Anda di halaman 1dari 24

PENDIDIKAN TRADISIONAL DAN PENDIDIKAN

PROGRESIF

MAKALAH
Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Ulangan Tengah Semester
Mata Kuliah Landasan dan Problematika Pendidikan

Oleh:
Uswatun Hasanah (I2K016035)

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI


PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2016
Uswatun Hasanah 2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan anugrah dan rahmatNya dalam mengerjakan makalah yang berjudul
“Pendidikan Tradisional dan Pendidikan Progresif”. Makalah ini disusun untuk
memberikan gambaran kepada pembaca tentang konsep pendidikan tradisional
dan pendidikan progresif.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak lain yang turut
memberikan dukungan dan bimbingan dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga
makalah ini bisa berguna bagi kita semua  khususnya bagi penulis sebagai
penyusun makalah ini dan umumnya bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih belum sempurna. Maka dari itu penulis membutuhkan kritik
dan saran dari teman-teman, para dosen dan pihak lain demi kesempurnaan
makalah kami ini. Semoga makalah kami ini bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, November 2016

Penulis

Pendidikan Tradisional dan Pendidikan Progresif Page ii


Uswatun Hasanah 2016

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG...........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................2
C. TUJUAN...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP PENDIDIKAN TRADISIONAL..........................................3
B. KONSEP PENDIDIKAN PROGRESIF...............................................9
C. PERBEDAAN PENDIDIKAN TRADISIONAL DAN PROGRESIF16
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN...................................................................................17
B. SARAN ……………………………………………………………...17

Pendidikan Tradisional dan Pendidikan Progresif Page iii


Uswatun Hasanah 2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan memiliki sifat-sifat yang
berbeda dengan makhluk lain yang hidup di dunia ini. Manusia adalah makhluk
yang sempurna karena memiliki sifat-sifat fisik maupun psikis yang dapat
menyesuaikan dengan kebutuhan hidupnya di dunia ini. Kesemua sifat dasar yang
dimiliki manusia akan tumbuh dan berkembang secara alamiah bila manusia
mengalami proses perkembangan fisik dan psikisnya secara normal melalui proses
yang secara sadar diarahkan kepada tercapainya berbagai sifat baik tersebut,
melalui suatu proses yang disebut pendidikan.
Di dalam nuansa kependidikan, manusia adalah sasaran pendidikan
sekaligus subjek pendidikan. Pendidikan membantu manusia dalam
menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaan yang ada dalam dirinya.
Potensi kemanusiaan merupakan benih untuk mengembangkan seseorang menjadi
manusia seutuhnya. Pemahaman dari pendidik terhadap potensi-potensi dan sifat
hakikat manusia sangat penting agar pendidikan mencapai tujuan yang diharapkan
yaitu memanusiakan manusia. Pendidikan harus diarahkan kepada pencapaian
tujuan itu melalui perumusan dan penerapan konsep pendidikan.
Teori-teori pendidikan terus berkembang sesuai dengan perubahan zaman.
Para tokoh-tokoh pendidikan terus menyumbangkan pemikiran-pemikiran
mereka untuk memperbaiki sistem pendidikan. Pendidikan dahulu kita kenal
dengan pendidikan tradisional. Dimana tujuan utama pendidikan ini adalah untuk
mewariskan segala pengetahuan kepada generasi yang baru. Karena materi pokok
atau pengetahuan maupun norma tingkah laku diwariskan dari masa lampau, maka
sikap para murid pada umumnya haruslah dicirikan oleh kepatuhan, kesediaan
untuk menerima dan ketaatan untuk mengikutinya.
Melihat keadaan pendidikan yang tidak sesuai dengan fitrah manusia,
maka lahirlah pemikiran-pemikiran pendidikan untuk memperbaiki sistem
pendidikan tersebut. Pendidikan ini dikenal dengan istilah pendidikan progresif.
Menurut Muhmidayeli (2013:151) Pendidikan progresif menekankan bahwa

Pendidikan Tradisional dan Pendidikan Progresif Page 1


Uswatun Hasanah 2016

pendidikan bukanlah sekedar upaya pemberian sekumpulan pengertahuan kepada


subjek didik, tetapi hendaklah berisi beragam aktivitas yang mengarah pada
pelatihan kemampuan berpikir mereka secara menyeluruh, sehingga mereka dapat
berpikir secara sistematis melalui cara-cara ilmiah seperti penyediaan ragam data
empiris dan informasi teoritis, memberikan analisis, pertimbangan, dan
pembuatan kesimpulan menuju pemilihan alternatif yang paling memungkinkan
untuk pemecahan masalah yang tengah dihadapi.
Konsep pendidikan yang baik adalah konsep pendidikan yang
menawarkan strategi yang memberikan kesempatan kepada peserta didik secara
langsung untuk mengonstruksi pengetahuannya. Pengetahuan ini bisa didapatkan
melalui eksperimen atau pengalaman siswa. Konsep pengalaman dan pendidikan
tidak terlepas dari pemikirnya sendiri yaitu tokoh progresif Jhon Dewey. Menurut
Dewey dalam Rostitawati (2014) pengalaman memainkan peran dalam
pendidikan dimana pengalaman baik dulu maupun sekarang mempengaruhi masa
depan. Sehingga pengalaman sesorang saat ini adalah akibat langsung dari
bagaimana pengalaman mereka sebelumnya. Pengalaman bisa menjadi pendidikan
bagi peserta didik, tentu pengalaman yang bermakna positif. Mungkin karena alas
an inilah yang mendorong para tokoh progresif untuk merubah sistem pendidikan
tradisional menuju sistem pendidikan progresif.
Teori pendidikan seyogyanya tidak ada yang sempurna, tapi dapat saling
melengkapi satu sama lain. Dalam prakteknya memiliki dampak yang positif dan
negatif. Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan dipaparkan tentang konsep
pendidikan tradisional dan pendidikan progresif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pendidikan tradisional ?
2. Bagaimana konsep pendidikan progresif ?
3. Apa perbedaan pendidikan tradisional dan progresif ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep pendidikan tradisional
2. Untuk mengetahui konsep pendidikan progresif
3. Untuk mengetahui perbedaan pendidikan tradisional dan progresif.

Pendidikan Tradisional dan Pendidikan Progresif Page 2


Uswatun Hasanah 2016

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pendidikan Tradisional


1. Pengertian Pendidikan Tradisional
Menurut Undang Undang Sistem Pendidkan Nasional Tahun 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat.
Tradisional menurut kamus Bahasa Indonesia adalah sikap dan cara berpikir
serta bertindak yg selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yg ada
secara turun-temurun. Sedangkan secara bahasa tradisional berasal dari bahasa
latin: traditio, “diteruskan” atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling
sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi
bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara,
kebudayaan, waktu, atau agama yang sama.
Pengertian pendidikan tradisional dapat dimengerti dari berbagai macam
aspek, misalnya pendidikan dalam arti yang sempit. Sebagaimana menurut
Soyomukti (2010:158) pendidikan tradisional adalah pendidikan yang
dilembagakan dalam sekolah sebagaimana sekolah konvensional. Sekolah
dipahami sebagai lembaga yang didalamnya terdapat guru, murid, sistem
administrasi, alat bantu atau media pembelajaran yang baku (dan tradisional), dan
kurang canggih. Sekolah yang sekedar mengajarkan kurikulum yang sudah
ditentukan, atau disebut sekolah dalam makna yang konvensional.
Berbeda dengan Soyokmuti, dalam buku Ideologi-Ideologi Pendidikan
William F.O’neil (Fakih, 2008:333) disebutkan bahwa pendidikan tradisional
disebut sebagai pendidikan konservative. Pendidikan konservative mengajukan
ketaatan terhadap lembaga-lembaga dan proses-proses budaya yang sudah teruji
oleh waktu (sudah lama berlangsung), disertai dengan rasa hormat yang

Pendidikan Tradisional dan Pendidikan Progresif Page 3


Uswatun Hasanah 2016

mendalam terhadap hukum serta tatanan/keteraturan, sebagai landasan bagi


perubahan sosial apapun yang sifatnya membangun (konstruktif). Bagi kaum
konservative, tujuan atau sasaran pendidikan adalah sebagai pelestarian dan
penerusan pola-pola kemapanan social serta tradisi-tradisi.
Sejalan dengan itu, pendidikan tradisional menurut Jhon Dewey dalam
bukunya Experience and Education yang diterjemahkan oleh Santo (2008:2)
bahwa tujuan utama sekolah pada pendidikan tradisional adalah mewariskan
segala pengetahuan tersebut kepada generasi yang baru dimana materi pokok
pendidikan terdiri dari seluruh perangkat informasi dan keterampilan yang telah
dihasilkan pada masa lampau.
Dari beberapa penjabaran tentang pendidikan tradisional oleh beberapa
tokoh diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan tradisional adalah proses
pengubahan sikap atau tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha untuk
mendewasakan manusia melalui upaya pelaksanaan kegiatan pengajaran dengan
cara berpegang teguh kepada norma atau kebiasaan yang sudah berlangsung sejak
lama yang terjadi secara turun temurun.
2. Ciri-ciri Umum Pendidikan Tradisional
Menurut Vernom Smith dalam Soyomukti (2010:159) ciri-ciri umum
sekolah tradisional antara lain sebagai berikut :
a. Anak-anak biasanya dikirim ke sekolah di dalam wilayah geografis distrik
tertentu
b. Mereka kemudian dimasukkan ke kelas-kelas yang biasanya dibeda-bedakan
berdasarkan umur,
c. Anak-anak masuk sekolah di tiap tingkat menurut berapa usia mereka pada
waktu itu
d. Mereka naik kelas setiap habis satu tahun ajaran,
e. Prinsip sekolah otoritarian, anak-anak diharap menyesuaikan diri dengan tolok
ukur perilaku yang ada
f. Guru memikul tanggung jawab pengajaran, berpegang pada kurikulum yang
sudah ditetapkan
g. Promosi tergantung pada penilaian guru

Pendidikan Tradisional dan Pendidikan Progresif Page 4


Uswatun Hasanah 2016

h. Kurikulum berpusat pada subjek akademik


i. Bahan ajar yang paling umum tertera dalam kurikulum adalah buku-buku teks
Jika kita menghubungkan pendidikan sekarang ini dengan ciri-ciri
pendidikan tradisional diatas, bisa dikatakan bahwa pendidikan di Indonesia
masih ditemukan beberapa ciri-ciri sistem pendidikan tradisional. Ini dibuktikan
dengan sistem pendidikan kita yang membagi siswa berdasarkan umur, siswa naik
kelas setiap habis satu tahun ajaran, guru berpegang pada kurikulum yang sudah
ditetapkan. Tetapi sistem pendidikan di Indonesia saat ini sedang beranjak menuju
sistem pendidikan progresiv. Karena tidak semua cirri-ciri pendidikan tradisional
tersebut masih ditemukan.
Sedangkan dalam William F.O’Neil (Fakih, 2008:336) disebutkan ciri-ciri
konservatisme pendidikan sebagai berikut :
a. Tujuan utama pendidikan adalah untuk melestarikan dan menyalurkan pola-
pola perilaku social konvensional
b. Sekolah diadakan untuk mendorong tentang pemahaman dan penghargaan
terhadap lembaga-lembaga, tradisi-tradisi, proses-proses budaya yang telah
teruji oleh waktu, termasuk rasa hormat yang mendalam terhadap hokum dan
tatanan.
c. Menganggap bahwa nilai dasar pengetahuan ada pada kegunaan sosialnya,
bahwa pengetahuan adalah sebuah cara untuk mengajukan nilai-nilai social
yang mapan
d. Memandang pendidikan sebagai sebuah pembelajaran (sosialisasi) nilai-nilai
yang mapan
e. Sekolah harus memperhatikan pada pengkondisian social membantu siswa
untuk mencapai pemenuhan nilai-nilai budaya konvensional
f. Kesamaan-kesamaan individual lebih penting ketimbang perbedaannya
g. Guru harus dipandang sebagai seorang pakar “penyuntik” pengertahuan serta
keterampilan-keterampilan khusus
Adapun ciri-ciri pendidikan tradisional menurut Jhon Dewey dalam Santo
(2008:3) yaitu :

Pendidikan Tradisional dan Pendidikan Progresif Page 5


Uswatun Hasanah 2016

a. Materi pokok maupun seluruh norma tingkah laku diwariskan dari masa
lampau
b. Sikap murid pada umumnya haruslah dicirikan oleh kepatuhan, kesediaan
untuk menerima, dan ketaatan
c. Buku-buku, khususnya buku-buku pegangan merupakan wakil utama dari adat
istiadat dan pengetahuan serta kebijaksanaan masa lampau
d. Guru merupakan sarana, dimana para murid secara efektif diperkenalkan
dengan materi. Para guru merupakan perantara, melaluinya pengetahuan dan
keterampilan dokomunikasikan dan berbagai peraturan tingkah laku
ditanamkan.
Ciri-ciri yang dijabarkan oleh Jhon Dewey tersebut sangat persis dengan
pendidikan di Indonesia pada abad ke-19 samapai abad ke-20, dimana dalam
pembelajaran guru mengajar dengan sistem ceramah dan dikte. Siswa duduk
manis di bangku yang berderet dan jarang sekali siswa yang berani
mengemukakan pendapat. Siswa memiliki rasa takut kepada guru karena guru
pada saat itu sering menggunakan kekerasan sebagai hukuman kepada siswa.
Pendapat lain tentang gambaran pendidikan tradisional yang digambarkan
oleh Ornstein dan Levine dalam Nanuru (2013) bahwa pendidikan tradisional saat
itu sangat menekankan pada :
a. Otoritas penuh dari guru pengajar.
b. Menekankan metode instruksi pada buku teks
c. Pengajaran yang pasif melalui ingatan atas data yang dipelajari
d. Pendidikan terisolasi dari realitas social, dan
e. Hukuman badan sebagai sebuah bentuk untuk menegakkan displin.
3. Prinsip-prinsip Pengajaran Pada Pendidikan Tradisional
Menurut Soyomukti (2010:160) prinsip-prinsip pendidikan tradisional
sebagai berikut :
a. Motivasi didasari hukuman, ganjaran atau hadiah, dan persaingan
b. Belajar dengan menghafal dan menyimpan informasi tanpa bantuan catatan
ditekankan dalam sistem pendidikan tradisional

Pendidikan Tradisional dan Pendidikan Progresif Page 6


Uswatun Hasanah 2016

c. Psikologi behavioral memiliki pengaruh yang jelas dalam pendidikan


tradisional, sedangkan psikologi kognitif tak banyak berpengaruh dalam model
pendidikan ini
d. “Kurikulum tersembunyi” memainkan peran kunci dalam kehidupan belajar
e. Pada umumnya proses pengajaran di dalam sistem pendidikan tradisional tidak
diturunkan oleh teori tertentu
f. Modus dominan pengajaran adalah guru bicara
g. Sistem pendidikan tradisional punya berbagai cara untuk mengelompokkan
siswa-siswi untuk diajar
h. Segelintir modus pengajaran mendominasi sistem pendidikan tradisional
Melihat prinsip-prinsip pendidikan tradisional tersebut, kita bisa
menyimpulkan bahwa pendidikan tradisional adalah pendidikan yang bersifat
pasif dan statis. Pasif berarti proses pembelajaran satu arah, siswa tidak aktif
mencari informasi, hanya mendengarkan guru berbicara di depan kelas. Dikatakan
statis karena pelajaran yang diterima adalah materi lama yang bersifat diturunkan
dari generasi ke genarasi, dan pengetahuan lama tersebut belum tentu sesuai
dengan keadaan saat itu. Sistem pendidikan yang sangat lama bisa menyesuaikan
dengan perkembangan zaman.
Disamping itu juga prinsip pendidikan tradisional adalah mewariskan moral
yang harus dipatuhi. Jika peserta didik tidak mematuhi maka akan diberikan
hukuman, peserta didik juga harus patuh dan hormat kepada guru. Karena guru
dianggap sebagai sumber pengetahuan. Guru memiliki peranan yang sangat
penting dalam sistem pendidikan ini.
4. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pendidikan Tradisional
Setiap sistem pendidikan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, merujuk
pada ciri-ciri dan prinsip pendidikan tradisional diatas, berikut akan dijabarkan
kelebihan dan kekurangan sistem pendidikan tradisional.
a. Kelebihan pendidikan tradisional
1) Pendidikan tradisional menuntut siswa untuk mengikuti nilai dan norma yang
baik menurut masa lalu. Mungkin disini bisa dijadikan sebagai kelebihannya

Pendidikan Tradisional dan Pendidikan Progresif Page 7


Uswatun Hasanah 2016

karena untuk tetap mengkonservasi budaya lama agar tidak kehilangan jati diri
suatu masyarakat atau yang sekarang dikenal dengan menjaga kearifan local.
2) Pada sistem pendidikan tradisional, sekolah menanamkan pada diri murid sikap
hormat dan patuh pada guru dan sekolah. Ini merupakan salah satu kelebihan
pendidikan tradisional, karena kalau kita melihat pada sistem pendidikan
sekarang sebagai dampak negativ dari pendidikan modern adalah siswa kurang
menghargai guru disekolah. Ini disebabkan karena guru tidak lagi memiliki
wewenang untuk memberikan hukuman seperti pada pendidikan tradisional
sehingga pada pendidikan sekarang orang tua memiliki hak untuk menuntut
guru jika guru yang bersangkutan memberikan hukuman pada anaknya.
b. Kelemahan pendidikan tradisional
1) Sistem pendidikan yang menekankan pada ingatan dan hafalan memberikan
kecerdasan intelektual pada anak, tetapi kelemahannya disini adalah karena
siswa terlalu ditekankan pada hafalan atau pengetahuan, sistem pendidikan ini
tidak mengajarkan keterampilan kepada peserta didik sebagai bekal hidupnya
setelah ia selesai dibangku pendidikan. Apalah arti teori jika siswa tidak
diajarkan prakteknya dalam kehidupan sehari-hari.
2) Pendidikan tradisional melihat kesamaan-kesamaan individual lebih penting
dari perbedaannya. Bukankah manusia dilahirkan dengan potensi yang berbeda
? Disini dapat dilihat kelemahan sistem ini bahwa sistem pendidikan ini
menyamaratakan potensi peserta didik yang bertolak belakang dengan fitrah
manusia.
3) Metode pengajaran yang bersifat ceramah. Guru hanya mentransfer ilmu
pengetahuan kepada peserta didik, kemudian peserta didik menerima
pengetahuan tersebut dan akan disimpan pada memori ingatan mereka. Sistem
pembelajaran ini terlalu statis, siswa tidak diberikan kesempatan untuk
mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri.
4) Bahan atau buku pelajaran yang digunakan adalah buku-buku terdahulu. Ini
tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Bagaimana bisa siswa diajarkan
pengetahuan dari generasi yang lama untuk diaplikasin pada generasi baru
yang zamannya sudah berbeda

Pendidikan Tradisional dan Pendidikan Progresif Page 8


Uswatun Hasanah 2016

Pendidikan tradisional ini, identik dengan pendidikan pesantren, karena


sebagaimana dijelaskan dalam Soyomukti (2010:161) bahwa salah satu
peninggalan pendidikan tradisional di Indonesia adalah pendidikan pesantren.
Sejarah bahwa lembaga pendidikan pesantren terlahir sejak lama, bahkan sebelum
kedangan penjajah ke Negeri ini, sehingga pendidikan pesantren telah menjadi
system pendidikan yang sudah mentradisi sejak lama. Rekonstruksi pendidikan
tradisional ini dapat dilihat dari berbagai sistem pendidikan yang telah diterapkan,
mulai dari kelembagaannya, sarana dan prasarananya, kemudian pendanaannya
hingga persoalan pelaksanaan kegiatan pendidikannya dan lain sebagainya.

B. Konsep Pendidikan Progresif


Secara historis, progresivisme ini telah muncul pada abad ke-19, namun
perkembangannya secara pesat baru terlihat pada awal abad ke-20, terutama di
Negara Amerika Serikat. Bahkan pemikiran yang dikembangkan aliran inipun
sesungguhguhnya memiliki benang merah yang secara tegas dapat dilihat sejak
zaman Yunani kuno, seperti Heraklitos (±544-454 SM), Protagoras (±480-410
SM), Socrates (±469-391 SM) dan Aristoteles (±384-322 SM).
Banyak penyumbang pikiran dalam pengembangan progresivisme, seperti
Prancis Bacon, Jhon Locke, Rousseu, Kant, dan Hegel. Francis Bacon
menanmakan asas metode eksperimental ( metode ilmiah dalam pengetahuan
alam) menjadi metode utama dalam pendidikan progresivisme. John Locke
dengan teori tentang asas kemerdekaan yang menghormati hak asasi (kebebasan
politik). Kemudian Rousseu meyakini kebaikan kodrat manusia yang bisa berbuat
baik dan lahir bsebagai makhluk yang baik. Selanjutnya Immanuel Kant
memuliakan martabat manusia dan menjunjung tinggi kepribadian manusia.
Sedangkan Hegel peletak asas penyesuaian manusia dengan alam (Anwar,
2015:158)
Secara gerakan, tokoh-tokoh Amerika seperti Benjamin Franklin, Thomas
Phaine, Thomas Jefferson telah ikut mempengaruhi progresivisme dengan
sikapnya menetang dogmatism dan sikap positif yang menjunjung tinggi
individualisme dan nilai-nilai demokrasi (Muhmidayeli, 2013:152).

Pendidikan Tradisional dan Pendidikan Progresif Page 9


Uswatun Hasanah 2016

Dalam konteks pendidikan, perkembangan progresivisme tidak dapat


dilepaskan dari pemikiran Jhon Dewey yang dikenal dengan bapak dari
pendidikan progresiv. Jhon Dewey banyak turut mengambil bagian dalam sejarah
progresivisme. Teori progresiv Jhon Dewy banyak dipengaruhi oleh teori Evolusi
Charles Darwin, teori pragmatisme, dan teori behavioristik (Rostitawati, 2014).
Progresivisme lahir sebagai protes terhadap kebijakan-kebijakan pendidikian
konvensional yang bersifat formalis tradisionalis yang telah diwariskan oleh
filsafat abad ke-19 yang dianggapnya kurang kondusif dalam melahirkan
manusia-manusia yang sejati. Aliran ini memandang bahwa metodologi
pendidikan konvensional yang menekankan pelaksanaan pendidikan melalui
pendekatan disiplin mental, pembelajaran pasif yang telah menjadi karakteristik
pendidikan selama ini tidak sesuai dengan watak humanitas manusia yang
sebenarnya.
1. Pengertian Pendidikan Progresif
Progresif secara bahasa dapat diartikan sebagai keinginan untuk
mendapatkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Menurut Nanuru (2013)
Pendidikan Progresivisme adalah sebuah teori dengan sistem pendidikan yang
mementingkan kemerdekaan dan kebebasan anak dari tekanan pengajaran dengan
sistem hafalan, pendiktean bahan pelajaran dan otorisasi terhadap buku teks.
Sedangkan menurut Muhmidayeli (2013:151) dalam konteks filsafat
pendidikan, progresivisme merupakan suatu aliran yang menekankan bahwa
pendidikan bukanlah sekedar upaya pemberian sekumpulan pengetahuan kepada
subjek didik, tetapi hendaklah berisi beragam aktivitas yang mengarah pada
pelatihan kemampuan berpikir mereka secara menyeluruh, sehingga mereka dapat
berpikir secara sistematis melalui cara-cara ilmiah seperti penyediaan ragam data
empiris dan informasi teoritis, memberikan analisis, pertimbangan, dan
pembuatan kesimpulan menuju pemilihan alternatif yang paling memungkinkan
untuk pemecahan masalah yang tengah dihadapi.
Sejalan dengan itu pendidikan progresif menurut Jhon Dewey dalam
Rostitawati (2014) pendidikan progresif yaitu pendidikan yang dijalankan secara
demokratis. Pada tataran praktisnya, dalam penyelenggaraan pendidikan di

Pendidikan Tradisional dan Pendidikan Progresif Page 10


Uswatun Hasanah 2016

sekolah, peserta didik harus berperan aktif dalam proses belajar ataupun dalam
menentukan materi pelajaran.
Jadi pendidikan progresif adalah pendidikan yang memberikan kebebasan
pada peserta didik dalam belajar, siswa diberikan kesempatan untuk membangun
pengetahuan sendiri dengan melakukan, menemukan, dan menyimpulkan suatu
pengetahuan dengan bimbingan guru dengan tujuan agar siswa mampu
memecahkan masalahnya sendiri. Karena menurut teori ini pengetahuan dan
kebenaran itu bersifat tidak tetap. Kebenaran yang ada sekarang belum tentu benar
pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu siswa diajarkan untuk memecahkan
masalah yang kira-kira kan dihadapi pada masa yang akan datang. Siswa dianggap
sebagai manusia yang merdeka sehingga dalam pembelajaran siswa tidak boleh
diberi tekanan maupun diatur sesuai keinginan guru. Disini guru berperan sebagai
fasilitator yang memfasilitasi dan memberikan bimbingan pada siswa.
2. Ciri-ciri Pendidikan Progresif
Berikut akan dijabrakan ciri-ciri utama aliran progresivisme menurut Anwar
(2015:156) :
a. Manusia sebagai subjek yang memiliki kemampuan dalam menghadapi dunia
dan lingkungan hidupnya, mempunyai kemampuan untuk mengatasi dan
memecahkan masalah yang akan mengancam manusia itu sendirian
b. Tujuan pendidikan selalu diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus
menerus dan bersifat progresif
c. Pendidikan tidak hanya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik,
tetapi yang lebih penting dari itu yaitu melatih kemampuan berpikir dengan
memberikan rangsangan dengan cara ilmiah, seperti kemampuan menganalisis
dan memilih secara rasional di antara beberapa alternative yang tersedia.
d. Tugas pendidikan, menurut pragmatisme, progresivisme ialah mengadakan
penelitian atau pengamatan terhadap kemampuan manusia dan menguji
kemapuan-kemampuan tersebut dalam pekerjaan praktis.
Ciri-ciri Pendidikan progresif ini jika dikaitkan dengan pendidikan di
Indonesia saat ini sudah mulai terlihat. Ini dibuktikan bahwa dalam proses
pembelajaran guru sudah mulai mengembangkan metode-metode pembelajaran

Pendidikan Tradisional dan Pendidikan Progresif Page 11


Uswatun Hasanah 2016

untuk menambah keaktifan siswa, walaupun masih ada beberapa guru yang masih
menggunakan metode ceramah. Selain itu juga siswa sudah diarahkan untuk
mencari informasi sendiri tentang pengetahuan yang akan dipelajari. Misalnya
pada penerapan Kurikulum 2013, siswa secara langsung berinteraksi dengan objek
pembelajaran sehingga siswa akan mampu mengonstruksi pengetahuan mereka.
Tetapi pendidikan kita saat ini masih dalam proses “move on” dari pendidikan
tradisional.
Salah satu cirri lain dari pendidikan progresif yaitu memandang setiap anak
adalah unik. Teori ini menganggap manusia dilahirkan dengan potensi yang
berbeda sehingga memiliki bakat dan minat yang berbeda pula. Oleh karena itu
fungsi pendidikan adalah untuk memfasilitasi siswa dalam mengembangkan bakat
dan minatnya sehingga mereka akan menjadi manusia yang lebih kreatif. Dengan
demikian pendidikan ini mengajarkan bagaimana anak akan berguna untuk masa
depannya nanti dengan kemampuan-kemampuan yang dimiliki.
3. Prinsip-prinsip Pendidikan Progresif
Menurut Ornstein dan Levine dalam Nanuru (2013) adapun yang menjadi
prinsip- prinsip pendidikan yang dianut oleh aliran ini dapat didaftarkan secara
singkat seperti berikut ini:
a. Anak-anak dibiarkan bebas berkembang secara alami
b. Perhatian, didorong langsung pada pengalaman, karena ini dianggap sebagai
pendorong yang paling baik dalam pengajaran.
c. Guru harus menjadi seorang narasumber dan seorang pembimbing dan
pengarah dalam aktivitas pembelajaran.
d. Sekolah Progresivisme seharusnya menjadi sebuah laboratorium bagi reformasi
pendidikan dan tempat untuk bereksperimen
Pendapat senada juga disampaikan Kneller dalam Sadulloh (2003:148) yaitu
bahwa prinsip pendidikan progresivisme adalah:
a. Pendidikan adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup. Kehidupan
yang baik adalah kehidupan intelegen, yaitu kehidupan yang mencakup
interpretasi dan rekonstruksi pengalaman

Pendidikan Tradisional dan Pendidikan Progresif Page 12


Uswatun Hasanah 2016

b. Pengajaran harus secara langsung dihubungkan dengan berbagai kepentingan


anak.
c. Belajar melalui pemecahan masalah harus didahulukan dari belajar melalui
subject matter.
d. Peran guru tidak langsung tetapi untuk memberikan petunjuk kepada anak.
e. Sekolah perlu mendorong kerjasamadibanding kompetisi.
Sedangkan menurut Jhon Dewey dalam Santo (2008:5) prinsip umum
pendidikan progresif sebagai berikut :
a. Paksaan dari atas dipertentangkan dengan ekspresi individualistis
b. Disiplin eksternal dipertentangkan dengan kegiatan bebas
c. Belajar dari buku dan guru dipertentangkan dengan proses belajar melalui
pengalaman,
d. Penguasaan atas keterampilan dan teknik murni secara terpisah melalui latihan
yang terus menerus dipertentangkan dengan penguasaan atas keterampilan dan
teknik tersebut sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuan yang langsung
dirasa vital bagi hidupnya
e. Persiapan bagi masa depan yang agak jauh dipertentangkan dengan upaya
menggunakan semaksimal mungkin seluruh kesempatan hidup sekarang ini
f. Tujuan dan mata pelajaran statis dipertentangkan dengan upaya membiasakan
diri secara kognitif dengan suatu dunia yang terus berubah.
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, pendidikan progresif bisa dikatakan
lawan dari pendidikan tradisional. Pendidikan progresif bersifat aktif dan dinamis.
Dikatakan aktif karena dalam proses pembelajaran siswa aktif melakukan
kegiatan-kegiatan yang mendukung dirinya untuk membangun pengetahuan
sendiri melaui bimbingan guru. Guru tidak lagi sebagai sumber
informasi/pengetahuan tetapi hanya bertugas sebagai fasilitator yang membimbing
siswa dalam pembelajaran. Dikatakan dinamis karena pengetahuan yang diajarkan
dalam pembelajaran ini disesuaikan dengan perkembangan zaman. Subjek
pembelajaran tidak hanya bergantung dari buku-buku, tetapi berdasarkan
pengalaman siswa. Pengalaman yang dimaksud disini adalah pengalaman positif

Pendidikan Tradisional dan Pendidikan Progresif Page 13


Uswatun Hasanah 2016

yang mengandung makna dalam konteks pendidikan. Hukuman dan ganjaran


tidak diberlakukan dalam pembelajaran ini.
Kurikulum pada sistem pendidikan progresif disusun berdasarkan
pengalaman dan kegiatan siswa. Metode dalam pembelajaran ini lebih ditekankan
pada bagaimana siswa itu belajar dengan berbuat atau yang dikenal dengan
leraning by doing dan bagaimana siswa itu mampu memecahkan masalahnya
sendiri atau problem solving. Karena teori pendidikan ini memandang manusia
sebagai makhluk yang mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengatur
serta menetukan masa depannya sendiri.
Pendapat senada juga dijelaskan oleh Ma’ruf (n.d) mengenai pandangan
progresivisme tentang pendidikan dijabarkan sebagai berikut :
a. Pendidikan
Menurut progresivisme proses pendidikan memiliki dua segi, yaitu
psikologis dan sosiologis. Dari segi psikologis, pendidik harus dapat mengetahui
tenaga-tenaga atau daya-daya yang ada pada anak didik yang akan dikembangkan.
Dari segi sosiologis, pendidik harus mengetahui kemana tenaga-tenaga itu harus
dibimbingnya (Imam Barnabid, dalam ma’ruf, n.d)
b. Kurikulum
Progresivisme memandang kurikulum sebagai pengalaman mendidik,
bersifat eksperimental, dan adanya rencana serta susunan yang teratur. Teori
Dewey (Ma’ruf, n.d) tentang sekolah adalah “Progresivisme” yang lebih
menekankan pada anak didik dan minatnya dari pada mata pelajaran itu sendiri.
Maka munculah “child centered curriculum” dan “child centered school”.
c. Pendidik
Guru menurut pandangan filsafat progresivisme adalah sebagai penasihat,
pembimbing, pengarah dan bukan sebagai orang pemegang otoritas penuh yang
dapat berbuat apa saja (otoriter) terhadap muridnya
d. Peserta Didik
Teori progresivisme menempatkan pesrta didik pada posisi sentral dalam
melakukan pembelajaran. karena murid mempunyai kecenderungan alamiah untuk
belajar dan menemukan sesuatu tentang dunia di sekitarnya dan juga memiliki

Pendidikan Tradisional dan Pendidikan Progresif Page 14


Uswatun Hasanah 2016

kebutuhan-kebutuhan tertentu yang harus terpenuhi dalam kehidupannya.


Kecenderungan dan kebutuhan tersebut akan memberikan kepada murid suatu
minat yang jelas dalam mempelajari berbagai persoalan.
e. Teknik dan Pandangan Belajar
Menurut teori pendidikan progresivisme adalah mengajarkan cara belajar
yang tepat, sehingga seorang dapat belajar setiap saat dari realitas secara mandiri,
baik di dalam maupun di luar sekolah, pada saat, sedang, ataupun setelah
menyelesaikan pendidikan formal. Dengan cara demikian sekolah akan
melahirkan individu-individu yang cerdas, kreatif, dan inovatif yang pada
akhirnya dapat melakukan transformasi budaya positif kearah yang lebih baik dari
masyarakat yang progresif.
4. Kelebihan dan Kelemahan Pendidikan Progresif
a. Kelebihan Pendidikan Progresif
1) Pembelajaran lebih bersifat aktif, karena pembelajaran berpusat pada anak
2) Siswa diberikan kebebasan untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya
3) Siswa diberikan kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya
4) Siswa belajar untuk mencari tahu sendiri jawaban dari masalah atau pertanyaan
yang timbul di awal pembelajaran. Dengan mendapatkan sendiri jawaban itu,
siswa pasti akan lebih mengingat materi yang sedang dipelajari
5) Siswa diajar untuk memecahkan masalah sendiri
6) Guru tidak lagi sebagai sumber informasi
b. Kelemahan pendidikan progresif
Ada beberapa kritik yang dilontarkan terhadap pendidikan progresif dalam
Sadulloh (2003:150) diantaranya :
1) Siswa tidak mempelajari warisan social. Mereka tidak mengetahui apa yang
seharusnya diketahui oleh orang terdidik
2) Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan, yang menjadi tradisi sekolah
3) Mengurangi bimbingan dan pengaruh guru. Siswa memilih aktivitas sendiri
Pendapat Sadulloh tersebut memang menjadi kelemahan sistem pendidikan
ini. Sistem pembelajaran yang terlalu memberika kebebasan kepada siswa jika
tidak benar-benar diawasi dengan baik akan berdampak kurang baik terhadap

Pendidikan Tradisional dan Pendidikan Progresif Page 15


Uswatun Hasanah 2016

siswa. Siswa menjadi kurang menghargai guru, disebabkan karena mereka


menganggap guru adalah partner dan bukan sosok yang harus ditakuti. Siswa juga
akan menjadi orang yang mementingkan diri sendiri, ia menjadi manusia yang
tidak memiliki self discipline, dan tidak mau berkorban demi kepentingan umum.
Sistem ini juga tidak menggunakan kurikulum yang sudah ditentukan, tetapi
kurikulum adalah dibuat oleh siswa itu sendiri, mempelajari apa yang mereka
piker dibutuhkan. Tetapi jika kita terapkan ini pada anak usia SD yang masih
belum berkembang pola pikirnya, mereka tidak akan mampu menentukan
metrinya sendiri. Mereka tentu membutuhkan arahan dari guru-gurunya. Bukan
itu saja, jika kita melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan minat siswa,
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan juga tidak akan mungkin bisa tercapai.

C. Perbedaan Pendidikan Tradisional dan Progresif


Aspek Pendidikan Tradisional Pendidikan Progresif
pembeda
Tujuan Mewariskan segala Melatih anak agar kelak dapat
pendidikan pengetahuan kepada bekerja secara sistematis,
generasi yang baru mencintai kerja, dan bekerja
dengan otak dan hati.
Kurikulum Kurikulum berpusat pada Kurikulum yang berisi
subjek akademik pengalaman-pengalaman atau
kegiatan-kegiatan belajar yang
diminati oleh siswa
Metode - Ceramah - Learning by doing
pendidikan - Dikte - Problem solving
Pelajar - Pendidikan berpusat - Pendidikan berpusat pada
pada guru anak
- Kesamaan anak lebih - Setiap anak adalah unik
penting
Pengajar - Sumber informasi - Fasilitator
- Penyuntik pengetahuan - Motivator
- Konselor

Pendidikan Tradisional dan Pendidikan Progresif Page 16


Uswatun Hasanah 2016

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan
tradisional adalah proses pengubahan sikap atau tata laku seseorang atau
kelompok dalam usaha untuk mendewasakan manusia melalui upaya pelaksanaan
kegiatan pengajaran dengan cara berpegang teguh kepada norma atau kebiasaan
yang sudah berlangsung sejak lama yang terjadi secara turun temurun.
Pendidikan tradisional jika dibandingkan dengan pendidikan progresif tentu
memiliki banyak kelemahan. Kelemahan pada sistem ini merupakan kelebihan
pada sistem pendidikan progresif. Tetapi pendidikan tradisional juga memiliki
beberapa kelebihan seperti sikap siswa yang sangat patuh dan taat pada guru serta
penanamaan moral masa lalu yang sangat kuat pada peserta didik. Ini yang tidak
dimiliki oleh pendidikan progresif
Pendidikan progresif adalah pendidikan yang memberikan kebebasan pada
peserta didik dalam belajar, siswa diberikan kesempatan untuk membangun
pengetahuan sendiri dengan melakukan, menemukan, dan menyimpulkan suatu
pengetahuan dengan bimbingan guru dengan tujuan agar siswa mampu
memecahkan masalahnya sendiri.
Kelebihan pendidikan progresif ini adalah pembelajaran lebih bersifat aktif,
siswa mampu mengembangkakan bakat dan minatnya, siswa mampu memecahkan
masalah sendiri serta guru tidak lagi bersifat sebagai sumber informasi. Tetapi
kelemahannya adalah guru kurang berpengaruh pada kegiatan pembelajaran yang
menyebabkan siswa tidak terlalu menghargai guru, siswa lebih bersifat
mementingkan diri sendiri serta pada proses pembelajaran kurangnya pendidikan
moral.

B. Saran
Teori pendidikan tidak ada yang sempurna. Mereka mempunyai kelebihan
dan kelemahan masing-masing. Dengan adanya teori atau konsep pendidikan
yang berebeda dapat memberi pandangan yang luas mengenai konsep

Pendidikan Tradisional dan Pendidikan Progresif Page 17


Uswatun Hasanah 2016

pendidikan yang baik terhadap pendidik pada khsusnya dan pembaca pada
umumnya. Dengan mempelajari beberapa konsep pendidikan yang ada kita
dapat mengambil hal-hal yang positif dari teori-teori tersebut. Tentunya juga
harus disesuaikan dengan lingkungan sehingga kita tidak sama sekali
mengadopsi teori pendidikan tersebut.

Pendidikan Tradisional dan Pendidikan Progresif Page 18


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Muhammad. 2015. Filsafat Pendidikan. Makassar: Kencana.


Fakih, Mansour. 2008. Ideologi-Ideologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Ma’ruf, Ahmad. n.d. Aliran Pendidikan Dalam Perspektif Pendidikan
Progresivisme dan Esensialisme. jurnal.yudharta.ac.id/.../ALIRAN-
PENDIDIKAN-DALAM-PERSPEKTIF-PENDIDIK.... diunduh pada
tanggal 30 Oktober 2016
Muhmidayeli. 2013. Filsafat pendidikan. Pekanbaru: PT Refika Aditama.
Nanuru, Ricardo F. 2013. Progresivisme Pendidikan dan Relevansinya di
Indonesia. Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2.
journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera53-5i7a8ujE-4a-
5FZerUL4qzKqK.pdf. di unduh pada tanggal 30 Oktober 2016
Rostitawati, T.2014. Konsep Pendidikan Jhon Dewey. TADBIR Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam. Vol 2 No 2,
journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/tjmpi/article/view/239/179.
diunduh pada tanggal 30 Oktober 2016.
Sadulloh, Uyoh. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Santo, Jhon De. 2008. Jhon Dewey Pengalaman Dan Pendidikan. Yogyakarta:
Kepel Press.
Soyomukti, Nuraini. 2010. Teori-Teori Pendidikan. Jogjakarta: Ar-ruzz Media
Grup.

Anda mungkin juga menyukai