Minusma 15des2022 - Bodynote 11
Minusma 15des2022 - Bodynote 11
(Skripsi)
Oleh
AVE MARIA FRANSISKA
Oleh
ii
ABSTRACT
By
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .....................................................................................................i
ABSTRACT....................................................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..........................................................................................................vii
DAFTAR SINGKATAN...............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................5
1.4 Kegunaan Penelitian..............................................................................6
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................7
2.1. Penelitian Terdahulu..............................................................................7
2.2. Landasan Konseptual...........................................................................14
2.2.1. Teori Peran Organisasi Internasional...................................................14
2.2.2. Konsep Peacekeeping Operations........................................................17
2.3. Kerangka Pemikiran............................................................................19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.....................................................................22
3.1. Jenis Penelitian............................................................................................22
3.2 Fokus Penelitian...........................................................................................22
3.3 Jenis dan Sumber Data.................................................................................22
3.4 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................23
3.5 Teknik Analisis Data....................................................................................23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................25
4.1 Gambaran Umum....................................................................................................25
4.2 Pelanggaran HAM di Mali......................................................................................37
4.3 Peran MINUSMA.....................................................................................................46
4.3.1 MINUSMA sebagai Instrumen dalam Organisasi Internasional.......................46
4.3.2 MINUSMA sebagai Arena dalam Organisasi Internasional..............................48
4.3.3 MINUSMA sebagai Aktor dalam Organisasi Internasional..............................50
4.4 MINUSMA dalam Mengatasi Pelanggaran HAM di Mali....................................57
iv
4.4.1 Mendukung implementasi dari Agreement on Peace and Reconsiliation in
Mali.................................................................................................................................57
4.4.2 Rekonsiliasi dan Membantu Pemerintah Mali dalam Membentuk
Kepemerintahan yang Baik...........................................................................................58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................63
5.1 Kesimpulan...............................................................................................................63
5.2 Saran.........................................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................lxxxi
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vii
DAFTAR SINGKATAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2019 81 Kasus
Pada tahun 2017 terdapat 112 kasus pelanggaran HAM di mali, khususnya
di daerah Gao, Jidal, Menaka, Mopti dan Timbuktu. Daerah Tambako sebanyak
1481 korban, 186 meninggal, 73 hilang dan 295 mengalami kekerasan, pada
pelanggaran ini sebanyak 1326 laki-laki menjadi korban, 125 anak-anak dan 30
perempuan menjadi korban pelanggaran HAM di Mali(Nations, n.d.). Pada tahun
2018 sebanyak 129 kasus pelanggaran HAM salah satu contoh dari pelanggaran
ditahun ini ialah konflik Mali menewaskan lebih dari 200 warga sipil, mengusir
ribuan orang dari tempat tinggal mereka(Perdana, 2020). Para korban sebagian
besar dari etnis Fulani, HRW (Human Right Watch) melaporkan bahwa sebanyak
Kekurangan dari penelitian ini adalah terlalu fokus pada upaya dari
UNAMID itu sendiri, tetapi penulis ini tidak berfokus pada kerja sama yang
dilakukan antara African Union dengan PBB sehingga dibuat Peacekeeping
Operations UNAMID.
Jurnal kedua yang penulis gunakan berjudul Peran Office Of The United
Nations High Commissioner for Human Rights (OHCHR) dalam
Menanggulangi permasalahan HAM di Mali yang ditulis oleh Aris Perdana.
Dalam penelitian ini membahas isu Politik Internasional yang fokus terhadap
7
8
peran dari OHCHR dalam membantu konflik HAM di Negara Mali terkait konflik
etnis antar suku.Dalam jurnal ini menjelaskan asal usul dari suku di Mali
termasuk Dogon dan Fulani secara jelas.Jurnal ini juga menjelaskan awal mula
konflik di Mali yang bentrok antar suku yang dimulai dengan kudeta di Mali
Utara hingga serangkaian serangan antara komunitas antar suku Fulani dan
Dogon.Dalam jurnal ini menjelaskan urutan konflik yang terjadi di Mali dan
pihak-pihak yang terlibat untuk membantu konflik ini, seperti HRW.
Penelitian ini berfokus pada peran dari OHCHR dalam menangani kasus
HAM di Mali, dalam penelitian ini menjelaskan upaya dari OHCHR yang dimulai
dari memberi fasilitas kepada pemerintah Mali untuk mendapatkan bantuan
kemanusiaan dan mendukung kerjasama dalam menangani konflik di Mali. Dalam
jurnal ini juga menjelaskan hambatan dari OHCHR dalam menangani konflik
HAM di Mali.
Penelitian ini urutan konflik Mali dan Upaya dari MINUSMA dan
Efektivitas dalam menyelesaikan konflik Mali. Jurnal ini mendeskripsikan bahwa
MINUSMA hanya diberi mandat untuk membantu pemerintah Mali dalam
9
mengatasi konflik, tetapi tidak pernah menerima sumber daya yang memadai
untuk menjadi acuan efektif dari MINUSMA. Penelitian ini menggunakan konsep
peacekeeping operations dan menggunakan pendekatan kualitatif yang
menjelaskan efektivitas MINUSMA.Kekurangan dari penelitian ini adalah tidak
menjelaskan indikator keberhasilan dari efektivitas MINUSMA dalam
menyelesaikan konflik di Mali.
menyele
saikan
konflik
di Mali.
1. Consent
Peacekeeping Operation dapat dilakukan dengan persetujuan dan izin
dari Negara yang berkonflik.Persetujuan ini dibuat untuk memastikan
bahwa misi tersebut memiliki kebebasan politik dan fisik serta
perlindungan yang diperlukan untuk menjalankan mandat secara
efektif.Tanpa persetujuan ini, pasukan keamanan dapat terancam
karena misi perdamaian berisiko.
2. Impartiality
Pasukan perdamaian akan melaksanakan mandat mereka tanpa
mendukung atau merugikan salah satu pihak dalam konflik.
Impartiality tidak sama dengan netralitas, dan tidak berarti bahwa
pasukan perdamaian harus apolitis dalam memaafkan pelanggaran
terhadap perjanjian damai atau norma-norma internasional.
Sebaliknya, pasukan perdamaian mengharuskan mereka memegang
semua pihak yang berkonflik dengan standard yang sama.
3. Non-use of Force
Pasukan perdamaian akan menahan diri dari penggunaan kekuatan dan
senjata, kecuali untuk membela diri dan mempertahankan mandat.
Dengan otoritas Dewan Keamanan, penggunaan kekuatan dapat terjadi
sebagai langkah dalam membela diri personel dan property PBB dan
untuk mempertahankan mandat.
1. Menciptakan lingkungan
Sebagai sarana: yg aman
1. Intrumen 2. Memfasilitasi proses
2. Arena politik
3. Aktor 3. Menyediakan kerangka
kerja
22
23
24
1. Kondensasi Data
Dalam penelitian ini proses kondensasi data telah dijalankan dengan memilih
data-data yang mengandung unsur data atau bahasan tentang peran PBB melalui
MINUSMA dalam menangani pelanggaran HAM di wilayah Mali Tahun 2017-
2020. Kondensasi data ini dikumpulkan dari berbagai jenis data, meliputi buku,
jurnal, surat kabar, artikel ataupun data yang berasal dari website.
25
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah tampilan data dapat berupa grafik, gambar, tabel, dan
berbagai informasi yang dapat mempermudah peneliti dapat dilihat secara
keseluruhan atau sebagian data penelitian. Penyajian data dijalankan dengan
memilah dan menampilkan pada yang relevan tentang tentang bagaimana peran
PBB melalui MINUSMA dalam menangani pelanggaran HAM di wilayah Mali
Tahun 2017-2020.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan tahap terakhir dalam analisis data. Data
yang sudah diperoleh sudah diverifikasi, disajikan secara baik, dan telah ditarik
kesimpulan sehingga dapat menjawab rumusan masalah pada penelitian.
Penarikan kesimpulan ini dijalankan dengan mengambil benang merah dan dapat
menganalisis tentang peran PBB melalui MINUSMA dalam menangani
pelanggaran HAM di wilayah Mali Tahun 2017-2020.
BAB IV
Pada tanggal 22 Maret di tahun yang sama, pemberontakan oleh tentara yang
tidak puas dari unit yang dikalahkan oleh kelompok bersenjata di kawasan utara
yang mengakibatkan kudeta militer. Sebuah junta militer, Comité national pour le
redressement de la démocratie et la restauration de l'Etat yang dipimpin oleh
Kapten Amadou Sanogo, mengambil alih kekuasaan, menangguhkan Konstitusi
dan membubarkan lembaga-lembaga Pemerintah. Kudeta mempercepat
keruntuhan Negara Mali di utara yang memberikan kesempatan bagi MNLA
untuk dengan mudah menyerbu pasukan Pemerintah di wilayah Kidal, Gao dan
Timbuktu dan memproklamasikan Negara Azawad yang merdeka pada 6 April.
Dalam keadaan yang singkat, ketegangan muncul di antara kelompok-kelompok
bersenjata di utara dan, pada 18 November, Ansar Dine dan MUJAO telah
mengusir MNLA dari kota-kota utama Gao, Timbuktu dan Kidal.
Tidak lama setelah kudeta, pada 27 Maret, Kepala Negara dan Pemerintahan
Masyarakat Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS) menunjuk
Presiden Burkina Faso, Blaise Compaoré, untuk menengahi krisis tersebut. UN.
Security Council, “Security Council Resolution 2085 (2012) [on Authorization of the Deployment of an African-Led International
26
27
Support Mission in Mali (AFISMA) for an Initial Period of 1 Year]” 2085, no. 20 December 2012 (2 012): 1–16.
(Nations,
2012). Pada 6 April, junta militer dan ECOWAS menandatangani perjanjian
kerangka kerja yang menyebabkan pengunduran diri Presiden saat itu, Amadou
Toumani Touré, pada 8 April dan penunjukan Ketua Majelis Nasional,
Dioncounda Traoré, sebagai Presiden sementara pada 12 April. Perjanjian tersebut
mengatur pembentukan Pemerintah transisi, dipimpin oleh seorang perdana
menteri dengan kekuasaan eksekutif. Pada 17 April, Cheick Modibo Diarra
diangkat menjadi Perdana Menteri sementara. Pada tanggal 20 Agustus, Perdana
Menteri mengumumkan pembentukan Pemerintah persatuan nasional.
Mali telah mengalami krisis lintas sektor yang sangat mendalam yang
memberikan konsekuensi politik, keamanan, sosial-ekonomi, kemanusiaan dan
hak asasi manusia yang serius. Krisis-krisis tersebut bermula pada kompleksnya
kondisi struktural di Mali yang membuat potensi-potensi konflik terkondensasi di
Mali. Kondisi-kondisi tersebut dapat dilihat seperti institusi negara yang lemah;
pemerintahan yang tidak efektif; kohesi sosial yang rapuh atau kerentanan sosial
yang tinggi; perasaan akan ketertinggalan bagi masyarakat di kawasan Utara yang
kerap terabaikan dan menguatnya marginalisasi kawasan tersebut yang kemudian
membuat disparitas yang semakin tinggi antara pemerintah pusat dan masyarakat
di kawasan Utara; masyarakat sipil yang lemah dan bergantung secara eksternal
atau tidak memiliki ketahanan sosial; dan dampak degradasi lingkungan,
perubahan iklim dan guncangan ekonomi. Kondisi ini diperparah oleh faktor-
faktor ketidakstabilan lainnya yang membuat situasi di Mali semakin kompleks,
termasuk korupsi, nepotisme, penyalahgunaan kekuasaan, perselisihan internal
dan memburuknya kapasitas tentara nasional.(T. U. N. M. I. S. Mission, 2014)
Tantangan keamanan yang serius tetap ada termasuk kegiatan teroris yang
terus berlanjut dan operasi militer di beberapa daerah. Kebutuhan untuk
memulihkan integritas wilayah Mali dan memastikan keamanan fisik masyarakat
di utara terus menjadi prioritas utama. Bahkan ketika integritas teritorial penuh
diperoleh kembali, banyak risiko keamanan yang serius akan tetap ada, termasuk
serangan teroris, proliferasi senjata, penyelundupan narkoba dan kegiatan kriminal
terkait lainnya, yang kemungkinan akan terus merusak pemerintahan dan
pembangunan di Mali.
Sebagai hasil dari operasi militer Prancis dan Afrika bersama tentara Mali di
wilayah utara, situasi keamanan di Mali meningkat secara signifikan. Pada akhir
Januari, kendali negara telah dipulihkan di sebagian besar kota-kota besar di utara,
seperti Diabaly, Douentza, Gao, Konna, dan Timbuktu. Sebagian besar teroris dan
pasukan lainnya mundur ke wilayah utara, ke pegunungan Adrar des Ifoghas.
Sementara kelompok lain, terutama Mali lokal, dilaporkan berbaur dengan
komunitas lokal.
MINUSMA secara organisasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Lebih
lanjut, bahwa MINUSMA memiliki cabang area kerja yang berkaitan dengan
permasalahan HAM, gender, politik, dan kemanusiaan. Selain itu, kerangka kerja
MINUSMA juga terbilang banyak karena memiliki cabang-cabang lain selain
bentuk pengamanan di Mali, tetapi juga menjadi penasihat politik bagi
pemerintahan Mali.
Tahun 2020 dengan dua tugas utama, yaitu mendukung agar tegaknya
proses keadilan di Mali dan menjadi perpanjangtanganan pemerintah Mali
untuk permasalahan-permasalahan strategis. Selain itu, MINUSMA juga
diberikan mandat untuk mencegah ancaman-ancaman dalam bentuk apa pun
yang membahayakan masyarakat sipil di Mali, mencegah kelompok
pemberontak bersenjata yang memiliki pengaruh di beberapa kawasan Mali,
dan membantu pemerintahan Mali dalam melakukan perbaikan institusi
negara.
yang tersebar pada lima sektor, di antaranya adalah Sektor Utara (Kidal,
Tessalit, Aguelhoc), Sektor Selatan (Bamako), Sektor Timur (Gao, Menaka,
Ansongo), Sektor Barat (Timbuktu, Ber, Diabaly, Douentza, Goundam,
Mopti-Sevare). Gelar pasukan MINUSMA tersebut dapat dilihat pada gambar
peta di bawah ini.(MINUSMA, 2019)
kawasan di Mali. Untuk melihat pembagian gugus tugas dan pembagian alat
tempur khusus tersebut, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
2019 81 Kasus
Lalu pada tahun 2018 situasi hak asasi manusia tetap menjadi perhatian serius.
Selama periode pelaporan, MINUSMA mendokumentasikan 129 kasus
pelanggaran hak asasi manusia, yang melibatkan sedikitnya 518 korban, termasuk
68 perempuan dan 32 anak-anak. Ada 54 kasus eksekusi di luar proses hukum
atau pembunuhan sewenang-wenang lainnya, 15 kasus penculikan atau
penghilangan paksa, 18 kasus penyiksaan atau penganiayaan dan 8 kasus
penahanan di luar hukum. Dari jumlah total kasus yang terdokumentasi, anggota
pertahanan dan pasukan keamanan Mali terlibat dalam 18 pelanggaran hak asasi
manusia, termasuk 4 kasus eksekusi di luar hukum. Kelompok Pendukung Islam
dan Muslim dan kelompok serupa lainnya bertanggung jawab atas 47 kasus
pelanggaran hak asasi manusia, sementara kelompok pembela diri masyarakat
bertanggung jawab atas 49 kasus, dan kelompok penandatangan dan kelompok
non-penanda tangan atau sempalan lainnya bertanggung jawab atas 15 kasus.
41
Selanjutnya pada tahun 2019, situasi hak asasi manusia masih menjadi
perhatian. Mayoritas insiden terkait hak asasi manusia terjadi di Mali tengah, di
mana MINUSMA mendokumentasikan 81 kasus pelanggaran dan pelanggaran
hak asasi manusia yang serius, yang merupakan peningkatan sebesar 33 persen
dibandingkan dengan periode pelaporan sebelumnya. Setidaknya 66 kasus terkait
dengan kekerasan lintas komunal. Kasus lain terjadi di Utara (7 di Gao, 6 di
Timbuktu dan 5 di wilayah Ménaka), serta 5 di Kayes dan 2 di wilayah Koulikoro
dan 1 kasus di Bamako. Pelanggaran dan penganiayaan melibatkan sedikitnya 339
korban (262 laki-laki, 32 perempuan, 30 laki-laki dan 15 perempuan). Kelompok-
kelompok bersenjata pertahanan diri komunitas bertanggung jawab atas sebagian
besar pelanggaran hak asasi manusia (64), semua di wilayah Mopti dan Ségou,
diikuti oleh kelompok-kelompok ekstremis yang kejam (21) dan kelompok-
kelompok bersenjata yang menandatangani (9). Misi tersebut memverifikasi satu
kasus kekerasan seksual terkait konflik di wilayah Timbuktu, yang melibatkan
seorang gadis.
42
Ditahun ini juga terjadi peningkatan pelanggaran berat terhadap anak, dari 145
kasus terverifikasi pada periode pelaporan sebelumnya menjadi 284 kasus pada
periode saat ini, dengan 182 pelanggaran terjadi di wilayah Mopti saja,
mempengaruhi 235 anak di seluruh Mali, termasuk 10 serangan terhadap sekolah.
Secara total, 1,6 juta anak membutuhkan bantuan kemanusiaan. Mayoritas
populasi pengungsi (52 persen) berusia di bawah 18 tahun, dan banyak di
antaranya adalah perempuan dan anak perempuan dengan kebutuhan kemanusiaan
khusus. Sebanyak 627 penyintas kekerasan berbasis gender menerima dukungan
medis dan psikososial selamaperiode pelaporan. Di antara mereka, 98 persen
adalah perempuan, 51 persen berusia di bawah 18 tahun dan 28 persen adalah
korban kekerasan seksual. Situasi keamanan terus berdampak negatif terhadap
penyediaan layanan sosial dasar yang mengakibatkan jumlah sekolah yang ditutup
meningkat, dari 866 pada bulan Maret menjadi 920 pada bulan Juni, termasuk 598
sekolah ditutup di wilayah Mopti saja, mempengaruhi hingga 277.600 anak.
Kemudian tahun 2020 situasi hak asasi manusia masi memburuk, dengan
pelanggaran dan pelanggaran terkait dengan penyebaran ekstremisme kekerasan,
operasi kontra-terorisme dan kekerasan berbasis masyarakat, serta tindakan
kekerasan selama demonstrasi anti-pemerintah di Bamako. MINUSMA
mendokumentasikan 720 pelanggaran hak asasi manusia (377) dan pelanggaran
(343), 185 lebih banyak dari periode sebelumnya, termasuk eksekusi di luar
hukum, ringkasan atau sewenang-wenang (96 korban), pembunuhan lainnya
(252), pelanggaran atau penyalahgunaan hak atas integritas fisik (158),
penghilangan paksa (5), penculikan (58), penyiksaan dan perlakuan kejam, tidak
manusiawi atau merendahkan lainnya (9), penangkapan dan penahanan ilegal atau
sewenang-wenang (142), serta berbagai contoh ancaman dan intimidasi
pembunuhan, wajib militer dan pemindahan sipil paksa, perusakan properti publik
dan pribadi dan penjarahan.
yang patuh (35),kelompok bersenjata dan milisi berbasis masyarakat (260) dan
kelompok ekstremis (122).
Gambar 6 Jumlah Aksi Kekerasan yang Dilakukan Pihak Militer di Mali dan
Nigeria Kurun Waktu 2010-2020
Beratnya pelanggaran hak asasi manusia yang terus meningkat, meski pun
MINUSMA telah hadir dengan otoritas mandat pada tahun 2013, tetapi
pelanggaran HAM yang justru dilakukan oleh instrumen penegak keamanan di
Mali masih ada dan bereskalasi. Pada tahun 2013 atau pada tahun yang sama
dikeluarannya mandat MINUSMA untuk mulai beroperasi di Mali, telah terjadi
penghilangan, penyiksaan dan pembunuhan kepada sipil dan termasuk terhadap
aparat keamanan akibat kudeta.
46
negara yang terlibat dalam misi MINUSMA tidak dapat dikatakan negatif. Selain
dikarenakan faktor kepuasan masyarakat Mali akan kehadiran MINUSMA,
terdapat pula kebijakan-kebijakan lain yang memberikan dampak lain dalam
kategori keamanan manusia untuk Mali, bahkan kawasan sekitaran Mali atau
Kawasan Sahel. Misi-misi PBB lainnya berangkat dari permasalahan
pembangunan berkelanjutan(FAO, 2015) permasalahan penegakan HAM(T. S.
Council, 2019), dan bahkan sampai permasalahan penegakan hukum.(Day, 2021)
Selanjutnya, pada tahun 2018 terjadi serangan terhadap warga sipil yang
berekskalasi pada tingkat yang mengkhawatirkan. Namun, alih-alih menambahkan
dukungan untuk pemulihan otoritas Negara di Mali tengah sebagai “tugas
prioritas” kedua untuk misi tersebut, terdapat perdebatan antara Perancis dan AS.
Prancis khawatir bahwa menambahkan fokus baru di pusat akan mengurangi
upaya misi di utara, yang juga akan merusak Operasi Barkhane. Meskipun AS
dapat menerima argumen tersebut, AS juga mempertanyakan kerugian biaya
operasi yang akan dikeluarkan atas misi di kawasan Mali Tengah. Tantangan di
Mali tengah terkait dengan konflik antar komunal yang kompleks yang tidak
mungkin diselesaikan dengan intervensi singkat dan hal tersebut menciptakan ego
sektoral sehubungan dengan posisi Amerika Serikat di Mali.(Gorur, 2020)
49
menentukan kerja dan tugas pokok dari MINUSMA dapat dilihat dari berbagai
resolusi yang dikeluarkan atau dimandatkan untuk MINUSMA dari tahun ke
tahun.
Selain itu, untuk melihat kontestasi politik yang memiliki relevansi dengan
MINUSMA dapat pula dilihat dalam agenda 3rd Transition Support Group
Meeting on Mali yang diisi beberapa aktor, yaitu African Union (AU), Economic
Community of West African States (ECOWAS), dan juga PBB. Pertemuan
tersebut dilakukan di Togo, merupakan pertemuan politik yang membahas untuk
pengadaan kelompok-kelompok bantuan untuk Mali. Sementara dalam agenda
pertemuan tersebut, MINUSMA masih dijadikan, bahkan dijadikan leading actor,
dalam terciptanya stabilitas keamanan di Mali. Pertemuan tersebut juga
menghadirkan beberapa aktor lain, seperti WAEMU, African Development Bank
(ADB), Banque Ouest Africaine de Développement (BOAD), Uni Eropa, IMF,
Bank Dunia, PBB, OIF, Organisasi Kerjasama Islam (OKI), Inter-American
Development Bank (IADB), ECOWAS, AU, dan mitra negara-negara Mali
lainnya. Tujuan lain dari pertemuan tersebut adalah untuk melakukan konsolidasi
politik, ekonomi, teknis, serta keuangan untuk Mali dalam melakukan
implementasi program dan kegiatan relevan lainnya(African Union, 2022).
dan keamanan internasional. Ketiga prinsip ini saling terkait dan saling
menguatkan:
Dalam klasifikasi ini, yaitu MINUSMA sebagai aktor lebih dapat dilihat di
permukaan. Berdasarkan kerja dan tugas yang dimandatkan, MINUSMA memiliki
berbagai area tugas, salah satunya adalah penasihat politik bagi pemerintahan
Mali dan menciptakan stabilitas keamanan di negara tersebut. Hal tersebut dapat
dilihat pada awal 2016 ketika terdapat perbedaan cara pandang mengenai operasi
lanjutan di Mali setelah Algiers Agreement. Perbedaan cara pandang tersebut
berawal ketika kepemimpinan MINUSMA pada masa tersebut menaruh perhatian
yang lebih serius di beberapa kawasan Mali, tepatnya di kawasan Mali Tengah.
54
MINUSMA sebagai aktor dapat dilihat secara eksplisit pada keputusan yang
diambil oleh MINUSMA pada tahun 2018 ketika terjadi eskalasi konflik di Mali
yang mengakibatkan banyak korban jiwa khususnya sipil. Keputusan tersebut
pada dasarnya respon alamiah dalam Peacekeeping Operations, yang merupakan
peran dari MINUSMA untuk mewujudkan stabilitas keamanan dan tertib sipil di
Mali. Operasi penjaga perdamaian ini diwujudkan MINUSMA untuk melindungi
warga sipil agar tidak masuk dalam rangkaian kekerasan konflik, serta
memisahkan pihak-pihak yang bertikai agar tidak terjadi kontak bersenjata yang
dapat menambah jatuhnya korban jiwa, baik dari kubu pemerintah, pihak
pemberontak ataupun masyarakat sipil Mali. Beberapa bentuk peran MINUSMA
dalam agenda peacekeeping operation diwujudkan melalui beberapa program,
yaitu:
2. Fase kedua adalah upaya mewujudkan stabilitas dan tertib sipil dengan
memobilisasi jaringan polisi internasional;
diarahkan untuk keamanan dari Perjanjian Damai itu sendiri yang kemudian
secara teknis dilaporkan ke DK PBB. Kedua, MINUSMA membantu pasukan
gabungan di setiap daerah di mandat Mali Utara dalam kegiatan gelar pasukan.
Ketiga, membantu Malian Defense and Security Forces (MSDF) dalam
melakukan transformasi, reformasi, dan rekonstitusi secara organisasi. Keempat,
mendukung penahanan, pelucutan senjata, demobilisasi dan reintegrasi kelompok-
kelompok bersenjata, termasuk melalui integrasi unsur-unsur kelompok bersenjata
penandatangan di MDSF sebagai tindakan sementara, dalam kerangka reformasi
sektor keamanan, dengan mempertimbangkan kebutuhan khusus dari perempuan
dan anak-anak dan tanpa mengurangi rencana yang diantisipasi dari komisi
demobilisasi, pelucutan senjata dan reintegrasi dan integrasi. Kelima, berkaitan
dengan Perjanjian Damai yang telah ditandatangani tersebut, MINUSMA
kemudian bertujuan untuk membentuk koherensi dari bantuan internasional.
Koherensi tersebut diperlukan karena terdapat beberapa aktor dalam bantuan
internasional, seperti mitra bilateral, Uni Eropa, yang juga memiliki tujuan dalam
membantu transformasi sektor keamanan di Mali. Dalam konteks ini, MINUSMA
mengalami perubahan yang kemudian diposisikan untuk melakukan penegakan
kepentingan politik di Mali.
2
Kiriman dari Lapangan: Pertemuan di Mali : Yang Berwarna Biru : Laporan Dewan Keamanan
(securitycouncilreport.org). diakses pada tanggal 22 Januari 2023,pkl,03.00 WIB
61
Selain itu, kurangnya pengetahuan warga sipil yang tidak dapat membedakan
antara mandat operasi internasional dengan operasi dalam negeri yang dilakukan
pemerintah. Warga sipil yang berkutat pada asumsi umum adalah bahwa
keduanya sama saja. Hasil laporan tentang efektivitas tersebut juga melaporkan
bahwa MINUSMA dan misi lainnya bahkan dituduh terlibat dengan negara,
termasuk dalam tuduhan bahwa negara itu mempersenjatai milisi bela diri yang
telah melakukan kekejaman. Terlepas dari langkah-langkah seperti Kebijakan Uji
Tuntas Hak Asasi Manusia dan Kerangka Kerja Kepatuhan Hak Asasi Manusia
dan Hukum Humaniter Internasional yang kemudian hal ini dengan jelas
menggambarkan tantangan untuk mendukung negara dengan tata kelola yang
buruk dan rekam jejak hak asasi manusia.(Lijn et al., 2019)
Adapun dalam melihat peran dari MINUSMA itu sendiri dalam bantuan
kemanusiaan di Mali atau dalam bahasa yang lebih spesifik sebagai operasi
perdamaian yang ideal tugas awal untuk membantu pemerintahan Mali dalam
mempertahankan otoritasnya dan membantu pemerintah Mali dalam melakukan
strukturalisasi pemerintahan, MINUSMA sendiri telah mengalami pergeseran atau
transformasi organisasi dalam segi tujuan ideal dari pembentukan MINUSMA itu
sendiri. Kerangka kerja atau lingkup area kerja dari MINUSMA mengalami
perkembangan atau bahkan pelebaran, tepatnya sebagai aktor yang melakukan
operasi-operasi kontra-terorisme di Mali. Perkembangan mandat yang pada
akhirnya menyebabkan tumpang tindih kebijakan tersebut mengganggu jalannya
tujuan ideal Mali dan memberikan konsekuensi rentannya perlindungan sipil oleh
MINUSMA yang terhitung sejak 2016 ke atas. Di saat bersamaan, pelebaran area
kerja tersebut mengganggu stabilitas proses operasi perdamaian di bawah bendera
UN Peacekeeping dan penegakan perdamaian di Mali.(Vela, 2021)
Dengan mandat yang luas dan ambisius, MINUSMA pada akhirnya harus
melakukan tindakan penyeimbangan yang rumit dalam mengerahkan sumber daya
keuangan, manusia, dan operasionalnya yang terbatas secara efisien. Terlepas dari
peran MINUSMA yang menonjol dalam mendukung para aktor Mali, misi
tersebut tetap dipandang tidak dapat menyelesaikan berbagai faktor pendorong
kekerasan. Selain itu, pembatasan operasional akibat pandemi COVID-19
semakin memperumit pelaksanaan mandat MINUSMA, meskipun tidak
64
5.1 Kesimpulan
Melalui pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa
berkembangnya konflik di Mali pada tahun 2012 telah menyebabkan berbagai
dampak serius bagi keamanan manusia (human security). Konflik yang tidak
kunjung dapat ditangani oleh pemerintah Mali bersama dengan staleholder terkait.
Kondisi ini berujung pada intervensi Dewan Keamanan PBB yang berhasil
membentuk gugus tugas perdamaian yang dinamakan MINUSMA (United
Nations Multidimensional Integrated Stabilization Mission in Mali). Organisasi
ini merupakan transformasi dari organisasi sebelumnya yaitu AFISMA (African-
led International Support Mission to Mali).
MINUSMA dibentuk pada tahun 2017 dan sesuai mandat organisasi PBB
ini diperpanjang hingga bulan Juni 2021. Secara umum MINUSMA merupakan
organisisasi yang berperan dalam peacekeeping dan kemudian misi ini
berkembang ke ranah yang kebih spesifik, yaitu penanganan persoalan
pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia). Kasus pelanggaran HAM di Mali
mengalami peningkatan bersamaan dengan konflik Mali. Pada tahun 2012
berdasarkan pada aporan “Annual Report” tingkat pelanggaran di Mali
menunjukkan 538 tren kasus dan kemudian di tahun 2020 meningkat tajam
menjadi 1.967 tren kasus.
65
66
dan sangat militer. MINUSMA juga dihadapkan pada agreement on peace and
reconciliation on Mali yang ditujukan untuk menyelesaikan berbagai persoalan
yang terjadi yang melibatkan MSDF.
5.2 Saran
Dalam penelitian ini penulis akan memberikan saran masing-masing
sebagai berikut :
Buku
lxxxi
lxxxii
documents/civilhandbook/Civil_Affairs_Handbook.pdf
Nations, U. (2022). UNITED NATIONS Uniformed Capability Requirements :
MINUSMA Special Edition Armed Helicopter Unit.
Pamungkas, J. (2016). Peran The United Nations Multidimensional Integrated
Stabilization Mission in Mali (Minusma) dalam Penyelesaian Konflik Mali.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Webel, C., & Galtung, J. (2007). Handbook Of Peace and Conflict Studies.
London: Routledge.
Yeselson, A., & Gaglione, A. (1974). A Dangerous Place: The United Nations as
a Weapon in International Politics. New York: Grossman Publishers
Jurnal
Website
Africa, A. (2018). PSC Meeting on Mali/Sahel. Retrieved October 24, 2022, from
https://amaniafrica-et.org/psc-meeting-on-mali-sahel/
Mali, H. R. on. (2018). Mali. Retrieved June 15, 2022, from Human Right Watch
website: https://www.hrw.org/africa/mal
MINUSMA. (2018). QIPs Overview - Mali -.
Mission, M. (2013). MINUSMA Fact Sheet. Retrieved June 15, 2022, from
United Nations Peacekeeping2 website:
https://peacekeeping.un.org/en/mission/minusma
Mission, T. U. N. M. I. S. (2014). History. Retrieved March 12, 2022, from
United Nations Multidimensional Integrated Stabilization Mission in Mali
website: https://minusma.unmissions.org/en/history
Nations, U. (n.d.). Human Right. Retrieved March 14, 2022, from MINUSMA
website: https://minusma.unmissions.org/en/human-rights
Peacekeeping. (n.d.). How We Are Funded.
lxxxiv
Press, U. N. (2022). Meetings Coverage and Press Releases. Retrieved March 15,
2022, from United Nations website: https://www.un.org/press