Anda di halaman 1dari 4

Atribut yang dipakai wayang juga melambangkan dan sifat dari sebuah wayang, sebagai contoh

busana yang melekat pada tokoh Drupadi memiliki keunikan dan keistimewaan berkaitan dengan
sifat dan cobaan yang pernah dialami dalam perjalanan hidupnya. Mengandung banyak
pembelajaran bagi seorang wanita, bahwa dalam kehidupan sehari-hari, bermasyarakat dan
berkeluarga diatur oleh tatanan masyarakat.

Seperti, seorang wanita seharusnya setia mengikuti kemanapun suami pergi dalam senang maupun
susah, menyamakan kedudukan antara suami dan istri. Memiliki makna bahwa seorang wanita
dalam kesehariannya diikat oleh norma-norma etika, seperti harus bersikap anggun lemah lembut
dan tidak boleh mengerjakan pekerjaan yang dilakukan lelaki.

Tetapi meskipun seorang wanita dicontohkan untuk selalu mengikuti suami, namun tidak hanya
pasrah menerima saja apabila tertindas oleh ketidakadilan. Karena dalam setiap wanita memiliki
kekuatan untuk membela dirinya dan keluarganya. Falsafah tersebut terdapat pada simbol dan
makna yang ada pada busana Drupadi. Seperti, Gelung Keling; Sumping Waderan; Jamang Sada
Saeler; Rambut Gendhong; Sinjang Telesan atau Kemben; Dodot dengan motif pakaian batik dari
Alas-alasan; Samparan bermotif Limar; Cincin Susupe Tajuk; serta Drupadi yang tidak menggunakan
banyak aksesoris seperti gelang, kalung, kelat bahu, segalanya sederhana seperti Prabu Yudhistira.

Sedangkan Daya dari busana Drupadi yaitu memiliki pembelajaran yang dapat dicontoh seperti,
busana Drupadi menggambarkan kesederhanaan yang indah, bahwa dalam kesederhaan Drupadi
tetap terlihat cantik dan anggun. Kesederhanaan Drupadi yang mengikuti suaminya juga merupakan
gambaran dari seorang istri yang setia pada suaminya, karena di jaman sekarang sangat jarang
seorang wanita mengikuti kesederhanaan suaminya.

Zaman sekarang seorang istri cenderung memakai baju sesuai dengan apa yang mereka inginkan.
Busana Drupadi dalam lakon Pandhawa Dadu, yang tidak habis-habis saat ditarik oleh Dursasana,
padahal sesungguhnya kain kemben yang dipakai umumnya tidak lebih dari 5 meter, dapat menjadi
pembelajaran bahwa suatu tindakan seseorang yang jahat atau kejam tidak akan menang dari suatu
kebaikan. Serta dalam kesusahan dan keterdesakan pasti akan ada bantuan yang menyertai
seseorang yang berdoa dan berusaha dengan bersungguh-sungguh

A. Wayang Bokongan

1. Wayang Bokongan yang bokongannya bertepi kain halusan tanpa sembulihan dan bersarung keris
manggaran, misalnya Bambang Sakutrem, Palasara, dan Arjuna,

2, Wayang Bokongan yang bokongannya bertepi kain tanpa sembulihan, bersarung keris manggaran
dengan untaian bunga,

misalnya: Prabu Pandu Dewanata, Pamade, Nakula, dan Sadewa.

3. Wayang Bokongan yang bokongannya bertepi kain halusan tanpa sembulihan, bersarung keris
manggaran dengan untaian bunga, dan memakai Uncal Kencana (busana seorang raja), misal-

nya:
a. Tokoh wayang benmata gabahan: Prabu Kresna Dwipayana,

Destarastra, Suryaputra, Prabu Palgunadi, Prabu Jungkung-

mardea, dan Prabu Kresna.

b.Tokoh wayang bermata kedelen (kedelai): Prabu Basuketi,

Prabu Malswapati, Prabu Sentanu, Prabu Kuntiboja, Prabu

Basudewa, Prabu Salya, dan Narasoma.

©. Tokoh wayang bermata bulat: Kurupati, Prabu Suyudana.

4, Wayang Bokongan Miring atau Bokongan Lonjong yang me-

makai sarung keris manggaran (Busana yang sederhana ini

khusus untuk tokoh wayang Prabu Yudistira / Puntadewa),

5, Wayang Bokongan Miring yang memakai sarung keris mang-

garan dengan untaian bunga dan memakai Uncal Kencana

(busana scorang raja): Yamawidura dan Prabu Drupada,

6. Wayang Bokongan yang bokongannya bertepi kain sembulihan

dengan sarung keris manggaran beruntali bunga (busana satria):

Dewabrata, Narayana, Drestajumna, Samba, HaryaPrabu, Pari-

kesit,

7, Wayang Bokongan yang bokongannyabertepi kainsembulihan,

bersarung keris manggaran, danmemakai Uncal Kencana (Busa-

‘naraja seperti dalam nomor3.. Pada umuminya kain tersebut di-

tatahsecararumitdan cermat sesuai dengan selera pembuatnya).

8. Wayang Bokongan yang bokongannya bertepi kainsembulihan,

bersarung keris manggaran dengan untaianbunga, dan memakai

Uncal Kencana (Busana raja seperti dalam nomor 3. Biasanya


Wayang Jangkahan yang memakai Uncal Kencana adalah seorang satria atau putra raja, misalnya:

a. Tokoh wayang yang bermata gabahan (jahitan ) : Bremana,

Bremani, Sadana, Srigati, Sakri, Pancawala, Irawan,

Angkawijaya, Ramayana, Ramaprawa.

b.Tokoh wayang yang bermata kedelai (kedelen ) : Seta, Utara,

Wratsangka, Sucitra, Aswatama, Setyaki, Kakrasana, Patih

Harya Dwara.

c.Tokoh wayang yang bermata kedondong (kedondongan ):

Citraksa, Citraksi.

d. Tokoh wayang yang bermata bulat : Antasena,Durmagati,

Pragota, Lesmana Mandrakumara.

2. Wayang Jangkahan yang memakai Uncal Wastra dan Uncal

Kencana adalah seorang raja atau putra raja, misalnya:

a.Tokoh wayang yang bermata gabahan ( jahitan) : Prabu

Watugunung, Prabu Ramawijaya, Prabu Sri Mahapunggung,

Prabu Wibisana, Prabu Sengkanturunan, Prabu Arjunapati.

b.Tokoh wayang yang bermata kedelai (kedelen ): Prabu Ba-

ladewa, Rupakenca, Kencakarupa.

c.Tokoh wayang yang bermata kedondong (kedondongan ):

Kartamarma.

d, Tokoh wayang yang bermata bulat : Prabu Mandala, Prabu

Gardapati, Prabu Hendrasubrata, Prabu Rahwana, Gan-

damana, Kangsadewa, Gatotkaca, Burisrawa, Jayadrata, Dur-


sasana, Kartawiyoga, Indrajit.

3. Wayang Jangkahan yang memakai Uncal Wastra dan Uncal

Kencana dalam bentuk besar adalah raja atau satria raksasa,

misalnya: Prabu Kalakama, Prabu Nirwatakawaca, Kumbakama,

Prabakesa, Patih Prahasta, Patih Amongdenta.

4, Wayang Jangkahan yang memakai Uncal Wastra dan Uncal

Kencana, berwiron tunggal, adalah tokoh raksasa, misalnya:

Batara Kala.

5. Wayang Jangkahan yang memakai Uncal Kencana berwiron

Anda mungkin juga menyukai