Caregiver Pelatihan
Caregiver Pelatihan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hal: 1
(penyakit, kecelakaan, trauma, kecacatan) seperti tersebut
di atas menyebabkan lansia menjadi renta(frail), yang
diderita oleh 25% lansia saat ini (Siti Setiati, 2017). Bila
frailty (kerentaan) tidak diatasi, akan terjadi disabilitas.
Berdasarkan data Riskesdas (2013), kelompok umur di atas
75 tahun merupakan kelompok dengan disabilitas tertinggi
(55,9%). Frailty dan disabilitas merupakan indikasi
perawatan jangka panjang bagi lansia, karena pada
kondisi demikian lansia tidak mampu merawat dirinya
sendiri, sehingga memerlukan bantuan orang lain yang
dikenal sebagai caregiver. Caregiver adalah seseorang baik
formal maupun informal yang telah lulus pendidikan atau
pelatihan untuk melakukan pendampingan pada seorang atau
kelompok yang tidak mampu merawat dirinya sendiri, baik
sebagian atau seluruhnya karena mengalami keterbatasan
fisik dan atau mental. Bagi caregiver yang memberi
pendampingan pada lansia disebut caregiver lansia.
Sampai saat ini terdapat 445 panti wreda, pelayanan
homecare bagi lansia terlantar oleh Kemensos di 34 provinsi,
2.776 Rumah Sakit, 9.852 Pusat Kesehatan Masyarakat,
76.547 Posyandu Lansia, serta 34000 Bina Keluarga Lansia
(BKL), 260 Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia, dan
Organisasi peduli lansia lainnya, yang semuanya
membutuhkan caregiver baik formal maupun informal (CAS
UI, 2017). Namun di Indonesia, belum mempunyai standar
pendidikan dan pelatihan serta sistem sertifikasi caregiver.
Kondisi ini merupakan hambatan untuk terpenuhinya
kebutuhan caregiver di dalam dan luar negeri.
Hal: 2
dipergunakan secara luas sebagai pedoman
penyelenggaraan pelatihan.
B. Filosofi Pelatihan
Hal: 3
f. Melakukan evaluasi (fasilitator dan
penyelenggara) dan dievaluasi tingkat
pemahaman dan kemampuannya dalam bidang
pelayanan kesehatan.
BAB II
Hal: 4
PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI
A. Peran
B. Fungsi
Hal: 5
1. Menjelaskan proses penuaan dan penyakit pada
lansia
2. Melakukan Activity Daily Living (ADL)
3. Melakukan Instrumental Activity Daily Living
(IADL)
4. Melakukan pendampingan dalam perawatan jangka
panjang (long term care) sesuai dengan kondisi
lansia
5. Melakukan penanganan kegawatdaruratan pada
lansia
6. Melakukan komunikasi efektif sesuai dengan
kondisi lansia
7. Melakukan kerjasama tim
8. Memberikan gizi pada lansia sesuai dengan kondisi
lansia
9. Melakukan pendampingan kegiatan fisik, emosional,
mental, spiritual, intelektual dan sosial pada lansia
10. Melakukan pendampingan paliatif pada akhir
kehidupan lansia
11. Melakukan edukasi penggunaan alat bantu pada
lansia
Hal: 6
BAB III TUJUAN PELATIHAN
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu
melakukan pendampingan pada lanjut usia dilingkungan kerjanya sesuai
kewenangannya.
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu:
1. Menjelaskan proses penuaan dan penyakit pada lansia
2. Melakukan Activity Daily Living (ADL)
3. Melakukan Instrumental Activity Daily Living
(IADL)
4. Melakukan pendampingan dalam perawatan jangka panjang (long term care)
sesuai dengan kondisi lansia
5. Melakukan penanganan kegawatdaruratan pada lansia
6. Melakukan komunikasi efektif sesuai dengan kondisi lansia
7. Melakukan kerjasama tim
8. Memberikan gizi pada lansia sesuai dengan kondisi lansia
9. Melakukan pendampingan kegiatan fisik, emosional, mental, spiritual, intelektual
dan sosial pada lansia
10. Melakukan pendampingan paliatif pada akhir kehidupan lansia
11. Melakukan edukasi penggunaan alat bantu pada lansia
Hal: 7