data lain. Pengumpulan data sekunder

3
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme
Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Cetakan I,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 36

486
Anggraeni Endah Kusumaningrum, Implementasi Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Pemenuhan Hak Keluh Pasien
Atas Pelayanan Rumah Sakit

dilakukan menggunakan metode pendekatan (komputer) dengan jalur komunikasi


literatur. Pengumpulan bahan-bahan hukum berkecepatan tinggi yang membawa data, suara
dilakukan dengan cara penelusuran, dan video5.
pengumpulan, dan studi dokumen secara Sulistiyo Basuki mengartikan6 bahwa
konvensional seperti membaca, melihat teknologi informasi adalah teknologi yang
mendengarkan, maupun dengan teknologi digunakan untuk menyimpan, menghasilkan,
informasi (media internet). Data sekunder yang mengolah, serta menyebarluaskan informasi.
telah dikumpulkan dan diolah akan dianalisis Informasi ini mencakup 4 kategori yaitu (a)
menggunakan analisis kualitatif. numerik, lazimnya berupa angka; (b) audio,
lazimnya berupa suara; (c) teks, lazimnya berupa
PEMBAHASAN tulisan; dan (d) citra, lazimnya berupa gambar dan
santir (image). Lebih lanjut menurutnya teknologi
Pengertian Tehnologi Informasi Dan tidak saja terbatas pada perangkat keras (alat) dan
Pemanfaatannya perangkat lunak (program) tetapi juga
mengikutsertakan manusia serta tujuan yang
Dewasa ini, diperlukan berbagai macam kajian ditentukan, nilai yang digunakan untuk
ilmu serta prakteknya demi mewujudkan memutuskan apakah manusia mengendalikan
efektifitas dan efisiensi dalam seluruh kegiatan teknologi dan diperkaya oleh teknologi atau tidak
yang dilakukan oleh manusia. Termasuk dengan Berdasarkanpengertian-pengertian tersebut
adanya teknologi informasi, sebuah istilah yang dapatlah di katakan bahwa teknologi informasi
memang sudah akrab dengan telinga kita, untuk perpustakaan adalah alat (tool) yang berasal
teknologi informasi dapat diartikan sebagai dari alat teknologi modern yang mampu
teknologi elektronika yang mampu mendukung meningkatkan dan mempercepat kualitas
percepatan dan meningkatkan kualitas informasi, informasi dan dapat dikendalikan oleh manusia
serta percepatan arus informasi sehingga tidak Kemudian terkait dengan pemanfaatan
lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Martin teknologi informasi adalah perilaku untuk
Walker berpendapat bahwa teknologi informasi menggunakan teknologi informasi guna
tidak hanya terbatas pada teknologi komputer menyelesaikan tugas serta meningkatkan kinerja.
(perangkat keras atau lunak) yang digunakan Pemanfaatan teknologi informasi menurut
untuk memproses dan menyimpan informasi, Thomson et.al. dalam Wijana merupakan
melainkan juga mencakup teknologi komunikasi manfaat yang diharapkan oleh pengguna sistem
untuk mengirimkan informasi4. Williams dan informasi dalam melaksanakan tugasnya atau
Swayer mengartikan tehnologi informasi sebagai perilaku dalam menggunakan teknologi pada saat
teknologi yang menggabungkan komputasi melakukan pekerjaan.7

4 6
Al-Debie and Walker, Martin. Fundamental Basuki, Sulistyo. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan.
Information Analysis: An Extension and UK Evidence. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Hal.87
7
British Accounting Review, Vol 31, No 3, September Thomson et.al dalam Wijana., Nyoman. Pemanfaatan
1999 Teknologi Informasi Dan Pengaruhnya Pada Bank
5
Williams dan Sawyer. 2003. Using Information Perkreditan Rakyat Dikabupaten Tabanan. Jurnal ilmiah
Technology: A Practical Introduction to Computers and Akutansi dan Bisnis.Vol.4,No.1. Januari 2009
Communications. London: Career Education. Universitas Udayana: Bali

487
Simposium Hukum Indonesia Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019

Pengukurannya berdasarkan intensitas perjanjian dalam pelayanan kesehatan tersebut


pemanfaatan, frekuensi pemanfaatan dan jumlah harus dilakukan secara sah yang didasarkan pada
aplikasi atau perangkat lunak yang digunakan. Pasal 1320 KUHPerdata, dimana unsur-unsur
Dampak strategis pemanfaatan teknologi syarat sahnya perjanjian dalam transaksi
informasi bagi organisasi dapat dilihat dari dapat terapeutik tersebut meliputi:
tidaknya teknologi informasi menunjang dan a) Sepakat mereka yang mengikatkan
membantu organisasi dalam melaksanakan dan dirinya;
mencapai strategi organisasi secara keseluruhan. maksudnya dalam melakukan transaksi kedua
Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukan pihak dalam hal ini rumah sakit dan pasien harus
oleh Romney dalam Rahmawati8 bahwa mempunyai kemampuan yang bebas untuk
pemanfaaatan teknologi informasi di dalam mengikatkan dirinya. Artinya apa yang
organisasi bukan merupakan strategi dasar dari dikehendaki oleh salah satu pihak harus juga
organisasi tersebut, implementasi teknologi dikehendaki oleh pihak yang lain tanpa adanya
informasi digunakan untuk membantu dalam paksaan, kekhilafan serta penipuan.
pencapaian strategi organisasi. b) Kecakapan membuat suatu
Berdasarkan pendapat diatas maka apabila perjanjian;
tehnologi informasi ini dimanfaatkan tentunya Para pihak dalam transaksi terapeutik
akses terhadap proses suatu pekerjaan atau disyaratkan harus cakap menurut hukum untuk
pelayanan yang dilakukan suatu bertindak sendiri. Adapun mereka yang
organisasi/institusi dapat dilakukan dengan cepat dinyatakan tidak cakap menurut hukum sehingga
sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan tidak dapat bertindak sendiri adalah :
secara lebih cepat dan akurat dan pada akhirnya a. Anak yang belum dewasa;
tujuan organisasi dapat tercapai, demikian pula b. Orang yang ditaruh dibawah
tentunya terkait dengan pelayanan rumah sakit. pengampuan.
c) Suatu hal tertentu;
Hubungan Hukum Rumah Sakit dan Pasien Suatu perjanjian haruslah mempunyai obyek
tertentu, sekurang-kurangnya dapat ditentukan
Upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit bahwa obyek tertentu itu dapat berupa benda
bertolak dari hubungan dasar dalam bentuk (bernilai ekonomis dan dapat dialihkan yang
transaksi terapeutik9. Transaksi terapeutik sebagai sekarang ada maupun yang nanti akan ada). Suatu
suatu transaksi mengikat antara pihak pemberi hal tertentu merupakan pokok perjanjian atau
pelayanan dengan pasien sebagai penerima prestasi (kewajiban-kewajiban atau perbuatan-
pelayanan dalam perikatan transaksi terapeutik perbuatan tertentu dari para pihak) yang wajib
tersebut. Hubungan hukum yang terjadi karena dipenuhi. Prestasi itu harus hal tertentu atau

8
Rahmawati, Diana. Analisis Faktor-faktor yang mencantumkan tentang transaksi Kedokteran sebagai
Berpengaruh Terhadap Pemanfaatan Teknologi berikut : transaksi terapeutik adalah hubungan hukum
Informasi. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. Vol. 5 antara dokter dan prnderita yang dilakukan dalam situasi
No.1.2008 saliing percaya ( konfidensial ) serta senantiasa diliputi
9 oleh segala emosi, harapa dan kekhawatiran mahluk
Mukadimah Kode Etik Kedokteran Indonesia (
KODEKI ) yang terdapat dalam Keputusan menteri insani. Oleh karena itu bersifat menjelaskan, memerinci,
Kesehatan RI Nomor 434/Men.Kes/X/1983 tentang ataupun menegaskan berlakunya suatu kode etik untuk
berlakunya Kode Etik Kedokteran di Indonesia yang melindungi dokter dan pasien

488
Anggraeni Endah Kusumaningrum, Implementasi Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Pemenuhan Hak Keluh Pasien
Atas Pelayanan Rumah Sakit

sekurang-kurangnya dapat ditentukan. Kejelasan menjalani pelayanan kesehatan di rumah sakit,


mengenai pokok atau obyek perjanjian adalah maka rumah sakit bersedia untuk memberikan
untuk memungkinkan pelaksanaan hak dan pelayanan kesehatan yang diperlukan pasien,
kewajiban para pihak. Jika pokok atau obyek maka hak dan kewajiban pasien dan rumah sakit
perjanjian atau prestasi itu kabur, tidak jelas, sulit timbul sejak pasien masuk ke rumah sakit dan
atau bahkan tidak mungkin dilaksanakan, maka sepakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
perjanjian itu batal. Pasien dengan segala kewajibannya yang telah
d) Suatu sebab yang halal; ditentukan oleh rumah sakit berhak atas
yaitu bahwa isi dari perjanjian ini tidak pelayanan kesehatan sesuai dengan indikasi
bertentangan dengan undang-undang, ketertiban penyakit pasien tersebut. Dalam perjanjian ini
umum dan kesusilaan. kewajiban rumah sakit adalah melakukan
Pelaksanaan dan pengaplikasian perjanjian itu penyediaan fasilitas perawatan yakni sarana alat
sendiri harus dilaksanakan dengan itikad baik kesehatan, dokter, tenaga kesehatan dengan
sesuai dengan ketentuan Pasal 1338 dan Pasal tujuan memberikan pelayanan kesehatan yang
1339 KUHPerdata dan perikatan tersebut optimal kepada pasien.
berdasarkan perikatan usaha yang berdasarkan Perjanjian yang dilakukan antara pasien dan
prinsip kehati-hatian. pemberi pelayanan kesehatan berdasarkan Pasal
Perikatan antara pemberi pelayanan kesehatan 1320 KUHPerdata dijadikan tolok ukur
dengan pasien dapat dibedakan dalam dua bentuk berdasarkan syarat sah terjadinya perjanjian
perjanjian yaitu: antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan
a. Perjanjian perawatan, dimana terdapat berdasarkan perjanjian terapeutik yang
kesepakatan antara rumah sakit dan melahirkan hak dan kewajiban bagi para pihak
pasien bahwa pihak rumah sakit dalam melaksanakan upaya penyembuhan. Hak-
menyediakan kamar perawatan serta hak rumah sakit adalah segala sesuatu yang
tenaga perawatan melakukan tindakan menjadi kepentingan rumah sakit yang dilindungi
penyembuhan. oleh hukum sedangkan kewajiban-kewajiban
b. Perjanjian pelayanan medis, di mana rumah sakit adalah segala sesuatu yang menjadi
terdapat kesepakatan antara rumah sakit beban atau tanggung jawab rumah sakit untuk
dan pasien bahwa tenaga medis pada melaksanakannya demi untuk memenuhi apa
rumah sakit akan berupaya secara yang menjadi hak orang lain. Tidak ada hak tanpa
maksimal untuk menyembuhkan pasien kewajiban dan sebaliknya tidak ada kewajiban
melalui tindakan medis. tanpa hak.
Secara teoritis proses terjadinya pelayananan Hak Mengandung empat unsur yaitu :
kesehatan diawali dengan keputusan pasien dan 1. Subjek Hukum, Subjek Hukum adalah
keluarganya untuk mendatangi dokter dan rumah segala sesuatu yang dapat memperoleh hak dan
sakit, kedatangan pasien dapat ditafsirkan untuk dibebani kewajiban. Kewenangan untuk
mengajukan penawaran (offer, aanbod) kepada menyandang hak dan kewajiban ini disebut
dokter untuk meminta pertolongan dalam kewenangan hukum
mengatasi masalah kesehatan yang dideritanya.
Apabila pasien dan keluarganya menyetujui untuk

489
Simposium Hukum Indonesia Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019

2. Objek Hukum, Objek Hukum adalah maupun tenaga kesehatan agar mendapatkan
segala sesuatu yang menjadi fokus atau tujuan pengaturan yang jelas dan tegas tentang
diadakannya hubungan hukum pelayanan kesehatan yang dilakukan di sebuah
3. Hubungan Hukum,Hubungan hukum institusi bernama rumah sakit adalah UU No. 44
terjadi karena adanya peristiwa hukum Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Lahirnya
4. Perlindungan Hukum undang-undang ini juga tidak dapat dilepaskan
Segala sesuatu yang mengatur dan dari pengaturan dua Undang-undang di bidang
menentukan hak dan kewajiban masing-masing kesehatan yang terlebih dahulu ada, yaitu
pihak yang melakukan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
hubungan hukum,sehingga kepentingannya Kesehatan dan UU No 29 Tahun 2004 tentang
terlindungi. Setiap upaya pelayanan medis Praktek Kedokteran. Secara khusus, UU No. 36
yaitu pengobatan, penyembuhan penyakit dan Tahun 2009 memberikan sebuah paradigma sehat
pemulihan kesehatan yang diberikan oleh rumah yang baru yaitu paradigma kesehatan yang
sakit terhadap pasien adalah wujud pelaksaan dari mengutamakan upaya promotif dan preventif
kewajiban rumah sakit memenuhi hak-hak tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif
pasien. Sebaliknya kewajiban pasien untuk (Penjelasan Umum UU No. 36 Tahun 2009
memberikan informasi medis yang dibutuhkan , tentang Kesehatan). Paradigma ini sangat
mengikuti nasihat dan pertunjuk dokter yang berbeda jika di bandingkan dengan UU No. 23
merawatnya, mengikuti peraturan-peraturan yang Tahun 1992 tentang Kesehatan yang
ditetapkan oleh rumah sakit dan juga termasuk menekankan paradigma kuratif saja
memberi imbalan jasa terhadap pelayanan yang (pengobatan), masyarakat memandang masalah
diberikan oleh rumah sakit dan dokter adalah kesehatan sebagai hal yang bersifat pemborosan
rangkaian untuk memenuhi hak-hak rumah sakit. dan bukan sebagai hal yang pokok.
Pelaksanaan Hak dan kewajiban antara rumah Paradigma sehat sebagaimana ditekankan
sakit dan pasien atau sebaliknya merupakan dalam UU No. 36 Tahun 20009 ini memang
sebuah tanggung jawab yang lahir dari hubungan sesuai dengan UUD 1945 yang mengatur hak atas
hukum diantara keduanya. Hubungan hukum kesehatan sebagai hak konstitusional. Pasal 28H
tersebut berupa perikatan atau perjanjian dalam ayat (1) UUD 1945 menyebutkan “Setiap orang
upaya pelayanan medis ( perjanjian terapeutik ) berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
yang disepakati oleh rumah sakit sebagai pemberi tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
pelayanan medis dan pasien sebagai penerima dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
pelayanan medis. Untuk memenuhi persyaratan kesehatan.” Paling tidak terdapat 3 (tiga) macam
hubungan hukum, maka masing-masing pihak hak atas kesehatan sebagaimana diatur dalam
bertindak sebagai subjek hukum yaitu pihak yang Pasal 28H ayat (1) UUD 1945, diantaranya:
mampu memenuhi kewajibannya yang menjadi 1. Hak diri sendiri atas kesehatan;
hak pihak lain dan sebaliknya. yang menerima 2. Hak atas tempat tinggal dan lingkungan
hak-haknya yang menjadi kewajiban pihak lain hidup yang baik dan sehat;
untuk memenuhinya. 3. Hak memperoleh pelayanan kesehatan.
1. Hak Pasien Menyampaikan Keluhan atas Cakupan hak asasi manusia di bidang
Pelayanan Rumah Sakit kesehatan pada dasarnya dapat ditinjau melalui
Satu produk hukum di bidang kesehatan yang Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia,
memang telah lama dinanti-nantikan, baik pasien International Covenant, maupun ketentuan hukum

490
Anggraeni Endah Kusumaningrum, Implementasi Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Pemenuhan Hak Keluh Pasien
Atas Pelayanan Rumah Sakit

nasional. Roberia dan Siti Maimunah menegaskan N Macam Hak di Ketentua


hak-hak bidang kesehatan berdasarkan deklarasi o. Bidang Kesehatan n Hukum
universal hak asasi manusia antara lain:10 - Hak untuk
1. Hak Hidup/kehidupan mewujudk
2. Hak Kebebasan an derajat
3. Hak Keamanan kesehatan
4. Hak pengakuan sebagai Manusia yang
5. Hak berkeluarga/kawin setinggi-
6. Hak Kebebasan mencari informasi tingginya
7. Hak kebebasan meneruma informasi 2. Hak yang sama Pasal 5
8. Hak mendapatkan akses pelayanan umum dalam akses ayat (1)
yang sama sumber daya di
9. Hak Jaminan Sosial baik dari Nasional bidang kesehatan
maupun Internasional 3. Hak Pasal 5
10. Hak memperoleh Tunjangan pelayanan memperoleh ayat (2)
kesehatan yang layak bagi pekerja dan pelayanan
keluarganya kesehatan yang
11. Hak perlindungan sosial bagi ibu dan anak- aman, bermutu
anak dan terjangkau
12. Hak memperoleh manfaat dari kemajuan 4. Hak untuk Pasal 5
Ilmu Pengetahuan menentukan ayat (3)
sendiri dan
Ketentuan hukum nasional pun memberikan bertanggung jawab
pengaturan yang spesifik tentang hak-hak di pelayanan
bidang kesehatan, yaitu UU No. 32 Tahun 2009. kesehatan yang
Berikut adalah penjabarannya : diperlukan bagi
N Macam Hak di Ketentua dirinya
o. Bidang Kesehatan n Hukum 5. Hak atas Pasal 6
1. Hak atas Pasal 4 lingkungan yang
kesehatan: Penjelasa sehat untuk
- Hak n Pasal 4 mencapai derajat
memperol kesehatan
eh fasilitas 6. Hak Pasal 7
atas mendapatkan
pelayanan informasi dan
kesehatan edukasi tentang
kesehatan yang

10
Roberia dan Siti Maimunah, “Cakupan Hak Asasi
Manusia bidang Kesehatan”, Jurnal Hukum Kesehatan,
Vol. 2 No.4 Tahun 2009, hlm. 69

491
Simposium Hukum Indonesia Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019

N Macam Hak di Ketentua menarik dalam UU No. 44 Tahun 2009 melalui


o. Bidang Kesehatan n Hukum Pasal 32 huruf r yang memberikan ‘hak spesial’
seimbang dan bagi pasien untuk mengeluhkan pelayanan
bertanggug jawab kesehatan melalui media massa, baik cetak
7. Hak atas Pasal 8 maupun elektronik. Namun demikin bila
informasi terkait dicermati penjelasan Pasal 32 huruf r UU No. 44
data kesehatan Tahun 2009, tidak diperoleh penjelasan secara
dirinya dan cukup dari maksud dan tujuan hak keluh ini.
tindakan serta Pemahaman terdekat dari hak keluh pasien atas
pengobatan yang pelayanan rumah sakit dapat dilihat dalam Pasal 4
sudah atau akan huruf d. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999
diterimanya tentang Perlindungan Konsumen yang
menegaskan hak konsumen untuk didengar
Ketujuh hak di bidang kesehatan dalam pendapat dan keluhanyya atas barang dan/atau
Undang-Undang Kesehatan tersebut menjadi jasa yang digunakan.
dasar bagi pelaksanaan pemenuhan hak pasien Berangkat dari dua pengaturan ini maka
atau tenaga kesehatan yang akan menjalankan diperoleh beberapa prinsip hak keluh. Hak keluh
tugasnya. Mengingat Undang-Undang Praktek ini memang dilakukan setelah pasien/konsumen
Kedokteran telah terlebih dahulu di berlakukan menerima atau menikmati suatu barang dan/atau
(UU No. 29 Tahun 2004) maka seyogyanya jasa, yang dalam hal ini tentunya adalah pelayanan
prinsip pemenuhan hak dibidang kesehatan kesehatan dari rumah sakit. Hak keluh tidak dapat
disesuaikan dengan hak kesehatan di dalam diberikan pada konsumen apabila pelaku usaha
Undang-undang Kesehatan 2009. belum selesai memberikan pelayanan kesehatan
Sehubungan dengan UU No. 44 Tahun 2009 kepadanya.
tentang Rumah Sakit setidaknya terdapat 2 (dua) Keberadaan hak keluh ini dipandang penting
macam hak atas kesehatan yang sesuai dengan bagi perlindungan hukum atas hak konsumen
Pasal 28H ayat (1) UUD 1945, yaitu hak diri mengingat terdapat kewajiban pelaku usaha
sendiri atas kesehatan dan hak memperoleh untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan
pelayanan kesehatan. Pengaturan ini mempunyai bertanggung jawab. Berdasarkan pengaturan
implikasi bahwa setiap warga negara harus kedua ketentuan hukum ini maka dapat
menyadari dan mengusahakan hak ini bukan dikemukakan tujuan hak keluh untuk
hanya secara pasif tetapi aktif dalam memberikan kedudukan yang kuat bagi
mendapatkan pelayanan kesehatan. konsumen dalam memperoleh barang dan/atau
Pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah jasa sesuai persetujuan awal. Definisi hak keluh
hak pasien demi terpenuhinya pemulihan pun sebenarnya dapat dikemukakan sebagai
kesehatan bagi tubuhnya. Sebaliknya, merupakan kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang untuk
kewajiban penyelenggara kesehatan untuk menyatakan ketidakpuasannya baik berupa
memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien pendapat, kesan, saran, atau pun kritik terhadap
sesuai persetujuannya. barang dan/atau jasa yang diberikan oleh pelaku
Suatu persetujuan tindakan medik dalam suatu usaha. Jika definisi ini diterapkan dalam bidang
pelayanan kesehatan, seringkali menimbulkan hal kesehatan maka pasien mempunyai hak keluh atas
yang tidak cukup memuaskan pasien. Hal yang

492
Anggraeni Endah Kusumaningrum, Implementasi Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Pemenuhan Hak Keluh Pasien
Atas Pelayanan Rumah Sakit

pelayanan kesehatan yang tidak memuaskan hukum. Hukum dalam kaitannya dengan hak
dirinya. memiliki hubungan yang erat tetapi berada dalam
Keberadaan hak keluh yang dimiliki pasien ini kapasitas yang berbeda. Hak sebagai hal esensi
jika dilihat latar belakang pengaturannya (isi) sedangkan hukum seperti wadah yang
mempunyai satu maksud agar pasien juga terlibat menjaganya. Peter Mahmud menegaskan
secara aktif dan bertanggung jawab atas hubungan ini dengan mengatakan ”hukum
kesehatannya. Di samping itu bagi rumah sakit diciptakan karena adanya hak”13 dan bukan
merupakan kewajiban untuk menghormati hak- sebaliknya. Jika ditinjau dari sisi penggunaan
hak pasien. istilah ’hak’ dan ’hukum’ sendiri digunakan istilah
’recht’ dalam bahasa Belanda yang dibedakan
4. Ruang Lingkup dan Tujuan dari Hak menjadi subjectief recht untuk hak dan objectief recht
Keluh untuk hukum14. Oleh karena itu hak terlebih
Pemikiran mengenai hak yang dimiliki dahulu ada daripada hukum dan keberadaan
manusia di dalam sejarah pemikiran hukum tidak hukum untuk menjaga pelaksanaan hak, termasuk
dapat dipisahkan dari perkembangan manusia itu didalamnya hak keluh.
sendiri dalam menilai arti penting dari hak. Paton Hak keluh pasien merupakan hak yang harus
menyebutkan bahwa terdapat hak yang timbul diakui oleh Rumah Sakit untuk selanjutnya
dari hukum dan ada juga hak yang timbul dari dikelola dengan profesional karena merupakan
norma yang lain.11 Ruang lingkup hak dapat bagian penting dari tata kelola klinis yang
dibedakan menjadi hak yang dilindungi memenuhi standar. Pasien dapat mengajukan
berdasarkan hukum (legal rights) dan ada juga hak atau menyampaikan keluhannya terkait
yang tidak berdasarkan hukum tetapi berdasarkan kekurangan pelayanan yang didasarkan atas
norma yang lain. Keberadaan dari hak disini standar pelayanan yang ada secara langsung pada
sangat bergantung pada hukum yang rumah sakit sebagai pemberi layanan kesehatan.
mengaturnya sebagai hak yang dilindungi ataukah Pengaturan berbeda terdapat dalam pasal 32
tidak. Peran legislator menjadi sangat krusial huruf r UU No. 44 Tahun 2009, hak keluh tidak
ketika menentukan hak mana yang akan diatur disampaikan kepada pemberi pelayanan tetapi
atau dilindungi oleh Undang-undang. Sudikno secara tidak langsung kepada masyarakat luas
Mertokusumo juga memberikan definisi tentang melalui media cetak dan media elekronik. Hak
hak sebagai “kepentingan hukum yang dilindungi pasien untuk menyampaikan keluhan atas
oleh hukum sedangkan kepentingan adalah pelayanan kesehatan rumah sakit melalui media
tuntutan yang diharapkan untuk dipenuhi”12. cetak dan elektronik ini sangat baru dan tidak
Hukum di tempatkan sebagai alat yang konsisten jika dikaitkan dengan semangat
berfungsi untuk menjamin eksistensi dan Undang-undang Rumah Sakit.
pelaksananaan hak yang dimiliki manusia karena Pasal 3 huruf d UU No 44 Tahun 2009
memang pada dasarnya demikianlah tujuan menegaskan salah satu tujuan pengaturan

11 13
G.W. Paton, A Textbook of Jurisprudence (Oxford: Ibid
14
Clarendon Press, Fourth Editions, 1972). Ibid, hlm. 165
12
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu
Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, Yogyakarta, 1986),
hlm. 40

493
Simposium Hukum Indonesia Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019

penyelenggaraan rumah sakit untuk adalah memperoleh pelayanan kesehatan demi


“memberikan kepastian hukum kepada terpenuhinya pemulihan kesehatan bagi
masyarakat, pasien, sumber daya manusia rumah tubuhnya. Sebaliknya, merupakan kewajiban bagi
sakit dan Rumah Sakit”. Perlindungan hukum penyelenggara kesehatan untuk memberikan
atas hak rumah sakit juga ditegaskan dalam pelayanan kesehatan bagi pasien sesuai
melaksanakan pelayanan kesehatan yang persetujuan. UU No. 44 Tahun 2009 melalui
didalamnya termasuk pula nama baik rumah sakit. Pasal 32 huruf r memberikan ‘hak spesial’ bagi
Penyampaian hak keluh melalui media massa jelas pasien untuk mengeluhkan pelayanan kesehatan
sangat merugikan nama baik Rumah sakit yang melalui media massa, baik cetak maupun
telah dibangun sejak lama. Memang secara elektronik. Oleh karena itu hak keluh ini harus
khusus Rumah sakit diberikan hak untuk diakui oleh Rumah Sakit dan selanjutnya dikelola
mengugat pihak yang menyebabkan kerugian baik dengan profesional karena merupakan bagian
secara materiil maupun imateriil (Pasal 30 huruf e penting dari tata kelola klinis yang memenuhi
UU No. 44 Tahun 2009) tetapi dampak kerugian standar. Namun demikian perlu pemahaman
atas keluhan yang merusak nama rumah sakit jelas akan mekanisme pengajuan pegaduan ataupun
tidak dapat dinilai dengan uang. Inkonsistensi keluhan melalui tehnologi informasi sehingga
pengaturan juga dapat dilihat dalam pasal 29 UU penyelesaian yang adil demi tercipta kepastian
No. 36 Tahun 2009 yang mengharuskan hukum atas hak-hak yang dimiliki oleh pasien dan
penyelesaian sengketa melalui mediasi bukan rumah sakit
dengan penyampaian keluhan media massa (pasal Rekomendasi
60 huruf f UU No. 44 Tahun 2009 juncto. Pasal Adapun saran dalam makalah ini adalah bagi
29 UU No. 36 Tahun 2009). rumah sakit sebaiknya lebih meningkatkan
Hak keluh yang dimiliki pasien ini pada pelayanan terhadap masyarakat untuk
prakteknya sangat berpotensi untuk meminimalisir adanya keluhan. Untuk pasien
disalahgunakan. Seorang pasien yang merasa yang ingin mengajukan keluhan sebaiknya
tidak puas atas pelayanan kesehatan rumah sakit memperhatikan mekanisme pengajuan
dapat secara langsung memberitakan hal ini di pengaduan yang ada sehingga tidak merugikan
media massa tanpa harus meminta keterangan pihak rumah sakit.
dari Rumah sakit. Bagi pihak Rumah Sakit
pengaturan ini mempunyai dampak negatif DAFTAR BACAAN
terhadap nama baik yang dimilikinya karena
hanya dalam waktu sekejap nama baik (good will) Buku
pelayanan rumah sakit langsung hancur.
Sebenarnya UU No. 44 Tahun 2009 memberikan Ahmadi Miru,2004, Prinsi-Prinsip Perlindungan
perlindungan hukum juga bagi Rumah sakit Hukum Bagi Konsumen di Indonesia , Disertasi,
dalam hal terdapat keluhan pasien melalui Pasal Program Pascasarjana Universitas Airlangga,
44 tentang hak jawab rumah sakit. Surabaya, tidak diterbitkan
Azwar, Azrul, 1996, Pengantar Administrasi
PENUTUP Kesehatan , Edisi ketiga, Jakarta: Penerbit
Kesimpulan Binarupa Aksara.
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat ______, A, 1994, Standar Pelayanan Medis, Materi
disimpulkan bahwa Hak pasien pada dasarnya Pelatihan penerapan Standar Pelayanan

494
Anggraeni Endah Kusumaningrum, Implementasi Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Pemenuhan Hak Keluh Pasien
Atas Pelayanan Rumah Sakit

Rumah Sakit, Medik dan pengawasan , Etik,


Ujung Pandang.
Basuki, Sulistyo. 1991. Pengantar Ilmu
Perpustakaan. PT Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
Fredy Tengker, 2007, Hak Pasien, Bandung:
Mandar Maju
G.W. Paton, 1972, A Textbook of Jurisprudence
(Oxford: Clarendon Press, Fourth Editions,
).
M. Sofyan Lubis, 2009, Mengenal Hak Konsumen
dan Pasien, Jakarta : Pustaka Yustika
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010,
Dualisme Penelitian Hukum Normatif &
Empiris, Cetakan I, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Sudikno Mertokusumo, 2009, Mengenal Hukum:
Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta.

Jurnal

Al-Debie and Walker, Martin. Fundamental


Information Analysis: An Extension and UK
Evidence. British Accounting Review, Vol 31, No
3, September 1999
Nyoman Wijana, Pemanfaatan Teknologi Informasi
Dan Pengaruhnya Pada Bank Perkreditan Rakyat
Dikabupaten Tabanan. Jurnal ilmiah Akutansi
dan Bisnis.Vol.4,No.1. Januari 2009
Universitas Udayana: Bali
Rahmawati, Diana. Analisis Faktor-faktor yang
Berpengaruh Terhadap Pemanfaatan Teknologi
Informasi. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan.
Vol. 5 No.1.2008
Roberia dan Siti Maimunah, “Cakupan Hak Asasi
Manusia bidang Kesehatan”, Jurnal Hukum
Kesehatan, Vo. 2 No.4 Tahun 2009.

495

Anda mungkin juga menyukai