Anda di halaman 1dari 11

Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.

1 April 2010 ISSN : 1907-9931

PENGINDERAAN JAUH DAN APLIKASINYA DI WILAYAH PESISIR DAN LAUTAN

Achmad Fachruddin Syah

Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo


E-mail:fachrudin@trunojoyo.ac.id

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai potensi sumberdaya alam pesisir dan
lautan yang sangat besar. Potensi sumberdaya alam ini perlu dikelola dengan baik agar dapat dimanfaatkan
secara optimal bagi kesejahteraan bangsa Indonesia dengan tetap memperhatikan dan melakukan usaha untuk
menjaga kelestariannya. Pengelolaan sumberdaya alam pesisir dan lautan yang baik diperlukan metode
dengan pendekatan multidisplin ilmu yang meliputi berbagai aspek, seperti aspek pemanfaatan sumberdaya,
kelestarian lingkungan dan aspek sosial ekonomi masyarakat. Teknologi penginderaan jauh mempunyai
kemampuan untuk mengindentifikasi serta melakukan monitoring terhadap perubahan sumberdaya alam dan
lingkungan wilayah pesisir dan laut.

Kata kunci : penginderaan jauh, pesisir dan lautan

PENDAHULUAN penunjang kehidupan serta fungsi ekologis


lainnya.
Wilayah pesisir dan lautan merupakan Indonesia merupakan negara kepulauan
daerah yang mempunyai potensi sumberdaya yang mempunyai potensi sumberdaya pesisir
alam yang besar dan dapat dimanfaatkan untuk dan lautan yang sangat besar dan beragam.
meningkatkan pembangunan. Sumberdaya di Beberapa sumber daya tersebut misalnya
wilayah pesisir dan lautan secara garis besar sumber daya perikanan tangkap dan perikanan
terdiri dari tiga kelompok yaitu: budidaya, hutan bakau yang yang terdapat di
1. Sumber daya dapat pulih (renewable sepanjang pantai atau muara sungai, terumbu
resources) meliputi hutan bakau, terumbu karang yang sangat produktif dan khas terdapat
karang, padang lamun, rumput laut, di daerah tropis dan sumber daya lainnya.
sumberdaya perikanan laut dan bahan- Namun demikian dalam pengelolaan
bahan bioaktif wilayah pesisir dan lautan masih menghadapi
2. Sumberdaya tidak dapat pulih (non- masalah-masalah yang tidak mudah, bahkan
renewable resources) meliputi minyak bumi sangat sukar dan kompleks. Beberapa masalah
dan gas alam serta seluruh mineral dan mendasar yang dihadapi dan masih sulit diatasi
geologi yaitu:
3. Jasa-jasa lingkungan, meliputi fungsi § Pemanfaatan wilayah pesisir yang tidak
kawasan pesisir dan lautan sebagai tempat seimbang sehingga ada wilayah yang
rekreasi dan pariwisata, media transportasi dimanfaatkan melebihi kapasitas daya
dan komunikasi, sumber energi (seperti: dukung berkelanjutan (potensi lestari),
Ocean Thermal Energy Conversion, energi sebaliknya ada pula wilayah pesisir yang
dari gelombang laut dan energi pasang sama sekali belum dimanfaatkan
surut), sarana pendidikan dan penelitian, § Pembangunan yang tidak memperhatikan
pertahanan keamanan, penampungan tata ruang sehingga terjadi pencemaran dan
limbah, pengatur iklim, dan sistem

18
Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.1 April 2010 ISSN : 1907-9931

perusakan sumberdaya wilayah pesisir dan § Sabins (1996) dalam Kerle et al. (2004)
lautan menjelaskan bahwa penginderaan jauh
§ Sumberdaya manusia di wilayah tersebut adalah ilmu untuk memperoleh, mengolah
yang kualitasnya masih sangat terbatas dan menginterpretasi citra yang telah
sehingga belum dapat mengelola dan direkam yang berasal dari interaksi antara
memanfaatkan secara optimal gelombang elektromagnetik dengan sutau
§ Keadaan sebagian besar masyarakat pesisir objek.
yang standar hidupnya masih di bawah garis
kemiskinan yang sering memaksa mereka
untuk mengkeksploitasi sumber daya alam PERANAN PENGINDERAAN JAUH DAN
melebihi potensi lestarinya SIG
§ Sarana dan prasarana di sebagian besar Salah satu upaya untuk memperoleh
wilayah pesisir yang masih sangat terbatas informasi tentang potensi sumberdaya wilayah
dan kurang mendukung pada kegiatan pesisir dan lautan dalam rangka untuk
pengelolaan di wilayah tersebut. mengoptimalkan pengelolaan wilayah pesisir
§ Kurangnya investasi pada sekor kelautan, dan lautan adalah penggunaan teknologi
serta setumpuk masalah lainnya. penginderaan jauh dan sistem informasi
geografis (SIG). Informasi mengenai obyek
yang terdapat pada suatu lokasi di permukaan
DEFINISI PENGINDERAAN JAUH bumi diambil dengan menggunakan sensor
Ada berbagai macam definisi penginderaan satelit, kemudian sesuai dengan tujuan kegiatan
jauh. Berikut diberikan beberapa definisi yang akan dilakukan, informasi mengenai obyek
menurut beberapa orang yang ahli dalam tersebut diolah, dianalisa, diinterpretasikan dan
bidang penginderaan jauh. disajikan dalam bentuk informasi spasial dan
§ Menurut Lillesand dan Kiefer (1979), peta tematik tata ruang dengan menggunakan
Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni SIG.
untuk memperoleh informasi tentang obyek, Pemanfaatan data penginderaan jauh dan
daerah, atau gejala dengan jalan SIG telah banyak dilakukan dalam kaitannya
menganalisis data yang diperoleh dengan dengan wilayah pesisir dan lautan khususnya
menggunakan alat tanpa kontak langsung sektor perikanan dan pengelolaan wilayah
terhadap obyek, daerah, atau gejala yang pesisir dan lautan, seperti: aplikasi penginderaan
dikaji. jauh untuk memberikan informasi Zona Potensi
§ Menurut Colwell (1984), Penginderaaan Penangkapan Ikan (ZPPI), kesesuaian lahan
Jauh yaitu suatu pengukuran atau perolehan perairan untuk usaha budidaya laut dan
data pada objek di permukaan bumi dari pariwisata bahari, identifikasi potensi wilayah
satelit atau instrumen lain di atas atau jauh pesisir (seperti hutan bakau, terumbu karang,
dari objek yang diindera. padang lamun dan pasir), zonasi kawasan
§ Menurut Curran (1985), Penginderaan Jauh konservasi laut, analisa potensi ekonomi
yaitu penggunaan sensor radiasi wilayah pesisir pulau-pulau kecil, pengamatan
elektromagnetik untuk merekam gambar perubahan garis pantai, analisa pencemaran
lingkungan bumi yang dapat lingkungan perairan dan lain sebagainya.
diinterpretasikan sehingga menghasilkan
informasi yang berguna.
§ Menurut Lindgren (1985), Penginderaan KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
Jauh yaitu berbagai teknik yang PENGINDERAAN JAUH
dikembangkan untuk perolehan dan analisis
informasi tentang bumi. Setiap metode atau teknologi selalu

19
Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.1 April 2010 ISSN : 1907-9931

mempunyai kelebihan dan kekurangan. transparan, daya tembus terhadap air yang
Demikian pula dengan teknologi penginderaan terbatas.
jauh. Oleh karena itu maka penggunaan 2. Akurasi data lebih rendah dibandingkan
teknologi ini harus disesuaikan dengan tujuan. dengan metode pendataan lapangan (survey
Teknologi penginderaan jauh merupakan in situ) yang disebabkan karena
salah satu metode alternatif yang sangat keterbatasan sifat gelombang
menguntungkan jika dimanfaatkan pada suatu elektromagnetik dan jarak yang jauh antara
negara dengan wilayah yang sangat luas seperti sensor dengan benda yang diamati.
Indonesia. Beberapa keuntungan penggunaan
teknologi penginderaan jauh, antara lain yaitu: SATELIT DAN RESOLUSI
1. Citra menggambarkan obyek, daerah dan
gejala di permukaan bumi dengan wujud Pemanfaan wahana interaksi telah lama
dan letak obyek yang mirip dengan wujud digunakan untuk mengamati kondisi lingkungan
dan letaknya di permukaan bumi, relatif samudra di dunia. Wahana antariksa yang
lengkap, permanen dan meliputi daerah digunakan untuk kelautan biasanya berupa
yang sangat luas. satelit walaupun pada awalnya biasanya
2. Karakteristik obyek yang tidak tampak digunakan pesawat terbang sebagai uji coba
dapat diwujudkan dalam bentuk citra, sensor. Pada awalnya kamera digunakan untk
sehingga dimungkinkan pengenalan penelitian kelautan tetapi dalam
obyeknya perkembangannya penggunaan kamera ini
3. Jumah data yang dapat diambil dalam mempunyai banyak kelemahan untuk penelitian
waktu sekali pengambilan data sangat kelautan.
banyak yang tidak akan tertandingi oleh Satelit kelautan yang ada hingga saat ini
metode lain. dilihat dari sifat orbitnya dapat dibedakan
4. Pengambilan data di wilayah yang sama menjadi dua yaitu berorbit polar yang biasanya
dapat dilakukan berulang-ulang sehingga juga sinkron dengan matahari (sun-
analisis data dapat dilakukan tidak saja synchronous) dan satelit geostasioner yang juga
berdasarkan variasi spasial tetapi juga disebut satelit geo-synchronous atau earth-
berdasarkan variasi temporal synchronous atau synchronous saja. Satelit
5. Citra dapat dibuat secara tepat, meskipun berorbit polar bergerak mengelilingi bumi
untuk daerah yang sulit dijelajahi secara secara terus-menerus dari utara ke selatan atau
teresterial. sebaliknya dan melewati kutub (atau dekat
6. Merupakan satu-satunya cara untuk kutub). Satelit ini melewati bidang khatulistiwa
memetakan daerah bencana. pada waktu setempat yang selalu sama (waktu
7. Periode pembuatan citra relatif pendek lokal). Oleh karena disebut “sun-synchronous”.
Satelit geostasioner mengelilingi bumi searah
dengan gerakan rotasi bumi dan dengan periode
Adapun kelemahan teknologi penginderaan yang sama dengan periode rotasi bumi yaitu 24
jauh yaitu: jam. Oleh karena itu satelit ini akan selalau
1. Tidak semua parameter kelautan dan berada di atas titik tertentu di bumi (di daerah
wilayah pesisir dapat dideteksi dengan khatulistiwa). Jika dilihat dari bumi maka satelit
teknologi penginderaan jauh. Hal ini ini seolah-olah berada tetap di posisi tertentu
disebabkan karena gelombang dari bumi sehingga disebut sebagai geo-
elektromagnetik mempunyai keterbatasan synchronous atau geostasioner. Beberapa
dalam membedakan benda yang satu contoh satelit geostasioner yaitu: satelit
dengan benda yang lain, tidak dapat Appications Technology Satellite (ATS),
menembus benda padat yang tidak Synchronous Meteorological Satellite (SMS)

20
Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.1 April 2010 ISSN : 1907-9931

dan Geostationary Operational Enviromental Resolusi temporal diartikan sebagai lamanya


Satellite (GOES) yang dimiliki oleh USA, waktu bagi sensor satelit untuk mengindera
Meteorological Satellite (METEOSAT) yang daearah yang sama untuk yang kedua kalinya.
dimiilki oleh ESA/EROPA, Indian Satellite Satuannya biasanya adalah hari. Semakin
(INSAT) yang dimiliki oleh (India) dan banyak jumlah hari yang diperlukan untuk
Geostationary Meteorological Satellite (GMS) mengindera daerah yang sama maka semakin
yang dimiliki oleh Jepang. rendah resolusi temperolanya, dan sebaliknya.
Perkembangan sensor satelit ditunjukkan Resolusi spektral dapat diartikan sebagai
dengan semakin meningkatnya mutu data yang julat (range) spektrum elektromagnetik yang
dihasilkan oleh sensor tersebut. Data satelit dipergunakan oleh perangkat pengindera. Suatu
secara umum disebut sebagai citra satelit sensor yang mempunyai lebar band yang lebih
(image), walaupun memang ada satelit yang kecil dari sensor yang lain maka sensor tersebut
bukan citra satelit. Kualitas citra yang berarti dapat dikatakan mempunyai resolusi spektral
juga kualitas atau mutu sensor ditentukan oleh yang lebih tinggi. Secara sederhana, spektrum
resolusinya. Ada beberapa jenis resolusi yang elektromagnetik yang dimanfaatkan untuk
dapat menentukan kualitas sensor satelit. mengindera permukaan bumi terdiri dari
Beberapa jenis resolusi tersebut yaitu resolusi spektrum sinar tampak (ungu=0.440-0.446;
spasial, resolusi temporal, resolusi spektral dan biru=.0446-.500; hijau=0.500-0.578;
resolusi radiometrik kuning=0.578-0.592; jingga=0.592-0.620;
Resolusi spasial dapat dipahami dari dua merah=0.620-0.700), infra merah dekat
sudut pandang atau definisi. Sudut pandang (reflektif), infra merah tengah (inframerah
pertama mendefinisikan resolusi spasial sebagai gelombang pendek/reflektif dan emisif), infra
luasan daerah dipermukaan bumi yang diwakili merah termal (emisif) dan gelombang mikro,
oleh satuan terkecil data sensor (pixel). Jika satu juga LASER dan LIDAR. Pada beberapa kasus,
pixel mewakili daerah yang lebih luas di spektrum tersebut masih dibagi lagi menjadi
permukaan bumi maka sensor tersebut julat yang lebih sempit.
mempunyai resolusi yang lebih rendah dan Resolusi radiometrik dapat diartikan sebagai
sebaliknya. Pada pengertian ini maka satuan julat (range) representasi/kuantisasi data, yang
resolusi spasial adalah satuan luas (m2 atau biasanya dipergunakan untuk format raster.
km2). Sudut pandang ke dua mendefinisikan Julat tersebut dapat berupa 2 bit (0-1), 3 bit (0-
resolusi spasial sebagai jarak terdekat dari dua 3), 4 bit (0-15), 5 bit (0-31), 6 bit (0-63), 7 bit
benda berbeda di permukaan bumi yang masih (0-127), 8 bit (0-255), 10 bit (0-1023), 16 bit (0-
dapat dideteksi sebagai dua benda oleh sensor. 65535). Semakin besar bit yang dimiliki oleh
Pada pengertian kedua ini, satuan resolusi suatu sensor, maka sesnsor tersebut dapat
spasial adalah satuan jarak (m atau km). dikatakan mempunyai resolusi radiometrik yang
tinggi.

KONSEP DAN KOMPONEN


PENGINDERAAN JAUH

Penginderaan jauh sangat tergantung dari


energi gelombang elektromagnetik. Gelombang
elektromagnetik dapat berasal dari banyak hal,
akan tetapi gelombang elektromagnetik yang
terpenting pada penginderaan jauh adalah sinar
matahari. Banyak sensor menggunakan energi
Gambar 1. Ilustrasi Resolusi Spasial
pantulan sinar matahari sebagai sumber

21
Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.1 April 2010 ISSN : 1907-9931

gelombang elektromagnetik, akan tetapi ada Sumber energi


beberapa sensor penginderaan jauh yang Sumber utama energi dalam penginderaan
menggunakan energi yang dipancarkan oleh jauh adalah radiasi gelombang elektromagnetik
bumi dan yang dipancarkan oleh sensor itu (GEM). GEM adalah suatu bentuk dari energi
sendiri. Sensor yang memanfaatkan energi dari yang hanya dapat diamati melalui interaksinya
pantulan cahaya matahari atau energi bumi dengan suatu obyek. Wujud dari energi ini
dinamakan sensor pasif, sedangkan yang dikenal sebagai sinar tampak, sinar X,
memanfaatkan energi dari sensor itu sendiri inframerah dan gelombang mikro. GEM
dinamakan sensor aktif. merupakan bagian dari spectrum yang kontinyu.
GEM dibentuk oleh dua komponen sekaligus
yaitu, komponen listrik dan komponen
magnetik (Gambar ..) serta dipengaruhi oleh
sifat elektrik dan magnetik dari obyek yang
berinteraksi dengan GEM tersebut.

Gambar 2. Energi yang dipantulkan dan


dipancarkan oleh sensor penginderaan jauh
(Karle el al., 2004)

Penginderaan jauh sebagai ilmu, teknologi


dan seni untuk mendeteksi dan/atau mengukur
obyek atau fenomena di bumi tanpa menyentuh
Gambar 3. Radiasi Gelombang Elektromagnetik
obyek itu sendiri memerlukan kamera untuk
menangkap pantulan sinar dari obyek tersebut.
Ada dua hipotesa yang umum digunakan
Untuk itu digunakan kamera yang terpasang
untuk menjelaskan sifat dari GEM yakni model
pada wahana ruang angkasa yang diluncurkan
gelombang dan model partikel. GEM sebagai
ke angkasa luar dan sering disebut sebagai
gelombang bergerak dengan kecepatan tertentu
satelit.
yang bergantung kepada panjang gelombang
Kamera yang dipasang pada satelit berfungsi
(λ). Pada setiap gelombang elektromagnetik
sebagai indera penglihatan yang melakukan
berlaku persamaan berikut:
perekaman terhadap permukaan bumi pada saat
satelit tersebut beredar mengitari bumi menurut C=f.λ ………. (1)
garis orbit atau edarnya. Sensor yang ada pada Dimana:
kamera akan mendeteksi informasi permukaan C = kecepatan gelombang elektromagnetik
bumi melalui energi radiasi matahari yang (m/dtk) = 3 x 108 m/det
dipantulkan oleh permukaan ke atas, data energi f = frekuensi (1/det)
pantulan radiasi ini diolah menjadi gejala listrik λ = panjang gelombang (m)
dan data dikirim ke stasiun pengolahan satelit
yang ada di bumi. Besarnya nilai persentase pantulan objek
Dalam sistem penginderaan jauh terdapat 4 akan mencerminkan warna dari suatu objek.
komponen utama yaitu: (1) sumber energi, (2) Untuk vegetasi akan terlihat pada spektrum
interaksi energi dengan atmosfer, (3) sensor cahaya tampak antara 0.4 – 0.7 µm, dengan nilai
sebagai alat mendeteksi informasi dan (4) obyek 0.4 – 0.5 µm untuk daun yang sehat yaitu pada
yang menjadi sasaran pengamatan. kisaran warna biru dan hijau (sebagian besar

22
Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.1 April 2010 ISSN : 1907-9931

gelombang elektromagnetik diserap oleh Beberapa bagian penting dari GEM yang
khlorofil) dan jika warna daun yang merah akan digunakan dalam penginderaan jauh yaitu:
terlihat pada 0,65 µm. Persentase pantulan dari 0.3 – 0.4 µm: ultraviolet
daerah yang tertutup vegetasi berkisar antara 5 – 0.4 – 0.7 µm: sinar tampak
50% tergantung kerapatan dan jenis vegetasi 0.7 – 3.0 µm: inframerah dekat
yang menutupi daerah tersebut. Untuk tanah 3.0 – 8.0 µm: middle infrared
kering yang terbuka akan terlihat coklat abu-abu 8.0 – 1000 µm: infra merah termal
dengan pantulan berkisar antara 5 – 45%. 1 mm – 100 cm : gelombang mikro
Sedangkan air yang jernih spektrum cahayanya
akan terdapat pada panjang gelombang 0.4 – Model partikel dipergunakan untuk
0.78 µm dengan pantulan yang rendah kurang menjelaskan besarnya energi yang dikandung
dari 5%. Skema dari spektrum elektromagnetik oleh GEM. GEM dipancarkan dalam bentuk
dapat dilihat pada Gambar 4. diskrit yang disebut quanta dan photon.
Besarnya energi dari GEM memenuhi hokum
Plank sebagai berikut:

E = h . f………. (2)

dimana:
E = energi kuantum dalam satuan joule
h = konstanta Plank’s
(6.624x10-24 Joule.detik)
f = frekuensi pancaran (Hz)

Hubungan antara model teori gelombang dan


teori kuantum dari GEM dituliskan sebagai
Gambar 4. Spektrum Elektromagnetik
berikut:

Spektrum GEM yang digunakan dalam ………. (3)


penginderaan jauh dapat dilihat pada Gambar 5.
Dari persamaan 3 di atas dapat kita lihat
bahwa tenaga quantum secara proporsional
berbanding terbalik dengan panjang
gelombangnya. Makin panjang, panjang
gelombang yang digunakan, maka akan makin
rendah kandungan tenganya.
Matahari merupakan sumber radiasi
elektromagnetik yang paling penting untuk
pengeinderaa jauh. Akan tetapi semua benda
pada suhu di atas nol derajat absolut (00K atau -
2730C) memancarkan radiasi elektromagnetik
.. secara terus menerus. Oleh karena itu, obyek di
The Electromagnetic Spectrum bumi juga merupakan sumber radiasi, walaupun
Gambar 5. Spektrum GEM yang digunakan besaran dan komposisi spektralnya berbeda
dalam penginderaan jauh (JARS, 1993) dengan matahari. Besarnya tenaga yang
diradiasikan oleh suatu obyek merupakan suatu

23
Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.1 April 2010 ISSN : 1907-9931

fungsi suhu permukaan dari obyek tersebut. Hal mengenainya. Penghamburan ini dapat terjadi
ini dapat ditunjukkan dengan hukum Stefan pada panjang ultra-violet hingga infra merah
Boltzman di bawah ini: dekat, walaupun lebih banyak terjadi pada
panjang gelombang yang lebih besar.
W=σT4 ………. (4)
3. Non Selective Scattering.
dimana: Scattering ini terjadi diakibatkan oleh
W = jumlah tenaga yang dipancarkan dari partikel atomsfer yang dimeternya beberapa kali
permukaan obyek (Wm-2) lebih besar dari panjang gelombang yang
σ = Tetapan Stefan Boltzman mengenainya. Partikel ini terutama adalah titik
(5.6697x10-8 Wm-2K-4) air atau embun yang ada di atmosfer.
T = Suhu absolut obyek (0K)
Absorbsi adalah suatu proses yang
Interaksi GEM dengan Atmosfer menyebabkan energi GEM dapat diserap oleh
Sebelum GEM berinteraksi dengan obyek di partikel atmosfer. Peristiwa ini umumnya terjadi
permukaan bumi, GEM melewati atmosfer pada panajng gelombang infra merah. Besarnya
dimana terdapat moleku-molekul atmosferik pengaruh atmosfer terhadap GEM bergantung
dan aerosol. Jenis-jenis molekul atmosferik pada panjang gelombang GEM. Akibat adanya
adalah seperti CO2, ozon, gas nitrogen, dan lain- pengaruh atmosfer terhadap pancaran GEM
lain, sedangkan jenis aerosol seperti uap air, maka tidak seluruhnya energi dari GEM dapat
kabut, asap, abu dan lain-lain. GEM berinterkasi diteruskan ke dpermukaan bumi. Besarnya
dengan molekul atmosferik dan aerosol pancaran yang diteruskan bergantung pada
sehingga terjadi proses hamburan (scattering) besanya panjang gelombang yang ada.
atau absorbsi yang mempengaruhi intensitas
GEM yang ditransmisikan melalui atmosfer.
Proses scattering merupakan penyebaran
GEM oleh partikel-partikel di atmosfer ke
segala arah. Ada tiga jenis scattering yaitu:

1. Raleigh scattering
Scattering ini diakibatkan oleh partikel
halus di atmosfer yang mempunyai diameter
lebih kecl dari panjang gelombang tersebut.
Raleigh scattering sering juga disebut sebagai
molecular scattering. Penghamburan ini Gambar 6. Interaksi Antara Tenaga
terutama terjadi pada panjang gelombang yang Elektromagnetik dan Atmosfer
sangat pendek , khususnya pada sinar biru yang
termasuk dalam spektrum sinar tampak. Interaksi Obyek dengan GEM
fenomena langit cerah yang kelihatan biru atau Pada lingkungan laut, GEM pada panjang
warna air laut yang jenrih terlihat biru gelombang tertentu mengalami transmisi,
merupakan hasil dari hamburan Raleigh ini. sehingga energi yang diterima sensor dapat
berasal dari permukaan, material pada kolom air
2. Mie Scattering dan material dasar. GEM yang datang pada
Scattering ini diakibatkan oleh partikel obyek akan berinteraksi dalam bentuk pantulan,
diatmosfer yang mempunyai diameter sama absorbsi dan ditransmisi. Besarnya energi yang
atau sedikit lebih besar dari panjang dipantulkan, diabsorbsi dan ditransmisikan
gelombang elektromagnetik yang memenuhi hukum kekekalan energi sebagai

24
Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.1 April 2010 ISSN : 1907-9931

berikut: berbeda. Adanya perbedaan pantulan tersebut


Ei (λ) = ER(λ) + EA(λ) + ET(λ) disebabkan materi yang dikandung oleh masing-
ER (λ) = EI(λ) - EA(λ) - ET(λ) masing obyek berbeda sehingga daya pantulnya
juga berbeda.
Keterangan:
Ei = energi yang mengenai obyek Reflectance (%)
ER = energi yang dipantulkan (yang direkam
oleh sensor) Tanah
EA = energi yang diserap Vegetasi
60
ET = energi yang ditransmisikan Air
Ee = energi yang teGEMisi
(λ) = panjang gelombang 40

20

0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 2.2 2.4 2.6

Gambar 8. Spektrum reflektance dari tanah,


vegetasi dan air

Sensor
Gambar 7. Interaksi GEM dengan Obyek Sensor adalah alat yang digunakan untuk
mendeteksi GEM yang dipancarkan oleh suatu
Besarnya GEM yang dipantulkan kembali obyek. Berdasarkan sumber energi yang
oleh obyek bergantung kepada jenis dan kondisi dideteksi, sensor dapat dibedakan menjadi
obyek. Demikian juga halnya jika panjang sensor pasif dan sensor aktif. Sensor pasif
gelombang yang berbeda mengenai obyek yang adalah sensor yang mendeteksi pantulan atau
sama, kan memeberikan pantulan yang berbeda emisi GEM dari sumber alami. Sensor aktif
pula. Sifat ini menjadi dasar pengenalan suatu adalah sensor yang mendeteksi respon GEM
obyek dengan penginderaan jauh. Jumlah energi dari obyek yang dipancarkan dari sumber energi
yang dipantulkan suatu obyek pada panjang buatan yang biasanya dirancang dalam wahana
gelombang yang berbeda-beda relative terhadap yang membawa sensor. Berdasarkan panjang
energi yang diterima disebut spectrum gelombang, sensor dibedakan menjadi sensor
reflectance. visible (0.4 – 0.7) µm, sensor infra merah (1 –
Berdasarkan Gambar 8 jelas terlihat bahwa 10) µm dan sensor gelombang mikro (1 mm – 1
obyek yang sama mempunyai nilai pantulan m).
yang berbeda pada panjang gelombang yang Hal yang sangat penting yang berkaitan
berbeda. Misalnya pada vegetasi, pada panjang dengan sensor yaitu karakteristik spektral dan
gelombang 0.4 – 0.7 µm (visible) nilai karakteristik spasial. Karakteristik spektral
pantulannya adalah sekitar 10%, namun pada berhubungan dengan lebar band. Suatu sensor
panjang gelombang 0.8 – 1.3 µm (inframerah), yang mempunyai lebar band yang lebih kecil
pantulannya sekitar 50%. Pada panjang dari sensor yang lain maka sensor tersebut dapat
gelombang yang sama namun dengan obyek dikatakan mempunyai resolusi spektral yang
yang berbeda akan memantulkan energi yang lebih tinggi. Sebagai contoh sensor Landsat TM

25
Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.1 April 2010 ISSN : 1907-9931

band 1 (biru) mempunyai kisaran panjang 4. Pemetaan daerah rawan bencana tsunami
gelombang (0.45 – 0.52) µm, sedangkan sensor 5. Monitoring arah dan kecepatan topan di
SeaWiFS pada band biru mempunyai kisaran laut, dan lain sebagainya
antara (0.402 – 0.422) µm, maka resolusi
spektral sensor SeaWiFS lebih tinggi dari Berikut diberikan beberapa contoh aplikasi
sensor Landsat TM penginderaan jauh di bidang pesisir dan lautan:
Karakterisitik spasial berhubungan dengan
Angular Field of View (AFOV) dan
Instantaneous Field of View (IFOV). AFOV
(sudut scanning) adalah sudut pandang
maksimum sensor yang efektid mendedteksi
GEM. AFOV menentukan besarnya luas sapuan
(swath width). IFOV adalah sudut pandang
sesaat yang berhbungan dengan unit sampling
yang menetukan besarnya elemen gambar/pixel
atau area terkecil yang dapat dideteksi oleh
sensor. Ukuran pixel bergantung pada IFOV Gambar 10. Peta Sebaran Terumbu Karang
dan ketinggian sensor. Sebagai contoh, IFOV Pulau Ndana
sebesar 2.5 mili radians, maka luas area terkecil
yang dideteksi sensor adalah 2.5 x 2.5 m pada
ketinggian 1000 m.

Gambar 11. Peta Daerah Potensi Penangkapan


Ikan di Perairan Selat Madura

Peta Kesuaian Wilayah


Gambar 9. Konsep AFOV dan IFOV
117∞44' BT 117∞45' 117∞46'

Wisata Bahari
Snorkling dan Diving
Laut Flores 117∞25' 117∞50' 118∞15'
8∞6' LS

8∞6'

8∞20'

8∞20'

P.Satonda
8∞45'

8∞45'

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH di 117∞25' 117∞50' 118∞15'

WILAYAH PESISIR DAN LAUTAN 400 0

Kelas Kesesuaian :
400 800 Meters

Beberapa contoh penerapan atau analisis


Kurang Sesuai (S3)
8∞7'
8∞7'

Sesuai (S2)
Danau

Te Darat Diolah oleh:

teknologi penginderaan jauh kelautan pada


Laut
luk
Hazmi
C06498017
Ilmu Kelautan - IPB
Sa Sumber Data :

berbagai tujuan pengamatan dan analisis di laut leh 1. Citra LANDSAT 7 - ETM Tahun 2000
2. Peta Bathymetri DISHIDROS TNI AL
Skala 1 : 100.000 dan 1 : 50.000
3. Peta Rupa Bumi Bakosurtanal
Skala 1 : 250.000 Tahun 1997

dan wilayah pesisir.


117∞44' 117∞45' 117∞46'

1. Deteksi daerah potensial penangkapan ikan


2. Pemetaan daerah ekosistem sensitive Gambar 12. Peta Kesesuaian Wilayah Wisata
3. Kelayakan lokasi untuk pengembangan, Bahari Terumbu Karang (Snorkeling dan
misalnya pariwisata dan budidaya perikanan Diving)

26
Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.1 April 2010 ISSN : 1907-9931

KESIMPULAN Pengembangan Pemanfaatan dan


Teknologi Penginderaan Jauh,
Penginderaan jauh kelautan/perikanan dapat LAPAN, Jakarta Timur
membantu berbagai penelitian untuk memahami
dinamika lingkungan pesisir dan lautan
Lillesand and Kiefer, (1979), Remote
termasuk memahami dinamika sumberdaya
alam yang terkandung di dalamnya, khususnya
Sensing and Image Interpretation,
yang berkaitan dengan perikanan. John Wiley and Sons, New York.

Meaden, G.J. dan J. M Kapetsky. 1991.


DAFTAR PUSTAKA Geographical information system and
Remote Sensing in Inland Fiheries
Curran P. J. 1985. Principles of Remote and Aquaculture. FAO Tech. Paper.
Sensing. International Journal of No. 318, FAO-the UN, Rome.
Remote Sensing, Volume 6, Issue 11
November 1985 , page 1765. Parwati, E., T. Kartika, J. Indarto., F. Dyah.,
Dahuri, R., J. Rais., S. P. Ginting., dan M. J. M. Nur., dan M. Kartasasmita. 2007.
Sitepu. 2001. Pengelolaan Kajian Hubungan Antara Laju
Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Perubahan TSS (Total Suspended
Lautan secara Terpadu. PT. Pradnya Solid) dengan Penutup / Penggunaan
Paramita, Jakarta. Lahan di Wilayah Pesisir Kabupaten
Efendy M., F. F. Muhsoni, H. Triajie., dan Berau, Kalimantan Timur. Proceeding
A. F. Syah. 2009. Model Algoritma Geo-Marine Research Forum 2007
Pendugaan Konsentrasi Klorofil-a
Berdasarkan Data Citra Satelit Robinson. I. S. 1985. Satellite
Landsat TM untuk Pemetaan Lokasi Oceanography an Introduction for
Fishing Ground di Selat Madura. Oceanographer and remote Sensing
Laporan Penelitian. Universitas Scientist. John Wiley & Son.
Trunojoyo.
Hazmi. 2004. Aplikasi Sistem Informasi Rahadiati, A. dan S. Hartini. 2007.
Geografis (Sig) dan Penginderaan Pemanfaatan Citra Resolusi Tinggi
Jauh Dalam Penentuan Wilayah Untuk Pemetaan Sebaran Terumbu
Potensial Wisata Bahari Terumbu Karang Di Pulau Kecil. Proceeding
Karang Di Pulau Satonda, Dompu, Geo-Marine Research Forum 2007.
Nusa Tenggara Barat. Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Suprakto, B. 2005. Studi Tentang Dinamika
Kelautan-IPB. Bogor (Tidak Mangrove Kawasan Pesisir Selatan
dipublikasikan) Kabupaten Pamekasan Provinsi Jawa
JARS (Japan Association on Remote Timur Dengan Data Penginderaan
Sensing). 1993. Remote Sensing Jauh. Makalah pada Pertemuan Ilmiah
Note. Nihon Printing Co. L.td. Tokyo. Tahunan MAPIN XIV. Institut
LAPAN. 2003. Teknologi Penginderaan Teknologi Sepuluh Nopember
Jauh dalam Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Lautan. Pusat

27
Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.1 April 2010 ISSN : 1907-9931

Susilo, S. B. dan J. L. Gaol. 2008. Dasar-


Dasar Penginderaan Jauh Kelautan.
Departemen Ilmu dan Teknologi
Kelautan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

28

Anda mungkin juga menyukai