Anda di halaman 1dari 1

Program pembelajaran Bahasa Indonesia untuk penutur asing semakin banyak diminati oleh

orang asing. Hal tersebut dibuktikan dari banyaknya lembaga yang mengadakan pembelajaran BIPA,
baik di dalam atau luar negeri. Badan Bahasa (2021) melaporkan bahwa pada tahun 2020 terdapat
355 lembaga penyelenggara BIPA di 41 negara dengan 72.746 pelajar. Fakta lainnya, bahasa
Indonesia telah diajarkan di sekolah bahkan perguruan tinggi luar negeri sebagai mata kuliah (Jazeri
& Maulida, 2018; Solikhah & Budiharso, 2020). Selain itu, beberapa negara sudah menetapkan
bahasa Indonesia sebagai bahasa asing kedua, terutama di negara-negara ASEAN. Berkembangnya
jumlah pelajar BIPA di Indonesia disebabkan oleh 4 faktor, yaitu Indonesia merupakan negara yang
potensial bagi mahasiswa asing untuk belajar, menjalin hubungan bisnis dengan orang Indonesia,
berwisata, atau bekerja di Indonesia (Gusnawaty & Nurwati 2019; Hadianto, dkk., 2021). Semakin
berkembangnya pembelajaran BIPA maka harus didukung dengan peningkatan kualitas aspek-aspek
pembelajaran BIPA, salah satunya kualitas dari buku teks yang digunakan selama pembelajaran. Oleh
karena itu, kajian terhadap buku teks perlu dilakukan.

Buku teks dalam pembelajaran bahasa kedua menjadi salah satu aspek penting dalam
peningkatan kemampuan bahasa. Buku teks menjadi sumber utama pengajar dan pelajar dalam
mempelajari bahasa kedua sehingga kualitas buku teks menentukan keberhasilan pembelajaran
(Sánchez & Pérez-García, 2020; Sun & Dang, 2020). Buku teks dinilai praktis dan efektif sebagai input
dalam pembelajaran bahasa karena memuat teks, penjelasan, kegiatan atau tugas (Prihatiningsih,
dkk., 2021). Buku teks untuk pelajar bahasa kedua tidak hanya memberikan pengetahuan linguistik
saja, melainkan juga sosial dan budaya. Budaya merupakan aspek penting yang berperan dalam
pembelajaran bahasa kedua (Heidari-Shahreza, 2013; Ho, 2020; Prihatiningsih, dkk., 2021).

Indikator keberhasilan pembelajaran bahasa kedua adalah pelajar memiliki kompetensi


komunikatif (linguistik, pragmalinguistik, sosiopragmatik, strategi, dan wacana). Kelima aspek
komunikatif harus terintegrasi dalam buku teks pembelajaran bahasa kedua. Oleh karena itu, salah
satu cara dalam mencapai kompetensi komunikatif penulis buku teks pembelajaran bahasa kedua
melengkapi bukunya tidak hanya dengan unsur verbal saja, tetapi juga visual atau gambar.
Keberadaan gambar atau unsur visual dan verbal dalam buku teks pembelajaran bahasa kedua dapat
memberi manfaat dalam pembelajarannya (Marefat & Marzban, 2014). Selain itu, pengkajian
multimodal terhadap buku teks dapat mengungkapkan tentang hal yang diperkenalkan, ditanam,
dan apa yang dirasakan oleh pelajar maupun guru (Smith, 2021).

Anda mungkin juga menyukai