Anda di halaman 1dari 12

IAKMI Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 3, No.

2, Agustus 2022
Journal Homepage : http://jurnal.iakmi.id/index.php/IJKMI
ISSN 2721-9437 (Media Online)

Evaluasi Surveilans Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Dinas


Kesehatan Kota Tasikmalaya Tahun 2020

Irinedian Sribudaya1,*, Arief Hargono2, Gian Sugianto3


1,2ProgramStudi Magister Epidemiologi, Departemen Epidemiologi, Biostatistika
Kependudukan dan Promosi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Airlangga, Indonesia
3Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Indonesia

*Email: irinedian.sribudaya-2019@fkm.unair.ac.id

ABSTRAK
Kota Tasikmalaya merupakan salah satu wilayah endemis DBD di Provinsi Jawa Barat.
Kasus DBD di Kota Tasikmalaya mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2020
dibanding tahun 2019. Incidence Rate DBD pada tahun 2020 sebesar 229 per 100.000
penduduk dengan Case Fatality Rate sebesar 1,42%. Hal ini mengindikasikan pelaksanaan
kewaspadaan dini DBD perlu dikaji ulang. Salah satu bentuk kewaspadaan dini yaitu
melaksanakan surveilans. Oleh karena itu, pelaksanaan surveilans DBD di Dinas
Kesehatan Kota Tasikmalaya perlu dievaluasi berdasarkan pendekatan sistem. Penelitian
ini bertujuan mengevaluasi sistem surveilans DBD yang sedang berjalan untuk mengetahui
masalah sistem surveilans yang terjadi sehingga dapat ditetapkan prioritas masalah yang
harus ditangani. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan model evaluasi.
Petugas surveilans dipilih secara pusposif sebagai informan. Pengumpulan data primer
dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi. Data sekunder diperoleh melalui
studi dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis isi. Hasil
identifikasi surveilans DBD tahun 2020 menunjukkan belum memiliki tenaga ahli
epidemiologi (S2), proses kegiatan surveilans DBD yang masih menghadapi berbagai
masalah, nilai Incidence Rate dan Case Fatality Rate belum mencapai target. Masalah
yang dihadapi ini semakin sulit ditangani dengan terjadinya pandemi Covid-19. Adanya
pandemi mengakibatkan fokus petugas kesehatan baik di Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya maupun di puskesmas memprioritaskan penanggulangan Covid-19. Prioritas
masalah yang dipilih berdasarkan metode CARL yaitu keterlambatan pelaporan suspek,
kasus dan ABJ oleh puskesmas. Pelaksanaan surveilans DBD di Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya belum sesuai dengan pedoman Pencegahan dan Pengendalian DBD
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017. Saran yang diusulkan yaitu pelaksanaan laporan
mingguan melalui Google Form dan rapat rutin yang dilaksanakan setiap dua minggu
sekali atau sebulan sekali. Kegiatan ini dapat mengurangi keterlambatan pelaporan
karena data terus diperbaharui sehingga kasus DBD lebih cepat terlaporkan.

Kata Kunci: Demam Berdarah Dengue, kewaspadaan dini, surveilans

ABSTRACT
Tasikmalaya City is one of dengue endemic areas in West Java Province. The dengue cases
in Tasikmalaya City experienced a significant increase in 2020 compared to 2019. The
Incidence Rate in 2020 was 229 per 100,000 population and Case Fatality Rate is 1.42%. It
DOI: https://doi.org/10.46366/ijkmi.3.2.73-84
IAKMI Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 3, No. 2, Agustus 2022
Journal Homepage : http://jurnal.iakmi.id/index.php/IJKMI
ISSN 2721-9437 (Media Online)

indicates that the implementation dengue surveillance at Tasikmalaya City Health Office
needs to be evaluated based on system approach. The purpose of the research is to evaluate
the ongoing Dengue Surveillance system to find out the problems that occur at Tasikmalaya
City Health Office so that priority problems can be set. This research is a qualitative study
with an evaluation model. Surveillance officers were selected pusposively as informants.
Primary data collection was carried out by in-depth interviews and observations. Secondary
data was obtained through a study of documentation. Content analysis method is used as
data analysis technique. The results of identification dengue surveillance in 2020 show that
there are no expert epidemiologist (Master Degree), the process of dengue surveillance
activities is still facing various problems, the Incidence Rate and Case Fatality Rate values
have not reached the target. The problems faced are increasingly difficult to handle with the
Covid-19 pandemic. The pandemic has changed the focus of health workers both at
Tasikmalaya City Health Office and at Puskesmas prioritizing overcoming Covid-19. The
priority problems selected based on CARL method is delayed in reporting suspects, cases
and larvae-free rates by Puskesmas. The implementation of dengue surveillance at
Tasikmalaya City Health Office has not met the requirements of Indonesian Health
Ministry Dengue Prevention and Control guidelines. The suggestions proposed are the
implementation of weekly reports through Google Forms and regular meetings which are
held weekly or monthly. This activity can reduce delays in reporting because the data is
continuously updated so that dengue cases are reported more quickly.

Keywords: dengue, early warning, surveillance

1. PENDAHULUAN Kesehatan Kota Tasikmalaya pada periode


Demam Berdarah Dengue (DBD) Januari–Desember 2020 yaitu sebesar 1.409
masih menjadi masalah kesehatan kasus. Total kasus ini meningkat lebih dari
masyarakat dunia terutama di wilayah dua kali lipat dari total kasus DBD pada
tropis dan subtropis, tidak terkecuali tahun 2019 yaitu sebesar 666 kasus. Total
Indonesia sebagai salah satu negara kasus DBD tahun 2020 ini merupakan yang
endemis DBD. Di Indonesia kasus DBD tertinggi dibandingkan tahun-tahun
berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung sebelumnya. Selanjutnya angka kematian
semakin meningkat angka kesakitannya DBD tahun 2020 di Kota Tasikmalaya
dan sebaran wilayah yang terjangkit mencapai 20 kematian. Angka kematian ini
semakin luas (Kementerian Kesehatan RI, meningkat empat kali lipat dari angka
2017). Kota Tasikmalaya merupakan salah kematian tahun 2019 yaitu sebanyak 5
satu wilayah endemis DBD di Provinsi Jawa kematian. Nilai Incidence Rate DBD pada
Barat. Data kasus DBD yang diperoleh dari tahun 2020 sebesar 229 per 100.000
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya penduduk. Angka ini menunjukkan
menunjukkan bahwa tiga tahun terakhir peningkatan dibandingkan tahun
(2017−2019) di semua wilayah kecamatan sebelumnya yaitu tahun 2019 sebesar
Kota Tasikmalaya selalu terdapat kasus 106,75 per 100.000 penduduk. Case Fatality
DBD setiap tahunnya. Rate (CFR) DBD di Kota Tasikmalaya
Kasus DBD di Kota Tasikmalaya menunjukkan bahwa tahun 2020 meningkat
berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas dari CFR tahun 2019. Case Fatality Rate

74
Irinedian Sribudaya, Arief Hargono, Gian Sugianto: Evaluasi Surveilans Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya Tahun 2020

IAKMI Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia 3 (2) pp 73-84 © 2022

tahun 2019 dan 2020 berturut-turut yaitu kurang, petugas memiliki tugas rangkap,
sebesar 0,75% dan 1,42%. pendanaan yang tidak cukup, sumber data
yang tidak melapor kepada Dinas
Kejadian DBD di Kota Tasikmalaya
Kesehatan kota/kabupaten, keterlambatan
mengalami peningkatan yang signifikan
pelaporan, kegiatan pengolahan dan
pada tahun 2019 dan tahun 2020. Jumlah
analisis data yang belum optimal. Kasus
kasus DBD pada tahun 2019 bulan
dan kematian DBD Kota Tasikmalaya yang
Januari−Juli meningkat dua kali lebih
terus meningkat di tiga tahun terakhir
besar daripada nilai rata-rata kasus per
mengindikasikan bahwa penyelenggaraan
bulan pada tahun 2018. Puncak kenaikan
surveilans DBD perlu dievaluasi. Maka dari
kasus DBD tahun 2019 terjadi pada bulan
itu penelitian ini dilaksanakan untuk
Juni dengan total kasus positif 119 orang.
mengetahui pelaksanaan surveilans DBD
Selanjutnya, jumlah kasus DBD tahun 2020
yang sedang berjalan, masalah yang
pada bulan Maret−Agustus meningkat dua
dihadapi dalam pelaksanaan surveilans
kali lebih besar dari nilai rata-rata kasus
DBD di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya
per bulan pada tahun 2019. Puncak
dan menentukan prioritas masalah yang
peningkatan kasus DBD terjadi pada bulan
perlu ditangani.
Juli dengan total kasus positif sebanyak 266
orang.
2. METODE PENELITIAN
Salah satu strategi pengendalian DBD Penelitian ini merupakan penelitian
menurut Kementerian Kesehatan RI (2017) kualitatif dengan model evaluasi.
yaitu dengan penguatan sistem surveilans Surveilans DBD di Dinas Kesehatan Kota
untuk deteksi dini, pencegahan dan Tasikmalaya dievaluasi dengan
pengendalian kasus serta Kejadian Luar menggunakan pendekatan sistem yang
Biasa (KLB) DBD. Surveilans merupakan terdiri dari komponen input, proses dan
instrumen penting untuk mencegah KLB output. Setelah masalah surveilans
DBD dan mengembangkan respons segera ditemukan, akan ditentukan prioritas
masalah menggunakan teknik CARL.
ketika penyakit mulai menyebar. Kegiatan Teknik ini dilakukan dengan menentukan
surveilans dilakukan secara terus-menerus skor atas kriteria yang terdiri dari
dan sistematis. Pengamatan yang dilakukan kemampuan (capability), kemudahan
terus-menerus dan sistematis (accessibility), kesiapan (readiness), dan
memungkinkan untuk mengetahui pengungkit (leverage). Semakin besar skor
perubahan-perubahan kecenderungan semakin besar masalahnya, sehingga
penyakit dan faktor-faktor yang semakin tinggi letaknya pada urutan
mempengaruhi dapat diamati atau prioritas.
diantisipasi, sehingga dapat dilakukan Pengumpulan data primer dilakukan
langkah-langkah investigasi dan dengan wawancara mendalam dan
pengendalian penyakit dengan tepat. observasi. Wawancara mendalam dilakukan
untuk mengetahui gambaran pelaksanaan
Namun dalam pelaksanaannya surveilans DBD yang sedang berjalan dan
kegiatan surveilans ini sering dihadapkan masalah sistem surveilans DBD yang
dengan beberapa masalah atau kendala dihadapi di Dinas Kesehatan Kota
sehingga penyelengaraannya tidak optimal. Tasikmalaya. Sedangkan observasi
Masalah-masalah yang biasa dihadapi dilakukan untuk mengetahui ketersediaan
dalam pelaksanaan surveilans yaitu sarana dan prasarana pelaksanaan
berkaitan dengan tenaga surveilans yang surveilans DBD, serta pelaksanaan
75
IAKMI Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 3, No. 2, Agustus 2022
Journal Homepage : http://jurnal.iakmi.id/index.php/IJKMI
ISSN 2721-9437 (Media Online)

surveilans DBD di lapangan. Data sekunder menyelenggarakan surveilans epidemiologi


diperoleh melalui studi dokumentasi. Data Kesehatan terdiri dari satu tenaga
sekunder ini didapatkan melalui laporan epidemiolog ahli (S2), dua tenaga
bulanan program DBD Tahun 2019 dan epidemiolog ahli (S1) atau terampil dan
Tahun 2020 Dinas Kesehatan Kota satu tenaga dokter umum. Hasil
Tasikmalaya, hasil analisis terkait identifikasi menunjukkan bahwa untuk
penyebab kenaikan kasus DBD dan pelaksanaan surveilans DBD di Dinas
kematian akibat DBD di wilayah kerja Kesehatan Kota Tasikmalaya belum
masing-masing puskesmas tahun 2019, memiliki tenaga epidemiolog ahli (S2) dan
data jumlah kasus DBD dan jumlah dokter umum. Ketiga petugas surveilans
kematian DBD Tahun 2017-2020. DBD yang ada juga memiliki tugas rangkap
Informan dalam penelitian ini terdiri dengan program kesehatan lainnya.
dari dua orang yaitu satu orang petugas b. Sumber Dana (Money)
surveilans di bagian Surveilans dan Unsur money atau sumber dana
Imunisasi (Survim) dan satu orang petugas untuk pelaksanaan kegiatan surveilans
surveilans Demam Berdarah Dengue di DBD di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya
bagian P2PM Dinas Kesehatan Kota berasal dari APBN, APBD Provinsi Jawa
Tasikmalaya. Teknik analisis data yang Barat dan APBD Kota Tasikmalaya. Tahun
digunakan adalah metode analisis isi 2020 Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya
(content analysis) yaitu metode meng- sedang berfokus pada peningkatan
analisis hasil wawancara mendalam secara kewaspadaan dini penambahan kasus DBD.
sistematis, objektif dan kualitatif dalam Kegiatan ini akan diwujudkan dalam
bentuk narasi. bentuk perbaikan pencatatan dan
pelaporan, pengadaan RDT DBD dan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN rencana pengaktifan kembali Pokjanal
INPUT DBD.
a. Sumber Daya Manusia (Man) Sumber dana dalam penyelenggaraan
Petugas pelaksana surveilans DBD di sistem surveilans DBD di Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Kota Tasikmalaya telah sesuai dengan
berjumlah tiga orang yang terbagi dalam ketentuan dalam Kepmenkes RI Nomor
dua seksi. Pertama, dua orang di seksi 1116/MENKES/SK/VIII/2003. Hal ini
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit disebutkan bahwa sumber dana
Menular (P2PM) yang bertugas dalam penyelenggaraan sistem surveilans
pencatatan dan pelaporan kasus, epidemiologi kesehatan terdiri sumber dana
pengolahan data, analisis data dan APBN, APBD Kabupaten/Kota, APBD
diseminasi informasi. Kedua, satu orang Propinsi, Bantuan Luar Negeri, Bantuan
petugas di seksi Surveilans dan Imunisasi Nasional dan Daerah, dan swadaya
yang bertugas dalam pencatatan dan masyarakat.
pelaporan suspek DBD menggunakan c. Bahan Baku (Materials)
Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon Unsur materials yaitu dari bahan
(SKDR). Latar belakang Pendidikan ketiga baku penunjang pelaksanaan surveilans
petugas pelaksana surveilans DBD di Dinas DBD di Dinas Kesehatan Kota
Kesehatan Kota Tasikmalaya yaitu S1 Tasikmalaya. Bahan baku yang tersedia
Kesehatan Masyarakat. dalam penyelenggaraan surveilans DBD
Kepmenkes RI Nomor terdiri dari buku pedoman Pencegahan dan
1116/MENKES/SK/VIII/2003 menyatakan Pengendalian DBD di Indonesia Tahun
sumber daya manusia yang dibutuhkan di 2017, hasil kajian penyakit DBD di Kota
tingkat Kota/Kabupaten untuk Tasikmalaya, hasil kajian penyakit DBD di

76
Irinedian Sribudaya, Arief Hargono, Gian Sugianto: Evaluasi Surveilans Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya Tahun 2020

IAKMI Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia 3 (2) pp 73-84 © 2022

setiap puskesmas di Kota Tasikmalaya, mendapatkan data yang dibutuhkan di


Laporan DBD, formulir pelaporan kasus wilayah administratif. Metode pelaksanaan
dan kematian DBD, formulir Penyelidikan surveilans DBD di Dinas Kesehatan Kota
Epidemiologi DBD, dan data DBD yang Tasikmalaya yang digunakan adalah
dilaporkan oleh puskesmas, klinik dan pendekatan surveilans pasif yaitu dengan
rumah sakit. menerima laporan dari sumber data yang
Data yang dikumpulkan dalam terdiri dari puskesmas, klinik swasta,
penyelenggaraan surveilans DBD di Dinas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan
Kesehatan Kota Tasikmalaya adalah nama, rumah sakit swasta.
usia, jenis kelamin, alamat, RT, RW,
puskesmas, kecamatan, kelurahan, tanggal PROSES
mulai sakit, tanggal keluar rumah sakit, a. Pengumpulan Data
tanggal diagnosis, hasil laboratorium, Kegiatan pengumpulan data
diagnosa, keadaan penderita (Dirawat/ dilakukan oleh unit sumber data yang ada
meninggal), pelaksanaan Penyelidikan di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya.
Epidemiologi (PE), fogging, dan larvasida. Unit sumber data tersebut terdiri dari
Kemudian rekapitulasi jumlah kasus dan puskesmas, klinik swasta, Rumah Sakit
kematian DBD, jumlah penduduk, dan Umum Daerah (RSUD) dan rumah sakit
Angka Bebas Jentik (ABJ) setiap swasta. Data yang dikumpulkan oleh
puskesmas. puskesmas terdiri dari data kasus DBD,
Unsur materials penyelenggaraan kematian DBD, jumlah penduduk dan
surveilans DBD di Dinas Kesehatan Kota Angka Bebas Jentik (ABJ). Puskesmas
Tasikmalaya telah sesuai dengan ketentuan mendapatkan data kasus dan kematian
dalam Kepmenkes RI Nomor DBD dari kegiatan pelayanan dan
1116/MENKES/SK/VIII/2003 yaitu terdiri Penyelidikan Epidemiologi (PE) DBD.
dari referensi surveilans epidemiologi, Sedangkan data ABJ didapatkan dari
kajian kesehatan, pedoman pelaksanaan kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB)
surveilans DBD, dan formulir perekaman dan data jumlah penduduk didapatkan dari
data surveilans sesuai dengan pedoman. masing-masing kelurahan.
d. Mesin/Alat (Machines) Pelaporan dilakukan pada saat
Unsur machines yaitu dari mesin/alat terdapat kasus positif DBD melalui
penunjang pelaksanaan surveilans DBD di Whatsapp atau telepon. Jika tidak ada
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. kasus, puskesmas tidak melapor kepada
Mesin/alat yang tersedia dalam Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya.
pelaksanaan surveilans DBD terdiri dari Kemudian setiap bulan Dinas Kesehatan
kendaraan roda dua, laptop, koneksi Kota Tasikmalaya mendapatkan laporan
internet, handphone, dan software rekapitulasi kasus dan kematian DBD dari
Microsoft Excel. Mesin/alat yang tersedia puskesmas. Laporan bulanan tersebut
dalam pelaksanaan surveilans DBD di dikumpulkan tanggal 5 setiap bulannya.
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya telah Khusus data ABJ dan jumlah penduduk
sesuai dengan ketentuan dalam Kepmenkes dilaporkan setiap tiga bulan sekali.
RI Nomor 1116/MENKES/SK/VIII/2003 Laporan bulanan program DBD puskesmas
yaitu terdiri dari jaringan elektromedia, dalam bentuk file Microsoft Excel
sarana komunikasi, komputer dan dikirimkan melalui email atau Whatsapp.
perlengkapannya serta sarana transportasi. Sedangkan print out formulir laporan
e. Metode (Method) bulanan diserahkan secara langsung
Unsur method yaitu metode kepada pemegang program DBD Dinas
pelaksanaan surveilans dalam Kesehatan Kota Tasikmalaya.
77
IAKMI Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 3, No. 2, Agustus 2022
Journal Homepage : http://jurnal.iakmi.id/index.php/IJKMI
ISSN 2721-9437 (Media Online)

Sumber data RSUD, rumah sakit memeriksa jentik di rumah penderita dan
swasta dan klinik swasta melaporkan kasus sekitarnya. Data yang dikumpulkan terdiri
dan kematian DBD menggunakan formulir dari identitas, gejala, kontak kasus yang
Kewaspadaan Dini Rumah Sakit (KDRS) memilki gejala sama dan hasil pemantauan
kemudian dikirim melalui aplikasi jentik. Setelah PE DBD selesai
Whatsapp. Pelaporan ini dilakukan setiap dilaksanakan, puskesmas melaporkan
ada kasus positif di fasilitas kesehatan yang hasilnya kepada Dinas Kesehatan Kota
bersangkutan. Jika tidak ada kasus DBD, (DKK) Tasikmalaya.
ketiga sumber data tersebut tidak melapor Selain dari PE DBD puskesmas dapat
ke Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. menjaring kasus hasil pelayanan kesehatan
Data yang dikumpulkan yaitu terdiri dari yang dilaksanakan di puskesmas dengan
data kasus DBD, kematian DBD, hasil melakukan rapid test untuk suspek DBD.
laboratorium dan diagnosa. Dinas Kemudian hasil kegiatan tersebut akan
Kesehatan Kota Tasikmalaya menerima dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kota
laporan bulanan penyakit DBD dari RSUD, (DKK) Tasikmalaya. Setelah DKK
rumah sakit swasta dan klinik swasta menerima laporan dari semua sumber data,
berupa rekapitulasi kasus dan kematian DKK Tasikmalaya melaporkan kepada
DBD. Laporan tersebut dikirim melalui Dinas Kesehatan Provinsi (DKP) Jawa
email dengan format file Microsoft Excel. Barat. Selanjutnya oleh DKP Jawa Barat
Alur pengumpulan data surveilans DBD di akan dilaporkan kepada Kementerian
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Kesehatan RI.
disajikan dalam Gambar 1. Kegiatan pengumpulan data
surveilans DBD di Dinas Kesehatan
(Dinkes) Kota Tasikmalaya menemui
beberapa masalah. Beberapa masalah yang
terjadi ini sudah berlangsung sejak tahun
2019. Tahun 2020 masalah-masalah yang
dihadapi ini semakin sulit ditangani
dengan terjadinya pandemi Covid-19.
Adanya pandemi Covid-19 mengakibatkan
fokus petugas kesehatan baik di Dinkes
Kota Tasikmalaya maupun di puskesmas
menjadi berubah dengan mengutamakan
Gambar 1. Alur Pengumpulan data penanggulangan pandemi Covid-19.
Surveilans DBD di Dinas Kesehatan Kota Masalah yang ditemukan dalam
Tasikmalaya kegiatan pengumpulan data yaitu beberapa
puskesmas tidak melaporkan kasus DBD
Laporan kasus DBD kepada Dinas secara rutin sehingga masih terjadi
Kesehatan Kota Tasikmalaya sering keterlambatan dalam pelaporan.
didapatkan dari klinik swasta, RSUD, dan Puskesmas baru melapor ke Dinkes Kota
rumah sakit swasta. Setelah laporan Tasikmalaya jika terdapat kendala dalam
diterima, Dinas Kesehatan Kota penanganan kasus DBD. Hal ini
Tasikmalaya akan menindaklanjuti dengan mengakibatkan terdapat perbedaan data
menghubungi puskesmas terkait untuk kasus DBD yang dilaporkan antara Dinkes
melaksanakan Penyelidikan Epidemiologi Kota Tasikmalaya dengan puskesmas.
(PE). Penyelidikan Epidemiologi berfungsi Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya lebih
untuk melacak kasus tambahan dan sering menerima laporan kasus DBD dari
penilaian risiko penularan DBD dengan rumah sakit dan klinik. Laporan tersebut

78
Irinedian Sribudaya, Arief Hargono, Gian Sugianto: Evaluasi Surveilans Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya Tahun 2020

IAKMI Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia 3 (2) pp 73-84 © 2022

kemudian baru diteruskan ke puskesmas tidak ada kasus. Pelaporan mingguan


untuk tindak lanjut, yaitu pelaksanaan belum berjalan dengan baik disebabkan
Penyelidikan Epidemiologi (PE). oleh petugas puskesmas mendapat tugas
Adapun puskesmas yang tidak untuk mengelola program selain DBD dan
melapor kepada Dinkes Kota Tasikmalaya pelaksanaan penanggulangan pandemi
sehingga data yang didapatkan belum Covid-19. Pelaporan mingguan perlu
terbaharui. Selain itu, data ABJ dari dilakukan secara rutin karena berguna
puskesmas sulit didapatkan. Petugas untuk mengetahui situasi terkini penyakit
Dinkes Kota Tasikmalaya telah DBD di Kota Tasikmalaya. Jika tidak
menjadwalkan pelaporan ABJ yaitu setiap dilakukan dengan rutin maka
tiga bulan sekali, akan tetapi masih perkembangan DBD tidak dapat dipantau
terdapat keterlambatan dalam pelaporan dengan baik.
data ABJ. Keterlambatan dalam Selain itu, koordinasi pemegang
pengumpulan data dapat mempengaruhi program DBD di seksi P2PM dengan
hasil surveilans DBD yang dilaksanakan. petugas surveilans di seksi Surveilans dan
Data yang terlambat diterima Imunisasi (Survim) dalam pelaporan
menyebabkan informasi tren kasus DBD menggunakan Sistem Kewaspadaan Dini
tidak terbaharui. Kemudian, adanya dan Respon (SKDR) belum optimal. Petugas
sumber data yang tidak melapor membuat surveilans di Survim jarang memberikan
data kurang representatif. Akibatnya update tentang suspek DBD kepada
informasi epidemiologi DBD terlambat pemegang program DBD. Hal ini
tersedia dan belum mencakup seluruh diperparah dengan terjadinya pandemi
wilayah. Covid-19 karena semua petugas kesehatan
Indikator kinerja surveilans yang seksi Survim menjadi tim khusus untuk
terdiri dari kelengkapan dan ketepatan menanggulangi Covid-19 di Kota
pengiriman laporan tidak dapat dipantau Tasikmalaya. Kurangnya koordinasi dalam
karena Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya pelaporan suspek DBD dapat menyebabkan
belum melakukan pemantauan kedua perbedaan suspek yang dilaporkan. Hal ini
indikator tersebut sehingga tidak ada data juga dapat menyebabkan keterlambatan
yang dapat dianalisis. Menurut Kemenkes tatalaksana terhadap suspek DBD.
RI (2017) indikator kelengkapan laporan Sehingga mengakibatkan kasus DBD yang
berguna untuk mengetahui persentase sebenarnya tidak terdeteksi dini dan terjadi
jumlah puskesmas yang mengirimkan lonjakan kasus yang tinggi.
laporan ke Dinas Kesehatan setiap bulan. b. Pengolahan dan Analisis Data
Sedangkan indikator ketepatan laporan Pengolahan data dilakukan oleh
untuk mengetahui persentase jumlah petugas surveilans di seksi P2PM dengan
puskesmas yang mengirimkan laporan menggunakan Microsoft Excel. Data yang
tepat waktu (sesuai kesepakatan) ke Dinkes diolah adalah data kasus, data kematian,
dalam setiap bulan. jumlah penduduk dan ABJ. Data kasus,
Masalah lain yang ditemukan adalah kematian dan jumlah penduduk diolah
puskesmas belum melakukan pelaporan untuk menghasilkan Incidence Rate (IR)
mingguan secara rutin. Puskesmas hanya dan Case Fatality Rate (CFR). Sedangkan
melaporkan rekapitulasi kasus setiap data ABJ diolah dengan menghitung nilai
bulan. Pelaporan kasus yang dilakukan rata-rata ABJ setiap puskesmas sehingga
oleh puskesmas ini belum menerapkan zero didapatkan ABJ Kota Tasikmalaya. Hasil
reporting. Prinsip ini mengharuskan pengolahan data disajikan dalam bentuk
puskesmas tetap melapor kepada Dinas tabel distribusi frekuensi kasus dan
Kesehatan Kota Tasikmalaya walaupun kematian DBD berdasarkan orang, tempat
79
IAKMI Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 3, No. 2, Agustus 2022
Journal Homepage : http://jurnal.iakmi.id/index.php/IJKMI
ISSN 2721-9437 (Media Online)

dan waktu. Adapun grafik kasus dan KLB DBD, jika data hasil surveilans tidak
kematian dibuat setiap tahun. Hasil dianalisis secara rutin baik mingguan
pengolahan data juga disajikan dalam maupun bulanan maka informasi
bentuk area map kasus DBD di Kota kecenderungan penyakit DBD tidak
Tasikmalaya. tersedia sehingga tidak dapat memenuhi
Analisis data yang dilakukan yaitu tujuan dilaksanakannya surveilans DBD.
analisis deskriptif. Analisis ini dilakukan Jika informasi tentang tren kasus DBD per
untuk mendapat gambaran tentang minggu tidak tersedia maka pelaksanaan
distribusi penyakit DBD menurut orang, kewaspadaan dini tidak akan berjalan
tempat dan waktu. Analisis variabel orang optimal. Hal ini dapat mengakibatkan KLB
terdiri dari distribusi kasus dan kematian DBD tidak terdeteksi secara dini dan
DBD berdasarkan jenis kelamin dan respon terhadap KLB menjadi terlambat.
kelompok umur. Kajian ini memberikan Respon yang terlambat dapat
gambaran distribusi frekuensi penderita mengakibatkan penanganan kasus DBD
DBD di berbagai golongan umur dan tidak optimal. Selain itu, jika kasus tidak
perbandingan kasus DBD antara terdeteksi dini dapat mengakibatkan
perempuan dan laki-laki. lonjakan kasus yang tinggi.
Analisis variabel tempat dilakukan Selain itu, analisis data hanya
dengan menganalisis distribusi kasus dan dilakukan secara deskriptif dan belum
kematian berdasarkan puskesmas, dilakukan dengan metode epidemiologi
kecamatan dan kelurahan. Kajian ini analitik. Analisis data menggunakan
dibuat untuk mengetahui sebaran kasus metode epidemiologi analitik akan
berdasarkan tingkat wilayah. Sehingga membantu untuk mengetahui faktor-faktor
dapat dibuat area map sebaran kasus DBD yang menyebabkan terjadinya peningkatan
dengan angka kejadian tertinggi dan kasus dan kematian DBD di Kota
terendah. Hasil analisis tersebut juga Tasikmalaya pada tahun 2020. Hal ini
menghasilkan informasi wilayah endemis sesuai dengan keterangan dalam
DBD di Kota Tasikmalaya. Permenkes Nomor 45 Tahun 2014 bahwa
Analisis variabel waktu untuk melihat analisis dengan metode epidemiologi
kecenderungan penyakit DBD dilakukan analitik penting dilakukan untuk
dengan menganalisis grafik kasus dan mengetahui hubungan antar variabel yang
kematian, kemudian grafik IR dan CFR dapat mempengaruhi peningkatan kejadian
setiap tahunnya. Analisis data dilakukan kesakitan atau masalah kesehatan.
setiap tahun untuk evaluasi program dan c. Diseminasi Informasi
perencanaan kegiatan di tahun selanjutnya. Kegiatan diseminasi yang dilakukan
Kegiatan analisis ini dilakukan oleh oleh Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya
pemegang program DBD. yaitu dengan menyelenggarakan rapat
Masalah yang ditemukan dalam tahap tahunan mengundang petugas surveilans
ini yaitu kegiatan analisis data hanya dan pemegang program DBD setiap
dilakukan setiap tahun. Petugas belum puskesmas di Kota Tasikmalaya. Kegiatan
melaksanakan analisis data bulanan dan tersebut terdiri dari pemaparan puskesmas
mingguan. Pemantauan kasus DBD perlu terkait capaian program DBD, kendala
dilakukan setiap minggu agar diketahui yang dialami, dan rencana tindak lanjut.
perkembangannya sehingga KLB dapat Kemudian setelah paparan, pihak Dinas
dicegah. Tujuan pelaksanaan surveilans Kesehatan Kota Tasikmalaya akan
DBD menurut Kemenkes RI (2017) yaitu membahas paparan tersebut dan
untuk memantau kecenderungan penyakit mendiskusikan bersama pemecahan
DBD dan sebagai upaya kewaspadaan dini masalah yang dihadapi. Pada kegiatan ini

80
Irinedian Sribudaya, Arief Hargono, Gian Sugianto: Evaluasi Surveilans Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya Tahun 2020

IAKMI Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia 3 (2) pp 73-84 © 2022

juga disampaikan informasi terbaru terkait dan forum pertemuan. Sehingga akan lebih
program DBD. Diseminasi dengan cara ini baik jika diseminasi informasi hasil
rutin dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan surveilans DBD dilakukan secara terjadwal
Kota Tasikmalaya. Selain itu diseminasi dengan menyusun laporan berkala dan
dilakukan pada saat konsultasi secara disampaikan dalam forum pertemuan rutin.
langsung untuk puskesmas yang Forum ini dapat dilaksanakan mingguan
mengalami kesulitan dalam pencatatan dan atau bulanan antara petugas Dinkes Kota
pelaporan atau hal lainnya terkait program Tasikmalaya dengan petugas puskesmas.
DBD. Forum pertemuan rutin mingguan/bulanan
Kegiatan diseminasi informasi hasil perlu dilaksanakan agar informasi terkait
surveilans DBD oleh Dinas Kesehatan Kota program DBD dapat terus terbaharui dan
Tasikmalaya dilakukan setiap tahun pada perkembangan kasus dapat terpantau di
kegiatan Rapat Evaluasi Program P2PM. berbagai wilayah kerja puskesmas Kota
Penanggung jawab program (PJ) DBD Tasikmalaya.
belum melaksanakan diseminasi informasi Berdasarakan uraian di atas,
setiap minggu atau setiap bulan. rangkuman masalah sistem surveilans
Permenkes Nomor 45 Tahun 2014 DBD yang ditemukan di Dinas Kesehatan
menyatakan bahwa diseminasi informasi Kota Tasikmalaya disajikan dalam Tabel 1.
dapat disampaikan dalam laporan berkala

Tabel 1. Masalah Sistem Surveilans DBD yang Ditemukan di Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya
No. Kegiatan Surveilans Masalah Keterangan
Keterlambatan telah terjadi pada tahun
a. Keterlambatan pelaporan
2019. Pada tahun 2020, hal ini
suspek DBD, kasus DBD
diperparah oleh terjadinya pandemi
dan ABJ oleh puskesmas
Covid-19.
Puskesmas hanya melaporkan kasus
b. Ada puskesmas yang tidak
jika terdapat kendala dalam
melaporkan kasus DBD
1. Pengumpulan Data penanggulangan DBD
Petugas surveilans di bagian Survim
jarang melaporkan update data suspek
c. Pelaporan SKDR belum DBD. Tahun 2020 hal ini diperparah
rutin dilaksanakan dengan adanya pandemi Covid-19 dan
bagian Survim fokus pada
penanggulangan Covid-19.
Pengolahan dan Data Kasus DBD tidak Data yang telah dikumpulkan hanya
2.
Analisis Data dianalisis setiap minggu dianalisis setiap tahun
Belum ada forum pertemuan
Kegiatan diseminasi informasi
Diseminasi mingguan/ bulanan untuk
3. dilakukan setiap satu tahun sekali
Informasi update perkembangan
pada rapat evaluasi program DBD
penyakit DBD

81
IAKMI Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 3, No. 2, Agustus 2022
Journal Homepage : http://jurnal.iakmi.id/index.php/IJKMI
ISSN 2721-9437 (Media Online)

OUTPUT a. Incidence Rate (IR) DBD tahun 2020


Output yang dihasilkan dari sistem sebesar 229 per 100.000 penduduk. Nilai
surveilans DBD yaitu berupa informasi ini belum memenuhi target yang
yang akan menjadi dasar pengambilan ditentukan Kementerian Kesehatan RI
keputusan terkait dengan program (2017) yaitu 49 per 100.000 penduduk.
pencegahan dan pengendalian DBD. b. Case Fatality Rate (CFR) DBD tahun
Informasi yang dihasilkan sistem 2020 yang dicapai yaitu sebesar 1,42%.
surveilans DBD di Dinas Kesehatan Kota Nilai ini belum memenuhi target yang
Tasikmalaya yaitu: ditentukan oleh Kementerian Kesehatan
a. jumlah kasus DBD berdasarkan RI (2017) yaitu 1%.
golongan umur; c. Angka Bebas Jentik (ABJ) yang dicapai
b. jumlah kasus DBD berdasarkan jenis pada tahun 2020 yaitu sebesar 87,02%.
kelamin; Capaian ini belum memenuhi target
c. jumlah kasus DBD berdasarkan yang ditentukan oleh Kementerian
kecamatan; Kesehatan RI (2017) yaitu 95%.
d. jumlah kasus DBD berdasarkan Output yang dihasilkan dari sistem
puskesmas; surveilans DBD ini dilaporkan dalam dua
e. jumlah kasus DBD berdasarkan bentuk laporan yaitu laporan bulanan dan
kelurahan; laporan tahunan. Selanjutnya, laporan
f. jumlah kematian akibat DBD; tersebut akan dikirimkan melalui email
g. Area Map kasus DBD tingkat kepada Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
kecamatan; Barat.
h. pemetaan wilayah endemis DBD tingkat
kelurahan; PRIORITAS MASALAH
i. grafik tahunan kasus dan kematian Tabel 1 menunjukkan terdapat lima
DBD; masalah yang ditemukan dalam sistem
j. grafik tahunan Incidence Rate (IR) DBD surveilans DBD yang berjalan di Dinas
dan Case Fatality Rate (CFR) DBD; Kesehatan Kota Tasikmalaya. Kelima
Selain itu, output yang dihasilkan masalah tersebut akan diberi nilai sesuai
dari sistem surveilans DBD ini terdapat dengan metode CARL untuk mengetahui
tiga indikator yang terdiri dari Incidence prioritas masalah yang harus diselesaikan.
Rate (IR), Case Fatality Rate (CFR), dan Berikut Tabel 2 menunjukkan hasil
Angka Bebas Jentik (ABJ). Berikut penentuan prioritas masalah sistem
penjelasan lebih lanjut. surveilans DBD di Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya.

Tabel 2. Penentuan Prioritas Masalah Sistem Surveilans DBD di Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya Menggunakan Metode CARL
No. Daftar Masalah C A R L Total Nilai Urutan
Keterlambatan pelaporan suspek DBD,
1 3 4 3 4 144 I
kasus DBD dan ABJ oleh puskesmas
Ada puskesmas yang tidak melaporkan
2 3 3 3 3 81 III
kasus DBD
3 Pelaporan SKDR belum rutin dilaksanakan 3 3 2 3 54 IV
Data Kasus DBD tidak dianalisis setiap
4 3 4 3 3 108 II
minggu
Belum ada forum pertemuan mingguan/
5 bulanan untuk update perkembangan 3 3 3 4 108 II
penyakit DBD

82
Irinedian Sribudaya, Arief Hargono, Gian Sugianto: Evaluasi Surveilans Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya Tahun 2020

IAKMI Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia 3 (2) pp 73-84 © 2022

Tabel 2 menunjukkan bahwa masalah Prioritas masalah yang dipilih berdasarkan


yang berada di urutan pertama yaitu metode CARL yaitu keterlambatan
keterlambatan pelaporan suspek DBD, pelaporan suspek DBD, kasus DBD dan
kasus DBD dan ABJ oleh puskesmas. ABJ oleh puskesmas. Alternatif pemecahan
Kemudian diurutan kedua terdapat dua masalah yang diusulkan yaitu pelaksanaan
masalah yang memiliki nilai sama besar laporan mingguan melalui Google Formulir
yaitu masalah data kasus DBD tidak dan rapat rutin yang dilaksanakan setiap
dianalisis setiap minggu dan masalah dua minggu atau sebulan sekali. Kegiatan
belum ada forum pertemuan mingguan ini dapat mengurangi keterlambatan
untuk update perkembangan penyakit pelaporan karena data terus diperbaharui
DBD. Urutan ketiga ditempati oleh sehingga kasus DBD lebih cepat
masalah ada puskesmas yang tidak terlaporkan.
melaporkan kasus DBD. Penentuan Saran yang dapat diajukan kepada
prioritas masalah menggunakan metode Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya yaitu
CARL ditentukan oleh total nilai terbesar diharapkan dapat meningkatkan
diantara semua masalah. Maka dari itu, pencapaian laporan mingguan dengan cara
prioritas masalah yang harus diselesaikan melakukan pelaporan suspek, kasus dan
dalam Surveilans DBD di Dinas Kesehatan kematian DBD melalui Google Formulir
Kota Tasikmalaya yaitu keterlambatan dan menerapkan prinsip zero reporting;
pelaporan suspek DBD, kasus DBD dan melakukan analisis data hasil surveilans
ABJ oleh puskesmas. DBD setiap minggu dengan cara menyusun
jadwal analisis data per minggu untuk
4. KESIMPULAN memantau perkembangan penyakit DBD di
Gambaran sistem surveilans DBD di Kota Tasikmalaya; menyelenggarakan
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya rapat rutin surveilans DBD dengan seluruh
diperoleh melalui identifikasi input, proses, penanggung jawab program DBD
dan output. Hasil identifikasi menunjukkan puskesmas sebagai upaya untuk
bahwa pelaksanaan surveilans DBD belum menghindari keterlambatan pelaporan
baik karena tidak seluruh tujuannya kasus DBD, suspek DBD dan ABJ;
tercapai, dari ketiga komponen sistem yang menjadikan rapat rutin surveilans DBD
dinilai masih ada yang belum terpenuhi sebagai agenda yang wajib diikuti oleh
seperti kegiatan pengumpulan data yang semua penanggung jawab program DBD
belum rutin dilaksanakan, analisis data puskesmas guna memperbaiki pencatatan
mingguan belum dilakukan, nilai Incidence dan pelaporan kasus DBD, suspek DBD dan
Rate, Case Fatality Rate, dan Angka Bebas ABJ per minggu.
Jentik belum mencapai target yang
ditentukan. DAFTAR PUSTAKA
Masalah sistem surveilans DBD di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya.
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya terdiri Laporan Tahunan Kasus Demam
dari keterlambatan pelaporan suspek DBD, Berdarah Dengue (DBD) Tahun 2017.
kasus DBD dan ABJ oleh puskesmas; ada Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya.
puskesmas yang tidak melaporkan kasus Laporan Tahunan Kasus Demam
DBD; pelaporan SKDR belum rutin Berdarah Dengue (DBD) Tahun 2018.
dilaksanakan; data kasus DBD tidak
dianalisis setiap minggu; dan belum ada Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya.
forum pertemuan mingguan/bulanan untuk Laporan Tahunan Kasus Demam
memperbaharui informasi terkait DBD. Berdarah Dengue (DBD) Tahun 2019.
83
IAKMI Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 3, No. 2, Agustus 2022
Journal Homepage : http://jurnal.iakmi.id/index.php/IJKMI
ISSN 2721-9437 (Media Online)

Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. Kementerian Kesehatan RI. (2017).


Laporan Tahunan Kasus Demam Pedoman Pencegahan dan
Berdarah Dengue (DBD) Tahun 2020. Pengendalian Demam Berdarah
Dengue di Indonesia. Jakarta:
Hamidi, M. Nizar Syarif. Yahya, Emdas.
Direktorat Jendral Pencegahan dan
(2018). Surveilans dan Managemen
Pengendalian Penyakit Kementerian
Berdasarkan Bukti Pada Program DBD
Kesehatan Republik Indonesia.
di Puskesmas Siak Hulu 1 Kabupaten
Kampar. Jurnal Ners: 2(2): 51−8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1116/MENKES/SK/VIII/2003 Tentang
Ikhtiyaruddin. Alamsyah, Agus.
Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Muhamadiah. Priwahyuni, Yuyun.
Surveilans Epidemiologi Kesehatan.
Purba, Cristine Vita Gloria. (2020).
Surveilans Epidemiologi Penyakit Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia Nomor 45 Tahun 2014
Puskesmas Sungai Raya Kabupaten Tentang Penyelenggaraan Surveilans
Indragiri Hilir. Jurnal Ilmu Kesehatan Kesehatan.
Masyarakat: 9(2): 79−86.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Kementerian Kesehatan RI. (2020). Profil Indonesia Nomor 1501 Tahun 2010
Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Tentang Jenis Penyakit Menular
Jakarta: Kementerian Kesehatan Tertentu Yang Dapat Menimbulkan
Republik Indonesia. Wabah Dan Upaya Penanggulangan.

84

Anda mungkin juga menyukai