admin,+44.+DINARTIKA 399-407
admin,+44.+DINARTIKA 399-407
I N F O R M A S I A R T IK E L ABSTRACT
Article history: This study describes the synchronization of spatial planning with the construction
Dikirim tanggal: 03 November 2021 of toll road-based sustainable development in the Area of Interchange Tol Madiun.
Revisi pertama tanggal: 26 November 2021 Aimed to explore the information from some source: BAPPEDA Kabupaten
Diterima tanggal: 01 Desember 2021
Madiun, Dinas PUPR Kabupaten Madiun, Office of the Bagi Village, and
Tersedia online tanggal: 20 Desember 2021
Communities around the Interchange Tol Madiun. The results showed that; first, the
synchronization of spatial planning with the construction of the Madiun toll road
not fully following the RT/RW (community association) plan and unable to be
categorized as ideal planning. The application of the participation has been running
well, but there is still a discrepancy on the principle of continuity and holistically.
Second, the implementation of Sustainable Development in the construction of the
toll road is not running balance between economic development, social and
environmental. Supporting factor form is the strong legal basis and the high level of
community participation. Inhibiting factors in the form of rationalization of the
budget because of the pandemic Covid19 and the lack of personals resource that is
pure has graduated in spatial studies.
Keywords: spatial planning, toll road,
sustainable development, Area of
Interchange Tol Madiun INTISARI
Penelitian ini menjelaskan tentang sinkronisasi perencanaan tata ruang dengan
permbangunan jalan tol berbasis sustainable development yang ada di Kawasan
Interchange Tol Madiun. Ditujukan untuk mengeksplor informasi dari beberapa
sumber: BAPPEDA Kabupaten Madiun, Dinas PUPR Kabupaten Madiun, Kantor
Desa Bagi, dan Masyarakat di sekitar Interchange Tol Madiun. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pertama, sinkronisasi perencanaan tata ruang dengan
pembangunan jalan tol Madiun belum sepenuhnya sesuai dengan RTRW serta
belum bisa dikategorikan sebagai perencanaan yang ideal. Penerapan partisipasi
sudah berjalan dengan baik, tetapi untuk prinsip kesinambungan dan holistik masih
terjadi ketidaksesuaian. Kedua, penerapan Sustainable Development dalam
pembangunan jalan tol belum berjalan seimbang antara pembangunan ekonomi,
sosial dan lingkungan. Fakor pendukung berupa dasar hukum yang kuat dan
tingginya tingkat partisipasi masyarakat. Faktor penghambat berupa rasionalisasi
anggaran karena pandemi Covid 19 dan kurangnya Sumbr Daya Aparatur yang
murni lulusan tata ruang.
———
Corresponding author. Tel.: +62- 821-9080-9040; e-mail: dinartikaarneda@gmail.com
399
Dinartika Arneda Nurristi, Sarwono, dan Mohammad Rozikin/ JIAP Vol 7 No 3 (2021) 399-407
400
Dinartika Arneda Nurristi, Sarwono, dan Mohammad Rozikin/ JIAP Vol 7 No 3 (2021) 399-407
pada gambar dibawah ini kondisi pada saat itu yang penggunaan sumber daya (Pasolong, 2012).
berhasil didokumentasikan oleh peneliti:
2.2 Perencanaan Pembangunan
Menurut (Zauhar, 2001) perencanan (planning)
adalah suau tindakan memiliih sesuatu yang seharusnya
dilakukann. Kegiatan ini meliputi penelitian, peramalan,
penentuan tujuan, perumusan kebijaksanaan,
pengembangan program, dan menetapkan prosedur tata
kerja. Sehingga pada intinya, perencanaan adalah suatu
cara bagaimana mencapai tujuan sebaik- baiknya dengan
sumber- sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif
(Tjokroamidjojo, 1995). Beberapa model dalam
perencanaan: model rasional komprehensif, model
Gambar 2 Banjir di Ruas Jalan Tol Madiun inkremental, model pengamatan terpadu, model
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2019 transaksi. Tahapan Perencanaan Pembangunan menurut
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, jika Undang –Undang No 25 Tahun 2005 tentang Sistem
disandingkan dengan PP No 15 Tahun 2005 tentang jalan Perencanaan Pembangunan Nasional; terdiri dari empat,
tol, terjadi ketidaksesuaian dimana dalam perencanaan adalah tahap penyusunan rencana, tahap penetapan
pembangunan jalan tol harus berbasis pembangunan rencana, tahap pengendalian pelaksanaan rencana, dan
keberlanjutan (sustainable development) atau tahap evaluasi keberhasilan pelaksanaan rencana. Sistem
memperhatikan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan Perencanaan Pembangunan Daerah yang dinyatakan
dengan yang terjadi dilapangan. Sehingga peneliti bahwa pada hakekatnya perencanaan itu merupakan
tertarik untuk melakukan kajian lebih dalam dengan judul sebuah sistem yang dikenal dengan Sistem Perencanaan
Sinkronisasi Perencanaan Tata Ruang Daerah dengan Pembangunan Nasional (SPPN). Sebuah perencanaan
Pembangunan Jalan Tol Berbasis Sustainable yang ideal menurut (Kartasasmita, 1997) harus
Development (Studi di Kawasan Interchange Tol memiliki tiga prinsip, yaitu sebagai berikut:
Madiun). a) Prinsip Partisipatif (Participative), menunjukkan
bahwa masyarakat memperoleh manfaat dari suatu
2. Teori harus ikut serta dalam proses didalamnya;
b) Prinsip Kesinambungan (Sustainable), perencanaan
2.1 Pengertian dan Paradigma Administrasi Publik senantiasa berlanjut dan tidak berhenti disatu tahap,
Menurut (Syafri, 2012) menyatakan bahwa sehingga terwujud suatu kemajuan dalam
administrasi publik adalah penggunaan kepemimpinan kesejahteraan; dan
secara politis dan berbagai proses dan teori yang sah c) Prinsip Holistik/ Keseluruhan, munculnya suatu
untuk menjalankan tugas-tugas legislatif, eksekutif, dan problem dalamsuatu perencanaan dan pelaksanaannya
yudisial dalam penyediaan peraturan bagi pelayanan harus dilihat dari banyak aktor/ elemen dalam konsep
seluruh atau sebagian masyarakat. Perkembangan secara keseluruhan.
administrasi sebagai disiplin ilmu mengalami beberapa 2.3 Perencanaan Pembangunan Daerah
proses pergantian cara pandang, dimana pemahamannya
dilihat dari paradigma. Perkembangan paradigma Perencanaan pembangunan lingkup daerah dalam
tersebut menggambarkan adanya perubahan-perubahan arti sempit adalah perencanaan pembangunan
dan perbedaan-perbedaan dalam tujuan, teori, dan dimanaaktor pelaksananya adalah sumberdaya
metodologi serta nilai-nilai yang mendasari. Paradigma aparaturnya daerah. Proses perencanaan juga
Reinveinting Government dikenal juga New Public disampaikan oleh (Nugroho & Wirhatnolo, 2011)
Management (NPM). Paradigma diatas menjadi populer menyebutkan berbagai langkah-langkah tersetuktur yang
sebagai prinsip Good Governance. Dalam paradigma ini dimulai dari pengumpulan data, pengambilan keputusan,
diungkapkan bahwa ada tujuh prinsip dalam NPM, yaitu pelaksanaan keputusan, pemantauan dan evaluasi hasil,
a) Pemanfaatan manajemen professional dalam sektor pelaporan, analisis dampak hingga di awali lagi dari
publik; b) Penggunaan indikator kinerja; c) Penekanan pengumpulan data dan seterusnya sebagai suatu siklus.
yang lebih besar pada control output; d) Pergeseran ke Langkah tersebut merupakan faktor penentu keberhasilan
kompetisi yang lebih tinggi; e) Pergeseran perhatian ke mencapai tujuan perencanaan pembangunan. Salah satu
unit-unit yang lebih kecil; f) Penekanan gaya sektor jenis perencanaan pembangunan daerah adalah
swasta pada penerapan manajemen; dan g) Penekanan perencanaan tata ruang daerah. Batasan dan pengertian
pada disiplin dan penghematan yang lebih tinggi dalam menurut UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penatan Ruang,
401
Dinartika Arneda Nurristi, Sarwono, dan Mohammad Rozikin/ JIAP Vol 7 No 3 (2021) 399-407
402
Dinartika Arneda Nurristi, Sarwono, dan Mohammad Rozikin/ JIAP Vol 7 No 3 (2021) 399-407
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan penyediaan peluang kerja dan mengurangi tunakarya,
mengatasi garis hidup dibawah standar serta mengurangi
4.1 Sinkronisasi Perencanaan Tata Ruang Daerah kesenjangan antar wilayah melalui pemerataan
dengan Pembangunan Jalan Tol di Kawasan pembangunan. Perbedaan antara RTRW Lama dengan
Interchange Tol Madiun Rancangan RTRW terbaru dapat dilihat pada tabel
Berdasarkan hasil temuan dilapangan, penerapan dibawah ini:
poin partisipatif dalam proses perencanaan tata ruang Tabel 1 Perbedaan RTRW Lama dan Rancangan RTRW
dengan pembangunan jalan tol di Kawasan Interchange Pembeda RTRW Lama Rancangan RTRW Baru
Tol Madiun sudah berjalan dengan baik. Hal tersebut PERDA On Process
dibuktikan dari hasil wawancara yang dilakukan oleh No.9 Th
pihak-pihak terkait termasuk masyarakat sekitar yang 2011 tentang
terkena imbas pembangunan tol. Dalam hal ini terutama Perda RTRW
masyarakat sangat dilibatkan dalam proses pembangunan Kabupaten
Madiun
jalan tol mulai dari dilaksanakannya kegiatan 2009-2029
musrenbang untuk pembahasan perubahan RTRW, Sistem Jaringan
proses sosialisasi tentang dampak pembangunan tol Transportasi pasal 20:
sampai dengan selesainya pembuatan jalan tol. Dalam Jaringan jalan Tol Trans
Jalan tol
proses musrembang dan FGD tidak semua warga meliputi ruas
Jawa yaitu Ruas Tol
diundang tetapi perwakilan dari beberapa pihak yang Jalan Tol Ngawi Kertosono dengan
Ngawi–
sudah mewakili semua elemen, sedangkan sosialisasi tiga pintu tol yaitu Pintu
Kertosono.
berkaitan pembangunan tol dilakukan pemerintah kepada Tol Madiun, Pintu Tol
Caruban dan Pintu Tol
semua warga Desa Bagi. Hal ini sesuai dengan yang Saradan;
disampaikan Abe (2005) yang mengatakan bahwa Kawasan di Mengendalikan
perencanaan partisipatif merupakan model perencanaan sekitar pengembangan kawasan
pembangungan yang melibatkan masyarakat dan semua Interchangedi rencana jalan tol ruas
pihak berkepentingan (stakeholder), dengan Desa Kuwu, Solo – Mantingan,
mengidentifikasikan bentuk perencanaan partisipatif akses jalan Mantingan – Ngawi,
menjadi dua, yaitu (a) langsung, melibatkan masyarakat bebas Ngawi – Madiun –
dan (b) tidak langsung, masyarakat memberikan perintah hambatan di Kertosono
Interchange Desa guna mensuport
kepada wakil yang dipilihnya. Tol Purworejo, perkembangan antar
Penyelenggaraan penataan ruang diwilayah serta wilayah; dan
Kabupaten Madiun ini tidak terlepas dari upaya untuk simpang penambahan pintu tol di
menyerasikan berbagai kegiatan sektor pembangunan, susun Saradan serta simpang
sehingga dalam memanfaatkan lahan dan ruang dapat (interchange) susun (Interchange) di
dilakukan secara optimal, efisien, dan efektif. Sementara dan akses Saradan
itu, perencanaan penataan ruang juga ditujukan untuk jalan tol di
Desa Bagi;
mengarahkan struktur dan lokasi beserta hubungan
Kawasan pertanian lahan
fungsionalnya yang serasi, seimbang, dan beririgasi sejumlah
berkesinambungan dari tahun ketahun dalam rangka Kawasan
kisaran 31.594 ha
pemanfaatan sumber daya manusia. Pembangunan jalan tanaman
meliputi sawah irigasi
pangan
tol di Madiun ini sudah tercantum di RTRW semenjak teknis, sawah irigasi
merupakan
Tahun 2011 walaupun belum secara detail. Proses separo teknis, sawah
pertanian
pembangunan tol diawali Tahun 2016 akhir dan mulai irigasi sederhana, dan
lahan basah
beroperasi pada awal Tahun 2018. Sehingga langkah sawah irigasi desa
seluas
(Kawasan pertanian tidak
pemerintah khususnya BAPPEDA melakukan Revisi 32.590,8ha
Pertanian beririgasi berupa
RTRW sangatlah tepat mengingat pergerakan meliputi
tegalladang tersebar di
pembangunan di Kawasan Interchange Tol saat ini sawah irigasi
seluruh wilayah, dengan
sangat fleksbel, begitu pula regulasi atau acuan dalam teknis dan
luas kjumlahnya kurang
sawah irigasi
pembuatan RTRW Tahun 2019-2029 banyak mengalami lebih 2.643 ha. Kawasan
bukan teknis
perubahan, utamanya di Kawasan Interchange Tol tersebut di sahkan
yang terdapat
Madiun. Dalam ini revisi RTRW yang dilakukan sebagai kawasan
di seluruh
pemerintah sebagai bentuk monev agar menjadi jalan LahanPertanianPangan
daerah
Berkelanjutan seluas
keluar atas permasalahan dan kebutuhan masyarakat kurang lebih 21.587,4 ha.
dalam meningkatkan pengusaha yang ingin
Sumber: Diolah penulis, 2021
menanamkan sahamnya, kemandirian perdagangan,
403
Dinartika Arneda Nurristi, Sarwono, dan Mohammad Rozikin/ JIAP Vol 7 No 3 (2021) 399-407
Disisi lain, rencana struktur ruang wilayah namun dengan adanya pembangunan jalan tol lahan
kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah yang pertanian di Desa Bagi berkurang dan berubah menjadi
tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang bangunan dan perumahan, sehingga untuk prinsip holistik
hierarki satu samalain dan dihubungkan oleh sistem bisa dinilai belum berjalan dengan baik hal ini
jaringan prasana wilayah terutama jaringan jalan. Setiap dikarenakan beberapa kendala masih belum bisa
kawasan perkotaan akan memiliki jangkauan pelayanan dihindari.
tertentu sesuai dengan hierarki perkotaan masing-masing.
4.2 Penerapan Prinsip Sustainable Development pada
Untuk itu, dibuat sesuai dengan potensi wilayah dan
Perencanaan Tata Ruang Daerah dengan
fungsi yang harus dilakukan daerah sekitarnya.
Pembangunan Jalan Tol
Adapun Sub Satuan Wilayah Pengembangan
(SSWP) yang dibentuk di Kabupaten Madiun adalah Konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable
sebagai berikut: Development Goals) menurut (Budihardjo, 2010) adalah
a) SSWP1 (Mejayan): kawasan yang dipersiapkan pembangunan yang mampu memenuhi apa yang
menjadi bagian dari ibukota kabupaten dengan fungsi dibutuhkaan masyarakat dalam jangka panjang dan tidak
utama pusat pelayanan fasilitas umum, perdagangan melupakan keasrian dan keberlanjutan alam sekitar.
dan jasa, pusat pemerintahan skala kabupaten serta Konsep keberlanjutan dapat diperinci menjadi tiga aspek
permukiman perkotaan; pemahaman, yakni keberlanjutan ekonomi, social, dan
b) SSWP2 ( J i w a n ) : kawasan-kawasan yang menjadi lingkungan.
wilayah limpahan dari Kota Madiun dengan fungsi Dampak pembangunan jalan tol Madiun bagi aspek
utama sebagai kawasan perdagangan dan jasa, fasilitas ekonomi adalah meningkatnya sentra perdagangan
umum serta permukiman; disekitar interchange tol. Seperti yang diketahui bahwa
c) SSWP3 (Dolopo): daerah yang direncanakan sebelum adanya jalan tol, area interchange tersebut
menjadi fokusnya agropolitan, agrowisata, merupakan area persawahan yang sangat subur
ekowisata, dan agroforestry, di Kabupaten Madiun; khususnya Desa Bagi. Seiring dengan dibangunnya jalan
dan tol, mulai bermunculan sentra perdagangan seperti
d) SSWP4 (Wungu): kawasan-kawasan yang warung makan, café, toko prancang bahkan swalayan pun
direncanakan untuk meningkatkan ekowisata dan sudah ada. Berikut dapat dilihat tabel laju sentra
fungsi lindung di Kabupaten Madiun. perdagangan diwilayah Desa Bagi dalam kurun waktu
Adapun rencana Sub Satuan Wilayah lima tahun, yaitu sebagai berikut:
Pengembangan di Kabupaten Madiun sebagaimana Tabel 2 Perkembangan Sentra Perdagangan di DesaBagi
gambar dibawah ini: Tahun
No Jenis
2014 2017 2019
1 Swalayan - - 2
2 Toko/ warung makan 11 20 22
3 Cafe - - 2
4 Warung Makan 25 50 75
Total 36 70 101
Sumber: BPS Kabupaten Madiun, 2020
Kedua adalah meningkatnya harga tanah daerah
disekitar Interchange Tol, seperti yang dijelaskan Bapak
Dwi Prasetyo, salah satu penduduknya Desa Bagi:
“Harga tanah pastinya naik setelah adanya tol ini,
apalagi tanah di sekitar pintu exit tol, setelah ada tol
ini naik bisa sampai 2x lipat walaupun pada
hakekatnya harga tanah sudah pasti mengalami
kenaikan tiap tahunnya tetapi tol ini bisa membuat
harga tanah meloncat lebih tinggi. Sebelum ada tol
ini permeter tanah hanya kisaran
Rp. 95.000/m, setelah ada tol bisa mencapai
Gambar 3 SSWP Kabupaten Madiun Rp 250.000/m” (Jumat, 22 Desember 2020: 11.15
Sumber: Dinas PUPR Kabupaten Madiun, 2020 WIB).
Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa Desa Bagi Kenaikan harga tanah tersebut dapat dibuktikan dari
masuk dalam SSWP 1 untuk bagian wilayah pertanian, hasil observasi penulis seperti tabel dibawah ini:
404
Dinartika Arneda Nurristi, Sarwono, dan Mohammad Rozikin/ JIAP Vol 7 No 3 (2021) 399-407
Tabel 3 Harga Satuan Tanah di Desa Bagi menjadi 564.295,00 ton. Salah satu penyebab turunnya
Jenis Tahun produksi pertanian di Kabupaten Madiun karena
No
Tanah 2015 2016 2017 2018 2019 2020 meningkatnya hama tikus terutama didaerah sekitar jalan
Darat tol dimana daerah Bagi merupakan salah satu lumbung
di Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. padi di Kabupaten Madiun. Upaya untuk membasmi
1 pinggir 200. 250. 350. 500. 675. 900.
jalan 000 000 000 000 000 000
hama tikus disekitar ruas jalan tol dilakukan bersama-
desa sama oleh pemerintah melalui Dinas Pertanian, PT. JNK,
Sawah dan juga masyarakat sekitar. PT. JNK memberikan
di Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. bantuan berupa pagupon atau rumah burung hantu,
2 pinggir 150. 200. 300. 425. 550. 700. sedangkan dari pihak desa melakukan pengomposan
jalan 000 000 000 000 000 000 secara rutin menggunakan belerang. Upaya lain juga
desa sudah dilakukan petani untuk mengendalikan hama tikus,
Darat Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. diantaranya dengan metode gropyokan, pengomposan,
3 di 100. 150. 200. 300. 400. 575.
pembongkaran sarang tikus dan menembak. Selain itu
dalam 000 000 000 000 000 000
Sawah Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
pemerintah juga menyarankan kepada petani untuk
4 di 50. 100. 175. 250. 350. 500. mengubah pola tanam. Diharapkan jangan hanya padi
dalam 000 000 000 000 000 000 terus menerus, tetapi harus diselingi tanaman yang
Sumber: Kantor Kecamatan Madiun, 2020 lainnya.
Seiring dengan peningkatan pembangunan
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa harga berbagai infrastruktur termasuk pembangunan jalan tol
satuan tanah di Desa Bagi dari posisi tanah yang terletak di Kabupaten Madiun, maka konsekuensinya adalah
darat dipinggir jalan desa, sawah dipinggir jalan desa, peralihan fungsi dari lahan pertanian ke non pertanian
darat desa dan sawah dalam mulai Tahun 2015- 2020 juga mengalami peningkatan. Luas lahan yang
terus mengalami kenaikan. Rata-rata kenaikan sebelum terdampak proyek jalan tol di Kabupaten Madiun
adanya jalan tol pada Tahun 2015-2016 sebesar mencapai 2.578.775m², adapun panjangnya adalah 36,7
Rp 50.000/m². Semenjak proses pembuatan Tahun 2017- Km. Lahan itu berada dilebih 26 desa pada enam
2018 sampai jalan tol sudah bisa digunakan Tahun 2018- kecamatan, yakni Kecamatan Sawahan, Madiun,
2020, harga tanah pada tiap posisi mengalami kenaikan Balerejo, Pilangkenceng, Saradan, dan Mejayan.
yang tinggi, yaitu sebesar Rp 100.000- Rp 225.000/m². Penggunaan lahan di Desa Bagi didominasi oleh
Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan lahan pertanian berupa sawah irigasi, yakni seluas 231
seletah adanya jalan tol ini sangat berdampak terhadap Km2 atau sekitar 54,99 % dari total luas wilayahnya, yaitu
kenaikan harga satuan tanah di Desa Bagi. Ditambah lagi 46,80 Km2. Pengunaan lahan berupa lahan pertanian non
banyak masyarakat yang mengalami perubahan mata sawah teridiri dari ladang/ tegalan, semak belukar, ruang
pencaharian dari sektor pertanian menjadi sektor industri terbuka hijau dan lain sebagainya. Sedangkan lahan
dan perdagangan. pertanian non sawah terdiri dari kawasan permukiman,
Dampak dari segi sosial adalah berkurangnya rasa perdagangan dan jasa, industri dan gudang, perkantoran
nyaman, dahulu Desa Bagi merupakan pedesaan yang dan lain sebagainya. Untuk sawah irigasi banyak terdapat
dipenuhi oleh sawah-sawah yang asri dan identik dengan di Desa Bagi dan Desa Banjarsari. Saat ini dominasi
suasana hening. Setelah adanya jalan tol yang ada adalah pemanfaatan lahan disepanjang koridor jalan lebih untuk
suara hembusan truk, bus, dan kendaraan-kendaraan penggunaan bangunan perdagangan dan jasa, perumahan
lainnya tiada henti. Asap hitam, suara bising, klakson serta gudang/ industri yang tumbuh secara alami. Berikut
terus menerus dari mulai bangun tidur dipagi hari sampai ini adalah hasil pemotongan citra Worldview Tahun 2015
pagi berikutnya. Ditambah lagi aktivitas sosial dikawasan dan 2015 disekitar Interchange Tol Madiun dengan
Interchange Tol yang semakin meningkat. Tetapi disisi buffer sejauh 2 Km dari titik pusat gerbang tol.
lain hal ini dapat membuka lapangan kerja untuk
masyarakat sekitar. Lingkungan merupakan aspek
penting yang menjadi sorotan dalam Sustainable
Development, munculnya hama pertanian merupakan
dampak pembangunan jalan tol yang paling memberikan
efek besar terhadap lingkungan, sehingga produksi
pertanian menjadi menurun. Data yang didapat dari
Badan Pusat Statistik Kabupaten Madiun menunjukkan
bahwa produksi padi pada Tahun 2017-2019 mengalami Gambar 4 Hasil Pemotongan Citra Wordlview-2
penurunan, pada Tahun 2017 produksi padi sebesar Interchange Tol Madiun: (a) Tahun 2015,
656.010,25 ha, Tahun 2018 dimana jalan tol sudah mulai (b) Tahun 2019
beroperasi 593.260,77 ton dan Tahun 2019 menurun Sumber: Dinas PUPR Kabupaten Madiun, 2020
405
Dinartika Arneda Nurristi, Sarwono, dan Mohammad Rozikin/ JIAP Vol 7 No 3 (2021) 399-407
Berdasarkan kedua gambar diatas dapat dilihat karena imbas dari meluapnya Sungai Glonggong pada
perbedaan sebelum adanya tol pada Tahun 2015 dan wilayah tersebut. Banjir yang terjadi di Kabupaten
sesudah adanya tol pada Tahun 2019. Pada Tahun 2015, Madiun merupakan suatu luapan sungai yang disebabkan
kawasan disekitar interchange tol masih nampak asri oleh curah hujan yang tinggi didaerah hulu dan kapasitas
dengan ditandai warna hijau yang mendominasi sungai tidak mampu menyalurkan air ke hilir, sehingga
sedangkan setelah adanya jalan tol pada Tahun 2019 akan meluap kedaerah sekitarnya. Peristiwa banjir dapat
nampak warna hijau sudah berkurang banyak. Untuk dilihat pada gambar berikut:
rincian perubahan alih fungsi lahan pada lokasi penelitian
Tahun 2015 dan Tahun 2019 dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4 Perubahan Alih Fungsi Lahan
Luasan
Perubahan Lahan
Luas (m²) %
Sawah menjadi Permukiman 15.906 0,13%
Sawah menjadi RTH Gambar 5 Banjir di Ruas Tol Madiun
58.542 0,47%
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sawah menjadi Badan Air 9.536 0,08%
Sawah menjadi Daerah 4.3 Faktor yang Mempengaruhi dan Memperlambat
40.452 0,32%
Terbangun
Selama proses perencanaan sampai dengan jalan tol
Sawah menjadi Kebun
577.576 4,60% bisa digunakan, masyarakat Desa Bagi khususnya sangat
Campuran
antusias untuk membantu pembangunan jalan tol. Mulai
Sawah menjadi Lahan Kosong 20.956 0,17% dari musyawarah pendapat, pembasmian hama tikus dan
Permukiman menjadi Sawah 5.040 0,04% juga proses pembebasan lahan. Selain itu Kabupaten
Permukiman menjadi RTH 10.926 0,09% Madiun telah memiliki Peraturan Daerah No 1 Tahun
Permukiman menjadi Badan 2014 tentang Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
441 0,00% (LP2B) untuk tetap melindungi lahan pertanian akibat
Air
Permukiman mnejadi Daerah pembangunan jalan tol.
5.481 0,04% Sedangkan faktor penghambat adalah rasionalisasi
Terbangun
Permukiman menjadi Lahan anggaran karena Pandemi Covid 19. Hal ini menuntut
4.918 0,04% daerah dapat menyesuaikan Anggaran Pendapatan
Kosong
Permukiman mnejadi Kebun Belanja Daerah (APBD) Tahun 2020 dan
2.147 0,02%
Campuran merasionalisasikan belanja dari komponen Belanja
RTH menjadi Sawah 12.827 10,21% Barang dan Jasa serta Belanja Modal paling sedikit
RTH menjadi Badan Air 310 0,00% sebesar 50% pada setiap Organisasi Perangkat Daerah
(ODP), termasuk BAPPEDA Kabupaten Madiun.
RTH menjadi Permukiman 17.644 0,14%
Kendala lainnya adalah kurangnya sumber daya aparatur
RTH menjadi Daerah yang murni dari lulusan jurusan pertataruangan.
- 0,00%
Terbangun
RTH menjadi Kebun 5. Kesimpulan
20.198 0,16%
Campuran
RTH menjadi Lahan Kosong 3.266 0,03% Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh penulis terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan
Badan Air menjadi
1.017 0,01% kesimpulan, yakni sebagai berikut:
Permukiman
a) Sinkronisasi perencanaan tata ruang dengan
Badan Air menjadi RTH 5.384 0,04%
pembangunan jalan tol di Kabupaten Madiun belum
Badan Air menjadi Sawah 3.651 0,03% sepenuhnya sesuai dengan RTRW dan juga belum
Luas Total Perubahan 996.516 7,93% bisa dikategorikan sebagai perencanaan ideal.
Luas Total Tetap 11.569.021 92,06% Penerapan prinsip partisipasi sudah berjalan dengan
Sumber: Dinas PUPR Kabupaten Madiun, 2020 baik, tetapi untuk prinsip kesinambungan masih
terjadi ketidaksesuaian hingga akhirnya dilakukan
Berkurangnya lahan pertanian juga mengakibatkan Revisi RTRW, sedangkan untuk prinsip holistik
terjadinya banjir pada Rabu, 6 Maret 2019 pukul 22.00 dinilai masih belum terlaksana dengan baik karena
WIB hingga Kamis 7 Maret 2019 pagi dibeberapa lokasi masih adanya gap antara perencanaan dengan
disekitar jalan tol salah satunya disekitar ruas jalan Tol pembangunan jalan tol di Kabupaten Madiun,
Madiun atau di KM 603- KM 604. Selain karena curah sehingga menimbulkan dampak buruk terhadap
hujan deras terjadi cukup lama pada hari tersebut juga lingkungan sekitar;
406
Dinartika Arneda Nurristi, Sarwono, dan Mohammad Rozikin/ JIAP Vol 7 No 3 (2021) 399-407
407