Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH KELOMPOK 1

KERAJAAN TARUMANEGARA
Di buat untuk memenuhi tugas sejarah Indonesia

Guru pengajar: Ibu Nur Aini S.pd

Disusun oleh :

Sapitri pajrianti
Aulia Andara
Ziran mouza
Ahmad mujahid

X FARMASI
SMK MUTIARA INSANI PARUNG
2023
jln.AMD kp.babakan No.105 DS.babakan Ciseeng kec.ciseeng kab.bogor (16330)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. Yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa
menyelesaikan karya ilmiah tentang “Dampak Penggunaan
Gawai pada Anak Usia di Bawah Umur”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam
penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa
penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini
memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Bogor, Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Tarumanegara
B. Kehidupan Politik Kerajaan Tarumanegara
C. Kehidupan Sosial Kerajaan Tarumanegara
D. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Tarumanegara
E. Kehidupan Budaya Kerajaan Tarumanegara
F. Masa Kejayaan Kerajaan Tarumanegara
G. Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara
H. Peninggalan prasasti kerajaan tarumanegara
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah kedatangan agama dan kebudayaan Hindu Buddha, terjadi
perkembangan dan perubahan besar dalam kehidupan masyarakat
Indonesia, terutama dalam bidang politik. Sistem pemerintahan
masyarakat Indonesia mengalami perubahan dari sistem kesukuan
menjadi kerajaan. Pada sistem kerajaan, kepala pemerintahan tidak
dipegang oleh kepala suku bergelar datu/datuk atau ratu/raka, tetapi
dipegang oleh seorang raja menggunakan gelar prabu, raja, atau
maharaja.
Dalam sistem ini, raja dianggap keturunan dewa yang harus
disembah oleh bawahan dan rakyatnya. Oleh karena itu raja memiliki
hak untuk menyelenggarakan pemerintahan secara mutlak dan
turun-temurun. System pemerintahan kerajaan digunakan di wilayah
Kalimantan, Jawa dan Sumatra. Selanjutnya, di daerah tersebut
bermunculan kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah Kerajaan Tarumanegara ini adalah:
1. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Tarumanegara?
2. Bagaimana kehidupan politik,ekonomi, budaya,sosial Kerajaan
Tarumanegara?
3. Kapan masa kejayaan Kerajaan Tarumanegara?
4. Bagaimana runtuhnya Kerajaan Tarumanegara?
5. Apa saja peninggalan prasasti kerajaan tarumanegara?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara atau Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah
berkuasa di wilayah pulau Jawa bagian barat pada abad ke-4 hingga abad ke-
7 m, yang merupakan salah satu kerajaan tertua di nusantara yang diketahui.
Dalam catatan, kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan Hindu beraliran wisnu.
Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh raja diraja Guru Jayasingawarman pada
tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382-
395). Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali Gomati, sedangkan putranya di
tepi kali Candrabaga. Maharaja Purnawarman adalah raja Kerajaan
Tarumanegara yang ketiga (395-434 M). Ia membangun ibukota kerajaan baru
pada tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai.
Kota itu diberi nama Sundapura pertama kalinya nama Sunda digunakan. Pada
tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga
sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu
mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum
Brahmana. Prasasti Pasir Muara yang menyebutkan peristiwa pengembalian
pemerintahan kepada raja Sunda itu dibuat tahun 536 M. Dalam tahun
tersebut yang menjadi penguasa Kerajaan Tarumanegara
adalah Suryawarman (535-561 M) raja Kerajaan Tarumanegara ke-7. Dalam
masa pemerintahan Candrawarman (515-535 M), ayah Suryawarman, banyak
penguasa daerah yang menerima kembali kekuasaan pemerintahan atas
daerahnya sebagai hadiah atas kesetiaannya terhadap Kerajaan Tarumanegara.
Ditinjau dari segi ini, maka Suryawarman melakukan hal yang sama sebagai
lanjutan politik ayahnya. Kehadiran prasasti Purnawarman di pasir muara, yang
memberitakan raja Sunda dalam tahun 536 M, merupakan gejala bahwa
ibukota Sundapura telah berubah status menjadi sebuah kerajaan daerah. Hal
ini berarti, pusat pemerintahan Kerajaan Tarumanegara telah bergeser ke
tempat lain. Contoh serupa dapat dilihat dari kedudukan Rajatapura atau
Salakanagara (kota perak), yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun
150 M. Kota ini sampai tahun 362 menjadi pusat pemerintahan raja-raja
Dewawarman (dari Dewawarman I – VIII). Ketika pusat pemerintahan beralih
dari Rajatapura ke Tarumanegara, maka Salakanagara berubah status menjadi
kerajaan daerah.
Jayasingawarman pendiri Kerajaan Tarumanegara adalah menantu raja
Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang maharesi dari Salankayana di India yang
mengungsi ke nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja
Samudragupta dari kerajaan Magada. Suryawarman tidak hanya melanjutkan
kebijakan politik ayahnya yang memberikan kepercayaan lebih banyak kepada
raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri, melainkan juga
mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur.
Dalam tahun 526 M Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan
baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Putera
tokoh manikmaya ini tinggal bersama kakeknya di ibukota tarumangara dan
kemudian menjadi panglima angkatan perang Kerajaan Tarumanegara.
Perkembangan daerah timur menjadi lebih Berkembang Ketika Cicit
Manikmaya Mendirikan Kerajaan Galuh Dalam Tahun 612 M. Raja-raja
Kerajaan Tarumanegara adalah:
1. Jayasingawarman 358-382
2. Dharmayawarman 382-395
3. Purnawarman 395-434
4. Wisnuwarman 434-455
5. Indrawarman 455-515
6. Candrawarman 515-535
7. Suryawarman 535-561
8. Kertawarman 561-628
9. Sudhawarman 628-639
10.Hariwangsawarman 639-640
11.Nagajayawarman 640-666
12.Linggawarman 666-669
B. Kehidupan Politik Kerajaan Tarumanegara
Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan
kehidupan rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti Tugu yang menyatakan
raja Purnawarman telah memerintah untuk menggali sebuah kali. Penggalian
sebuah kali ini sangat besar artinya, karena pembuatan kali ini merupakan
pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah-sawah
pertanian rakyat.

C. Kehidupan Sosial Kerajaan Tarumanegara


Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat
dari upaya raja Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan
kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman juga sangat
memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting dalam
melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai
tanda penghormatan kepada para dewa.

D. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Tarumanegara


Prasasti tugu menyatakan bahwa raja Purnawarman memerintahkan rakyatnya
untuk membangun saluran air di Sungai Gomati sepanjang 6122 tombak atau
sekitar 12 km. Pembangunan terusan ini mempunyai arti ekonomis yang besar
bagi masyarakat, Karena dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mencegah
banjir di saat musim penghujan. Selain itu juga digunakan sebagai irigasi
pertanian serta sarana lalu-lintas pelayaran perdagangan antardaerah di
Kerajaan Tarumanegara dengan dunia luar dan daerah-daerah di sekitarnya.

E. Kehidupan Budaya Kerajaan Tarumanegara


Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti yang
ditemukan sebagai bukti kebesaran Kerajaan Tarumanegara, dapat diketahui
bahwa tingkat kebudayaan masyarakat pada saat itu sudah tinggi. Selain
sebagai peninggalan budaya, keberadaan prasasti-prasasti tersebut
menunjukkan telah berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan
Tarumanegara.

F. Masa Kejayaan Kerajaan Tarumanegara


Kerajaan Tarumanegara mencapai masa kejayaan saat di perintah oleh Raja
Purnawarman (Raja ke-3 Kerajaan Tarumanegara). Di masa pemerintahan Raja
Purnawarman, luas wilayah Kerajaan Tarumanagara hampir setara dengan luas
Jawa Barat saat ini. Raja purnawarman adalah raja besar, hal ini dapat
diketahui dari Prasasti Ciaruteun yang isinya, “Ini (bekas) dua kaki, yang seperti
kaki Dewa Wisnu ialah kaki Yang Mulia Sang Purnawarman, raja di negeri
Taruma, raja yang gagah berani di dunia”. Pada masa kejayaannya itu,
Tarumanegara mengalami perkembangan pesat.
Selain dengan memperluas wilayah kerajaan melalui ekspansi ke kerajaan-
kerajaan kecil di sekitar kekuasaannya, Raja Purnawarman juga membangun
berbagai infrastruktur yang mendukung perekonomian kerajaan. Adapun salah
satunya adalah sungai Gumati dan Candrabaga. Kedua sungai ini selain untuk
mencegah terjadinya banjir saat musim hujan, juga berperan penting dalam
pengairan lahan pertanian sawah yang dulu menjadi salah satu penggerak
kehidupan ekonomi masyarakat Kerajaan Tarumanegara. Masa kepemimpinan
Raja Purnawarman dianggap sebagai masa kejayaan Kerajaan Tarumanegara
selain itu juga karena kemampuan kerajaan yang mampu berkurban 1000 ekor
sapi saat pembangunan ke dua sungai itu.
Pada masa kejayaannya ini, Tarumanegara mengalami perkembangan pesat.
Selain dengan memperluas wilayah kerajaan melalui ekspansi ke kerajaan-
kerajaan kecil di sekitar kekuasaannya, Raja Purnawarman juga membangun
berbagai infrastruktur yang mendukung perekonomian kerajaan. Adapun salah
satunya adalah sungai Gomati dan Candrabaga. Kedua sungai ini selain untuk
mencegah terjadinya banjir saat musim hujan, juga berperan penting dalam
pengairan lahan pertanian sawah yang dulu menjadi salah satu penggerak
kehidupan ekonomi masyarakat Kerajaan Tarumanegara. Masa kepemimpinan
Raja Purnawarman dianggap sebagai masa kejayaan Kerajaan Tarumanegara
selain itu juga karena kemampuan kerajaan yang mampu berkurban 1000 ekor
sapi saat pembangunan ke dua sungai itu.
G. Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara
Runtuhnya kerajaan Tarumanegara tidak diketahui secara lengkap, karena
prasasti yang ditemukan sebagian hanya menyampaikan berita saat
pemerintahan raja Purnawarman dan sisanya belum dapat ditafsirkan secara
lengkap. Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12
orang raja. Pada tahun 669 M, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir,
digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua
orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dari
Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang
Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan
Tarumanagara jatuh kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu
Tarusbawa.
Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada
Tarusbawa, karena Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke
kerajaannya sendiri, yaitu Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan
Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke Sunda ini, hanya Galuh yang
tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang mewarisi
wilayah tarumanegara
H. prasasti peninggalan kerajaan tarumanegara
A.Sebuah Prasasti Ciaruteun (Ciampea, Bogor)

Sebelumnya dikenal dengan nama prasasti Ciampea, terletak di pinggir sungai


Ciaruteun, dekat muaranya dengan Cisadane. Di atasnya terdapat lukisan laba-
laba dan tapak kaki yang dipahatkan di atas aksaranya. Prasasti terdiri dari 4
baris, ditulis dalam bentuk puisi India dengan irama anustubh (Anustubh:
jumlah suku kata pada masing-masing baris dalam satu bait puisi Jawa kuno
sebanyak 8 suku kata). Prasasti ini mengingatkan adanya hubungan dengan
prasasti raja Mahendawarman I dari keluarga Pallawa. Bunyi dari prasasti ini
ialah :
Vikrantasyavanipateh srimatah purnavarmmanah tarumanegarendrasya visnor
iva padadvayam
‘’Ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki dewa wisnu, ialah kaki Yang Mulia Sang
Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia’’
b. Prasasti Pasir Koleangkkak

Di temukan di bukit, daerah perkebunan Jambu kira-kira 30 km sebelah barat


Bogor. Bunyi dan terjemahan prasasti ini adalah :
-sriman-data krtajno narapatir- asamo yah pura/ta/r/u/maya/m/namna sri-
purnnvarmma pracura-ripusarabhedya-vikhyatavarmmo
-tasyedam-padavimbadvayam-arinagaroysadane
nityadaksambhaktanamyandripanam- bhavati sukhakaram salyabhutam
ripunam
‘’ gagah, memgagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin
manusia yang tiada taranya- yang termashur sri Purnnavarman- yang sekali
waktu( memerintah) di Taruma dan yang baju zirahnya yang terkenal
(=varmman) tidak dapat di tembus senjata musuh. Ini adalah sepasang tapak
kakinya, yang senantiasa berhasil menggempur kota-kota musuh, hormat
kepada para pangeran, tapi merupakan duri dalam daging bagi musuh-
musuhnya’’
C.Prasasti Kebonkopi (desa Muara Hilir, Cibungbulang)

Ada dua tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata.
Kedengarannya seperti ini:
Jayavsalasya taruma/ ndra/ sya ha/st/inah-sira/ vatabhasya vibhatidam-
padavayam
‘’Di sini terlihat sepasang tapak kaki....yang seperti Airavata, gajah penguasa
taruma (yang) hebat dalam....dan(?) sukses’’

D. Prasasti Muara Cianten (Muara Cianten, Bogor)


Prasasti ini juga terdapat telapak kaki. Sayang tulisannya belum dapat di
artikan sebab tulisannya dalam huruf ikal sehingga tidak banyak yang di
ketahui tentang isinya
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari apa yang telah kami sampikan tadi, dapat di simpulkan pengaruh
kebudayaan India di Indonesia tidak hanya menunjuk pada perkembangan
ajaran Hindu – Budha, tetapi juga pada aspek lain missal aspek politik,
ekonomi, sosial budaya dan lain sebaginya
Dalam proses akulturasi, Indonesia sangat berperan aktif. Hal ini terlihat dari
peninggalan – peninggalan yang tidak sepenuhnya merupakan hasil jiplakan
kebudayaan India.
Meskipun corak dan sifat kebudayaan di pengaruhi India. Namun dalam
perkembangannya Indonesia mampu menghasilkan kebudayaan kepribadian
sendiri
B.Saran
Dari keberadaanya kerajaan Tarumanegara di wilayah kita pada masa yang
lalu. Maka kita wajib mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan
dalam sikap dan perilaku dengan hati yang tulus serta di dorong rasa tanggung
jawab yang tinggi untuk melestarikan dan memelihara budaya nenek moyang
kita. Jika kita ikut berpartisipasi dalam menjamin kelestariannya berarti kita
ikut mengangkat derajat dan jati diri bangsa. Oleh karena itu marilah kita
bersama – sama menjaga dan memelihara peninggalan budaya bangsa yang
menjadi kebanggaan kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Kartodirdjo, Sartono. 1975. Sejarah Nasional Indonesia II- Jaman Kuno (1 M-
1500 M). Jakarta: Balai Pustaka
Widiarto, Tri dan Esther Arianti.2007. Masa Pengaruh Hindu Budha di
Indonesia. Salatiga: Widya Sari Press
Y, Yongky. 2003. Menyingkap Misteri Ratu Laut Selatan- Banyu Bening Gelang
Kencana. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
https://idsejarah.net/2019/04/isi-prasasti-pasir-awi-kerajaan.html
https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/java-today/tarumanagara-
kerajaan-358-669/1-prasasti-muara-cianten/

Anda mungkin juga menyukai