Anda di halaman 1dari 55
AU ee ee HAS 23000-1 2021 Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia LPPOM MUI PERSYARATAN SERTIFIKASI HALAL INDUSTRI PENGOLAHAN UMUM HAS 23000-1 2021 LEMBAGA PENGKAJIAN PANGAN OBAT-OBATAN DAN KOSMETIKA MAJELIS ULAMA INDONESIA (LPPOM - MUI) HAS 23000-1 Persyaratan Sertifikasi Halal Industri Pengolahan Umum Diterbitkan oleh : LPPOM MUI (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia) Website : www.halalmui.org Alamat : Gedung Global Halal Centre J. Pemuda No.5, RT.06/RW.03, Sempur, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat 16162 ISBN 978-623-94768-2-3 (EPUB) Hak Cipta © 2021 - LPPOM MUI Hak Cipta milik LPPOM MUI. Segala bentuk penggadaan ataupun kutipan yang berasal dari buku ini harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari LPPOM MUI (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia) Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang Sanksi Pelanggaran Pasal 113 UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama | (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Peneipta atau pemegang Hak Cipta rmelakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) hurat ¢, huruf d, huruf , dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak RpS00.000.000,00 (ima ratus juta rupiah) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta stan pemegang Hak Cipta ‘melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) hurut a, huru, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana ppenjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp!.000.000.000,00 (atu miliarrupiah), Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimane dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bbentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000,000,00 (empat miliar rupiah) Adar 51. KATAPENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Proses sertifikasi halal MUI mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, Perkembangan ini terjadi diantaranya karena berkembangnya fatwa halal MUI, adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan industri dan juga temuan-temuan pada saat audit. Hal inilah yang melatarbelakangt LPPOM MUI melakukan revisi terhadap buku HAS 23000 yang terbit Sembilan tahun lalu. Beberapa hal baru yang dapat ditemukan pada buku HAS 23000 seri revisi ini adalah: 1. Persyaratan sertifikasi halal MUI (HAS 23000) ditulis secara lebih spesifik menurut kelompok produk. Pengelompokan ini didasarkan pada kesamaan persyaratannya sehingga seri HAS 23000 terbagi menjadi industri pengolahan umum, industri produk olahan daging, restoran dan jasa boga, industri farmasi, jasa retailer, jasa logistik, kosmetika RPH, dan beberapa kelompok barang gunaan. 2. Perubahan kriteria kompetensi Tim Manajemen Halal dan Kriteria Pelatihan, 3. Ruang lingkup kriteria bahan diperluas dengan penambahan persyaratan untuk kemasan primer (kemasan yang kontak langsung dengan produk), pelumas, grease dan sanitizer yang kontak langsung dengan produk serta media untuk validasi hasil pencucian fasilitas 4, Perubahan kriteria produk yang dapat dikemas ulang atau dilabel ulang. Persyaratan fasilitas yang diharuskan bersifat halal dedicated dituliskan secara rinci sehingga lebih mudah dipahami. 6. Penambahan persyaratan atau penulisan kembali persyaratan yang sudah ada sebelumnya sesual dengan fatwa terbaru Komisi Fatwa MUI Sebagian materi ini dicantumkan dalam kriteria dan sebagian lainnya dicantumkan dalam lampiran. lengan seri HAS 23000. 7. Penulisan kriteria prosedur aktivitas kritis sesua 8. Perubahan kriteria frekuensi audit internal. 9. Penambahan kebijakan mengenai survailen. 10, Perubahan kebijakan penugasan auditor, kebijakan penerbitan surat keterangan dan kebijakan penghentian proses sertifikasi, 11, Adanya persyaratan tambahan food safety program dan regulasi yang relevan dicantumkan dalam kebijakan yang muncul akibat telah terakreditasinya LPPOM MUI sebagai Lembaga Sertifikasi Halal oleh Komite Akreditasi Nasional. 12, _Perbaikan cara penilaian hasil implementasi Sistem Jaminan Halal (SJH). Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System cee Kami menyampaikan terima kasih kepada Tim Revisi Buku HAS 23000 dengan ketua Dr. Muslich yang telah menyelesaikan penulisan buku ini. Tidak lupa kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak baik dari kalangan industri, lembaga pemerintah, asosiasi dan tentunya juga auditor yang telah memberikan masukan-masukan untuk menyempurnakan HAS 23000. Semoga semua jerih payah tersebut dicatat sebagai amal kebaikan di sisi Allah SWT. Kami menyadari bahwa buku ini pun tidak sempurna. Saran perbaikan dari semua pihak pengguna buku ini akan kami terima dengan tangan terbuka, Wassalaamu‘alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh Jakarta, September 2021 Ir, Muti Arintawati, MSi Direktur Eksekutif LPPOM MUI Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System PERSYARATAN SERTIFIKASI HALAL INDUSTRI PENGOLAHAN UMUM HAS 23000-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN 1. Ruang Lingkup... IV, Persyaratan Sertifikasi Halal Industri Pengolahan Umum.. A. Kriteria Sistem Jaminan Halal. 1. Kebijakan Halal. ‘Tim Manajemen Halal Pelatihan., Bahan., Fasilitas Produksi. Produk Prosedur Tertulis Aktivitas Kritis Kemampuan Telusur (Traceability). Penanganan Produk yang Tidak Memenul eS eraneen 10. Audit Internal... 11, Kaji Ulang Manajemen, B. Kebijakan dan Prosedur Sertifikasi Pendaftaran Pemeriksaan Pre Audi Pembayaran Biaya Sertifikasi 31 Penjadwalan Audit. Pelaksanaan Audit Rapat Auditor. Analisis Laboratorium.. Keputusan SJH. Rapat Komisi Fatwa (Keputusan Ketetapan Halal). 10. Penerbitan Ketetapan Halal dan Status/Sertifikat SJH PS enranewne Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System 11. Penggunaan Logo Halal 12. Keluhan dan Banding... 13. Audit Survailen. 14, Pembekuan, Pengurangan dan Pencabutan Sertifikasi Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System S dari 51 PERSYARATAN SERTIFIKASI HALAL INDUSTRI PENGOLAHAN UMUM HAS 23000-1 DAFTAR GAMBAR 26 sow 37 Prosedur Sertifikasi Halal Alur Proses Penetapan Keputusan SJH DAFTAR TABEL Daftar Sampel yang Diuji DAFTAR LAMPIRAN Daftar Contoh Kelemahan Implementasi Sistem Jaminan Halal... vss Al Ketentuan Jenis Audit Penambahan Produk dan Survailet Bahan-bahan yang Dapat Digunakan dalam Produksi Halal Sesuai dengan Keputusan Komisi Fatwa MUL Jenis-jenis Najis dan Cara Penghilangan Najis dari Fasilitas. ow AT Daftar Contoh Nama, Bentuk, dan Kemasan Produk yang Diperbolehkan dan Tidak Diperbolehkan. Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System IL (6dari51 Ruang Lingkup Persyaratan ini meliputi kriteria Sistem Jaminan Halal (SJH), serta kebijakan dan prosedur sertifikasi untuk industri pengolahan umum yang persyaratannya tidak ditulis secara khusus. Contoh industri yang persyaratannya ditulis secara khusus adalah industri farmasi, kosmetika dan barang gunaan, Dokumen Terkait ‘A. Keputusan Sidang Fatwa MUI Tahun 1980 tentang Makanan dan Minuman yang Bercampur dengan Barang Haram/Najis. B. Keputusan Sidang Komisi Fatwa MUI Tanggal 12 November 1984 Fatwa MUI tentang Memakan dan Membudidayakan Kodok C. Keputusan Fatwa MUI Nomor 139 Tahun 2000 tentang Makan dan Budidaya Cacing dan Jangkrik. Keputusan Sidang Fatwa MUI Tanggal 15 Juni 2002 tentang Kepiting Keputusan Sidang Komisi Fatwa MUI Tanggal 12 Maret 1983 tentang Memakan Daging Kelinci, F, Fatwa MUI No, 12 Tahun 2009 tentang Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal Ketentuan Umum. G, Fatwa MUI No. 01 Tahun 2010 tentang Penggunaan Mikroba dan Produk Mikrobial dalam Produk Pangan. H, Fatwa MUI No, 02 Tahun 2010 tentang Air Daur Ulang. |. Fatwa MUI No. 07 Tahun 2010 tentang Kopi Luwak. J. Fatwa MUI No. 10 Tahun 2011 tentang Cara Penyucian Ekstrak Ragi (Yeast Extract) dari Sisa Pengolahan Bir (Brewer Yeast). K, Fatwa MUI No. 33 Tahun 2011 tentang Hukum Pewarna Makanan dan Minuman dari Serangga Chocineal, L._ Fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 9 Tahun 2011 tentang Pensucian Alat Produksi yang ‘Terkena Najis Mutawassithah (Najis Sedang) dengan bahan selain Air. M, Fatwa MUI No. 43 Tahun 2012 tentang Penyalahgunaan Formalin dan Bahan Berbahaya Lainnya dalam Penanganan dan Pengolahan Ikan. Fatwa MUI No. 52 Tahun 2012 tentang Hukum Ternak yang diberi Pakan dari Barang Najis. Fatwa MUI No. 02 Tahun 2012 tentang Sarang Burung Walet. Fatwa MUI No. 25 Tahun 2012 tentang Hukum mengkonsumsi Bekicot, eroz Fatwa MUI No. 47 Tahun 2012 tentang Penggunaan Bulu, Rambut, dan Tanduk dari Hewan Halal yang Tidak Disembelih secara Syar'i untuk Bahan Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika. R. Fatwa MUI No. 35 Tahun 2013 tentang Rekayasa Genetika dan Produknya. Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System | 7dari 51 S. Fatwa MUI No. 27 Tahun 2013 tentang Penggunaan Shellac sebagai Bahan Pangan, Obat- Obatan dan Kosmetika ‘T. Fatwa MUI No. 33 Tahun 2011 tentang Hukum Pewarna Makanan dan Minuman dari Serangga Cochineal, U, Fatwa MUI No, 10 Tahun 2018 tentang Produk Makanan/Minuman yang mengandung ethanol /alkohol. V. Fatwa MUI No. 42 Tahun 2018 tentang Hukum Mengonsumsi Daging Kanguru, W. Fatwa No. 24 Tahun 2019 No. 48 Tahun 2019 tentang Hukum Mengonsumsi Bajing dan Tupai Fatwa No. 51 Tahun 2019 tentang Hukum Mengonsumsi Bulus. Fatwa No. 44 Tahun 2020 tentang Penggunaan Nama, Bentuk Dan Kemasan Produk Yang idak Dapat Disertifikasi Halal. 2, Fatwa No. 19 Tahun 2021 tentang Ekstraksi Madu. AA Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia IV tentang Formalin dan Baan Kimia Berbahaya untuk Pangan. Istilah dan Definisi A. Halal adalah istilah untuk menyatakan sesuatu diizinkan sesuai dengan syariah Islam B, Haram adalah istilah untuk menyatakan sesuatu tidak diizinkan sesuai dengan syariah Islam. C._Najis adalah kotoran yang menjadi sebab terhalangnya seseorang untuk beribadah kepada Allah SWT D._ Sistem Jaminan Halal (S)H) adalah sistem manajemen terintegrasi yang disusun, diterapkan dan dipelihara untuk mengatur bahan, proses produksi, produk, sumber daya manusia dan prosedur dalam rangka menjaga kesinambungan proses produksi halal sesuai dengan persyaratan sertifikasi halal MUL E. Sertifikasi halal adalah suatu proses untuk memperoleh ketetapan halal melalui beberapa tahapan untuk membuktikan bahwa penerapan SJH di perusahaan memenuhi persyaratan sertifikasi halal MUI. F, Ketetapan halal adalah fatwa tertulis yang dikeluarkan oleh MUI melalui keputusan sidang Komisi Fatwa yang menyatakan kehalalan suatu produk berdasarkan proses audit yang dilakukan oleh LPPOM MUI- G, Fatwa adalah ketetapan hukum Islam yang dikeluarkan oleh Komisi Fatwa tentang status hukum suatu masalah tertentu. Dalam proses sertifikasi halal, keluaran fatwa yaitu status halal atau haram suatu produk berdasarkan proses audit yang dilakukan oleh LPPOM MUI. H. Komisi Fatwa adalah salah satu komisi MUI yang bertugas untuk menghasilkan ketetapan hukum Islam tentang status hukum suatu kasus tertentu, Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System | BdariSt I. Perusahaan adalah sebuah unit usaha yang menghasilkan produk dan layanan jasa yang terkait dengan rantai pasok produk mulai dari hulu sampai hilir. Bentuk perusahaan dapat berupa : (1) perusahaan kecil, menengah, dan besar, (ii) usaha mikro/rumah tangga/kecil, dan (iii) koperasi. J. Maklon (toll manufacturing) adalah jasa produksi dari suatu perusahaan (pihak 1) untuk perusahaan lain (pihak 2) dimana produk yang dihasilkan milik pihak 2. K. Sistem online CEROL adalah aplikasi pelayanan sertifikasi halal secara online melalui LPPOM MUI yang dapat digunakan perusahaan untuk melakukan pendaftaran sertifikasi, memo 1 keberlangsungan proses sertifikasi serta memberikan informasi kepada LPPOM MUI terkait perubahan yang terjadi selama masa berlakunya Ketetapan Halal. Merek/brand adalah suatu nama, simbol, tanda, desain atau gabungan di antaranya untuk dipakai sebagai identitas suatu produk. M. Kriteria adalah kalimat yang menjelaskan persyaratan yang harus dipenuhi perusahaan dalam rangka menerapkan SJH sehingga dihasilkan produk halal secara konsisten N. Kebijakan adalah prinsip-prinsip dasar yang dirumuskan dan ditegakkan oleh LPPOM MUI dalam mengarahkan perusahaan dalam mengelola produk halal untuk memperoleh Ketetapan Halal MUI dan Sertifikat Halal. 0. Prosedur adalah rangkaian tahapan yang harus diikuti oleh perusahaan untuk memperoleh Ketetapan Halal MUI dan Sertifikat Halal. IV. Persyaratan Sertifikasi Halal Industri Pengolahan Umum A. Kriteria Sistem Jaminan Halal Kebijakan Halal Kebijakan halal adalah komitmen tertulis untuk menghasilkan produk halal secara konsisten. a) Manajemen puncak harus menetapkan kebijakan halal. i. Manajemen puncak adalah tingkatan manajemen tertinggi yang memiliki tanggung jawab terhadap keseluruhan kegiatan di Persian, ii, Kebijakan halal dapat di iskan secara terpisah atau digabungkan dengan kebijakan yang dipersyaratkan sistem lain seperti kebijakan mutu atau keamanan pangan, b) Kebijakan halal harus didiseminasikan ke manajemen, tim manajemen halal, karyawan dan pemasok. i, Diseminasi dilakukan agar kebijakan halal perusahaan dipahami oleh manajemen, tim manajamen halal, karyawan dan pemasok. Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System fi, Pemasok adalah pihak yang memasok bahan dengan cakupan seperti disebutkan dalam kriteria bahan. fii, Cara diseminasi kebijakan dapat ditentukan sendiri oleh perusahaan. Diseminasi dapat dilakukan misalnya melalui pelatihan internal, pemasangan poster atau banner, pencetakan buku saku atau penyebaran dokumen melalui email. ©) Bulti diseminasi kebijakan halal harus dipelihara. 2. Tim Manajemen Halal ‘Tim manajemen halal adalah sekelompok orang yang bertanggung jawab terhadap perencanaan, implementasi, evaluasi dan perbaikan sistem jaminan halal di perusahaan. a) Manajemen puncak harus menetapkan tim manajemen halal dengan disertai bu tertulis, i, Bukti tertulis penetapan tim manajemen halal dapat berupa surat keputusan, surat pengangkatan atau bentuk penetapan lain yang berlaku di perusahaan, fi, Tim manajemen halal dapat berada di level corporate/holding atau di pabrik sestiai dengan proses bisnis perusahaan, ‘Tim manajemen halal dapat berupa tim tersendiri atau digabungkan dengan tim implementasi sistem lain yang diterapkan perusahaan. iv, Struktur tim manajemen halal dapat terdiri dari ketua/koordinator dan beberapa anggota. Seorang manajer teknis, seperti manajer QA (Quality Assurance), manajer QC (Quality Control), manajer produksi atau manajer R&D (Research and Development), dapat ditunjuk sebagai ketua/koordinator tim manajemen halal. Anggota tim manajemen halal adalah penanggung jawab kegiatan yang berkaitan dengan penjaminan produk halal seperti pelaksanaan pelatihan, pelaksanaan audit internal, perencanaan produksi, pemeriksaan bahan datang, produksi, penyimpanan bahan dan produk serta transportasi produk. b) Tim manajemen halal harus merupakan karyawan tetap perusahaan. ) Tanggung jawab tim manajemen halal harus diuraikan dengan jelas. Beberapa contoh tanggung jawab tim manajemen halal adalah melaksanakan pelatihan internal dan mengevaluasi hasilnya, memastikan semua bahan yang digunakan untuk produksi halal dilengkapi dengan dokumen pendukung yang cukup dan telah disetujui penggunaannya oleh LPPOM MUI, melakukan audit internal dan memastikan fasilitas produksi memenuhi kriteria fasilitas. d) Tim manajemen halal harus memiliki kompetensi dalam merencanakan, implementasi, evaluasi dan perbaikan Sistem Jaminan Halal sesuai dengan Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System (10 dari 51 persyaratan sertifikasi halal HAS 23000-1. Kompetensi dapat dibuktikan melalui bukti pelatihan atau sertifikasi kompetensi Penyelia Halal. Ujian kompetensi Penyelia Halal dalam rangka mendapatkan sertifikat kompetensi dilakukan di Lembaga Sertifikasi Profesi yang telah mendapatkan lisensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). e) Manajemen puncak harus menyediakan sumber daya yang diperlukan oleh tim manajemen halal 3. Pelatihan Pelatihan adalah kegiatan peningkatan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap (attitude) untuk mencapai tingkat kompetensi yang diinginkan. a) Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis pelaksanaan pelatihan. i, Prosedur tertulis adalah tata cara pelaksanaan suatu aktifitas yang dibakukan, Prosedur tertulis dapat berupa SOP (Standard Operating Procedure), instruksi kerja atau bentuk panduan kerja yang lain, — Prosedur tertulis ini dapat digabungkan dengan dengan prosedur untuk pelatihan sistem lain. ii, Materi pelatihan dapat berupa sebagian atau seluruh persyaratan sertifikasi halal HAS 23000-1 sesuai dengan kebutuhan pelatihan. Setiap perusahaan yang mengajukan sertifikasi dapat mengunduh dokumen persyaratan sertifikasi halal HAS 23000-1 dari sistem online CEROL. b) Pelatihan harus diberikan oleh personel yang memiliki kompetensi dalam merencanakan, implementasi, evaluasi dan perbaikan sistem jaminan halal sesuai dengan persyaratan sertifikasi halal HAS 23000-1. Personel yang memberikan pelatihan dapat berasal dari eksternal maupun internal perusahaan. ©} Pelatihan dilaksanakan untuk semua personel yang terlibat dalam aktivitas kritis, termasuk untuk karyawan baru, ) Pelatihan harus dilaksanakan setidaknya setahun sekali. Jadwal pelatihan dapat dibuat tersendiri atau digabungkan dengan jadwal pelatihan yang lain. ¢) Hasil pelatihan harus dievaluasi untuk memastikan kompetensi peserta pelatihan, Bentuk evaluasi hasil pelatihan dapat berupa tes tertulis, tes lisan atau bentuk lain yang berlaku di perusahaan, f) Bukti pelaksanaan pelatihan harus dipelihara 4, Bahan Bahan yang dipersyaratkan mencakup : (a) bahan baku (raw material), (b) bahan tambahan (additive), (c) bahan penolong proses (processing aid), (d) kemasan primer, pelumas, grease, sanitizer yang Kontak langsung dengan produk, (e) bahan penolong. Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System “1dari 51 pencucian yang kontak langsung dengan fasilitas produksi untuk memproduksi produk, dan (f) media untuk validasi hasil pencucian fasilitas yang kontak langsung dengan bahan atau produk Bahan baku dan bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam pembuatan produk dan menjadi bagian dari komposisi produk (ingredient). Bahan penolong proses adalah bahan yang digunakan untuk membantu produksi tetapi tidak menjadi bagian dari komposisi produk (ingredient). Bahan dapat dikelompokkan menjadi lak kritis, Daftar bahan tidak kritis disajikan dalam positive list yang dapat diunduh dari website www-halalmui.org. dua, yaitu bahan kritis dan bahan, a) Bahan kritis harus dilengkapi dengan dokumen pendukung yang cukup. i, Dokumen pendukung bahan hanya dipersyaratkan untuk bahan kritis. Bahan dalam positive lise tidak memerlukan dokumen pendukung. ii, Dokumen pendukung bahan dapat berupa sertifikat halal atau bukan sertifikat halal seperti spesifikasi produk, diagram alir produksi, pernyataan dan kuisioner. iii, Sertifikat halal yang dinilai cukup adalah ketetapan halal yang diterbitkan oleh MUI atau sertifikat halal dari Lembaga sertifikasi lain yang tercantum di dalam website www.halalmuiorg. Jika suatu lembaga berstatus delisted/suspended, maka sertifikatnya masih dinilai cukup sebagai dokumen pendukung bahan selama sertifikat tersebut diterbitkan sebelum tanggal delisted/suspended, iv. Dokumen pendukung yang bukan berupa sertifikat halal harus diterbitkan oleh produsen bahan. Kecukupan dokumen ini dinilai berdasarkan kehalalan semua bahan (bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong proses) yang digunakan dan pemenuhan persyaratan fasilitas produksi, Dokumen ini harus memuat informasi sumber semua bahan kritis yang digunakan sehingga status kehalalannya dapat ditentukan, vy. Secara umum, bahan kritis dengan karakteristik berikut harus dilengkapi dengan sertifikat halal: (i) Daging dan produk turunan hewani seperti sosis, beef powder, chicken extract, gelatin dari tulang/kulit dan enzim, (i Flavor, fragrance, dan vitamin premiks, (lif) Bahan yang sulit ditelusuri Kehalalannya seperti whey protein concentrate dan laktosa, CATATAN : Pengecualian untuk flavor sederhana yang diproduksi oleh produsen yang disertifikasi oleh lembaga yang diakui MUI. Yang dimaksud dengan flavor sederhana adalah (i) flavor yang bukan merupakan hasil compounding, dimana bahan utama (yang menghasilkan sensory profile tertentu) dan bahan tambahannya dapat ditelusuri kehalalannya, (ii) natural flavor dari bahan nabati seperti campuran minyak a Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System (12 dari 51 vi. Bahan yang tidak disebutkan dalam point v, yang dalam produksinya melibatkan banyak sub-bahan tidak harus dilengkapi dengan sertifikat halal jika semua sub- bahan yang digunakan dapat ditelusuri dan dipastikan berasal dari sumber halal. Informasi sub-bahan dan sumbernya dapat diperoleh dari spesifikasi, diagram alir, pernyataan tertulis atau kuesioner. b) Perusahaan harus mempunyai mekanisme untuk menjamin keberlakuan dokumen pendukung bahan. i, Mekanisme ini dapat berupa pemeriksaan secara berkala masa berlaku sertifikat halal bahan dan memintakan sertifikat halal terbaru jika masa berlakunya telah habis. Sertifikat halal bahan yang sudah kadaluarsa masih dapat dianggap sebagai dokumen pendukung yang cukup bila bahan tersebut diproduksi pada masa berlaku sertifikat, fi, Khusus untuk bahan yang memiliki ketetapan halal MUI, jika bahan diproduksi Jewat dari masa berlaku ketetapan halal habis, maka bahan tersebut masih dapat digunakan jika dilengkapi dengan Surat Keterangan dalam Proses Perpanjangan (SKPP) yang masih berlaku. ii, Untuk dokumen pendukung bahan yang bukan berupa sertifikat halal, perusahaan dapat: a, meminta pernyataan dari produsen bahan untuk memperbaharui dokumen jika ada perubahan, atau b, memasukkan persyaratan tersebut sebagai bagian dari kontrak jual beli, atau ¢. memastikan persyaratan tersebut melalui pemeriksaan audit supplier berkala, atau d, mengkonfirmasi secara berkala kepada supplier terkait dengan perubahan dokumen bahan ©) Bahan haram berikut ini tidak boleh digunakan dalam produksi halal: i. Bahan hewani a. Hewan darat dengan kriteria: 1) _tergolong najis mughallazhah, seperti babi dan anjing; 2) Buas (bertaring) seperti: macan, harimau, beruang, tupai, singa, monyet, musang, kucing, serigala, buaya dan kelelawar; 3) Buas (berkuku mencengkeram) seperti: elang, burung pemakan bangk: dan burung hantu; 4) Hewan yang dilarang untuk dibunuh dalam Islam seperti: burung pelatuk, burung hud-hud, kodok, semut dan lebah madu; 5) Hewan yang diperintahkan untuk dibunuh dalam Islam seperti: ular, ceca, tikus dan kalajengking. Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System | 13dari 51 b, Hewan yang berbahaya jika dikonsumsi, kecuali bahayanya telah ilangkan. c_Hewan amfibi dengan kriteria Hewan yang bertahan hidup serta berkembang biak di darat dan di air (barmawi), seperti: kodok, salamander dan hellbender. d._ Hewan hasyarat dengan kriteri 1) Menjijikkan, seperti: larva, bekicot, tikus; 2) Serangga, kecuali belalang dan cochineal; 3) Melata, seperti: kadal, ular dan biawak. e, Bangkai hewan* dengan kriteria: 1) Hewan yang mati tanpa penyembelihan; 2) Hewan yang disembelih tidak secara syar'i; 3) Hewan yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah; 4) Hewan yang mati dengan cara dipukul (Mawquzah); 5) Hewan yang mati karena terjatuh (Mutaraddiyah); 6) Hewan yang mati tercekik atau mati karena tertimpa (Nathihah); 7) Hewan yang mati diterkam hewan buas, kecuali diterkam oleh anjing yang dilatih untuk berburu dan ketika melepasnya membaca basmalah. CATATAN * Hewan yang dimaksud adalah: 1) Hewan ternak, contohnya sapi, unta, kambing, kerbau, kuda, ayam, bebek/itik, burung dara; 2) Hewan lain yang halal berdasarkan fatwa Majelis Ulama Indonesia, seperti kangguru, kelinci, bajing dan bulus. . Jallalah, yaitu hewan pemakan kotoran sehingga aroma dan rasa dagingnya berubah, kecuali aroma dan rasa dagingnya sudah kembali normal. Hewan yang dilindungi UU sesuai Fatwa MUI No. 4 Tahun 2014 Bahan nabati tertentu dengan kriteria: a. Beracun; b, Memabukkan; ¢. Membahayakan kesehatan manusia. iv, Jamadat (benda padat) tertentu dengan kriteri a, Najis atau mengandung najis, seperti kotoran manusia dan hewan; b. Beracun; ¢. Memabulkan; . Membahayakan kesehatan manusia. v. Ma'Yat (benda cair) tertentu dengan kriteria: a, Najis atau mengandung najis, seperti: darah, nanab, muntahan, urin manusia dan hewan; b, Beracun; Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System ¢. Memabukkan, seperti: minuman beralkohol (khamr); 4. Btanol yang berasal dari industri khamr; . Benda cair yang berasal dari hasil samping industri minuman keras yang diperoleh hanya dengan pemisahan secara fisik; f Membahayakan kesehatan manusia. vi, Bagian tubuh manusia vii, Lain-lain a. Mikroba yang ditumbuhkan pada media yang bersumber dari babi. b. Mikroba yang ditumbuhkan pada media najis selain babi yang dalam proses selanjutnya tidak ada pemisahan antara mikroba dengan media yang mengandung najis dan/atau tidak dilakukan tathhir syar’i (penyucian secara syar'i). c. Mikroba yang merupakan hasil rekayasa genetika menggunakan gen dari manusia atau hewan haram. 4. Produk mikrobial yang dalam proses produksinya melibatkan mikroba yang diharamkan dan/atau ditumbuhkan pada media yang bersumber dari babi. , Produk mikrobial yang dalam proses produksinya melibatkan mikroba yang ditumbuhkan pada media najis selain babi yang dalam proses selanjutnya tidak ada pemisahan antara produk mikrobial dengan media yang mengandung najis dan/atau tidak dilakukan tathhir syar’i* CATATAN * Thathhir syar’i pada produksi mikroba atau produk mikrobial yang dimaksud adalah: 1) penambahan air dalam jumlah besar (Iebih dari 270 liter) pada penyiapan media pertumbuhan mikroba untuk produksi pada skala terbesar atau; 2) penambaban air dalam jumlah besar (lebih dari 270 liter) pada tahapan terakhir sebelum pemanenan produk atau; 3) pencucian mikroba atau produk mikrobial dengan air pada rentang setelah dipanen hingga sebelum dikemas. Susu dari hewan haram. g, Telur dari hewan haram. h. Produk Genetic Modified Organism (GMO) yang menggunakan gen yang berasal dari hewan haram atau tubuh manusia, 4) Bahan haram yang tercantum pada point C tidak boleh digunakan dalam produksi halal. Produk yang mengandung bahan haram ini juga tidak boleh digunakan dalam produksi halal. Namun demikian, bahan haram selain yang tergolong najis mughallazhah dapat digunakan sebagai media pertumbuhan dalam produksi produk Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System | ASdari st mikrobial dengan syarat dilakukan Thathhir syar’i pada tahap penyiapan media pertumbuhan atau ada pencucian produk dengan air sehingga hilang warna dan bau dari bahan haram tersebut. ¢) Bahan hewani dan produk turunannya harus berasal dari hewan halal, Semua hewan laut adalah halal. Contoh hewan darat yang halal adalah sapi, kerbau, ayam, kelinci dan Kanguru. Hewan darat halal yang hendak dimanfaatkan daging atau produk turunannya harus disembelih sesuai dengan hukum Islam. ) Etanol yang berasal dari industri Khamr (minuman beralkohol) tidak boleh digunakan untuk produksi halal. Etanol yang bukan berasal dari industri khamr, seperti dari seperti dari fermentasi singkong, jagung atau molases dapat digunakan, Etanol dapat digunakan sebagai pelarut, bahan untuk sanitasi atau penggunaan lain, g) Produk cair yang berasal dari hasil samping industri minuman keras yang diperoleh hanya dengan pemisahan secara fi ik tidak boleh digunakan, Namun jika produk ini direaksikan dengan bahan lain atau dilakukan proses biotransformasi sehingga ‘menghasilkan produk baru, maka produk baru ini dapat digunakan. h) Produk padat yang berasal dari hasil samping industri minuman beralkohol seperti brewer yeast dapat digunakan setelah dicuci dengan air sehingga hilang bau dan warna minuman beralkoholnya. i) Bahan tidak boleh bercampur dengan bahan najis atau haram. §) Bahan harus dihasilkan dari fasilitas produksi yang bebas bahan turunan babi, k) Bahan yang merupakan produk mikrobial harus memenuhi persyaratan berikut: (i) media pertumbuhan tidak boleh menggunakan bahan turunan babi, (ii) jika tidak ada pemisahan produk dari media, maka bahan yang digunakan untuk media pertumbuhan mikroba harus suci dan halal, (iii) jika ada pemisahan produk dari media, maka persyaratannya mengikuti kriteria bahan point d, dan (iv) jika digunakan mikroba rekombinan, maka tidak boleh digunakan gen babi atau gen manusia. 1) Bahan harus memenuhi aspek keamanan dan kesehatan sesuai regulasi yang berlaku. 5, Fasilitas Produksi Fasilitas produksi mencakup bangunan, ruangan, mesin dan peralatan utama serta peralatan pembantu yang digunakan untuk menghasilkan produk. Berdasarkan penggunaannya, fasilitas produksi dikategorikan menjadi dua, yaitu halal dedicated facility dan sharing facility. Halal dedicated facility adalah fasilitas yang hanya digunakan untuk produksi halal. Sharing facility adalah fasilitas yang digunakan secara Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System | 16 dari 51 bergantian untuk produksi produk halal dan menghasilkan produk yang tidak rtifikasi Fasilitas produksi dapat terkena tiga jenis najis yaitu, najis ngan, najis sedang dan najis berat. Fasilitas disebut terkena najis ringan jika fasilitas terkontaminasi oleh air kencing bayi laki-laki yang belum mengkonsumsi apapun slain Air Susu Ibu (ASI). Fasilitas terkena najis berat jika fasilitas kontak langsung dengan bahan atau produk turunan babi. Fasilitas yang terkena najis yang tidak tergolong najis ringan atau najis berat, maka fasilitas tersebut dinilai terkena najis sedang, misalnya fasilitas kontak langsung dengan darah, bangkai atau khamr (minuman beralkohol).. Fasilitas bebas babi (pork free facility) adalah: (i) Fasilitas yang tidak pernah kontak Jangsung dengan bahan atau produk turunan babi (tidak terkena najis berat), (ii) Jika fasilitas pernah kontak langsung dengan bahan atau produk turunan babi (terkena najis berat), maka harus dicuci 7 kali dengan air dan salah satunya dengan tanah, sabun, deterjen atau bahan kimia yang dapat menghilangkan bau dan warna najis, Setelah pencucian ini, fasilitas tidak boleh kontak langsung lagi dengan bahan atau produk turunan babi, a) Semua fasilitas yang menghasilkan produk yang didaftarkan dan dipasarkan di Indonesia atau negara lain yang mempersyaratkan halal — harus didaftarkan (dicantumkan dalam aplikasi sertifikasi). Fasilitas ini mencakup fasilitas milik sendiri atau disewa dari pihak lain. Jika produk yang didaftarkan berupa produk retail, maka pabrik yang harus didaftarkan adalah seluruh pabrik yang menghasilkan produk dengan merek/brand yang sama yang dipasarkan di Indonesia atau di negara Jain yang mempersyaratkan halal. Jika produk yang didaftarkan berupa produk non retail, maka fasiltas yang harus didaftarkan adalah seluruh fasilitas yang menghasilkan produk yang dipasarkan di Indonesia atau negara lain yang mempersyaratkan halal. b) Fasilitas pendingin (chiller/refrigerator dan freezer) yang digunakan untuk menyimpan bahan dari bagian tubuh hewan sembelihan dan produk olahannya, harus halal dedicated. ©) Fasilitas selain yang disebutkan pada point b) di atas dapat bersifat sharing facility. Jika digunakan sharing facility, maka semua fasilitas yang kontak langsung dengan bahan atau produk harus bersifat bebas babi (pork free). Persyaratan bebas babi (pork free) pada sharing facility dapat dipenuhi dengan mempersyaratkan semua bahan yang digunakan dilengkapi dengan sertifikat halal, kecuali bahan tidak kritis, atau pernyataan dari produsen bahwa tidak ada penggunaan bahan turunan babi Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System “17 dari 1 pada seluruh tahapan produksinya, Dokumen pernyataan dari produsen tersebut juga dapat dimintakan dalam bentuk kuesioner atau check list. d) Fasilitas yang kontak langsung dengan bahan atau produk yang digunakan untuk produksi, harus bebas najis ringan dan najis sedang. Jika fasilitas terkena najis ringan atau najis sedang, maka fasilitas harus dicuei. Pencucian ini dapat dilakukan dengan air atau non air seperti dibilas dengan dekstrin, maltodekstrin atau skim milk powder, diseka dengan lap basah, disikat, atau disemprot dengan udara bertekanan, Pencucian dengan bahan non air diperbolehkan jika pencucian dengan air dapat menyebabkan kerusakan fasilitas, produk atau kesulitan teknis lain. Pencucian ini juga hanya diperbolehkan jika fasilitas terbuat dari bahan yang tidak menyerap najis atau bersifat inert. Contoh fa: jitas yang kontak langsung dengan bahan atau produk, adalah wadah penimbangan bahan, wadah produk antara, tangki pencampuran dan peralatan pengambilan sampel bahan atau produk. e) Fasilitas yang tidak kontak langsung dengan bahan atau produk dapat digunakan secara bersama untuk bahan atau produk halal dan bahan atau produk yang tidak Aisertifikasi dengan syarat bahan atau produk halal tidak terkontaminasi najis. Contoh fasilitas yang tidak kontak langsung dengan bahan atau produk adalah gudang. Gudang bahan atau produk dapat digunakan untuk menyimpan bahan atau produk halal dan bahan atau produk yang tidak disertifikasi sepanjang dapat dijamin. bahwa bahan atau produk halal tidak terkena najis. f)__ Fasilitas pencucian peralatan produksi halal hanya boleh digunakan untuk mencuci peralatan yang digunakan di halal dedicated facility atau sharing facility yang memenuhi_ kriteria. Fasilitas pencucian tidak boleh digunakan bersama atau bergantian dengan peralatan yang kontak dengan bahan yang berasal dari babi atau turunannya, 8) Peralatan pengambilan sampel dan wadah sampel harus memenuhi persyaratan bebas babi. bh) Pencucian peralatan pengambilan sampel dan wadah sampel tidak boleh dilakukan i fasilitas pencucian yang digunakan bersama atau bergantian dengan peralatan yang kontak dengan bahan yang berasal dari babi atau turunannya, i) _ Jika karena alasan tertentu, peralatan pengambilan sampel atau wadah sampel harus isterilisasi dengan otoklaf maka otoklaf tersebut tidak boleh digunakan bersama atau bergantian dengan peralatan yang Kontak dengan bahan yang berasal dari babi atau turunannya. j) _Peralatan pembantu seperti kuas yang digunakan dalam produksi dan berpeluang Kontak langsung dengan produk tidak boleh berasal dari bahan najis. Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System | 18dari 51 k) Jika terdapat persyaratan tertentu dari negara tujuan ekspor terkait fasilitas produksi, maka kriteria dapat mengikuti skema negara tujuan ekspor. 6. Produk Produk yang didaftarkan dapat berupa produk retail, non retail, produk akhir atau produk antara (intermediet). a) Nama/simbol produk yang dapat disertifikasi halal harus memenuhi persyaratan berikut: i, Tidak menggunakan nama minuman beralkohol; ii, Tidak menggunakan nama babi dan anjing serta turunannya; Tidak menggambarkan kekufuran dan kemaksiatan; iv. Tidak bertentangan dengan akidah Islam; v, Tidak terkait ibadah agama dan kepercayaan lain, b)_Karakteristik/profil sensori produk tidak boleh memiliki kecenderungan baw atau rasa yang mengarah kepada produk haram. Rasa / aroma yang tidak diperbolehkan adalah: i, Produk yang mengarah ke rasa / aroma olahan daging babi; ii, Produk yang mengarah ke rasa / aroma khamr. ©) Bentuk produk yang dapat disertifikasi harus memenuhi persyaratan berikut : i, Tidak menggunakan bentuk babi atau anjing; ii, tidak menggunakan bentuk hewan haram lain selain babi dan anjing yang persis dengan hewan aslinya baik bentuk maupun warnanya; iii, Tidak menggunakan bentuk produk yang menggambarkan sifat erotis atau porno. 4) Kemasan produk harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : i, Tidak menggunakan kemasan bergambar anjing atau babi sebagai fokus utama; fi, ‘Tidak menggunakan kemasan yang bergambar erotis atau porno; fii, ‘Tidak menggunakan kemasan yang berbentuk erotis atau porno. CATATAN — : Kemasan luar produk diperbolehkan ada tulisan selamat Valentine atau perayaan agama lain dengan catatan tidak boleh meletakkan logo halal di kemasan tersebut. Gambar kemasan yang mengarah crotis atau porno dengan tujuan menjelaskan kegunaan produk diperbolehkan, seperti gambar pada produk pembalut wanita. Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System 19 dari 51 e) Khusus untuk produk retail, jika suatu produk dengan merek/brand tertentu didaftarkan, maka semua varian atau produk lain dengan merek/brand yang sama yang dipasarkan di Indonesia atau negara lain yang mempersyaratkan halal harus didaftarkan untuk disertifikasi halal. i. Produk baru dengan merek/brand yang sama dengan produk yang sudah disertifikasi harus sudah disertifikasi halal sebelum diedarkan; ii, Pada kasus produk non retail atau intermediet, aplikasi sertifikasi dapat dilakukan untuk sebagian atau seluruh produk. f) Produk yang dikemas ulang (repacked) atau diberi label ulang (relabeled) dapat diajukan untuk disertifikasi dengan syarat produk tersebut memiliki ketetapan halal MUI, atau produk memenuhi persyaratan berikut : i. produk merupakan bahan dalam positive list; ii, produk diproduksi menggunakan bahan tidak kritis yang ada dalam positive list kemudian diproses dengan menggunakan satu bahan penolong yang kritis dan dilengkapi dengan dokumen yang memadai; iii, produk memiliki sertifikat halal dari lembaga lain yang tercantum di dalam website www-halalmui.org, yang dalam prosesnya menggunakan dua bahan Ikritis (selain bahan yang wajib dilengkapi dengan sertifikat halal, yaitu bahan turunan hewani, flavor, fragrance, whey, dan vitamin premiks); iv. khusus produk yang diproduksi di Indonesia, yang dalam prosesnya ‘menggunakan dua bahan kritis (selain bahan turunan hewani, flavor, fragrance, whey, dan vitamin premiks) dimana bahan kiritis dilengkapi dengan sertifikat Halal. g) Khusus untuk produk minuman, kadar etanol dalam produk harus kurang dari 0,5%. Untuk produk lainnya, kadar etanol dalam produk tidak dibatasi sepanjang tidak membayakan kesehatan. 7. Prosedur Tertulis Aktivitas Kritis Aktivitas kritis adalah aktivitas yang dapat mempengaruhi status kehalalan produk. Secara umum, aktivitas kritis mencakup penggunaan bahan baru untuk produk yang sudah disertifikasi, pemeriksaan bahan datang, produksi, pencucian fasilitas produksi, pengembangan dan penjualan produk baru, penyimpanan bahan dan produk serta ‘transportasi bahan dan produk. Ruang lingkup aktivitas kritis bervariasi sesuai dengan proses bisnis perusahaan. Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System 20 dari 51 Prosedur tertulis dapat berupa SOP (Standard Operating Procedure), instruksi kerja atau bentuk panduan kerja yang lain. Prosedur tertulis ini dapat ybungkan dengan dengan prosedur sistem lain yang diterapkan perusahaan. 7.1 Penggunaan Bahan Baru Untuk Produk Yang Sudah Disertifikasi a) Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis penggunaan bahan baru untuk produk yang sudah disertifikasi, Bahan baru dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (i) Bahan yang berbeda, (ii) Bahan yang sama namun dari produsen dan atau alamat produsen yang berbeda. b) Prosedur tertulis harus menjamin bahwa setiap penambahan bahan baru untuk produk yang sudah disertifikasi harus mendapatkan persetujuan tertulis, dari LPPOM MUL. Persetujuan tertulis penggunaan bahan baru diberikan dalam. tiga bentuk, yaitu: i. Dalam bentuk positive list. Setiap bahan tidak kritis yang tercantum dalam positive list dapat langsung digunakan untuk produk yang sudah disertifikasi ii, _Khusus untuk bahan yang tercantum di database L>POM MUI yang dapat dilihat di website www.halalmuiorg, Jurnal Halal atau melalui aplikasi Halal MUI, maka bahan tersebut telah disetujui sehingga dapat langsung digunakan untuk produk yang sudah disertifikasi. Jika bahan baru tidak termasuk dalam positive list atau tidak tercantum dalam database LPPOM MUI, maka permintaan persetujuan tertulis harus disampaikan lewat sistem online CEROL di menu inquiry material approval. Perusahaan boleh menggunakan bahan Kategori ini jika telah mendapat surat persetujuan tertulis ©) Penggunaan bahan untuk percobaan produksi (trial), pengembangan produk baru atau produk yang tidak disertifikasi yang menggunakan sharing facility harus menjamin bahan bebas bahan turunan babi. Persyaratan ini dapat dipenubi dengan memastikan bahan dilengkapi dengan sertifikat halal, bahan termasuk dalam positive list atau bahan dilengkapi pernyataan bebas turunan babi (porcine free statement) atau bebas bahan hewani (animal free statement) dari produsennya. 4) Bukti implementasi prosedur tertulis penggunaan bahan baru untuk produk yang sudah disertifikasi harus dipelihara. 7.2 Pemer aan Bahan Datang a) Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis pemeriksaan bahan datang. Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System | 21 dari 51 b) Prosedur tertulis harus menjamin kesesuaian nama bahan, kode bahan (Jika ada), nama produsen dan alamat produsen serta kode produsen (jika ada) yang tercantum di label/kemasan bahan dengan yang tercantum di dokumen pendukung bahan. Dalam pemeriksaan ini, logo halal harus dipastikan ada di label/kemasan jika bahan dilengkapi dengan sertifikat halal yang mempersyaratkan dicantumkannya logo halal. i, Beberapa lembaga sertifikasi luar negeri mempersyaratkan pencantuman logo halal pada label produk yang disertifikasi. Persyaratan ini dapat dilihat pada sertifikat yang dikeluarkan. Jika bahan dilengkapi dengan sertifikat ini, maka pemeriksaan bahan datang harus mencakup pemeriksaan logo halal. ii, Bahan tidak kritis boleh tidak diperiksa ketika penerimaan bahan. ©) Untuk bahan dengan sertifikat halal per pengapalan, prosedur — harus menjamin kesesuaian nomor lot dan tanggal produksi antara yang tertera dalam label dengan yang tertulis dalam sertifikat halal. Khusus untuk daging dengan sertifikat halal per pengapalan, pemeriksaan mencakup tanggal penyembelihan (slaughtering date), tanggal pengemasan (packing date), dan nomor Rumah Potong Hewan (abattoir number/establishment of origin). 4) Jikabahan dikemas ulang atau dilabel ulang oleh supplier, maka harus dipastikan kesesuaian nama bahan, nama produsen dan negara asal produsen yang tercantum di label/kemasan bahan dengan yang tercantum di dokumen pendukung bahan, termasuk adanya logo halal jika dipersyaratkan, Pemastian dapat dilakukan dengan melakukan audit supplier secara berkala atau memintakan bukti kemasan asli atau dokumen tertentu untuk setiap pengiriman, e) Buktiimplementasi prosedur tertulis pemeriksaan bahan datang harus dipelihara. 7.3 Produksi a) Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis untuk semua tahapan produksi, b) Prosedur tertulis harus menjamin produksi halal hanya menggunakan bahan yang disetujui LPPOM MUI dan dilakukan di fasilitas produksi yang memenuhi kriteria fasilitas. Bahan yang telah disetujui POM MUI terdiri dari 2 kategori, yaiti i) Bahan yang sudah digunakan untuk produk yang sudah disertifikasi (bahan yang ada dalam daftar bahan di sistem online CEROL), (ti) Bahan baru yang telah disetujui LPPOM MUI seperti yang Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System | 22daris1 tercantum dalam poin b kriteria penggunaan bahan baru untuk produk yang sudah disertifik: ©) _Jika produk mempunyai formula, maka formula baku (formula yang menjadi rujukan dalam proses produksi) harus tersedia. ) Bukti implementasi prosedur tertulis untuk semua tahapan produksi harus dipelihara, 7.4 Pencucian Fasilitas Produksi a) _ Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis pencuci fasilitas produksi b) Prosedur tertulis harus menjamin pencucian fasilitas produksi yang kontak langsung dengan bahan atau produk dapat menghilangkan najis. Kecukupan pencucian diukur dengan hilangnya warna dan baw najis. Q) Bukt dipelihara. plementasi prosedur tertulis pencucian fasilitas produksi harus 7.5 Peluncuran Produk Baru a) Khusus untuk produk retail, perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis peluncuran produk baru, b) Prosedur tertulis harus menjamin produk baru dengan merek/brand yang sama dengan produk yang sudah disertifikasi telah disertifikasi sebelum dipasarkan di Indonesia atau negara lain yang mempersyaratkan halal. ©) Bukti implementasi prosedur tertulis penjualan produk retail baru harus dipelihara. 7.6 Penanganan dan Penyimpanan Bahan dan Produk a) Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis penanganan dan penyimpanan bahan dan produk. b) Prosedur tertulis harus menjamin bahan dan produk tidak terkontaminasi najis selama penanganan dan penyimpanan. ©) Bukti implementasi prosedur tertulis penanganan dan penyimpanan bahan dan produk harus dipelihara, 7.7 Transportasi Bahan Dan Produk a) Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis transportasi bahan dan produk. b) Prosedur tertulis harus menjamin bahan dan produk tidak terkontaminasi is selama transportasi. ©) Bukti implementasi prosedur tertulis transportasi bahan dan produk harus dipelihara. Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System | 23.dari 51 8. Kemampuan Telusur (Traceability) a) Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis yang menjamin ketertelusuran produk yang disertifikasi. b) _ Prosedur tertulis harus menjamin produk yang disertifikasi dapat ditelusuri berasal dari bahan yang memenuhi kriteria bahan, kriteria penggunaan bahan baru dan diproduksi di fasilitas yang memenuhi kriteria fasilitas. ©) Perusahaan yang menerapkan pengkodean bahan harus menjamin bahan dengan kode yang sama dan digunakan untuk produksi halal mempunyai status halal yang sama, 4) Buktiimplementasi prosedur tertulis kemampuan telusur produk harus dipelihara. Penanganan Produk yang Tidak Memenuhi Kriteria Produk yang tidak memenuhi kriteria adalah produk yang sudah disertifika tetapi terlanjur diproduksi menggunakan bahan yang tidak memenuhi kriteria bahan atau kriteria penggunaan bahan baru atau diproduksi di fasilitas yang tidak memenuhi kriteria fasilitas. a) Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis menangani produk yang tidak memenuhi kriteria, b) Prosedur tertulis harus menjamin produk yang tidak memenuhi kriteria tidak dijual ke konsumen yang mempersyaratkan produk halal. Jika produk sudah terlanjur dijual, maka produk harus ditarik. i. Produk yang tidak memenuhi kriteria tidak boleh diproses ulang (rework), down grade atau direformulasi dan diklaim sebagai produk halal. ii, Produk yang tidak memenuhi kriteria tidak boleh diklaim sebagai produk halal. iii, Jika produk yang tidak memenuhi kriteria tidak dapat dijual ke konsumen yang 7 dimusnahkan atau dapat dimanfaatkan sebagai pakan. k mempersyaratkan produk halal, maka produk tersebut harus ©) Bukti implementasi prosedur tertuli menangani produk yang tidak memenuh harus dipelihara. 10. Audit Internal Audit internal adalah verifikasi pemenuhan kriteria HAS 23000-1 yang dilakukan oleh auditor dari internal perusahaan. a) Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis audit internal b) Audit internal harus dilakukan setidaknya satu kali dalam setahun, Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System 24 dari 51 ©) Audit internal harus dilakukan oleh auditor internal yang yang memiliki kompetensi dalam merencanakan, implementasi, evaluasi dan perbaikan sistem jaminan halal sesuai dengan persyaratan sertifikasi halal HAS 23000-1 dan tanggung jawabnya dalam audit internal. i. Secara umum ruang lingkup audit internal adalah pemenuhan kriteria dalam implementasi sistem jaminan halal di perusahaan. Ruang lingkup audit internal dapat ditentukan sendiri oleh perusahaan sesuai dengan kebutuhan. Jika perusahaan menggunakan fasilitas produksi pihak lain (contoh : melakukan maklon atau toll manufacturing, penyimpanan di gudang eksternal, dan sebagainya), maka ruang lingkup audit internal juga mencakup implementasi sistem jaminan halal di fasilitas tersebut. Jadwal pelaksanaan audit internal dapat digabungkan dengan audit internal sistem lain yang diimplementasikan perusahaan. Perusahaan dapat mengembangkan perangkat audi internal (seperti check list dan bentuk laporan) sesuai dengan proses bisnisnya, @) Auditor internal harus bebas kepentingan atau dapat bersikap obyektif terhadap area yang diaudit. Untuk menjamin independensi, audit internal dapat dilakukan secara audit silang (auditor dari divisi/bidang tertentu melakukan audit terhadap divisi/bidang lain) atau dilakukan oleh seorang/tim khusus yang ditunjuk. e) Hasil audit internal harus disampaikan ke semua pihak yang berkepentingan dalam audit internal. f)_Jika ditemukan kelemahan (tidak terpenuhinya kriteria) dalam audit internal, maka perusahaan harus mengidentifikasi akar penyebabnya dan melakukan perbaikan, Perbaikan harus dilakukan dengan target waktu yang jelas dan harus mampu menyelesaikan kelemahan serta mencegah terulangnya kelemahan di masa yang akan datang, g) Hasil audit internal harus disampaikan ke LPPOM MUI dalam bentuk laporan berkala melalui menu Regular Report di sistem online CEROL. h) Bukti implementasi prosedur tertulis audit internal harus dipelihara, 11. Kaji Ulang Manajemen Kaji ulang manajemen adalah evaluasi efektifitas pelaksanaan sistem jaminan halal yang dilakukan oleh manajemen. a) Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis kaji ulang manajemen. b) Kaji ulang manajemen harus dilakukan setidaknya sekali dalam setahun Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System pe i, Pelaksanaan kaji ulang dapat digabungkan dengan kaji ulang manajemen sistem lain yang diimplementasikan perusahaan, ii, Bahan Kaji ulang manajemen dapat bersumber dari hasil audit internal, audit eksternal, atau hasil kaji ulang manajemen sebelumnya. Kaji ulang manajemen juga dapat dilakukan jika ada perubahan dalam perusahaan yang mempengaruhi efektifitas pelaksanaan sistem jaminan halal, ©) Bukti implementasi prosedur tertulis kaji ulang manajemen harus dipelihara Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System B. Kebijakan dan Prosedur Sertifikasi Sertifikasi halal diajukan ke Majelis Ulama Indonesia (MUI). Prosedur dan keputusan sertifikasi halal ditangani oleh dua lembaga dibawah MUI, yaitu LPPOM MUI dan Komisi Fatwa MUL LPPOM MUI menangani pemeriksaan kecukupan dokumen, penjadwalan audit, pelaksanaan audit, rapat auditor, penerbitan audit memorandum, penyampaian berita acara hasil audit dalam rapat Komisi Fatwa MUI, keputusan komisi fatwa MUI terkait kehalalan produk berdasarkan hasil audit dan penerbitan ketetapan halal MUL Secara umum prosedur sertifikasi halal MUI disajikan dalam Gambar 1. ost avoir Gambar 1. Prosedur Sertifikasi Halal Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System | 27 dari 51 1. Pendaftaran 1.1 Kebijakan a) Persyaratan Pendaftaran i. Perusahaan yang hendak mengajukan sertifikasi halal harus menerapkan SJH. Kriteria SJH i, Perusahaan harus menyusun Manual SJH yang berisi panduan teknis jikan pada bagian kriter! implementasi SJH di perusahaan atau cara pemenuhan 11 kriteria SJH di perusahaan, iii, Manual SJH dan beberapa bukti implementasinya seperti bukti diseminasi kebijakan halal, bukti pelaksanaan pelatihan internal dan bukti audit internal dan harus diunggah pada saat pendaftaran di sistem online CEROL SS 23000. iv, Ketentuan pendaftaran produk, yaitu sebagai berikut 1) Untuk produk retail maka produk harus ditulis rinei untuk semua nama dan varian produk sesuai dengan izin edar. 2) Untuk produk non retail, maka penulisan produk dapat : secara rinci untuk semua nama/kode/varian produk, atau (ii) dituliskan sebagai satu nama produk yang umum, dengan syarat: (i) Akad biaya dengan sistem kontrak, dan (ii) Semua produk di pabrik tersebut harus disertifikasi. 3) Untuk produk flavor/seasoning/fragrance, semua fantasy name yang memerlukan Sertifikat halal harus didaftarkan untuk disertifikasi. CATATAN : Fantasy name adalah nama produk yang sama namun memiliki beberapa kode produk yang berbeda. b) Pendaftar Sertifikasi i. Perusahaan yang dapat mengajukan sertifikasi halal adalah produsen (penghasil produk yang didaftarkan), distributor atau pemilik fasilitas produksi (pemilik pabrik yang menghasilkan produk yang didaftarkan tetapi produk milik pihak lain). ii, Pada kasus pendaftar adalah distributor, dapat mengajukan sertifikasi halal dengan syarat : 1) Manual Sistem Jaminan Halal dibuat oleh distributor sebagai pendaftar sertifikasi yang mencakup lingkup aktivitas di produsen (penghasil produ yang didaftarkan) 2), Jaminan dari produsen (penghasil produk yang didaftarkan) bahwa akan selalu konsisten mengimplementasikan Sistem Jaminan Halal, Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System | 2B dari 51 iii, Pada kasus pendaftar adalah pemilik fasilitas produksi yang mengajukan sertifikasi halal untuk produk milik pihak lain, dapat mengajukan sertifikasi halal untuk produk pihak lain dengan syarat 1) Ada perjanjian tertulis dengan pemilik produkt atau penugasan dari pemilik produk bahwa pemilik fasilitas produksi/pabrik diberi kewenangan untuk mendaftarkan produk yang dihasilkan, 2) Jika produk yang diajukan sertifikasi halal berupa produk retail, maka harus ada komitmen tertulis dari pemilik produk untuk mendaftarkan semua produk dengan merek/brand yang sama yang dipasarkan di Indonesia atau negara lain yang mempersyaratkan halal. Produk dengan yang merek/brand yang sama berbeda. (i dapat diproduksi di beberapa pabi ©) Jenis Pendaftaran Pendaftaran sertifikasi diajukan berdasarkan kelompok produk. Ketentuan ketetapan halal MUI dapat dilihat pada sistem online CEROL. Perusahaan yang mendaftarkan satu kelompok produk kelompok dan jenis produk yang mer tertentu hanya perlu mengajukan satu pendaftaran, Jika perusahaan mendaftarkan beberapa kelompok produk yang berbeda, maka pendaftaran harus dilakukan sesuai dengan jumlah kelompok produk tersebut. Jenis pendafataran sertifikasi dibedakan menjadi 3, yaitu: i, Pendaftaran Baru Pendafataran baru adalah pendaftaran yang dilakukan oleh: (i) perusahaan yang belum pernah mendapatkan ketetapan halal, (ii) perusahaan yang pernah mendapatkan ketetapan halal tetapi tidak melakukan perpanjangan lebih dari 6 bulan sejak masa berlaku ketetapan halal berakhir (dihitung dari masa kadaluarsa ketetapan halal hingga complete date aplikasi di sistem online CEROL), (ili) perusahaan yang mempunyai ketetapan halal yang masih berlaku dan hendak menambahkan produk untuk disertifikasi dengan kelompok yang berbeda dari kelompok produk yang sudah disertifikasi. Untuk pendaftaran baru, MUI akan menerbitkan ketetapan halal dengan nomor baru. i. Pendaftaran Pengembangan Pendaftaran pengembangan adalah pendaftaran yang dilakukan oleh perusahaan yang sudah mempunyai ketetapan halal yang masih berlaku. Pendaftaran ini dilakukan untuk: (i) sertifikasi produk baru dengan kelompok Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System 29 dari 51 yang sama dengan produk yang sudah disertifikasi, (fi) menambahkan pabrik baru yang akan menghasilkan produk yang sudah disertifikasi iii, Pendaftaran Perpanjangan Pendaftaran ini adalah pendaftaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk ‘memperpanjang masa berlaku ketetapan halal. Untuk pendaftaran ini, MUI menerbitkan ketetapan halal dengan nomor yang sama dengan nomor ketetapan halal sebelumnya. 1.2 Prosedur a) Pendaftaran sertifikasi melalui LPPOM MUI dilakukan melalui sistem online CEROL SS 23000. Khusus bagi perusahaan China dengan lokasi pabrik di China, perusahaan Korea dengan lokasi pabrik di Korea, dan perusahaan Taiwan dengan lokasi pabrik di Taiwan pendaftaran dilakukan melalui kantor perwakilan LPPOM MUI yang ada di China, Korea dan Taiwan. b) Perusahaan melakukan data sign up di sistem online CEROL (bagi yang belum memiliki account sistem online CEROL). ©) Perusahaan mengisi data registrasi. 4) Perusahaan mengunggah (upload) dokumen berikut : i, Ketetapan halal sebelumnya untuk kelompok produk yang sama, beserta Jampirannya untuk pendaftaran pengembangan atau perpanjangan. Manual SJH (untuk pendaftaran baru, perpanjangan dan pengembangan dengan status SJHB), Status/Sertifikat SJH terakhir (untuk pendaftaran pengembangan dan perpanjangan). iv, Diagram alir proses produksi untuk produk yang didaftarkan, Diagram alir dibuat untuk setiap jenis produk. v. Pernyataan dari pemilik fasilitas produksi bahwa fasilitas produksi yang kontak langsung dengan bahan dan produk (termasuk peralatan pembantu) tidak digunakan secara bergantian untuk menghasilkan produk halal dan produk yang mengandung babi/turunannya atau jika pernah digunakan untuk memproduksi produk yang mengandung babi dan turunannya maka telah dilakukan pencucian 7 kali menggunakan air dan salah satunya dengan tanah, sabun, deterjen atau bahan kimia yang dapat menghilangkan bau dan wamna najis. vi, Daftar alamat seluruh fasilitas produksi, termasuk pabrik maklon dan gudang bahan/produk intermediet. Khusus untuk produk gelatin, jika bahan baku (Kulit, tulang, kerongkongan, bone chips, dan/atau ossein) tidak Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System | 30 dari 51 bersertifikat halal, maka alamat seluruh pemasok bahan baku, juga harus dicantumkan. Bukti diseminasi kebijakan halal. viii. Bukti pelaksanaan pelatihan internal ix. Bukti pelaksanaan audit internal. x. Bukti jin perusahaan seperti : Surat Izin Usaha Industri, Surat Izin Usaha Mikro dan Kecil, Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), atau Surat Keterangan Keberadaan Sarana Produksi yang diterbitkan oleh perangkat daerah setempat (untuk perusahaan yang berlokasi di Indonesia). xi, Rangkuman (deskripsi singkat) implementasi program pesyaratan dasar/Prerequisite Program (PRP), table CCP, atau Diagram Alir Dasar untuk registrasi produk yang akan diekspor ke Uni Emirat Arab. ©) Perusahaan mengisi nama dan alamat pabrik serta nomor kontak personil, f) Perusahaan mengisi data produk (nama produk, kelompok produk dan jenis produk) 8) Perusahaan mengisi data bahan (nama bahan, produsen, negara produsen, supplier, data dokumen bahan) beserta dokumen pendukung bahan. h) Perusahaan mengunggah dokumen matriks produk vs bahan. 2, Pemeriksaan Pre Audit 2.1 Kebijakan Pre audit dilakukan oleh satu atau lebih dari satu auditor yang ditunjuk sebagai auditor pre audit. 2.2 Prosedur Pemeriksaan Pre Audit terdiri dari dua tahap yaitu tahap tinjauan permohonan untuk menentukan apakah registrasi yang diajukan perusahaan dapat diterima dan tahap pemeriksaan kecukupan dokumen untuk memastikan bahwa semua dokumen yang disampaikan perusahaan saat pendaftaran telah mencukupl. a) Tinjauan Permohonan i. LPPOM MUI melakukan pemeriksaan terhadap berkas permohonan, yang meliputi: 1) Pendaftar sertifikasi 2) Produk yang didaftarkan 3) Negara asal pendaftar 4) Ijin usaha Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System | 3tdari st ii, Jika persyaratan permohonan tidak sesuai maka LPPOM MUI memberikan informasi melalui email kepada perusahaan bahwa registrasi tidak dapat diproses dengan memberikan alasan sesuai hasil tinjauan, Jika persyaratan permohonan sesuai, maka proses dilanjutkan ke tahapan pemeriksaan kecukupan dokumen. b) Pemeriksaan Kecukupan dokumen Kecukupan dokumen pendaftaran sertifikasi diperiksa dan jika dinilai cukup, maka akan dilakukan penjadwalan audit. jika dokumen tidak cukup, maka akan dikirimkan audit memorandum melalui sistem online CEROL dan perusahaan harus menindaklanjutinya sehingga semua perbaikan terhadap kekurangan telah dipenuhi 3. Pembayaran Biaya Sertifikasi 3.1 Kebijakan a) Biaya sertifikasi mencakup biaya preaudit sampai dengan penetapan halal yang dinyatakan dalam Hari Orang Kerja (HOK/mandays), publikasi produk halal di website LPPOM MUI dan direktori halal, biaya survailen, biaya pelayanan pasca sertifikasi halal, a pengujian Laboratorium (jika dilakukan pengambilan sampel), dan pajak pertambahan nilai (PPN) untuk perusahaan dalam negeri. ‘Transportasi lokal, tiket dan akomodasi (untuk audit di luar kota atau di luar neget tidak termasuk dalam biaya sertifikasi b) Perusahaan yang telah melunasi biaya sertifikasi dapat mengajukan pembuatan Surat Keterangan Proses, yang dibedakan menjadi 2 jenis yaitu i. Surat Keterangan Proses Perpanjangan (SKPP) SKPP adalah surat yang diterbitkan LPPOM MUI yang menjelaskan perusahaan tertentu sedang mengajukan pendaftaran sertifikasi perpanjangan dan prosesnya belum selesai. Selain perusahaan sudah melunasi biaya sertifikasi, ketentuan lain untuk memperoleh SKPP adalah: 1) semua bahan yang digunakan telah dilengkapi dokumen pendukung yang memenuhi persyaratan, dan 2) alamat pabrik tidak berubah. SKPP berlaku tiga bulan dan dapat diperpanjang satu kali, SKP dapat diperpanjang dengan syarat status registrasi telah pass pre audit dan jadwal audit telah disepakat ii, Surat Keterangan Proses (SKP). Surat Keterangan Proses (SKP) adalah surat yang diterbitkan LPPOM MUI yang menjelaskan bahwa perusahaan tertentu sedang mengajukan pendaftaran Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System | 32dari 51 sertifikasi dan prosesnya belum selesai, SKP dapat diterbitkan untuk semua jenis pendaftaran (baru, pengembangan, perpanjangan). SKP berlaku tiga bulan dan dapat diperpanjang satu kali. SP dapat diperpanjang dengan syarat status registrasi telah pass pre audit dan jadwal audit telah disepakati. ©) Jika ada penambahan data (bahan, produk, fasilitas) yang mempengaruhi jumlah HOK/mandays maka akan diterbitkan revisi akad biaya sertifikasi halal. 3.2 Prosedur a) LPPOM MUI membuat akad biaya sertifikasi halal setelah informasi di sistem online CEROL lengkap. b) Terdapat dua pilihan untuk sistem pembayaran biaya sertifikasi i, Cara umum yaitu pembayaran dilakukan untuk setiap registrasi. Cara kontrak yaitu pembayaran dilakukan per termin sesuai kesepakatan. Cara ini dapat dipilih oleh perusahaan yang sering melakukan pengembangan produk ©) Perusahaan melakukan pembayaran akad melalui transfer manual atau pembayaran online ke rekening LPPOM MUI. 4d) Kbusus untuk pembayaran melalui transfer manual, perusahaan mengirimkan akad sertifikasi yang sudah ditandatangani dan dicap perusahaan beserta bukti pembayaran ke LPPOM MUI di sistem online CEROL atau email. 4, Penjadwalan Audit Penjadwalan audit dapat dilakukan jika perusahaan sudah melengkapi proses preaudlit dan sudah melunasi biaya akad sertifikasi. 4.2 Prosedur a) Perusahaan mengajukan jadwal audit melalui sistem online CEROL. Jadwal yang diajukan dipertimbangkan sesuai dengan ketersediaan auditor dengan kompetensi yang sesuai dengan ruang lingkup audit. b) LPPOM MUI menunjuk auditor dan pada kasus tertentu juga anggota Komisi Fatwa. 5. Pelaksanaan Audit 5.1 Kebijakan a) Setiap pendaftaran sertifikasi_ akan diperiksa_kecukupan _ pemenuhan persyaratannya melalui audit. b) Audit dilakukan oleh satu atau lebih dari satu auditor tergantung pada beban audit. Pada kasus tertentu, audit dapat melibatkan anggota Komisi Fatwa MUI. Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System | 33dari 51 ©) Audit dibedakan menjadi dua, yaitu audit onsite dan audit ondesk. ) Audit onsite adalah audit yang dilakukan di lokasi perusahaan. Audit ini dapat dilakukan di kantor pusat, pabrik, gudang atau di fasilitas lain yang berkaitan dengan produksi produk yang didaftarkan. Dalam audit onsite, dilakukan verifikasi dokumen, verifikasi bukti implementasi SJH, wawancara dan observasi fasilitas. Audit onsite dilakukan untuk: i. pendaftaran baru oleh perusahaan yang baru pertama kali: mengajukan sertifikasi, ii, _pendaftaran baru oleh perusahaan yang pernah mendapatkan ketetapan halal MUI tetapi tidak melakukan perpanjangan lebih dari 6 bulan sejak masa berlaku ketetapan halal berakhir, i. pendaftaran pengembangan berupa penambahan pabrik, iv, pendaftaran pengembangan berupa penambahan produk dan kelompok produk baru untuk disertifikasi yang diajukan oleh perusahaan dengan status implementasi SJH B, dan v. pendaftaran perpanjangan status / sertifikat SJH, e) Pada saat audit onsite, produksi dipersyaratkan sedang berlangsung. Jika produksi skala komersial belum dilaksanakan, maka perusahaan dapat melakukan produksi skala trial, skala kecil atau menunjukkan produksi produk lain dengan proses dan fasilitas produksi yang serupa dengan produk yang didaftarkan, £) Audit ondesk lebih bersifat verifikasi dokumen atau bukti implementasi SJH. Audit ondesk secara umum dilakukan di kantor LPPOM MUI tanpa perlu kehadiran perwakilan perusahaan. Bila verifikasi dokumen atau bukti implementasi SH tidak dapat ditunjukan langsung kepada auditor melalui sistem online CEROL, maka audit ondesk harus dilakukan dengan kehadiran perwakilan dari perusahaan. Audit ondesk dilakukan untuk pendaftaran pengembangan berupa penambahan produk dan kelompok produk baru untuk disertifikasi yang diajukan oleh perusahaan dengan status implementasi SJH A atau sertifikat SJH, 5.2 Prosedur Prosedur pelaksanaan audit On-site terdiri dari : a) Pertemuan Pembukaan b) Audit: i. Auditor menilai pemenuhan kriteria SJH melalui serangkaian kegiatan audit, meliputi 1) Verifikasi kesesuaian manual dengan proses bisnis dan prosedur yang berlaku. Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) ii, Auditor mengi | 34 dari st Verifikasi bukti implementasi SJH, seperti bukti sosialisasi kebijakan halal, penunjukkan tim manajemen halal, pelatihan, dokumen pendukung, bahan, pemeriksaan bahan datang, produksi, formula produk (jika ada), kemampuan telusur, penanganan produk yang tidak memenuhi kriteria (jika ada), audit internal, laporan berkala, Kaji ulang manajemen. Observasi fasilitas produksi, penyimpanan bahan dan produk serta fasilitas lain yang yang relevan. Verifikasi bahan termasuk dokumen pendukung bahan. Verifikasi produk termasuk nama, bentuk, kemasan dan label, serta sensory profile produk (bila perlu). Verifikasi nama dan alamat kantor pusat dan fasilitas produksi, serta matriks bahan vs produk. Verifikasi bukti implementasi Good Manufacturing Practice (GMP). Verifikasi bukti implementasi HACCP/sistem keamanan pangan dan kesesuaian label. Pemeriksaan ini dilakukan untuk produk pangan yang akan dipasarkan ke UAE atau negara lain yang mempersyaratkan dan diklaim halal. Pengambilan sampel produk, jika diperlukan, Bahan / produk yang diambil sampel untuk diujt mengacu ke tabel 1. form hasil audit. iii, Auditor merumuskan kelemahan (weaknesses) implementasi SJH, jika ada, ©) Pertemuan Penutup i. Auditor menyampaikan ringkasan hasil audit. diberi waktu untuk konfirmasi akurasi kelemahan implement: Auditor menyampaikan kelemahan implementasi SJH, jika ada, Perusahaan i SJH_ yang disampaikan. iii, Setelah semua hasil audit disetujui pihak perusahaan, maka auditor harus meminta tanda tangan laporan hasil audit dan memperbanyak untuk semua pihak iv, Auditor menyampaikan tahapan proses berikutnya v, Auditor menyampaikan prosedur penyampaian keluhan dan banding, 6. Rapat Auditor 6.1 Kebijakan a) Hasil audit dibahas dalam forum rapat auditor b) Jika ada penambahan dan pengurangan data (bahan, produk, atau fasilitas) maka pengajuan dilakukan maksimal sebelum hasil audit dibahas dalam rapat auditor. Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System 6.2 Prosedur a) Berdasarkan hasil rapat auditor atau evaluasi dokumen hasil audit, jika masih ada kekurangan informasi, maka akan disampaikan audit memorandum melalui sistem online CEROL kepada perusahaan. b) Perusahaan menindaklanjuti audit memorandum sehingga persyaratan dipenuhi. 7.1 Kebijakan a) Analisis laboratorium dilakukan untuk beberapa produk tertentu sesuai dengan table dibawah ini, Pengambilan sampel dilakukan terhadap produk akhir dan /atau bahan baku (Tabel 1). Tabel 1 Daftar sampel yang diuyji No, [Produk Target uji _|Sampel yang diambil 1 [Daging olahan atau produk | Protein Produk akhir menggunakan bahan daging babi (termasuk ayam). ‘Tidak termasuk produk seasoning, Jemak dan asam lemak. 2 [Produk seasoning yang menggunakan | DNA babi Produk akhir bahan hewani seperti daging, tulang, kulit, dl 3, [Produk tarunan hewan DNA babi T. Bahan baku: produknya kolagen 2. Produk akhir: produknya ekstrak hewan, (termasuk dari ikan), chondroitin sulfate 4 [Produk yang menggunakan DNA babi Bahan baku dan termasuk gelatin dari ikan sebagai Produk akhir bahan baku/bahan tambahan 5 [Produk yang menggunakan DNA babi Bahan baku sebagai bahan penolong (gelatin) 6 |Produkenzim dari sumberhewani [DNA babi Produk akhir 7 [Produk yang menggunakan enzim dari |DNA babi Produk akhir sumber hewani sebagai bahan baku atau bahan tambahan) 8 [Produk yang menggunakan enzim [DNA babi Bahan baku dari sumber hewani sebagai bahan hewani) Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System 36 dari 51 9 |Minuman yang diperkirakan [Residu Produk akhir mengandung etanol__ yang _secara| etanol perhitungan diduga kadar etanol akhir b) Analisis Laboratorium dilakukan ketika i. Sebelum diajukan ke komisi fatwa untuk pendaftaran baru dan pengembangan, Ketika survailen untuk pendaftaran perpanjangan, 7.2 Prosedur Jika hasil audit dan analisis laboratorium (jika diperlukan) dinilai cukup, maka selanjutnya dipersiapkan laporan yang akan disampail an dalam rapat Komisi Fatwa. 8. Keputusan SJH 8.1 Kebijakan a) Berdasarkan hasil dari rapat auditor dan hasil respon perusahaan terhadap audit memorandum LPPOM MUI memberikan keputusan status implementasi SJH. b) Status implementasi SJH_(A atau B) ditentukan berdasarkan dua hal, yaitu ditemukannya kelemahan (weakness) implementasi SJH pada saat audit onsite dan tindakan perbaikan yang dilakukan untuk menyelesaikan kelemahan tersebut. ©) Kelemahan atau ketidaksesuaian dibedakan menjadi dua kategori, yaitu: i kei (critical weakness) adalah kelemahan yang secara serius menyebabkan tidak terpenuhinya kriteria SJH. Kelemahan kritis juga menimbulkan resiko yang nyata tidak terpenuhinya penjaminan produk halal fi, perlu perbaikan (improvement needed weakness). adalah jenis kelemahan yang berpotensi menyebabkan tidak tercapainya penjaminan produk halal. Kelemahan jenis ini juga ditandai dengan pemenuhan kriteria SJH secara parsial atau implementasi S]H yang tidak konsisten, Daftar contoh jenis kelemahan tersebut disajikan dalam lampiran 4) Penilaian status implementasi SJH dilakukan sebagai berikut: i, Status implementasi SJH A diberikan jika 1) tidak ditemukan baik kelemahan kritis maupun kelemahan perlu perbaikan, 2) ditemukan kelemahan perlu perbaikan dan kelemahan ini dapat diselesaikan paling lambat dua minggu setelah audit memorandum disampaikan melalui sistem online CEROL. fi, Status implementasi SJH B diberikan jika 1) ditemukan kelemahan kritis, 2) ditemukan kelemahan perlu perbaikan tetapi tidak dapat diselesaikan dalam waktu dua minggu setelah audit memorandum disampaikan Copyright © LPPOM-MUI 2021. Generated for LPPOM MUI Clients through CEROL Online System melalui sistem online CEROL. Dalam kasus ini, kelemahan kritis harus diselesaikan agar registrasi dapat dilanjutkan ke tahap rapat komisi fatwa MUL e) Proses sertifikasi dapat dihentikan jika lebih dari enam bulan sejak audit terakhir dilaksanakan, perusahaan tidak dapat memenuhi persyaratan atau menyelesaikan audit memorandum. Setelah penghentian sertifikasi, jika perusahaan hendak melakukan sertifikasi maka pendaftaran harus dimulai dari awal, tidak melanjutkan proses yang sudah dihentikan, 8.2 Prosedur a) Setelah dilaksanakan pembahasan hasil audit, jika ada kelemahan hasil audit maka LPPOM MUI akan menentukan kategori kelemahan. b) Jika ditemukan kelemahan perlu perbaikan (Improvement Needed) maka LPPOM MUI akan memantau apakah tindakan perbaikan telah diselesaikan dalam waktu tidak lebih dari 14 hari kalender (2 minggu). ©) LPPOM MUI kemudian menetapkan keputusan SJH berdasarkan pengkategorian kelemahan dan tindakan perbaikan yang dilakukan, 4) Alur proses penetapan keputusan SJH digambarkan dalam alur berikut in sa Regis! dapat

Anda mungkin juga menyukai