Askep Curiga (Kelompok)
Askep Curiga (Kelompok)
Halaman
KATAPENGANTAR...............................................................……................ i
DAFTAR ISI..................................................................................……....... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang...............................................................…….................... 1
B. Tujuan Penulisan.......................................................................……........ 1
C. Proses Penyusunan Makalah.....................................................…............2
BAB V PEMBAHASAN......................................................................……... 17
DAFTAR KEPUSTAKAAN...............................................................…....... 21
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................……...... 22
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Klien Nn. G. Dengan Masalah
Utama ”Curiga”.
Dalam penyelesaian masalah ini kami mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, maka kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Azrul Azwar . MPH. selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
2. Ibu Netty Herawaty, Skp, M..App.Sc. selaku Koordinator Mata Ajaran
Keperawatan Jiwa
3. Ibu. Ria Utami Panjaitan SKp, selaku Pembimbing dan Tim Mata Ajaran
Keperawatan Jiwa.
4. Kapala Ruangan dan Staf Ruang Melati Rumah Sakit Jiwa Pusat Jakarta.
5. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia yang mengikuti Mata Ajaran Keperawatan Jiwa.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, makalah
ini tentu masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran
sehingga dapat lebih menyempurnakannya.
2
BAB l
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perilaku curiga merupakan gangguan berhubungan dengan orang lain dan
lingkungan yang ditandai denganperasaan tidak percaya dan ragu-ragu. Perilaku
tersebut tampak jelas saat individu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan .
Apabila masalah curiga tidak diatasi, maka akan menimbulkan maslah-
masalah lain seperti : menarik diri, kurang minat dalam kebersihan diri yang dapat
menyebabkan penampilan diri kurang adekuat. Dapat juga menyebabkan
pengungkapan marah yang tidak konstruktif, sehingga dapat melukai diri sendiri dan
orang lain. Kelompok juga sulit menemukan literatur yang membahas tentang
perilaku curiga.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di Ruang Melati Rumah Sakit
Jiwa Pusat Jakarta (RSJPJ) sebagai lahan praktek, diperoleh data bahwa 75 % klien
yang rawat ulang. Masalah asuhan keperawatan yang ditemukan adalah menarik diri,
curiga, halusinasi dan ketidak mampuan merawat diri. Dari masalah-masalah yang
ada, ditemukan 4 kasus dari 12 yang ada ( 30%) klien dengan masalah curiga.
Berdasarkan fenomena tersebut, kelompok tertarik untuk mempelajari lebih
lanjut dan menyajikan dalam bentuk seminar dengan topik ”Asuhan Keperawatan
Klien dengan Perilaku Curiga”.
B. TUJUAN
Tujuan kelompok V mengambil kasus Nn. G dengan masalah utama curiga adalah :
1. Mempelajari kasus curigai disesuaikan dengan teori dan konsep yang telah
diterima.
2. Memberikan asuhan keperawatan pada klien curiga dengan pendekatan proses
keperawatan.
3. Mendesiminasikan asuhan keperawatan klien curiga.
3
dimaksud. Asuhan keperawatan dilakukan mulai minggu ke tiga (17 April 1997)
sampai dengan minggu ke tujuh (16 Mei 1997). Akhirnya disusun secara tertulis
dalam bentuk makalah untuk diseminarkan.
4
BAB ll
GAMBARAN KASUS
A. Pengkajian.
Nn. G, wanita 47 th. Agama budha, belum kawin, tidak tamat SD, anak
pertama dari 8 bersaudara (klien anak angkat). Klien keluar masuk RS jiwa tahun
1977 di RS J Bogor, dan masuk RSJ Grogol 1978 sampai sekarang. Alasan masuk
rumah sakit menurut keluarga, klien sering marah - marah , tidak tahu penyebabnya,
banting pintu, nada suara tinggi tidak jelas dan melempari rumah orang.
Keadaan klien saat ini, kadang-kadang marah, merebut barang orang lain, jika
bicara mata melotot, sering tampak tegang bicara kadang-kkadang kacau, kalau lagi
marah suara tinggi dan cepat, vena jugularisnya menonjol, sambil berjalan jalan
menghampiri klien lain. Bila klien marah mengatakan ” Orang-orang disini malas-
malas tidak mau bantu bersih-bersih, inginnya enak-enakkan makan tidur saja”.
Suatu hari klien mengeluh barangnya (uang dan alat mandi) hilang, dan bajunya
robek. Klien beranggapan klien E. yang mengambil.
Gigi klien kuning sudah banyak yang tanggal, kulit agak bersisik, rambut
kotor banyak ketombe, klien tampak tidak rapi, baju jarang ganti, sering duduk dan
tiduran dilantai. Setiap bertemu dengan mahasiswa klien belum mandi. Klien mandi
1x sehari kadang-kadang tidak mandi; klien mengatakan malas mandi.
Pada tanggal 25/4 1997 , Klien sedang duduk dan disampingnya duduk klien
M, tiba-tiba nada suara klien seperti mengomel melihat klien M, nada suaranya
tambah tinggi dan tiba-tiba klien M dipukul lalu pergi meninggalkan klien M sambil
marah-marah. Setelah di eksplorasi klien mengatakan ” klien M mengejek”. Jika
melihat orang sedang ngobrol klien tampak menyelidik. Dari hasil pengkajian
keluarga : apabila klien pulang kerumah (setiap hari Sabtu dan Minggu) kegiatan
klien bersih-bersih got, sampah, bersih-bersih rumah, tetapi setelah itu klien marah-
marah membuat lingkungan menjadi berisik.
B. Masalah Keperawatan.
Dari data-data tersebut diatas muncul masalah keperawatan : curiga, menarik
diri, cara mengungkapkan marah yang tidak konstruktif, potensial melukai orang
lain/amuk, kurang berminat dalam kebersihan diri dan penampilan diri kurang
adekuat.
1. Curiga
5
DS : Klien selalu mengatakan orang lai malas, mengatakan barang-barangnya
hilang dan baju robek menuduh klien E yang melakukan, merasa kesal karena
klien M sering mengejek.
DO : klien menyelidik bila ada orang berbicara, sering kontrol kamar klien lain,
tiba-tiba marah dan memukul klien M pada saat klien M duduk.
2. Menarik diri
D.S : Klien mengatakan malas bicara dengan klien lain karena sering membuat
kesal
D.O : Klien sering sendiri dikamar, tidak pernah berinteraksi dengan klien lain,
sering melamun dibawah tempat tidurnya sambil merokok.
3. Cara mengungkapkan marah yang tidak konstruktif
D.S : Klien megatakan kalau marah mengamuk, keluarga mengatakan klien marah-
marah.
D.O : Klien sering tampak tegang, kurang bersahabat, kalau marah nada suara
tinggi dan cepat, mata melotot, bicara kacau dan terlihat vena jugularis menonjol.
4. Potensial melukai orang lain, diri sendiri/amuk.
D.S : Klien mengatakan, minta agar klien lain mau membersihkan kotoran yang
ada diruangan. Klien lain mengatakan bahwa klien G sering menyuruh kalau tidak
mau , marah-marah.
D.O : Klien kalau marah jalan-jalan menghampiri klien lain, suka merebut barang
orang lain, sering berdebat dengan klien lain, nada suara tinggi.
5. Kurang berminat dalam kebersihan diri
D.S : Klien mengatakan malas mandi, kalau mandi 1x sehari, siang hari, kadang-
kadang tidak mandi.
D.O : Klien tampak tidak rapi, sering duduk dan tiduran dilantai, setiap kali
interaksi dengan mahasiswa (jam 09.00) klien belum mandi.
6. Penampilan diri kurang adekuat
D.S: Klien mengatakan enggan mandi badannya gatal.
D.O : Kulit agak bersisik, gigi kuning rambut kotor banya ketombe, baju jarang
diganti tidak rapi dan sering duduk dilantai.
6
Penampilan diri tidak adekuat Potensial Amuk
Konflik Sibling
Kehilangan berkepanjangan
7
BAB III
TINJAUAN TEORI
8
Pada klien , dari data yang ditemukan faktor predisposisi dari prilaku curiga
adalah gangguan pola asuh. Di dalam keluarga klien merupakan anak angkat dari
keluarga yang pada saat itu belum memiliki anak. Klien menjadi anak kesayangan
ayahnya, karena klien dianggap sebagai pembawa rejeki keluarga. Sejak kelahiran
adik-adiknya ( 7 orang ) klien klien berusia 10 tahun, mulai merasa tersisih dan tidak
diperhatikan, merasa tidak nyaman, sehingga klien merasa terancam dari lingkungan
keluarganya. Sejak itu klien tidak percaya pada orang lain, sering marah-marah dan
mengamuk sehingga klien dibawa oleh keluarganya ke RS jiwa.
Masalah yang biasanya timbul pada klien curiga karena adanya kecemasan
yang timbul akibat klien merasa terancam konsep dirinya, kurangnya rasa percaya
diri terhadap lingkungan yang baru/asing ,masalah ini tidak muncul pada klien G.
Masalah lain yang juga sering muncul pada klien curiga yaitu marah, timbul sebagai
proyeksi dari keadaan ketidak adekuatan dari perasaan ditolak, masalah ini muncul
pada klien .
Isolasi sosial merupakan masalah yang juga muncul pada diri klien. Klien
menarik diri akibat perasaan tidak percaya pada lingkungan . Curiga merupakan
akibat dari mekanisme koping yang tidak efektif, klien menunjukan bingung peran,
kesulitan membuat keputusan, berperilaku destruktif dan menggunakan mekanisme
pertahanan diri yang tidak sesuai, dan masalah ini ada pada diri klien.
Masalah lain yang timbul adalah gangguan perawatan diri dan data yang
diperoleh : klien berpenampilan tidak adekuat, dimana klien tidak mandi, tidak mau
gosok gigi, rambut kotor dan banyak ketombe, kuku kotor dan panjang, masalah ini
ada pada diri klien.
Pada klien umumnya terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah, dimana
klien mempunyai pandangan negatif terhadap dirinya. Selama melakukan asuhan
keperawatan kemungkinan ditemukan, kelompok masih perlu data lagi, karena kalau
dianalisa masalah curiga muncul karena adanya masalah harga diri rendah.
Potensial gangguan nutrisi, pada klien curiga biasanya mengira makanan itu
beracun atau petugas mungkin sudah memasukkan obat-obatan ke dalam
minumannya, akibatnya tidak mau makan - minum, masalah ini tidak ada pada diri
klien.
Tindakan Keperawatan.
MASALAH 1 : Curiga.
Psikoterapeutik.
9
a) Bina hubungan saling percaya.
Sadari bahwa klien sangat sensitif , curiga, dan banyak menggunakan mekanisme
pertahanan diri proyeksi.
Adakan kontak hubungan dengan klien sering dalam waktu singkat, pertahankan
kontak mata.
Bicara secara terbuka , tidak ber bisik-bisik klien dapat mendengar dengan jelas,
tidak berhenti berbicara saat klien datang, tidak menggunakan bahasa sindiran.
Hindari perdebatab dalam berbicara dengan klien.
Bila ada perubahan jadwal informasikan dengan mengunakan kalimat yang singkat
dan jelas.
Minta maaf bila perawat tidak memenuhi janjinya.
b) Bingbing klien mengungkapkan perasaan
Katakan pada klien bahwa menjamin keamanan dan melindunginya selama
perawatan.
Katakan kepada klien bahwa perawat selalu membantunya sehubungan dengan
perasaannya .
Anjurkan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara nonverbal dan
memberi umpan balik.
Tanyakan tenyang persaan klien apabila klien mengungkapkan perasaan secara
nonverbal dan memberi umpan balik.
Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan secara verbal dan bersama-sama
mencari jalan penyelesaiannya
c) Bantu dan bimbing klien menemukan cara penyelesaian masalah (koping) yang
konstruktif.
Bicarakan dengan klien apa yang dilakukannya saat mengalami perasaan curiga,
bermusuhan, takut dan cemas.
Bicarakan dengan klien manfaat dari cara penyelasaian masalah yang biasa
digunakan.
Bersama klien mencari alternatif cara penyelesaian masalah untuk mengatasi
perasaan yang tidak menyenangkan tersebut.
Berikan dorongan kepada klien agar memilih penyelesaian masalah yang
tepat ,serta membicaraakan konsekwensi dari cara yang dipilih.
Berikan kesempatan pada klien untuk mencobanya.
Bimibing klien untuk mencoba cara lain
d) Beri penghargaan dan pujian atas keberhasilan klien.
10
Pendidikan Kesehatan.
Bimbing klien untuk meningkatkan pengetahuan tentang perilaku yang adaptif
(dapat diterima) dan maladaptif (tidak dapat diterima).
Bicarakan akibat penilaian yang salah terhadap realitas.
Bantu dan latih klien untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi.
Latih klien dalam berkomunikasi ,untuk tetap mengakui keberadaan orang lain
dengan menggunakan kata “saya” dan bukan “kita” untuk mengembangkan
kemampuan sosialisasinya.
Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang jenis,dosis dan manfaat obat.
11
Terapi Somatik.
a) Beri obat sesuai denganprogram medis
Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain agar kemasan obat tetap
terjamin.
Beri obat dalam bentuk cairan bila klien enggan minum obat dalam
bentuk tablet.
b) Pantau respon klien.
Lingkungan Terapeutik
a) Siapkan lingkungan fisik yang aman agar dapat menurunkan perasaan cemas.
Pindahkan klien ke tempt yang tenang dan aman apabila dia merasa
terancam dan kehilangan kontrol diri.
Pantau tingkah laku klien ; meningkatkan kecemasan dan tanda marah.
Berikan jaminan bahwa lingkungan aman bagi klien.
Sediakan tempat tidur ,lemari pribadi dimana klien yakin barangnya aman
tersimpan.
b) Siapkan Lingkungan Sosial
Pindahkan klien ketempat yang tenang bila kemarahannya memuncak dan
berikan pengertian kepada klien yang lain bahwa perilakunya tersebut
sehubungan dengan curiga.
Buat agar klien dapat berinteraksi dengan petugas lain dan menganjurkan
kepada petugas tersebut untuk sering berinteraksi dalam waktu singkat.
Pantau klien saat berinteraksi dan anjurkan untuk mengembangkan
pendekatan yang tepat dalam membina hubungan dengan orang lain.
Beri dukungan bila klien mampu mencoba berinteraksi dengan orang lain
dengan menyediakan fasilitas;tempat,pujian.
12
Jelaskan kepada klien bahwa informasi tentang pribadi klien tidak akan
diberitahukan kepada orang lain yang tidak berkepentingan.
Selalu memperhatikan kebutuhan klien.
13
hubungan dengan klien.
Anjurkan pada keluarga agar mengikutsertakan klien dalam aktivitas
dilingkungan masyarakat.
Terapi Somatik.
Beri obat sesuai dengan prinsip lima benar.
Pantau reaksi obat.
Catat pemberian obat yang telah dilaksanakan.
Pastikan apakah obat telah diminum, periksa tempat-tempat yang
memungkinkan klien menyimpan obat.
Lingkungan terpeutik.
Pindahkan barang-barang yang dapat membehayakan klien maupun orang
lain dari ruangan klien.
Cegah agar klien tidak berada dalam ruangan sendiri dalam waktu lama.
Beri rangsangan sensori seperti suara musik dan gambar di ruangan klien.
14
sikap yang tenang.
Beri respon atas ungkapan rasa marah dan bermusuhan.
Bimbing klien mengungkapkan rasa marah yang sehat.
Lingkungan Terapeutik
Rencanakan dan ciptakan lingkungan yang tidak meningkatkan reaksi
marah klien.
Tempatkan klien di ruang rawat dan ikut sertakan dalam kegiatan
ruangan, pengaturan waktu interaksi, pola staf dan tingkat aktivitas.
Terapi Somatik
Melaksanakan program terapi medik :
Siapkan obat sesuai dengan dosis.
Catat obat (nama obat, cara, waktu) yang telah ditentukan.
Pastikan klien sudah minum obat.
Pantau respon klien.
Pendidikan Kesehatan
Arahkan klien untuk memukul barang yang tidak mudah rusak bantal,
kasur).
Anjurkan klien untuk latihan relaksasi, latihan fisik atau olah raga.
Ajarkan dan anjurkan keluarga menerima marah klien dengan diam
sebentar.
Setelah klien tenang anjurkan klien dan keluarga mendiskusikan
penyebab marah.
15
Anjurkan keluarga untuk menggunakan humor yang tidak menyakiti
orang lain.
16
Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan
sikap yang tenang.
Beri respon atas ungkapan rasa marah dan bermusuhan
Anjurkan klien untuk mencoba mengendalikan diri , dan menyatakan
bahwa perawat siap membantunya.
Lingkungan terapeutik
1. Amankan klien dan lingkungan
siapkan ruangan yang akan dipakai untuk perawatan klien
Anjurkan klien lain atau keluarga untuk mengosongkan tempat yang akan
dilalui oleh klien
Pindahkan alat-alat yang membahayakan klien atau lingkungannya
Terapi Somatik
Melaksanakan program terapi medik, beri obat melalui suntikan :
Jelaskan pada klien tindakan yang akan dilakukan
Manset klien bila dalam keadaan gelisah.
Siapkan obat sesui dengan dosis ,didalam spit bawa ke ruang klien dengan
menggunakan bak instrumen steril.
Dua orang petugas menghampiri klien sambil membantu mengatur posisi
17
dan pegang tanmgannya.
Satu orang petugas / perawat yang lain menahan bagian yang akan
disuntik sambil menenangkan klien .
Setelah disuntik salah seroang perawat mendampingi klien sampai tenang
kembali.
Perawat merapihkan alat dan mencuci tangan, dokumentasikan pemberian
obat (nama obat, dosis, cara, dan waktu pemberiaan ).
Pendidikan Kesehatan.
Jelaskan pada keluarga tanda-tanda dini pada klien amuk.
Jelaskan pada keluarga agar tidak menghadapi klien sendiri bila dia dalam
keadaan amuk.
Beri informasi cara-cara mengatasi klien amuk serta tempat mencari
bantuan bila diperlukan.
18
MASALAH 5 : Kurang minat dalam kebersihan diri
Psikoterapeutik
Bina hubungan saling percaya
Bimbing klin mengungkapkan perasaannya
Bantu dan bimbing klien menemukan cara penyelesaian masalah
kebersihan
Kesehatan Pendidikan
Bimbing klien untuk meningkatkan pengetahuan tentang perawatan diri.
Diskusikan dengan klien manfaat kebersihan diri.
Diskusikan dengan klien cara perawatan diri
Lingkungan terapeutik
Siapkan lingkungan fisik yang bersih.
Bimbing klien melakukan kegiatan sehari-hari.
Kegiatan Hidup Sehari-hari.
Bimbing klien memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan.
Bimbing klien melaksanakan kebersihan diri.
Jelaskan kepada klien manfaat kebersihan diri.
Bimbing klien untuk mandi ,gosok gigi, keramas, berhias dan
berpakaian yang pantas dan rapi.
Sediakan fasilitas untuk memelihara kebersihan.
Beri reinforcement positif bila klien berpenampilan rapi dan
bersih.
19
BAB IV
PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan I
”Potensial melukai diri sendiri, orang lain s/d ketidakmampuan klien
mengungkapkan marah secara konstruktif”.
Tupan : tidak melukai orang lain / diri sendiri serta mampu mengungkapkan marah
secara konstruktif.
Intervensi : Membina hubungan saling percaya dengan klien, memelihara ketengann
lingkungan dengan suasana hangat dan bersahabat, mempertahan kan sikap perwat
secara konsisten, mendorong klien untuk mengungkapkan hal-hal yang
menyebabkan klien marah. mendiskusikan dengan klien tentang tanda-tanda yang
biasa terjadi pada orang yang sedang marah, mendorong klien untuk mengatakan
cara-cara yang dilekukan bila klien marah, mendiskusikan dengan klien cara
mengungkapkan marah secara konstruktif, mendiskusikan dengan keluarga (pada
saat kunjungan rumah) ttg marah pada klien , apa yang sudah dilakukan bila klien
marah dirumah bila klien cuti.
Evaluasi : Setelah mendapatkan asuhan keperawatan klien mengalami
perkembangan : klien mau menerima petugas (mahasiswa ) dan membalas salam,
berespon secara verbal, dapat membalas jabat tangan dan mau diajak berbicara,
mampu mengungkapkan penyebab marahnya, dapat mengenal tanda-tanda marah,
megatakan kalau amuk itu tidak baik, dapat memperagakan tehnik relaksasi.
Tindak lanjut : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diatas kelompok
merencanakan untuk melanjutkan untuk latihan marah yang konstruktif dengan
tehnik relaksasi dan tehnik asertif.
Diagnosa keperawatan II
20
”Gangguan hubungan sosial; menarik diri sehubungan dengan curiga”.
Tupan : klien dapat berinteraksi dengan orang lain (sesama klien, perawat)
Implementasi : membina hubungan saling percaya, bersikap empati pada klien,
mengeksplorasi penyebab kecurigaan pada klien, mengadakan kontak sering dan
singkat, meningkatkan respon klien terhadap realita, memberikan obat sesuai dengan
program terapi dan mengawasi respon klien, mengikut sertakan klien dalam TAK
sosialisasi untuk berinteraksi.
Evaluasi: Klien mampu mengeksplorasi yang menyebabkan curiga, klien hanya
berinteraksi dengan perawat terutama perawat praktikan, klien tidak berinteraksi
dengan klien lain, klien disiplin dalam meminum obat sesuai program terapi.
Tindak lanjut: Teruskan untuk program sosialisasi/ interaksi klien untuk mengurangi
kecurigaan.
21
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas penerapan teori pada kasus Nn. G dengan maslah
curiga, dan respon klien setelah dilakukan implementasi berdasarkan teori tersebut.
Berdasarkan hasil pengkajian, perilaku curiga pada klien Nn.G kemungkinan
disebabkan oleh kesalahan dalam pola asuh. Kedudukan klien sebagai anak angkat
seolah-olah dirasakan klien berkompetisi dengan kelahiran anak kandung orang tua
angkatnya. Ditambah kematian ayah angkatnya yang selama ini menyayangi klien
sehingga membuat klien merasa tidak diperhatikan lagi.
Sesuai dengan tinjauan teori pada bab III, pada kasus ini juga memperhatikan
perilaku maladaptif sebagai dampak dari perilaku curiga, antara lain menarik diri,
kurangnya perawatan diri dan marah.
Dari implementasi yang telah dilakukan menunjukan bahwa memanggil nama
klien dengan nama yang disukai, memberikan respon yang positif untuk membina
hubungan saling percaya. Berbicara dengan jelas, tidak berbisik dan tidak berhenti
saat klien datang juga membuat klien berinteraksi dengan perawat. Klien selalu
menunjukan sikap menyelidik ketika ia melihat orang lain berbincang-bincang.
Dengan mengajak klien terlibat dalam pembicaraan, perilaku tersebut hilang.
Mengadakan kontak singkat tapi sering juga membuat klien harus merasa
diperhatikan dan klien terlihat lebih kooperatif. Hal ini ditunjukan melalui perilaku
klien yang bersahabat dan mau memulai pembicaraan dengan perawat.
Prinsip untuk tidak mendebat saat berbicara dengan klien memang dapat
diterapkan pada kasus ini. Ketika apa yang diucapkan klien tidak dibenarkan, klien
akan semakin menarik diri dan kadang menjadi agresif. Memberikan dorongan
kepada klien untuk mengungkapkan perasaan pada saat curiga tidak selamanya
diterima klien. Klien sering menunjukan perilaku menarik diri dan diam ketika
diminta untuk mengungkapkan perasaannya. Hal ini mungkin disebabkan perilaku
disebabkan perilaku tersebut merupakan mekanisme pertahanan diri dengan proyeksi
dan merupakan masalah ini bagi klien sehingga klien akan merasa terancam
integritasnya bila hal tersebut dibicarakan.
Memberikan kegiatan yang disenangi klien membuat klien merasa dihargai.
Dengan membersihkan kamar mandi, membereskan meja setiap hari membuat klien
merasa berhasil dan berguna. Pemberian reinforcement positif, memberikan respon
yang baik, dimana klien tampak senang dan selalu mengatakan apa yang telah
dilakukannya dan yang akan dilakukannya. Prinsip kegiatan yang tidak bersifat
22
kompetitif juga dapat dibuktikan. Klien menolak ketika diajak bermain congklak
karena kesal temanya bermain curang.
Faktor lingkungan juga memberikan dampak yang besar terhadap perilaku
curiga klien. Kondisi klien di ruangan sebagian besar menarik diri, membuat klien
semakin menarik diri dan tidak mau berinteraksi dengan klien lain. Melibatkan klien
dalam terapi aktifitas kelompok (TAK) memberikan dampak yang baik. Dengan
TAK, klien mulai mencoba berinteraksi dengan klien lain dan mengurangi sikap
bermusuhan.
Memberikan kesempatan klien untuk cuti pulang ke rumah, juga
memperbaiki perilaku klien. Selama praktek, klien sudah tiga kali cuti. Setelah cuti
klien tampak lebih gembira, rajin melaksanakan kegiatan. Hal ini disebabkan klien
merasakan kembali ia masih diterima di keluarga. Dengan demikian keluarga
mempunyai peran yang penting dalam membantu mengatasi perilaku klien.
Setelah melakukan suatu kegiatan, klien marah-marah karena merasa orang
lain tidak bekerja, hanya klien sendiri setelah diberikan intervensi dengan
mengekspresikan perasaan dan mendiskusikan tanda-tanda marah dan cara
mengungkapkan marah yang konstruktif, klien dapat menyebutkan tanda-tanda
marah dan mau berlatih mengungkapkan marah secara asertif. Apabila tidak
diberikan stimulus, klien cenderung kembali marah.
Dari hasil kunjungan rumah, tampak terjadi perubahan sikap keluarga
terhadap klien. Sebelumnya keluarga tidak menginginkan klien pulang ke rumah
karena kalau pulang klien hanya marah-marah. Bila klien marah, hanya dibiarkan
saja dan klien tidak betah di rumah
(1 hari), lalu klien kembali ke rumah sakit. Dengan memberitahukan pentingnya
peran keluarga dalam membantu mengatasi perilaku klien dan cara menghadapi
klien, keluarga mau menerima kepulangan klien. Klien menjadi lebih betah di rumah.
Setiap hari sabtu klien minta cuti untuk pulang ke rumah.
Klien menarik diri akan memberikan perilaku malas dalam melakukan
kebersihan diri dan pada klien tampak kurang minat dalam melakukan perawatan
diri. Setelah dilakukan pendekatan, pemberian motivasi dan pemberian reinforcement
positif terhadap keberhasilan atau kemajuan yang ditujukan, ternyata klien
termotivasi untuk melakukan perawatan diri.
23
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
24
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Membina hubungan saling percaya merupakan kunci hubungan perawat -
klien yang terapeutik. Berbicara dengan jelas, tidak berhenti bicara saat klien datang,
tidak mendebat dan penerimaan keluarga besar pengaruhnya terhadap perilaku klien
curiga. Terapi aktifitas kelompok merupakan media yang tepat dalam membantu
klien mengatasi perilaku curiga. Keluarga mempunyai peran penting dan utama
dalam membantu mengatasi perilaku klien.
B. SARAN
Oleh karena itu sebaiknya perawat banyak berlatih cara membina hubungan
saling percaya, lebih banyak melibatkan keluarga dalam mengatasi perilaku klien
melalui kunjungan rumah, menganjurkan keluarga untuk lebih sering menengok
klien dan membuat jadwal terapi aktifitas kelompok secara terstruktur.
25
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Stuart, G.W, dan Sundeen, S.J. (1991). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing, 4 th ed. St. Louis: Mosby Year Book.
26