Anda di halaman 1dari 11

BAB II

METODOLOGI

2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO


(PDRB).

Untuk menghindarkan penafsiran yang beragam pada data yang disajikan pada
publikasi ini, maka pemahaman atas konsep dan definisi yang digunakan sangat
diperlukan.

2.1.1. Produk Domestik dan Produk Regional.

Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi


yang beroperasi di wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah faktor
produksinya berasal dari atau dimiliki oleh penduduk daerah tersebut,
merupakan “Produk Domestik” daerah bersangkutan. Pendapatan yang timbul
oleh karena adanya kegiatan produksi tersebut merupakan “Pendapatan
Domestik”.

Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian dari faktor produksi yang


digunakan dalam kegiatan produksi di suatu daerah berasal dari daerah lain
atau dari luar negeri. Demikian juga sebaliknya, faktor produksi yang dimiliki
penduduk daerah tersebut dapat ikut serta dalam proses produksi di daerah lain
atau di luar negeri. Hal ini menyebabkan nilai produk domestik yang timbul di
suatu daerah tidak sama dengan pendapatan yang diterima penduduk daerah
tersebut.

Dengan adanya aliran pendapatan antar daerah (termasuk juga dari dan
ke luar negeri) dimana pada umumnya berupa upah/gaji, bunga, deviden dan
keuntungan, maka timbul perbedaan antara Produk Domestik dan Produk
Regional.

PDRB Kota Mataram Tahun 2012 6


Produk Regional adalah Produk Domestik ditambah dengan pendapatan yang
diterima dari luar daerah/negeri, dikurangi dengan pendapatan yang
dibayarkan keluar daerah/negeri tersebut. Jadi produk regional merupakan
produk yang ditimbulkan oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk
suatu region.

Akan tetapi pada kenyataannya, untuk mendapatkan angka-angka


tentang pendapatan yang mengalir keluar dan masuk ke suatu daerah, saat ini
masih sangat sulit. Sehingga penyusunan Produk Regional ini belum
memperhitungkan aliran pendapatan tersebut. Karena aliran pendapatan yang
dimaksud hanya tercermin pada neraca pembayaran luar negeri dimana
pencatatannya masih dalam skala nasional, bukan regional. Untuk sementara
dalam perhitungan ini, Produk Regional dianggap sama dengan “Produk
Domestik Regional Netto (PDRN) Atas Dasar Biaya Faktor”. Bila
Pendapatan Regional ini dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di
region tersebut, maka dihasilkan Pendapatan Regional Per Kapita.

2.1.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Pasar.

Angka Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Pasar dapat
diperoleh dengan menjumlahkan Nilai Tambah Bruto (Gross Value Added)
yang timbul dari seluruh sektor ekonomi di wilayah itu. Nilai Tambah Bruto
(NTB) adalah nilai lebih yang timbul setelah melalui suatu proses produksi
atau nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara. Nilai tambah bruto
disini mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji,
bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tak langsung netto.
Dengan menghitung Nilai Tambah Bruto dari masing-masing sektor dan
menjumlahkan Nilai Tambah Bruto dari seluruh sektor, akan diperoleh Produk
Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Pasar.

2.1.3. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) Atas Dasar Harga Pasar.

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Pasar dikurangi


penyusutan akan diperoleh Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar
Harga Pasar. Penyusutan yang dimaksud adalah nilai susut (ausnya) dari

7 PDRB Kota Mataram Tahun 2012


barang-barang modal yang terjadi selama barang tersebut ikut serta dalam
proses produksi.

2.1.4. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) Atas Dasar Biaya Faktor.

Perbedaan antara konsep biaya faktor dengan harga pasar adalah karena
adanya pajak tidak langsung yang dipungut oleh pemerintah dan subsidi yang
diberikan oleh pemerintah kepada unit-unit produksi. Pajak tidak langsung
yang dibayar oleh perusahaan terdiri dari iuran wajib ke pemerintah yang
diberlakukan sebagai biaya untuk kegiatan produksi. Pajak tidak langsung ini
termasuk segala jenis pajak yang dikenakan atas kegiatan produksi, penjualan,
pembelian atau penggunaan barang dan jasa oleh perusahaan. Suatu
perusahaan/usaha dapat membayar pajak tidak langsung kepada Pemerintah
Daerah maupun ke Pemerintah Pusat.

Pajak Tidak Langsung ini meliputi pajak penjualan, bea ekspor, cukai
dan lain-lain pajak, kecuali pajak pendapatan dan pajak perseorangan. Pajak
tidak langsung dan subsidi mempunyai pengaruh terhadap harga barang-
barang. Pajak berpengaruh menaikkan harga sedangkan subsidi menurunkan
harga. Pajak tidak langsung neto diperoleh dari pajak tidak langsung dikurangi
subsidi. Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Harga Pasar dikurangi
pajak tidak langsung neto, hasilnya adalah Produk Domestik Regional Neto
Atas Dasar Biaya Faktor.

2.1.5. Ringkasan Agregat PDRB.

Dari uraian di atas, maka konsep-konsep yang dipakai dalam Produk


Domestik Regional Bruto adalah sebagai berikut :

a. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Pasar (GRDP at


Market Prices), dikurangi penyusutan akan sama dengan ;

b. Produk Domestik Regional Neto Atas Dasar Harga Pasar (NRDP at Market
Price) dikurangi pajak tidak langsung neto akan sama dengan ;

c. Produk Domestik Regional Neto Atas Dasar Biaya Faktor (NRDP at Factor
Cost) ditambahkan pendapatan neto yang mengalir dari / ke daerah lain
akan sama dengan ;

PDRB Kota Mataram Tahun 2012 8


d. Pendapatan Regional (Regional Income) dikurangi pajak pendapatan
perusahaan (Cooperate Income Tax), keuntungan yang tidak dibagikan
(Undistributed Profit), iuran kesejahteraan sosial (Social Security
Contribution) ditambah transfer yang diterima oleh rumah tangga, bunga
neto atas bunga pemerintah akan sama dengan ;

e. Pendapatan Orang – Seorang (Personal Income) dikurangi pajak rumah


tangga, transfer yang dibayarkan rumah tangga, akan sama dengan ;

f. Pendapatan Yang Siap Dibelanjakan (Disposible Income).

2.2. METODE PENGHITUNGAN PDRB.

2.2.1. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku.

Pendapatan Regional Atas Dasar Harga Berlaku dapat dihitung melalui


dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung.

1. Metode Langsung adalah metode penghitungan dengan menggunakan data


yang bersumber dari daerah. Metode langsung akan dapat memperlihatkan
karakteristik sosial ekonomi setiap daerah. Disamping itu manfaat
pemakaian data daerah adalah dapat digunakan untuk menyempurnakan
data statistik daerah yang lemah.

2. Metode Tidak Langsung adalah metode penghitungan dengan cara alokasi


yaitu mengalokir PDB Nasional menjadi PDRB Provinsi dengan
menggunakan beberapa indikator produksi dan atau indikator lainnya yang
cocok sebagai alokator.

A. Metode Langsung

1. Pendekatan Produksi.

Pendekatan dari segi produksi adalah menghitung nilai tambah dari


barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan
cara mengurangi output dari masing-masing sektor atau sub sektor dengan
biaya antaranya. Pendekatan ini bisa juga disebut pendekatan nilai tambah.

9 PDRB Kota Mataram Tahun 2012


Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan
jasa yang dihasilkan oleh unit produksi dalam proses produksi dari input
antara yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut.
Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa faktor produksi atas
ikut sertanya dalam proses produksi.
Pendekatan Produksi jika dirumuskan adalah sebagai berikut:\

PDRB = NP – BA

NP = Nilai Produksi (Produksi x Harga)

BA = Biaya Antara

2. Pendekatan Pendapatan.

Dalam pendekatan pendapatan ini, nilai tambah dari setiap


kegiatan ekonomi dihitung dengan jalan menjumlahkan semua balas jasa
faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak
tidak langsung neto. Untuk sektor pemerintahan dan usaha-usaha yang
sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Yang
termasuk dalam surplus usaha adalah bunga, sewa tanah dan keuntungan.
Metode pendekatan pendapatan ini banyak dipakai pada sektor yang
produksinya berupa jasa seperti sektor pemerintahan.
Pendekatan Pendapatan jika dirumuskan adalah sebagai berikut:

PDRB = W + P +D+T

W = Upah dan gaji

P = surplus usaha

D = Penyusutan

T = Pajak tak langsung netto

PDRB Kota Mataram Tahun 2012 10


3. Pendekatan Pengeluaran.

Pendekatan dari segi pengeluaran bertitik tolak pada penggunaan


akhir barang dan jasa di wilayah domestik. Jadi Produk Domestik
Regional dihitung dengan cara menghitung berbagai komponen
pengeluaran akhir yang membentuk Produk Domestik Regional Bruto
tersebut. Secara umum pendekatan pengeluaran dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut :

1. Melalui pendekatan penawaran yang terdiri dari metode arus barang


dan metode penjualan eceran.

2. Metode pendekatan permintaan yang terdiri dari pendekatan survei


pendapatan dan pengeluaran rumah tangga, metode data anggaran
belanja, metode balance sheet dan metode statistik perdagangan luar
negeri.

Pada prinsipnya cara ini dimaksudkan untuk memper-kirakan


komponen-komponen permintaan akhir seperti: konsumsi rumahtangga,
konsumsi lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan
modal bruto dan perdagangan antar wilayah (termasuk ekspor dan impor).

B. Metode Tidak Langsung

Metode tidak langsung adalah menghitung PDRB Provinsi dengan


cara mengalokir angka Produk Domestik Bruto Indonesia untuk tiap
provinsi dengan menggunakan alokator tertentu, alokator yang digunakan
dapat berupa :

1. Nilai produk bruto atau neto setiap sektor

2. Jumlah produksi fisik

3. Tenaga kerja

4. Penduduk dan

5. Alokator lainnya yang sesuai.

11 PDRB Kota Mataram Tahun 2012


Dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari beberapa
alokator tersebut dapat diperhitungkan persentase/bagian masing-masing
provinsi untuk nilai tambah suatu sektor atau sub sektor.

2.2.2. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan.

Perkembangan PDRB atas dasar berlaku dari tahun ke tahun


menggambarkan perkembangan PDRB yang disebabkan oleh adanya
perubahan dalam volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan dan
perubahan dalam tingkat harganya. Untuk dapat mengukur perubahan volume
produksi atau perkembangan produksi secara nyata, faktor pengaruh harga
perlu dihilangkan dengan cara menghitung PDRB atas dasar harga konstan.

Produk riil per kapita biasanya juga dipakai sebagai indikator untuk
menggambarkan perubahan tingkat kemakmuran ekonomi dari tahun ke tahun.
Untuk perencanaan, proyeksi dan penentuan target, selalu bertitik tolak dari
perhitungan atas dasar harga konstan.

Secara konsep nilai atas dasar harga konstan dapat mencerminkan


kuantum produksi pada tahun yang berjalan yang dinilai atas dasar harga pada
tahun dasar. Dari segi metode Statistik, suatu nilai atas dasar konstan
diperoleh dengan cara :

A. Revaluasi

Dilakukan dengan cara mengalikan kuantum pada tahun berjalan


dengan harga pada tahun dasar. Dalam praktek, sangat sulit melakukan
revaluasi terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup
komponen input yang terlalu banyak disamping data harga yang tersedia
tidak dapat memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu biaya
antara atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian output
pada masing-masing tahun dengan rasio tetap biaya antara terhadap output
pada tahun dasar.
Jika disajikan dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut:

PDRB Kota Mataram Tahun 2012 12


PDRBk = NPr - BAo

PDRBk = PDRB atas dasar harga konstan

NPr = Nilai Produksi hasil revaluasi yang diperoleh


dengan mengalikan produksi tahun berjalan
dengan harga tahun dasar.

BAo = Biaya antara yang dinilai dengan harga tahun


dasar

B. Ekstrapolasi

Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan


diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar dengan
indeks produksi. Indeks produksi sebagai ektrapolator dapat merupakan
indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari
berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan
lainnya yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang diestimasi.

Ekstrapolasi dilakukan terhadap perhitungan output atas dasar


harga konstan. Dengan menggunakan rasio tetap nilai tambah terhadap

13 PDRB Kota Mataram Tahun 2012


nilai output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga
konstan.
Secara umum disajikan dalam rumus sebagai berikut:

C. Deflasi

Nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara


membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku masing-masing tahun
dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator
biasanya merupakan indeks harga perdagangan besar, indeks harga
konsumen dan sebagainya.

D. Deflasi Berganda

Dalam deflasi berganda ini yang dideflasi adalah output dan biaya
antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan
biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai
deflator untuk penghitungan output atas dasar harga konstan biasanya
merupakan indeks harga konsumen dan indeks harga perdagangan besar
sesuai dengan cakupan komoditinya. Sedangkan deflator untuk biaya antara
adalah indeks harga dari komponen input terbesar.

PDRBk = PDRBo x IP

PDRBk = PDRB atas dasar harga konstan

PDRBo = PDRB pada tahun dasar

IP = Indeks Produksi

PDRB Kota Mataram Tahun 2012 14


Kenyataan sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara,
disamping karena komponennya terlalu banyak juga karena indeks
harganya belum tersedia dengan baik.

2.3. CARA PENYAJIAN DAN ANGKA INDEKS.

Agregat-agregat pendapatan seperti yang telah diuraikan diatas, secara series


dapat disajikan dalam dua bentuk yakni atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga
konstan suatu tahun dasar :

a. Pada penyajian atas dasar harga berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas
dasar harga berlaku pada masing-masing tahunnya baik pada saat menilai produksi,
biaya antara maupun pada penilaian komponen pengeluaran Produk Domestik
Regional Bruto.

b. Pada penyajian atas dasar harga konstan suatu tahun dasar, semua agregat
pendapatan dinilai atas dasar harga yang terjadi pada tahun dasar. Karena
menggunakan harga tetap, maka perkembangan pendapatan agregat pendapatan
dari tahun ke tahun semata-mata menunjukkan perkembangan riil karena pengaruh
fluktuasi kenaikan harga dikeluarkan.

Agregat-agregat pendapatan juga disajikan dalam bentuk :

a. Indeks perkembangan, diperoleh dengan membagi nilai-nilai pada masing-masing


tahun dengan nilai pada tahun dasar, dikalikan 100 (tahun dasar = 100).

b. Laju pertumbuhan, diperoleh dengan membagi nilai pada masing-masing tahun


dengan nilai pada tahun sebelum dikalikan 100, kemudian dikurangi 100. Angka
ini menunjukkan tingkat perkembangan agregat pendapatan untuk masing-masing
tahun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

c. Indeks harga implisit, diperoleh dengan membagi nilai atas dasar harga berlaku
dengan nilai atas dasar harga konstan untuk masing-masing tahunnya, dikalikan
100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan
terhadap harga pada tahun dasar. Bila indeks harga implisit ini dibuat indeks
berantainya, akan didapat tingkat perkembangan harga setiap tahun terhadap tahun
sebelumnya.

15 PDRB Kota Mataram Tahun 2012


PDRB Kota Mataram Tahun 2012 16

Anda mungkin juga menyukai