2, Agustus 2022
Journal Homepage : http://jurnal.iakmi.id/index.php/IJKMI
ISSN 2721-9437 (Media Online)
*Email: irinedian.sribudaya-2019@fkm.unair.ac.id
ABSTRAK
Kota Tasikmalaya merupakan salah satu wilayah endemis DBD di Provinsi Jawa Barat.
Kasus DBD di Kota Tasikmalaya mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2020
dibanding tahun 2019. Incidence Rate DBD pada tahun 2020 sebesar 229 per 100.000
penduduk dengan Case Fatality Rate sebesar 1,42%. Hal ini mengindikasikan pelaksanaan
kewaspadaan dini DBD perlu dikaji ulang. Salah satu bentuk kewaspadaan dini yaitu
melaksanakan surveilans. Oleh karena itu, pelaksanaan surveilans DBD di Dinas
Kesehatan Kota Tasikmalaya perlu dievaluasi berdasarkan pendekatan sistem. Penelitian
ini bertujuan mengevaluasi sistem surveilans DBD yang sedang berjalan untuk mengetahui
masalah sistem surveilans yang terjadi sehingga dapat ditetapkan prioritas masalah yang
harus ditangani. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan model evaluasi.
Petugas surveilans dipilih secara pusposif sebagai informan. Pengumpulan data primer
dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi. Data sekunder diperoleh melalui
studi dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis isi. Hasil
identifikasi surveilans DBD tahun 2020 menunjukkan belum memiliki tenaga ahli
epidemiologi (S2), proses kegiatan surveilans DBD yang masih menghadapi berbagai
masalah, nilai Incidence Rate dan Case Fatality Rate belum mencapai target. Masalah
yang dihadapi ini semakin sulit ditangani dengan terjadinya pandemi Covid-19. Adanya
pandemi mengakibatkan fokus petugas kesehatan baik di Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya maupun di puskesmas memprioritaskan penanggulangan Covid-19. Prioritas
masalah yang dipilih berdasarkan metode CARL yaitu keterlambatan pelaporan suspek,
kasus dan ABJ oleh puskesmas. Pelaksanaan surveilans DBD di Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya belum sesuai dengan pedoman Pencegahan dan Pengendalian DBD
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017. Saran yang diusulkan yaitu pelaksanaan laporan
mingguan melalui Google Form dan rapat rutin yang dilaksanakan setiap dua minggu
sekali atau sebulan sekali. Kegiatan ini dapat mengurangi keterlambatan pelaporan
karena data terus diperbaharui sehingga kasus DBD lebih cepat terlaporkan.
ABSTRACT
Tasikmalaya City is one of dengue endemic areas in West Java Province. The dengue cases
in Tasikmalaya City experienced a significant increase in 2020 compared to 2019. The
Incidence Rate in 2020 was 229 per 100,000 population and Case Fatality Rate is 1.42%. It
DOI: https://doi.org/10.46366/ijkmi.3.2.73-84
IAKMI Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 3, No. 2, Agustus 2022
Journal Homepage : http://jurnal.iakmi.id/index.php/IJKMI
ISSN 2721-9437 (Media Online)
indicates that the implementation dengue surveillance at Tasikmalaya City Health Office
needs to be evaluated based on system approach. The purpose of the research is to evaluate
the ongoing Dengue Surveillance system to find out the problems that occur at Tasikmalaya
City Health Office so that priority problems can be set. This research is a qualitative study
with an evaluation model. Surveillance officers were selected pusposively as informants.
Primary data collection was carried out by in-depth interviews and observations. Secondary
data was obtained through a study of documentation. Content analysis method is used as
data analysis technique. The results of identification dengue surveillance in 2020 show that
there are no expert epidemiologist (Master Degree), the process of dengue surveillance
activities is still facing various problems, the Incidence Rate and Case Fatality Rate values
have not reached the target. The problems faced are increasingly difficult to handle with the
Covid-19 pandemic. The pandemic has changed the focus of health workers both at
Tasikmalaya City Health Office and at Puskesmas prioritizing overcoming Covid-19. The
priority problems selected based on CARL method is delayed in reporting suspects, cases
and larvae-free rates by Puskesmas. The implementation of dengue surveillance at
Tasikmalaya City Health Office has not met the requirements of Indonesian Health
Ministry Dengue Prevention and Control guidelines. The suggestions proposed are the
implementation of weekly reports through Google Forms and regular meetings which are
held weekly or monthly. This activity can reduce delays in reporting because the data is
continuously updated so that dengue cases are reported more quickly.
74
Irinedian Sribudaya, Arief Hargono, Gian Sugianto: Evaluasi Surveilans Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya Tahun 2020
tahun 2019 dan 2020 berturut-turut yaitu kurang, petugas memiliki tugas rangkap,
sebesar 0,75% dan 1,42%. pendanaan yang tidak cukup, sumber data
yang tidak melapor kepada Dinas
Kejadian DBD di Kota Tasikmalaya
Kesehatan kota/kabupaten, keterlambatan
mengalami peningkatan yang signifikan
pelaporan, kegiatan pengolahan dan
pada tahun 2019 dan tahun 2020. Jumlah
analisis data yang belum optimal. Kasus
kasus DBD pada tahun 2019 bulan
dan kematian DBD Kota Tasikmalaya yang
Januari−Juli meningkat dua kali lebih
terus meningkat di tiga tahun terakhir
besar daripada nilai rata-rata kasus per
mengindikasikan bahwa penyelenggaraan
bulan pada tahun 2018. Puncak kenaikan
surveilans DBD perlu dievaluasi. Maka dari
kasus DBD tahun 2019 terjadi pada bulan
itu penelitian ini dilaksanakan untuk
Juni dengan total kasus positif 119 orang.
mengetahui pelaksanaan surveilans DBD
Selanjutnya, jumlah kasus DBD tahun 2020
yang sedang berjalan, masalah yang
pada bulan Maret−Agustus meningkat dua
dihadapi dalam pelaksanaan surveilans
kali lebih besar dari nilai rata-rata kasus
DBD di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya
per bulan pada tahun 2019. Puncak
dan menentukan prioritas masalah yang
peningkatan kasus DBD terjadi pada bulan
perlu ditangani.
Juli dengan total kasus positif sebanyak 266
orang.
2. METODE PENELITIAN
Salah satu strategi pengendalian DBD Penelitian ini merupakan penelitian
menurut Kementerian Kesehatan RI (2017) kualitatif dengan model evaluasi.
yaitu dengan penguatan sistem surveilans Surveilans DBD di Dinas Kesehatan Kota
untuk deteksi dini, pencegahan dan Tasikmalaya dievaluasi dengan
pengendalian kasus serta Kejadian Luar menggunakan pendekatan sistem yang
Biasa (KLB) DBD. Surveilans merupakan terdiri dari komponen input, proses dan
instrumen penting untuk mencegah KLB output. Setelah masalah surveilans
DBD dan mengembangkan respons segera ditemukan, akan ditentukan prioritas
masalah menggunakan teknik CARL.
ketika penyakit mulai menyebar. Kegiatan Teknik ini dilakukan dengan menentukan
surveilans dilakukan secara terus-menerus skor atas kriteria yang terdiri dari
dan sistematis. Pengamatan yang dilakukan kemampuan (capability), kemudahan
terus-menerus dan sistematis (accessibility), kesiapan (readiness), dan
memungkinkan untuk mengetahui pengungkit (leverage). Semakin besar skor
perubahan-perubahan kecenderungan semakin besar masalahnya, sehingga
penyakit dan faktor-faktor yang semakin tinggi letaknya pada urutan
mempengaruhi dapat diamati atau prioritas.
diantisipasi, sehingga dapat dilakukan Pengumpulan data primer dilakukan
langkah-langkah investigasi dan dengan wawancara mendalam dan
pengendalian penyakit dengan tepat. observasi. Wawancara mendalam dilakukan
untuk mengetahui gambaran pelaksanaan
Namun dalam pelaksanaannya surveilans DBD yang sedang berjalan dan
kegiatan surveilans ini sering dihadapkan masalah sistem surveilans DBD yang
dengan beberapa masalah atau kendala dihadapi di Dinas Kesehatan Kota
sehingga penyelengaraannya tidak optimal. Tasikmalaya. Sedangkan observasi
Masalah-masalah yang biasa dihadapi dilakukan untuk mengetahui ketersediaan
dalam pelaksanaan surveilans yaitu sarana dan prasarana pelaksanaan
berkaitan dengan tenaga surveilans yang surveilans DBD, serta pelaksanaan
75
IAKMI Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 3, No. 2, Agustus 2022
Journal Homepage : http://jurnal.iakmi.id/index.php/IJKMI
ISSN 2721-9437 (Media Online)
76
Irinedian Sribudaya, Arief Hargono, Gian Sugianto: Evaluasi Surveilans Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya Tahun 2020
Sumber data RSUD, rumah sakit memeriksa jentik di rumah penderita dan
swasta dan klinik swasta melaporkan kasus sekitarnya. Data yang dikumpulkan terdiri
dan kematian DBD menggunakan formulir dari identitas, gejala, kontak kasus yang
Kewaspadaan Dini Rumah Sakit (KDRS) memilki gejala sama dan hasil pemantauan
kemudian dikirim melalui aplikasi jentik. Setelah PE DBD selesai
Whatsapp. Pelaporan ini dilakukan setiap dilaksanakan, puskesmas melaporkan
ada kasus positif di fasilitas kesehatan yang hasilnya kepada Dinas Kesehatan Kota
bersangkutan. Jika tidak ada kasus DBD, (DKK) Tasikmalaya.
ketiga sumber data tersebut tidak melapor Selain dari PE DBD puskesmas dapat
ke Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. menjaring kasus hasil pelayanan kesehatan
Data yang dikumpulkan yaitu terdiri dari yang dilaksanakan di puskesmas dengan
data kasus DBD, kematian DBD, hasil melakukan rapid test untuk suspek DBD.
laboratorium dan diagnosa. Dinas Kemudian hasil kegiatan tersebut akan
Kesehatan Kota Tasikmalaya menerima dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kota
laporan bulanan penyakit DBD dari RSUD, (DKK) Tasikmalaya. Setelah DKK
rumah sakit swasta dan klinik swasta menerima laporan dari semua sumber data,
berupa rekapitulasi kasus dan kematian DKK Tasikmalaya melaporkan kepada
DBD. Laporan tersebut dikirim melalui Dinas Kesehatan Provinsi (DKP) Jawa
email dengan format file Microsoft Excel. Barat. Selanjutnya oleh DKP Jawa Barat
Alur pengumpulan data surveilans DBD di akan dilaporkan kepada Kementerian
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Kesehatan RI.
disajikan dalam Gambar 1. Kegiatan pengumpulan data
surveilans DBD di Dinas Kesehatan
(Dinkes) Kota Tasikmalaya menemui
beberapa masalah. Beberapa masalah yang
terjadi ini sudah berlangsung sejak tahun
2019. Tahun 2020 masalah-masalah yang
dihadapi ini semakin sulit ditangani
dengan terjadinya pandemi Covid-19.
Adanya pandemi Covid-19 mengakibatkan
fokus petugas kesehatan baik di Dinkes
Kota Tasikmalaya maupun di puskesmas
menjadi berubah dengan mengutamakan
Gambar 1. Alur Pengumpulan data penanggulangan pandemi Covid-19.
Surveilans DBD di Dinas Kesehatan Kota Masalah yang ditemukan dalam
Tasikmalaya kegiatan pengumpulan data yaitu beberapa
puskesmas tidak melaporkan kasus DBD
Laporan kasus DBD kepada Dinas secara rutin sehingga masih terjadi
Kesehatan Kota Tasikmalaya sering keterlambatan dalam pelaporan.
didapatkan dari klinik swasta, RSUD, dan Puskesmas baru melapor ke Dinkes Kota
rumah sakit swasta. Setelah laporan Tasikmalaya jika terdapat kendala dalam
diterima, Dinas Kesehatan Kota penanganan kasus DBD. Hal ini
Tasikmalaya akan menindaklanjuti dengan mengakibatkan terdapat perbedaan data
menghubungi puskesmas terkait untuk kasus DBD yang dilaporkan antara Dinkes
melaksanakan Penyelidikan Epidemiologi Kota Tasikmalaya dengan puskesmas.
(PE). Penyelidikan Epidemiologi berfungsi Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya lebih
untuk melacak kasus tambahan dan sering menerima laporan kasus DBD dari
penilaian risiko penularan DBD dengan rumah sakit dan klinik. Laporan tersebut
78
Irinedian Sribudaya, Arief Hargono, Gian Sugianto: Evaluasi Surveilans Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya Tahun 2020
dan waktu. Adapun grafik kasus dan KLB DBD, jika data hasil surveilans tidak
kematian dibuat setiap tahun. Hasil dianalisis secara rutin baik mingguan
pengolahan data juga disajikan dalam maupun bulanan maka informasi
bentuk area map kasus DBD di Kota kecenderungan penyakit DBD tidak
Tasikmalaya. tersedia sehingga tidak dapat memenuhi
Analisis data yang dilakukan yaitu tujuan dilaksanakannya surveilans DBD.
analisis deskriptif. Analisis ini dilakukan Jika informasi tentang tren kasus DBD per
untuk mendapat gambaran tentang minggu tidak tersedia maka pelaksanaan
distribusi penyakit DBD menurut orang, kewaspadaan dini tidak akan berjalan
tempat dan waktu. Analisis variabel orang optimal. Hal ini dapat mengakibatkan KLB
terdiri dari distribusi kasus dan kematian DBD tidak terdeteksi secara dini dan
DBD berdasarkan jenis kelamin dan respon terhadap KLB menjadi terlambat.
kelompok umur. Kajian ini memberikan Respon yang terlambat dapat
gambaran distribusi frekuensi penderita mengakibatkan penanganan kasus DBD
DBD di berbagai golongan umur dan tidak optimal. Selain itu, jika kasus tidak
perbandingan kasus DBD antara terdeteksi dini dapat mengakibatkan
perempuan dan laki-laki. lonjakan kasus yang tinggi.
Analisis variabel tempat dilakukan Selain itu, analisis data hanya
dengan menganalisis distribusi kasus dan dilakukan secara deskriptif dan belum
kematian berdasarkan puskesmas, dilakukan dengan metode epidemiologi
kecamatan dan kelurahan. Kajian ini analitik. Analisis data menggunakan
dibuat untuk mengetahui sebaran kasus metode epidemiologi analitik akan
berdasarkan tingkat wilayah. Sehingga membantu untuk mengetahui faktor-faktor
dapat dibuat area map sebaran kasus DBD yang menyebabkan terjadinya peningkatan
dengan angka kejadian tertinggi dan kasus dan kematian DBD di Kota
terendah. Hasil analisis tersebut juga Tasikmalaya pada tahun 2020. Hal ini
menghasilkan informasi wilayah endemis sesuai dengan keterangan dalam
DBD di Kota Tasikmalaya. Permenkes Nomor 45 Tahun 2014 bahwa
Analisis variabel waktu untuk melihat analisis dengan metode epidemiologi
kecenderungan penyakit DBD dilakukan analitik penting dilakukan untuk
dengan menganalisis grafik kasus dan mengetahui hubungan antar variabel yang
kematian, kemudian grafik IR dan CFR dapat mempengaruhi peningkatan kejadian
setiap tahunnya. Analisis data dilakukan kesakitan atau masalah kesehatan.
setiap tahun untuk evaluasi program dan c. Diseminasi Informasi
perencanaan kegiatan di tahun selanjutnya. Kegiatan diseminasi yang dilakukan
Kegiatan analisis ini dilakukan oleh oleh Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya
pemegang program DBD. yaitu dengan menyelenggarakan rapat
Masalah yang ditemukan dalam tahap tahunan mengundang petugas surveilans
ini yaitu kegiatan analisis data hanya dan pemegang program DBD setiap
dilakukan setiap tahun. Petugas belum puskesmas di Kota Tasikmalaya. Kegiatan
melaksanakan analisis data bulanan dan tersebut terdiri dari pemaparan puskesmas
mingguan. Pemantauan kasus DBD perlu terkait capaian program DBD, kendala
dilakukan setiap minggu agar diketahui yang dialami, dan rencana tindak lanjut.
perkembangannya sehingga KLB dapat Kemudian setelah paparan, pihak Dinas
dicegah. Tujuan pelaksanaan surveilans Kesehatan Kota Tasikmalaya akan
DBD menurut Kemenkes RI (2017) yaitu membahas paparan tersebut dan
untuk memantau kecenderungan penyakit mendiskusikan bersama pemecahan
DBD dan sebagai upaya kewaspadaan dini masalah yang dihadapi. Pada kegiatan ini
80
Irinedian Sribudaya, Arief Hargono, Gian Sugianto: Evaluasi Surveilans Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya Tahun 2020
juga disampaikan informasi terbaru terkait dan forum pertemuan. Sehingga akan lebih
program DBD. Diseminasi dengan cara ini baik jika diseminasi informasi hasil
rutin dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan surveilans DBD dilakukan secara terjadwal
Kota Tasikmalaya. Selain itu diseminasi dengan menyusun laporan berkala dan
dilakukan pada saat konsultasi secara disampaikan dalam forum pertemuan rutin.
langsung untuk puskesmas yang Forum ini dapat dilaksanakan mingguan
mengalami kesulitan dalam pencatatan dan atau bulanan antara petugas Dinkes Kota
pelaporan atau hal lainnya terkait program Tasikmalaya dengan petugas puskesmas.
DBD. Forum pertemuan rutin mingguan/bulanan
Kegiatan diseminasi informasi hasil perlu dilaksanakan agar informasi terkait
surveilans DBD oleh Dinas Kesehatan Kota program DBD dapat terus terbaharui dan
Tasikmalaya dilakukan setiap tahun pada perkembangan kasus dapat terpantau di
kegiatan Rapat Evaluasi Program P2PM. berbagai wilayah kerja puskesmas Kota
Penanggung jawab program (PJ) DBD Tasikmalaya.
belum melaksanakan diseminasi informasi Berdasarakan uraian di atas,
setiap minggu atau setiap bulan. rangkuman masalah sistem surveilans
Permenkes Nomor 45 Tahun 2014 DBD yang ditemukan di Dinas Kesehatan
menyatakan bahwa diseminasi informasi Kota Tasikmalaya disajikan dalam Tabel 1.
dapat disampaikan dalam laporan berkala
Tabel 1. Masalah Sistem Surveilans DBD yang Ditemukan di Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya
No. Kegiatan Surveilans Masalah Keterangan
Keterlambatan telah terjadi pada tahun
a. Keterlambatan pelaporan
2019. Pada tahun 2020, hal ini
suspek DBD, kasus DBD
diperparah oleh terjadinya pandemi
dan ABJ oleh puskesmas
Covid-19.
Puskesmas hanya melaporkan kasus
b. Ada puskesmas yang tidak
jika terdapat kendala dalam
melaporkan kasus DBD
1. Pengumpulan Data penanggulangan DBD
Petugas surveilans di bagian Survim
jarang melaporkan update data suspek
c. Pelaporan SKDR belum DBD. Tahun 2020 hal ini diperparah
rutin dilaksanakan dengan adanya pandemi Covid-19 dan
bagian Survim fokus pada
penanggulangan Covid-19.
Pengolahan dan Data Kasus DBD tidak Data yang telah dikumpulkan hanya
2.
Analisis Data dianalisis setiap minggu dianalisis setiap tahun
Belum ada forum pertemuan
Kegiatan diseminasi informasi
Diseminasi mingguan/ bulanan untuk
3. dilakukan setiap satu tahun sekali
Informasi update perkembangan
pada rapat evaluasi program DBD
penyakit DBD
81
IAKMI Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 3, No. 2, Agustus 2022
Journal Homepage : http://jurnal.iakmi.id/index.php/IJKMI
ISSN 2721-9437 (Media Online)
Tabel 2. Penentuan Prioritas Masalah Sistem Surveilans DBD di Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya Menggunakan Metode CARL
No. Daftar Masalah C A R L Total Nilai Urutan
Keterlambatan pelaporan suspek DBD,
1 3 4 3 4 144 I
kasus DBD dan ABJ oleh puskesmas
Ada puskesmas yang tidak melaporkan
2 3 3 3 3 81 III
kasus DBD
3 Pelaporan SKDR belum rutin dilaksanakan 3 3 2 3 54 IV
Data Kasus DBD tidak dianalisis setiap
4 3 4 3 3 108 II
minggu
Belum ada forum pertemuan mingguan/
5 bulanan untuk update perkembangan 3 3 3 4 108 II
penyakit DBD
82
Irinedian Sribudaya, Arief Hargono, Gian Sugianto: Evaluasi Surveilans Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya Tahun 2020
84