Anda di halaman 1dari 16

KAPASITAS PERANGKAT DESA DALAM PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN KUDUS

Capacity Forces Village Village In The Implementation Of Government


In The District Kudus
Asrori
Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendagri
Jl. Kramat Raya No. 132 – Senen, Jakarta, Telp./Faks: +62 21 314 0454;
Email: asrori2011@yahoo.com, Tlp. 0815 969 3156
Dikirim: 18 Maret 2014; direvisi: 25 Maret 2014; disetujui: 12 Mei 2014

Abstrak
Untuk mengetahui kapasitas perangkat desa dalam menyelenggarakan pemerintahan desa dapat
dilakukan dengan pemetaan perangkat desa. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui
kapasitas perangkat desa dalam penyelenggaraan pemerintahan; kendala, dan langkah-langkah yang
telah dan akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus untuk meningkatkan kapasitas
perangkat desa dalam menyelenggarakan pemerintahan desa. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis
dengan pendekatan kualitatif di tiga kecamatan kabupaten Kudus, yaitu Kecamatan Dawe, Jekulo dan
Kecamatan Undaan, dengan sampel 26 desa. Hasil studi antara lain menunjukkan bahwa tingkat
pemahaman perangkat desa dalam memahami majemen sumber daya manusia maupun kemampuan
teknis perangkat desa masih kurang. Mayoritas perangkat desa belum mengikuti pendidikan dan
pelatihan/bimbingan teknik kompetensi, karena memiliki masa kerja lebih dari 10 tahun perangkat desa
merasa sudah memiliki tingkat pengetahuan yang memadai.
Kata kunci: kapasitas, perangkat desa, pemerintahan desa.

Abstract
To know capacity of the publik service in the village, engage to conduct with the mapping the village.
This research was conducted in order to know the capacity the publik service of the village in
governance; obstacles and the steps that have been conducted and will be carried out by local
government for increasing the capacity of the district Kudus for organizing village government.
Describtive analised with kuantitative approach are used in this research in the three sub-districts
Kudus, the District Dawe, Jekulo and District Undaan and also takes 26 villages for sampling. The
results of the research shows that knowlage of publik service staffs to understand human resources
management and technical capacity of the village are still lacking. Mostly, the villages have not followed
some educations and trainings/mentorings technical competency yet, because they feel if when they have
experiences over 10 years the village, educations and trainng is not nececcery to follow.
Keywords: capacity, forces village, village government.

PENDAHULUAN Tahun 2005, kedudukan desa menjadi sangat strategis,


hal ini ditandai dengan adanya pelimpahan
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 kewenangan yang cukup luas dari pemerintah
tentang Desa, menyebutkan bahwa desa adalah kabupaten/kota. Delegasi atau pelimpahan
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas- kewenangan pada dasarnya merupakan sebuah proses
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan untuk membagi kewenangan ke bawah dalam sebuah
mengurus kepentingan masyarakat setempat, organisasi.
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang Pemerintah desa sebagai penyelenggara
diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan pemerintahan terdepan dalam melaksanakan urusan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa bukanlah kabupaten/kota yang diserahkan kepada desa
bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan diperlukan adanya kapatisitas perangkat desa yang
bagian dari perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa memadai. Sedangkan penyelenggaraan pemerintahan
bukan merupakan bagian dari perangkat daerah. desa yang baik sulit untuk terwujud bilamana
Pemerintahan desa terdiri atas pemerintah desa (yang kapasitas aparatur pemerintah desa tidak memadai,
meliputi kepala desa dan perangkat desa) dan Badan tanpa kapasitas yang memadai mereka akan gagal
Permusyawaratan Desa (BPD). dalam menjalankan tugas dan fungsi desa. namun
Regulasi sistem pemerintahan nasional demikian sampai saat ini secara umum kapasitas
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 perangkat desa belum diketahui secara pasti.
Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 72

Kapasitas Perangkat Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Kabupaten Kudus – Asrori | 101
Dalam Kamus Hukum dan Glosarium Otonomi (Persadaan Girsang, 2012). Di samping kualitas,
Daerah, kapasitas diartikan sebagai: “kemampuan secara kuantitas perangkat desa juga relative masih
seseorang atau individu, suatu organisasi atau suatu rendah. Keterbatasan perangkat desa baik secara
sistem untuk menjalankan tugas dan fungsi serta kualitas maupun kuantitas sangat berpengaruh
kewenangannya untuk mencapai tujuannya secara terhadap kemampuan perangkat desa dalam
efektif dan efisien. Dalam Kerangka Nasional menjalankan tugas dan fungsinya. Di lain pihak
Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas tingkat kesejahteraan perangkat desa yang secara
Pemerintah dalam Rangka Mendukung Desentralisai, umum relatif masih rendah, serta belum adanya
Kebijakan Menteri Dalam Negeri dan Kepala dukungan APBD yang memadai untuk
Bappenas, Tahun 2002 disebutkan bahwa penyelenggaraan pemerintahan desa. Untuk
pengembangan dan peningkatan kapasitas meliputi mengetahui kapasitas perangkat desa dalam
tiga tingkatan, yaitu: 1) Tingkat sistem, yaitu kerangka penyelenggaraan pemerintahan desa dapat dilakukan
peraturan dan kebijakan-kebijakan yang mendukung melalui pemetaan kapasitas perangkat desa.
atau membatasi pencapaian tujuan-tujuan kebijakan Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
tertentu; 2) Tingkat kelembagaan atau entitas, yaitu mengetahui kapasitas perangkat desa dalam
struktur organisasi, proses-proses pengambilan penyelenggaraan pemerintahan; kendala, dan langkah-
keputusan dalam organisasi, prosedur dan mekanisme langkah yang telah dan akan dilakukan oleh
kerja, instrumen manajemen, hubungan-hubungan dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus untuk
jaringan antar organisasi, dll; 3) Tingkat individu, meningkatkan kapasitas perangkat desa dalam
yaitu tingkat keterampilan, kualifikasi, pengetahuan/ menyelenggarakan pemerintahan desa. Pemetaan
wawasan, sikap (attitude), etika dan motivasi individu dibatasi pada 1) peta aspek individu (kemampuan
yang bekerja dalam suatu organisasi. dasar, kemampuan managemen, kemampuan teknis);
Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah pada 2) peta aspek institusi/kelembagaan; dan 3) peta aspek
tahun 2008, melaksanakan Kajian Peningkatan peralatan.
Kapasitas Pemerintahan Desa dengan kesimpulan, Pemerintahan desa adalah penyelenggaraan
bahwa: belum semua desa menyusun dokumen urusan pemerintahan oleh pemerintah desa dan Badan
dokumen perencanaan; penerimaan keuangan desa Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan
masih sangat bergantung dari transfer pemerintah mengurus kepentingan masyarakat setempat
yang ada di atasnya; kapasitas aparatur desa berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang
dalam penyusunan kebijaksanaan desa masih sangat diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan
rendah; pembuatan keputusan oleh kepala desa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Urusan
belum berdasar pada azas manajemen modern; dan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa
dalam penyelenggaraan pelayanan publik, mencakup urusan pemerintahan yang sudah ada
pemerintahan desa menghadapi keterbatasan kapasitas berdasarkan hak asal-usul desa, urusan pemerintahan
manajemen administratif (kualitas dan kuantitas yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang
sumber daya manusia aparatur desa yang berpengaruh diserahkan pengaturannya kepada desa, tugas
pada produktifitas dan kreatifitas aparatur desa) pembantuan dari pemerintah dan pemerintah daerah,
(http://kejobongkec.blogspot.com/2011/10/kapasitas- urusan pemerintah lainnya yang oleh peraturan
aparatur-desa.html). perundangan-undangan yang diserahkan kepada desa.
Hasil survey pendahuluan di Kabupaten Kudus, Pemerintah desa merupakan unit terdepan dan
menunjukkan bahwa keberadaan pemerintah desa berhadapan langsung dalam pelayanan pemerintahan
belum dapat berfungsi secara optimal dalam dan pemberdayaan masyarakat, serta menjadi tonggak
penyelenggaraan pemerintahan desa. Salah satu faktor utama untuk keberhasilan semua program pemerintah.
belum optimalnya penyelenggaraan pemerintahan Memperkuat desa merupakan suatu upaya untuk
desa disebabkan oleh kapasitas perangkat desa yang mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
kurang memadai jika dibandingkang dengan beban Dalam upaya meningkatkan kapasitas pelayanan
tugas, luas wilayah dan ketrampilan yang mereka kepada masyarakat, selain mendudukkan desa
miliki masih sangat terbatas sebagai akibat minimnya menurut urusan pemeriantahan yang menjadi
pembinaan, penataran dan dan diklat teknis untuk kewenangan desa, kepastian tersedianya pendanaan
meningkatkan kemampuan perangkat desa. Potret untuk menyelenggarakan pemerintahan dan
perangkat desa menunjukkan profesionalisme rendah, pemberdayaan masyarakat serta tersedianya SDM
kurang kreatif dan inovatif, serta masih banyak potret yang mampu menyelenggarakan pelayanan kepada
negatif lainnya yang intinya menunjukkan bahwa masyarakat.
perangkat desa masih lemah. Pemerintah desa atau yang disebut dengan nama
Secara kualitas, perangkat desa saat ini relative lain adalah kepala desa dan perangkat desa sebagai
masih rendah, dilihat dari tingkat pendidikan unsur penyelenggara pemerintahan desa. Perangkat
mayoritas tamat SMP, bahkan masih dijumpai yang desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa
tidak lulus SD. Sedangkan khusus untuk pendidikan lainnya. Perangkat desa bertugas membantu kepala
Sekdes, 11% Tamat SD; 63% Tamat SLTP; 13% desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
Tamat SLTA; 9% Tamat S-1; dan 0,5% Tamat S-2

102 | Jurnal Bina Praja | Volume 6 Nomor 2 Edisi Juni 2014: 101 – 116
perangkat desa bertanggung jawab kepada kepala Tugas utama yang harus diemban pemerintah desa
desa. adalah bagaimana menciptakan kehidupan
Kapasitas atau kapabilitas adalah sebuah ukuran demokratik, memberikan pelayanan sosial yang baik
kemampuan dari seseorang atau institusi dalam sehingga dapat membawa warganya pada kehidupan
menjalankan fungsinya (http://suryokocolink. yang sejahtera, rasa tenteram dan berkeadilan. Guna
wordpress.com/2010/10/11/peningkatan-kapasitas- mewujudkan tugas tersebut, pemerintah desa dituntut
pemerintah-desa/). untuk melakukan perubahan, baik dari segi
Istilah "kemampuan" mempunyai banyak makna, kepemimpinan, kinerja birokrasi yang berorientasi
Jhonson dalam (Cece Wijaya,1991:3) berpendapat pada pelayanan yang berkualitas dan bermakna,
bahwa "kemampuan adalah perilaku yang rasional sehingga kinerja pemerintah desa benar-benar makin
untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai mengarah pada praktek good local governance,
kondisi yang diharapkan". Sementara itu, menurut bukannya bad governance.
Kartono (1993: 13) bahwa “kemampuan adalah segala Pengembangan dan peningkatan kapasitas dalam
daya, kesanggupan, kekuatan dan keterampilan teknik Kerangka Nasional Pengembangan dan Peningkatan
maupun sosial yang dianggap melebihi dari anggota Kapasitas mengacu kepada kebutuhan akan;
biasa”. Lebih lanjut, Syarif (1991: 8) menyebutkan penyesuaian kebijakan-kebijakan dan peraturan-
beberapa jenis kemampuan yang antara lain: peraturan, reformasi kelembagaan, modifikasi
kecerdasan, menganalisis, bijaksana mengambil prosedur-prosedur kerja dan mekanisme-mekanisme
keputusan, kepemimpinan/kemasyarakatan dan koordinasi, peningkatkan keterampilan dan kualifikasi
pengetahuan tentang pekerjaan. sumber daya manusia, perubahan sistem nilai dan
Mengacu pada pengertian dan jenis kemampuan sikap atau perilaku sedemikian rupa, sehingga dapat
tersebut di atas, maka dalam suatu organisasi terpenuhinya tuntutan dan kebutuhan otonomi daerah,
pemerintahan Desa senantiasa perlu memiliki suatu sebagai suatu cara pendekatan baru ke arah
daya kesanggupan, keterampilan, pengetahuan pemerintahan, pengadministrasian dan pengembangan
terhadap pekerjaan dalam pengimplementasian tugas- mekanisme-mekanisme partisipatif yang tepat guna
tugas dan fungsi masing-masing aparat Desa. memenuhi tuntutan yang lebih demokratis. Dengan
Kemampuan yang penulis maksudkan adalah demikian Kerangka Nasional Pengembangan dan
kemampuan yang dilihat dari hasil kerjanya atau Peningkatan Kapasitas mengarahkan pemerintah
kemampuan kerjanya. Kemampuan kerja seseorang daerah, dan dalam hal ini pemerintah desa untuk
menurut Tjiptoherianto (1993: 36) mengemukakan mengembangkan dan meningkatan kerangka kerja
bahwa "kemampuan kerja yang rendah adalah akibat pemerintahan secara keseluruhan guna memenuhi
dari rendahnya tingkat pendidikan, dan latihan yang tuntutan tugas dan kewenangan yang diberikan.
dimiliki serta rendahnya derajat kesehatan". Dimensi peningkatan kapasitas perangkat desa
Sementara itu, menurut Steers dalam (Rasyid, mencakup penguasaan pengetahuan, keterampilan dan
1992: 6) bahwa "kemampuan aparatur pemerintah wawasan yang diperoleh melalui pendidikan, latihan,
sebenarnya tidak terlepas dari pembicaraan tingkat belajar dan pengalaman.
kematangan aparatur yang didalamnya menyangkut Tiga tingkat kemampuan yang harus dimiliki
keterampilan yang diperoleh dari pendidikan latihan oleh perangkat desa yaitu: 1) kemampuan dasar; 2)
dan pengalaman”. kemampuan manajemen; dan 3) kemampuan
Berdasarkan pandangan tersebut jelas bahwa kemampuan teknis. Kemampuan dasar yang harus
kemampuan seseorang, dalam hal ini aparat desa dapat dimiliki perangkat desa adalah meliputi: pengetahuan
dilihat dari tingkat pendidikan aparat, jenis latihan tentang regulasi desa, pengetahuan tentang dasar-dasar
yang pernah diikuti dan pengalaman yang dimilikinya. pemerintahan desa, dan pengetahuan tentang tugas
Secara konsepsional hal ini diperkuat dari pandangan pokok dan fungsi. Kemampuan manajemen meliputi:
Steers tersebut sebelumnya bahwa untuk manajamen SDM, manajemen pelayanan publik,
mengidentifikasi apakah kegiatan dalam organisasi manajamen asset, dan managemen keuangan.
dapat mencapai tujuannya salah satunya yang harus Sedangkan Kemampuan Teknis meliputi: penyusunan
mendapat perhatian adalah orang-orang yang ada administrasi desa, penyusunan perencanaan
dalam organisasi tersebut. pembangunan, penyusunan anggaran, penyusunan
Selanjutnya Steers berpendapat bahwa pada Perdes, dan pelayanan publik.
kenyataannya anggota organisasi yang merupakan
faktor yang mempunyai pengaruh yang paling penting METODE PENELITIAN
dalam pencapaian tujuan organisasi disebabkan orang-
orang itulah yang menggerakkan roda organisasi. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan
Anggota organisasi yang dimaksud adalah aparat desa pendekatan kualitatif. Penelitian ini mengambil kasus
yang merupakan faktor yang paling menentukan di Kabupaten Kudus, dengan mengambil sampel 26
keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas yang desa dari 3 (tiga) kecamatan, yaitu Kecamatan Dawe,
dibebankan kepadanya. Jekulo dan Kecamatan Undaan. Informan dan
Pemerintah Desa memiliki peran signifikan responden dalam studi ini adalah Kepala Bagian
dalam pengelolaan proses sosial di dalam masyarakat. Pemerintahan Desa Sekretaris Daerah, dan Kepala

Kapasitas Perangkat Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Kabupaten Kudus – Asrori | 103
urusan Pemerintahan di Kecamatan, Kepala Desa, dimana 40,8% berpendidikan SLTA, 29,5%
Sekretaris Desa, Kepala Urusan di Desa, Kepala berpendidikan SLTP, 4,9% berpendidikan Sarjana dan
Dusun dan tokoh masyarakat. Data yang diperlukan Sarjana Muda/D3, sedangkan perangkat desa yang
dalam penelitian ini yaitu data primer dan data berpendidikan SD hanya 21,4%. Sedangkan
sekunder. Teknik analisis data dilakukan dengan pengalaman perangkat desa berdasarkan masa kerja
menggunakan analisis interpretatif menggambarkan perangkat desa sudah memadai, yaitu yang masa kerja
data dan naratif. rata-rata lebih dari 10 tahun, bahkan yang masa
kerjanya lebih dari 35 mencapai 5,8%. Sedangkan
HASIL DAN PEMBAHASAN yang kurang dari 10 tahun hanya 2,1%.

Kapasitas Perangkat Desa Tabel 2. Tingkat Pendidikan Perangkat Desa


Pemerintah desa merupakan unit terdepan dan
berhadapan langsung dalam pelayanan pemerintahan Tingkat Pendidikan Frekwensi
dan pemberdayaan masyarakat, serta menjadi tonggak Jumlah %
utama untuk keberhasilan semua program pemerintah. SD 52 21,4
Sebagai unit penyelenggaraan pemerintahan terbawah, SLTP/sederajat 80 32,9
maka profesionalisme perangkat desa mutlak SMA/sederajat 99 40,8
dibutuhkan, mengingat tugas dan fungsi desa yang S1/D3 12 4,9
harus diemban oleh aparatur desa cukup komplek, Total 243 100,0
antara lain adalah mengatur pemerintahan,
pembangunan dan masyarakat agar tercipta Tabel 3. Masa Kerja Perangkat Desa
“keteraturan dan ketertiban”, pelayanan: mengurus
kepentingan dan kebutuhan masyarakat guna Masa Kerja (Tahun) Frekwensi
mendukung kesejahteraan serta meningkatkan
Jumlah %
kekuatan dan potensi masyarakat agar masyarakat bisa
Kurang 5 - -
mandiri dan sejahtera.
5–9 5 2,1
10 – 14 40 16,4
1. Profil Perangkat Desa
15 – 19 49 20,1
20 - 24 52 21,4
Tabel 1. Usia Perangkat Desa
25 – 29 61 25,1
Usia Perangkat Frekwensi 30 – 34 22 9,1
Desa (Tahun) Jumlah % Lebih 35 14 5,8
Kurang 30 10 4,1 Total 243 100,0
30 – 34 14 5,8
35 – 39 31 12,8 2. Aspek Individu
40 – 44 45 18,5 Dimensi peningkatan kapasitas perangkat desa
45 - 49 45 18,5 mencakup penguasaan pengetahuan, keterampilan dan
50 – 54 33 13,6 wawasan yang diperoleh melalui pendidikan, latihan,
55 – 59 25 10,3 belajar dan pengalaman. Sedangkan tingkat kempuan
Lebih 60 40 16,4 yang harus dimiliki oleh perangkat desa dalam
Total 243 100,0 penelitian ini mencakup 1) Kemampuan dasar, yang
meliputi: pengetahuan tentang regulasi desa,
Usia perangkat desa bervariatif, yaitu berusia pengetahuan tentang dasar-dasar pemerintahan desa,
kurang dari 30 tahun 4,1%; berusia antara dari 30 s/d dan pengetahuan tentang tugas pokok dan Fungsi; 2)
34 tahun 5,8%; berusia antara dari 35 s/d 39 tahun Kemampuan managemen, yang meliputi: managamen
12,8%; berusia antara dari 40 s/d 44 tahun 18,5%; SDM, managemen pelayanan publik, managamen
berusia antara dari 45 s/d 49 tahun 18,5%; berusia asset dan managemen keuangan 3) Kemampuan
antara dari 50 s/d 54 tahun 13,6%; berusia antara dari kemampuan teknis, yang meliputi: penyusunan
55 s/d 59 tahun 10,3%; dan berusia lebih dari 60 tahun administrasi desa, penyusunan perencanaan
16,4%. pembangunan, penyusunan anggaran, penyusunan
Mengacu pada pernyataan Steers dalam bahwa perdes, dan pelayanan publik.
kemampuan aparatur pemerintah sebenarnya tidak
terlepas dari pembicaraan tingkat kematangan aparatur a. Kemampuan dasar
yang didalamnya menyangkut keterampilan yang Kinerja pemerintah desa merupakan hasil
diperoleh dari pendidikan latihan dan pengalaman, interaksi yang kompleks dan agregasi kinerja sejumlah
maka kemampuan perangkat desa diwilayah sampel individu (perangkat desa). Pencapaian kinerja
dilihat dari tingkat pendidikan dan pengalaman dipengaruhi kemampuan dan motivasi. Determinan
teridentifikasi, bahwa tingkat pendidikan perangkat kemampuan adalah pengetahuan dan ketrampilan.
desa, kapasitas perangkat desa cukup memadai, Sementara motivasi ditentukan oleh faktor sikap dan

104 | Jurnal Bina Praja | Volume 6 Nomor 2 Edisi Juni 2014: 101 – 116
situasi lingkungan kerja. Pengetahuan diukur melalui Dari hasil konfirmasi (wawancara) terkait
tingkat pendidikan, diklat/penataran/bintek. dengan jawaban persepsi perangkat desa (tabel
Dilihat dari pengalaman, mayoritas perangkat 4.5), ternyata tingkat pemahaman perangkat desa
desa memiliki pengalaman yang memadai (97,9% terhadap regulasi desa yang mereka maksudkan
memiliki masa kerja lebih dari 10 tahun) dan terbatas pada regulasi yang dibuat oleh pemerintah
ditunjang dengan tingkat pendidikan yang cukup, desa yaitu Peraturan Desa dan Keputusan Kepala
yaitu mayoritas lulus SLTP dan SLTA (73,7%), Desa. Sedangkan saat ditanyakan pengetahuan
sehingga perangkat desa merasa memiliki kemampuan mereka terkait dengan kebijakan regulasi desa
yang baik terkait dengan dasar regulasi desa, dasar- yang sudah dikeluarkan oleh Pemerintah
dasar pemerintahan desa, dan tugas pokok dan fungsi Kabupaten Kudus antara lain adalah:
dalam penyelenggaraan pemerintah desa. Namun a) Perda Kabupaten Kudus Nomor 9 Tahun 2008
demikian pengalaman dan pendidikan perangkat desa Tentang Perubahan Atas Perda Kabupaten
kurang ditunjang dengan peningkatan ketrampilan Kudus Nomor 17 Tahun 2006 Tentang
melalui diklat/penataran/bintek. Perangkat desa Keuangan Desa;
bekerja berdasarkan kebiasaan, sedangkan peraturan b) Perda Kabupaten Kudus Nomor 13 Tahun
yang menjadi dasar pekerjaan yang mereka lakukan 2006 Tentang Pedoman Penyusunan
selama ini telah mengalami perubahan yang sangat Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintahan Desa;
signifikan. c) Perda Kabupaten Kudus Nomor 5 Tahun 2007
Perangkat desa yang sudah mengikuti Tentang Perencanaan Pembangunan Desa;
diklat/penataran/bintek peningkatan kemampuan dasar d) Perda Kabupaten Kudus Nomor 17 Tahun
sangat rendah, yaitu dari 78 informan perangkat desa, 2006 Tentang Keuangan Desa;
hanya 17,9% yang pernah mengikuti, dan belum e) Perda Kabupaten Kudus Nomor 18 Tahun
mengikuti 82,1%. Dengan perincian yang pernah 2006 Tentang Badan Permusyawaratan Desa;
mengikuti diklat/penataran/bintek regulasi desa 4 f) Perda Kabupaten Kudus Nomor 19 Tahun
orang, dasar-dasar pemerintahan desa 4 orang, dan 2006 Tentang Pencalonan, Pemilihan,
yang pernah mengikuti diklat/penataran/bintek tugas Pengangkatan, Pelantikan, Dan Pemberhentian
pokok dan fungsi 6 orang. Sedangkan yang belum Kepala Desa;
pernah mengikuti diklat/penataran/bintek regulasi desa g) Perda Kabupaten Kudus Nomor 20 Tahun
mencapai 22 orang, dasar-dasar pemerintahan desa 22 2006 Tentang Pengisian Dan Pemberhentian
orang, dan yang pernah pernah mengikuti Perangkat Desa;
diklat/penataran/bintek tugas pokok dan fungsi 20 h) Perda Kabupaten Kudus Nomor 21 Tahun
orang. 2006 Tentang Kedudukan Keuangan Kepala
Persepsi perangkat desa terhadap tingkat Desa Dan Perangkat Desa;
pengetahuan dasar (regulasi desa, dasar-dasar i) Perbup Kudus Nomor 1 Tahun 2007 Tentang
pemerintahan desa, dan tugas pokok dan fungsi) Petunjuk Pelaksanaan Perda Kabupaten Kudus
perangkat desa cukup memadai, yaitu: 34,6% sudah Nomor 18 Tahun 2006 Tentang Badan
memahami, 32,1% cukup memahami, 16,7% kurang Permusyawaratan Desa;
memahami pengetahuan dasar, dan 15,4% j) Perbup Kudus Nomor 1 Tahun 2008 Tentang
menyatakan tidak tahu. Petunjuk Pelaksanaan Perda Kabupaten Kudus
Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Pengisian Dan
1) Kemampuan Regulasi Desa Pemberhentian Perangkat Desa;
Mayoritas atau 84% perangkat desa belum k) Perbup Kudus Nomor 2 Tahun 2007 Tentang
pernah mengikuti diklat/penataran/ bintek Petunjuk Pelaksanaan Perda Kabupaten Kudus
peningkatan kemampuan dasar regulasi desa, dan Nomor 21 Tahun 2006 Tentang Kedudukan
yang sudah pernah mengikuti Keuangan Kepala Desa Dan Perangkat Desa;
diklat/penataran/bintek peningkatan kemampuan l) Perbup Kudus Nomor 10 Tahun 2007 Tentang
dasar regulasi desa baru 15,4%. Perangkat desa Petunjuk Pelaksanaan Perda Kabupaten Kudus
yang sudah mengikuti diklat/penataran/bintek Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
peningkatan kemampuan dasar tersebut berasal Penyusunan Organisasi Dan Tata Kerja
dari Desa Kuwukan, Desa Ternadi, Desa tanjung Pemerintahan Desa;
Rejo, Desa Pladen, Desa Klaling, Desa Wates, Ketika dikonfirmasi terhadap 12 (dua belas)
Desa Undaan Lor dan Desa Tanjung rejo. rugulasi diatas mayoritas perangkat desa belum
Kapasitas perangkat desa dalam mengetahui kebijakan regulasi desa yang sudah
penyelenggaraan pemerintahan desa dilihat dari dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Kudus
kemampuan dasar dalam memahami regulasi desa tersebut secara keseluruhan, hanya sebagian kecil
cukup bervariasi, yaitu 34,4% perangkat desa yang mereka ketahui, seperti: Pedoman
cukup memahami regulasi desa, 30,8% perangkat Penyusunan Organisasi Dan Tata Kerja
desa memahami regulasi desa, 19,2% perangkat Pemerintahan Desa; Kedudukan Keuangan Kepala
desa kurang memahami regulasi desa, dan 15,4% Desa Dan Perangkat Desa; Perencanaan
perangkat desa tidak menjawab. Pembangunan Desa; Keuangan Desa. Kurangnya

Kapasitas Perangkat Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Kabupaten Kudus – Asrori | 105
Tabel 4. Keikutsertaan Perangkat Desa terhadap Diklat/Penataran/Bintek Peningkatan Kemampuan Dasar

Frekwensi Jawaban Responden Total


Diklat/Penataran/Bintek Sudah Belum Tidak Jawab/
Tahu
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
1 Regulasi Desa 4 15,4 22 84,6 - - 26 100,0
2 Dasar-Dasar 4 15,4 22 84,6 - - 26 100,0
Pemerintahan Desa
3 Tugas Pokok & Fungsi 6 23,1 20 76,9 - - 26 100,0
Total 14 17,9 64 82,1 - - 78 100,0
Sumber: Data Primer

Tabel 5. Persepsi Perangkat Desa terhadap Tingkat Pengetahuan Dasar yang Dimiliki Perangkat Desa

Frekwensi Jawaban Responden Total


Tingkat Pengetahuan Dasar Mahami Cukup Kurang Tidak Jawab/
yang Dimiliki Perangkat Tahu
Desa Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
1 Regulasi Desa 8 30,8 9 34,6 5 19,2 4 15,4 26 100,0
2 Dasar-Dasar 4 15,4 11 42,3 6 23,1 5 19,2 26 100,0
Pemerintahan Desa
3 Tugas Pokok & 15 57,7 5 19,2 3 11,5 3 11,5 26 100,0
Fungsi
Total 27 34,6 25 32,1 13 16,7 12 15,4 78 100,0
Sumber: Data Primer

pemahaman tersebut mayoritas responden pernah mengikuti diklat/bintek kemampuan dasar


menyatakan selama ini perangkat desa kurang tersebut disebabkan keterbatasan sumber daya
mendapatkan sosialisasi regulasi desa yang telah yang dimiliki oleh Pemda Kabupaten (Bagian
dikeluarkan oleh pemerintah kabupaten, provinsi Pemerintahan Sekretaris Daerah Kabupaten),
maupun pemerintah pusat. Dari hasil konfirmasi sehingga mayoritas perangkat desa belum
dari perangkat desa dari unsur kewilayah dan mengikuti diklat peningkatan kemampuan dasar.
unsur pelaksana teknis, mereka bahkan tidak Walaupun keikutsertan perangkat desa dalam
mengetahui/belum mendengar terhadap mengikuti diklat/bintek masih rendah, tetapi
keberadaan Perda yang mengatur tentang desa. mayoritas perangkat desa merasa sudah
memahami tugas pokok dan fungsi pemerintah
2) Kemampuan Dasar-Dasar Pemerintahan desa (57,7% memahami dan 19,2% cukup
Desa memahami).
Keikutsertaan perangkat desa dalam Persepsi pemahaman perangkat desa
mengikuti diklat/penataran/bintek peningkatan terhadap dasar-dasar pemerintahan desa tersebut,
kemampuan dasar-dasar pemerintahan desa, hanya terfokus pada pemahaman aktifitas yang
mayoritas masih sangat rendah sekali, yaitu hanya mereka lakukan sehari-hari, seperti pemahaman
15,4% mengikuti diklat/penataran/bintek terhadap tugas dan fungsi mereka sebagai
peningkatan kemampuan dasar-dasar perangkat desa sebagaimana diatur dalam Perda,
pemerintahan desa, belum pernah mengikuti Perbup, dan Perdes, serta pemahaman pelaksanaan
mencapai 84,6%. Namun demikian persepsi administrasi umum seperti kegiatan pencatatan
mereka terhadap tingkat pemahaman dasar-dasar mengenai kegiatan-kegiatan pemerintahan desa,
pemerintahan desa cukup baik dan baik mencapai, administrasi keuangan desa (APBDes), dan
yaitu 57,7%. administrasi desa.
Berdasarkan rutinitas melaksanakan
3) Kemampuan Dasar Memahami Tugas pekerjaan sehari-hari dengan masa kerja rata-rata
Pokok Dan Fungsi diatas 10 tahun, perangkat desa merasa memiliki
Keikutsertan perangkat desa dalam kemampuan yang baik dalam hal dasar regulasi
mengikuti diklat/penataran/bintek peningkatan desa, dasar-dasar pemerintahan desa, dan tugas
kemampuan tugas pokok dan fungsi sebagai pokok dan fungsi. Namun demikian kompetensi
perangkat desa juga masih sangat rendah, yaitu yang mereka miliki belum cukup mampu untuk
baru 23,1%. Besarnya perangkat desa yang belum melaksanakan tugas-tugas penyelenggaraan

106 | Jurnal Bina Praja | Volume 6 Nomor 2 Edisi Juni 2014: 101 – 116
Tabel 6. Keikutsertaan Perangkat Desa Terhadap Diklat/Penataran/
Bintek Peningkatan Kemampuan Manajemen

Frekwensi Jawaban Responden


Tidak Total
Diklat/ Penataran/Bintek Sudah Belum
Jawab/Tahu
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
1 Manajemen SDM 4 15,4 22 84,6 - - 26 100,0
2 Manajemen Pelayanan Publik 5 19,2 21 80,8 - - 26 100,0
3 Manajemen Asset 6 23,1 20 76,9 - - 26 100,0
4 Manajemen Keuangan 6 23,1 20 76,9 - - 26 100,0
Total 21 20,2 83 79,8 - - 104 100,0
Sumber: Data Primer

Tabel 7. Persepsi Perangkat Desa Terhadap Tingkat Pengetahuan Manajemen

Frekwensi Jawaban Responden


Tidak Total
Tingkat Pengetahuan Memahami Cukup Kurang
Jawab/Tahu
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
1 Manajemen SDM 6 23,1 13 50,0 4 15,4 3 11,5 26 100,0
2 Manajemen Pelayanan 11 42,3 9 34,6 3 11,5 3 11,5 26 100,0
Publik
3 Manajemen Asset 7 26,9 10 38,5 4 15,4 5 19,2 26 100,0
4 Manajemen Keuangan 11 42,3 8 30,8 5 19,2 2 7,4 26 100,0
Kemampuan manajemen 35 33,6 40 38,5 16 15,4 13 12,5 104 100,0
Sumber: Data Primer

pemerintahan desa. Pengalaman perangkat desa dan fasilitasi bagi pemerintah desa belum mampu
yang sudah baik, tetapi kurang ditunjang dengan melakukan sosialisasi, pelatihan/bintek dan
diklat/bintek kemampuan dasar pemerintahan desa simulasi tentang penyusunan kebijakan desa secara
tidak sebanding dengan regulasi kebijakan optimal, karena keterbatasan sumber-sumber daya
pemerintahan desa yang ada saat ini. Mereka yang dimiliki oleh institusi tersebut.
kurang memiliki pengetahuan terhadap regulasi
kebijakan pemerintahan desa, baik regulasi yang b. Kemampuan Managemen
dibuat di provinsi, maupun di kabupaten. Salah satu kapasitas perangkat desa dapat dilihat
Kapasitas sekdes dan kepala urusan dalam dari tingkat kemampuan managemen yang harus
penyelenggaraan pemerintah desa dilihat dari dimiliki, baik managamen SDM, managamen asset,
kemampuan dasar lebih baik dibandingkan dengan managemen pelayanan publik, dan managemen
perangkat desa dari unsur kewilayahan (Kepala keuangan. Dari hasil identifikasi data lapangan
Dusun) dan pelaksana teknis lapangan (Kebayan, diketahui keikutsertaan perangkat desa pada
Pembantu Kebayan, Ladu, Pembantu Ladu, Modin diklat/penataran/bintek peningkatan kemampuan
dan pembantu Modin). manajemen sangat rendah.
Rendahnya keikutsertaan perangkat desa Perangkat desa yang sudah mengikuti
dalam mengikuti diklat/bintek terkait dengan diklat/penataran/bintek peningkatan kemampuan
kemampuan dasar Pemerintahan Desa, berdampak manajemen masih sangat rendah, yaitu dari 104
pada terbatasnya jumlah kebijakan desa yang informan perangkat desa hanya 20,2%, dan perangkat
disusun baik dari segi kuantitas maupun kualitas. desa yang belum mengikuti diklat/penataran/bintek
Dalam penyusunan kebijakan desa belum peningkatan kemampuan dasar sebesar 79,8%.
mencerminkan tahapan dari proses penyusunan Adapun yang pernah mengikuti
peraturan desa. Kemampuan perangkat desa dalam diklat/penataran/bintek manajemen SDM 4 orang,
menyusun regulasi desa, baik dalam hal manajemen pelayanan publik 5 orang, manajemen
perencanaan, pelaksanaan, maupun dalam asset 6 orang, dan yang pernah mengikuti
penyusunan Perdes dan Keputusan Kades masih diklat/penataran/bintek manajemen keuangan 6 orang.
rendah. Sedangkan yang belum pernah mengikuti
Bagian Pemerintahan Sekretaris Daerah dan diklat/penataran/bintek manajemen SDM 22 orang,
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga manajemen pelayanan publik 21 orang, manajemen
Berencana Kabupaten Kudus sebagai instansi yang asset 20 orang, dan yang pernah mengikuti
bertanggung jawab dalam melakukan pembinaan

Kapasitas Perangkat Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Kabupaten Kudus – Asrori | 107
diklat/penataran/bintek manajemen keuangan 20 mereka berikan kepada masyarakat selama ini,
orang. yaitu perangkat desa berusaha melayani
Persepsi perangkat desa terhadap tingkat masyarakat dengan sebaik-baiknya. Pelayanan
pengetahuan manajemen (manajemen SDM, yang dilakukan perangkat desa terhadap
manajemen pelayanan publik, manajemen asset, dan masyarakat sudah baik. Hal ini juga diakui oleh
manajemen keuangan) perangkat desa cukup masyarakat, dimana masyarakat selama ini merasa
memadai, yaitu: 38,5% tingkat pengetahuan dasar puas terhadap pelayanan perangkat desa.
perangkat desa dinilai cukup memahami, 33,6% sudah Pelayanan umum yang telah diberikan oleh
memahami, 15,4% perangkat desa kurang memahami perangkat desa diwilayah sampel memiliki
pengetahuan dasar terkait dengan, dan 12,7% kesamaan antara desa satu dengan desa lainnnya
menyatakan tidak tahu. yaitu perwujudan dalam pelayanan di bidang
administratif dan non administrative. Pelayanan
1) Kemampuan Manajemen SDM bidang administrasi umum (kegiatan pencatatan
Tingkat keikutsertaan perangkat desa dalam data mengenai kegiatan-kegiatan pemerintah
mengikuti diklat/bintek peningkatan kemampuan desa), administrasi penduduk (kegiatan pencatatan
manajemen mayoritas masih rendah, dimana data penduduk pada buku administrasi penduduk),
perangkat desa yang pernah mengikuti administrasi keuangan (kegiatan pencatatan data
diklat/penataran/bintek manajemen SDM hanya mengenai penerimaan dan pengeluaran keuangan
15,4%. Namun demikian mayoritas persepsi desa pada buku administrasi keuangan desa), dan
perangkat desa terhadap tingkat pengetahuan administrasi pembangunan.
manajemen SDM sudah memadai, yaitu 50,0% Kemampuan perangkat desa dalam
cukup baik dan, 23,1% baik. Persepsi perangkat pelayanan publik belum diikuti secara baik dalam
desa yang merasa dirinya sudah memiliki administrasi seperti dalam mengatur dan
kemampuan yang memadai dalam mengelola menyelenggarakan pencatatan buku-buku, karena
manajemenSDM. dengan alasan pada dasarnya kurang teratur dan kurang tertib serta belum
perangkat desa tidak memiliki staf dan kalaupun sistematis. Keterbatasan kemampuan perangkat
ada hanya satu atau dua orang, sehingga tidak desa dalam pelayanan administrasi karena mereka
memiliki beban tugas untuk mengelola sumber belum pernah mendapat diklat/bintek yang
daya atau peningkatan kemampuan perangkat memadai.
desa, baik dari segi kulaitas maupun kuantitas.
Tugas untuk meningkatkan kemampuan perangkat 3) Kemampuan Manajemen Aset
desa, seperti proses perencanaan pendidikan, Sistem manajemen aset pemerintah desa
pelatihan dan pengelolaan perangkat desa untuk sejak diberlakukannya undang-undang
mencapai hasil yang optimal menjadi pemerintahan daerah mengalami banyak
tanggungjawab kepala desa dan sekdes. perubahan, dimana pemerintah desa dituntut untuk
Sedangkan penguasaan SDM, bagi perangkat desa mengelola aset yang efektif dalam pengadaan dan
adalah bagaimana dapat meningkatkan pengelolaan, efisien dalam pemanfaatan dan
kemampuannya dalam melaksanakan tugasnya. pemeliharaan, serta transparan dan dapat
Masa kerja dan pengalaman yang lama belum dipertanggungjawabkan.
memberikan pemahaman perangkat desa secara Beban yang harus dilaksanakan pemerintah
signifikan dalam memahami majemen SDM. desa tersebut tidak sesuai dengan pembinaan yang
mereka terima. Seperti rendahnya
2) Kemampuan Manajemen Pelayanan Publik diklat/penataran/bintek peningkatan kemampuan
Tingkat keikutsertaan perangkat desa dalam manajemen aset yang diikuti perangkat desa, yaitu
mengikuti diklat/penataran/bintek peningkatan hanya 23,1%, dan yang belum pernah mengikuti
kemampuan manajemen pelayanan publik mencapai 76,9%. Walaupun mayoritas perangkat
mayoritas masih rendah, yaitu hanya 19,2%, yang desa belum mengikuti diklat/penataran/bintek
pernah ikut. Kondisi ini menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan manajemen asset, namun
pembinaan perangkat desa selama ini masih demikian mereka merasa sudah memiliki
kurang mendapat perhatian. Namun demikian pengetahuan manajemen asset, yang memadai, hal
mayoritas persepsi perangkat desa terhadap ini tersermin 38,5% cukup memahami, dan 26,9%
pemahaman majemen pelayanan publik dianggap sudah memahami.
sudah memadai (76,9), dimana 42,3% sudah Mayoritas persepsi perangkat desa terhadap
memahami dan 34,6% cukup memahami mengelola asset desa (manajemen aset desa)
manajemen pelayanan publik. tersebut disebabkan pengertian pengelolaan asset
Mayoritas persepsi perangkat desa terhadap desa yang dipahami perangkat desa terbatas pada
kemampuan perangkat desa dalam manajemen menjaga, mencatat asset-asset desa agar tidak
pelayanan yang memadai tersebut, karena terjadi perubahan status kepemilikan, baik untuk
pemahaman perangkat desa pada pengertian kepentingan publik maupun perorangan.
manajemen pelayanan, adalah pelayanan yang Pemahaman manajemen aset desa yang sederhana

108 | Jurnal Bina Praja | Volume 6 Nomor 2 Edisi Juni 2014: 101 – 116
tersebut disebabkan keberadaan perangkat desa terkelola dengan baik. Akhirnya, dari sisi
semanjak diangkat menjadi perangkat desa sampai penerimaan keuangan desa masih sangat
saat ini belum pernah mendapatkan diklat/bintek bergantung dari transfer pemerintah yang ada di
yang memadai. Sehingga konsep-konsep atasnya.
manajemen aset desa tidak diketahui dengan baik.
Perangkat desa dalam mengelola aset desa c. Kemampuan Teknis
belum berfikir asset desa dikelola untuk Pemerintah desa memiliki fungsi,
kepentingan desa melalui upaya-upaya menyelenggarakan rumah tangga desa, melaksanakan
inventarisasi, pengembangan serta pendistribusian- pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan,
nya kembali. Tanah bengkok atau bondo desa melaksanakan pembinaan perekonomian desa,
pengelolaannya selama ini hanya disewakan, yang melaksanakan pembinaan partisipasi dan swadaya
hasilnya dialokasikan untuk gaji kepala desa dan gotong royong masyarakat, melaksanakan pembinaan
perangkat desa. BUMDes yang merupakan asset ketentraman dan ketertiban masyarakat, dan
desa sebagai sumber pendapatan asli desa melaksanakan musyawarah penyelesaian perselisihan
potensial belum dikembangkan dan dikelola dan lain sebagainya. Untuk dapat melaksanakan
dengan baik. fungsinya dengan baik perangkat desa sebagai
pembantu kepala desa dalam menyelenggarakan
pemerintahan desa dituntut untuk memiliki
4) Kemampuan Manajemen Keuangan kemampuan teknis yang memadai, baik itu
Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, kemampuan teknis Administrasi Desa, Perencanaan
perangkat desa dituntut untuk memiliki Pembangunan, Anggaran, maupun kemampuan teknis
kemampuan manajemen keuangan desa yang Pelayanan Publik.
memadai. Namun demikian tingkat keikutsertaan Perangkat desa yang sudah mengikuti
perangkat desa dalam mengikuti diklat/penataran/bintek peningkatan kemampuan
diklat/penataran/bintek peningkatan kemampuan teknis masih sangat rendah, yaitu dari 104 informan
manajemen keuangan masih rendah, yaitu 23,1%, perangkat desa hanya 17,3% yang pernah mengikuti
dan yang belum pernah mengikuti mencapai diklat/penataran/bintek, dan perangkat desa yang
76,9%. belum mengikuti diklat/penataran/bintek peningkatan
Dilihat dari tingkat keikutsertaan perangkat kemampuan teknis sebesar 82,7%. Adapun yang
desa dalam mengikuti diklat/ penataran/bintek pernah mengikuti diklat/penataran/bintek Administrasi
peningkatan kemampuan manajemen keuangan Desa 4 orang, Perencanaan Pembangunan 4 orang,
masih rendah tersebut, tetapi mayoritas perangkat anggaran 5 orang, dan yang pernah mengikuti
desa merasa sudah memiliki pengetahuan diklat/penataran/bintek Pelayanan Publik 5 orang.
manajemen keuangan desa yang memadai, yaitu Sedangkan yang belum pernah mengikuti
42,3% informan kepala desa menyatakan kalau diklat/penataran/bintek Administrasi Desa 26 orang,
tingkat pengetahuannya sudah memadai, 30,8% Perencanaan Pembangunan 26 orang, anggaran 26
cukup memadai, dan yang menyatakan kurang orang, dan yang pernah mengikuti diklat/penataran/
memadai dan tidak jawab/tidak tahu masing- bintek pelayanan publik 26 orang.
masing hanya 19,2% dan 7,4%. Mayoritas persepsi perangkat desa terhadap
Berdasarkan hasil pengamatan dan tingkat pengetahuan teknis (administrasi desa,
wawancara, perangkat desa belum memiliki perencanaan pembangunan, anggaran dan pelayanan
kemampuan dalam pengelolaan keuangan desa publik) perangkat desa cukup memadai, yaitu: 63,4%
secara baik. Hal ini berdampak pada lemahnya tingkat pengetahuan dasar perangkat desa dinilai
pelaksanaan manajemen keuangan dan kekayaan cukup memahami, 20,2% sudah memahami, 8,7%
desa. Dalam pelaksanaan perencanaan keuangan perangkat desa kurang memahami pengetahuan dasar
daerah, walaupun semua desa sudah menyusun terkait dengan, dan 7,7% menyatakan tidak tahu.
APBDes, dalam menentukan besarnya
penganggaran dapat menentukan skala prioritas 1) Kemampuan Teknis Administrasi Desa
serta distribusi sumber daya dengan baik, tetapi Tingkat keikutsertaan perangkat desa dalam
dalam pelaksanaan dan penatausahaan keuangan mengikuti diklat/penataran/bintek peningkatan
desa, serta administrasi desa belum terselenggara kemampuan teknis mayoritas masih rendah, yaitu
dengan baik. Pelaporan dan pertanggungjawaban dari perangkat desa dari 26 desa, yang sudah
keuangan desa juga belum dilakukan dengan baik. mengikuti diklat/penataran/bintek kemampuan
Dalam manajemen kekayaan desa, banyak teknis hanya 15,4%, yang belum mengikuti
dijumpai barang-barang kekayaan desa yang mencapai 84,6%.
belum terpelihara dengan baik. Pengelolaan Persepsi perangkat desa terhadap kapasitas
potensi desa untuk menambah pendapatan desa perangkat desa dalam penyelenggaraan
dapat dikatakan juga masih belum optimal. Badan pemerintahan desa dilihat dari pengetahuan teknis,
Usaha Milik Desa yang diharapkan bisa tingkat pengetahuan perangkat desa sudah cukup
meningkatkan pendapatan asli desa belum

Kapasitas Perangkat Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Kabupaten Kudus – Asrori | 109
baik 76,9%, sudah baik 11,5%, kurang baik 3,9%, Kurangnya kemampuan teknis perencanaan
dan tidak tahu 7,4%. pembangunan desa, tercermin dari dokumen-
Persepsi perangkat desa terhadap dokumen perencanaan desa yang belum lengkap.
kemampuan teknis administrasi desa cukup baik Belum semua desa menyusun RPJMDes, namun
pada dasarnya dapat dipahami. Karena perangkat demikian desa sudah menyusun RKP Desa,
desa rata-rata sudah lebih dari 10 (sepuluh) tahun padahal untuk menyusun RKP Desa seharusnya
melaksanakan berbagai rangkaian kegiatan mengacu pada RPJMDes. Tersusunnya RKP Desa
pemerintahan desa. Namun demikian kemampuan tersebut menimbulkan tanda tanya, bagaimana
teknis tersebut kurang ditunjang dengan mungkin Desa dapat menyusun RKP Desa,
pengetahuan perangkat desa melalui diklat/kursus sedangkan RPJMDes belum mereka susun. Selain
yang mampu meningkatkan kemampuan itu pelaksanaan Musrenbang Desa di beberapa
teknisnya. Berbagai regulasi kebijakan desa telah desa kajian tidak berlangsung secara optimal.
diambil, baik oleh pemerintah, pemerintah Adanya keterbatasan anggaran juga berpengaruh
provinsi maupun pemerintah kabupaten akan besar pada penyusunan anggaran pendapatan dan
berpengaruh terhadap kemampuan teknis belanja desa (APBDes). Adanya loncatan-loncatan
perangkat desa. Namun demikian kondisi ini dalam penyusunan dokumen perencanaan
kurang diantisipsi oleh pemerintah daerah. pembangunan tersebut memperlihatkan, bahwa
Berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan pada dasarnya pemahaman teknis perencanaan
kompetensi, seperti diklat/kursus yang seharusnya pembangunan desa yang dimiliki perangkat desa
diberikan kepada perangkat desa ternyata belum belum memadai karena perangkat desa belum
dilaksanakan. dibekali dengan diklat/bintek yang diperlukan,
sehingga perangkat desa hanya melakukan
2) Kemampuan Teknis Perencanaan kegiatan-kegiatan secara rutin seperti tahun-tahun
Pembangunan sebelumnya, padahal kebijakan mekanisme
Tingkat keikutsertaan perangkat desa dalam perencanaan pembangunan desa sudah mengalami
mengikuti diklat/penataran/ bintek peningkatan perubahan yang sangat mendasar.
kemampuan teknis perencanaan pembangunan
hanya 15,4%, dan yang belum pernah ikut 3) Kemampuan Teknis Anggaran
mencapai 84,6%. Kondisi ini menunjukkan bahwa Dari tabel 8 diketahui bahwa, tingkat
kurangnya pembinaan peningkatan kemampuan keikutsertaan perangkat desa dalam mengikuti
teknis perencanaan pembangunan bagi perangkat diklat/penataran/bintek peningkatan kemampuan
desa, baik yang dilkaukan pemerintah kabupaten teknis anggaran hanya 19,2%, dan yang belum
maupun pemerintah provinsi. pernah mengikuti mencapai 80,8%.
Mayoritas persepsi perangkat desa terhadap Tabel 9 menunjukkan bahwa, persepsi
pemahaman teknis perencanaan pembangunan perangkat desa terhadap tingkat pengetahuan
mmemadai, dimana 57,7% cukup memahami dan perangkat desa terhadap teknis anggaran cukup
23,1% memahami, sedangkan 11,5% kurang memadai. Hal ini tercermin 38,5% menyatakan
memahami dan tidak tahu 7,4%. cukup memahami, 26,9% menyatakan sudah
Persepsi perangkat desa cukup baik terhadap memahami, sedangkan yang menyatakan masih
tingkat kemampuan teknis perencanaan kurang dan tidak tahu masing-masing 15,4% dan
pembangunan desa pada dasarnya hanya 19,2%.
pemahaman kegiatan musrenbang yang rutin Persepsi perangkat desa terhadap tingkat
dilaksanakan setiap tahun. Tetapi pemahaman kemampuan teknis anggaran yang dimilikinya
perangkat desa terhadap proses perencanaan cukup baik. Perangkat desa sudah menyadari kalau
sebagaimana diatur dalam PP Nomor 72 Tahun pengelolaan keuangan desa adalah unsur penting
2005 dijelaskan bahwa proses penyusunan bagi desa karena mempunyai tujuan
perencanaan pembangunan desa harus mensejahterakan rakyat dengan memaksimalkan
dilaksanakan secara partisipasif dan melibatkan pencarian sumber pendapatan sebagai modal atau
lembaga kemasyarakatan desa. Lebih lanjut dalam dana didalam perencanaan anggaran pendapatan
pasal 64 dijelaskan, bahwa 1) rencana dan belanja desa. Keuangan Desa mengatur
pembangunan desa disusun secara berjangka, tentang sumber pendapatan desa, yaitu
meliputi: 1) rencana pembangunan jangka berdasarkan pendapatan asli desa, kemudian
menengah Desa (RPJMDes) untuk jangka waktu 5 bantuan dari Pemerintah Kabupaten berupa bagian
(lima) tahun; dan 2) rencana kerja pembangunan yang diperoleh dari pajak dan retribusi serta bagian
desa (RKP Desa), yang merupakan penjabaran dari dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah
RPJMDes untuk waktu 1 (satu) tahun. 2) yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten, selain
RPJMDes ditetapkan dengan Peraturan Desa, dan itu bantuan dari Pemerintah dan Pemerintah
RKP ditetapkan dalam Keputusan Kepala Desa Provinsi, sumbangan pihak ketiga dan pinjaman
berpedoman pada peraturan daerah, masih kurang. desa. Namun demikian beberapa hal yang dimuat
dalam keuangan desa ini merupakan hal yang baru

110 | Jurnal Bina Praja | Volume 6 Nomor 2 Edisi Juni 2014: 101 – 116
Tabel 8. Keikutsertaan Perangkat Desa Terhadap Diklat/Penataran/
Bintek Peningkatan Kemampuan Teknis

Frekwensi Jawaban Responden


Tidak Total
Diklat/Penataran/Bintek Sudah Belum
Jawab/Tahu
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
1 Administrasi Desa 4 15,4 22 84,6 - - 26 100,0
2 Perencanaan Pembangunan 4 15,4 22 84,6 - - 26 100,0
3 Anggaran 5 19,2 21 80,8 - - 26 100,0
4 Pelayanan Publik 5 19,2 21 80,8 - - 26 100,0
Kemampuan Teknis 18 17,3 86 82,7 - - 104 100,0
Sumber: Data Primer

Tabel 9. Persepsi Perangkat Desa Terhadap Tingkat Pengetahuan Teknis

Frekwensi Jawaban Responden


Tidak Total
Diklat/ Penataran/Bintek Memahami Cukup Kurang
Jawab/Tahu
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
1 Administrasi Desa 3 11,5 20 76,9 1 3,9 2 7,4 26 100,0
2 Perencanaan 6 23,1 15 57,7 3 11,5 2 7,4 26 100,0
Pembangunan
3 Anggaran 5 19,2 15 57,7 4 15,4 2 7,4 26 100,0
4 Pelayanan Publik 7 26,9 16 61,5 1 3,9 2 7,4 26 100,0
Kemampuan Teknis 21 20,2 66 63,4 9 8,7 8 7,7 104 100,0
Sumber: Data Primer

bagi perangkat desa karena selama ini mereka 4) Kemampuan Teknis Pelayanan Publik
belum terbiasa untuk berkreasi mencari Dari tabel 8 diketahui bahwa, tingkat
pendapatan asli desa. Mekanisme pengelolaan keikutsertaan perangkat desa dalam mengikuti
keuangan desa merupakan suatu kinerja diklat/penataran/bintek peningkatan kemampuan
manajemen dalam pelaksanaan anggaran teknis pelayanan publik hanya 19,2%, dan yang
pendapatan dan belanja desa (APBDes) yang belum pernah mengikuti mencapai 80,8%.
disusun secara berantai. Sedangkan dari tabel 9 diketahui bahwa,
Di dalam APBDes sudah tercantum daftar persepsi perangkat desa terhadap tingkat
belanja dan rencana pengeluaran desa selama satu pengetahuan perangkat desa terhadap teknis
tahun kedepan. Sumber kas desa antara lain pelayanan publik sudah cukup baik, dimana dari
diperoleh dari pelayanan-pelayanan desa serta 26 informan perangkat desa 61,5% menyatakan
retribusi. Diproyeksikan bahwa pendapatan desa sudah cukup baik, 26,9% menyatakan sudah baik,
dialokasikan untuk anggaran rutin/ pegawai sedangkan yang menyatakan masih kurang dan
diperuntukkan bagi pemerintah desa dan BPD. tidak tahu masing-masing 3,9% dan 7,4%.
Kemudian anggaran juga akan diberikan untuk Konsep manajemen pelayanan publik paling
PKK, pelaksanaan musyawarah, pembangunan tidak harus menyangkut aspek: (1) transparansi;
desa, lembaga pemberdayaan masyarakat desa, (2) prosedur yang sederhana dan tidak berbelit-
kegiatan olahraga serta pembangunan fisik. belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan,
Sementara dana untuk membiayai pengeluaran serta diwujudkan dalam bentuk bagan alir yang
belanja langsung, antara lain untuk belanja dipampang dalam ruangan pelayanan; (3)
pegawai/honorarium, belanja barang dan jasa dan persyaratan teknis dan administratif pelayanan; (4)
belanja modal. Dan untuk pengeluaran belanja rincian biaya pelayanan, yang memuat kepastian
tidak langsung, yaitu belanja penghasilan tetap, dan rincian biaya pelayanan publik harus
belanja tunjangan, belanja hibah kepada kelompok diinformasikan secara jelas dan diletakkan di dekat
masyarakat, belanja bantuan sosial, belanja loket pelayanan, serta setiap pungutan yang ditarik
bantuan keuangan kepada lembaga dan belanja dari masyarakat harus disertai dengan tanda bukti
tidak terduga. resmi sesuai dengan jumlah yang dibayarkan; (5)
waktu penyelesaian pelayanan adalah jangka
waktu penyelesaian suatu pelayanan publik mulai
dari dilengkapinya atau dipenuhinya persyaratan

Kapasitas Perangkat Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Kabupaten Kudus – Asrori | 111
teknis dan atau persyaratan administratif sampai a. Ketentuan Formasi Pengangkatan Perangkat
dengan selesainya suatu proses pelayanan; (6) Desa
menyusun standar pelayanan sesuai dengan tugas Ketentuan formasi pengisian/pengangkatan
dan kewenangannya, dan dipublikasikan kepada perangkat desa, disesuaian dengan kebutuhan desa.
masyarakat sebagai jaminan adanya kepastian bagi Dalam Perda Kabupaten Kudus Nomor 20 Tahun
penerima pelayanan; (7) standar pelayanan yang 2006 Tentang Pengisian Dan Pemberhentian
merupakan ukuran kualitas kinerja yang dibakukan Perangkat Desa sudah diatur mengenai pengisian
dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang lowongan perangkat desa. Formasi Perangkat desa
wajib ditaati oleh pemberi dan atau penerima yang ada meliputi: Sekretaris Desa, Kepala Urusan
pelayanan; (8) informasi pelayanan. Kapasitas (Kaur Pemerintahan, Kaur Pembangunan, Kaur
pemahaman perangkat desa terhadap konsep Keuangan, kaur Kesejahteraan dan Kaur Umum),
manajemen pelayanan publik tersebut masih Pelaksana Teknis Lapangan, Unsur Kewilayahan
kurang. Mayoritas perangkat desa menyatakan (Kepala Dusun), Pembantu Kaur, Pembantu Pelaksana
belum memahami konsep manajemen, tetapi pada Teknis Lapangan, Pembantu Unsur Kewilayahan
prinsipnya mereka menyatakan sudah (Pembantu Kedus). Jumlah Formasi Pelaksana Teknis
melaksanakan sebagaian unsur tersebut, seperti Lapangan, Unsur Kewilayahan (Kepala Dusun),
prosedur pelayanan walaupun tidak dibuat bagan Pembantu Kepala Urusan, Pembantu Pelaksana
alir pelayanan yang dipasang di papan tulis, sudah Teknis Lapangan, Pembantu Unsur Kewilayahan
menerapkan prosedur yang sederhana, mayoritas (Pembantu Kepala Dusun), disesuaikan dengan
pelayanan yang diberikan adalah gratis/tidak kebutuhan masing-masing desa, berdasarkan luas
dipungut biaya, sedangkan standar pelayanan wilayah, mata pencaharian penduduk, dan potensi
belum dibuat secara formal. desa.
Kemampuan perangkat desa dalam b. Ketentuan Persyaratan Usia dan Pendidikan
pelayanan kepada masyarakat belum tercermin Rekrutmen Perangkat Desa
dalam ketertiban administratif. Pemerintah daerah Dalam Perda Kabupaten Kudus Nomor 20
yang seharusnya memfasilitasi perangkat desa Tahun 2006, diatur persyaratan rekrutmen/pengisian
untuk meningkatkan kapasitas perangkat desa, perangkat desa dan pemberhentian perangkat desa,
baik melalui pembinaan, diklat maupun kursus yaitu persyaratan pendidikan, para calon perangkat
belum banyak berperan secara baik. Keberadaan desa harus berpendidikan paling rendah tamat Sekolah
Balai Pemberdayaan Masyarakat Desa (Balai Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah atau
PMD) Di Yogyakarta juga belum mampu sederajat. Persyaratan umur paling rendah berumur 20
memberikan kesempatan perangkat desa diwilayah tahun dan paling tinggi berumur 45 tahun. Sedangkan
kerjanya untuk mengikuti diklat peningkatan masa pemberhentian perangkat desa pada usia 60
kemampuan perangkat desa. Keterbatasan peran tahun.
Pemda maupun Balai PMD disebabkan Ketentuan tersebut sudah dilaksanakan hampir
keterbatasan anggaran, sehingga fasilitasi dan diseluruh desa. Namun demikian di desa kajian masih
pembinaan yang dilakukan oleh Pemda baru banyak dijumpai perangkat desa yang berpendidikan
sebatas sosiliasi peraturan, rapat koordinasi dan SD. Hal ini disebabkan perangkat desa yang ada
surat edaran. Sedangkan keberadaan Balai PMD merupakan orang lama, dimana dalam rekrutmennya
yang wilayah kerjanya relatif sangat luas tanpa belum ada ketentuan. Masa kerja perangkat desa
diimbangi dengan SDM dan anggaran yang mayoritas lebih dari 10 (sepuluh) tahun.
memadai.
c. Struktur Organisasi dan Tata kerja
3. Aspek Kelembagaan Pemerintahan Desa
Dalam pengangkatan perangkat desa, diwilayah Kapasitas perangkat desa dalam
kajian teridentifikasi, bahwa pemerintah Kabupaten menyelenggarakan pemerintahan desa sangat
Kudus berperan sebagai fasilitator, pembinaan dan dipengaruhi oleh institusi/kelembagaan pemerintahan
monitoring, serta membuat regulasi aturan, yaitu desa. Kelembagaan pemerintah desa, dalam kajian ini
Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 20 Tahun dilihat dari struktur organisasi dan tata kerja
2006 Tentang Pengisian Dan Pemberhentian pemerintahan desa, tugas dan fungsi perangkat desa,
Perangkat Desa, sebagai pedoman pemerintah desa proses pengambilan keputusan dalam organisasi
dalam melakukan rekrutmen perangkat desa. Dalam pemerintahan desa, prosedur dan mekanisme kerja
Perda tersebut antara lain mengatur pengisian dalam organisasi pemerintahan desa, dan
lowongan sekretaris desa dilakukan oleh bupati dari kebijakan/peraturan yang telah dikeluarkan oleh
pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan. pemerintahan desa.
Sedangkan pengangkatan perangkat desa lainnya, Struktur organisasi dan tata kerja pemerintahan
dilakukan oleh Kepala Desa dengan membentuk desa diatur dalam Perda Kabupaten Kudus Nomor 13
Panitia Pengisian yang ditetapkan dengan Keputusan Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyusunan
Kepala Desa. Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintahan Desa.
Berdasarkan Perda tersebut, terdapat keseragaaman

112 | Jurnal Bina Praja | Volume 6 Nomor 2 Edisi Juni 2014: 101 – 116
struktur oerganisasi dan tata kerja pemerintahan desa. Kendala-Kendala Meningkatkan Kapasitas
Yang membedakan adalah jumlah perangkat yang Perangkat Desa
berasal dari unsur kewilayahan dan unsur pelaksana Masa kerja perangkat desa yang terlalu lama dan
teknis lapangan, yang disesuaikan dengan kebutuhan berusia tua, menyebabkan kejenuhan dalam bekerja
masing-masing desa. dan menurunnya motivasi untuk belajar. Disamping
Jumlah perangkat desa dalam suatu desa itu keterbatasan anggaran merupakan masalah utama
bervariasi, karena dalam Perda ataupun peraturan yang dihadapi untuk meningkatkan kemampuan/
perundangan yang lebih tinggi tidak diaturan secara kapasitas perangkat desa. Berbagai agenda yang telah
jelas jumlah perangkat desa yang diperbolehkan. dususun baik pemerintah provinsi, kabupaten, maupun
Penentuan jumlah perangkat desa tidak ada standart pemerintah desa untuk meningkatkan kemampuan
jelas. Masing-masing desa dalam menentukan jumlah perangkat desa tidak dapat terealisasikan karena
perangkat berdasarkan atas budaya lokal, dimana anggaran untuk peningkatan SDM sangat kecil.
jumlah tersebut sudah ada sebelum ada UU Nomor 5 Adanya keterbatasan program-program pelatihan,
Tahun 1979. bintek, sosialisasi, serta terbatasnya tenaga nara
Struktur organisasi dan tata kerja pemerintahan sumber, serta kurang jelasnya tanggungjawab
desa di Kabupaten Kudus belum mengacu sepenuhnya perangkat desa dalam melaksanakan tugas dan
pada UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan fungsinya, karena tugas yang diberikan oleh Kades
Daerah dan PP Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. tidak sesuai dengan tugas dan fungsinya. Disamping
Struktur organisasi dan tata kerja pemerintahan desa itu tingkat kesejahteraan perangkat desa masih rendah
memiliki kemiripan dengan struktur organisasi dan disebabkan Desa tidak mempunyai kas untuk
tata kerja pemerintahan desa yang diatur dalam UU menunjang, kesejahteraan perangkat desa dan
Nomor 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa. penghasilan yang kurang memadai, tanah bengkok
Dalam menyusun struktur organisasi dan tata banyak yang tidak produktif, uang tambahan
kerja pemerintahan desa Bagian Pemerintahan kesejahteraan dari kabupaten belum sesuai UMR,
Sekretaris daerah Kabupaten Kudus menapsirkan sedangkan tunjangan dari bagian dana perimbangan
kalau kepala urusan merupakan unsur sekretaris desa, yang diberikan kepada desa setiap tahunnya belum
unsur pelaksana teknis lapangan adalah kebayan ladu, sesuai. Tingkat kesejahteraan perangkat desa yang
modin, pembantu modin, dan unsur kewilayahan masih rendah menyebabkan perangkat desa cenderung
adalah kepala dusun dan pembantu kepala dusun. untuk mencari tambahan penghasilan dan kurang
Sedangkan untuk dalam UU Nomor 32 Tahun 2004, memikirkan untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai
disebutkan bahwa unsur staf, yaitu unsur pelayanan perangkat desa.
kesekretariatan (sekretaris desa), unsur pelaksana
teknis, yaitu kepala urusan yang terdiri dari kepala Upaya-Upaya Meningkatkan Kapasitas Perangkat
urusan pemerintahan, kepala urusan pembangunan Desa
dan kepala urusan pelayanan umum, dan unsur 1. Upaya-Upaya yang Telah Dilaksanakan
wilayah, yaitu kepala dusun, yang membantu kepala Belum banyak upaya yang telah dilakukan oleh
desa di wilayah bagian desa. pemerintah Kabupaten Kudus maupun pemerintah
desa untuk meningkatkan kapasitas perangkat desa.
4. Aspek Sarana dan Prasarana Kantor Desa Upaya-upaya yang telah pemerintah desa dilakukan
Sarana dan prasarana kantor desa memiliki masih terbatas pada penyusunan dan pengajuan
pengaruh langsung dan pengaruh ikutan terhadap proposal untuk mendapatkan pelatihan bagi perangkat
kemampuan perangkat desa dalam penyelenggaraan desa ke Pemda (Bagian pemerintahan Sekretaris
pemerintahan desa. Peralatan kantor pemerintahan Daerah Kabupaten), Sudah beberapa kali tahun
desa yang tersedia baru sebatas peralatan meubelir. anggaran pemerintah desa mengajukan proposal,
Dari kemanfaatan peralatan kantor desa yang mampu namun demikian belum ada tanggapan dari pemda
menunjang kemampuan perangkat desa masih sangat sampai saat ini. Upaya nyata pemerintad desa hanya
terbatas sekali, seperti ketersediaan kompiuter/laptop, sebatas rapat- intern. Demikian halnya dengan
sepeda motor, dll. Pemerintah desa tidak memiliki Pemerintah Kabupaten maupun kecamatan belum ada
kapasitas dalam pengadaan peralatan tertentu, seperti upaya nyata yang diterima oleh perangkat desa.
kompiuter/laptop, sepeda motor. Karena peralatan Langkah nyata yang telah dilakukan oleh Pemda
tersebut diperoleh dari pemerintah kabupaten. sebatas pembinaan melalui Surat Edaran Bupati,
Pengajuan kebutuhan peralatan kantor desa yang pemberian buku pedoman penyusunan administrasi
diajukan ke pemerintah daerah sulit terealisasi. desa.
Fasilitas internet, sebagai sarana belajar perangkat
desa untuk meningkatkan kapasitanya/ 2. Upaya-Upaya yang Akan Dilaksanakan
kemampuannya belum tersedia. Pemerintah desa, tidak memiliki posisi tawar
yang cukup untuk melakukan upaya-upaya
peningkatan kemampuan perangkat desa. Sebab
keputusan dapat melakukan atau tidak upaya-upaya
peningkatan kemampuan perangkat desa yang

Kapasitas Perangkat Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Kabupaten Kudus – Asrori | 113
menentukan Pemda. Pemerintah Desa sudah apatis sudah didukung kelembagaan pemerintahan desa yang
terhadap peningkatan kemampuan perangkat desa, memadai; dan (5) Dalam penyelenggaraan
sebab sudah beberapa kali tahun anggaran pemerintah pemerintahan desa, perangkat desa belum didukung
desa mengajukan penyelenggaraan diklat dan bintek sarana dan prasarana kantor desa yang memadai.
bagi perangkat desa ke Pemda, tetapi kurang Masalah keterbatasan anggaran merupakan
mendapat respon positif dari Pemda. Upaya-upaya kendala utama meningkatkan perangkat desa.
yang akan pemerintah desa untuk meningkatkan Rendahnya alokasi anggran berdampak pada kegiatan
kemampuan perangkat desa, mengajukan kembali ke dan program peningkatan kapasitas perangkat desa
Pemda, agar Pemda melakukan pembinaan, diklat, tidak dapat terealisasi. Komitmen Pemda dalam
bintek perangkat desa, baik yang dilaksanakan oleh peningkatan kapasitas perangkat desa masih rendah.
Pemda sendiri, pembinaan rutin tiap bulan di Peran penting pembinaan baru terbatas pada regulasi
kecamatan terkait teknis penyusunan kebijakan pemerintahan desa tanpa didukung SDM
pembukuan/buku kas desa, ataupun mengirim dan alokasi dana yang memadai. Balai PMD sebagai
perangkat desa untuk mengikuti pelitahan di Balai instansi yang menyelenggarakan diklat dan bintek
PMD di Yogyakarta. Melakukan sosialisasi regulasi bagi perangkat desa maupun masyarakat desa belum
desa dan bimbingan teknis penyusunan regulasi desa. mampu melaksanakan tugas dan fungsinya secara
Pemda/kecamatan Mengadakan Rakor Perangkat Desa optimal, karena wilayah Balai PMD yang sangat luas
secara periodik. Memberikan nara sumber dan dengan dukungan sumber daya yang terbatas.
pendampingan dalam kegiatan Musrenbang. Upaya-upaya yang telah dan rencana ke depan
Upaya-upaya yang akan dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan kapasitas perangkat desa yang
desa, sesuai dengan kewenangan yang dilaksanakan dilakukan Pemda Kabupaten Kudus masih rendah,
selama ini hanya sebatas menghimbau perangkat desa sehingga kurang dapat membantu pemerintah desa
untuk meningkatkan minat baca peraturan dalam meningkatkan kapasitas perangkat desa
perundangan dengan membagikan peraturan
perudangan-undangan dan pedoman/juknis terkait Saran
dengan pemerintahan desa. Melakukan rapat inter Perlunya mengadakan pelatihan dan sosialisasai
secara periodik. Menyarankan dan mendorong Peraturan, mengadakan pelatihan terkait pelayanan
perangkat desa khususnya yang berusia muda untuk publik, management aset dan keuangan desa dan
menempuh pendidikan formal yang lebih tinggi (Ijin sosialisasai Peraturan. Strategi yang dapat
Belajar). dikembangkan adalah, peningkatan melalui bimbingan
Diskripsi pembinaan kapasitas perangkat desa teknis manajemen keuangan desa yang mencakup
tidak tergambarkan dengan baik, sistem pembinaan penyusunan APBDesa, Pengelolaan ADD,
yang dilakukan Pemda Kabupaten Kudus, sehingga Pengelolaan Kekayaan Desa, Pengelolan BUMDes.
kurang dapat membantu pemerintah desa dalam Selain itu perlunya sosialisasi peraturan kebijakan
meningkatkan kapasitas perangkat desa. keuangan desa melalui pendampingan maupun
fasilitasi, misalnya dalam pendirian BUMDes, dan
SIMPULAN sebagainya. Strategi untuk meningkatkan kapasitas
aparatur desa dalam bidang pelayanan kepada
Kapasitas Perangkat Desa: (1) Tingkat masyarakat diantaranya adalah perlu adanya
pendidikan dan masa kerja perangkat desa sudah peningkatan kemampuan aparat desa dalam
memadai, yaitu 73,7 perangkat desa berpendidikan merumuskan program-program pelayanan. Selain itu
SLTP s/d SLTA, dan 97,9% memiliki masa kerja peningkatan kemampuan dalam mengelola pelayanan
lebih dari 10 tahun; (2) Keikutsertaan perangkat desa termasuk pengetahuan teknis administratif (format-
dalam diklat/penataran/bintek kompetensi masih format pelayanan administrasi dsb) dan kemampuan
sangat rendah, dimana 82,1% perangkat desa belum memahami petunjuk maupun peraturan undang-
mengikuti diklat/penataran/bintek peningkatan undang yang mendukung aparatur desa dalam
kemampuan dasar, 79,8% perangkat desa belum memberikan pelayanan, selain kemampuan teknis
mengikuti diklat/penataran/bintek peningkatan penunjang (mengoperasikan komputer). Perlunya
kemampuan manajemen, dan 82,7% perangkat desa penyusunan modul-modul yang berkaitan dengan
belum mengikuti diklat/penataran/bintek peningkatan perumusan kebijakan. Perlunya kerja sama antara BPP
kemampuan teknisp; (3) Kapasitas perangkat desa Kemendari dengan Dirjen PMD melakukan pemetaan
dalam menyusun regulasi desa, baik dalam hal kapasitas perangkat desa lebih lanjut untuk desa
perencanaan, pelaksanaan, maupun dalam penyusunan diseluruh Indonesia untuk data base kapasitas
Perdes dan Keputusan Kepla Desa masih kurang; perangkat desa sebagai bahan perumusan modul-
tingkat pemahaman perangkat desa dalam memahami modul pelatihan perangkat desa pada Balai PMD.
majemen sumber daya manusia (SDM) masih kurang. Jumlah Balai PMD perlu ditambah dan disertai
Kemampuan teknis perangkat desa masih kurang, anggaran yang memadai.
seperti adanya loncatan-loncatan dalam penyusunan
dokumen perencanaan pembangunan; (4) Dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa, perangkat desa

114 | Jurnal Bina Praja | Volume 6 Nomor 2 Edisi Juni 2014: 101 – 116
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahmat Fathoni (2006) “Organisasi dan


Manajemen sumber Daya Manusia”. Rineka Cipta:
Jakarta.
Anonim, 2002, Kerangka Nasional Pengembangan dan
Peningkatan Kapasitas Pemerintah Dalam Rangka
Mendukung Desentralisai. Kebijakan Menteri
Dalam Negeri dan Kepala Bappenas.
Arikunto, S (2002) “Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktek”, Jakarta: Rineka Cipta.
Bungin, Burhan (2003) “Analisis Data Penelitian
Kualitatif”, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Care Internasional Indonesia, 2004, Pedoman
Peningkatan Kapasitas Pemerintahan Desa,
Samarinda: Care Internasional Indonesia.
Desler, Gary (1993) “Manajemen Personalia”. Erlangga:
Jakarta
Flippo, Edwin B (1995) “Manajemen Personalia”
Erlangga.
Hasibuan S.P Malayu, 2005, Manajemen Sumber Daya
Manusia, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Gomes, Faustino Cardoso, (1995) “Manajemen sumber
Daya Manusia”, Andi Offset: Yogyakarta.
Kartono, Kartini. 1993 “Pemerintahan dan
Kepemimpinan”, Rajawali Press: Jakarta.
Lipton dan Moore (1980) “Metodologi studi Pedesaan di
Negara-Negara Berkembang”, Yayasan Ilmu-ilmu
Sosial, Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang
Desa
Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2012 Tentang
Kerangka Nasional Pengembangan Kapasitas
Pemerintahan Daerah.
Putri,Vera Jasini, 2005, Kamus Hukum dan Glosarium
Otonomi Daerah, Jakarta: Friedrich Naumann
Stiftung.
Rasyid, M. 1992, “Pembangunan Kualitas dan Usaha-
Usaha Peningkatan Aparatur Pemerintah”,
Universitas Tadulako Palu
Sedarmayati, 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia,
Reformasi Birokrasi dan manajemen Pegawai
Negeri Sipil, Bandung: PT. Refika Aditama.
Syarif, Roesli, 1991, “Teknik Manajemen Latihan dan
Pembinaan”, Bina Aksara. Bandung
Tjiptoherianto, Prijono, 1993, “Pembangunan Sumber
Daya Manusia”, Prisma. Jakarta
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
UNDP, 1997, Capacity Assessment and Development.
http://kejobongkec.blogspot.com/2011/10/kapasitas-
aparatur-desa.html
http://melung.desa.id/2014/02/15/penguatan-kapasitas-
kelembagaan/
http://suryokocolink.wordpress.com/2010/10/11/peningk
atan-kapasitas-pemerintah-desa/

Kapasitas Perangkat Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Kabupaten Kudus – Asrori | 115
116 | Jurnal Bina Praja | Volume 6 Nomor 2 Edisi Juni 2014: 101 – 116

Anda mungkin juga menyukai